• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK STAD MENGGUNAKAN MEDIA KERTAS BERWARNA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG LUAS TRAPESIUM (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Margaluyu Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK STAD MENGGUNAKAN MEDIA KERTAS BERWARNA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG LUAS TRAPESIUM (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Margaluyu Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang)."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Margaluyu Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana PGSD

Oleh

NOVIANI NURLAELI

1106748

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

(2)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Margaluyu Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang)

oleh

NOVIANI NURLAELI 1106748

Disetujui untuk Disidangkan Pembimbing I

H. ATEP SUJANA, M.Pd NIP.197212262006041001

Pembimbing II

Drs .YEDI KURNIADI. NIP. 195910221989031003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Kampus Sumedang

(3)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Margaluyu Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang)

oleh

NOVIANI NURLAELI 1106748

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Penguji I

H. Dede Tatang S., M.Pd NIP. 195703251985031005

Penguji II

Drs. Yedi Kurniadi NIP. 195910221989031003

Penguji III

Asep Kurnia J., M.Pd NIP. 198009292008011023

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Kampus Sumedang

(4)

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah ... 5

1. Perumusan Masalah ... 5 A. Hakikat Pembelajaran Matematika di SD ... 12

1. Pengertian Matematika ... 12

2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 14

3. Karakteristik anak Sekolah Dasar ... 16

B. Teori Belajar Matematika ... 16

C. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD ... 20

1. Model pembelajaran Kooperatif teknik STAD ... 20

2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif teknik STAD ... 23

3. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar ... 24

(5)

e. Evaluasi Proses Kelompok

(Group Process Evaluation) ... 25

4. Keterampilan-Keterampilan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD ... 25

5. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif ... 26

a. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif ... 26

b. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif ... 26

D. Media Pengajaran ... 27

1. Pengertian Media Pengajaran ... 27

2. Tujuan Penggunaan Media Pengajaran ... 27

3. Fungsi Media Pengajaran ... 27

4. Prinsip dan Faktor Pemilihan Media ... 28

5. Media Kertas Berwarna ... 29

E. Trapezium ... 29

1. Pengertian Trapesium ... 29

2. Sifat-sifat dan jenis trapesium ... 30

3. Keliling Trapesium ... 31

4. Luas trapesium ... 32

F. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

G. Hipotesis Tindakan ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

E. Instrumen Penelitian... 43

1. Lembar Observasi ... 43

2. Lembar Wawancara ... 43

3. Catatan Lapangan ... 43

4. Lembar Evaluasi ... 43

5. Dokumen ... 44

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 44

1. Teknik Pengolahan Data ... 44

a. Data Kualitatif ... 44

(6)

B. Paparan Data Tindakan ... 52

1. Paparan Data Tindakan Siklus 1 ... 53

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ... 53

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I ... 54

c. Paparan Data Hasil Siklus I ... 63

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 66

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 71

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ... 71

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus II ... 72

c. Paparan Data Hasil Siklus II ... 79

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 82

C. Pembahasan ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 100

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika sebagai alat bantu dan pelayan ilmu tidak hanya untuk matematika sendiri tetapi juga untuk ilmu-ilmu lainnya, baik untuk kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis sebagai aplikasi dari matematika (Ruseffendi, 1992: 54). Matematika merupakan mata pelajaran yang berguna bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu sebagai manusia dituntut untuk mengenal dan mempelajari materi-materi matematika.

Adapun kondisi pembelajaran matematika yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat siswa, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya. Hal ini sesuai dengan ( Pitadjeng, 2006: 1) berpendapat bahwa :

Belajar matematika akan efektif jika dilakukan dengan suasana yang menyenangkan agar dapat memenuhi kebutuhan untuk dapat belajar dalam suasana menyenangkan, maka guru harus mengupayakan adanya situasi atau kondisi yang menyenangkan, strategi yang menyenangkan maupun materi matematik beda-beda, demikian pula dalam memahami konsep-konsep abstrak akan dicapai melalui tindakan-tindakan belajar yang berbeda. Namun suatu keyakinan bahwa anak belajar melalui dunia nyata dan dengan memanipulasikan benda-benda nyata sebagai perantara. Media pengajaran sebagai perantara dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan dari pelaksanaan pendidikan di sekolah.

