• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SERTA IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SETELAH PEMBELAJARAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SERTA IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SETELAH PEMBELAJARAN."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………. i

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ……….. v

KATA PENGANTAR ……….. vi

UCAPAN TERIMA KASIH ………. viii

DAFTAR ISI ……...………... x i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Batasan Masalah …………... 7

1.3.Rumusan Masalah Penelitian …... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

1.6. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTASKA 2. 1. Pengertian Kebudayaan ... 10

2. 1. 1. Wujud Kebudayaan ... 11

2. 1. 2. Unsur – unsur Kebudayaan ... 12

2. 2. Tradisi Lisan (Folklor) ... 13

(2)

2. 2. 2. Fungsi Tradisi Lisan (Folklor) ... 19

2. 2. 3. Bentuk Tradisi Lisan ... 22

2. 2. 4. Dimensi Kelisanan Dalam Tradisi Lisan ... 25

2. 2. 5. Pelestarian Tradisi Lisan ... 26

2. 3. Tindakan Tradisional ... 27

2. 4. Tradisi Bertani ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Lokasi Penelitian ... 31

3. 2. Metode Penelitian ... 34

3. 3. Teknik Pengumpulan Data... 36

3. 4. Instrumen Penelitian ... 37

3. 5. Data dan Sumber Data Penelitian ... 41

3. 6. Teknik Analisis Data ... 41

3 .7. Pemaparan Hasil Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1. Deskripsi Data ... 43

4. 1. 1. Tumempu atau Tahap Mencari Lahan (sawah atau ladang untuk bercocok tanam padi) ... 44

4. 1. 2. Penanaman Padi dan Pemeliharaan ... 48

4. 1. 3. Panenan atau Mupu’ ... 53

(3)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xiii

a. Fungsi Religius ... 61

b. Fungsi Pendidikan ... 62

c. Fungsi Komunikasi Masyarakat ... 62

d. Fungsi Hiburan ... 62

4. 2. 2. Makna yang terkandung dalam Tradisi Bertani ... 63

4. 3. Pembahasan Hasil Analisis ... 73

4.3.1. Analisis Fungsi ... 75

4.3.2. Analisis Makna ... 76

BAB V RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN PELESTARIAN TRADISI MENANAM PADI BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF 5. 1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 78

5.1. 1. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 80

5.1. 2. Karakteristik dan Prinsip – Prinsip SPK ... 81

5. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative integrated reading composition (CIRC) ... 87

5. 3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment Division (STAD) ... 88

(4)

5. 5. Rancangan pelestarian tradisi penanaman padi berbasis model

pembelajaran kooperatif (CIRC) dalam pemebelajaran apresiasi

sendratasik (seni drama, tari, dan musik) ... 95

5. 6. Rancangan pembelajaran pelestarian penanaman padi berbasis model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran apresiasi sendratasik (seni drama, tari, dan musik) Maengket ... 99

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6. 1. Simpulan ... 105

6. 1.1. Proses tradisi bertani menanam sampai memanen padi pada masyarakat Tombulu ... 105

6. 1.2. Makna dalam Tradisi Bertani ………... 111

6. 1.3. Fungsi Tradisi Bertani ………..……... 112

6. 1.4. Upaya – upaya pelestarian tradisi bertani ... 112

6. 2. Saran ... 113

Daftar Pustaka ... 114

(5)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan

lokal dari seluruh ragam suku- suku bangsa, yang sesuai dengan kondisi

geografisnya sebagian besar diantarai oleh samudera. Budaya itu umumnya

terbentuk tradisi-tradisi kelompok atau kolektif dalam satu kesatuan wujud yang

membedakannya dengan kelompok atau kolektif lain, baik dalam hal pola pikir

(ide), tindakan (berpola), maupun dalam hal karya atau benda-benda yang

dimiliki.

Indonesia memiliki berbagai unsur kebudayaan yang unik dan khas yang

bersumber dari heteroginitas bangsa. Tujuh unsur kebudayaan sebagaimana

dikemukakan kluckhohn (Koentjaraningrat, 2002: 203), yaitu 1) bahasa, 2) sistem

pengetahuan, 3)organisasi sosial, 4) sistem peralatan hidup dan teknologi, 5)

sistem mata pencaharian hidup, 6) sistem religi, dan 7) kesenian. Pada umumnya,

ketujuh unsur kebudayaan tersebut dapat kita temukan dalam suatu kelompok

masyarakat, bangsa bahkan dunia. Keanekaragaman bahasa daerah, kesenian,

nyanyian rakyat, prosa rakyat, tradisional dan sebagainya yang dimiliki bangsa ini

merupakan bukti kongkretnya.

Masyarakat Indonesia sebelum mengenal aksara sudah memiliki tradisi lisan.

(6)

generasi berikutnya. Perekaman dan pewarisan tersebut kemudian menjadi suatu

tradisi yang hidup tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Tradisional lahir

dalam masyarakat tradisional, yang berarti bahwa didalammya terdapat dua unsur

penting yang yang saling berkaitan erat, yakni tradisi dan masyarakat (pemilik

tradisi). Tradisi itu beredar dimasyarakat dan menjadi akhirnya memasuki masa

keberaksaraan (Teuuw, 1994).

Bukan hanya tradisi- tradisi yang berbentuk tulis, tradisi bentuk lisan (tradisi

lisan) juga justru menjadi bagian budaya yang penting untuk diperhatikan,

terutama dari ancaman kepunahannya. Jika tradisi tulisan, sesuai dengan

bentuknya lebih memiliki kekuatan untuk dapat bertahan dan dipertahankan yang

keberadaannya dalam bentuk teks (dokumen). Maka lain halnya dengan tradisi

lisan. Hal itu disebabkan karena keberadaan lisan ini sendiri sesuai dengan bentuk

kelisanannya. Hanya dimiliki oleh masyarakat pemiliknya secara lisan dan

pewarisannya pun turun temurun hanya dari mulut ke mulut. Dengan demikian,

jika pemilik (yang memiliki) tradisi itu satu persatu meninggal dunia. Maka secara

otomatis tradisi lisan itu juga akan perlahan- lahan menuju kepunahan. Untuk itu,

diperlukan upaya nyata guna mempertahankan tradisi lisan tersebut.

Diwilayah Nusantara kita, tradisi lisan melimpah ruah banyaknya.

Kemunculannya sejak kehidupan masyarakat nusantara bahkan dunia pernah

melalui jaman kelisanan sebelum pada akhirnya masuk pada masa tulisan.

Masyarakat daerah sebelum abad sekarang/modern, merupakan masyarakat yang

buta aksara, terutama di kalangan para petani, sehingga dalam memenuhi segala

(7)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ketika melakukan tradisi bercocok tanam, tradisi untuk mendoakan bayi yang baru

lahir, maupun tradisi- tradisi lain yang bertujuan untuk mencapai kedamaian

hidup. Semua kegiatan itu ada dalam konteks kehidupan bermasyarakat yang pada

akhirnya menjadi kebiasaan secara turun temurun sampai anak cucunya.

