• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI TENTANG EFEKTIVITAS PELAKSANAAN DAN DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH TERHADAP UPAYA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SMA DI JAWA BARAT).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI TENTANG EFEKTIVITAS PELAKSANAAN DAN DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH TERHADAP UPAYA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SMA DI JAWA BARAT)."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

JUDUL……….. i

TIM PEMBIMBING……… ii

PERNYATAAN……….iii

KATA PENGANTAR………iv

UCAPAN TERIMA KASIH………..v

ABSTRAK………..vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ……….…… 1

B. Identifikasi dan PerumusanMasalah……….. 13

C. Tujuan Penelitian ………. 18

D. Manfaat Penelitian ………... 21

E. Asumsi Penelitian………. … 21

F. Struktur Organisasi Disertasi ……… 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Akreditasi Sekolah Dalam Konteks Administrasi Pendidikan………26

B. Pelaksanaan Akreditasi Sekolah di Indonesia.. ………..46

C. MutuPendidikan 1. Konsep Mutu……… 100

2. Konsep Mutu Pada Industri Manufaktur………104

3. Konsep Mutu Pada Industri Jasa……….106

4. Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan………115

5. Sekolah dengan Manajemen Mutu Total……….. 123

D. Program Penjaminan Mutu (Quality Assurance) di Sekolah 1. Konsep Dasar………...125

2. Tujuan Penjaminan Kualitas/MUTU………... ….126

3. Komponen-Komponen Penjaminan Mutu Pendidikan……… .. 127

4. Peran Akreditasi dalam Penjaminan Mutu Pendidikan………...134

5. Peran BAN S/M dalam Penjaminan Mutu Pendidikan………138

6. Upaya Penjaminan Mutu Pendidikan………..140

E. Kebijakan Pendidikan ………...153

F. Efektivitas Pelaksanaan Akreditasi Sekolah………..165

(2)

H. Kerangka Pemikiran………. 186

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 195

B. Desain dan Tahapan Penelitian... 196

C. Subyek dan Sampling Penelitian... 199

D. Instrument Penelitian... 205

E. Teknik Pengumpulan Data... 207

F. Keabsahan Data... 209

G. Teknik Analisis Data... 214

BAB IV A. HASIL PENELITIAN 1. Esensi akreditasi sekolah dalam kerangka system pendidikan nasional a. Makna yang terkandung dalam implementasi kebijakan Akreditasi sekolah……… 218

b. Fungsi akreditasi sekolah dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan………..….. 228

c. Komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam akreditasi sekolah………..…..229

d. Tingkat pemahaman asesor, guru, kepala sekolah terhadap instrument akreditasi, petunjuk teknis pengisiam instrument, instrument pengumpulan data……….247

2. Pelaksanaan akreditasi SMA di Jawa Barat a. Strategi penyusunan perencanaan jumlah dan alokasi sekolah/madrasah yang akan diakreditasi………..250

b. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan sekolah yang akan diakreditasi……… 255

c. Strategi yang dilakukan Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah (BAP S/M) Propinsi Jawa Barat dalam penyampaian pengumuman kepada sekolah untuk menyampaikan usul untuk diakreditasi………... 257

d. Peran Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat dan Kanwil Kemenag dalam penentuan sekolah yang akan diakreditasi……….. .259

e. Mekanisme dan prosedur pengiriman instrument akreditasi ke sekolah/madrasah……… .260

(3)

(2) Informasi Khusus Penyusunan Evaluasi Diri ……….. 263

g. Proses penilaian penentuan kelayakan visitasi yang dilakukan BAP S/M... 285

h. Prosedur penentuan asesor yang akan dikirimkan ke sekolah untuk melaksanakan visitasi... 285

i. Efektivitas visitasi yang dilaksanakan dalam bentuk klarifikasi, verifikasi dan validasi data... 287

3. Deskripsi hasil akreditasi (tahun 2007, 2008 dan 2009) a. Profil Hasil akreditasi Sekolah/Madrasah di Tingkat Nasional... 308

b. Profil hasil akreditasi SMA di Jawa Barat ... 311

c. Profil hasil akreditasi SMA per Kabupaten/Kota di Jawa Barat... 316

d. Profil Hasil Akreditasi SMA yang menjadi objek penelitian 1) Profil Umum 8 sekolah objek penelitian...317

2) Profil Khusus 8 sekolah objek penelitian... 324

4. Dampak akreditasi SMA terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan di Jawa Barat... 336

B.PEMBAHASAN 1. Esensi Akreditasi Sekolah Dalam Kerangka Sistem Pendidikan Nasional……….364

2. Pelaksanaan Akreditasi Sekolah……….. 374

3. Hasil Akreditasi Sekolah………. 391

4. Dampak Akreditasi Sekolah……… 394

C. STRATEGI ALTERNATIF PELAKSANAAN AKREDITASI SEKOLAH UNTUK PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN…… 405

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI…… ………. . 416

DAFTAR PUSTAKA……… 424

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Beberapa masalah utama pendidikan yang ada di Indonesia saat ini adalah masalah pemerataan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta akuntabilitas. Pada umumnya, orang beranggapan bahwa masalah krusial pendidikan adalah kurangnya bentuk perhatian dari pemerintah dan masyarakat akan arti pentingnya pendidikan. Perjalanan panjang pendidikan di Indonesia memberikan nuansa baru dalam pembangunan bangsa, hal ini ditandai dengan maraknya penyelenggaraan pendidikan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun yang diselenggarakan oleh masyarakat. Perangkat peraturan dan perundang-undangan telah ditetapkan, biaya dan fasilitas pendidikan telah dibenahi, sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan telah diupayakan untuk ditingkatkan profesionalismenya. Namun, masalah peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu masalah utama pendidikan ternyata sampai saat ini masih belum terpecahkan secara maksimal.

(5)

negara peserta. Uji kompetensi internasional lainnya yaitu PISA (Programme for International Student Asessment, 2003) dalam prestasi literasi membaca, matematika

dan IPA pun menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Menurut PISA (2003), dari 41 negara yang mengikuti uji tersebut, Indonesia menempati urutan ke 39 untuk literasi membaca dan untuk matematika, serta urutan ke 48 untuk IPA. Data terakhir mengenai daya kompetetisi SDM kita pun hasilnya sama. Menurut The World Competitiveness Scoreboar 2005, SDM Indonesia menempati urutan ke 59 dari 60

negara.

Melihat gambaran mutu lulusan tersebut, maka sudah jelas bahwa akar permasalahannya harus segera diidentifikasi dan kemudian diupayakan penanganannya. Sudah selayaknya kita terpanggil untuk berbenah diri dan berusaha meningkatkan mutu pendidikan dan ini merupakan ajang perbaikan SDM di masa depan. Tentu saja masalah mutu pendidikan tidak hanya terletak pada rendahnya mutu lulusan, akan tetapi banyak hal lain yang justru menjadi penyebab mutu lulusan rendah seperti mutu proses, mutu profesionalisme dan kinerja guru, manajemen mutu sekolah, sarana dan prasarana sekolah dan sebagainya. Oleh karena itu, cara pandang kita terhadap sistem pendidikan sudah saatnya diubah, dan melihat sistem pendidikan sebagai suatu kesatuan yang utuh. Istilah penjaminan dan pengendalian mutu disepakati menjadi kata kunci.

(6)

suatu konstruksi fungsional dan diarahkan pada terjaminnya mutu pendidikan. Sebagai sebuah sistem, ia harus mempunyai ruang lingkup yang luas mulai dari input, proses dan output yang jelas. Penjaminan mutu sebagai suatu sistem harus mempunyai sistem perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang jelas, sehingga perkembangannya dapat terukur dan memudahkan dalam sistem peningkatannya (Quality Improvement). Gentur Sutapa (2007:23) menyatakan penjaminan mutu adalah ”proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan.” Salah satu realisasi penjaminan mutu pendidikan yang diterapkan di Indonesia adalah akreditasi sekolah. Akreditasi adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan dan kinerja satuan dan/atau program pendidikan yang dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas publik. Pemerintah melakukan akreditasi sekolah sebagai kebijakan yang dibuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

(7)

Suharsimi Arikunto (1998:256) menyatakan bahwa akreditasi adalah “penilaian yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sekolah swasta untuk meningkatkan peringkat pengakuan pemerintah terhadap sekolah tersebut.” Peringkat di sini dimaksudkan sebagai kedudukan suatu sekolah terhadap sekolah-sekolah swasta lain, dan kedudukan sekolah tersebut terhadap standar yang ditentukan oleh pemerintah sebagai ukuran kualifikasi yang diharapkan untuk dicapai oleh sekolah yang bersangkutan dan sekolah-sekolah swasta pada umumnya. Jadi dengan singkat dapat dikatakan bahwa akreditasi adalah penilaian jenjang kualifikasi mutu sekolah oleh pemerintah.