(8)

yang ingin dicapai. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar masih memerlukan penggunaan media, karena siswa sekolah dasar masih berada pada tahap berpikir konkret. Hal ini sesuai dengan teori Piaget (Ruseffendi, 1992:143) yang berpendapat bahwa :

Siswa yang tahap berpikirnya masih ada pada tahap operasi konkret ( sebaran umur dari sekitar 7 tahun sampai 11/12 tahun atau 13 tahun kadang-kadang lebih), yaitu tahapan umur pada anak-anak SD tidak akan dapat memahami operasi (logis) dalam konsep matematika tanpa dibantu oleh benda-benda konkret.

Pada hakikatnya proses permbelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Pada praktiknya mentransper pengetahuan, pengalaman dan gagasan (ide) guru ke siswa atau dari siswa ke siswa yang lain tidaklah mudah. Hal tersebut terbukti setelah dilakukan observasi di kelas V SDN Margaluyu pada tanggal 16 Juni 2012, masih banyak kendala yang ditemukan dalam pembelajaran materi luas trapesium. Hal ini terlihat dari kinerja guru dari aktivitas siswa saat pembelajaran berangsung. Berikut ini adalah kajian empiris dalam kegiatan pembelajaran materi luas trapesium terlihat dari kinerja guru dan aktivitas siswa :

1. Kinerja Guru

(9)

2. Aktivitas Siswa

Siswa sangat pasif saat belajar di kelas dan kesan kelas saat pembelajaran sangat menegangkan, ini diakibatkan oleh cara mengajar guru yang tidak melibatkan siswa dalam belajar. Karena pelajaran kurang menarik dan terkesan monoton, siswa menjadi tidak fokus terhadap materi pelajaran yang diajarkan.Sehingga sebagian besar siswa tidak memahami materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru.

Hasil pengamatan di atas menunjukan siswa tidak mempunyai motivasi dalam belajar matematika. Permasalahan lain yang ditunjukan dari hasil tes yang dilakukan pada tanggal 16 Juni 2012 setelah pembelajaran selesai. Jenis tes yang digunakan adalah tertulis yang berjumlah 5 soal mengenai pembelajaran yang telah dijelaskan yaitu tentang luas trapesium. Dari 30 siswa nilai rata-rata yaitu 45,68 dengan siswa yang mencapai batas ketuntasan 9 orang atau 30 % sedangkan yang belum tuntas mencapai 70% atau 21 orang. Siswa yang belum tuntas berarti tidak bisa mencapai KKM mata pelajaran matematika yang telah di tetapkan di SDN Margaluyu yaitu 70.

(10)

Dalam penelitian ini juga diterapkan pelajaran kooperatif dengan teknik STAD (Student Teams Achievement Division) yang diharapkan akan mampu memperbaiki kegiatan diskusi siswa. Teknik STAD atau bisa disebut tim siswa kelompok prestasi merupakan jenis pembelajaran koopratif yang paling sederhana. Siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok, yang beranggotakan 4-5 orang, setiap kelompok harus heterogen. Guru kelas menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja didalam timnya masing-masing (Sutardi dan Sudirjo, 2007).

Alasan mengapa menggunakan model kooperatif teknik STAD karena berdasarkan keadaan siswa di kelas yang beragam tingkat intelektualnya. Dari 30 orang siswa ada beberapa siswa yang unggul dalam pembelajaran ini. Dalam kooperatif teknik STAD siswa akan belajar dalam kelompok yang heterogen dengan demikian kemampuan siswa akan merata. Disamping itu metode STAD mempunyai beberapa keunggulan. Seperti yang dikemukakan Sutardi dan Sudirjo (2007: 61) yaitu sebagai berikut ini:

a. Lebih banyak interaksi antar siswa, maksudnya lebih banyak merespon yang dihasilkan, sehingga variasi respon dari diskusi kelompok kecil di kelas lebih banyak.

b. Berkurangnya pengaruh lingkungan terhadap siswa melalui kelompok kecil, siswa seakan lebih senang untuk dikritik, mencoba ide baru, mengurangi salah pengertian, lebih banyak bertanya dan mengembangkan percaya diri dan perasaan sukses.

c. Siswa lebih banyak belajar diantara mereka sebagai pengaruh interaksi saling menghargai, keterlibatanya semakin nampak.