Kebiasaan inipun menjadi corak khas masyarakat itu berada sehingga menjelma

menjadi bagian tradisi lisan masyarakat tersebut.

Kekhawatiran tentang lenyapnya tradisi lisan dapat kita rasakan saat

sekarang. Perubahan pola pikir sebagai akibat dari adopsi pola pikir asing yang

masuk bersamaan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak selamanya

membawa dampak positif bagi bangsa terutama dalam pengaruhnya terhadap

kedudukan kebudayaan daerah yang pada akhirnya akan merundung kekuatan

budaya besar, yakni kebudayaan bangsa Indonesia. Tidak bisa dihindari pula,

hilangnya atau terpuruknya beberapa tradisi lisan tersebut, salah satunya terjadi

karena pelaku atau ahli yang diharapkan sebagai instrumen tradisi bersangkutan,

maupun sebagai sumber informasi dalam upaya pemeliharaan dan pelestariannya

kini mulai menipis dan berkurang, sedangakan pewarisan budaya kurang sekali

dilakukan. Disisi lain, dominansi budaya pada masa kini tidak dapat terelekan

menenggelamkan kebudayaan tradisi lisan. Oleh karena itu, hal yang perlu

dilakukan adalah mengkokohkan dan membentengi kebudayaan bangsa yang

tersebar dalam bentuk- bentuk tradisi lisan diseluruh wilayah Indonesia dengan

berbagai bentuk upaya pemeliharaan dan pelestariannya.

Di Indonesia, tradisi lisan itu masih sangat banyak yang tidak tersentuh dan

(8)

Usaha- usaha konservasi yang dilakukan secara sadar dan terarah untuk

melindungi tradisi lisan tersebut, mutlak diperlukan. Salah satu bentuk upaya yang

paling mungkin ditempuh adalah penginventarisan, pencatatan, perekaman, dan

pendokumentasian. Misalnya, daerah Sulawesi bagian Utara, banyak tradisi lisan

yang perlu diinventarisasi sebagai bagian dari cakrawala budaya Indonesia, seperti

tradisi lisan berbentuk nyanyian rakyat, tarian, permainan rakyat, pertanyaan

tradisional (teka-teki), dan berbagai bentuk tradisional lainnya.

Peneliti sekaligus sebagai bagian dari anggota masyarakat pemilik tradisi

lisan yang ada di Sulawesi Utara, merasa perlu ikut bertanggung jawab untuk

mengangkat tradisi lisan yang hidup didaerah tersebut dalam dalam sebuah

penelitian sebagai langkah awal upaya bersama dalam pemeliharaan dan

pelestarian tradisi lisan dalam kedudukannya sebagai budaya daerah sekaligus

xsebagai bagian dari budaya nasional Indonesia.

Satu tradisi lisan yang hidup didaerah tersebut yang menarik untuk dijadikan

sebagai tema penelitian adalah tradisi lisan tentang Tradisi menanam padi,yaitu

sebuah tradisi yang masih berlaku dan diselenggarakan oleh masyarakat Tombulu

Kabupaten Minahasa. Sebagaimana yang dikemukakan Endaswara, bahwa bukan

hanya tradisi- tradisi besar yang seharusnya diteliti, namun juga tradisi- tradisi

yang kecil juga memiliki keunikkan yang patut diteliti.

Dari sekian banyak ritual yang melingkupi hidup manusia, tampakknya adat

istiadat yang berhubungan dengan tradisi daur hidup dan tradisi kemasyarakatan

yang paling banyak diungkap. Khusus ritual yang berhubungan dengan daur

(9)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tersentu. Begitu pula ritual kemasyarakatan biasanya hanya dipilih tradisi yang

telah “populer” di hati masyarakat. Padahal sesungguhnya ada ritual- ritual kecil

yang sering terlupakan dan didalamnya memuat keunikan- keunikan tertentu atau

tersendiri (Endaswara, 2006: 168).

Pernyataan diatas berarti bahwa dalam meneliti sebuah ritual, tidak hanya

pada tradisi- tradisi besar saja yang selalu diteliti karena dalam tradisi-tradisi kecil

sebaiknya perlu perhatian alamiah selama didalamnya memiliki keunikan-

keunikan dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Termasuk dalam

hal ini tradisi menanam padi dilingkungan masyarakat Tombulu, Kabupaten

Minahasa tentunya perlu mendapatkan perhatian ilmiah dari para intelektual.

Dilihat dari pengertian yang dikemukakan para ahli, seperti Dundes dan

Danandjaja, tradisi lisan dapat berfungsi menjadi sebagai Identitas pembeda antar

masyarakat tradisi. Meskipun setiap tradisi memiliki varian- varian, namun semua

itu tidk persis sama. Bahkan ada yang berbeda satu sama lain. Begitu juga dengan

tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat Tombulu, Kabupaten Minahasa,

Provinsi Sulawesi Utara, tentu beda dengan tradisi lisan yang dimiliki oleh

daerah- daerah lain yang ada di Indonesia. Pembeda itulah yang menjadi ciri khas

dan keunikan sebuah tradisi lisan sehingga perlu diangkat dalam sebuah

penelitian.

Sebagai masyarakat agraris, salah satu mata pencaharian mayoritas

masyarakat Tombulu, Kabupaten Minahasa adalah petani. Dengan demikian

mereka yang hidup dengan bertani, sangat menggantungkan kelangsungan hidup

(10)

masyarakat Tombulu, berupaya semaksimal mungkin yang sudah ditunjukkan

sejak dalam proses penanaman, perawatan, sampai pada masa panen. Untuk

menunjang itu selain pelaksanaan proses- proses yang umum, masyarakat

Tombulu menyertai setiap siklus dengan suatu tradisi atau ritul (kecuali silklus

perawatan). Dalam hal ini, mereka percaya bahwa disamping faktor usaha dan

kerja keras, juga ada faktor gaib yang lain yang menentukan keberhasilan

seseorang atau kelompok, termasuk dalam keberhasilann menanam padi.

Uniknya, tradisi bertani padi pada masyarakat Tombulu ini disertai dengan

nyanyian dan tari- tarian. Salah satu nyanyian yang digunakan dalam tradisi ini

disebut Maengket (

http://www.kawanuamalangraya.com/p/selamat-datang.html). Untuk dapat mengungkap tradisi ini secara mendalam, misalnya

berkaitan dengan tahap persiapanya, peralatan dan tempat pelaksanaan, tata

laksana, doa- doa atau mantra yang digunakan, nilai- nilai yang terkandung, dan

identitas tradisi ini lainnya. Maka peneliti bermaksud mengangkat tradisi ini

dalam penelitian. Lebih lanjut, peneliti akan merencanakan sebuah konsep upaya

pelestarian yang kemudian dapat direalisasikan dalam kehidupan masyarakatnya.

