Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
xi DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ………. i
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ……….. v
KATA PENGANTAR ……….. vi
UCAPAN TERIMA KASIH ………. viii
DAFTAR ISI ……...………... x i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………... 1
1.2. Batasan Masalah …………... 7
1.3.Rumusan Masalah Penelitian …... 7
1.4. Tujuan Penelitian ... 7
1.5. Manfaat Penelitian ... 8
1.6. Definisi Operasional ... 9
BAB II KAJIAN PUSTASKA 2. 1. Pengertian Kebudayaan ... 10
2. 1. 1. Wujud Kebudayaan ... 11
2. 1. 2. Unsur – unsur Kebudayaan ... 12
2. 2. Tradisi Lisan (Folklor) ... 13
2. 2. 2. Fungsi Tradisi Lisan (Folklor) ... 19
2. 2. 3. Bentuk Tradisi Lisan ... 22
2. 2. 4. Dimensi Kelisanan Dalam Tradisi Lisan ... 25
2. 2. 5. Pelestarian Tradisi Lisan ... 26
2. 3. Tindakan Tradisional ... 27
2. 4. Tradisi Bertani ... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Lokasi Penelitian ... 31
3. 2. Metode Penelitian ... 34
3. 3. Teknik Pengumpulan Data... 36
3. 4. Instrumen Penelitian ... 37
3. 5. Data dan Sumber Data Penelitian ... 41
3. 6. Teknik Analisis Data ... 41
3 .7. Pemaparan Hasil Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1. Deskripsi Data ... 43
4. 1. 1. Tumempu atau Tahap Mencari Lahan (sawah atau ladang untuk bercocok tanam padi) ... 44
4. 1. 2. Penanaman Padi dan Pemeliharaan ... 48
4. 1. 3. Panenan atau Mupu’ ... 53
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
xiii
a. Fungsi Religius ... 61
b. Fungsi Pendidikan ... 62
c. Fungsi Komunikasi Masyarakat ... 62
d. Fungsi Hiburan ... 62
4. 2. 2. Makna yang terkandung dalam Tradisi Bertani ... 63
4. 3. Pembahasan Hasil Analisis ... 73
4.3.1. Analisis Fungsi ... 75
4.3.2. Analisis Makna ... 76
BAB V RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN PELESTARIAN TRADISI MENANAM PADI BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF 5. 1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 78
5.1. 1. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 80
5.1. 2. Karakteristik dan Prinsip – Prinsip SPK ... 81
5. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative integrated reading composition (CIRC) ... 87
5. 3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment Division (STAD) ... 88
5. 5. Rancangan pelestarian tradisi penanaman padi berbasis model
pembelajaran kooperatif (CIRC) dalam pemebelajaran apresiasi
sendratasik (seni drama, tari, dan musik) ... 95
5. 6. Rancangan pembelajaran pelestarian penanaman padi berbasis model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran apresiasi sendratasik (seni drama, tari, dan musik) Maengket ... 99
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6. 1. Simpulan ... 105
6. 1.1. Proses tradisi bertani menanam sampai memanen padi pada masyarakat Tombulu ... 105
6. 1.2. Makna dalam Tradisi Bertani ………... 111
6. 1.3. Fungsi Tradisi Bertani ………..……... 112
6. 1.4. Upaya – upaya pelestarian tradisi bertani ... 112
6. 2. Saran ... 113
Daftar Pustaka ... 114
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah
memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan
lokal dari seluruh ragam suku- suku bangsa, yang sesuai dengan kondisi
geografisnya sebagian besar diantarai oleh samudera. Budaya itu umumnya
terbentuk tradisi-tradisi kelompok atau kolektif dalam satu kesatuan wujud yang
membedakannya dengan kelompok atau kolektif lain, baik dalam hal pola pikir
(ide), tindakan (berpola), maupun dalam hal karya atau benda-benda yang
dimiliki.
Indonesia memiliki berbagai unsur kebudayaan yang unik dan khas yang
bersumber dari heteroginitas bangsa. Tujuh unsur kebudayaan sebagaimana
dikemukakan kluckhohn (Koentjaraningrat, 2002: 203), yaitu 1) bahasa, 2) sistem
pengetahuan, 3)organisasi sosial, 4) sistem peralatan hidup dan teknologi, 5)
sistem mata pencaharian hidup, 6) sistem religi, dan 7) kesenian. Pada umumnya,
ketujuh unsur kebudayaan tersebut dapat kita temukan dalam suatu kelompok
masyarakat, bangsa bahkan dunia. Keanekaragaman bahasa daerah, kesenian,
nyanyian rakyat, prosa rakyat, tradisional dan sebagainya yang dimiliki bangsa ini
merupakan bukti kongkretnya.
Masyarakat Indonesia sebelum mengenal aksara sudah memiliki tradisi lisan.
generasi berikutnya. Perekaman dan pewarisan tersebut kemudian menjadi suatu
tradisi yang hidup tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Tradisional lahir
dalam masyarakat tradisional, yang berarti bahwa didalammya terdapat dua unsur
penting yang yang saling berkaitan erat, yakni tradisi dan masyarakat (pemilik
tradisi). Tradisi itu beredar dimasyarakat dan menjadi akhirnya memasuki masa
keberaksaraan (Teuuw, 1994).
Bukan hanya tradisi- tradisi yang berbentuk tulis, tradisi bentuk lisan (tradisi
lisan) juga justru menjadi bagian budaya yang penting untuk diperhatikan,
terutama dari ancaman kepunahannya. Jika tradisi tulisan, sesuai dengan
bentuknya lebih memiliki kekuatan untuk dapat bertahan dan dipertahankan yang
keberadaannya dalam bentuk teks (dokumen). Maka lain halnya dengan tradisi
lisan. Hal itu disebabkan karena keberadaan lisan ini sendiri sesuai dengan bentuk
kelisanannya. Hanya dimiliki oleh masyarakat pemiliknya secara lisan dan
pewarisannya pun turun temurun hanya dari mulut ke mulut. Dengan demikian,
jika pemilik (yang memiliki) tradisi itu satu persatu meninggal dunia. Maka secara
otomatis tradisi lisan itu juga akan perlahan- lahan menuju kepunahan. Untuk itu,
diperlukan upaya nyata guna mempertahankan tradisi lisan tersebut.
Diwilayah Nusantara kita, tradisi lisan melimpah ruah banyaknya.
Kemunculannya sejak kehidupan masyarakat nusantara bahkan dunia pernah
melalui jaman kelisanan sebelum pada akhirnya masuk pada masa tulisan.