(11)

untuk mendapatkan skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberikan penghargaan atau reward, ataupun dalam bentuk sertifikat. Dengan model kooperatif teknik STAD siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran, berpikir kritis dan belajar untuk belajar mengeluarkan argumennya. Dengan keterlibatan siswa secara langsung pada saat pembelajaran akan memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang diajarkan.

Berdasarkan paparan diatas, dilakukan penelitian sebagai tindak lanjut untuk menjawab permasalahan mengenai kurangnya pemahaman siswa pada materi luas trapesium dengan menggunakan media kertas berwarna dan model pembelajaran kooperatif teknik STAD (Student Teams Achievement Division) yang diintegrasikan dalam penelitian tindakan kelas berjudul ” Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD Menggunakan Media Kertas Berwarna untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Materi luas trapesium (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Margaluyu Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang )."

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang muncul pada saat pembelajaran, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

(12)

b. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran kooperatif teknik STAD menggunakan media kertas berwarna dalam pembelajaran matematika tentang luas trapesium di kelas V SDN Margaluyu?

c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam memahami materi matematika tentang luas trapesium setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik STAD dan penggunaan media kertas berwarna ?

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan pada fokus permasalahan yang muncul pada perumusan masalah, peneliti berkeyakinan bahwa untuk menyelesaikan masalah yang telah dikemukakan tadidapat teratasi jika dalam proses pembelajaran diterapkan model kooperatif teknik STAD dengan menggunakan media kertas berwarna.

Pembelajaran kooperatif teknik STAD ini merupakan salah satu teknik dari pembelajaran kooperatif yang beranggotakan 4-5 orang yang heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan, penyampaian materi, kgiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.Selain melihat keunggulan dari model kooperatif diatas, model kooperatif teknik STAD ini juga dipilih berdasarkan kondisi siswa di kelas yang beragam tingkat intelektualnnya. Dari 30 orang siswa ada beberapa siswa yang unggul dalam pembelajaran matematika ini. Dalam kooperatif teknik STAD siswa akan belajar didalam kelompok yang heterogen dengan demikian kemampuan siswa akan merata.

(13)

terdiri dari fase-fase yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

Fase 1 : Menyampaikan Tujuan dan memotivasi siswa  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

 Memberikan motivasi belajar

Fase 2 : Menyajikan/ menyampaikan informasi  Guru menjelaskan berbagai bangun datar

 Siswa bercerita tentang bangun datar yang ada disekitar

Fase 3 : Menggorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar  Siswa membentuk kelompok dengan bimbingan guru

 Guru memperlihatkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk menentukan

rumus trapesium

 Tiap kelompok diberi LKS, alat dan bahan untuk proses penemuan rumus

Fase 4 : guru membimbing kelompok bekerja dan belajar  Guru membimbing kelompok siswa

Fase 5 : evaluasi

 Tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok lain diberi

kesempatan untuk menanggapinya

 Siswa diberi pertanyaan atau kuis agar lebih memahami hasil dari kegiatan

penemuannya

Fase 6 : memberikan penghargaan

(14)

Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan dengan pemberian hadiah dan penghargaan skor kelompok setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya berupa pemberian ucapan selamat dan penambahan poin.

Penggunaan media membuat siswa lebih tertarik dan berminat untuk mempelajari matematika yang akhirnya akan berpengaruh pada pemahaman dan hasil belajar siswa.

Media kertas berwarna digunakan siswa dalam menentukan luas trapesum dengan cara setiap kelompok membuat 2 bangun trapesium dengan ukuran diserahkan pada kelompoknya dengan syarat kedua trapesium itu memiliki ukuran yang sama. Kemudian salah satu bangun trapesium digunting dengan cara membuat bentuk segitiga lalu kedua segitiga itu dihitung luasnya. Dari hasil kegiatan tadi maka dapat ditemukan luas trapesium. Alasan penggunaan media kertas berwarna ini akan lebih menarik perhatian siswa dan bahan yang digunakan mudah didapat.

