HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA SUPORTER SEPAK BOLA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas PsikologiUniversitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Oleh :
DANNY NOVIANTO F. 100 080 005
FAKULTAS PSIKOLOGI
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA SUPORTER SEPAK BOLA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Oleh :
DANNY NOVIANTO F 100 080 005
FAKULTAS PSIKOLOGI
1
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA SUPORTER SEPAK BOLA
Danny Novianto Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Sepak bola merupakan salah satu olah raga yang banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Seiring dengan perkembangan sepak bola, banyak para suporter yang memberikan dukungan langsung kepada tim kesayangannya. Namun, dalam memberikan dukungan sering mengacu perusakan dan tindak kriminal. Perilaku yang dilakukan oleh para suporter tersebut disebut dengan perilaku delinkuen. Perilaku delinkuen tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah yaitu pengaruh dari kelompoknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku delinkuen pada suporter sepak bola. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konformitas dengan perilaku delinkuen pada suporter sepak bola.
Subyek penelitian ini adalah anggota suporter sepak bola PASBOY yang berusia 13-21 tahun yang berjumlah 50 subyek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala konformitas dan skala perilaku delinkuen.
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan analisis product moment, diperoleh hasil rxy = 0,58; p=0,000 (p<0,01). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas dengan perilaku delinkuen pada suporter sepak bola. Sumbangan efektif konformitas terhadap perilaku delinkuen sebesar 58,1%. Dimana masih terdapat 41,9% yang mempengaruhi perilaku delinkuen seperti identitas negatif, kontrol diri rendah, usia, jenis kelamin, harapan dan nilai-nilai yang rendah terhadap pendidikan, pengaruh orangtua dan keluarga, status sosial ekonomi serta lingkungan dimana subyek tinggal. Hasil perhitungan kategorisasi yang digunakan diperoleh hasil bahwa rerata hipotetik konformitas diperoleh hasil 125 dan rerata empirik sebesar 121,78, hal ini berarti bahwa konformitas yang dimiliki oleh subyek tergolong sedang. Variabel perilaku delinkuen diperoleh hasil bahwa rerata hipotetik sebesar 125 dan nilai rerata empirik sebesar 121,58, hal ini berarti bahwa perilaku delinkuen yang dimiliki oleh subyek tergolong sedang.
2 PENDAHULUAN
sepak bola merupakan salah satu olah raga yang banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai orangtua. Seiring dengan perkembangan olah raga sepak bola, banyak masyarakat yang turut memberikan dukungan di dalam stadion atau yang sering disebut dengan suporter. Harapan dari suporter kadang kala tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh tim kesangannya, sehingga hal ini kerap kali menimbulkan sikap-sikap yang tidak logis dengan melakukan berbagai cara agar melihat tim kesayangannya menang. Oleh karena itu, hal tersebut dapat menimbulkan perselisihan antar suporter yang dapat berujung pada kekerasan.
Banyaknya pemberitaan yang membahas tentang perkelahian antar suporter dipicu oleh beberapa hal yang kurang rasional yang dapat mengganggu jalannya pertandingan berlangsung. Selain itu tidak hanya perkelahian antar suporter namun
sering kali melibatkan warga atau masyarakat sekitar.
Perkelahian antar suporter merupakan suatu hal yang memperhatinkan dalam dunia sepak bola. Dimana dalam olah raga sepak bola yang seharusnya menjunjung tinggi suportivitas dan fair play harus ternoda dengan aksi para suporter.
Perselisihan suporter juga pernah terjadi pada Pasukan Suporter Boyolali (PASBOY) dimana dari hasil interview diperoleh hasil bahwa anggota dari PASBOY tidak pernah lepas dari tawuran anatar suporter, meskipun ketua atau pimpinana dari organisasi tersebut telah berusaha untuk menjaga kelancaran pertandingan tim kesayangannya dengan mengingat latar belakang, tingkat pendidikan dan tingkat usia yang berbeda-beda pula.