Di dalam Ensiclopedia Of Educational Evaluation yang ditulis oleh Scarvia B

Anderson (1975:4-5) dinyatakan bahwa “accreditation is the process by which a program or institution is recognized as being in conformity with some agreed upon

standard.” Di Amerika Serikat, misalnya meskipun setiap negara bagian melakukan

akreditasi sekolah-sekolah dan program-program pendidikan profesional kemudian hasilnya diterbitkan dalam sebuah daftar akreditasi yang menunjuk pada adanya pengakuan atau persetujuan terhadap kualitas lembaga, namun istilah akreditasi lebih terkenal menunjuk pada badan akreditasi sekolah swasta daripada sekolah pemerintah.

(8)

ini merupakan badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. BAN-S/M merupakan Badan Non Struktural yang bersifat nirlaba dan mandiri yang bertanggung jawab kepada Menteri.

Pelaksanaan akreditasi merupakan tantangan unsur pimpinan sekolah, guru dan seluruh warga sekolah. Pelaksanaan kegiatan ini diatur atas dasar Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 60 sebagai berikut :

(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenis dan jenjang pendidikan

(2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh pemerintah dan atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik

(3) Akreditasi dilakukan secara terbuka

Pemerintah melakukan akreditasi sekolah sebagai kebijakan yang dibuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Di era globalisasi ini, pemerintah mengharapkan setiap sekolah berupaya selalu meningkatkan standarisasi.

Pelaksanaan akreditasi merujuk pada peraturan perundangan yang mengatur tentang akreditasi yaitu Permendiknas No.29/2005 tentang S/M. Peran BAN-S/M dalam penjaminan mutu pendidikan adalah penjaminan mutu yang dilakukan oleh berbagai pihak /institusi di luar satuan pendidikan yang secara fomal memiliki tugas dan fungsi berkaitan dengan penjaminan mutu pendidikan baik secara langsung/tidak langsung dan penjaminan mutu internal yang dilakukan oleh masing-masing satuan pendidikan.

(9)

1. Penetapan Standar Nasional Pendidikan (penetapan oleh Menteri, pengembangan, pemantauan, dan pengendalian SNP oleh BSNP) PP 19/2005 pasal 76 dan 77.

2. Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan pada setiap satuan pendidikan (oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, LPMP, dan institusi pembina pendidikan Pusat), PP19/2005 pasal 92.

3. Penentuan Kelayakan Satuan/Program (Pengecekan derajat-pemenuhan Standar Nasional Pendidikan yang dicapai satuan/program pendidikan):

melalui penilaian kelayakan satuan/program pendidikan mengacu pada kriteria SNP, sebagai bentuk akuntabilitas publik), UU 20/2003 pasal 60, Permen 29/2005 pasal 1 AKREDITASI oleh BAN S/M , PP 19/2005 pasal 86 dan 87.

4. Penilaian Hasil Belajar (PHB) dan Evaluasi Pendidikan: Ujian Nasional, USBN, Sertifikasi Lulusan, berbagai bentuk ujian lainnya, dan evaluasi kinerja pendidikan oleh Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota serta Lembaga Evaluasi Mandiri. (PP 19/2005)

(10)

asesor berfungsi secara profesional pula. Hasil akreditasi dengan seluruh temuan-temuannya dan rekomendasi yang disusun merupakan hasil kerja yang cermat, credible dan terpercaya, serta amat layak untuk dijadikan bahan rujukan dalam proses

pembuatan kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional Indonesia.

Hasil akreditasi yang dituangkan antara lain dalam bentuk profil untuk setiap satuan pendidikan setiap provinsi dari tahun 2007-2009, merupakan petunjuk yang amat komprehensif tentang kapasitas dalam mencapai setiap komponen dari 8 Standar Nasional Pendidikan. SNP yang sesungguhnya merupakan standar minimal mutu pendidikan ini harus dan perlu dicapai dan diwujudkan oleh setiap satuan/program pendidikan di Indonesia.

Peringkat Akreditasi dalam bentuk A, B, dan C memberikan gambaran menyeluruh tidak hanya tentang kapasitas setiap satuan pendidikan/program pendidikan secara kelembagaan, tapi juga memberikan informasi tentang kapasitas capaian setiap komponen dari 8 komponen SNP. Peringkat akreditasi ini dengan demikian memberikan gambaran tingkat kapasitas capaian secara lebih spesifik sehingga amat bermanfaat bagi pembuat kebijakan dan bagi berbagai pihak dalam menindak lanjuti hasil dan temuan akreditasi sekolah/madrasah ini.

Hasil akreditasi untuk kurun waktu 2007-2009, yang perlu memperoleh perhatian untuk ditindaklanjuti adalah sebagai berikut ;

(11)

yaitu: Pertama, Kurikulum terutama yang menyangkut standar isi dan proses yang sesuai dengan tahapan pertumbuhan peserta didik usia 4-6 tahun yang amat terbatas; Kedua, kualifikasi guru khusus TK/RA dan PAUD yang sebagian besar masih belum memenuhi syarat minimal SI pendidikan; Ketiga, Infrastruktur yang memfasilitasi proses pertumbuhan peserta didik yang optimal secara nyata masih belum memadai, sehingga sebagai instrumen yang membantu proses perkembangan peserta didik tidak dapat diiaksanakan sebagaimana yang diharapkan.

b. SD/MI, aspek-aspek yang lemah dari satuan pendidikan ini adalah aspek kurikulum khususnya pada standar proses terutama yang menyangkut PBM, kualifikasi guru yang sebagian besar belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan, sarana prasrana yang diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif dan kemampuan manajemen dalam mengelola sekolah secara professional.

(12)

pembelajaran belum didukung oleh infrastruktur akademik yang kuat.

d. SMA/MA, guru yang memenuhi persyaratan sudah melebihi 50 % walaupun kemandirian dalam mengembangkan silabus dan RPP masih tetap lemah. Infrastruktur jauh lebih balk terutama sekolah/madrasah yang ada di kota-kota besar. Namun kemampuan manajemen masih tetap merupakan permasalahan sehingga professionalisme dalam manajemen belum terwujud secara optimal. e. SMK, permasalahan di SMK adalah infrastruktur untuk mendukung proses

pembelajaran yang efektif terutama dalam kaitannya dengan pembinaan keterampilan atau transferable skills. Prakerin pada sebagian besar SMK masih tetap merupakan masalah yang perlu ditangani melalui kerjasama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri. Kesempatan kerja bagi para lulusannya masih merupakan problem karena di Indonesia pertumbuhan sector real masih tetap lambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan lulusan SMK.

(13)

menyangkut prosedur dan mekanisme akreditasi yang tidak dapat dilaksanakan sesuai pedoman yang ditetapkan. Kemampuan menggunakan ICT masih tetap terbatas tidak hanya keterbatasan dalam perangkat keras di tiap kabupaten/kota tetapi juga kemampuan menggunakannya terbatas walaupun bantuan secara periodik dilakukan melalui pelatihan bagi staf yang diberi tanggung jawab untuk menggunakan dan mengoperasikan ICT atau Sistem Informasi Akreditasi Sekolah/Madrasah (SIA-S/M).

Di tingkat Propinsi Jawa Barat pelaksanaan akreditasi sekolah (SMA/MA) tahun 2009 dengan menggunakan perangkat akreditasi yang baru (8 standar pendidikan) telah selesai dilaksanakan. Berdasarkan studi pendahuluan diperoleh beberapa data tentang pelaksanaan akreditasi sekolah di Jawa Barat sebagai berikut :

a. Dengan terlaksananya akreditasi sekolah khususnya pada tingkat SMA/MA di Propinsi Jawa Barat diperoleh data bahwa dari 318 sekolah yang diakreditasi yang memperoleh peringkat A sebanyak 170 sekolah, Peringkat B sebanyak 118 dan Peringkat C sebanyak 30 sekolah.

b. Berdasarkan rekapitulasi hasil akreditasi tersebut diperoleh prosentase sebesar 53,46% SMA di Jawa Barat telah terakreditasi A, 37,11% terakreditasi B dan 9,43% terakreditasi C.

c. Analisis Hasil Akreditasi SMA berdasarkan 8 komponen standar pendidikan diperoleh data :

(14)

merancang tugas mandiri tidak terstruktur untuk mencapai kompetensi tertentu hanya sekitar 20% guru.

