PROFIL KEMAMPUAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK MELALUI PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY MODEL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Fisika
Oleh
Fera Tri Puspita Sari
NIM. 0801300
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PROFIL KEMAMPUAN INKUIRI DAN PROFIL HASIL BELAJAR SISWA SMK MELALUI PENERAPAN
LEVELS OF INQUIRY MODEL
Oleh :
Fera Tri Puspita Sari
NIM. 0801300
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Drs. Purwanto, MA.
NIP. 195708231984032001
Pembimbing II
Winny Liliawati, S.Pd, M.Si.
NIP. 197812182001122001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
DR. Ida Kaniawati, M.Si.
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Profil Kemampuan Inkuiri dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Melalui Penerapan Levels of Inquiry Model” ini sepenuhnya karya
saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan
saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan
etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Februari 2014 Yang membuat pernyataan,
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
PROFIL KEMAMPUAN INKUIRI DAN PROFIL HASIL BELAJAR SISWA SMK BERDASARKAN LEVELS OF INQUIRY MODEL Fera Tri Puspita Sari, Drs.Purwanto,MA. ,Winny Liliawati, S.Pd, M.Si Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai kemampuan inkuiri siswa di salah satu SMK Negeri di Kota Kuningan tergolong rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terhadap kemampuan inkuri siswa dan peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkannya levels of inquiry model. Metode penelitian yang digunakan adalah poor experimental designs. Desain penelitian untuk hasil belajar ranah kognitif adalah One Group Pretest-Posttest Design dan desain penelitian untuk kemampuan inkuiri, hasil belajar ranah afektif, dan ranah psikomotor adalah the
one-shot case study design . Pengambilan data menggunakan instrumen tes untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dan lembar observasi untuk mengetahui kemampuan inkuiri siswa dan peningkatan hasil belajar siswa pada ranah afektif serta ranah psikomotor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan inkuiri siswa berada pada kategori baik dengan skor sebesar 87,97. Kemampuan inkuiri siswa pada level discovery learning sebesar 94,86 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level
interactive demonstration sebesar 89,10 berada pada kategori baik. Kemampuan
inkuiri siswa pada level inquiry lesson sebesar 86,25 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level inquiry lab sebesar 86,75 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level hypothetical inquiry sebesar 82,90 berada pada kategori baik. Hasil belajar secara keseluruhan meningkat dengan nilai <g> sebesar 0,37 termasuk kategori sedang. Hasil belajar pada ranah afektif selama proses pembelajaran berada pada kategori baik dengan rata-rata skor sebesar 92,50. Hasil belajar pada ranah psikomotor selama proses pembelajaran berada pada kategori baik dengan rata-rata skor sebesar 88,50. Berdasarkan analisis data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan Levels of Inquiry Model dapat melatih kemampuan inkuiri siswa pada setiap level berada pada kategori baik, dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada ranah kognitif berada kategori sedang serta hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor berada pada kategori baik. Maka levels of inquiry model dapat meningkatkan kemampuan inkuiri dan hasil belajar pada proses pembelajaran Fisika.
Fera Tri Puspita Sari, 2014
The Students Inquiry’Skil Profile and Student’s Learning Outcome of The SMK Based on Levels of Inquiry Model
ABSTRACT
Base on observation about the student’s inquiry skill can be categorized as less in one of the SMKN in Kuningan city. Therefore, an examination of the student’s inquiry skill and learning outcomes to be applied Levels of Inquiry Model. The quasi experimental method was employed. The design for cognitive learning outcomes used in this study was Group Pretest-Posttest Design and design for inquiry ability, learning outcomes in affective domain, and learning outcomes in psychomotor domain was the one-case study design. The data were collected by using test instrument for cognitive learning outcomes and observation sheet during teaching and learning process for learning outcomes in affective and psychomotor domain. The result of the research showed that the student’s inquiry skill can be categorized as good with average score 87,97. The student’s inquiry skill shown in the level discovery learning can be categorized as good with score 94,86. The student’s inquiry skill shown in the level interactive demonstration can be categorized as good with score 89,10. The student’s inquiry skill shown in the level inquiry lesson can be categorized as good with score 86,25. The student’s inquiry skill shown in the level inquiry lab can be categorized as good with score 86,75. And the student’s inquiry skill shown in the level discovery learning can be categorized as good with score 94,86.The result of the research showed that the whole student’s learning outcome in cognitive domain after the level of inquiry model has been applied is improved with <g> score 0,37 and can be categorized as average. The average score of students’ learning outcome in affective domain during the teaching and learning process can be categorized as good with 92,50.Whereas, the average score of student’s learning outcome in psychomotor domain during the teaching and learning process is categorized as good with score 88,50. Based on the data analysis, it can be concluded that by using the level of inquiry model, the student’s inquiry skill can be categorized as good, student’s learning outcome in cognitive domain can be categorized as average and the student’s learning outcome in affective and psychomotor domain can be categorized as good. So, levels of inquiry model can improve student’inquiry skill and student learning outcome on the physic learning.