Masyarakat daerah sebelum abad sekarang/modern, merupakan masyarakat yang
buta aksara, terutama di kalangan para petani, sehingga dalam memenuhi segala
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ketika melakukan tradisi bercocok tanam, tradisi untuk mendoakan bayi yang baru
lahir, maupun tradisi- tradisi lain yang bertujuan untuk mencapai kedamaian
hidup. Semua kegiatan itu ada dalam konteks kehidupan bermasyarakat yang pada
akhirnya menjadi kebiasaan secara turun temurun sampai anak cucunya.
Kebiasaan inipun menjadi corak khas masyarakat itu berada sehingga menjelma
menjadi bagian tradisi lisan masyarakat tersebut.
Kekhawatiran tentang lenyapnya tradisi lisan dapat kita rasakan saat
sekarang. Perubahan pola pikir sebagai akibat dari adopsi pola pikir asing yang
masuk bersamaan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak selamanya
membawa dampak positif bagi bangsa terutama dalam pengaruhnya terhadap
kedudukan kebudayaan daerah yang pada akhirnya akan merundung kekuatan
budaya besar, yakni kebudayaan bangsa Indonesia. Tidak bisa dihindari pula,
hilangnya atau terpuruknya beberapa tradisi lisan tersebut, salah satunya terjadi
karena pelaku atau ahli yang diharapkan sebagai instrumen tradisi bersangkutan,
maupun sebagai sumber informasi dalam upaya pemeliharaan dan pelestariannya
kini mulai menipis dan berkurang, sedangakan pewarisan budaya kurang sekali
dilakukan. Disisi lain, dominansi budaya pada masa kini tidak dapat terelekan
menenggelamkan kebudayaan tradisi lisan. Oleh karena itu, hal yang perlu
dilakukan adalah mengkokohkan dan membentengi kebudayaan bangsa yang
tersebar dalam bentuk- bentuk tradisi lisan diseluruh wilayah Indonesia dengan
berbagai bentuk upaya pemeliharaan dan pelestariannya.
Di Indonesia, tradisi lisan itu masih sangat banyak yang tidak tersentuh dan
Usaha- usaha konservasi yang dilakukan secara sadar dan terarah untuk
melindungi tradisi lisan tersebut, mutlak diperlukan. Salah satu bentuk upaya yang
paling mungkin ditempuh adalah penginventarisan, pencatatan, perekaman, dan
pendokumentasian. Misalnya, daerah Sulawesi bagian Utara, banyak tradisi lisan
yang perlu diinventarisasi sebagai bagian dari cakrawala budaya Indonesia, seperti
tradisi lisan berbentuk nyanyian rakyat, tarian, permainan rakyat, pertanyaan
tradisional (teka-teki), dan berbagai bentuk tradisional lainnya.
Peneliti sekaligus sebagai bagian dari anggota masyarakat pemilik tradisi
lisan yang ada di Sulawesi Utara, merasa perlu ikut bertanggung jawab untuk
mengangkat tradisi lisan yang hidup didaerah tersebut dalam dalam sebuah
penelitian sebagai langkah awal upaya bersama dalam pemeliharaan dan
pelestarian tradisi lisan dalam kedudukannya sebagai budaya daerah sekaligus
xsebagai bagian dari budaya nasional Indonesia.
Satu tradisi lisan yang hidup didaerah tersebut yang menarik untuk dijadikan
sebagai tema penelitian adalah tradisi lisan tentang Tradisi menanam padi,yaitu
sebuah tradisi yang masih berlaku dan diselenggarakan oleh masyarakat Tombulu
Kabupaten Minahasa. Sebagaimana yang dikemukakan Endaswara, bahwa bukan
hanya tradisi- tradisi besar yang seharusnya diteliti, namun juga tradisi- tradisi
yang kecil juga memiliki keunikkan yang patut diteliti.
Dari sekian banyak ritual yang melingkupi hidup manusia, tampakknya adat
istiadat yang berhubungan dengan tradisi daur hidup dan tradisi kemasyarakatan
yang paling banyak diungkap. Khusus ritual yang berhubungan dengan daur
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tersentu. Begitu pula ritual kemasyarakatan biasanya hanya dipilih tradisi yang
telah “populer” di hati masyarakat. Padahal sesungguhnya ada ritual- ritual kecil
yang sering terlupakan dan didalamnya memuat keunikan- keunikan tertentu atau
tersendiri (Endaswara, 2006: 168).
Pernyataan diatas berarti bahwa dalam meneliti sebuah ritual, tidak hanya
pada tradisi- tradisi besar saja yang selalu diteliti karena dalam tradisi-tradisi kecil
sebaiknya perlu perhatian alamiah selama didalamnya memiliki keunikan-
keunikan dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Termasuk dalam
hal ini tradisi menanam padi dilingkungan masyarakat Tombulu, Kabupaten
Minahasa tentunya perlu mendapatkan perhatian ilmiah dari para intelektual.
Dilihat dari pengertian yang dikemukakan para ahli, seperti Dundes dan
Danandjaja, tradisi lisan dapat berfungsi menjadi sebagai Identitas pembeda antar
masyarakat tradisi. Meskipun setiap tradisi memiliki varian- varian, namun semua
itu tidk persis sama. Bahkan ada yang berbeda satu sama lain. Begitu juga dengan
tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat Tombulu, Kabupaten Minahasa,
Provinsi Sulawesi Utara, tentu beda dengan tradisi lisan yang dimiliki oleh
daerah- daerah lain yang ada di Indonesia. Pembeda itulah yang menjadi ciri khas
dan keunikan sebuah tradisi lisan sehingga perlu diangkat dalam sebuah
penelitian.
Sebagai masyarakat agraris, salah satu mata pencaharian mayoritas
masyarakat Tombulu, Kabupaten Minahasa adalah petani. Dengan demikian
mereka yang hidup dengan bertani, sangat menggantungkan kelangsungan hidup
masyarakat Tombulu, berupaya semaksimal mungkin yang sudah ditunjukkan
sejak dalam proses penanaman, perawatan, sampai pada masa panen. Untuk
menunjang itu selain pelaksanaan proses- proses yang umum, masyarakat
Tombulu menyertai setiap siklus dengan suatu tradisi atau ritul (kecuali silklus
perawatan). Dalam hal ini, mereka percaya bahwa disamping faktor usaha dan
kerja keras, juga ada faktor gaib yang lain yang menentukan keberhasilan
seseorang atau kelompok, termasuk dalam keberhasilann menanam padi.
Uniknya, tradisi bertani padi pada masyarakat Tombulu ini disertai dengan
nyanyian dan tari- tarian. Salah satu nyanyian yang digunakan dalam tradisi ini
disebut Maengket (
http://www.kawanuamalangraya.com/p/selamat-datang.html). Untuk dapat mengungkap tradisi ini secara mendalam, misalnya
berkaitan dengan tahap persiapanya, peralatan dan tempat pelaksanaan, tata
laksana, doa- doa atau mantra yang digunakan, nilai- nilai yang terkandung, dan
identitas tradisi ini lainnya. Maka peneliti bermaksud mengangkat tradisi ini
dalam penelitian. Lebih lanjut, peneliti akan merencanakan sebuah konsep upaya
pelestarian yang kemudian dapat direalisasikan dalam kehidupan masyarakatnya.