(15)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan model pembelajaran kooperatif teknik STAD menggunakan media kertas berwarna dalam pembelajaran matematika tentang luas trapesium di kelas V SDN Margaluyu.

b. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran kooperatif teknik STAD menggunakan media kertas berwarna dalam pembelajaran matematika tentang luas trapesium di kelas V SDN Margaluyu.

c. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam memahami materi matematika tentang luas trapesium setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik STAD dan penggunaan media kertas berwarna.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat kita peroleh dari penelitian ini adalah : a. Bagi Siswa

1) Dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam melaksanakan pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran matematika dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam pengungkapan gagasan dan membandingkannya dengan ide oranng lain.

(16)

3) Memberikan rangsangan berpikir dan memupuk rasa tanggung jawab pada diri siswa.

b. Bagi Guru

1) Memberikan kontribusi pada guru dalam mengajarkan materi tentang luas trapesium.

2) Memberikan alternatif media yang menarik.

3) Memberikan masukan bagi guru dalam melakukan suatu inovasi dalam pembelajaran matematika.

c. Bagi Sekolah :

Sebagai kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang dijadikan tempat penelitian.

D. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap pokok-pokok masalah yang diteliti, berikut ini penulis menjelaskan secara operasional beberapa istilah yang dipandang perlu untuk diketahui kejelasannya.

1. Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide atau bekerja secara kolaborasi untuk memecahkan masalah.( Davidson dan Kroll, dalam Sutardi dan Sudirjo, 2007: 57).

2. Student adalah siswa Teams adalah Kelompok

Achievement adalah prestasi

(17)

Teknik STAD (Student Teams Achievement Division) adalah salah satu teknik dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil empat sampai lima orang siswa secara heterogen yang diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan diakhiri dengan penghargaan kelompok.(Trianto, 2007: 52).

3. Media kertas berwarna adalah alat atau media yang terbuat dari kertas berwarna yang digunakan untuk perangsang siswa dalam belajar.

4. Trapesium adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk yang dua diantaranya saling sejajar namun tidak sama panjang.

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penellitian

Lokasi penelitian adalah SDN Margaluyu Desa Padaasih Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang. Pertimbangan-pertimbangan pemilihan sekolah tempat penelitian adalah sebagai berikut ini.

a. Sebagai guru kelas di SDN Margaluyu Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang, perlu inivasi dalam pembelajaran matematika tentang luas trapesium.

b. Siswa kelas V SDN Margaluyu masih kesulitan dalam pembelajran matematika tentang luas trapesium.

c. Perlu suasana baru dalam praktik mengajar khususnya dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik STAD.

2. Waktu Penelitian

(19)

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Margaluyu tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 13 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Siswa SDN Margaluyu dipilih sebagai subjek dalam penelitian, karena perlu adannya inovasi dalam pembelajaran matematika tentang luas trapesium, agar dapat memberikam dampak positif dari hasil belajar siswa. Selain itu alasan pemilihan subjek penelitian, karena pada saat pembelajaran matematika tentang luas trapesium hanya 30 % saja yang tuntas. Diharapkan dengan diterapkannya model kooperatif teknik STAD siswa dpat lebih memahami materi tentang luas trapesium.

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melaksanakan tindakan yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kasbolah (1999: 15) bahwa, “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan dalam bidam pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran”.

(20)

karekteristik PTK, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasbolah (1999: 22) yaitu:

(1)Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan guru sendiri, (2) Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktik factual, (3) cirri lain yang ada pada penelitian tindakan kelas adalah adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan.

Berdasarkan karakteristik PTK di atas, maka suatu penelitian dapat disebut PTK apabila memenuhi ketiga karakteristik di atas. Karakteristik pertama PTK dilaksanakan oleh guru sendiri sebagai pengelola program kelas. Karakteristik kedua, PTK berangkat dari permasalahan praktik factual, artinya permasalahan yang timbul dari proses pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru itu sendiri. Karakteristik ketiga, adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar-menngajar di kelas yang bersangkutan.