3 yang banyak dilakukan oleh anak-anak muda yang belum dewasa atau sering disebut dengan perilaku delinkuen.
Perilaku delinkuen yang dilakukan oleh para anggota suporter sepak bola dipengaruhi oleh dua faktor, salah satunya yaitu faktor eksternal yaitu adanya suatu tuntutan kekompakan dari kelompoknya. Rahayu (2008) mengungkapkan bahwa suporter yang melakukan suatu pelanggaran dikarenakan ikut-ikutan teman ketika peristiwa dipertandingan.
Seorang suporter yang mampu membangun suasana yang baik saat pertandingan berlangsung akan mengurangi terjadinya tindak terjadinya tindak negatif dari suporter.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa perilaku suporter sepak bola mengarah pada perilaku delinkuen. Dimana perilakunya melanggar nilai-nilai tatanan hukum yang berlaku, misalnya kerusakan pada fasilitas umum. Banyaknya perilaku tersebut
dikarenakan hanya ikut-ikutan dengan kelompoknya saat peristiwa tersebut. Oleh karena itu penulis membuat pertanyaan penelitian :
“Apakah ada hubungan antara
konformitas dengan perilaku delinkuen pada suporter sepak
boal?”. Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan antara Konformitas Dengan Perilaku Delinkuen Pada Suporter Sepak Bola.”
Tujuan Penelitian
4 Perilaku Delinkuen
Pengertian
Delinkuen menurut Kartono (2009) berasal dari kata deliquere yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-susila, kriminal, pelanggaran aturan, pembuat ribut, pengacau, peneror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila dan lain-lain.
Kemudian menurut Mulyono (1992) perilaku delinkuen mempunyai arti khusus dan terbatas pada suatu masa tertentu, yaitu masa remaja sekitar umur 13-15 tahun sampai dengan sekitar umur 21 tahun. Arti kata perilaku delinkuen juga tidak dapat disamakan oleh orang dewasa, sebab harus dibedakan sifat dan bentuk perbuatan seorang anak (remaja) dengan perbuatan orang dewasa. Aspek-aspek Perilaku Delinkuen
Menurut Sudarsono (1990) aspek-aspek perilaku delinkuen adalah :
1. Hukum
perilaku yang menyimpang terhadap hukum yang ditentukan oleh pemerintah, baik yang bersifat lokal, daerah atau tingkat nasional.
2. Sosial
Perbuatan yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan tata aturan yang ada dalam masyarakat, disebabkan oleh pengaruh struktur sosial defiatif, tekanan kelompok, peranan sosial setiap individu di tengah masyarakat dan status ditengah kelompoknya.
3. Agama
Orangtua yang kurang peduli dengan pentingnya pendidikan agama bagi anak-anak, akan melemahkan hati nuraninya yang akan berakibat pada kenakalan yang dilakukan oelh remaja.
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Delinkuen
5 1. Faktor internal, meliputi :
Identitas Negatif, Kontrol diri rendah, Usia, Jenis kelamin. 2. Faktor eksternal, meliputi :
Harapan dan nilai-nilai yang rendah terhadap pendidikan, Pengaruh orangtua dan keluarga, status ekonomi sosial, Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal, Pengaruh dari kelompoknya
Konformitas Pengertian
Konformitas merupakan suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu berusaha mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada (Baron & Byrne, 2005).
Aspek-aspek Konformitas
Menurut Baron & Byrne (2005) konformitas memiliki dua aspek yaitu :
1. Normatif
Dorongan bagi individu untuk berpegang teguh pada norma yang berlaku dalam kelompok
karena ingin memenuhi harapan dan mendapatkan penerimaan dari kelompok. 2. Informasional
Dorongan bagi individu untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok yang didasarkan pada penerimaan pribadi terhadap bukti nyata yang ditunjukkan oleh kelompok mengenai kebenaran suatu norma.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi konformitas
Menurut Rakhmat (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas yaitu : faktor situasional dan faktor personal.