Berdasarkan keseluruhan uraian diatas, maka peneliti menentukan judul
penelitian ini, yaitu: “Tradisi bertani: Menanam sampai Panen Padi pada
Masyarakat Tombulu di Kota Tomohon Kabupaten Minahasa : Penelitian
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1.2 Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah mengenai tradisi bertani padi di
lingkungan masyarakat Tombulu di Kota Tomohon kabupaten Minahasa. Adapun
fokus penelitiannya adalah analisis makna dan fungsi serta upaya pelestariannya.
1.3Rumusan Masalah Penelitian
Dari uraian latar belakang dan batasan masalah tersebut, maka masalah
yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimana proses pelaksanaan tradisi bertani: menanam sampai panen padi
pada masyarakat Tombulu di kota Tomohon kabupaten Minahasa?
2) Apa makna yang terkandung dalam tradisi bertani: menanam sampai panen
padi pada masyarakat Tombulu di kota Tomohon kabupaten Minahasa?
3) Apa fungsi tradisi bertani: menanam sampai panen padi pada masyarakat
Tombulu di Kota Tomohon Kabupaten Minahasa?
4) Bagaimana upaya pelestarian tradisi bertani: menanam sampai panen padi
pada masyarakat Tombulu di kota Tomohon Kabupaten Minahasa?
1.4Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang tradisi
bertani: menanam sampai panen padi pada masyarakat Tombulu sebagai salah
satu unsur tradisi lisan daerah, serta upaya pelestariannya. Sedangkan tujuan
khususnya adalah untuk mendeskripsikan:
1) Proses pelaksanaan tradisi bertani memilih lahan, menabur benih, menanam
2) Makna yang terkandung dalam tradisi bertani : menanam sampai panen padi
pada masyarakat Tombulu.
3) Fungsi tradisi bertani: menanam sampai panen padi pada masyarakat
Tombulu; dan
4) Upaya pelestarian tradisi bertani: menanam sampai panen padi pada
masyarakat Tombulu.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini meliputi; (1) Manfaat
teoritis, dan (2) Manfaat praktis.
1. Secara Teoretis
a. Sebagai sarana penelitian untuk menggali keilmuan tentang tradisi lisan
masyarakat di kota Tomohon.
b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sekaligus membuka tudung kekayaan
budaya sebagai warisan budaya turun temurun khususnya menanam padi.
2. Secara praktis
a. Bagi masyarakat pemilik budaya, khususnya masyarakat Tombulu, dapat
menumbuhkan sikap positif ke arah pelestarian tradisi menanam padi
sebagai warisan tradisi leluhur.
b. Bagi generasi muda, agar termotivasi untuk melestarikan budaya yang
sarat dengan makna kearifan lokal;
c. Tradisi bertani: menanam padi sampai panen sebagai tradisi masyarakat
Tombulu dapat diimplementasikan dalam pembelajaran sastra/ muatan
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1.6Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, penulis
merumuskan beberapa batasan definisi operasional sebagai berikut.
1) Tradisi lisan adalah tradisi budaya yang dimiliki oleh suatu masyarakat yang
berfungsi sebagai pedoman perilaku sosialnya, yang penyebarannya turun
temurun secara lisan maupun gerak, isyarat, atau pengingat lainnya.
2) Tradisi atau ritual (diserap dari bahasa Inggris) merupakan tinakan yang
tertata secara adat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa tetap
yang bersifat tradisi dalam suatu masyarakat.
3) Tradisi bertani padi pada masyarakat Tombulu Kabupaten Minahasa adalah
tata cara menanam padi yang dimulai dari membuka lahan, pembersihan
lahan, menabur benih, penanaman padi, penyiangan, sampai pada pemanenan
yang disertai dengan upacara- upacara, nyanyian, tari- tarian yang bernuansa
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Lokasi Penelitian
Penelitian ini berjudul tradisi bertani: menanam sampai panen padi pada
masyarakat Tombulu Kota Tomohon dan model pelestariannya. Kota Tomohon
adalah salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara, Sebelumnya Kota Tomohon
merupakan bagian dari kabupaten Minahasa. Dalam perkembangannya, Tomohon
mengalami banyak sekali kemajuan, sehingga ada aspirasi dari warganya untuk
meningkatkan status Tomohon menjadi sebuah kota. Tomohon menjadi daerah
otonom (kota) dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2003
tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon di
Provinsi Sulawesi Utara oleh DPR RI, namun peresmiannya baru pada tanggal 4
Agustus 2003. Secara teritorial, kota Tomohon mempunyai luas areal 146,6 km2 dengan batas- batas, sebelah utara, timur, selatan , dan barat adalah kabupaten
Minahasa. (Sulawesi utara dalam angka, 2009)
Tomohon sejak dahulu telah dituliskan dalam beberapa catatan sejarah.
Salah satunya terdapat dalam karya etnografis Pendeta N. Graafland yang ketika
pada tanggal 14 Januari 1864 di atas kapal Queen Elisabeth, ia menuliskan tentang
suatu negeri yang bernama Tomohon yang dikunjunginya pada sekitar tahun
1850. Menurut beberapa sumber, Tomohon asal kata (Tou mu'ung) dalam bahasa
tombulu. Dikatakan bahwa Tomohon adalah salah satu daerah yang termasuk
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Perkembangan peradaban dan dinamika penyelenggaraan pembangunan dan
kemasyarakatan dari tahun ke tahun menjadikan Tomohon sebagai salah satu kota
di propinsi Sulawesi utara.