Tujuan PTK menurut Suyanto, dkk. (Kasbolah, 1999: 32) adalah untuk meningkatkan (1) kualitas praktik pembelajaran di sekolah, (2) relevansi pendidikan, (3) mutu hasil pendidikan, dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan.

Sesuai dengan tujuan PTK di atas, maka PTK sangat cocok untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di kelas, maka dengan adanya perbaikan pembelajaran diharapkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

(21)

atas pengalaman yang dialami. Untuk memecahkan permasalahan tersebut ditetapkan dan dirancang tindakan yang berdasarkan kajjian teori pembelajaran dan literature dari berbagai sumber yang relevan.

2. Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang dilaksanakan adalah model siklus berbentuk spiral yang mengacu pada model Kemmis dan Taggart. Kemmis dan Taggart (Kasbolah, 1999: 14) mengemukakan bahwa:

Penelitian tindakan kelas juga digambarkan sebagai proses dinamis dimana keempat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi harus dipahami bkan langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Berdasarkan pendapat Kemmis dan Taggart di atas, pelaksanaan siklus tidak hanya dilakukan satu kali melainkan beberapa kali sampai tercapai tujuan yang diharapkan. Alur penelitian tindakan kelas melalui model spiral dari Kemmis dan Taggart dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.2

(22)

Berdasarkan gambar 3.2 mengenai alur peneliian tindakan kelas akan dipaparkan sebagai berikut ini.

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan adalah pemilihan metode dan media yang akan digunakan untuk mengamati suatu informasi yang dapat menghasilkan dampak kearah perbaikan.

Menurut Hasan, dkk. (Kasbolah, 1999: 81) dalam perencanaan tindakan hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:

(1)Penetapan bukti yang akan dijadikan indikator untuk mengukur pencapian pemecahan masalah sebagai akibat dilaksanakannya tindakan, (2) penetapan tindak-tindakan yang diharpkan agar menghasilkan dampak kearah perbaikan program, (3) pemilihan metode dan alat yang akan digunakan untuk mengamati atau merekam semua informasi tentang pelaksanaan tindakan, (4) pemecahan metode dan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat dan tujuan data.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan adalah aktivitas yang dirancang untuk menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran.

Menurut Sumarno (Kasbolah, 1999: 87) “Dalam kontek PTK istilah

tindakan dipahami sebagai aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran dan praktek pendidikan dalam kondisi kelas tertentu”.

c. Observasi

(23)

Semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan setiap indicator dari proses dan hasil yang akan dicapai(perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan oleh tindakan perencanaan maupun akibat sampingannya.

d. Refleksi

Refleksi adalah menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran.

Menurut Kasbolah (1999: 100), “Refleksi seyogyanya dilakukan pada saat

memikirkan tindakan yang akan dilakukan”. Refleksi dalam PTK itu tidak hanya

dilakukan pada akhir pelaksanaan tindakan. Oleh karena itu, pada dasarnya refleksinmerupakan kegiatan analisis, interprestasi, dan evaluasi atas informasi yang diperoleh dari kegiatan tersebut.

D. Prosedur Penelitian

Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model silklus yang meggunakan sistem spiral. Maka disusunlah langkah-langkah penelitian sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut ini:

a. Permohonan izin kepada Kepala SDN Margaluyu, guru kelas V dan siswa kelas V untuk melakukan penelitian.

