• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai School Engagement pada Siswa SMPN "X" di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai School Engagement pada Siswa SMPN "X" di Kota Bandung."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Studi Desktiptif Mengenai School Engagement pada Siswa

SMPN “X” di kota Bandung”. Tujuannya adalah mengetahui gambaran school engagement

pada siswa SMPN “X” di kota Bandung. Rancangan penelitian ini yang digunakan adalah motode deskriptif dengan jumlah responden 906 orang.

Alat ukur yang digunakan disusun oleh Ida Ayu dan tim peneliti berdasarkan teori School engagement dari Fredricks, Blumenfeld & Paris (2004). Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment diperoleh validitas pada setiap komponen school engegagement yaitu behavioral engagement berkisar antara 0,386-0,651, emotional engagement berkisar 0,328-0,690, cognitive engagement berkisar antara 0,351-0,669 dan realibilitas menggunakan Alfa Cronbach dengan realibilitas setiap komponen. Behavioral engagement 0,835, emotional engagement , dan cognitive engagement 0,895 yang berarti alat ukur yang digunakan realiabel. Data hasil penelitian diolah dengan menghitung distribusi frrekuensi berdasarkan perhitungan mean.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa SMP N “X” di kota

Bandung memiliki School engagement yang relatif seimbang antara yang rendah dan yang tinggi. Sebanyak 49,0% siswa memiliki School engagement yang rendah dan sebanyak 51,0% siswa memiliki School engagement yang tinggi.

(2)

Abstract

The title of this is “A Descriptive Study School Engagement of SMPN "X" in the city of Bandung". The aim is to investigative the bigger picture of school engagement in students of SMPN "X" in the city of Bandung. The research design is descriptive method, with teh amount of respondents in 906.

A Measuring instruments used are prepared by Ida Ayu and a team of researchers based on the theory School engagement of Fredricks, Blumenfeld & Paris (2004). Based on test validity using Pearson Product Moment Correlation obtained validity in each component of school engegagement namely behavioral engagement ranged from 0.386 to 0.651, emotional engagement ranged from 0.328 to 0.690, cognitive engagement ranged from .351 to .669 and reliability using Cronbach Alpha reliability of each component. Behavioral 0.835 engagement, emotional engagement, and cognitive engagement 0.895 which means measuring instruments used realiabel. The data was processed by calculating the distribution frrekuensi by calculation of the mean.

Based on the results of this study concluded that students of SMP N "X" in the city of Bandung has a School engagement is relatively balanced between low and high. A total of 49.0% of students have a School engagement is low and 51.0% of students had high engagement School.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ………...………...… i

ABSTRACT ………... ii

KATA PENGANTAR ………...… iii

DAFTAR ISI ………...…... v

DAFTAR TABEL ………. ix

DAFTAR GAMBAR …….………. x

DAFTAR LAMPIRAN ………. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah ………... 1

1.2 Identifikasi masalah ……….. 6

1.3 Maksud dan tujuan penelitian ………... 7

1.3.1 maksud penelitian ………... 7

1.3.2 Tujuan penelitian ………... 7

1.4 Kegunaan penelitian……….. 7

1.4.1 Kegunaan Teoritis ………... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis ………... 7

1.5 Kerangka Pikir ……….. 8

(4)

vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 School Engagement ……… 14

2.1.1 Definisi School Engagement ………. 14

2.1.2 Komponen dalam School Engagement ………... 14

2.1.2.1 Behavioral Engagment …...………... 14

2.1.2.2 Emotional Engagement ………... 15

2.1.2.3 Cognitive Engagement ………... 15

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi School Engagement ………... 16