Berdasarkan keseluruhan uraian diatas, maka peneliti menentukan judul

penelitian ini, yaitu: “Tradisi bertani: Menanam sampai Panen Padi pada

Masyarakat Tombulu di Kota Tomohon Kabupaten Minahasa : Penelitian

(11)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.2 Batasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah mengenai tradisi bertani padi di

lingkungan masyarakat Tombulu di Kota Tomohon kabupaten Minahasa. Adapun

fokus penelitiannya adalah analisis makna dan fungsi serta upaya pelestariannya.

1.3Rumusan Masalah Penelitian

Dari uraian latar belakang dan batasan masalah tersebut, maka masalah

yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimana proses pelaksanaan tradisi bertani: menanam sampai panen padi

pada masyarakat Tombulu di kota Tomohon kabupaten Minahasa?

2) Apa makna yang terkandung dalam tradisi bertani: menanam sampai panen

padi pada masyarakat Tombulu di kota Tomohon kabupaten Minahasa?

3) Apa fungsi tradisi bertani: menanam sampai panen padi pada masyarakat

Tombulu di Kota Tomohon Kabupaten Minahasa?

4) Bagaimana upaya pelestarian tradisi bertani: menanam sampai panen padi

pada masyarakat Tombulu di kota Tomohon Kabupaten Minahasa?

1.4Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang tradisi

bertani: menanam sampai panen padi pada masyarakat Tombulu sebagai salah

satu unsur tradisi lisan daerah, serta upaya pelestariannya. Sedangkan tujuan

khususnya adalah untuk mendeskripsikan:

1) Proses pelaksanaan tradisi bertani memilih lahan, menabur benih, menanam

(12)

2) Makna yang terkandung dalam tradisi bertani : menanam sampai panen padi

pada masyarakat Tombulu.

3) Fungsi tradisi bertani: menanam sampai panen padi pada masyarakat

Tombulu; dan

4) Upaya pelestarian tradisi bertani: menanam sampai panen padi pada

masyarakat Tombulu.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini meliputi; (1) Manfaat

teoritis, dan (2) Manfaat praktis.

1. Secara Teoretis

a. Sebagai sarana penelitian untuk menggali keilmuan tentang tradisi lisan

masyarakat di kota Tomohon.

b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sekaligus membuka tudung kekayaan

budaya sebagai warisan budaya turun temurun khususnya menanam padi.

2. Secara praktis

a. Bagi masyarakat pemilik budaya, khususnya masyarakat Tombulu, dapat

menumbuhkan sikap positif ke arah pelestarian tradisi menanam padi

sebagai warisan tradisi leluhur.

b. Bagi generasi muda, agar termotivasi untuk melestarikan budaya yang

sarat dengan makna kearifan lokal;

c. Tradisi bertani: menanam padi sampai panen sebagai tradisi masyarakat

Tombulu dapat diimplementasikan dalam pembelajaran sastra/ muatan

(13)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.6Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, penulis

merumuskan beberapa batasan definisi operasional sebagai berikut.

1) Tradisi lisan adalah tradisi budaya yang dimiliki oleh suatu masyarakat yang

berfungsi sebagai pedoman perilaku sosialnya, yang penyebarannya turun

temurun secara lisan maupun gerak, isyarat, atau pengingat lainnya.

2) Tradisi atau ritual (diserap dari bahasa Inggris) merupakan tinakan yang

tertata secara adat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa tetap

yang bersifat tradisi dalam suatu masyarakat.

3) Tradisi bertani padi pada masyarakat Tombulu Kabupaten Minahasa adalah

tata cara menanam padi yang dimulai dari membuka lahan, pembersihan

lahan, menabur benih, penanaman padi, penyiangan, sampai pada pemanenan

yang disertai dengan upacara- upacara, nyanyian, tari- tarian yang bernuansa

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Lokasi Penelitian

Penelitian ini berjudul tradisi bertani: menanam sampai panen padi pada

masyarakat Tombulu Kota Tomohon dan model pelestariannya. Kota Tomohon

adalah salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara, Sebelumnya Kota Tomohon

merupakan bagian dari kabupaten Minahasa. Dalam perkembangannya, Tomohon

mengalami banyak sekali kemajuan, sehingga ada aspirasi dari warganya untuk

meningkatkan status Tomohon menjadi sebuah kota. Tomohon menjadi daerah

otonom (kota) dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2003

tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon di

Provinsi Sulawesi Utara oleh DPR RI, namun peresmiannya baru pada tanggal 4

Agustus 2003. Secara teritorial, kota Tomohon mempunyai luas areal 146,6 km2 dengan batas- batas, sebelah utara, timur, selatan , dan barat adalah kabupaten

Minahasa. (Sulawesi utara dalam angka, 2009)

Tomohon sejak dahulu telah dituliskan dalam beberapa catatan sejarah.

Salah satunya terdapat dalam karya etnografis Pendeta N. Graafland yang ketika

pada tanggal 14 Januari 1864 di atas kapal Queen Elisabeth, ia menuliskan tentang

suatu negeri yang bernama Tomohon yang dikunjunginya pada sekitar tahun

1850. Menurut beberapa sumber, Tomohon asal kata (Tou mu'ung) dalam bahasa

tombulu. Dikatakan bahwa Tomohon adalah salah satu daerah yang termasuk

(15)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Perkembangan peradaban dan dinamika penyelenggaraan pembangunan dan

kemasyarakatan dari tahun ke tahun menjadikan Tomohon sebagai salah satu kota

di propinsi Sulawesi utara.

Secara geografis, kota Tomohon berada pada 1o15’ - 1o 24’ lintang utara

dan 124o 44’ – 125o 17’ bujur timur. Secara umum iklim didaerah ini adalah

penghujan dibulan oktober sampi april, dan musim kering april sampai dengan

oktober. Berdasarkan data Sulut dalam angka (2009) pada tahun 2008 luas lahan

sawah dikota Tomohon adalah berkisar 14.660 Ha. Produksi padi sawah pada

tahun tersebut mencapai 8.338 ton dan merupakan penghasil terbesar ke tujuh

diseluruh kabupaten/kota yang ada di propinsi Sulawesi utara, namun menariknya

hampir tidak memiliki produksi padi ladang.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Kota Tomohon selain

menggunakan Bahasa Manado dan Bahasa Indonesia, sebagai bahasa percakapan

juga menggunakan bahasa Minahasa. Bahasa daerah yang paling sering digunakan

di Kota Tomohon adalah bahasa Tombulu karena memang wilayah Tomohon

termasuk dalam etnis Tombulu. Selain bahasa percakapan di atas, ternyata ada

juga masyarakat di Minahasa dan Kota Tomohon khususnya para orang tua yang

menguasai Bahasa Belanda karena pengaruh jajahan dari Belanda serta

sekolah-sekolah zaman dahulu yang menggunakan Bahasa Belanda. Saat ini semakin hari

masyarakat yang menguasai dan menggunakan Bahasa Belanda tersebut semakin

berkurang seiring dengan berkurangnya masyarakat berusia lanjut. Mayoritas

masyarakat Kota Tomohon memeluk agama Kristen dan menjadi pusat

(16)