DAFTAR ISI
1.6 Variabel Penelitian ... 8
1.7 Stuktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL, KEMAMPUAN INKUIRI, DAN HASIL BELAJAR ... . 10
2.1 Levels of Inquiry Model ... 10
2.2 Tahapan-Tahapan dalam Levels of Inquiry Model ... 13
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Levels of Inquiry Model ... 18
2.4 Kemampuan Inkuiri ... 19
2.5 Hasil Belajar ... 22
2.6 Hubungan Kemampuan Inkuiri dan hasil belajar ... 26
2.7 Kerangka Pemikiran ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Peneliti ... 32
3.2 Desain Penelitian ... 33
3.3 Metode Penelitian ... 34
3.4 Definisi Operasional ... 35
3.5 Instrumen ... 36
3.6 Prosedur Penelitian ... 37
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.8 Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
4.1 Pelaksanaan Penelitian ... 51
4.2 Kemampuan Inkuiri Siswa ... 52
4.3 Hasil Belajar Siswa ... 62
1. Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif ... 62
2. Hasil Belajar Siswa pada Ranah Afektif ... 68
4.4 Keterlaksanaan Levels of Inquiry Model ... 82
4.5 Hasil Temuan dari Pengolahan Data ... 84
4.6 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kurang Maksimalnya Penelitian 85 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86
A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Levels of Inquiry Model ... 19
Tabel 2.2 Kemampuan-kemampuan Levels of Inquiry Model ... 21
Tabel 2.3 Hubungan Kemampuan Inkuiri terhadap Hasil Belajar Siswa .... 27
Tabel 3.1 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 39
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas ... 40
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 40
Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda ... 41
Tabel 3.5 Hasil Uji Soal Pada Ranah Kognitif ... 42
Tabel 3.6 Kriterian Skor Gain ternormalisasi ... 47
Tabel 3.7 Interpretasi Keterlaksannan Levels of Inquiry Model ... 48
Tabel 3.8 Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa ... 48
Tabel 3.9 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Pada Ranah Afektif ... 49
Tabel 3.10 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Pada Ranah Psikomotor ... 50
Tabel 4.1 Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa Pada Level Discovery Learning ... 52
Tabel 4.2 Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa Pada Level Interactive Demonstration ... 53
Tabel 4.3 Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa Pada Level Inquiry Lesson... 55
Tabel 4.4 Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa Pada Level Inquiry Lab ... 56
Tabel 4.5 Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa Pada Level Hipothetical Inquiry ... 57
Tabel 4.6 Interpretasi Kemampuan-kemampuan yang Terlihat Selama Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Levels of Inquiry Model .... 59
Tabel 4.7 Rekapitulasi Kemampuan Inkuiri Siswa ... 61
Tabel 4.8 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Pada Pertemuan Pertama Menggunakan Level Discovery Learning ...68
Tabel 4.9 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Pada Pertemuan Kedua Menggunakan Level Interactive Demonstration ...69
Tabel 4.10 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Pada Pertemuan Kedua Menggunakan Level Inquiry Lesson ...70
Tabel 4.11 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Pada Pertemuan Ketiga Menggunakan Level Inquiry Lab ...72
Tabel 4.12 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Pada Pertemuan Keempat Menggunakan Level Hypothetical Inquiry ...73
Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Ranah Afektif ...74
Tabel 4.14 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Pada Pertemuan Pertama Menggunakan Level Discovery Learning ...76
Tabel 4.16 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Pada
Pertemuan Kedua Menggunakan Level Inquiry Lesson ...78 Tabel 4.17 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Pada
Pertemuan Ketiga Menggunakan Level Inquiry Lab ...79 Tabel 4.18 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Pada
Pertemuan Keempat Menggunakan Level Hypothetical
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 A Basic Hierarchy of Inquiry-Oriented Science Teaching
Practices...
10
Gambar 2.2 Kerangka pikir Penelitian... 29
Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design ... 34
Gambar 3.2 Desain penelitian The One-Shot Case study Design ... 34
Gambar 3.3 Alur Penelitian ... 45
Gambar 4.1 Diagram Batang Skor Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa Pada Ranah Kognitif...62
Gambar 4.2 Gambar 4.2 Diagram Batang Rata-rata Skor Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Hapalan (C1) ... 64
Gambar 4.3 Diagram Batang Skor Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Pemahaman (C2) ...64
Gambar 4.4 Diagram Batang Rata-rata Skor Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Penerapan (C3) ... 65
Gambar 4.5 Diagram Batang Rata-rata Skor Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Analisis (C4) ... 66
Gambar 4.6 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif ...67
Gambar 4.7 Diagram Perkembangan Skor Rata-rata Hasil Belajar Pada Ranah Afektif ... 75
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 90
A.2 Skenario Pembelajaran ... 93
A.3 Lembar Kegiatan Siswa ... 105
A.3.1 LKS Discovery Learning ... 105
A.3.2 LKS Interactive Demonstration ...109
A.3.3 LKS Inquiry Lesson ... 112
A.3.4 LKS Inquiry Lab ...114
A.3.5 LKS Hypothetical Inquiry ...117
A.3.6 Jawaban LKS ...119
LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN B.1 Lembar Observasi Kemampuan Inkuiri Siswa ... 136
B.2 Lembar Judgement Kemampuan Inkuiri Siswa ... 160
B.3 Keterangan Indikator Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif dan Ranah Psikomotor ... 178
B.4 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar siswa pada Ranah Kognitif ... 179
B.5 Soal Pretest-Posttest ... 294
B.6 Lembar Judgement Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif ... 207
B.7 Lembar Observasi Keterlaksanaan Levels of Inquiry Model ... 209
LAMPIRAN C ANALISIS DATA C.1 Hasil Analisis Uji Coba Instrumen ... 218
C.2 Pengolahan Data Lembar Observasi Kemampuan Inkuiri ... 222
C.3 Pengolahan Data Lembar Observasi Ranah Afektif ... 227
C.4 Pengolahan Data Lembar Observasi Ranah Psikomotor ... 230
C.5 Pengolahan Data Lembar Observasi Keterlaksanaan Levels of Inquiry Model ... 233
C.6 Pengolahan Data Gain Ternormalisasi ... 239
LAMPIRAN D DOKUMENTASI PENELITIAN D.1 Dokumen Studi Pendahuluan
D.2 Foto-foto Studi Pendahuluan D.3 Foto-foto Penelitian
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
Pembelajaran Fisika seyogyanya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang
lebih besar untuk memahami suatu fenomena dan mengkaji fenomena tersebut
dengan kajian ilmiah. Fisika termasuk salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu suatu fenomena alam secara
sistematis dan bukan hanya sekedar penguasaan konsep saja, tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Hal ini sejalan dengan yang tercantum dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. (Depdiknas, 2006).