2) Standar Proses: 17,64 kepala MA hanya melakukan tindak lanjut 25% dari hasil pengawasannya.

3) Standar Kompetensi Lulusan: 15,94% SMA rata-rata nilai ketuntasan belajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sampai dengan 60,00 dan 41,17% MA rata-rata ketuntasan belajar mata pelajaran kelompok IPTEK ditetapkan hanya 60,00.

4) Standar Sarana Prasarana: 65,78% SMA dan 88,24% MA tidak memiliki laboratorium bahasa.

5) Standar Pendidik dan Kependidikan : 40,20% SMA/MA tidak memiliki tenaga laboran yang sesuai dengan pendidikannya.

6) Standar Pengelolaan: 29,41% MA tidak memiliki pedoman pengelolaan keuangan sebagai dasar dalam penyusunan program kerja sekolah.

7) Standar Pembiayaan : 18,60% SMA dan 35,29% MA tidak melakukan subsidi silang.

8) Standar Penilaian: 27,25% SMA menetapkan kelulusan dengan menetapkan kriteria yang berlaku

(15)

a. Staf sekretariat dari Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat tidak berfungsi sehingga seluruh kegiatan administratif dan pelaporan baik pelaporan kegiatan maupun laporan pertanggungjawaban keuangan dilaksanakan oleh Sekertaris dan sebagian anggota BAP S/M serta Bendahara. Hal ini menyebabkan administrasi kegiatan dan pelaporan keuangan tidak bisa terselesaikan tepat waktu.

b. Tidak semua anggota BAP S/M (karena kesibukannya masing-masing) bisa secara aktif ikut serta dalam penyelesaian masalah yang dihadapi BAP S/M.

c. Anggaran kegiatan yang terbatas.

d. Masih banyak asesor yang kurang profesional baik dilihat dari sisi substansi akademik (pemahaman instrumen akreditasi) maupun dilihat dari sisi karakter asesor.

e. Pelaksanaan sosialisasi akreditasi ke setiap sekolah yang akan diakreditasi, kurang terpahami dengan baik oleh para kepala sekolah f. Kegiatan visitasi masih tidak ideal dengan standar waktu yang

disyaratkan

(16)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 2 ayat 2 menyatakan bahwa : ”Penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan standar nasional pendidikan perlu dilakukan dalam tiga program terintegrasi yaitu evaluasi, akreditasi dan sertifikasi”. Penjaminan mutu ini bertujuan untuk melindungi masyarakat agar dapat memperoleh layanan dan hasil pendidikan sesuai dengan yang dijanjikan oleh penyelenggara pendidikan. Proses evaluasi terhadap seluruh aspek pendidikan harus diarahkan pada upaya untuk menjamin terselenggaranya layanan pendidikan bermutu dan memberdayakan mereka yang dievaluasi sehingga menghasilkan lulusan pendidikan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Standarisasi pendidikan memiliki makna sebagai upaya penyamaan arah pendidikan secara nasional yang mempunyai keluasan dan keluwesan dalam implementasinya. Standar pendidikan harus dijadikan acuan oleh pengelola pendidikan, yang di sisi lain menjadi pendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas untuk mencapai standar minimal yang diharapkan.

(17)

BAN Pendidikan Non Formal. Pada tingkat Propinsi Jawa Barat, Gubernur mengeluarkan Keputusan No 421/Kep.289 Disdik/2007 tentang Pembentukan Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah.

Pelaksanaan akreditasi sekolah khususnya SMA di Jawa Barat telah berlangsung sejak tahun 2004. Hasil yang diperoleh berupa peringkat A, B dan C disinyalir belum mencerminkan kondisi mutu yang sebenarnya, kemudian setelah selesai proses akreditasi dan diterbitkannya sertifikat tidak ada langkah selanjutnya (follow-up) baik dari pihak Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas Pendidikan

Kota/Kabupaten, LPMP dan sekolah sebagai lembaga terakreditasi.

Berdasarkan uraian tersebut, secara umum penjabaran identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

(1) kurangnya optimalisasi peran dan fungsi sumber daya manusia yang ada dalam tata hubungan kerja dalam organisasi kelembagaan akreditasi sekolah

(2) kurangnya pemahaman tentang prosedur, mekanisme dan perangkat akreditasi sekolah dari sekolah dan asesor

(3) belum ada kejelasan bagaimana langkah selanjutnya setelah selesai proses akreditasi sekolah sehingga mutu pendidikan bisa tercermin berdasarkan hasil akreditasi

(18)

kelayakan sekolah/madrasah atau program yang dilaksanakannnya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, memberikan pengakuan peringkat kelayakan, dan memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program dan atau satuan pendidikan yang diakreditasi. Sehingga jika tujuan ini tercapai maka akan diperoleh banyak manfaat yaitu membantu mengidentifikasi sekolah/madrasah dan program dalam rangka pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donator atau bentuk bantuan lainnya, acuan dalam upaya peningkatan mutu dan rencana pengembangan sekolah/madrasah, umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah/madrasah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program sekolah/madrasah dan motivator agar sekolah terus meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap, terencana dan kompetitif baik di tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional bahkan internasional.

(19)

Pelaksanaan dan Dampak Akreditasi Sekolah Terhadap Upaya Penjaminan

Mutu Pendidikan SMA di Jawa Barat)”.

Berdasarkan fokus kajian tersebut peneliti merumuskan batasan-batasan penelitian guna menjaga konsistensi dan untuk mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan pokok yang diajukan dalam penelitian ini. Pembatasan masalah penelitian, dirumuskan sebagai berikut:

a. Data hasil akreditasi dari BAP dibatasi pada data tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2007, 2008, dan 2009.

b. Studi efektivitas pelaksanaan akreditasi sekolah, dikaji berdasarkan kesesuaian dengan peraturan dan perundangan yang mengatur tentang akreditasi sekolah.

c. Mengingat banyaknya jumlah sekolah (SMA/MA) di Jawa Barat, maka objek penelitian dibatasi pada SMA. Strategi penetapan objek penelitian lebih lanjut dijelaskan pada Bab III tentang metodologi penelitian.

Perumusan masalah tersebut di atas dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

a. Apakah esensi akreditasi sekolah dalam kerangka sistem pendidikan nasional? 1) Apakah makna yang terkandung dalam implementasi kebijakan akreditasi

sekolah?

(20)

3) Komponen-komponen apakah yang harus diperhatikan dalam akreditasi sekolah?

4) Sejauhmana tingkat pemahaman asesor, guru, kepala sekolah terhadap instrumen akreditasi, petunjuk teknis pengisian instrumen, instrumen pengumpulan data dan informasi pendukung akreditasi dan pedoman penskoran dan pemeringkatan akreditasi?

b. Sejauhmana efektivitas pelaksanaan akreditasi SMA di Propinsi Jawa Barat ? 1) Bagaimanakah strategi penyusunan perencanaan jumlah dan alokasi

sekolah/madrasah yang akan diakreditasi ?

2) Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam penentuan sekolah yang akan diakreditasi?

3) Bagaimanakah strategi yang dilakukan Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) Jawa Barat dalam penyampaian pengumuman kepada sekolah untuk menyampaikan usul untuk diakreditasi?

4) Bagaimanakah peran Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat dan Kanwil Departemen Agama dalam penentuan sekolah yang akan diakreditasi?

5) Bagaimanakah mekanisme dan prosedur pengiriman instrumen akreditasi ke sekolah/madrasah?

(21)

8) Bagaimanakah langkah-langkah yang dilakukan pihak sekolah dalam pengiriman dokumen evaluasi diri ke Badan Akreditasi Propinsi Sekolah /Madrasah (BAP-S/M)?

9) Bagaimanakah proses penilaian penentuan kelayakan visitasi yang dilakukan BAP S/M?