Masehi Injili di Minahasa (GMIM) yang adalah gereja terbesar yang ada di

Sulawesi Utara, berlokasi di kota ini. Demikian juga dengan Gereja Katolik Roma

yang memiliki banyak pemeluk dengan sejarah yang panjang di Tomohon. Kantor

Konferensi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh wilayah Tomohon dan Minahasa

Selatan berpusat di Tomohon. Di Tomohon juga terdapat pemeluk agama Buddha

yang memiliki vihara di Kelurahan Kakaskasen III. Sebagian besar masyarakat

Tomohon yang beragama Islam menetap di kelurahan Kampung Jawa. Terdapat

juga Pesantren yang berada di kelurahan Kinilow. Seni Tari yang ada di Tomohon

sama dengan di Minahasa umumnya, antara lain :

 Tari Kabasaran (Tari Perang)

 Tari Katrili

 Tari Maengket

 Tari Pisok

Seni Musik yang ada di Tomohon antara lain:

 Kolintang

Kolintang adalah instrument musik yang berasal dari Minahasa biasanya

Kolintang dipakai sebagai pengiring dari seorang penyanyi lagu-lagu

daerah ataupun cuma musik instrumen saja. Kolintang sudah sangat

terkenal di Indonesia bahkan juga sudah dipromosikan ke luar negeri.

Kolintang dimainkan oleh sebuah regu, biasanya satu regu itu terdiri dari 5

sampai 6 orang.

(17)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Musik bambu juga adalah musik tradisional dari Minahasa satu regu terdiri

30-40 orang bahkan ada yang lebih. Musik bambu dari Minahasa juga

sudah sangat terkenal di Indonesia bahkan tidak jarang acara dari luar

Sulawesi Utara yang mengundang 1 regu musik bambu.

Masyarakat Kota Tomohon sama seperti masyarakat Minahasa pada umumnya

memiliki adat istiadat dan budaya yang dikenal dengan sebutan Mapalus. Budaya

Mapalus atau bekerja bersama dan saling bantu ini telah berakar dan membudaya

di kalangan masyarakat Minahasa. Budaya tersebut sampai saat ini masih terjaga

dan terpelihara. Pada kehidupan sehari-hari masih bisa dirasakan sikap suka

membantu dan bekerjasama. Kecuali beberapa kegiatan yang merupakan

rangkaian dari Mapalus seperti memakai alat tiup ketika mengajak kelompok

untuk ber-Mapalus sudah mulai hilang. Perlahan keaslian mulai terkikis dengan

modernisasi.

Sejak dulu Tomohon dikenal sebagai kota pendidikan dan kota agama, karena

di sinilah para misionaris dari negeri Belanda menetap dan membuka

sekolah-sekolah, rumah sakit dan menjadi pusat penyebaran agama Kristen di Tanah

Minahasa. Tomohon memiliki fasilitas pendidikan mulai dari TK hingga

perguruan tinggi atau universitas. Fasilitas pendidikan ini dikelola oleh

pemerintah dan swasta.

3.2Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang akan menentukan berhasil tidaknya tujuan

(18)

harus menentukan metode yang akan digunakan dalam melakukan penelitian. Ada

dua jenis metode penelitian. Pertama, metode kuantitatif dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada

umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan. Kedua, metode kualitatif adalah metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi yang alamiah, (sebagaimana lawannya adalah eksperimen) dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data

dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2010:14-15).

Penelitian ini merupakan penelitian folklor sebagaian lisan yakni folklor

yang bentuknya merupakan unsur lisan dan unsur bukan lisan yaitu sebuah

upacara yang ada pada masyarakatTombulu, sehingga penulis menggunakan

metode kualtatif dengan pendekatan secara naturalis lalu penyampaian laporan

hasil penelitiannya secara deskritif analitis. Pendekatan naturalis yang penulis

gunakan ini mengacu pada pendapat Kuntjara (2006: 4) sebagai berikut.

1. Realitas pada dasarnya bersifat jamak yang hanya dapat dipelajari secara

holistik.

2. Peneliti dan yang diteliti saling berinteraksi dan tidak bisa dipisahkan satu

(19)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Tujuan penelitian adalah untuk menelaah suatu kasus dan memahaminya

secara mendalam

4. Setiap unsur yang menyangkut subjek penelitian saling terkait sehingga sulit

untuk mencari sebab akibatnya.

5. Penelitian menyangkut nilai-nilai yang paling tidak ada pada:

a. Peneliti dalam memilah masalah, menilai, dan mengemukakan pendapat;

b. Pemilihan paradigma yang akan dipakai dalam peneltian;

c. Pemilihan teori yang digunakan dalam pengumpulan data dan penafsiran

hasil penelitian;

d. Nilai-nilai yang terkandung pada konteks di mana subjek itu diteliti.

3.3Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha untuk mengungkap

fenomena sebagaimana adanya. Untuk mendapatkan data yang maksimal, maka

teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah triangulasi atau gabungan

daripada teknik observasi, kuesioner dan teknik wawancara. Selain itu, peneliti

juga akan membaca buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik

observasi yang digunakan adalah teknik observasi partisipatif karena akan

memudahkan peneliti sendiri dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam

penelitian, sedangkan jenis wawancara yang tepat untuk digunakan yakni

wawancara mendalam, karena peneliti pun dengan sendirinya terlibat langsung

secara intensif dengan setting penelitian terutama pada keterlibatannya dalam

(20)

3.4Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti sendirilah yang akan menjadi instrumen kunci.

Hal ini didasarkan atas pandangan Nasution (Satori dan Komariah, 2009:63)

bahwa:

1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian;

2. peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus;

3. tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau

angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia;

4. suatu situasi yang melibatkan manusia, tidak dapat dipahami dengan

pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya,

menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita;

5. peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia

dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk mengetes

hipotesis yang timbul seketika;

6. hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan

data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai

balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.

Dalam melakukan penelitian, peneliti tentu saja menggunakan perangkat

penelitian yang membantu, karena keterbatasan daya ingat. Perangkat-perangkat

(21)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lapangan, tape recorder, dan handycam. Masing-masing perangkat tersebut

memiliki fungsi sebagai berikut.

1. Pedoman wawancara yakni digunakan sebagai rujukan pertanyaan awal yang

akan diajukan terhadap responden dalam melakukan wawancara.

Pedoman Wawancara

a. Sebelum Menanam Padi

1) Dapatkah Bapak, Ibu, Saudara menjelaskan kegiatan yang dilakukan

sebelum menanam padi?

2) Ada berapa tahapan dalam proses bertani padi?

3) Apakah padi ditanam diladang atau disawah?

4) Apakah bertani padi harus melihat musim?

Pemilihan Benih

1) Pemilihan benih padi merupakan salah satu tahapan dalam proses bertani

padi. Dapatkah Bapak, Ibu, Saudara menjelaskan hal tersebut?

2) Hal-hal manakah yang harus diperhitungkan dalam memiliki benih padi?

Pembibitan Benih

a) Bagaimanakah Bapak, Ibu, Saudara melakukan pembibitan atau

persemaian benih padi itu?

b) Langkah-langkah apakah yang dilakukan sebelum menyemaikan benih

padi itu?

b. Upacara Penanaman Padi dan Pemeliharaan

(22)

2) Dimanakah upacara bertani padi itu dilaksanakan?