Secara geografis, kota Tomohon berada pada 1o15’ - 1o 24’ lintang utara
dan 124o 44’ – 125o 17’ bujur timur. Secara umum iklim didaerah ini adalah
penghujan dibulan oktober sampi april, dan musim kering april sampai dengan
oktober. Berdasarkan data Sulut dalam angka (2009) pada tahun 2008 luas lahan
sawah dikota Tomohon adalah berkisar 14.660 Ha. Produksi padi sawah pada
tahun tersebut mencapai 8.338 ton dan merupakan penghasil terbesar ke tujuh
diseluruh kabupaten/kota yang ada di propinsi Sulawesi utara, namun menariknya
hampir tidak memiliki produksi padi ladang.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Kota Tomohon selain
menggunakan Bahasa Manado dan Bahasa Indonesia, sebagai bahasa percakapan
juga menggunakan bahasa Minahasa. Bahasa daerah yang paling sering digunakan
di Kota Tomohon adalah bahasa Tombulu karena memang wilayah Tomohon
termasuk dalam etnis Tombulu. Selain bahasa percakapan di atas, ternyata ada
juga masyarakat di Minahasa dan Kota Tomohon khususnya para orang tua yang
menguasai Bahasa Belanda karena pengaruh jajahan dari Belanda serta
sekolah-sekolah zaman dahulu yang menggunakan Bahasa Belanda. Saat ini semakin hari
masyarakat yang menguasai dan menggunakan Bahasa Belanda tersebut semakin
berkurang seiring dengan berkurangnya masyarakat berusia lanjut. Mayoritas
masyarakat Kota Tomohon memeluk agama Kristen dan menjadi pusat
Masehi Injili di Minahasa (GMIM) yang adalah gereja terbesar yang ada di
Sulawesi Utara, berlokasi di kota ini. Demikian juga dengan Gereja Katolik Roma
yang memiliki banyak pemeluk dengan sejarah yang panjang di Tomohon. Kantor
Konferensi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh wilayah Tomohon dan Minahasa
Selatan berpusat di Tomohon. Di Tomohon juga terdapat pemeluk agama Buddha
yang memiliki vihara di Kelurahan Kakaskasen III. Sebagian besar masyarakat
Tomohon yang beragama Islam menetap di kelurahan Kampung Jawa. Terdapat
juga Pesantren yang berada di kelurahan Kinilow. Seni Tari yang ada di Tomohon
sama dengan di Minahasa umumnya, antara lain :
Tari Kabasaran (Tari Perang)
Tari Katrili
Tari Maengket
Tari Pisok
Seni Musik yang ada di Tomohon antara lain:
Kolintang
Kolintang adalah instrument musik yang berasal dari Minahasa biasanya
Kolintang dipakai sebagai pengiring dari seorang penyanyi lagu-lagu
daerah ataupun cuma musik instrumen saja. Kolintang sudah sangat
terkenal di Indonesia bahkan juga sudah dipromosikan ke luar negeri.
Kolintang dimainkan oleh sebuah regu, biasanya satu regu itu terdiri dari 5
sampai 6 orang.
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Musik bambu juga adalah musik tradisional dari Minahasa satu regu terdiri
30-40 orang bahkan ada yang lebih. Musik bambu dari Minahasa juga
sudah sangat terkenal di Indonesia bahkan tidak jarang acara dari luar
Sulawesi Utara yang mengundang 1 regu musik bambu.
Masyarakat Kota Tomohon sama seperti masyarakat Minahasa pada umumnya
memiliki adat istiadat dan budaya yang dikenal dengan sebutan Mapalus. Budaya
Mapalus atau bekerja bersama dan saling bantu ini telah berakar dan membudaya
di kalangan masyarakat Minahasa. Budaya tersebut sampai saat ini masih terjaga
dan terpelihara. Pada kehidupan sehari-hari masih bisa dirasakan sikap suka
membantu dan bekerjasama. Kecuali beberapa kegiatan yang merupakan
rangkaian dari Mapalus seperti memakai alat tiup ketika mengajak kelompok
untuk ber-Mapalus sudah mulai hilang. Perlahan keaslian mulai terkikis dengan
modernisasi.
Sejak dulu Tomohon dikenal sebagai kota pendidikan dan kota agama, karena
di sinilah para misionaris dari negeri Belanda menetap dan membuka
sekolah-sekolah, rumah sakit dan menjadi pusat penyebaran agama Kristen di Tanah
Minahasa. Tomohon memiliki fasilitas pendidikan mulai dari TK hingga
perguruan tinggi atau universitas. Fasilitas pendidikan ini dikelola oleh
pemerintah dan swasta.
3.2Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang akan menentukan berhasil tidaknya tujuan
harus menentukan metode yang akan digunakan dalam melakukan penelitian. Ada
dua jenis metode penelitian. Pertama, metode kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan. Kedua, metode kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi yang alamiah, (sebagaimana lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2010:14-15).
Penelitian ini merupakan penelitian folklor sebagaian lisan yakni folklor
yang bentuknya merupakan unsur lisan dan unsur bukan lisan yaitu sebuah
upacara yang ada pada masyarakatTombulu, sehingga penulis menggunakan
metode kualtatif dengan pendekatan secara naturalis lalu penyampaian laporan
hasil penelitiannya secara deskritif analitis. Pendekatan naturalis yang penulis
gunakan ini mengacu pada pendapat Kuntjara (2006: 4) sebagai berikut.
1. Realitas pada dasarnya bersifat jamak yang hanya dapat dipelajari secara
holistik.
2. Peneliti dan yang diteliti saling berinteraksi dan tidak bisa dipisahkan satu
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Tujuan penelitian adalah untuk menelaah suatu kasus dan memahaminya
secara mendalam
4. Setiap unsur yang menyangkut subjek penelitian saling terkait sehingga sulit
untuk mencari sebab akibatnya.
5. Penelitian menyangkut nilai-nilai yang paling tidak ada pada:
a. Peneliti dalam memilah masalah, menilai, dan mengemukakan pendapat;
b. Pemilihan paradigma yang akan dipakai dalam peneltian;
c. Pemilihan teori yang digunakan dalam pengumpulan data dan penafsiran
hasil penelitian;
d. Nilai-nilai yang terkandung pada konteks di mana subjek itu diteliti.
3.3Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha untuk mengungkap
fenomena sebagaimana adanya. Untuk mendapatkan data yang maksimal, maka
teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah triangulasi atau gabungan
daripada teknik observasi, kuesioner dan teknik wawancara. Selain itu, peneliti
juga akan membaca buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik
observasi yang digunakan adalah teknik observasi partisipatif karena akan
memudahkan peneliti sendiri dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam
penelitian, sedangkan jenis wawancara yang tepat untuk digunakan yakni
wawancara mendalam, karena peneliti pun dengan sendirinya terlibat langsung
secara intensif dengan setting penelitian terutama pada keterlibatannya dalam
3.4Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti sendirilah yang akan menjadi instrumen kunci.
Hal ini didasarkan atas pandangan Nasution (Satori dan Komariah, 2009:63)
bahwa:
1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian;
2. peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus;
3. tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau
angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia;
4. suatu situasi yang melibatkan manusia, tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita;
5. peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia
dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk mengetes
hipotesis yang timbul seketika;
6. hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai
balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
Dalam melakukan penelitian, peneliti tentu saja menggunakan perangkat
penelitian yang membantu, karena keterbatasan daya ingat. Perangkat-perangkat
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
lapangan, tape recorder, dan handycam. Masing-masing perangkat tersebut
memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Pedoman wawancara yakni digunakan sebagai rujukan pertanyaan awal yang
akan diajukan terhadap responden dalam melakukan wawancara.