(24)

c. Membuat LKS untuk menuangkan permasalahan yang akan didiskusikan secara berkelompok.

d. Mempersiapkan sarana pendukung yang diperlukan dalam pembelajaran. e. Membuat lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

f. Membuat lembar wawancara guru dan siswa g. Membuat lembar catatan lapangan

h. Membentuk kelempok secara heterogen dan membuat alat evaluasi berbentuk tes.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan ini adalah melaksanakan pembelajaran pada materi lus trapesium dengan menerapkan model kooperatif teknik STAD menggunakan media kertas berwarna dikelas V SDN Margaluyu adalah sebagai berikut ini.

a. Kegiatan Awal

1. Berdoa sebelum membuka pelajaran 2. Mengecek kehadiran siswa

3. Menyiapkan alat dan bahan pelajaran

4. Mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif 5. Apersepsi

(25)

b. Kegiatan inti

1. Guru menjelaskan berbagai macam bangun datar

2. siswa bercerita tentang macam- macam bangun datar yang ada disekitar. 3. siswa membentuk kelompok dengan bimbingan guru.

4. Guru memperlihatkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk menemukan rumus luas trapesium, peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya.

5. Tiap kelompok diberi LKS, alat dan bahan untuk proses penemuan rumus/ cara menghitung luas trapesium.

6. Kelompok melakukan kegiatan untuk menemukan cara /rumus menghitung luas trapesium.

7. Guru membimbing kelompok-kelompok siswa

8. Berdasarkan temuan dari hasil kerja kelompok, siswa menyimpulkan cara untuk menghitung/ rumus luas trapesium dan penerapan rumus tersebut dalam menghitung luas trapesium.

9. Ketua kelompok membantu anggota kelompok untuk lebih memahami hasil dari kegiatan tersebut dengan menjelaskan kembali kepada teman dalam satu kelompok yang belum mengerti.

10.Tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya tentang cara untuk menghitung luas trapesium.

11.Kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapinya.

(26)

13.Guru memberikan penjelasan, arahan, dan koreksi terhadap hasil penemuan siswa tentang cara/ rumus untuk menghitung luas trapezium dan penerapan rumus tersebut dalam menghitung luas trapesium agar tidak terjadi kesalah pahaman dan memberikan konsep-konsep tambahan untuk lebih memperkuat hasil dari kegiatan siswa.

14.siswa diberi pertanyaan atau kuis agar lebih memahami hasil dari kegiatan penemuannnya. Peserta didik menjawab secara individu tanpa diberi tahu oleh temannya atau teman sekelompoknya.

c. Kegatan Akhir

1. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran 2. Guru menutup pembelajaran

d. Tahap Observasi

Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengamati pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan secara langsung pada saat proses pembelajaran di kelas, dengan cara melihat, mengamati dan mencatat prilaku siswa maupun guru. e. Tahap Analisis dan Refleksi

Refleksi dilakukan setiap akhir tindakan dengan melakukan diskusi dengan observer. Refleksi dilakukan berdasil refleasarkan hasil analisis dari hasil observasi berupa catatan lapangan, wawancara dan hasil evaluasi.

E. Instrumen Penelitian

(27)

1. Lembar Observasi

Observasi dilakukan secara langsung pada saat proses belajar-mengajar di kelas. Kegiatan observasi dilakukan terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa dengan cara melihat, mengamati dan mencatat. Format pengamatan kinerja guru dan pengamatan aktivitas siswa terlampir.

2. Lembar Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang dengan maksud tertentu. Kegiatan wawncara dilakukan pada siswa dan guru yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada pelaksanaan pembelajaran. Lembar wawancara terlampir.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan tertulis apa yang didengar, dilihat dan dialami pada proses kegiatan belajar-mengajar dari mulai kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir yang dicatat oleh peneliti. Format terlampir

4. Lembar Evaluasi

Lembar evaluasi berisi soal-soal tes setiap akhir tindakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari. Hal ini perlu diketahui, untuk menentukan rencana selanutnya. Tes dalam penelitian ini adalah berupa lembar soal yang harus dikerjakan oleh siswa secara perorangan. Lembar evaluasi terlampir.

5. Dokumen

Dokumen didefinisikan oleh Gubadan Lincoln (moleong, 2002: 161)

(28)

dipersiapkan karena adanya permintaan seorang pennyidik”. Dokumen dalam

kegiatan penelitian berupa foto-foto aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Dokumen diambil dengan tujuan untuk memperkuat data dalam penelitian.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Teknik Pengolahan Data ada dua macam yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data Kualitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menunjukan prosesbinteraksi yang terjadi selama proses belajar-mengajar berlangsung sesuai dengan penerapan teknik STAD menggunakan media kertas berwarna.