Proses pembelajaran Fisika diharapkan bukan sekedar kumpulan fakta atau
prinsip, tetapi menemukan dan membangun konsep dasar sendiri sehingga dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika siswa menemukan dan
membangun konsep dasar sendiri selama proses pembelajaran maka proses belajar
pada siswa akan lebih bermakna dan berkesan sehingga berpengaruh terhadap
otak siswa dalam menyimpan memori belajar yang lebih lama. Pengalaman siswa
dengan berperan aktif dalam proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Fisika mengandung cara-cara bagaimana memperoleh fakta dan prinsip
yang diperoleh dengan beberapa tahap yaitu mengajukan pertanyaan, merumuskan
hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data, interpretasi data, dan
menyimpulkan hasil percobaan. Sejalan dengan yang tercantum pada KTSP
sekolah menengah menyatakan bahwa:
2
Fera Tri Puspita Sari, 2014
diharapkan dapat mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tulisan. (Depdiknas, 2006)
Pada pembelajaran IPA dalam membangun penguasaan kompetensi melalui
serangkaian proses ilmiah. Dalam pembelajaran hal yang terpenting adalah
pengalaman langsung siswa dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan
serangkaian proses dalam pembelajaran Fisika diharapkan dapat mengembangkan
pengalaman siswa. Sehingga siswa dapat merumuskan masalah, mengajukan dan
menguji hipotesis percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan,
mengumpulkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan.
Apabila siswa dari awal proses pembelajaran sampai akhir proses pembelajaran
melakukan percobaan secara mandiri maka dapat melatih sikap ilmiah siswa.
Mulai dari proses menemukan suatu masalah sampai menghasilkan suatu produk
serta dapat mengkomunikasikan hasil produk.
Pembelajaran IPA secara keseluruhan mempelajari prinsip-prinsip ilmiah
baik proses, produk, maupun sikap ilmiah. Sejalan dengan Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) menyatakan bahwa:
“Salah satu upaya untuk menyajikan IPA khususnya pada pembelajaran Fisika sebagai produk dan proses penemuan adalah dengan dilaksanakannya inkuiri ilmiah”. (BSNP,2006).
Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Gulo (Trianto, 2009: 166)
bahwa:
Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuanya dengan penuh percaya diri.
Maka dalam pembelajaran IPA ditekankan untuk mempelajari proses menemukan
fakta sendiri, dapat menghasilkan suatu produk dari hasil penyelidikan yang
dilakukan mandiri sehingga dapat mengasah sikap ilmiah pada siswa. Dengan
demikian perlu suatu pendekatan pembelajaran yang berbasis inkuiri yang dapat
3
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry Pada jurnal “The levels of inquiry model of science teaching” (2011) yang dikembangkan Carl J. Wenning memperkenalkan sebuah proses pembelajaran
berbasis inkuiri yang dikenal dengan Levels of Inquiry Model. Pada jurnal tersebut
Wenning mengelompokan kedalam lima tingkat kesulitan dalam penerapan proses
pembelajaran yang berbasis inkuiri berdasarkan kecerdasan intelektual siswa.
Kelima level inkuiri tersebut adalah discovery learning, interactive
demonstration, inquiry lesson, inquiry lab dan hypothetical inquiry. Pada setiap
level mempunyai lima tahap siklus pembelajaran atau sintaks yang sama yaitu
observation, manipulation, generalization, verification, dan application.
Pada setiap level pada levels of inquiry model melatihkan kemampuan
inkuiri yang berbeda. Indikator kemampuan inkuiri siswa yang dilatihkan dari
level discovery learning sampai hypothetical inquiry adalah mengamati,
merumuskan konsep, memperkirakan, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan
hasil, mengelompokkan hasil, memprediksi, menjelaskan, memperoleh dan
mengolah data, merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah menggunakan logika
dan bukti, mengenali dan menganalisis penjelasan pengganti atau model,
mengukur, mengumpulkan dan mencatat data, membangun sebuah tabel data,
merangcang dan melakukan penyelidikan ilmiah, menggunakan teknologi dan
matematika selama investigasi, mendeskripsikan hubungan, menetapkan hukum
empiris berdasarkan bukti dan logika, menjelaskan hipotesis awal, menganalisis
dan mengevaluasi argumen ilmiah, menganalisis prediksi melalui proses deduksi,
merevisi hipotesis awal dengan bukti baru, dan memecahkan masalah dalam
komplek dunia nyata. Terdapat 23 indikator kemampuan inkuiri yang dilatihkan
levels of inquiry model.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada saat proses
pembelajaran di salah satu SMK Negeri Kota Kuningan. Pada proses
pembelajaran dengan melakukan percobaan mengenai hukum Archimides. Pada
awal proses pembelajaran peran guru masih mendominasi. Guru menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan siswa dan guru menjelaskan prosedur percobaan
serta memberitahu cara pengolahan data hasil percobaan. Siswa dapat melakukan
4
Fera Tri Puspita Sari, 2014
percobaan. Siswa hanya mengambil data percobaan saja, untuk pengolahan data
dan penarikan kesimpulan menjadi tugas rumah. Pembahasan mengenai hasil
percobaan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Hal itu dilakukan karena
keterbatasan alokasi waktu sehingga beberapa siswa tidak dapat menyelesaikan
dalam satu kali pertemuan. Dapat disimpulkan bahwa siswa kurang mandiri dalam
melaksankan percobaan karena peran guru masih mendominasi dalam melakukan
percobaan.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang telah
dilakukan di salah satu SMKN di kota Kuningan. Observasi dilakukan untuk
melihat kemampuan inkuiri yang dimiliki siswa berdasarkan indikator
kemampuan siswa pada levels of inquiry model. Hasil observasi untuk melihat
indikator yang diharapkan muncul berdasarkan indikator kemampuan inkuiri pada
levels of inquiry model diketahui bahwa skor kemampuan inkuiri siswa adalah
sebesar 30,44 berada dalam kategori kurang. Ini menunjukkan bahwa kemampuan
inkuiri yang dimiliki siswa berdasarkan indikator kemampuan inkuiri siswa
berdasarkan levels of inquiry model adalah sangat rendah.
Dari 23 indikator kemampuan inkuiri hanya tujuh indikator yang dimiliki
oleh siswa. Tujuh indikator yang dimiliki oleh siswa adalah mengamati, menarik
kesimpulan, mengkomunikasikan hasil, mengumpulkan dan mencatat data,
meggunakan teknologi dan matematika selama investigasi, dan menetapkan
hukum empiris berdasarkan bukti dan logika. Dapat disimpulkan bahwa
kemampuan inkuiri siswa sangat rendah disebabkan siswa kurang terlatih dalam
proses pembelajaran yang berbasis inkuiri. Walaupun siswa melakukan percobaan
tetapi kemampuan inkuiri yang dilatihkan pada siswa sangat terbatas.