Pedoman Wawancara
a. Sebelum Menanam Padi
1) Dapatkah Bapak, Ibu, Saudara menjelaskan kegiatan yang dilakukan
sebelum menanam padi?
2) Ada berapa tahapan dalam proses bertani padi?
3) Apakah padi ditanam diladang atau disawah?
4) Apakah bertani padi harus melihat musim?
Pemilihan Benih
1) Pemilihan benih padi merupakan salah satu tahapan dalam proses bertani
padi. Dapatkah Bapak, Ibu, Saudara menjelaskan hal tersebut?
2) Hal-hal manakah yang harus diperhitungkan dalam memiliki benih padi?
Pembibitan Benih
a) Bagaimanakah Bapak, Ibu, Saudara melakukan pembibitan atau
persemaian benih padi itu?
b) Langkah-langkah apakah yang dilakukan sebelum menyemaikan benih
padi itu?
b. Upacara Penanaman Padi dan Pemeliharaan
2) Dimanakah upacara bertani padi itu dilaksanakan?
3) Mengapa melakukan upacara?
4) Kapankah upacara itu dilaksanakan? Siang atau malam hari?
5) Siapakah yang memimpin upacara tersebut?
6) Siapakah yang hadir dalam upacara bertani menanam padi, banyak orang
atau seorang?
7) Benda-benda apakah yang ada dalam upacara tersebut?
8) Apakah Bapak, Ibu, Saudara mengucapkan doa-doa atau mantra-mantra
dalam upacara menanam padi itu?
9) Dalam bahasa apakah doa atau mantra tersebut diucapkan?
10)Apakah doa atau mantra itu dinyanyikan atau dibisikkan?
11)Apakah upacara itu boleh ditonton atau tidak bias?
12)Apakah pelaku upacara itu memakai pakaian upacara?
13)Pada saat menanam padi menghadap kearah mana?
14)Apa saja yang dalam persiapan menanam padi?
15)Istilah atau ungkapan apakah yang ada dalam proses menanam padi?
16)Bagaimanakah cara pemeliharaan tanaman padi itu?
c. Panenan
1) Alat-alat apakah yang digunakan/disiapkan untuk memanen padi?
2) Bagaimanakah cara melakukan penuaian?
3) Apakah Bapak, Ibu, Saudara mengucapkan doa pada waktu panen?
2. Pedoman observasi yakni digunakan sebagai patokan awal dalam melakukan
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pedoman Observasi
Fokus observasi : Tahapan Upacara Menanam Padi Tempat observasi : ___________
Waktu observasi : Tanggal____/Jam____ Orang yang terlibat : ___________
No. Kegiatan Deskripsi
1. Tahapan sebelum menanam padi
a. Alat-alat1 yang disiapkan sebelum diadakan upacara
b. Pakaian yang disiapkan untuk pelaku upacara
c. Makanan yang disiapkan untuk pelaku upacara
d. Siapa saja yang berhak mempersiapkan segala kebutuhan dalam upacara
2. Upacara penanaman padi dan pemeliharaan a. Alat-alat yang disiapkan digunakan oleh
siapa dan untuk apa
b. Siapa saja yang mengenakan pakaian khusus2
c. Siapa saja yang memakan makanan khusus3
d. Apa kapasitas/kedudukan yang mempersiapkan segala kebutuhan dalam upcara
3. Panenan
a. Apa yang dilakukan
b. Bila ada benda-benda khusus yang tidak habis dipakai pada saat upacara dibawa ke mana
Keterangan:
1. Benda-benda tradisional
2. Pakaian adat yang hanya dikenakan pada saat pelaksanaan upacara menanam padi. Makanan tradisional yang hanya disajikan ketika ada upacara
3. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat bagian-bagian penting dari
observasi dan wawancara yang kira-kira mempengaruhi hasil pengumpulan
data yang diperlukan dalam penelitian yang dilakukan.
4. Tape recorder digunakan untuk merekam proses wawancara yang dilakukan
5. Handycam digunakan untuk merekam gambar yang menjadi objek penelitian.
3.5Data dan Sumber Data Penelitian
Data penelitian ini adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tradisi
bertani padi di lingkungan Masyarakat Tombulu di Kota Tomohon. Data di
peroleh dari beberapa informan yang memiliki kapasitas pengetahuan yang cukup
mengenai tradisi ini. Teknik pemilihan informan adalah menggunakan teknik
snowball sampling (Satori dan Komariah, 2009).
Adapun kriteria pemilihan informan, sebagai berikut: (1) Penutur asli; (2)
Dapat berbahasan daerah Tombulu; (3) Umur, antara 35-65 Tahun; (4) sehat
jasmani dan rohani; (5) memahami bahasa Indonesia; (6) memahami lingkungan
masyarakat Tombulu; dan (7) dapat menceritakan proses tradisi menanam padi
dalam masyarakat Tombulu.
3.6Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Data dianalisis sejak awal pelaksanaan penelitian.
2. Data yang terkumpul dianalisis secara induktif, artinya didasarkan pada
kenyataan di lapangan.
Adapun langkah- langkah pelaksanaan analisis dalam penelitian ini, sebagai
berikut.
Data yang telah terkumpul tentu saja harus dianalisis agar dapat dibaca dan
dipahami dengan mudah, baik peneliti secara pribadi maupun orang lain secara
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Menyusun secara sistematis data-data yang telah diperoleh di lapangan
dengan cara wawancara dan observasi yang telah dicatat dalam catatan
lapangan dan direkam serta bahan-bahan lainnya yang menunjang sehingga
dapat dipahami dengan mudah.
2. Mendeskripsikan makna dan tujuan dari masing-masing data yang telah
dikumpulkan, kemudian dianalisis.
3. Menginterpretasikan/membahas hasil analisis data sesuai dengan teori yang
digunakan. Untuk memudahkan analisis data maka uraian fokus analisis dapat
dilihat pada ‘Pedoman Analisis dan Pembahasan Hasil Analisis Data’ yang
terdapat di halaman selanjutnya.
4. Menyusun model pelestarian tradisi menanam padi.
5. Menarik kesimpulan.
3.7Pemaparan Hasil Analisis Data
Untuk memaparkan hasil analisis data atau penyajian hasil uraian data yang
diperoleh, digunakan metode dekriptif yaitu memaparkan tradisi bertani :
BAB V
RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN PELESTARIAN TRADISI MENANAM PADI BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
5.1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Model mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode atau
prosedur, seperti yang digunakan disini istilah model pembelajaran mencakup suatu
pendekatan pembelajaran yang luas dan menyeluruh.
Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kelompok banyak
dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar
pada dasarnya adalah proses berpikir. Namun demikian, psikologi humanistik juga
mendasari strategi pembelajaran ini. Dalam pembelajaran kelompok pengembangan
kemampuan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi secara utuh
melalui kemampuan hubungan interpersonal. Teori medan, misalnya yang bersumber
dari aliran psikologi kognitif atau psikologi Gestalt, menjelaskan bahwa keseluruhan
lebih memberi makna dari pada bagian-bagian yang terpisah. Setiap tingkah laku,
menuntut teori medan bersumber dari adanya ketegangan (tension) dan ketegangan
itu muncul karena adanya kebutuhan (need). Mana kala kebutuhan itu tidak dapat
terpenuhi, maka selamanya individu akan berada dalam situasi tegang, Untuk itulah
setiap individu akan berusaha memenuhi setiap kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan
setiap individu akan membutuhkan interaksi dengan individu lain. Inilah yang
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut teori psikodinamika, kelompok bukan hanya sekedar kumpulan
individu melainkan merupakan suatu kesatuan yang memiliki ciri dinamika dan
emosi tersendiri. Misalnya, kelompok terbentuk karena adanya ketergantungan
masing-masing individu, mereka merasa tidak berdaya sehingga mereka
membutuhkan perlindungan, mereka membutuhkan bantuan orang lain. Dalam situasi
yang demikian, maka pimpinan kelompok bisa mengarahkan perilaku dan interaksi
antara anggota kelompok.
Atas dasar pemikiran diatas, maka yang dimaksud model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
pengorganisasian belajar secara kelompok, yang berfungsi untuk melaksanakan
aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, aktivitas belajar mengajar dengan
adanya suatu interaksi benar-benar merupakan kegiatan belajar yang bertujuan secara
tertata dalam sistematis.
Dari hasil kajian berbagai model belajar mengajar yang dikembangkan dan
dites oleh pakar pendidikan, Hamalik, Oemar (1995 : 127) menggolongkan model
pembelajaran menjadi empat model yaitu: model interaksi sosial, model proses
informasi, model personal dan model modifikasi tingkah laku. Semua model dapat
dipilih dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar. Model pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and Composision (CIRC) dengan tipe Student Team
Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran yang
5.1.1 Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian-rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam SPK,
yaitu : (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya
upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.
Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap
kelompok belajar. Pengelompokan siswa dapat ditetapkan berdasarkan beberapa
pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa,
pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan, pengelompokan
yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran
ditinjau dari kemampuan. Pendekatan apa pun yang digunakan, tujuan pembelajaran
haruslah menjadi pertimbangan utama.
Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) (SPK). SPK merupakan strategi
pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan para ahli
pendidikan dianjurkan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alasan,
pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka
pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki
sistem pembelajaran yang selam ini memiliki kelemahan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/ tim kecil, yaitu antar empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau
suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok.
Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu
menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota
kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah
yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok
dan keterampilan inter personal dan setiap anggota kelompok. Setiap individu akan
saling membantu, mereka akan saling memotivasi diri.
5.1.2. Karakteristik dan prinsip-prinsip SPK
5.1.2.1. Karakteristik SPK
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga
adanya unsur kerjasama untuk penguasaan untuk materi tersebut. Adanya kerjasama
Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui
kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi,
perspektif sosial,perspektif perkembangan kognitif,dan perspektif elaborasi kognitif.
Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok
memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu, dengan demikian,
keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal
semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan
keberhasilan kelompoknya.
Setiap siswa akan berusaha memahami informasi untuk menambah
pengetahuan kognitifnya. Dengan itu karakteristik model pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut :
1) Pembelajaran secara tim
2) Kemauan untuk bekerjasama
3) Keterampilan bekerjasama
4) Saling memotivasi antar siswa dalam mengemukakan argumen.
5.1.2.2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di
bawah ini.
5.1.2.2.1. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas
kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian,
semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok
masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas
tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan anggota kelompok. Inilah hakikat
ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan
manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini
memerlukan kerjasama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota
kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau membantu temannya
untuk menyelesaikan tugasnya.
5.1.2.2.2. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota
kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota
harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai
hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok.
5.1.2.2.3. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan
saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap
perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan
masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal
dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda.
Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya
antar anggota kelompok.
5.1.2.2.4. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication)
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif
dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam
kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru
perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa
mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan
kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi
anggotanya.
Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali
dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memojokkan; cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan
berguna.
Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tak mungkin
dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih
dan melatih, sampai pada akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk menjadi
komunikator yang baik.
5.1.2.3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap,
yaitu : (a) penjelasan materi; (b) belajar dalam kelompok; (c) penilaian; (d)
pengakuan tim.
5.1.2.3.1. Penjelasan materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi
pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini
adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru
memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang
selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim).
Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat, dan tanya
jawab, bahkan kalau perlu menggunakan demonstrasi. Di samping itu,guru juga dapat
menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih
5.1.2.3.2. Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi
pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing
yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam SPK bersifat heterogen,
artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik
perbedaan gender, latar belakang agama, sosial ekonomi, dan etnik, serta perbedaan
kemampuan akademik. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran
biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan
kemampuan akademis sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis.
5.1.2.3.3. Penilaian
Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis
dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya
akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dan tes kelompokkan
memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah
penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama
dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam
kelompoknya yang merupakan hasil kerjasama setiap anggota kelompok.
5.1.2.3.4. Pengakuan Tim
Pengakuan tim (Team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain
untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.
5.2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang di
dalamnya memberikan kesempatan kepada kelompok untuk mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat dalam suatu kerja kelompok sehingga mendorong siswa
dalam kelompok tersebut bekerjasama satu sama lain. Pada proses pembelajarannya
guru membagikan LKS dan media berupa evaluasi tentang sistem ekskresi pada
manusia kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjasama
mereka di depan kelas.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh adalah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana kemudian ditulis pada lembar kertas
4. Mempresentasikan/ membacakan hasil kelompok
5.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)
Pada STAD ada lima tahap dalam proses pembelajarannya yaitu: penyajian
materi; kegiatan kelompok; tes individual; perhitungan skor perkembangan individu
dan pemberian penghargaan kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Tahap penyajian materi
Langkah pertama, guru memulai dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus dan memberikan motivasi kepada
siswa mengenai topik atau materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan
memberikan apersepsi yang bertujuan mengingatkan siswa terhadap materi
prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat dengan pengetahuan yang dimiliki.