Pada lembar observasi ki nerja guru di isi dengan tanda cek pada nilai 0-1-2-3-4 dengan deskriptor masing-masing berbeda. Semua nilai dijumlahkan dan kemudian diprosentasikan. Dengan prosentase tersebut dapat terlihat peningkatan kualitas kinerja guru pada pelaksanaan tindakan dan dapat dijadikan refleksi untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

(29)

kelemahan-kelemahan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Setelah data kuantitatif diolah kemudian ditulis dalam bentuk deskripsi.

b. Data Kuantitatif

Teknik pengolahan data untuk tes hasil belajar menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui data hasil siswa. Teknik pengolahan data untuk tes hasil belajar adalah sebagai berikut ini.

(1) Jumlah soal terdiri dari 5 soal. Satu soal ada yang dikembangkan menjadi 2 soal, jadi jumlah keseluruhan soal ada 6.

(2) Setiap soal memiliki jumlah skor yang berbeda-beda, seperti tabel berikut Tabel 3.2

Jumlah skor ideal dari semua soal adalah 60 Nilai = Skor yang diperoleh siswa x 100

Skor Ideal

Untuk hasil tes belajar siswa digunakan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) belajar yang digunakan di SDN Margaluyu 70.

(30)

(3) Deskriptor KKM

a) Kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap KD/IND yang harus dicapai oleh siswa.

b) Daya dukung, yaitu ketersediaan tenaga, sarana dan prasarana pendidikan yang sangat dibutuhkan termasuk media pembelajaran, biaya, manajemen sekolah, komite sekolah dan kepedulian. Jika daya dukung tinggi, skor yang dicantumkan tinggi, begitu juga sebaliknya.

c) Intake (tingkat kemampuan rata-rata siswa) adalah didasarkan pada tingkat pencapaian KKM siswa pada semester atau kelas sebelumnya. Bagi siswa yang dinyatakan tuntas belajar dalam materi luas trapesium jika nilai yang diperoleh sama atau diatas KKM yang dietapkan. Kriteria klasikan yang dinyatakan tuntas harus mencapai 80% dari jumlah siswa.

2. Analisis Data

Hasil dari pengolahan data proses dan data hasil selanjutnya dianalisis. Menurut Sugiyono (2005: 89), pengertian analisis data adalah:

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi denngan cara mengorganisasikan data ke dalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

(31)

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

b. Penyajian Data

Menyajikan data dalam bentuk uraian singkat yang bersifat naratif. c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Proses analisis data

dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber kemudian data tersebut dirangkum menjadi intisari yang terjaga kebenarannya.

G. Validasi Data

Validasi data dalam penelitian ini merujuk pendapat Hopkins (Wiriaatmadja, 2005) antara lain:

1. Member check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

(32)

kembali keterangan-keterangan atau data. Mengemukakan hasil temuan sementara untuk memperoleh tanggapan, sanggahan, atau informasi tambahan baik dari guru maupun siswa, sehingga terjaring data yang benar dan memiliki derajat validitas yang tinggi.

2. Triangulasi, yakni memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti, dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh peneliti, dengan terhadap hasil yang diperoleh oleh sumber laian yaitu guru dan siswa. Triangulasi dalam penelitan ini dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang yaitu sudut pandang guru, sudut pandang siswa dan sudut pandang observer (teman sejawat). Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang maksimal. Melakukan kegiatan kolaboratif dengan guru, siswa dan observer melalui kegiatan wawancara untuk memperoleh data yang valid.

3. Audit trail, yakni mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikannya dengan pembimbing atau teman sejawat yang memiliki kemampuan dan kemahiran berkaitan dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan.

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan tindakan selama dua siklus untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang luas trapesium dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik STAD dengan menggunakan media kertas berwarna dapat disimpulkan sebagai berikut ini.