10) Bagaimakah prosedur penentuan asesor yang akan dikirimkan ke sekolah untuk melaksanakan visitasi?

11) Sejauhmanakah efektivitas visitasi yang dilaksanakan dalam bentuk klarifikasi, verifikasi dan validasi data?

c. Bagaimanakah deskripsi profil hasil akreditasi SMA ?

1) Bagaimanakah profil hasil akreditasi SMA di Tingkat Nasional? 2) Bagaimanakah profil hasil akreditasi SMA di Tingkat Jawa Barat? 3) Bagaimanakah profil hasil akreditasi SMA per Kab/Kota di Jawa Barat? 4) Bagaimanakah profil hasil akreditasi SMA yang menjadi objek penelitian? d. Bagaimanakah dampak akreditasi SMA terhadap upaya penjaminan mutu

pendidikan di Jawa Barat? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut di atas maka diharapkan tercapai tujuan penelitian sebagai berikut:

(22)

a. Mendapatkan informasi tentang makna yang terkandung dalam implementasi kebijakan akreditasi sekolah

b. Mendapatkan informasi tentang fungsi akreditasi sekolah dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan

c. Mengidentifikasi komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam akreditasi sekolah

d. Mendeskripsikan tingkat pemahaman asesor, guru, kepala sekolah terhadap instrumen akreditasi, petunjuk teknis pengisian instrumen, instrumen pengumpulan data dan informasi pendukung akreditasi dan pedoman penskoran dan pemeringkatan akreditasi

2. Mengetahui efektivitas pelaksanaan akreditasi SMA di Propinsi Jawa Barat. a. Mengetahui strategi penyusunan perencanaan jumlah dan alokasi

sekolah/madrasah yang akan diakreditasi

b. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan sekolah yang akan diakreditasi

c. Mengetahui strategi yang dilakukan Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) Jawa Barat dalam penyampaian pengumuman kepada sekolah untuk menyampaikan usul untuk diakreditasi

d. Mendeksripsikan peran Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat dan Kanwil Departemen Agama dalam penentuan sekolah yang akan diakreditasi

(23)

f. Mengetahui proses penyusunan evaluasi diri yang dilakukan pihak sekolah g. Mengetahui strategi pengisian instrumen akreditasi sekolah

h. Mengetahui langkah-langkah yang dilakukan pihak sekolah dalam pengiriman dokumen evaluasi diri ke Badan Akreditasi Propinsi Sekolah /Madrasah i. Mengetahui proses penilaian penentuan kelayakan visitasi yang dilakukan

BAP S/M

j. Mengetahui prosedur penentuan asesor yang akan dikirimkan ke sekolah untuk melaksanakan visitasi

k. Mengetahui efektivitas visitasi yang dilaksanakan dalam bentuk klarifikasi, verifikasi dan validasi data

3. Mengidentifikasi profil hasil akreditasi SMA

a. Mengidentifikasi profil hasil akreditasi SMA di Tingkat Nasional

b. Mengidentifikasi profil hasil akreditasi SMA di Tingkat Propinsi Jawa Barat c. Mengidentifikasi profil hasil akreditasi SMA per Kabupaten/Kota di Jawa

Barat

d. Mengidentifikasi profil hasil akreditasi SMA yang menjadi objek penelitian 4. Mendapatkan informasi mengenai dampak akreditasi SMA terhadap upaya

(24)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut

1. Secara Teori, mengembangkan konsep-konsep keilmuan manajemen sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan

2. Secara Praktik, menghasilkan temuan-temuan yang dapat bermanfaat bagi sekolah, Badan Akreditasi Nasional S/M, Badan Akreditasi Propinsi S/M, Dinas Pendidikan dan para pemerhati pendidikan, membantu mengidentifikasi sekolah dan program dalam rangka pemberian bantuan pemerintah, acuan dalam upaya peningkatan mutu dan rencana pengembangan sekolah.

E. Asumsi Penelitian

Secara konseptual akreditasi adalah proses dalam quality assurance sekolah dengan merujuk kepada standar tertentu yang dijadikan patokan untuk mengukur degrees of quality accomplishment sekolah. Oleh karena itu diperlukan adanya

sebuah sistem, kebijakan, instrumen dan prosedur akreditasi, sehingga akreditasi dapat dilakukan dengan sempurna. Dalam proses akreditasi aspek kuantitas amat menonjol, namun sesungguhnya akreditasi diarahkan untuk continues quality improvement, maka aspek kualitas menjadi sangat penting dan harus diutamakan.

(25)

mengontrol profesionalitas dalam pelaksanaan akreditasi. Akreditasi merupakan bagian dari proses Quality Assurance, akreditasi harus mencakup proses diagnostik dan tidak hanya evaluatif, dalam arti permasalahan mutu yang dihadapi sekolah harus diangkat secara tajam dan jelas sehingga hasil akreditasi dapat dijadikan rujukan sebagai upaya continues quality improvement.

Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan dan pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. Proses akreditasi ini dilakukan secara berkala dan terbuka dengan tujuan untuk membantu dan memberdayakan program dan satuan pendidikan agar mampu mengembangkan sumberdayanya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat dirumuskan premis-premis sebagai berikut

(26)

lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik, c. Akreditasi dilakukan secara terbuka

2. Accreditation, the contemporary form of contol academic standards which has been develoved in the United States, is totally distinct from that provided by

ministry of education, or by systems exernal examination.” (akreditasi adalah

bentuk kontemporer pengawasan standar akademis yang dikembangkan di Amerika Serikat, dan berlainan secara keseluruhan dari yang dilakukan oleh kementrian-kementrian pendidikan atau dilakukan oleh sistem dari luar). (Seldon,1960:24).

3. Penjaminan mutu adalah seluruh rencana dan tindakan sistematis yang penting untuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dari kualitas (Elliot, 1993). Kebutuhan tersebut merupakan refleksi dari kebutuhan pelanggan, penjaminan kualitas biasanya membutuhkan evaluasi secara terus-menerus dan biasanya digunakan sebagai perbaikan sistem kerja.

(27)

dinyatakan bahwa penjaminan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan merupakan bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Dalam implementasinya, kegiatan penjaminan mutu dilakukan secara sinergis oleh berbagai pihak, baik pihak internal maupun pihak eksternal.

5. Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. (Komaruddin,1994:294). Berdasarkan pengertian ini maka ukuran efektivitas pelaksanaan akreditasi sekolah adalah untuk memberikan informasi tentang kelayakan sekolah/madrasah atau program yang dilaksanakannnya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, memberikan pengakuan peringkat kelayakan, dan memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program dan atau satuan pendidikan yang diakreditasi.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Urutan penulisan penelitian ini terdiri dari lima BAB dengan susunan sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Penelitian\

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

(28)

E. Asumsi Penelitian

F. Struktur Organisasi Disertasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naturalistik dalam pengumpulan data dan peneliti sendiri sebagai instrumen utama. Kegiatan inti dari suatu penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (1980: 5) yaitu pemahaman akan makna tentang suatu tindakan dan peristiwa yang terjadi dalam latar sosial yang menjadi objek penelitian. Dengan demikian usaha untuk menganalisis efektivitas pelaksanaan akreditasi sekolah sangat mungkin dilakukan dengan metode kualitatif. Terdapat data yang lebih tepat, jika diungkap dengan metode kualitatif, seperti data tentang latarbelakang munculnya akreditasi sekolah, makna yang terkandung dalam implementasi kebijakan akreditasi, pemahaman terhadap perangkat akreditasi sekolah, efektivitas pelaksanaan akreditasi dan dampak akreditasi terhadap mutu pendidikan.

Robert C. Bogdan dan Sari Knoop Biklen (1992: 29-32) mengatakan bahwa terdapat lima karakteristik penelitian kualitatif, yaitu:

1. qualitative research has the natural setting as direct source of data and researcher is the key instrument,

2. qualitative research is descriptive. The data collected are in the form of worlds or picture rather than numbers,

3. qualitative researchers are concerned with process rather than simply with outcomes or products,

(30)

Penggunaan metode kualitatif, maka akan diperoleh data yang lebih lengkap, lebih mendalam dan dapat dipercaya sehingga tujuan penelitian dapat dicapai dengan baik. Dalam penelitian kualitatif permasalahan dapat dilacak secara mendalam, data yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan, budaya, sikap mental, dan komitmen yang dianut oleh seseorang maupun kelompok orang dapat diungkap dengan jelas.