Subyek Penelitian
6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Skala Konformitas
Skala konformitas ini dibuat berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Baron & Byrne (2005) yaitu Normatif dan informasional.
2. Skala Perilaku Delinkuen Skala delinkuen ini disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Sudarsono (1990) yaitu hukum, sosial, dan agama.
Laporan Penelitian
Langkah pertama yang dilakukan yaitu try out. Dari hasil try out diperoleh hasil bahwa untuk skala konformitas dari 60 aitem, dinyatakan gugur ada 10 aitem sehingga 50 aitem dinyatakan valid. Kemudian untuk skala perilaku delinkuen yang berjumlah 66 aitem, yang dinyatakan gugur berjumlah 16 aitem dan yang dinyatakan valid berjumlah 50 aitem.
Koefisien validitas aitem skala konformitasberkisar antara (rbt) 0,285 sampai 0,686 dengan p<0,05, dengan koefisien reliabilitas (rtt) 0,936. Kemudian koefisien korelasi validitas aitem skala perilaku delinkuen berkisar antara rbt 0,298 sampai 0,705 dengan p<0,05, dan koefisien reliabilitas (rtt) 0,947.
Setelah diketahui aitem gugur dan valid melalui perhitungan validitas dan reliabilitas, selanjutnya aitem valid dari masing-masing skala dicari jumlah totalnya dan kemudian dikorelasikan.
Analisis Data
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows 12.0
a. Normalitas
7 hasil 0,714 dengan p>0,05 sehingga sebaran datanya dinyatakan normal.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel antara variabel konformitas dengan variabel perilaku delinkuen, diperoleh hasil bahwa p<0,05, sehingga sebaran datanya dinyatakan linier.
c. Uji Hipotesis
Dari hasil analisis product moment dengan bantuan program SPSS (Statistic Program for Social Science) for
windows 12.0 diperoleh hasil
rxy= 0,581; p=0,000 (p<0,01). Sumbangan efektif antara konformitas dengan perilaku delinkuen diperoleh hasil sebesar 58,1% dimana masih terdapat 41,9% yang mempengaruhi perilaku delinkuen selain pengaruh kelompoknya yang memebntuk suatu konformitas, seperti identitas negatif, kontrol diri rendah, usia, jenis kelamin, harapan dan nilai-nilai yang
rendah terhadap pendidikan, pengaruh orangtua dan keluarga, status sosial ekonomi dan lingkungan.
Hasil yang diperoleh untuk rerata hipotetik konformitas yaitu 125 dan nilai rerata empirik sebesar 121,78 hal ini berarti bahwa konformitas yang dimiliki oleh subyek tergolong sedang. Kemudian nilai rerata hipotetik variabel perilaku delinkuen sebesar 125 dan nilai rerata empirik sebesar 121,58 dimana hal ini berarti bahwa perilaku delinkuen yang dimiliki oleh subyek tergolong sedang.
Kesimpulan
1. Ada hubungan yang sangat signifikan antara konformitas dengan perilaku delinkuen. 2. Tingkat konformitas yang
dimiliki oleh subyek tergolong sedang.
8 4. Sumbangan efektif antara
konformitas dengan perilaku delinkuen sebesar 58,1%.
DAFTAR PUSTAKA Baron, R. A., & Byrne, D. 2005.
Psikologi Sosial Jilid II. (Alih Bahasa : Ratna Djuwita, et, al.) Jakarta : Erlangga.
Kartono. K. 2009. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Banding : CV. Mandar Maju.
Mulyono, B. 1992. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja Dan Penanggulangannya. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Rahayu, C. D. 2008. Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Konformitas Dengan Perilaku Agresi Pada Suporter Sepak Bola. Thesis (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS. Rakhmat, J. 2000. Psikologi
Komunikasi.Bandung : CV. Remaja Karya.
Santrock, J.W. 2005. Life Span Development perkembangan masa hidup. Jakarta : Erlangga.