2.1.3.1 School Level Factors ………. 16

2.1.3.2.5 Task Characteristic ………. 20

2.1.3.3 Individual Needs ……….... 21

2.1.3.3.1 Need For Relatedness ……….……….... 21

2.1.3.3.2 Need For Autonomy …………...………. 22

2.1.3.3.3 Need For Competence ..……….. 22

2.1.4 Hasil School Engagement ………...…. 23

2.1.4.1 Achivement ………... 23

2.1.4.2 Dropping Out ………...… 24

(5)

vii

2.2.1 Pengertian Masa Remaja ………... 25

2.2.2 Masa Remaja ………... 25

2.2.3 Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Remaja ………... 26

2.2.3.1 Sifat Remaja ………. 26

2.3 Teori Piaget Dan Kognisi Remaja ……….………... 27

2.3.1 Sosial Pada Remaja ………... 28

2.4 Sekolah ………... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ………... 32

3.2 Bagan Rancangan Penilitian ………... 32

3.3 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ……… 33

3.4 Alat Ukur School engagement ……… 34

3.4.1 Data utama dan data penunjang ………. 35

3.4.2 Validitas dan Realibilitas alat ukur ………... 36

3.4.2.1 Validitas Alat Ukur ………..………... 36

3.4.2.2 Realibilitas Alat Ukur ………...….. 36

3.5 Populasi Sasaran Dan Teknik Penarikan Sampel ………..………. 38

3.5.1 Populasi Sasaran ………...…. 38

3.5.2 Karakteristik Populasi ……….…... 38

(6)

viii

BAB IV PEMBAHASAN ………... 40

4.1 Gambaran Responden ………. 40

4.1.1 Gambaran Responden berdasarkan jenis kelamin ………. 40

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ……….. 41

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Kelas ………. 41

4.2 Gambaran Hasil Penelitian ………. 42

4.2.1 Gambaran School Engagement ……….. 42

4.2.2 Gambaran Umum Berdasarkan Kelas ………... 43

4.2.3 Gambaran School Engagement Pada Setiap Komponen ………... 44

4.2.3.1 Gambaran Behavioral Engagement ………. 44

4.2.3.2 Gambaran Emotional Engagement ………... 44

4.2.3.3 Gambaran Cognitive Engagement ……… 44

4.3 Pembahasan ……….... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………... 67

5.1 Simpulan ………. 67

5.2 Saran ………... 68

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3 Kisi-kisi alat ukur School Engagement ……… 34

Tabel 3.3 Kriteria Jawaban Alat Ukur ………..……… 35

Tabel 3.4 Kriteria Validitas ………...………... 37

Tabel 3.5 Kriteria Realibilitas ……… 38

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 40

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ……… 41

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Kelas ………... 41

Tabel 4.4 Gambaran Umum School Engagement ………. 42

Tabel 4.5 Gambaran Umum Berdasarkan Kelas ……….. 43

Tabel 4.6 Gambaran Behavioral Engagement ……….. 44

Tabel 4.7 Gambaran Emotioanl Engagement ………... 44

(8)

DAFTAR GAMBAR

Bagan 1.1 Kerangka Pikiran ………. 12

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Letter Of Concent dan alat ukur (kisi-kisi, Identitas, Data Utama dan Data Penunjang)

Lampiran B Hasil Penelitian

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Melalui sekolah, siswa dapat belajar dan melatih kemampuan akademis, meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab, membangun jiwa sosial dan jaringan pertemanan, serta mengembangkan diri dan berkreativitas. Pemerintah gencar menyanangkan program wajib belajar 12 tahun, yaitu sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), sehingga banyak lembaga pendidikan taraf SMA meningkatkan kualitas mereka demi menarik minat siswa.

(11)

2

Salah satu insitusi dalam pendidikan formal adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang mempersiapkan sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya. Sekolah Menengah Pertama merupakan jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Saat ini Sekolah Menengah Pertama menjadi program Wajar 9 Tahun (SD, SMP). Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan (atau sederajat). Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Sekolah menengah pertama diselenggarakan oleh pemerintah (Sekolah Negri) maupun swasta (Non Negri). (http://www.kemdiknas.go.id).