3) Mengapa melakukan upacara?

4) Kapankah upacara itu dilaksanakan? Siang atau malam hari?

5) Siapakah yang memimpin upacara tersebut?

6) Siapakah yang hadir dalam upacara bertani menanam padi, banyak orang

atau seorang?

7) Benda-benda apakah yang ada dalam upacara tersebut?

8) Apakah Bapak, Ibu, Saudara mengucapkan doa-doa atau mantra-mantra

dalam upacara menanam padi itu?

9) Dalam bahasa apakah doa atau mantra tersebut diucapkan?

10)Apakah doa atau mantra itu dinyanyikan atau dibisikkan?

11)Apakah upacara itu boleh ditonton atau tidak bias?

12)Apakah pelaku upacara itu memakai pakaian upacara?

13)Pada saat menanam padi menghadap kearah mana?

14)Apa saja yang dalam persiapan menanam padi?

15)Istilah atau ungkapan apakah yang ada dalam proses menanam padi?

16)Bagaimanakah cara pemeliharaan tanaman padi itu?

c. Panenan

1) Alat-alat apakah yang digunakan/disiapkan untuk memanen padi?

2) Bagaimanakah cara melakukan penuaian?

3) Apakah Bapak, Ibu, Saudara mengucapkan doa pada waktu panen?

2. Pedoman observasi yakni digunakan sebagai patokan awal dalam melakukan

(23)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pedoman Observasi

Fokus observasi : Tahapan Upacara Menanam Padi Tempat observasi : ___________

Waktu observasi : Tanggal____/Jam____ Orang yang terlibat : ___________

No. Kegiatan Deskripsi

1. Tahapan sebelum menanam padi

a. Alat-alat1 yang disiapkan sebelum diadakan upacara

b. Pakaian yang disiapkan untuk pelaku upacara

c. Makanan yang disiapkan untuk pelaku upacara

d. Siapa saja yang berhak mempersiapkan segala kebutuhan dalam upacara

2. Upacara penanaman padi dan pemeliharaan a. Alat-alat yang disiapkan digunakan oleh

siapa dan untuk apa

b. Siapa saja yang mengenakan pakaian khusus2

c. Siapa saja yang memakan makanan khusus3

d. Apa kapasitas/kedudukan yang mempersiapkan segala kebutuhan dalam upcara

3. Panenan

a. Apa yang dilakukan

b. Bila ada benda-benda khusus yang tidak habis dipakai pada saat upacara dibawa ke mana

Keterangan:

1. Benda-benda tradisional

2. Pakaian adat yang hanya dikenakan pada saat pelaksanaan upacara menanam padi. Makanan tradisional yang hanya disajikan ketika ada upacara

3. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat bagian-bagian penting dari

observasi dan wawancara yang kira-kira mempengaruhi hasil pengumpulan

data yang diperlukan dalam penelitian yang dilakukan.

4. Tape recorder digunakan untuk merekam proses wawancara yang dilakukan

(24)

5. Handycam digunakan untuk merekam gambar yang menjadi objek penelitian.

3.5Data dan Sumber Data Penelitian

Data penelitian ini adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tradisi

bertani padi di lingkungan Masyarakat Tombulu di Kota Tomohon. Data di

peroleh dari beberapa informan yang memiliki kapasitas pengetahuan yang cukup

mengenai tradisi ini. Teknik pemilihan informan adalah menggunakan teknik

snowball sampling (Satori dan Komariah, 2009).

Adapun kriteria pemilihan informan, sebagai berikut: (1) Penutur asli; (2)

Dapat berbahasan daerah Tombulu; (3) Umur, antara 35-65 Tahun; (4) sehat

jasmani dan rohani; (5) memahami bahasa Indonesia; (6) memahami lingkungan

masyarakat Tombulu; dan (7) dapat menceritakan proses tradisi menanam padi

dalam masyarakat Tombulu.

3.6Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Data dianalisis sejak awal pelaksanaan penelitian.

2. Data yang terkumpul dianalisis secara induktif, artinya didasarkan pada

kenyataan di lapangan.

Adapun langkah- langkah pelaksanaan analisis dalam penelitian ini, sebagai

berikut.

Data yang telah terkumpul tentu saja harus dianalisis agar dapat dibaca dan

dipahami dengan mudah, baik peneliti secara pribadi maupun orang lain secara

(25)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Menyusun secara sistematis data-data yang telah diperoleh di lapangan

dengan cara wawancara dan observasi yang telah dicatat dalam catatan

lapangan dan direkam serta bahan-bahan lainnya yang menunjang sehingga

dapat dipahami dengan mudah.

2. Mendeskripsikan makna dan tujuan dari masing-masing data yang telah

dikumpulkan, kemudian dianalisis.

3. Menginterpretasikan/membahas hasil analisis data sesuai dengan teori yang

digunakan. Untuk memudahkan analisis data maka uraian fokus analisis dapat

dilihat pada ‘Pedoman Analisis dan Pembahasan Hasil Analisis Data’ yang

terdapat di halaman selanjutnya.

4. Menyusun model pelestarian tradisi menanam padi.

5. Menarik kesimpulan.

3.7Pemaparan Hasil Analisis Data

Untuk memaparkan hasil analisis data atau penyajian hasil uraian data yang

diperoleh, digunakan metode dekriptif yaitu memaparkan tradisi bertani :

(26)

BAB V

RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN PELESTARIAN TRADISI MENANAM PADI BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

5.1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif

Model mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode atau

prosedur, seperti yang digunakan disini istilah model pembelajaran mencakup suatu

pendekatan pembelajaran yang luas dan menyeluruh.

Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kelompok banyak

dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar

pada dasarnya adalah proses berpikir. Namun demikian, psikologi humanistik juga

mendasari strategi pembelajaran ini. Dalam pembelajaran kelompok pengembangan

kemampuan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi secara utuh

melalui kemampuan hubungan interpersonal. Teori medan, misalnya yang bersumber

dari aliran psikologi kognitif atau psikologi Gestalt, menjelaskan bahwa keseluruhan

lebih memberi makna dari pada bagian-bagian yang terpisah. Setiap tingkah laku,

menuntut teori medan bersumber dari adanya ketegangan (tension) dan ketegangan

itu muncul karena adanya kebutuhan (need). Mana kala kebutuhan itu tidak dapat

terpenuhi, maka selamanya individu akan berada dalam situasi tegang, Untuk itulah

setiap individu akan berusaha memenuhi setiap kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan

setiap individu akan membutuhkan interaksi dengan individu lain. Inilah yang

(27)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut teori psikodinamika, kelompok bukan hanya sekedar kumpulan

individu melainkan merupakan suatu kesatuan yang memiliki ciri dinamika dan

emosi tersendiri. Misalnya, kelompok terbentuk karena adanya ketergantungan

masing-masing individu, mereka merasa tidak berdaya sehingga mereka

membutuhkan perlindungan, mereka membutuhkan bantuan orang lain. Dalam situasi

yang demikian, maka pimpinan kelompok bisa mengarahkan perilaku dan interaksi

antara anggota kelompok.