B. Desain dan Tahapan Penelitian

Peran peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif, karena dipandang lebih cermat dengan ciri-ciri sebagaimana dikatakan oleh Nasution (1992: 55) sebagai berikut,

(1) manusia sebagai alat yang peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulan dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bermakna bagi peneliti; (2) manusia sebagai alat yang dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; (3) tiap situasi merupakan suatu keseluruhan; (4) suatu situasi yang melibatkan interakasi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata-mata; (5) peneliti sebagai instrumen dapat segera mengalisis kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannnya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan, dan (7) manusia sebagai instrumen, responden yang aneh dan menyimpang justru diberi perhatian. Pada penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam menjaring data dan informasi dengan menggunakan teknik observasi partisipan, dokumentasi tertulis dan wawancara mendalam.

(31)

penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan Bogdan dan Biklen (1982: 27), peneliti melakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

Pertama, peneliti langsung ke lapangan untuk dapat mengumpulkan data dari

sumber data, dengan tanpa melakukan intervensi. Peneliti dalam hal ini yang menjadi instrumen utama langsung menuju ke obyek-obyek penelitian untuk mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara, baik secara formal maupun non formal dengan: Ketua Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M), Sekertaris BAP S/M, Anggota BAP-S/M, Asesor, Kepala Sekolah SMA dan guru-guru SMA di Propinsi Jawa Barat.

Kedua, dalam penelitian naturalistik kualitatif analisisnya menggunakan

metode desktiptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis data serta informasi yang dikumpulkan. Hasil dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi, analisisnya lebih berupa gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif, sehingga laporan penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut, untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian. Dengan demikian melalui pendekatan kualitatif adalah bagaimana cara mengumpulkan data dalam bentuk kata-kata, ucapan, isyarat, serta tingkah laku orang-orang itu sendiri. Kemudian prinsip penelitian kualitatif menekankan bahwa setiap temuan (sementara) dilandaskan pada data, sehingga temuan itu semakin tersahihkan sebelum dinobatkan sebagai teori.

Ketiga, penelitian yang dilaksanakan lebih menekankan kepada proses dari

(32)

kualitatif, disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam prosesnya (Moleong, 2001: 6).

Keempat, peneliti cenderung menganalisis data dilakukan secara induktif,

karena dalam penelitian naturalistik kualitatif mempelajari sesuatu proses atau masalah dengan tanpa melakukan generalisasi. Tujuan penelitian naturalistik kualitatif bukanlah untuk menguji hipotesis yang didasarkan atas teori tertentu, melainkan untuk menemukan pola-pola yang mungkin dapat dikembangkan menjadi teori.

Kelima, hal yang utama dalam penelitian naturalistik kualitatif ini adalah

mencari pemahaman dan penarikan makna dari fenomena yang terjadi melalui penyajian deskriptif analitik.

(33)

Ketiga, Tahap analisis data yaitu data-data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan secara kualitatif, sehingga mudah dibaca dan diinterprestasikan. Pelaksanaan tahap ketiga ini direncanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2010 dengan cara mendiskusikan kembali analisis yang diperoleh untuk menyimpulkan hasil akhir penelitian ini.

C. Subyek dan Sampling Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah Ketua Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M), Sekertaris BAP S/M, Anggota BAP-S/M, Asesor, Kepala SMA dan guru-guru SMA di Propinsi Jawa Barat.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat no. 421/Kep.289.Disdik/2007 Tentang Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M), maka susunan personalianya adalah sebagai berikut :

- Pengarah : 1 orang

- Penanggungjawab : 1 orang

- Ketua Merangkap Anggota : 1 orang - Sekertaris merangkap Anggota : 1 orang

- Anggota : 13 orang

(34)
[image:34.595.117.511.187.636.2]

Tabel 3.1.

Daftar Asesor akreditasi SMA/MA Propinsi Jawa Barat tahun 2009

NO Kabupaten/Kota Jumlah Asesor

1 Kota Depok 5

2 Kabupaten Bogor 8

3 KotaBogor 6

4 Kabupaten Sukabumi 6

5 Kota Sukabumi 5

6 Kabupaten Cianjur 7

7 Kabupaten Purwakarta 3

8 Kabuupaten Subang 4

9 Kabupaten Karawang 4

10 Kabupaten Bekasi 5

11 KotaBekasi 3

12 Kabupaten Indramayu 4

13 Kabupaten Cirebon 16

14 Kabupaten Kuningan 8

15 Kabupaten Majalengka 8

16 Kabupaten Garut 7

17 Kabupaten Ciamis 11

18 Kota tasikmalaya 5

19 Kabupaten Tasikmalaya 3

20 Kota Banjar 1

21 Kabupaten Banjar 1

22 Kabupaten Bandung 8

23 Kota Bandung 13

24 Kota Cimahi 4

25 Kabupaten Sumedang 2

26 Kabupaten Bandung Barat 2

27 Dinas Pendidikan Propinsi 12

Sumber :BAP –S/M Jabar2009

(35)
[image:35.595.117.511.166.632.2]

Tabel 3.2. Jumlah SMA yang terakreditasi A tahun 2009

NO Kabupaten/Kota Jumlah Sekolah

1 Kota Depok 5

2 Kabupaten Bogor 3

3 KotaBogor 8

4 Kabupaten Sukabumi 3

5 Kota Sukabumi 1

6 Kabupaten Cianjur 2

7 Kabupaten Purwakarta 4

8 Kabuupaten Subang 0

9 Kabupaten Karawang 7

10 Kabupaten Bekasi 4

11 KotaBekasi 7

12 Kabupaten Indramayu 2

13 Kabupaten Cirebon 4

14 Kabupaten Kuningan 0

15 Kabupaten Majalengka 0

16 Kabupaten Garut 4

17 Kabupaten Ciamis 4

18 Kota tasikmalaya 1

19 Kabupaten Tasikmalaya 3

20 Kota Banjar 0

21 Kabupaten Banjar 0

22 Kabupaten Bandung 4

23 Kota Bandung 16

24 Kota Cimahi 0

25 Kabupaten Sumedang 1

26 Kabupaten Bandung Barat 4

(36)
[image:36.595.117.511.179.589.2]

Tabel 3.3.

Jumlah SMA terakreditasi B

NO Kabupaten/Kota Jumlah Sekolah

1 Kota Depok 1

2 Kabupaten Bogor 6

3 KotaBogor 0

4 Kabupaten Sukabumi 3

5 Kota Sukabumi 4

6 Kabupaten Cianjur 0

7 Kabupaten Purwakarta 7

8 Kabuupaten Subang 2

9 Kabupaten Karawang 4

10 Kabupaten Bekasi 4

11 KotaBekasi 1

12 Kabupaten Indramayu 0

13 Kabupaten Cirebon 2

14 Kabupaten Kuningan 2

15 Kabupaten Majalengka 2

16 Kabupaten Garut 4

17 Kabupaten Ciamis 0

18 Kota tasikmalaya 1

19 Kabupaten Tasikmalaya 2

20 Kota Banjar 0

21 Kabupaten Banjar 0

22 Kabupaten Bandung 5

23 Kota Bandung 4

24 Kota Cimahi 0

25 Kabupaten Sumedang 1

26 Kabupaten Bandung Barat 0

Sumber :BAP –S/M Jabar2009

2. Sampling Penelitian

(37)

Sampling bersifat purposif yakni tergantung pada tujuan fokus. Instrumen penelitian tidak bersifat eksternal dan objektif, akan tetapi subjektif yaitu peneliti itu sendiri tanpa menggunakan test, angket atau eksperimen. Instrumen dengan sendirinya tidak berdasarkan definisi operasional. Tahap yang dilakukan ialah menyeleksi aspek-aspek yang khas, yang berulang kali terjadi, yang berupa pola atau tema dan tema itu senantiasa diselediki lebih lanjut dengan cara yang lebih halus dan mendalam. Tema itu akan merupakan petunjuk kearah pembentukan suatu teori. Analisis data bersifat terbuka, opened-ended dan induktif.