SMPN “X” Bandung merupakan salah satu SMPN yang mengutamakan disiplin dalam

program belajar mengajar siswa. SMPN “X” Bandung Merupakan salah satu Sekolah Standar Nasional di Kota Bandung. SMPN “X” ini menyediakan fasilitas yang cukup menunjang kegiatan pembelajaran, misalnya memiliki laboratorium dan perpustakaan. Selain itu, SMPN “X” Bandung juga memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang cukup beragam, seperti basket, karate,

cheerleader, futsal, taekwondo, PMR, dan science club yang memungkinkan siswa menjadi aktif

dan mengukir prestasi di luar bidang akademik. SMPN “X” Bandung memiliki standarisasi sekolah yang tinggi maka secara otomatis siswa dituntut untuk memiliki keterlibatan yang tinggi pula dengan sekolah. Menurut Drs. Dwi Markoniandi sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Mandiri, SMPN “X” Bandung merintis program Bilingual. Program Bilingual yang

(12)

3

pembelajaran dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. SMPN “X” Bandung Merupakan salah satu Sekolah Standar Nasional di Kota Bandung.

Pada Tahun 2011 SMPN “X” Bandung di nobatkan sebagai sekolah the most favorite school in Bandung. Dengan menempati posisi ketiga dalam peringkat perolehan NEM tertinggi

di kota Bandung, dibawah SMPN 7 dan SMPN 2 Bandung. SMPN “X” memperoleh Passing Grade yang tinggi yaitu, 27.45. SMPN “X” Bandung memiliki visi adalah "SMP Negeri “X”

Bandung unggul dalam prestasi akademik , non-akademik , religi, sosial budaya, berwawasan international dan berwawasan lingkungan ".

(13)

4

diperoleh, sebaliknya siswa yang tidak dapat menyeimbangkan antara kegiatan-kegiatan yang diikutinya maka akan mempengaruhi terdahap nilai yang diperolahnya.

Tingginya kualitas engagement dan hasil pembelajaran menghantarkan siswa untuk merasa kompeten secara akademik dan merasa interaksi yang lebih positif dengan guru. Siswa yang engaged pada umumnya dapat membina persahabatan dan berkelompok dengan teman sebayanya. Siswa yang disengage sulit mengembangkan keterlibatan di sekolah dan gagal mengembangkan sikap positif terhadap belajar sehingga mengalami kesulitan dalam proses belajar di sekolah, siswa biasanya memiliki interaksi yang buruk dengan guru atau dengan siswa lain, hal-hal seperti ini yang bisa mengarah pada droping out (Rumberger, 1987 dalam fredricks, 2004).

School engagement adalah tindakan siswa yang diarahkan dalam aktivitas akademik dan

(14)

5

School angagement memiliki 3 komponen, yaitu behavioral engagement, emotional

engagement serta cognitive engagement (Fredricks, 2004). Behavioral engagement mengacu

pada tingkah laku positif, seperti mengikuti peraturan dan mengikuti norma kelas, juga tidak adanya perilaku distruptif seperti bolos sekolah. Behavioral engagement juga mengacu pada keterlibatan dalam belajar dan tugas akademik mencakup prilaku seperti usaha SMP untuk mengikuti proses belajar di kelas, mendengar, mau bertanya kepada guru apabila ada mata pelajaran yang kurang dimengerti, dan kontribusi pada diskusi kelas seperti turut serta memberi saran atau ide dalam diskusi kelas. Emotional engagement merujuk pada reaksi afektif murid didalam kelas, seperti ketertarikan, kebosanan, kesenangan, kesedihan dan kecemasan . Bentuk perilaku awal sikap, dimana menilai perasaan kepada kepala sekolah, guru atau pekerjaan ; merasa senang atau sedih disekolah, atau merasa bosan atau tertarik dalam pekerjaan. Bagaimana perasaan siswa disaat mengikuti proses belajar di kelas, perasaan terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada siswa. Cognitive engagement mengacu pada keterikatan atau self regulasi, menggunakan strategi metakognitif untuk merencanakan, memonitor dan mengevuluasi kognitif mereka ketika menyelesaikan tugas. Siswa menggunakan startegi belajar seperti latihan, merangkum, dan elaborasi untuk mengingat, mengorganisasi dan mengerti materi Siswa mengatur dan mengontrol usaha pada tugas, sebagai contoh, dengan menahan atau menekan distraksi (gangguan) umtuk mempertahankan cognitive engagement mereka, siswa mau berusaha mengerjakan tugas dan menyelesaikannya.