Atas dasar pemikiran diatas, maka yang dimaksud model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

pengorganisasian belajar secara kelompok, yang berfungsi untuk melaksanakan

aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, aktivitas belajar mengajar dengan

adanya suatu interaksi benar-benar merupakan kegiatan belajar yang bertujuan secara

tertata dalam sistematis.

Dari hasil kajian berbagai model belajar mengajar yang dikembangkan dan

dites oleh pakar pendidikan, Hamalik, Oemar (1995 : 127) menggolongkan model

pembelajaran menjadi empat model yaitu: model interaksi sosial, model proses

informasi, model personal dan model modifikasi tingkah laku. Semua model dapat

dipilih dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar. Model pembelajaran

Cooperative Integrated Reading and Composision (CIRC) dengan tipe Student Team

Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran yang

(28)

5.1.1 Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian-rangkaian kegiatan belajar

yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam SPK,

yaitu : (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya

upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.

Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap

kelompok belajar. Pengelompokan siswa dapat ditetapkan berdasarkan beberapa

pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa,

pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan, pengelompokan

yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran

ditinjau dari kemampuan. Pendekatan apa pun yang digunakan, tujuan pembelajaran

haruslah menjadi pertimbangan utama.

Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) (SPK). SPK merupakan strategi

pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan para ahli

pendidikan dianjurkan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alasan,

pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan

kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan

(29)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka

pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki

sistem pembelajaran yang selam ini memiliki kelemahan.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokan/ tim kecil, yaitu antar empat sampai enam

orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau

suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok.

Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu

menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota

kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah

yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok

dan keterampilan inter personal dan setiap anggota kelompok. Setiap individu akan

saling membantu, mereka akan saling memotivasi diri.

5.1.2. Karakteristik dan prinsip-prinsip SPK

5.1.2.1. Karakteristik SPK

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan

kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya

kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga

adanya unsur kerjasama untuk penguasaan untuk materi tersebut. Adanya kerjasama

(30)

Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui

kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi,

perspektif sosial,perspektif perkembangan kognitif,dan perspektif elaborasi kognitif.

Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok

memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu, dengan demikian,

keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal

semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan

keberhasilan kelompoknya.

Setiap siswa akan berusaha memahami informasi untuk menambah

pengetahuan kognitifnya. Dengan itu karakteristik model pembelajaran kooperatif

adalah sebagai berikut :

1) Pembelajaran secara tim

2) Kemauan untuk bekerjasama

3) Keterampilan bekerjasama

4) Saling memotivasi antar siswa dalam mengemukakan argumen.

5.1.2.2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di

bawah ini.

5.1.2.2.1. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat

(31)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas

kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian,

semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.

Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok

masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas

tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan anggota kelompok. Inilah hakikat

ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan

manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini

memerlukan kerjasama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota

kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau membantu temannya

untuk menyelesaikan tugasnya.

5.1.2.2.2. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena

keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota

kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota

harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai

hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok.

(32)

5.1.2.2.3. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada

setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan

saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang

berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap

perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan

masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal

dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda.

Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya

antar anggota kelompok.

5.1.2.2.4. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif

dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam

kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru

perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa

mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan

kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi

anggotanya.

Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali

dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan

(33)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memojokkan; cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan

berguna.

Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tak mungkin

dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih

dan melatih, sampai pada akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk menjadi

komunikator yang baik.

5.1.2.3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap,

yaitu : (a) penjelasan materi; (b) belajar dalam kelompok; (c) penilaian; (d)

pengakuan tim.

5.1.2.3.1. Penjelasan materi

Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi

pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini

adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru

memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang

selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim).

Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat, dan tanya

jawab, bahkan kalau perlu menggunakan demonstrasi. Di samping itu,guru juga dapat

menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih

(34)

5.1.2.3.2. Belajar dalam Kelompok

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi

pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing

yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam SPK bersifat heterogen,

artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik

perbedaan gender, latar belakang agama, sosial ekonomi, dan etnik, serta perbedaan

kemampuan akademik. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran

biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan

kemampuan akademis sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis.

5.1.2.3.3. Penilaian

Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis

dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya

akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dan tes kelompokkan

memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah

penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama

dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam

kelompoknya yang merupakan hasil kerjasama setiap anggota kelompok.

5.1.2.3.4. Pengakuan Tim

Pengakuan tim (Team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap

(35)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain

untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

5.2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang di

dalamnya memberikan kesempatan kepada kelompok untuk mempertimbangkan

jawaban yang paling tepat dalam suatu kerja kelompok sehingga mendorong siswa

dalam kelompok tersebut bekerjasama satu sama lain. Pada proses pembelajarannya

guru membagikan LKS dan media berupa evaluasi tentang sistem ekskresi pada

manusia kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjasama

mereka di depan kelas.

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh adalah :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen

2. Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran

3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi

tanggapan terhadap wacana kemudian ditulis pada lembar kertas

4. Mempresentasikan/ membacakan hasil kelompok

(36)

5.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Pada STAD ada lima tahap dalam proses pembelajarannya yaitu: penyajian

materi; kegiatan kelompok; tes individual; perhitungan skor perkembangan individu

dan pemberian penghargaan kelompok.

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tahap penyajian materi

Langkah pertama, guru memulai dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus dan memberikan motivasi kepada

siswa mengenai topik atau materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan

memberikan apersepsi yang bertujuan mengingatkan siswa terhadap materi

prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat dengan pengetahuan yang dimiliki.

Tekhnik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasial ataupun melalui

menghubungkan materi yang akan diberikan secara diskusi. Mengenai lamanya

presentasi dan beberapa kali harus dipresentasikan tergantung kepada kekompakan

materi yang akan dibahas. Dalam mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan

apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok, bahwa belajar adalah memahami

makna bukan hapalan, memberikan umpan balik sesering mungkin untuk

mengontrol pemahaman siswa, memberikan penjelasan terhadap jawaban

pertanyaan yang benar atau salah dan beralih kepada materi selanjutnya setelah

(37)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Tahap kerja kelompok

Siswa bekerja dalam kelompok kecil yang heterogen (4-6 orang), kemudian

guru membagikan lembar kerja pada setiap siswa dan menjelaskan langkah-langkah

pembelajarannya. Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas dan saling

membantu menyelesaikan soal agar semua anggota kelompok dapat memahami

materi yang sedang dibahas. Setelah seluruh soal diselesaikan, didiskusikan sampai

seluruh siswa dalam kelompok memahami dan mengerti materi tersebut. Kemudian

satu lembar kerja dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada langkah ini,

guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

3. Tahap tes individu

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapai,

diadakan tes secara individu mengenai materi yang telah dibahas. Tes individu

biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali pertemuan, agar siswa

dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari selama bekerja dalam kelompok. Skor

perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan untuk digunakan pada

perhitungan perolehan skor kelompok.