Pada umumnya proses pembelajaran untuk melatihkan kemampuan inkuiri
dengan melakukan percobaan. Kemampuan inkuiri siswa yang dilatihkan pada
percobaan biasanya melakukan pengamatan, menentukan hipotesis, memperoleh
dan mencatat data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil
percobaan. Hal ini terjadi juga pada proses pembelajaran yang peneliti amati.
Siswa melakukan percobaan berdasarkan LKS yang telah dibuat oleh guru. Siswa
5
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
banyak peran guru dalam mendampingi dan memberikan arahan pada siswa dalam
melakukan percobaan.
Untuk hasil belajar siswa diperoleh dua nilai yaitu nilai praktikum dan
laporan. Siswa memperoleh hasil rata-rata nilai praktikum sebesar 81,61 dan nilai
dari penulisan laporan sebesar 80,36. Nilai praktikum dan laporan tergolong baik.
Ada perbedaan antara hasil kemampuan inkuiri siswa dengan nilai praktikum dan
laporan. Kemampuan inkuiri siswa tergolong rendah sedangkan nilai praktikum
dan laporan tergolong baik. Disini ada kesenjangan antara kemampuan inkuiri
yang dilatihkan dengan nilai hasil praktikum dan laporan. Hal ini terjadi karena
penilaian guru hanya melihat hasil akhir dari laporan yang dibuat siswa. Selama
proses pembelajaran guru tidak melakukan penilaian terhadap sikap pada saat
melakukan percobaan. Maka nilai praktikum yang didapatkan siswa hanya dilihat
dari hasil penulisan laporan dan tidak memperhatikan aktivitas siswa selama
proses percobaan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan adanya
permasalah tersebut, maka perlu adanya upaya untuk perbaikan dalam proses
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan inkuiri siswa, kemandirian
siswa, dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran terutama ketika
melakukan percobaan. Kebanyakan siswa tidak mengetahui tujuan dari percobaan
yang mereka lakukan selama proses pembelajaran, mereka hanya melakukan apa
yang diperintahkan guru untuk melakukan percobaan. Siswa tidak mempunyai
pengetahuan dasar sebelum melakukan percobaan, siswa hanya diberi tahu
mengenai prosedur percobaan. Dan juga penilaian siswa hanya ada nilai
praktikum dan laporan. Nilai praktikum hanya diperoleh dari penilaian hasil
penulisan laporan saja. Sehingga dapat dikatakan guru menilai dari hasil
percobaan dan tidak menilai proses kerika siswa melakukan percobaan.
Pembelajaran dengan menggunakan levels of inquiry model menuntut siswa
bersifat aktif dalam proses pembelajaran dengan siswa melakukan pengamatan
langsung terhadap fenomena yang diberikan guru. Sehingga menemukan
permasalahn sendiri, menemukan variabel penelitian melalui diskusi kelompok,
6
Fera Tri Puspita Sari, 2014
penyelidikan, mendapatkan data, menganalisis data, sehingga siswa dapat
menyelesaikan permasahannya sendiri. Melalui tahapan-tahapan tersebut
diharapkan siswa dapat bersifat aktif pada proses pembelajaran sehingga dapat
melatihkan kemampuan inkuiri siswa. Dan dengan menggunakan levels of inquiry
model dapat menilai selama proses pembelajaran menggunakan pengamatan
terhadap aktivitas siswa selama percobaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan selain dapat melatihkan kemampuan inkuiri siswa dengan
menggunakan levels of inquiry model dalam proses pembelajaran diharapkan
dapat lebih meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Proses pembelajaran menggunakan levels of inquiry model melatihkan
kemampuan inkuiri siswa dengan melakukan percobaan untuk membangun
konsep dasar sendiri dari pengalaman siswa. Oleh karena itu perlu ada penelitian
yang lebih lanjut untuk melatihkan kemampuan inkuiri siswa SMK dalam mata
pelajaran Fisika. Informasi yang diperoleh tentang kemampuan inkuiri siswa
SMK tersebut dinilai sangat penting sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap
pembelajaran yang dilakukan guru Fisika dikelas. Dari permasalahan penulis
melakukan penelitian berjudul “Profil Kemampuan Inkuiri dan Hasil Belajar Siswa SMK Melalui Penerapan Levels of Inquiry Model”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana kemampuan
inkuiri siswa dan hasil belajar siswa melalui penerapan Levels of Inquiry Model?”.
Untuk lebih terarah penelitian ini, maka rumusan masalahnya dijabarkan menjadi
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana profil kemampuan inkuiri siswa SMK melalui penerapan
Levels of Inquiry Model?
2. Bagaimana profil hasil belajar siswa SMK melalui penerapan Levels of
7
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
1.2 Batasan Masalah
Pada level hypothetical inquiry indikator kemampuan yang dilatihkan adalah
menjelaskan hipotesis awal, menganalisis dan mengevaluasi argumen ilmiah,
menghasilkan prediksi melalui proses deduksi, merevisi hipotesis awal dalam
bukti baru, dan memecahkan masalah yang kompleks dunia nyata.
Hasil belajar siswa pada ranah kognitif hanya dilihat dari hapalan (C1)
dengan kata operasional menunjukkkan, menyebutkan, dan memasangkan,
pemahaman (C2) yaitu menjelaskan dan membedakan, penerapan (C3) yaitu
menghitung dan menentukan, dan pada analisis (C4) yaitu menganalisis.
Dalam penelitian ini hasil belajar pada ranah afektif yang diamati untuk
setiap level meliputi A1 (Receiving) yaitu merapihkan dan membersihkan kembali
alat percobaan, A2 (Responding) yaitu ikut serta dalam diskusi kelompok, A3
(Valuing) yaitu mengkomunikasikan hasil penyelidikan, A4 (Organization) yaitu
bertanggung jawab terhadap tugas, dan A5 (Characterization) yaitu kerjasama
dalam melakukan percobaan.