1. Perencanaan pembelajaran luas trapesium dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik STAD menggunakan media kertas berwarna hal yang dipersiapkan selain membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan tahap pembelajaran kooperatif model STAD, hal yang terpenting harus dipersiapkan yaitu membuat kelompok yang bersifat heterogen berdasarkan kemampuan akademik dan jenis kelamin. Dalam model kooperatif materi dirancang untuk pembelajaran kelompok, siswa secara kolaboratof mengerjakan tugas-tugas yang diberikan pada setiap siklus. Setiap anggota kelompok diarahkan untuk saling membantu dan bertanggung jawab atas keberhasilan anggotanya, sehingga semua anggota kelompok dapat mempelajari materi dengan tuntas.

(34)

berwarna aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan aspek yang diamati aspek tanggung jawab, kerjasama, motivasi, dan partisipasi selama dua siklus mengalami peningkatan. Dari katagori baik (aktivitas siswa dari keempat aspek yang diamati mendapat skor 9-12), pada siklus I mencapai 40% , dan siklus II mencapai 86,7%. Penerapan model kooperatif teknik STAD dalam penelitian ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan berinteraksi seperti mengajukan pendapat, kepemimpinan kerjasama dalam memahami konsep sehingga aktivitas siswa lebih meningkat.

(35)

B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut ini.

1. Guru hendaknya menerapkan proses pembelajaran yang berdasarkan pada penelitian model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa. pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan potensi siswa dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa dan kualitas PBM yang dilakukan.

2. Dalam menjelaskan konsep luas trapesium, pemilihan media dan alat evaluasi yang tepat dapat mepengaruhi pemahaman dan hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari.

3. Penggunaan model kooperatif menunjukan efektivitas bagi perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi pelajaran maupun dilihat dari pengembangan sikap dan keterampilan social yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya di masyarakat. Untuk itu penerapan model kooperatif hendaknya dapat diterapkan lebih lanjut pada setiap mata pelajaran.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Isi dan Standar Kompetensi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Jubaeda. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Mengatasi Kesulitan Siswa dalam Mengubah Pecahan Biasa ke Bentuk Desimal dengan Hasil Terselesaikan (Desimal Berakhir) di Kelas IV SDN 2 Sarabau Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon (Skripsi). UPI Kampus Sumedang: Tidak Diterbitkan.

Kasbolah, Kasihani. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Depdikbud

Maulana, Ginanjar. (2010). Penerapan Model Kooperatif Teknik STAD Menggunakan Media Kerangka Kubus Untuk Meningkatkan Pemehaman Siswa Tentang Unsur dan Sifat Kubus di Kelas V SDN Citimun I. UPI Kampus Sumedang: Tidak Diterbitkan

Moleong, L.J (2002) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya

Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas.

Ruseffendi, E.T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Praneda Media.

(37)

Sumantri, Mulyani dan Permana, Johar. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Sutardi, Didi dan Sudirjo, Encep. (2007). Pembaharuan Dalam PBM di SD. Bandung: UPI Press.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontrukstivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Gambar

Gambar 3.2 Model Spiral dari Kemmis dan Taggart
Tabel 3.2 Skor Setiap Soal

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa p-value sebesar 0,52 yang berarti tidak terdapat perbedaanlama in- volusio uteri pada ibu nifas yang mengguna- kan IUD post placenta

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

pembelajaran berbasis proyek berlangsung, (e) Menjelaskan kategori kelompok sesama teman telah dilakukan oleh beberapa orang peserta didik dengan baik, tampak dari

Kegiatan “Pemberdayaan Kelas Ibu Hamil” dengan melatih 58 petugas KIA Puskesmas Induk (TOT Kelas Ibu), 257 bidan desa dan 1028 kader Posyandu serta pemberian

Hasil perhitungan analisis menunjukkan bahwa pengaruh kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap akhlak mulia siswa sebesar 57 %, jika dibandingkan dengan r tabel

Fagih Naukoko Drs... Nur

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji arahan fungsi dan menghasilkan peta yang berisi zonasi-zonasi fungsi kawasan hutan yang optimal di wilayah Kota Palangka

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Cibaduyut 148 Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung. Alasan pemilihan subjek tersebut adalah