4. Tahap perhitungan skor perkembangan individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Berdasarkan

skor ini setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan

sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang telah

diperolehnya. Perhitungan skor perkembangan individu ini dimaksudkan agar siswa

(38)

5. Tahap penghargaan kelompok

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan

masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota

kelompok. Nilai kelompok tiga terbesar diberi penghargaan menjadi kelompok baik,

kelompok hebat dan kelompok super.

5.4. Rancangan Pembelajaran Pelestarian Tradisi Penanaman Padi Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Apresiasi Sendratasik (Seni Drama, Tari, dan Musik) Maengket

1. Landasan Filosofis Sendratasik Maengket

Hakikat bertani tradisional menanam padi bagi komunitas etnis masyarakat

Tombulu adalah sebuah aram Malesung (tradisi masyarakat purba Minahasa) yang

merupakan salah satu falsafah kehidupan etnis Tombulu yakni Esa Wasa Rondor

(satu tujuan murni yang bertumpu pada tiga prinsip paguyuban etnis Tombulu :

1. Sigi (Hormat) pada suatu tatanan kerja yang dikaruniakan Tuhan (Opo Wailan

Wangko‟). Tatanan itu pada intinya bekerja bersama untuk tujuan dan

kesejahteraan bersama.

2. We „ena im Buena (Harga menghargai) kehidupan yang bakal menghasilkan.

3. Eher (Menata bersama) usaha yang dilaksanakan sampai tuntas.

Ketiga aspek di atas adalah pancaran budaya yang sarat makna bagi

kehidupan yang saling hormat menghormati, berbudi serta bijaksana mengendalikan

(39)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Falsafah menanam padi secara tradisional adalah suatu peradaban yang selalu

menyembah, menghormati pada pemberi padi atau berkat dalam berbagai ritual. Padi

bagi masyarakat etnis Tombulu adalah berkat penyambung hidup.

Padi memancarkan kehidupan berdasarkan religiusitas yang menumbuhkna

sebuah citra masyarakat yang tumbuh seperti tanaman berdaun : kemakmuran

bersama, mapalus (kegotongroyongan), harga menghargai serta etos kerja yang

akhirnya member pucuk wuena (buah) kelanggengan yang harus berkuncup terus

untuk dilestarikan. Upaya pelestarian symbol berupa bejana padi etnis Tombulu pada

hakekatnya telah berjalan terus (pantarei) ibarat air mengalir.

Pada saat menanam padi sampai pada pemanenan terjadi proses regenerasi

(lihat dokumentasi foto). Melanggengkan tradisi menanam padi yaitu : generasi usia

sekolah kurang lebih 12-13 tahun saat keluar sekolah langsung ke sawah menolong

orang tua memanen padi sebagai wujud hasil kerja karena padi adalah symbol

pelestarian kehidupan.

Memang sudah seharusnya, proses regenerasi yang terlihat dalam foto

dokumentasi adalah salah satu wujud kearifan local masyarakat yang melestarikan

peradaban dibidang pertanian oleh generasi terdahulu (nenek moyang) sekitar abad

XXIII. Tanaman padi di perkenalkan ke tanah Minahasa sebagai bagian dari ke

Indonesiaan di zaman Hinduisme. Dalam mitos Minahasa, padi diperoleh dari

kayangan lewat komunitas reciprakal (timbal balik) antara “Opo Wanna Natas”

(40)

2. Tahapan pelestarian

Tahapan pelestarian seterusnya adalah pembentukan kelompok tani Mapalus

(pekerja) diberbagai bidang termasuk menanam padi. Paguyuban (Kelompok tani)

dimaksud sebagai organisasi yang memiliki program kesatuan persatuan seperti

“Subak” di Bali.

Mengatur pemetakan sawah sampai pembagian jatah aliran air di

musyawarahkan secara mufakat agar tak terjadi hal yang tak diinginkan. Wujud dan

tujuan kelompok tani juga berdampak pada aspek ekonomi tradisional seperti:

 Simpan pinjam modal usaha  Pemasaran

 Koperasi (kerjasama bertujuan sama)  Dan lain-lain.

Dalam etnis Tombulu symbol makna Padi termaktub dalam berbagai aspek

yang merupakan kearifan local antara lain :

Peribahasa bahasa Tombulu, contoh :

 Wahu‟un ae ti lepo, wahu „ung keroan. Artinya : basah kaki disawah, basah juga

kerongkongan; siapa yang rajin bekerja ia akan memperoleh makanan.

 „Saru lutu‟ tamburi mata‟. Artinya : hanya suka rejeki (beras, nasi) tetapi

membelakangi kerja (orang yang malas)

Pepatah/peribahasa diatas bernuansa negative sama dengan peribahasa bahasa

(41)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Begitu pentingnya makna padi (nasi) dalam kehidupan manusia di etnis

Tombulu maka setiap kali panen padi dilaksanakan ucapan syukur „pete padi‟ atau

petik padi dengan membuat ritual khusus di desa ataupun digereja. Rumah gereja

dipenuhi sampel padi didalam gereja serta persembahan umat yang dikumpul dalam

bakal atau karung dan didoakan bersama.

Dalam acara ucapan syukur di Desa, tua-tua adat melaksanakan ritual dengan

perlengkapan sirih, pinang, tambur kecil, gong kecil lalu menyampaikan amanat

bertema penyembahan kepada khalik antara lain seperti syair berikut :

Oh, Wailan Wangko

Kami mengaley tongkorane bene laker

Wian kai wia se taranak peleng

Artinya : Khalik semesta alam pencipta

Berikanlah/curahkanlah padi banyak

Pada kami untuk segenap keturunan kami

Peleng se tou sia‟se lengei kimano kan

Virior akar ing kaure-ure

Artinya : Seluruh manusia kaya atau miskin

Pada zaman dahulu sampai sekarang

Telah makan padi (beras)

Kay siapa wene‟eng peleng kai iya matemo

Artinya : Tanpa padi semua kami akan mati.

(42)

Artinya : Jagalah kami siang dan malam.

Menyimpulkan implementasi pendidikan dalam cara bertani tradisional bagi

Komunitas Tombulu,

Adalah :

1. Untuk pelestarian bagi generasi termuda (SD s/d SMP) perlu dibekali modul

Muatan Lokal (MULOK) yang terkandung dalam bahasa daerah, memelihara

tanaman (potensi) wilayah, dan lain-lain.

2. Mengajak generasi termuda usia SD, SMP dan generasi muda SMA, Mahasiswa

untuk turun kesawah.

Pelestarian secara kronologis cara bertani tradisional khusus menanam padi pada

etnis Tombulu terurai jelas pada tarian tradisional MAENGKET khusus pada Babak

I Maowei Makanberu.