Hasil belajar pada ranah psikomotor yang dilihat dalam penelitian pada
setiap level meliputi P1 (Imitation) yaitu menggunakan alat ukur listrik setelah
diperlihatkan cara penggunaannya, P2 (Manipulation) yaitu mempersiapkan
alat-alat percobaan, P3 (Precission) yaitu melakukan pengukuran dengan tepat, P4
(Articulation) yaitu merangkai alat untuk suatu percobaan, dan P5 (Naturalization)
yaitu terampil dalam melakukan percobaan.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kemampuan inkuiri siswa SMK
dan profil peningkatan hasil belajar melalui penerapan levels of inquiry model.
Tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Menganalisis profil kemampuan inkuiri siswa yang terlihat melalui
penerapan levels of inquiry model.
2. Menganalisis profil hasil belajar siswa melalui penerapan levels of inquiry
8
Fera Tri Puspita Sari, 2014 1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat secara teoritis:
a. Penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa dalam proses
pembelajaran Fisika dengan menerapkan levels of inquiry model
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berbasis inkuiri
yang dapat melatih kemampuan inkuiri siswa.
b. Penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa dengan
menerapkan levels of inquiry model selama proses pembelajaran
Fisika mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotor.
2. Manfaat secara praktik:
a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan dampak positif dalam
rangka memperbaiki proses pembelajaran Fisika dengan siswa lebih
aktif dan lebih menarik perhatian siswa.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melatih keterampilan inkuiri
siswa dengan membangun pengetahuan dasar siswa dengan
penerapan pembelajaran levels of inquiry model.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai proses pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif dalam
upaya mengidentifikasi kesulitan siswa dalam belajar inkuiri.
1.6 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini levels of inquiry model sebagai variabel bebas,
sedangkan kemampuan inkuiri dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat.
1.7 Struktur Organisasi Skripsi
Dalam struktur organisasi skripsi, berisi tentang penulisan dari setiap bab
dan bagian bab dalam penelitian. Adapun struktur organisasi dalam penulisan
skripsi ini adalah BAB I. Pendahuluan. Dalam Bab I membahas mengenai latar
9
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry manfaat penelitian, variabel penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II.
Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran. Bab II meliputi tinjauan teori tentang
levels of inquiry model, kemampuan inkuiri siswa, hasil belajar, hubungan
kemampuan inkuiri dengan hasil belajar siswa, serta kerangka pemikiran. BAB
III. Metode Penelitian. Bab III mengemukakan mengenai metodologi penelitian
yang dilakukan oleh penulis yang meliputi: lokasi dan subjek populasi atau
sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian dan alur
penelitian, teknik pengolahan data, hasil uji coba tes belajar pada ranah kognitif.
BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab IV mengemukakan mengenai
pelaksanaan penelitian, kemampuan inkuiri, hasil belajar siswa, keterlaksanaan
levels of inquiry model, temuan dari hasil pengolahan data, dan faktor-faktor yang
menyebabkan kurang maksimalnya penelitian. BAB V. Kesimpulan, dan Saran.
Fera Tri Puspita Sari, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
(SMKN) di kota Kuningan. Pemilihan lokasi penelitian di sekolah tersebut
dikarenakan:
1. Sekolah tersebut mempunyai fasilitas dan sarana laboratorium khusus Fisika
yang lengkap yang dapat menunjang penelitian ini sehingga proses
pembelajaran inkuiri dapat fokus dilakukan di laboratorium.
2. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah kejuruan yang mempunyai
akreditasi A di kota Kuningan.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X di salah satu
SMKN di kota Kuningan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah satu
kelas ektrakurikuler Fisika dengan jumlah siswa sebanyak 13 orang yang
didominasi oleh kelas X yang diambil dengan teknik purposive sampling, yaitu
teknik penentuan sampel dengan sebuah pertimbangan. Purposive sampling
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random,
atau daerah tetapi didasarkan atas adanya sebuah tujuan. Dalam penelitian ini
bertujuan untuk melihat kemampuan inkuiri yang muncul dan profil hasil belajar
siswa pada salah satu ekstrakurikuler di sekolah yang diteliti.
Dalam penelitian ini digunakan standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD) untuk kelas XI yang disusun berdasarkan silabus Fisika kelas XI
SMKN di kota Kuningan. Tetapi dalam pelaksanaan penelitian ini yang menjadi
subjek adalah kelas X yang mengikuti ekstrakurikuler Fisika. Beberapa hal yang
menjadi latar belakang penelitian dilakukan pada kelas X sebagai berikut:
1. Tidak terlebih dahulu melakukan konfirmasi kepada guru Fisika. Penulis
hanya mengurus surat izin untuk melakukan penelitian dan meminta izin
untuk melakukan penelitian kepada kepala sekolah. Dari pihak sekolah telah
33
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
2. Guru Fisika kelas XI tidak bersedia memberikan waktu untuk melakukan
penelitian pada proses pembelajaran di kelas. Alasan guru tidak mengizinkan
karena bahan materi yang akan diteliti akan segera diajarkan pada siswa,
panjangnya waktu penelitian yang membutuhkan 4 kali pertemuan untuk
penerapan levels of inquiry model, dan siswa akan segera menghadapi ujian
akhir semester (UAS) jadi guru mengejar materi sehingga semua materi dapat
disampaikan pada siswa.
3. Guru menyarankan untuk melakukan penelitian di kelas ekstrakurikuler.
Apabila melakukan penelitian pada kelas ekstrakurikuler tidak akan
mengganggu pada kegiatan belajar mengajar. Pada ekstrakurikuler materi
yang dipelajari bebas mulai dari materi untuk kelas X sampai kelas XII.
Sehingga guru menyarankan untuk melakukan penelitian disana walaupun
siswa yang mengikuti ekstrakurikuler tersebut berasal dari berbagai tingkatan
kelas dan berbagai jurusan.
4. Guru memberitahu bahwa yang mengikuti ekstrakurikuler banyak dari kelas
XI dan X. Tetapi dalam pelaksanaannya kelas X yang mendominasi
penelitian ini. Hanya beberapa orang dari kelas XI yang mengikuti proses
pembelajaran dan itu juga tidak selalu menghadiri setiap pertemuan.