(15)

6

10 siswa (33%) yang mengerjakan tugas seadanya, menunda mengerjakan tugas, pasif dalam berdiskusi, melanggar peraturan sekolah dan mendapat hukuman. Hal ini menunjukan behavioral

engagagement pada siswa SMPN “X” Bandung.

Dari survey juga menunjukan bahwa sebanyak 18 siswa (60%) yang mengatakan senang berada di sekolah, merasa nyaman mengikuti proses belajar mengajar di kelas, semangat mengikuti pelajaran, dan antusias dalam diskusi kelas, sementara itu sebanyak 12 siswa (40%) yang mengatakan bahwa mereka merasa bosan di sekolah, terkadang mengantuk di kelas dan kurang tertarik saat diskusi kelas. Siswa yang merasa peraturan di sekolah terlalu ketat sehingga membuat siswa merasa terbebani. Hal-hal tersebut menunjukan emotional engagement pada siswa SMPN “X” Bandung.

Kemudian sebanyak 19 siswa (63%) yang berkonsentrasi saat guru menjelaskan dikelas. Berkonsentrasi mengerjakan tugas, dan berusaha memahami materi, sementara itu sebanyak 11 siswa (37%) yang kurang mencoba untuk memahami lebih dalam materi yang diajarkan guru, dan hal-hal ni menunjukan cognitive angagement pada siswa SMPN “X” Bandung.

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti school engagement pada siswa SMP Negeri “X” di Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

(16)

7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Memperoleh gambaran mengenai mengenai School Engagement pada siswa SMPN “X” di kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Memperoleh gambaran mengenai School engagement pada siswa SMPN Negeri di Bandung dan keterkaitan faktor-faktor yang berpengaruh.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada bidang ilmu psikologi pendidikan

mengenai School engagement.

 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penelitian lain yang berminat

melakukan penelitian lanjutan mengenai School engagement.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Sebagai bahan masukan kepada guru – guru SMP Negeri di bandung mengenai School

engagement untuk digunakan dalam membimbing siswanya mencapai hasil belajar yang

(17)

8

1.5 Kerangka Pemikiran

Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial- emosional. Siswa SMP merupakan remaja pada usia 13 sampai 15 tahun. (Santrock, 2003). Pada masa ini siswa akan di didik oleh guru di sekolah. Setiap sekolah memiliki kegiatan akademik dan nonakademik. Dalam proses belajar dan mengajar tersebut membutuhkan keterlibatan siswa yaitu school engagement.

Sekolah dirancang untuk pengajaran siswa dibawah pengawasan guru. Di sekolah terjadi proses belajar dan mengajar secara akademik dan nonakademik. School engagement mengambil peran dalam proses belajar mengajar tersebut. School engagement adalah tindakan yang diarahkan dalam proses pembelajaran pada kegiatan kademik dan nonakademik (Fredrick, 2004). School engagement secara akademik dapat dilihat dari kegiatan siswa ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sedang secara nonakademik dapat dilihat dari kegiatan siswa ketika mengikuti ekstrakulikuler. School engagement pada siswa SMP Negeri “X” di kota Bandung dapat terukur melalui komponen-komponen school engagement meliputi behavioral

engagement, emotional engagement, dan cognitive engagement.