Sampel penelitian dalam penelitian kualitatif menurut Faisal, (1990: 44), berkaitan dengan prosedur memburu informasi sebanyak karakteristik elemen yang berkaitan dengan apa yang ingin diketahui. Penelitian kualitatif menempatkan peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor konstektual, untuk itu jumlah sumber data atau nara sumber dalam penelitian kualitatif tidak menjadi kriteria umum, tetapi maksud sampling dalam hal ini adalah lebih kepada sejauh mana sumber data dapat memberikan informasi sebanyak mungkin sesuai dengan tujuan penelitian, melalui Informan, tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada ke dalam ramuan

konteks yang unik dan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.

(38)

Penentuan informan kunci dipilih dengan menggunakan teknik purposive. Hal sesuai dengan konsep penarikan sampel penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman, (1992: 47) adalah ”mengambil sepenggalan kecil dari suatu keseluruhan yang lebih besar, dan penarikannya cenderung menjadi lebih purposif dengan tujuan yang jelas daripada acak”. Penarikan sampel tidak hanya meliputi keputusan-keputan tentang orang-orang mana yang akan diamati, tetapi juga mengenai latar-latar, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses sosial. Penetapan responden bukan ditentukan oleh pemikiran bahwa para responden harus mewakili populasi, melainkan responden itu harus dapat memberikan informasi yang diperlukan. Responden karena jabatannya dan karena fungsi tugas maupun wewenangnya memahami mulai dari perencanaan, sumber biaya, alokasi biaya, mekanisme, penggunaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Responden dengan kriteria ini menjadi sumber utama perolehan data dalam peneltian ini.

Berdasarkan pemahaman tersebut, penentuan sumber data penelitian ini ditetapkan berdasarkan prinsip sampel purposif. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa subyek penelitian yang menjadi satuan analisis adalah berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan informasi sebanyak mungkin tentang fokus penelitian.

(39)

Tasikmalaya, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok, LPMP, Kepala Sekolah SMAN 3 Kabupaten Kuningan, Kepala Sekolah SMAN 1 Kabupaten Kuningan, Kepala Sekolah SMAN 2 Kabupaten Tasikmalaya, Kepala Sekolah SMAN Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya, Kepala Sekolah SMAN 3 Kota Depok, Kepala Sekolah SMAIT Nurul Fikri Kota Depok, Kepala Sekolah SMA Darul HIkam Kota Bandung, dan Kepala Sekolah SMA Pahlawan Toha Kota Bandung.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan makna dari fenomena yang ada berdasarkan sudut pandang dari informan dan/atau sumber data. Hal ini berarti mampu melakukan identifikasi terhadap segala situasi dan mengkaji setiap aspek yang muncul dalam setiap situasi tersebut sepanjang waktu penelitian (misalnya etnography), dengan menggunakan satu elemen kunci pengumpulan data yaitu mengamati informan dalam setiap aktivitasnya. (Creswell, 2009:16).

(40)

penyusunan metode ilmiah, meliputi langkah-langkah: analisis aspek-aspek penelitian, penyusunan kisi-kisi, pengembangan kisi-kisi menjadi instrumen, pengujian. Pengujian instrumen melalui proses bimbingan dengan tim promotor. Aspek keabsahan instrumen penelitian yang digunakan adalah pada aspek konstruks dan isi, hal ini ditempuh dengan cara meminta pandangan dari ahli, yang dalam hal ini melalui melalui proses bimbingan dengan tim promotor. Secara teknis prosedur penyusunan instrumen dibantu oleh jenis kisi-kisi instrumen, dengan maksud agar pengujian dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis. Kisi-kisi instrumen disusun berdasarkan pada pertimbangan dalam pencapaian tujuan penelitian dan landasan-landasan teoritik yang mendasarinya, untuk menentukan unsur, sub unsur dan sub-sub unsur sebagai bahan dalam penyusunan item-item pertanyaan. Tahap akhir dalam pengembangan instrumen adalah revisi instrumen. Perbaikan dilakukan berdasarkan masukkan-masukkan dari dosen pembimbing berkenaan dengan isi dan konstruk, setelah tahap ini, instrumen siap digunakan.

(41)

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya mendapatkan data dan informasi baik data primer maupun sekunder yang akurat terkait dengan indikator yang dikaji dalam penelitian digunakan

teknik pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi tentang objek penelitian. Pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau participant observer, akan dilakukan dalam penelitian ini baik sebelum maupun pada saat

mereduksi data. Penelitian akan mengambil peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa yang diteliti. Kegiatan yang diamati secara langsung oleh peneliti antara lain sosialisasi akreditasi sekolah, pelaksanaan akreditasi sekolah dan monitoring dan evaluasi akreditasi sekolah.

(42)

terbuka yang dibakukan, wawancara jenis ini dilakukan dengan mengajukan seperangkat pertanyaan yang disusun dengan seksama, bertujuan untuk mengambil data setiap informan melalui urutan yang sama dan menanyai setiap responden dengan pertanyaan yang sama dengan kata-kata yang esensinya sama, hal ini dilakukan untuk memperkecil variasi pertanyaan yang ditujukan kepada informan yang diwawancarai.

Secara praktik, waktu penggunaan ketiga jenis pendekatan wawancara tersebut tergantung dari tema atau jenis informasi yang akan di gali dan sangat tergantung pada situasi dimana wawancara tersebut dilakukan.

(43)

gambaran tersembunyi yang sesungguhnya dimana fenomena tersebut justru yang diharapkan muncul sebagai sebuah kondisi yang diharapkan. Hal ini dapat dipahami bahwasannya terdapat berbagai keterbatasan dari informan kunci atau sumber data dalam menyampaikan secara jujur dan detail, yang sering kali tidak disampaikan secara langsung tetapi melalui kode “bahasa/kalimat” tertentu.

F. Keabsahan Data

Keabsahan data dari sebuah penelitian sangat penting artinya karena dengan keabsahan data merupakan salah satu langkah awal kebenaran analisis data. Keabsahan data dalam penelitian kualitatif bersifat sejalan dan seiring dengan proses penelitian yang sedang berlangsung. Keabsahan data kualitatif harus dilakukan sejak awal pengambilan data, yaitu sejak melakukan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk memperoleh keabsahan data dalam penelitin ini dilakukan dengan cara menjaga kredibilitas, transferabilitas, depandebilitas, dan konfirmabilitas.

1. Kredibilitas

(44)

Dalam rangka menjaga kredibilitas data yang diperoleh dari lapangan dapat dilakukan dengan: a) memperpanjang masa pengamatan, b) pengamatan yang dilakukan secara terus menerus, c) trianggulasi, d) membicarakan dengan orang lain (peer debriefing), e) menggunakan bahan referensi, dan f) mengadakan member check. (Moleong, 1991: 173).

Dalam penelitian ini untuk mencapai kredibilitas data akan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Memperpanjang Masa Observasi

Memperpanjang masa observasi digunakan untuk mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data. Distorsi dapat terjadi karena adanya unsur kesengajaan seperti dusta, menipu, dan berpura-pura yang dilakukan oleh subyek penelitian, informan, dan informan kunci. Unsur ketidaksengajaan dapat berupa kesalahan dalam mengajukan pertanyaan, motivasi setempat misalnya, hanya untuk menyenangkan atau menyedihkan peneliti.

Pengamatan yang terus menerus dan kontinyu, peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Pengamatan ini pada akhirnya akan menemukan mana yang perlu diamati dan yang tidak perlu diamati sejalan dengan usaha memperoleh data. Dalam penelitian ini pengamatan yang terus menerus dilakukan untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian sebagai fokus yang diajukan. b. Trianggulasi Data

(45)

di lapangan. Danzim dalam Moleong, (1994: 178) trianggulasi data sebagai teknik pemeriksaan data dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber, metode, penyelidikan dan teori.

Trianggulasi data dalam penelitian ini adalah dengan sumber dan metode, artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif. Trianggulasi dengan metode dapat dilakukan dengan cara: (1) membandingkan hasil pengamatan pertama dengan pengamatan berikutnya, (2) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (3) membandingkan data hasil wawancara pertama dengan data hasil wawancara berikutnya. Penekanan dari hasil perbandingan ini bukan masalah kesamaan pendapat, pandangan, pikiran semata-mata tetapi lebih penting lagi untuk mengetahui alasan-alasan terjadinya perbedaan.

c. Mengadakan member check

(46)

2. Transferabilitas

Transferabilitas ialah apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi lainnya (Usman dan Akbar, 2006: 89). Selain itu, Nasution (1988: 118) mengatakan bahwa Bagi penelitian kualitatif, transferabilitas tergantung pada si pemakai yakni, sampai manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dalam situasi tertentu. Karena itu, transferabilitas hasil penelitian ini diserahkan kepada pemakainya. Sumber lain menjelaskan bahwa:

Transferability refers to the degree to which the results of qualitative research can be generalized or transferred to other contexts or settings. From a qualitative perspective transferability is primarily the responsibility of the one doing the generalizing. The qualitative researcher can enhance transferability by doing a thorough job of describing the research context and the assumptions that were central to the research. The person who wishes to "transfer" the results to a different context is then responsible for making the judgment of how sensible the transfer is.