5. Dengan analisis kurikulum dan silabus SMK, tidak terdapat materi prasyarat
yang harus dikuasai oleh siswa sebelum mempelajari materi arus searah di
kelas X dan XI.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah One group Pretest-Posttest
Design. Dalam desain ini, kelompok yang menjadi subjek penelitian merupakan
kelas eksperimen tanpa ada kelas pembanding atau kelas kontrol. Sebelum diberi
perlakuan, kelompok ini diberi pretest (tes awal) dan setelah diberi perlakuan,
kelompok ini diberi postest (tes akhir). Untuk ranah kognitif menggunakan desain
34
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Pre-test Treatment Post-test
Gambar 3.1 Pola One Group Pre Test and Post test
(Fraenkel, 2012:269)
Keterangan:
= tes awal (pre test)
= tes akhir (post test)
= perlakuan (treatment) yaitu penerapan levels of inquiry model
Desain penelitian untuk kemampuan inkuiri, hasil belajar ranah afektif, dan
hasil belajar ranah psikomotor menggunakan the one-shot case study design.
Dalam penelitian ini, hanya ada satu kelompok yang diberikan perlakuan
(treatment). Setelah diberikan perlakuan pada kelompok tersebut maka dilakukan
pengamatan (observation). Maka pola the one-shot case study design sebagai
berikut:
Treatment Observation
X O
Gambar 3.2 Pola The One-Shot Case Study Design
(Fraenkel, 2012:269) Keterangan:
X = perlakuan (treatment) yaitu penerapan levels of inquiry model
O = pengamatan (observasi) oleh observer
3.3 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah poor
experimental designs. Dalam penelitian ini, pengontrolan tidak dilakukan terhadap
seluruh variabel tetapi hanya pada variabel tertentu saja yang dianggap paling
dominan yang berpengaruh dalam penelitian, sehingga kemampuan inkuiri siswa
yang muncul dan hasil belajar siswa yang seolah-olah hanya dipengaruhi oleh
35
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
3.4 Definisi Operasional
3.4.1 Levels of inquiry model merupakan suatu pendekatan pembelajaran berbasis
inkuiri yang mempunyai urutan atau tahapan menggunakan model inkuiri
untuk meningkatkan dan mengembangkan pemahaman siswa dalam
penyelidikan ilmiah. Levels of inquiry model dikelompokkan dalam lima
tahap inkuiri atau level inkuiri. Kelima level tersebut adalah discovery
learning, interactive demonstrative, inquiry lesson, inquiry lab, dan hypothetical inquiry. Pada setiap level mempunyai sintaks yang sama tetapi
penekanan pada setiap level berbeda. Sintaks yang digunakan pada setiap
model adalah observation, manipulation, generalization, verification, dan
application. Keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan levels of inquiry model diukur dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru
selama proses pembelajaran.
3.4.2 Kemampuan inkuiri adalah kemampuan-kemampuan yang dilatihkan
terhadap siswa pada setiap level dan kemampuan-kemampuan pada setiap
level diharapkan muncul selama proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang berbasis inkuiri. Kemampuan yang
dilatihkan pada siswa dari discovery learning adalah mengamati,
merumuskan konsep, memperkirakan, menarik kesimpulan,
mengkominikasikan hasil, mengelompokkan hasil. Pada level interactive
demonstration adalah memprediksi, menjelaskan, memperoleh dan
mengolah data, merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah menggunakan
logika dan bukti, mengenali dan menganalisis penjelasan pengganti atau
model. Pada level inquiry lesson adalah mengukur, mengumpulkan dan
mencatat data, membangun sebuah tabel data, merangcang dan melakukan
penyelidikan ilmiah, memggunakan teknologi dan matematika selama
investigasi, mendeskripsikan hubungan. Pada level inquiry lab adalah
mengukur besaran, menetapkan hukum empiris berdasakan bukti dan
logika, merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah, menggunakan
36
Fera Tri Puspita Sari, 2014
inquiry adalah sintesis penjelasan ilmiah, menganalisis dan mengevaluasi
argumen ilmiah, menganalisis prediksi melalui proses deduksi, merevisi
hipotesis dan prediksi dalam terang bukti baru, dan memecahkan masalah
dalam komplek dunia nyata. Untuk mengukur kemampuan inkuiri siswa
digunakan lembar observasi kemampuan inkuiri. Untuk melihat kemampuan
inkuiri siswa yang terlihat selama proses pembelajaran berlangsung dapat
dilihat dari lembar observasi siswa yang diisi oleh observer.
3.4.3 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
siswa menerima pengalaman belajar dalam proses pembelajaran. Hasil
belajar siswa dapat dilihat dari tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif,
dan ranah psikomor. Peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif
diukur dari skor yang didapat siswa pada tes awal (pre-test) dan tes akhir
(post-test). Pengukuran ranah afektif dan ranah psikomotor diukur dengan
menggunakan lembar observasi kinerja siswa yang dilaporkan oleh
observer.
3.5 Instrumen
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpulan
data yaitu:
3.5.1 Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran, dan Lembar
Kerja Siswa (LKS).
3.5.2 Tes Prestasi Belajar
Tes yang digunakan berupa 30 soal pilihan ganda. Tes ini dilakukan dua kali
yaitu sebelum perlakuan (pretest) da sesudah perlakuan (posttest). Tes yang
digunakan untuk pretest dan posttest merupakan tes yang sama, hal ini
dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap
perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.
37
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
Instrumen lembar observasi digunakan sebagai alat penilaian kemampuan
inkuiri siswa, hasil belajar ranah afektif, dan hasil belajar ranah psikomotor
selama kegiatan pembelajaran. Untuk setiap level digunakan lembar observasi
yang berbeda yang mengacu pada indikator kemampuan inkuiri siswa pada setiap
level. Lembar observasi dibuat oleh peneliti dan digunakan oleh observer untuk
mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran.
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Tahap Perencanaan
Untuk tahap ini dilakukan beberapa persiapan yaitu meliputi
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan studi pendahuluan melalui telaah pustaka dan studi lapangan.
2. Memilih solusi dari masalah dalam hasil studi pendahuluan melalui studi
literatur.
3. Merancang skenario pembelajaran yang menekankan penggunaan levels of
inquiry model.
4. Menyusun instrumen penelitian seperti lembar observasi kemampuan inkuiri
siswa, lembar observasi kinerja siswa, lembar observasi lembar aktivitas
guru dan instrumen tes hasil belajar siswa.