Komponen Behavioral engagement dimana siswa SMPN “X” Bandung berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah baik akademik maupun non-akademik di sekolah. Selain berpartisipasi aktif, siswa menunjukan perilaku positif diantaranya dengan mentaati peraturan sekolah, mengikuti kegiatan diskusi, dan mengumpulkan tugas tepat waktu.

(18)

9

belajar dan menghargai dari proses belajar serta merasa bahwa dirinya merupakan bagian penting, dianggap ada disekolah.

Komponen cognitive engagement dimana siswa SMPN “X” Bandung melakukan proses kontrol untuk menjaga konsentrasi dan komitmen untuk mengatur serta mengarahkan usaha dalam menghadapi distraksi, siswa menggunakan strategi belajar seperti latihan, merangkum, elaborasi untuk mengingat, mengorganisasi dan memahami materi. Siswa memiliki tujuan untuk memdalami setiap materi yang diberikan agar tidak hanya sekedar mengumpulkan tugas saja, tetapi juga mendapatkan nilai yang bagus dan dapat mengaplikasikan pelajaran yang telah diberikan oleh guru.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi School engagement (Fedricks, 2004), yaitu

School level factor, Classroom Context, dan Individual need. School level factor meliputi ukuran

sekolah, partisipasi siswa dalam kebijakan sekolah dan manajemen, kesempatan bagi staf sekolah dan siswa untuk terlibat dalam usaha dan karya akademis yang memungkinkan untuk pengembangan kemampuan siswa. Pada siswa SMPN “X” Bandung ukuran sekolah atau pun

ukuran kelas yang kecil memungkinkan guru SMPN “X” Bandung menjadi lebih fokus dalam

mengajari siswa dan dapat memberi perhatian, dan lebih dekat dengan siswa, kemudian siswa SMPN “X”Bandung juga lebih fokus dalam kegiatan belajar – mengajar di kelas. Sedangkan,

jika kondisi kelas cenderung basar maka dalam kelas tersebut akan diisi siswa yang lebih banyak, dan memungkinkan perhatian guru akan terpecah untuk banyak siswa, kemudian siswa SMPN “X” Bandung juga lebih menjadi enggan untuk lebih terlibat dalam proses belajar di kelas

(19)

10

Siswa SMPN “X” Bandung yang berada dalam lingkungan sekolah yang memiliki kelas

yang cenderung besar, kurang memungkinkan siswa SMPN “X” Bandung untuk berpartisipasi

dalam kebijakan sekolah, dapat membuat siswa SMPN “X” Bandung menjadi kurang terlibat dan

memiliki student engagement yang rendah. Sebaliknya, jika siswa SMPN “X” Bandung memiliki kelas yang cukup kecil, dan memungkinkan siswa untuk berpartisipasi dalam kebijakan sekolah dapat membuat siswa SMPN “X” Bandung terlibat di sekolah dan memiliki student engagement

tinggi.

Classroom context menggambarkan bagaimana dukungan guru, teman sebaya, struktur

kelas, dukungan otonomi, dan karakteristik tugas. Siswa SMPN “X” Bandung yang mendapat

(20)

11

Faktor lain yang mempengaruhi adalah Individual need. Faktor ini berkaitan dengan need

for relatedness, need for outonomy, need for competence. Siswa yang memiliki hubungan yang

baik dan merasa lebih nyaman dengan guru akan memunculkan keterlibatan yang lebih tinggi, kemudian apabila siswa memiliki pilihan dalam pengambilan keputusan tanpa harus dikendalikan orang lain di asumsikan akan membuat siswa menjadi lebih terlibat. Siswa yang memiliki kebutuhan akan kompetensi dan apabila kebutuhan itu terpenuhi maka siswa akan merasa yakin akan kemampuan yang mereka miliki, siswa dapat menentukan keberhasilan mereka dan menentukan apa yang harus mereka perbuat, dan menjadi lebih terlibat demi mencapau keberhasilan tersebut.