(www.socialresearchmethods.net/kb/qualapp.php - 10k)

(47)

3. Dependabilitas

Dependabilitas adalah apabila hasil penelitian kita memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang diuji pihak lain. Dalam penelitian kualitatif sulit untuk dapat diulang oleh pihak lain, karena desainnya yang emergent (lahir selama penelitian berlangsung). Untuk dapat membuat penelitian kualitatif memenuhi depandabilitas, maka perlu disatukan dengan konfirmabilitas. Hal ini dikerjakan dengan cara audit trail (melacak kembali) yang dilakukan oleh pembimbing (Usman, 2006: 89). Pembimbing dalam penelitian adalah promotor, kopromotor dan anggota pembimbing disertasi. Pembimbing inilah yang memeriksa kebenaran data dan penafsirannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa :

The traditional quantitative view of reliability is based on the assumption of replicability or repeatability. Essentially it is concerned with whether we would obtain the same results if we could observe the same thing twice. But we can't actually measure the same thing twice -- by definition if we are measuring twice, we are measuring two different things. In order to estimate reliability, quantitative researchers construct various hypothetical notions (e.g., true score theory) to try to get around this fact. The idea of dependability, on the other hand, emphasizes the need for the researcher to account for the ever-changing context within which research occurs. The research is responsible for describing the changes that occur in the setting and how these changes affected the way the research approached the study

(www.socialresearchmethods.net/kb/qualapp.php - 10k)

Secara aplikatif dijelaskan bahwa dependability (konsistensi) data diperiksa melalui pengecekan ulang dari sumber yang berbeda dengan menggabungkan kelengkapan observasi dan wawancara (triangulasi).

(48)

Komfirmabilitas (netralitas) berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian, untuk menjaga kebenaran dan objektivitas hasil penelitian, perlu dilakukan ‘audit trail’ yakni, melakukan pemeriksaan guna meyakinkan bahwa hal-hal yang

dilaporkan memang demikian adanya, seperti dipertegas pendapat berikut:

Qualitative research tends to assume that each researcher brings a unique perspective to the study. Confirmability refers to the degree to which the results could be confirmed or corroborated by others. There are a number of strategies for enhancing confirmability. The researcher can document the procedures for checking and rechecking the data throughout the study. Another researcher can take a "devil's advocate" role with respect to the results, and this process can be documented. The researcher can actively search for and describe and negative instances that contradict prior observations. And, after he study, one can conduct a data audit that examines the data collection and analysis procedures and makes judgements about the potential for bias or distortion.

(www.socialresearchmethods.net/kb/qualapp.php - 10k)

Dalam prakteknya konsep, “konfimabilitas (kepastian data) dilakukan melalui member check, triangulasi, pengamatan ulang atas rekaman, pengecekan kembali, melihat kejadian yang sama di lokasi yang berbeda sebagai bentuk konfirmasi. (Usman, 2006)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tingkat keabsahan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari Credibility (nilai kebenaran), Transferability (penerapan aplikasi atau keteraliahan),

Dependability (konsistensi), dan Confirmability (obyektivitas atau netralitas).

G. Teknik Analisis Data

(49)
[image:49.595.113.513.231.621.2]

sebagai langkah awal dalam analisis data (Spredly, 1980: 66). Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1994: 12) yang dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan atau verifikasi. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus dalam proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung. Alur analisis ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1:

Komponen-komponen analisis data

(Model interaktif Miles dan Huberman, 1994: 12)

1. Pengumpulan Data ; Data-data dari lapangan dikumpulkan melalui proses wawancara mendalam, pengamatan berpartisipasi, dan analisis dokumen selama penelitian berlangsung. Data-data tersebut disusun dalam suatu catatan lapangan sebagai langkah awal dalam analisis data.

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

(50)

2. Reduksi Data ; Data-data yang telah diperoleh di lapangan semakin bertambah banyak seiring dengan berjalannya proses pengambilan data, oleh karena itu data tersebut perlu direduksi, dirangkum, dipilah-pilah, diambil hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Melalui proses reduksi data ini laporan mentah yang diperoleh di lapangan disusun menjadi lebih sistematis, sehingga mudah dikendalikan. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang tajam tentang hasil penelitian, membantu dalam memberikan kode pada aspek-aspek tertentu yang menjadi fokus penelitian. Reduksi data dalam proses analisis data merupakan hal yang harus dilakukan.

(51)

kesimpulan yang memihak, tersekat-sekat dan tidak mendasar. Oleh sebab itu, penyajian data harus disadari sebagai bagian dalam analisis data.

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian sebagaimana dikemukakan pada bab empat, maka berikut ini disajikan kesimpulan-kesimpulan penelitian.

(53)

pencapaian mutu baik proses maupun produk. Pencapaian mutu proses dilihat dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan akademik(layanan akademik) dan non akademik. Fungsi Pembinaan dan Pengembangan, belum optimal dilaksanakan. Hasil akreditasi yang diumumkan di berbagai media baik cetak maupun elektronik, belum termanfaatkan dengan baik oleh pihak-pihak terkait. Ironi bagi kebanyakan sekolah yang sudah diakreditasi, setelah menerima sertifikat akreditasi dan diberikan rekomendasi dalam perbaikan mutu sekolah pada umumnya kurang direspon rekomendasi tersebut.

(54)
(55)
(56)

masih perlu banyak mendapatkan pelatihan untuk dapat mengoptimalkan tugas dan wewenang yang diembannya.

(57)

gambaran tingkat kapasitas capaian secara lebih spesifik sehingga amat bermanfaat bagi pembuat kebijakan dan bagi berbagai pihak dalam menindak lanjuti hasil dan temuan akreditasi sekolah/madrasah ini. Hasil akreditasi untuk kurun waktu 2007-2009, yang perlu memperoleh perhatian untuk ditindaklanjuti pada jenjang pendidikan SMA/MA adalah guru yang memenuhi persyaratan sudah melebihi 50%, walaupun kemandirian dalam mengembangkan silabus dan RPP masih tetap lemah. Infrastruktur jauh lebih baik terutama sekolah/madrasah yang ada di kota-kota besar, namun kemampuan manajemen masih tetap merupakan permasalahan, sehingga profesionalisme dalam manajemen belum terwujud secara optimal.

(58)

dapat dikatakan cukup bagus. Perolehan skor A ini secara spesifik tentunya berbeda-beda untuk setiap sekolah berdasarkan hasil setiap standar yang dicapai. Sekolah yang mendapatkan peringkat B sebanyak 103 sekolah, berdasarkan jumlah keseluruhan hanya 30% saja dari jumlah keseluruhan sekolah. Sekolah yang mendapatkan peringkat C sebanyak 33 sekolah, artinya ada sekitar 10% dari jumlah keseluruhan sekolah yang masih belum mencapai standar yang baik.

(59)

5. Strategi alternatif pelaksanaan akreditasi sekolah adalah memberikan sosialisasi pentingnya akreditasi bagi sekolah, memberikan pelatihan cara pengisian instrument akreditasi, pemberdayaan peran pengawas dalam proses pengisian instrument, meminta bantuan pihak yang kompeten (misalnya unsur BAN S/M atau BAP S/M), mendokumentasikan berbagai aktivitas sekolah baik manajerial maupun akademik dan pahami makna visitasi secara komprehensif, mempersiapkan rangkaian kegiatan visitasi dengan rapi dan lengkap, melakukan gladi resik visitasi sekolah.

B.SARAN

Berdasarkan keseluruhan uraian dan kesimpulan penelitian, dapat disampaikan rekomendasi kepada berbagai pihak.