5. Pengembangan instrumen lembar observasi kemampuan inkuiri siswa,
lembar observasi kinerja siswa, lembar observasi lembar aktivitas guru dan
tes hasil belajar siswa.
6. Penimbangan (judgement) instrumen oleh pakar.
7. Revisi instrumen.
8. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
9. Mengolah data hasil uji coba dan menentukan soal yang akan digunakan
dalam pengambilan data.
Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah
kognitif. Penyusunan instrumen ini didasarkan pada indikator hasil belajar
yang hendak dicapai. Setelah dibuat instrumen berupa tes, maka diadakan
38
Fera Tri Puspita Sari, 2014
instrumen sehingga ketika instrumen diberikan pada kelas eksperimen,
instrument tersebut telah valid dan reliabel. Uji instrumen ini dilakukan
pada kelas yang telah belajar atau sedang belajar mengenai materi yang
digunakan dalam penelitian. Data hasil uji coba selanjutnya dianalisis.
Analisis ini meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda dan uji
tingkat kesukaran.
a. Penskoran
Pada penelitian ini digunakan metode penskoran berdasarkan metode
rights only, yaitu jawaban yang benar diberi skor satu atau butir soal yang
tidak dijawab diberi skor nol. Pemberian skor dihitung dengan
menggunakan ketentuan:
∑
(Munaf, 2001:44)
b. Analisis validitas instrumen
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel
yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan
menentukan koefisien korelasi biserial. Validitas butir soal dapat dihitung
dengan menggunakan perumusan sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ { ∑ ∑ }
(Arikunto, 2009:72)
Dengan:
rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan
39
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
Tabel 3.1. Klasifikasi Validitas Butir Soal
Nilai rxy Interpretasi
Reliabilitas merupakan kestabilan skor yang diperoleh orang yang
sama, ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda
atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Nilai reliabilitas dapat
ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Rumus yang
digunakan untuk mengetahui koefisien reliabilitas adalah dengan
menggunakan persamaan K-R 20, sebagai berikut:
[ ] [ ∑ ]
(Arikunto, 2009:100)
Keterangan :
r11 : reliabilitas yang dicari
p : proporsi siswa yang menjawab soal dengan benar
q : proporsi siswa yang menjawab soal dengan salah
n : banyaknya soal
s : standar deviasi
Standar deviasi dapat dicari dengan rumus :
40
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Tabel 3.2. Kriteria Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0,00 – 0,199 Sangat rendah
d. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Analisis tingkat kesukaran adalah untuk mengetahui apakah soal
tersebut tergolong kedalam soal mudah atau sukar. Soal yang baik adalah
soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar untuk diselesaikan oleh
siswa. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran tiap
butir soal adalah sebagai berikut:
(Arikunto, 2009:208)
Keterangan:
P = indeks kesukaran
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.
Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Kesukaran
P-P Klasifikasi
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :
41
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
(Arikunto, 2009: 213)
Keterangan :
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 ≤ D ≤ 0,19 Jelek
0,20 ≤ D ≤ 0,39 Cukup
0,40 ≤ D ≤ 0,69 Baik
0,70 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali Bertanda negative Jelek sekali
(Arikunto, 2009:218)
f. Hasil Uji Coba Instrumen
Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil analisis instrumen soal
yang dirangkum dalam Tabel 3.5. Pengolahan data selengkapanya dapat
42
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Tabel 3.5 Hasil Uji Soal Instrumen Pada Ranah Kognitif
No Soal
Tingkat
Kesukaran Daya Pembeda Validitas Keterangan
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
43
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
Diperoleh nilai koefisien realibilitas sebesar 0,79 tergolong dalam kategori
kuat. Ini menunjukkan bahwa soal yang telah diujicobakan mempunyai skor yang
tetap atau sering disebut ajeg yang dapat diartikan bahwa soal ini jika dilakukan
pengukuran ulang pada kondisi dan situasi yang berbeda maka skor yang
dihasilkan merupakan skor konsisten walaupun skor yang didapatkan tidak selalu
sama tetapi perubahan skornya konsisten.
Berdasarkan Tabel 3.11 dapat diperoleh informasi bahwa dari dari 36 butir
soal yang diujicoba pada kelas XI di salah satu SMK Negeri di kota Kuningan,
tetapi hanya digunakan 30 butir soal sebagai instrumen penelitian. Setiap satu
indikator soal mempunyai dua soal yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi apabila salah satu dari dua soal pada setiap indikator soal yang
telah di uji coba mempunyai kriteria yang buruk. Pada 30 soal tersebut ada 3 butir
soal yang diperbaiki dan 3 butir soal yang diganti dikarena nilai daya pembeda
tergolong kategori jelek dan nilai validitasnya sangat rendah. Sedangkan 6 butir
soal dibuang dengan pertimbangan tertentu seperti nilai daya pembeda tergolong
sangat jelek dan nilai validitasnya sangat rendah.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data yang dilakukan selama 3 kali
penelitian. Pada tahap ini dilakukan implementasi levels of inquiry model. Tahap
pelaksanaan penelitian dimulai dengan :
1. Melakukan pretest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan
karakter yang dibangun peserta didik sebelum diberikan perlakuan
terhadap objek penelitian. Pelaksanaan pretest dilakukan pada hari
Sabtu 23 Maret 2013.
2. Melakukan treatment dengan penerapan levels of inquiry model pada
proses pembelajaran. Pemberian treatment ini dilakukan sebanyak
empat kali pertemuan yaitu pada 30 Maret, 6 April, 13 April, dan 20
April 2013.
3. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, observer mengamati aktivitas
44
Fera Tri Puspita Sari, 2014
4. Melakukan posttest terhadap objek penelitian untuk melihat
peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diberi perlakuan.
Pelaksanaan posttest dilakukan pada hari Sabtu tanggal 27 April 2013.
3.6.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menskor tes awal dan tes akhir.
2. Menghitung gain yang dinormalisasikan dari skor tes awal dan akhir
siswa.
3. Menghitung skor yang didapat siswa pada ranah kognitif dan ranah
psikomotor
3.6.4 Tahap penarikan kesimpulan
Setelah data diolah dan dianalisis, kemudian akan dilakukan penarikan
kesimpulan, dan menyusun laporan penelitian. Secara garis besar,
langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini dapat dilihat dari Gambar 3.3.