(21)

12

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Faktor yang mempengaruhi :

- School level factors

- Classroom context

- Individual needs

Siswa kelas VII SMPN “X” Di kota Bandung

School

Engagement

tinggi

rendah

komponen :

- Behavioral engagement

- Emotional engagement

(22)

13

1.6 asumsi

Berdasarkan asumsi di atas, dapat diasumsikan bahwa :

1. School engagement siswa SMPN “X” di kota Bandung terdiri dari tiga komponen

yaitu behavioral, emotional, cognitive engagement.

2. School engagement siswa “X” di kota Bandung memiliki derajat school engagement

yang berbeda-beda

3. School engagement dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa

SMP Negeri “X” dan dapat membantu mengoptimalkan siswa SMP negeri “X” dalam

(23)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peniliti akan memaparkan kesimpulan mengenai hasil analisis dan

pengolahan data 906 siswa SMP Negeri “X” di kota Bandung berserta saran yang terarah sesuai

dengan hasil penelitian.

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai school engagement yang dilakukan pada 906 siswa SMP

Negeri “X” di kota Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Jumlah siswa SMP Negeri “X” di kota Bandung memiliki school engagement yang relatif

seimbang Antara school engagement yang rendah dan tinggi. 2. Behavioral engagement memiliki presentasi yang cenderung tinggi.

3. Emotional engagement memiliki presentasi yang cenderung tinggi.

4. Cognitive engagement memiliki presentasi yang cenderung rendah.

5. Faktor voluntary choice (pilihan sukarela), ukuran sekolah, kesempatan siswa dan staff dalam usaha bersama di sekolah, tugas akademik yang mengembangkan siswa, teacher

support, peers, autonomy support, task characterictic, need for relaterdness dan need for

competence. Tergambar memiliki keterkaitan dengan komponen behavioral engagement.

(24)

69

7. faktor voluntary choice, aturan sekolah, kesempatan siswa dan staff dalam usaha bersama di sekolah, aoutonomy support, task characteristrics, need for relaterdness. Tergambar memliki keterkaitan dengan komponen cognitive engagement

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

7.2.1 Saran Teoritis

1. Disarankan kepada peneliti yang tertarik untuk meneliti mengenai School Engagement selanjutnya untuk lebih mengembangkan penelitian tentang School Engagement agar dapat melakukan penelitian yang lebih beragam seperti penelitian korelasi, kontribusi dengan variabel-varibel lain.

2. Peneliti lain juga dapat melakukan penelitian pada karakteristik sekolah yang berbeda. Seperti pada sekolah regular lain baik Negeri ataupun Swasta, sekolah alam, sekolah inslusi, dan sekolah lainnya.

7.2.2 Saran Parktis

1. Informasi mengenai gambaran school engagement siswa SMP Negeri “X” di kota Bandung diberikan kepada kepala sekolah dan bidang kesiswaan untuk membuat program untuk memahami dan mengembangkan kualitas sekolah yang dapat meningkatkan school

(25)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SCHOOL ENGAGEMENT

PAD

A SISWA SMPN “X” DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh : TRESA LIANTI

0830193

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(26)
(27)
(28)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT Karena atas rahmat dan ridho-nya, peneliti dapat menyelesaikan penyusunan penelitian dengan judul

“Studi desktiptif mengenai School Engagement pada siswa SMPN “X” di

Bandung” ini guna memenuhi persyaratan menempuh sidang sarjana pada

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Selama penyusunan skripsi ini penelitian banyak menemui kesulitan, tetapi dengan bantuan dan dukungan dari pelbagai pihak maka semua kesulitan tersebut dapat teratasi. Berkenaan dengan hal tersebut, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan usulan penelitian ini, yaitu:

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

2. Jane Savitri, M.Si., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan dukungan kepada peneliti dengan penuh kesabaran.

3. Kristin Rahmani, M.Si., Psikolog, selaku pembingbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, penjelasan, dan pengarahan kepada peneliti dalam menyusun penelitian ini.