Tekhnik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasial ataupun melalui
menghubungkan materi yang akan diberikan secara diskusi. Mengenai lamanya
presentasi dan beberapa kali harus dipresentasikan tergantung kepada kekompakan
materi yang akan dibahas. Dalam mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan
apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok, bahwa belajar adalah memahami
makna bukan hapalan, memberikan umpan balik sesering mungkin untuk
mengontrol pemahaman siswa, memberikan penjelasan terhadap jawaban
pertanyaan yang benar atau salah dan beralih kepada materi selanjutnya setelah
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Tahap kerja kelompok
Siswa bekerja dalam kelompok kecil yang heterogen (4-6 orang), kemudian
guru membagikan lembar kerja pada setiap siswa dan menjelaskan langkah-langkah
pembelajarannya. Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas dan saling
membantu menyelesaikan soal agar semua anggota kelompok dapat memahami
materi yang sedang dibahas. Setelah seluruh soal diselesaikan, didiskusikan sampai
seluruh siswa dalam kelompok memahami dan mengerti materi tersebut. Kemudian
satu lembar kerja dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada langkah ini,
guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
3. Tahap tes individu
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapai,
diadakan tes secara individu mengenai materi yang telah dibahas. Tes individu
biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali pertemuan, agar siswa
dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari selama bekerja dalam kelompok. Skor
perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan untuk digunakan pada
perhitungan perolehan skor kelompok.
4. Tahap perhitungan skor perkembangan individu
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Berdasarkan
skor ini setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan
sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang telah
diperolehnya. Perhitungan skor perkembangan individu ini dimaksudkan agar siswa
5. Tahap penghargaan kelompok
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan
masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota
kelompok. Nilai kelompok tiga terbesar diberi penghargaan menjadi kelompok baik,
kelompok hebat dan kelompok super.
5.4. Rancangan Pembelajaran Pelestarian Tradisi Penanaman Padi Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Apresiasi Sendratasik (Seni Drama, Tari, dan Musik) Maengket
1. Landasan Filosofis Sendratasik Maengket
Hakikat bertani tradisional menanam padi bagi komunitas etnis masyarakat
Tombulu adalah sebuah aram Malesung (tradisi masyarakat purba Minahasa) yang
merupakan salah satu falsafah kehidupan etnis Tombulu yakni Esa Wasa Rondor
(satu tujuan murni yang bertumpu pada tiga prinsip paguyuban etnis Tombulu :
1. Sigi (Hormat) pada suatu tatanan kerja yang dikaruniakan Tuhan (Opo Wailan
Wangko‟). Tatanan itu pada intinya bekerja bersama untuk tujuan dan
kesejahteraan bersama.
2. We „ena im Buena (Harga menghargai) kehidupan yang bakal menghasilkan.
3. Eher (Menata bersama) usaha yang dilaksanakan sampai tuntas.
Ketiga aspek di atas adalah pancaran budaya yang sarat makna bagi
kehidupan yang saling hormat menghormati, berbudi serta bijaksana mengendalikan
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Falsafah menanam padi secara tradisional adalah suatu peradaban yang selalu
menyembah, menghormati pada pemberi padi atau berkat dalam berbagai ritual. Padi
bagi masyarakat etnis Tombulu adalah berkat penyambung hidup.
Padi memancarkan kehidupan berdasarkan religiusitas yang menumbuhkna
sebuah citra masyarakat yang tumbuh seperti tanaman berdaun : kemakmuran
bersama, mapalus (kegotongroyongan), harga menghargai serta etos kerja yang
akhirnya member pucuk wuena (buah) kelanggengan yang harus berkuncup terus
untuk dilestarikan. Upaya pelestarian symbol berupa bejana padi etnis Tombulu pada
hakekatnya telah berjalan terus (pantarei) ibarat air mengalir.
Pada saat menanam padi sampai pada pemanenan terjadi proses regenerasi
(lihat dokumentasi foto). Melanggengkan tradisi menanam padi yaitu : generasi usia
sekolah kurang lebih 12-13 tahun saat keluar sekolah langsung ke sawah menolong
orang tua memanen padi sebagai wujud hasil kerja karena padi adalah symbol
pelestarian kehidupan.
Memang sudah seharusnya, proses regenerasi yang terlihat dalam foto
dokumentasi adalah salah satu wujud kearifan local masyarakat yang melestarikan
peradaban dibidang pertanian oleh generasi terdahulu (nenek moyang) sekitar abad
XXIII. Tanaman padi di perkenalkan ke tanah Minahasa sebagai bagian dari ke
Indonesiaan di zaman Hinduisme. Dalam mitos Minahasa, padi diperoleh dari
kayangan lewat komunitas reciprakal (timbal balik) antara “Opo Wanna Natas”
2. Tahapan pelestarian
Tahapan pelestarian seterusnya adalah pembentukan kelompok tani Mapalus
(pekerja) diberbagai bidang termasuk menanam padi. Paguyuban (Kelompok tani)
dimaksud sebagai organisasi yang memiliki program kesatuan persatuan seperti
“Subak” di Bali.
Mengatur pemetakan sawah sampai pembagian jatah aliran air di
musyawarahkan secara mufakat agar tak terjadi hal yang tak diinginkan. Wujud dan
tujuan kelompok tani juga berdampak pada aspek ekonomi tradisional seperti:
Simpan pinjam modal usaha Pemasaran
Koperasi (kerjasama bertujuan sama) Dan lain-lain.
Dalam etnis Tombulu symbol makna Padi termaktub dalam berbagai aspek
yang merupakan kearifan local antara lain :
Peribahasa bahasa Tombulu, contoh :
Wahu‟un ae ti lepo, wahu „ung keroan. Artinya : basah kaki disawah, basah juga
kerongkongan; siapa yang rajin bekerja ia akan memperoleh makanan.
„Saru lutu‟ tamburi mata‟. Artinya : hanya suka rejeki (beras, nasi) tetapi
membelakangi kerja (orang yang malas)
Pepatah/peribahasa diatas bernuansa negative sama dengan peribahasa bahasa
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Begitu pentingnya makna padi (nasi) dalam kehidupan manusia di etnis
Tombulu maka setiap kali panen padi dilaksanakan ucapan syukur „pete padi‟ atau
petik padi dengan membuat ritual khusus di desa ataupun digereja. Rumah gereja
dipenuhi sampel padi didalam gereja serta persembahan umat yang dikumpul dalam
bakal atau karung dan didoakan bersama.
Dalam acara ucapan syukur di Desa, tua-tua adat melaksanakan ritual dengan
perlengkapan sirih, pinang, tambur kecil, gong kecil lalu menyampaikan amanat
bertema penyembahan kepada khalik antara lain seperti syair berikut :
Oh, Wailan Wangko
Kami mengaley tongkorane bene laker
Wian kai wia se taranak peleng
Artinya : Khalik semesta alam pencipta
Berikanlah/curahkanlah padi banyak
Pada kami untuk segenap keturunan kami
Peleng se tou sia‟se lengei kimano kan
Virior akar ing kaure-ure
Artinya : Seluruh manusia kaya atau miskin
Pada zaman dahulu sampai sekarang
Telah makan padi (beras)
Kay siapa wene‟eng peleng kai iya matemo
Artinya : Tanpa padi semua kami akan mati.