Sendratasik Maengket (Seni drama Tari dan Musik), sebagai ciri khas tarian

tradisional bernuansa :

1. Seni drama (3 babak)

2. Seni tari (3 babak)

3. Seni nyanyi (3 babak)

Yang diikuti bunyi tambur, seorang pemimpin wanita (Kapel) menjadi

pemandu untuk menyanyi, menari dalam tiga versi drama. Yang pertama babak I

Maowey Makamberu adalah sendratasik menceritakan kronologis awal mencari

(43)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memanen. Isi nyanyian adalah permohonan agar Khalik Semesta pemberi hidup

memberkati usaha menanam padi demi kehidupan umat manusia.

5.5. Rancangan Pembelajaran Pelestarian Tradisi Penanaman Padi Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dalam Pembelajaran Apresiasi Sendratasik (Seni Drama, Tari, dan Musik) Maengket

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/Semester : XI/I

Pertemuan : I dan II

Alokasi waktu : 4 x 45 menit

1. Standar Kompetensi

Mendengarkan. Memahami pementasan drama

2. Kompetensi dasar

Mengidentifikasi peristiwa, pelaku dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada

pementasan drama

3. Indikator

a. Menentukan tokoh, peran, dan wataknya

b. Menentukan konflik dengan menunjukkan data yang mendukung

c. Menentukan tema dengan alasan

d. Menentukan pesan dengan data yang mendukung

e. Merangkum isi drama berdasarkan dialog yang didengar

(44)

4. Tujuan Pembelajaran

a. Siswa mampu menentukan tokoh, peran, dan wataknya

b. Siswa mampu menentukan konflik dengan menunjukkan data yang

mendukung.

c. Siswa mampu menentukan tema dengan alasan.

d. Siswa mampu menentukan pesan dengan data yang mendukung.

e. Siswa mampu merangkum isi drama berdasarkan dialog yang didengar.

f. Siswa mampu mengaitkan isi drama dengan kehidupan sehari-hari.

5. Materi Pokok

a. Pengertian seni pertunjukkan.

b. Sejarah singkat Sendratasik Maengket.

c. Hakikat Sendratasik Maengket.

d. Cara menentukan tokoh, peran, dan wataknya.

e. Cara menentukan konflik dengan menunjukkan data yang mendukung.

g. Cara menentukan tema dengan alasan.

h. Cara menentukan pesan dengan data yang mendukung.

i. Cara merangkum isi drama berdasarkan dialog yang didengar.

f. Cara mengaitkan isi drama dengan kehidupan sehari-hari.

6. Model Pembelajaran

Model pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

(45)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran dengan berdoa

(religius).

b. Siswa melaporkan alasan ketidakhadiran temannya (jujur, tanggung

jawab).

c. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru sebagai apersepsi

(kecermatan).

d. Guru memotivasi siwa bahwa memahami sendratasik itu mudah dan dapat

dilakukan oleh siapapun (rasa ingin tahu).

e. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang

akan dicapai (kecermatan).

2. Kegiatan Inti

a. Eksplorasi

1) Guru membagi kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

2) Guru menyajikan rekaman audio visual berupa rekaman sendratasik

Maengket.

b. Elaborasi

1) Siswa bekerja sama untuk memecahkan masalah dengan mencari

sumber pemecahan masalah, misalnya literatur yang terkait atau

lain-lain.

2) Siswa mempresentasikan hasil temuannya di depan kelas.

(46)

c. Konfirmasi

1) Guru dan siswa menyimpulkan hasil presentasi.

3. Kegiatan Akhir

a. Siswa diajak merefleksikan nilai-nilai serta kecakapan hidup (life skill)

yang bisa dipetik dari pembelajaran.

b. Siswa menyimpulkan materi pembelajaran.

c. Siswa melaksanakan tes akhir.

d. Guru menutup proses pembelajaran (disiplin).

8. Media dan sumber belajar

a. Rekaman sendratasik Maengket.

b. Literatur yang berkaitan dengan sendratasik Maengket.

9. Evaluasi

a. Tentukanlah tokoh, peran, dan watak pemain dalam sendratasik Maengket!

b. Tentukanlah isi sendratasik Maengket!

c. Tentukanlah tema sendratasik Maengket dengan alasan yang jelas!

d. Tentukanlah pesan dalam sendratasik Maengket!

e. Rangkumlah isi sendratasik Maengket!

f. Kaitkanlah isi sendratasik Maengket dengan kehidupan sehari-hari!

10. Penilaian

a. Jenis Tagihan:

(47)

Roy Ronald Rumondor, 2012

Tradisi Bertani : Menanam Sampai Panen Padi Pada Masyarakat Tombulu Kota Tomohon Dan Model Pelestariannya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Bentuk Instrumen:

1) unjuk kerja

2) pedoman penilaian

5.6. Rancangan Pembelajaran Pelestarian Tradisi Penanaman Padi Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran Apresiasi Sendratasik (Seni Drama, Tari, dan Musik) Maengket

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/Semester : XI/I

Pertemuan : I dan II

Alokasi waktu : 4 x 45 menit

1. Standar Kompetensi

Mendengarkan. Memahami pementasan drama

2. Kompetensi dasar

Mengidentifikasi peristiwa, pelaku dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada

pementasan drama

3. Indikator

a. Menentukan tokoh, peran, dan wataknya

b. Menentukan konflik dengan menunjukkan data yang mendukung

c. Menentukan tema dengan alasan

d. Menentukan pesan dengan data yang mendukung

(48)

f. Mengaitkan isi drama dengan kehidupan sehari-hari.

4. Tujuan Pembelajaran

a. Siswa mampu menentukan tokoh, peran, dan wataknya

b. Siswa mampu menentukan konflik dengan menunjukkan data yang

mendukung.

c. Siswa mampu menentukan tema dengan alasan.

d. Siswa mampu menentukan pesan dengan data yang mendukung.

e. Siswa mampu merangkum isi drama berdasarkan dialog yang didengar.

f. Siswa mampu mengaitkan isi drama dengan kehidupan sehari-hari.

5. Materi Pokok

a. Pengertian seni pertunjukkan.

b. Sejarah singkat Sendratasik Maengket.

c. Hakikat Sendratasik Maengket.

d. Cara menen

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA TUTOR DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PROGRAM “TAMAN BERMAIN EDUKATIF ANAK”DI KAMPUNG KREATIF DAGO POJOK KOTA BAND UNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

latihan acak terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar passing atas dan.

Pada tahun 2013 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Larangan

Penelitian ini direncanakan sebanyak satu siklus. Jika dalam penelitian ini masih belum terlihat hasil yang diinginkan oleh peneliti, maka keputusan untuk melanjutkan atau

Tegangan jatuh sepanjang sistem distribusi primer telah menjadi masalah operasi, terutama untuk di sepanjang jaringan, dengan beban yang terpusat di ujungnya.. Untuk

Ketentuan Pasal 1 ayat (3) dan ayat (4) dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 32/PERMEN-KP/2014 tentang Larangan Pemasukan Udang dan Pakan Alami dari Negara

Abbreau et al (2003) mengamati bahwa pada sistem tenaga listrik terisolasi yang terhubung dengan beban non linear akan menghasilkan arus harmonik yang menyebabkan distorsi