(29)

iv

5. Novianto Sukarno yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan rela meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh-kesah peneliti dalam mengerjakan penelitian ini.

6. Kedua orang tua yang selalu menjadi semangat dalam mengerjakan usulan penelitian ini, terima kasih atas segala doa, kasih sayang dan dukungan untuk kelancaran penyusunan penelitian ini.

7. Sabahat dan teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan, perhatian, membantu dan menghibur, khususnya Nuviyantri, Cynthia, Sri, Tentri, Revy, Levina, Chrisencia, Shendy, Octria, Eva, Febby, Sinta M dan seluruh teman-teman angkatan 2008 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, bersama kita belajar untuk sebuah cita-cita.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu peneliti selama proses pembuatan usulan penelitian samapai akhirnya selesai, akhir kata, peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyususan penelitian ini, oleh karena itu peneliti sangat terbuka kritik dan saran dari pelbagai pihak.

Bandung, Mei 2016

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Fredricks, A Jeniffer, Phyllis Blumenfeld, Alison H.Haris, 2004. School Engagement: Potential

of teh Concept, State of teh Evidence (Review of Educational Research; Spring 2004; Vol. 74 No 1; ProQuest Psychology Journals pg. 59-109)

Fredricks, A. Jeniffer, Wendy McColskey, Ph.D, and friends. 2011. Measuring Student

Engagement In Upper Elementary Through High School; A Description Of 21 Instruments. IES (Institute of Education Sciences) National Center for Education Evaluationand Regional Assistence. Real Southeast Regional Educational Laboratory at Serve Center UNC, Greensboro

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. By Ally and Bacon. A Simon and Schutter Company Needham Heights, Massachutssetts

Kaplan, R.M. & Dennis P. Saccuzzo. 2005. Psychological testing: Principle, application, and

issues (6th edition). Belmont: Thomson Wadsworth

L Christenson, Sandra, and Amy L. Reschly, Cathy Wylie, 2012. Handbook of Research on

Student Engagement, Springer New York Dordrecht Heidelberg London

Nazir, Moch, 2009. Metodologi Penelitian Bogor: Ghalia Indonesia

Santrock, John W, 2003. Adolesence edisi keenam. Jakarta: Erlangga

Santrock, John W. 2010. Life Span Development thirteenth Edition McGraw-Hill Companies, New York

(31)

DAFTAR RUJUKAN

Basri seta 2012. Uji validitas dan realibititas Instrumen dengan SPSS. (online)

(http://setabasri01.blogspot.com/2012/04/uji-validitas-dan-realibilitas-item.html,diakses

07/10/2015).

Ayu Sri Widdyati, Ida , 2015. Pengaruh Tipe Parent Involment Terhadap School Engagement

Siswa SMPN “T” Kota Bandung. Skripsi Bandung: Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Maranatha.

Permasalahan belajar siswa SMP dan SMA (www.depdiknas.com, diakses 7/07/2014)

Sekolah menengah pertama (www.kementrian pendidikan nasional.com, diakses 07/07/2014) SMPN 14 Bandung (smpn14bandung.blogspot.com, diakses 18/08/2014)

Referensi

Dokumen terkait

I certify that this thesis is absolutely my own work. I am completely

1) Terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan menyontek dimana pada awalnya dia tidak memiliki niat. 2) Soal ujian yang buku sentris yang hapalan memaksa untuk membuka buku

Gambar 17 Nilai k perubahan daya iris selama penyimpanan pada tempe yang dipanaskan dengan Pv lebih dari 15 menit dan dikemas vakum dalam aluminium foil (a) dan HDPE

(2) Partai politik atau gabungan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan

setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat.. pasang

1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Propinsi dan daerah-daerah Propinsi dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Propinsi,

Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (International Association for the Study of Pain, IASP) mendefenisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kalium dan triakontanol serta interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap rataan bobot umbi ubi jalar.. Hal ini diduga