Artinya : Jagalah kami siang dan malam.
Menyimpulkan implementasi pendidikan dalam cara bertani tradisional bagi
Komunitas Tombulu,
Adalah :
1. Untuk pelestarian bagi generasi termuda (SD s/d SMP) perlu dibekali modul
Muatan Lokal (MULOK) yang terkandung dalam bahasa daerah, memelihara
tanaman (potensi) wilayah, dan lain-lain.
2. Mengajak generasi termuda usia SD, SMP dan generasi muda SMA, Mahasiswa
untuk turun kesawah.
Pelestarian secara kronologis cara bertani tradisional khusus menanam padi pada
etnis Tombulu terurai jelas pada tarian tradisional MAENGKET khusus pada Babak
I Maowei Makanberu.
Sendratasik Maengket (Seni drama Tari dan Musik), sebagai ciri khas tarian
tradisional bernuansa :
1. Seni drama (3 babak)
2. Seni tari (3 babak)
3. Seni nyanyi (3 babak)
Yang diikuti bunyi tambur, seorang pemimpin wanita (Kapel) menjadi
pemandu untuk menyanyi, menari dalam tiga versi drama. Yang pertama babak I
Maowey Makamberu adalah sendratasik menceritakan kronologis awal mencari
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memanen. Isi nyanyian adalah permohonan agar Khalik Semesta pemberi hidup
memberkati usaha menanam padi demi kehidupan umat manusia.
5.5. Rancangan Pembelajaran Pelestarian Tradisi Penanaman Padi Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dalam Pembelajaran Apresiasi Sendratasik (Seni Drama, Tari, dan Musik) Maengket
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : XI/I
Pertemuan : I dan II
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
1. Standar Kompetensi
Mendengarkan. Memahami pementasan drama
2. Kompetensi dasar
Mengidentifikasi peristiwa, pelaku dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada
pementasan drama
3. Indikator
a. Menentukan tokoh, peran, dan wataknya
b. Menentukan konflik dengan menunjukkan data yang mendukung
c. Menentukan tema dengan alasan
d. Menentukan pesan dengan data yang mendukung
e. Merangkum isi drama berdasarkan dialog yang didengar
4. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa mampu menentukan tokoh, peran, dan wataknya
b. Siswa mampu menentukan konflik dengan menunjukkan data yang
mendukung.
c. Siswa mampu menentukan tema dengan alasan.
d. Siswa mampu menentukan pesan dengan data yang mendukung.
e. Siswa mampu merangkum isi drama berdasarkan dialog yang didengar.
f. Siswa mampu mengaitkan isi drama dengan kehidupan sehari-hari.
5. Materi Pokok
a. Pengertian seni pertunjukkan.
b. Sejarah singkat Sendratasik Maengket.
c. Hakikat Sendratasik Maengket.
d. Cara menentukan tokoh, peran, dan wataknya.
e. Cara menentukan konflik dengan menunjukkan data yang mendukung.
g. Cara menentukan tema dengan alasan.
h. Cara menentukan pesan dengan data yang mendukung.
i. Cara merangkum isi drama berdasarkan dialog yang didengar.
f. Cara mengaitkan isi drama dengan kehidupan sehari-hari.
6. Model Pembelajaran
Model pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran dengan berdoa
(religius).
b. Siswa melaporkan alasan ketidakhadiran temannya (jujur, tanggung
jawab).
c. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru sebagai apersepsi
(kecermatan).
d. Guru memotivasi siwa bahwa memahami sendratasik itu mudah dan dapat
dilakukan oleh siapapun (rasa ingin tahu).
e. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai (kecermatan).
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1) Guru membagi kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
2) Guru menyajikan rekaman audio visual berupa rekaman sendratasik
Maengket.
b. Elaborasi
1) Siswa bekerja sama untuk memecahkan masalah dengan mencari
sumber pemecahan masalah, misalnya literatur yang terkait atau
lain-lain.
2) Siswa mempresentasikan hasil temuannya di depan kelas.
c. Konfirmasi
1) Guru dan siswa menyimpulkan hasil presentasi.
3. Kegiatan Akhir
a. Siswa diajak merefleksikan nilai-nilai serta kecakapan hidup (life skill)
yang bisa dipetik dari pembelajaran.
b. Siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
c. Siswa melaksanakan tes akhir.
d. Guru menutup proses pembelajaran (disiplin).
8. Media dan sumber belajar
a. Rekaman sendratasik Maengket.
b. Literatur yang berkaitan dengan sendratasik Maengket.
9. Evaluasi
a. Tentukanlah tokoh, peran, dan watak pemain dalam sendratasik Maengket!
b. Tentukanlah isi sendratasik Maengket!
c. Tentukanlah tema sendratasik Maengket dengan alasan yang jelas!
d. Tentukanlah pesan dalam sendratasik Maengket!
e. Rangkumlah isi sendratasik Maengket!
f. Kaitkanlah isi sendratasik Maengket dengan kehidupan sehari-hari!
10. Penilaian
a. Jenis Tagihan:
Roy Ronald Rumondor, 2012
Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Bentuk Instrumen:
1) unjuk kerja
2) pedoman penilaian
5.6. Rancangan Pembelajaran Pelestarian Tradisi Penanaman Padi Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran Apresiasi Sendratasik (Seni Drama, Tari, dan Musik) Maengket
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : XI/I
Pertemuan : I dan II
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
1. Standar Kompetensi
Mendengarkan. Memahami pementasan drama
2. Kompetensi dasar
Mengidentifikasi peristiwa, pelaku dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada
pementasan drama
3. Indikator
a. Menentukan tokoh, peran, dan wataknya
b. Menentukan konflik dengan menunjukkan data yang mendukung
c. Menentukan tema dengan alasan
d. Menentukan pesan dengan data yang mendukung
f. Mengaitkan isi drama dengan kehidupan sehari-hari.
4. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa mampu menentukan tokoh, peran, dan wataknya
b. Siswa mampu menentukan konflik dengan menunjukkan data yang
mendukung.
c. Siswa mampu menentukan tema dengan alasan.
d. Siswa mampu menentukan pesan dengan data yang mendukung.
e. Siswa mampu merangkum isi drama berdasarkan dialog yang didengar.
f. Siswa mampu mengaitkan isi drama dengan kehidupan sehari-hari.
5. Materi Pokok
a. Pengertian seni pertunjukkan.
b. Sejarah singkat Sendratasik Maengket.
c. Hakikat Sendratasik Maengket.
d. Cara menen