1. Kepada pihak sekolah agar senantiasa memiliki kesadaran akan kebutuhan mutu yang merupakan suatu tuntutan dan bukan paksaan atau kewajiban, sehingga memaknai akreditasi lebih dari sekedar pengisian instrument dan mendapatkan peringkat.

2. Kepada pihak pemerintah untuk lebih memperhatikan hasil-hasil temuan BAN S/M sehingga dapat menyusun rencana pendidikan nasional berdasarkan hasil dan rekomendasi akreditasi

(60)
(61)

DAFTAR PUSTAKA

Amr Ezzat,S. (2005), The Quality Assurance And Accreditation For Higher Education in Egypt, (online), Tersedia; www.qaap.net. (20 April 2011)

ACS WASC. (2010), Accreditation Handbook for Schools in The Pacific Island,(online),Tersedia:www.acs.org, (12 Februari 2011).

Barkley, Bruce, T. (1994), Costumer Driven Project Management : A New Paradigmn In Total Quality implementation, New York : Mc Graw Hill Inc

Billick,Brian. (2001). Competitive Leadership(Twelve Principles For Success. Chicago:Trium Book

Beeby, C.E. (1993), Assesment In Indonesian Educational: A Guide In Planning , Wellington : CER

Bogdan, R and Feldman, (1986). Qualitative Research For Education. Boston : Allyn and Bacon,Inc

Borg, W.R.&Gall, M.D. (1989). Educational Research: An Introduction (5th Ed). New York & London: Longman, Inc.

Creswell, J. W. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches (2th ed.). Thousand Oaks, California: SAGE Publications, Inc.

Corazon,N. (2005), The Impact Of Accreditation to Libraries and Librarians : The Philippine Experience, (OnLine). Tersedia :www.accreditationphilipine.org. (21 April 2010).

Cronbach. J. Lee. (1977). “Course Improvement Through Evaluation”. Dalam Bellack and Kliebard. (1977). Curriculum And Evaluation. USA: AERA. Daryanto, M. (1998). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dunn,William N.(1994). Public Policy Analysis An Introduction, Alih Bahasa Samodra Wibawa . New Jersey.

(62)

_________. (1987). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Edward III, G. (1980). Implementing Public Policy, Washington, D C: Congressional Quartery, Inc.

FREP Quality Assurance Working Group (2005). FREP Quality Assurance Framework (Forest and Range Practice Act Resource Evaluation Program).

Gaffar, Fakry..(1995) Kepemimpinan Pendidikan.IKIP Bandung

Gibson, J.Donnelly.(1996). Manajemen (Edisi Bahasa Indonesia) Jakarta:Erlangga Gridle,M (1980). Politics And A Policy Implementation In The Third Word, New

Jersey : Princetown University Press

Handayaningrat, Soewarno. (1998). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta: CV Haji Masagung

Herman, J.L, & Herman, J.J, (1995). Total Quality Management (TQM) For Education, Journal of Education Technology. May-June (halaman 14-18).

Hedwig, Rinda. Gerardus Polla (2006). Model Sistem Penjaminan Mutu, Graha Ilmu, Jakarta

Hoy Wayne K., Miskel C.G. (2001). Educational Administration. Singapore: Mc.Graw. Hill.

Jiyono. 1980. Cara Mengukur Mutu Pendidikan Dalam Analisis Pendidikan Depdikbud Jakarta.Don Adam et al. 1991.

Juran, J.M, (1989), Merancang Mutu, Terjemahan Bambang Hartono dari Juran On Quality By Design, Jakarta: PT. Pustaka Binawan Pressindo (Buku ke 1).

Kusumastuti, D. (2001). Manajemen Pengembangan Sumber Daya Dosen Sebagai Penjamin Mutu Perguruan Tinggi. Disertasi .UPI

Lincoln, Y.S & Guba, E.G. (1985)). Naturalistic Inquiry. California, Beverly Hills: Sage Publications.

Linda,M. (2005), Montana School Accreditation : Standards and Prosedures

Manual, (OnLine), Tersedia :

(63)

Lewis and Smith. (1996.) Total Quality in Higher Education. Delray Beach. Florida. St. Lucie Press.

Lovelock,C. (1992), Managing Service : Marketing Operations and Human Resources, London : Prentice Hall International, Inc

Lunenburg, F. C., & Ornstein, A.C. (2004). Educational administration: Concepts and Practices. (Rev. Ed.). Belmont, CA: Wadsworth/Thomson. [Online] Tersedia: http://www.fetchbook.info [6 September 2005]

Makmun, Abin Syamsuddin. (1996). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1994). Qualitatif Data Analysis (2th ed.). California: Thousand Oaks, Sage Publication, Inc.

Millan Mc, J.H., Sally S. (2001). Research in Education A Conceptual Introduction, Longman New York & London

Meredith D. Gall, Joyce P. Gall dan Walter R. Borg. (2003). Educational Research :An Introduction (Seventh Edition). United States of America. Pearson Education, Inc.

Moleong. Lexy J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nadia, A. (2006), The Impact Of Accreditation On The Quality of education : Result of Regional Accreditation and Quality Of Education Survey, (OnLine), Tersedia : www.neasc.org (30 Maret 2010).

Nasution, S. (2000). Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Parasuraman, A. (1985). “ A Conceptual Model of Service Quality and Implication

For Future Research. New York

Pike, J .(1996) TQM In Action. London :Chapman

(64)

Schwarz, Stefanie. (2005), Accreditation and Evaluate In European Higher Education Area. Springer. Science

Scarvia B, A. (1975), Ensiclopedia Of Educational Evaluation .

Scheerens, Jaap. (1992). Effective Schooling Research, Theory and Practice. New York:SOP

Suharsimi Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta.

Sukmadinata,Nana. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Rosdakarya.

Sutapa, G. (2007), Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, Jakarta. BinaAksara

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI. (2005).Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI

Tilaar, H A R.(2000). Paradigma Pendidikan Nasional. Rineka Cipta. Jakarta

Tim Peneliti FIP UPI. (2000).Review Sekolah. Materi Pelatihan . FIP UPI dan Balitbang Dikbud

Sabatier, Paul.(1980). The Implementation of Public Policy A Framework at Policy Analysis Studies, Journal 8

Santoso, Amir. (1989). Analisis Kebijakan Publik : Masalah dan Pendekatan. Jurnal Ilmu Politik, 4 Jakarta AIPI

Wahab,Aziz.A.(1999).Budi Pekerti, Education A Model OF Teaching Code of Conduct For Good Citizenships Bandung, CICED

Willborn, Walter . (1994) Global Management of Quality Assurance System , Mc. Graw Hill.

Widjaya. (1993), Manajemen Mutu Terpadu , Jakarta : Rineka Cipta. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

(65)

Permendiknas no 52 tahun 2008 tentang Kriteria dan Perangkat Akreditasi Untuk SMA/MA

SK. Mendiknas No.064/P/2006 tentang Anggota BAN-PT, BAN-S/M dan BAN-PNF.

---(1996), Handbook Of Accreditation And Policy Manual, Accrediting Commission for Community and Junior Colleges Western Asso

Gambar

Tabel 3.1.
Tabel 3.2. Jumlah SMA  yang terakreditasi A tahun 2009
Tabel 3.3.
Gambar 3.1:

Referensi

Dokumen terkait

( SERATUS SEMBILAN PULUH SEMBILAN JUTA SEMBILAN RATUS LIMA RIBU) Diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Pejabat Pengadaan menurut ketentuan-ketentuan yang

Sebagai suatu sistem, administrasi negara Indonesia terdiri atas berbagai bagian yang saling terkait satu dengan yang lainnya sebagai suatu kesatuan yang antara lain meliputi

kontraindikasi, mula kerja pelumpuh otot-saraf nondepolarisasi dapat dipercepat dengan pemberian dosis priming sebelum dosis penuh intubasi atau dengan menggunakan dosis yang

(2010) dan Putri (2015) menyebutkan bahwa penambahan carbon nanotube pada komposisi optimum ke dalam hidrogel dapat meningkatkan pembengkakan ( swelling ) hidrogel,

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung 07/Ba-HPL/Pengawasan IV/BM- APBD/PU/X/2014 Tanggal 03 Oktober

So, you join some affiliate programs and start submitting free ads to newsletters and free advertising classifieds sites.. You’re going to make BIG money now

Batu Sisir - Bukit Arai Gedung A Pulau Sekatung Lt. Ranai