45
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry Tahap Persiapan
Study pustaka
Levels of Inquiry Model
Kemampuan inkuiri Kurikulum Fisika SMK Hasil belajar siswa pada ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor
Studi pendahuluan
Melakukan observasi saat proses pembelajaran untuk melihat kemampuan inkuiri siswa berdasarkan kemampuan pada levels of inquiry model selama proses pembelajaran.
Perencanaan pembuatan instrumen penelitian berdasarkan levels of inquiry model . Pembuatan RPP dan skenario
Intrumen tes prestasi siswa
Instrumen kemampuan inkuiri siswa
Penentuan Sampel Penelitian
Uji coba instrumen
Analisis tes terhadap hasil uji instrumen
Judgment instrumen
Penyusunan instrumen tes penelitian
Tahap Pelaksanaan
Pre-test (Discovery Learning) Treatment 1 (Interactive Demonstration dan Treatment 2
Inquiry Lesson )
Tahap Pengolahan dan Analisi Data
Pengolahan data Analisis Data Pembahasan Kesimpulan dan Saran
46
Fera Tri Puspita Sari, 2014
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan terdiri atas dua jenis, yaitu
data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh berupa data
hasil tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah kognitif. Sedangkan
untuk data kualitatif, diperoleh dari lembar keterlaksanaan, lembar observasi
kemampuan inkuiri, lembar observasi aktivitas siswa untuk melihat hasil belajar
ranah afektif dan psikomotor.
3.8 Analisis Data
3.8.1 Menghitung Gain Skor
Analisis data dilakukan terhadap data tes soal pilihan ganda pretest dan
postest. Gain merupakan selisih antara skor tes awal dan skor tes akhir.
Untuk menghitung nilai gain skor digunakan persamaan sebagai berikut:
(Hake, 1998)
Keterangan:
g = Gain
T1 = skor tes awal (pretest)
T2 = skor tes akhir (posttest)
Menghitung Gain Ternormalisasi
Menghitung nilai gain ternormalisasi yaitu perbandingan dari skor
gain aktual dengan gain maksimum untuk melihat apakah hasil belajar siswa
pada ranah kognitif pada setiap pertemuannya meningkat. Skor gain aktual
yaitu skor gain yang diperoleh siswa dari selisih skor tes awal dan skor tes
akhir sedangkan skor gain maksimum adalah skor gain tertinggi yang
mungkin diperoleh siswa. Untuk menghitung nilai gain ternormalisasi
digunakan persamaan sebagian berikut:
Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>)
47
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
Keterangan:
<g> = rata-rata gain yang dinormalisasi
T1 = skor tes awal (pretest)
T2 = skor tes akhir (posttest)
<Si> = skor ideal
Tabel 3.6. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi
<g> Kriteria
1. Pengolahan Lembar Keterlaksanaan Levels of Inquiry Model
Melalui lembar observasi yang telah diisi oleh observer, keterlaksanaan
pembelajaran selama melaksanakan percobaan dapat diketahui. Total skor
dari lembar observasi itu kemudian direntangkan. Rentang skor dimulai dari
kemungkinan skor paling rendah dan kemungkinan skor paling tinggi.
Menurut Mundilarto (2012), dari rentang tersebut dibagi manjadi tiga
kategori, yaitu kategori kurang, cukup dan baik. Berikut interpretasi jumlah
skor yang didapat dengan kategori seperti yang dijelaskan oleh Mundilarto.
Untuk menghitung skor keterlaksanaan levels of inquiry model dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Langkah–langkah yang penulis lakukan untuk menghitung rentang skor
keterlaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.Menghitung jumlah kegiatan pembelajaran yang terlaksana yang telah
observer isi pada lembar observasi keterlaksanaan levels of inquiry model.
2.Menghitung skor keterlaksanaan levels of inquiry model pada setiap
48
Fera Tri Puspita Sari, 2014
3.Menafsirkan kategori keterlaksanaan levels of inquiry model dalam setiap
level kegiatan inkuiri berdasarkan Tabel 3.7 Adapun interpretasinya adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.7. Interpretasi Keterlaksanaan Level of Inquiry Model
No Skala Keterlaksanaan Level of Inquiry Model Interpretasi
1. 0 – 35 Kurang
2. 36 – 70 Cukup
3. 71 – 100 Baik
(Mundilarto, 2012)
2. Pengolahan lembar observasi kemampuan inkuiri siswa.
Data yang sudah didapat pada lembar observasi kemudian dianalisis
berdasarkan rubrik yang telah dibuat dan didiskusikan dengan pakar.
Lembar observasi tersebut berisi tentang aktivitas siswa. Aktivitas siswa
dalam hal ini adalah aktivitas siswa ketika melakukan percobaan. Melalui
lembar observasi yang telah diisi oleh observer, aktivitas siswa selama
melaksanakan percobaan dapat diketahui. Total skor dari lembar observasi
itu kemudian direntangkan. Rentang skor dimulai dari kemungkinan skor
paling rendah dan kemungkinan skor paling tinggi. Kemudian menurut
Mundilarto (2012), dari rentang tersebut dibagi manjadi tiga kategori, yaitu
kategori kurang, cukup dan baik. Untuk menghitung skor kemampuan
inkuiri siswa dengan persamaan sebagai berikut:
Tabel 3.8. Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa
Jumlah Skor Kategori
33 – 55 Kurang
56– 78 Cukup
79 – 100 Baik
(Mundilarto, 2012)
3. Pengolahan Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa pada Ranah Afektif
Data yang sudah didapat pada lembar observasi kemudian dianalisis
berdasarkan rubrik yang telah dibuat dan didiskusikan dengan pakar.
49
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
dalam hal ini adalah aktivitas siswa ketika melakukan percobaan. Melalui
lembar observasi yang telah diisi oleh observer, aktivitas siswa selama
melaksanakan percobaan dapat diketahui. Total skor dari lembar observasi
itu kemudian direntangkan. Rentang skor dimulai dari kemungkinan skor
paling rendah dan kemungkinan skor paling tinggi. Kemudian menurut
Mundilarto (2012), dari rentang tersebut dibagi manjadi tiga kategori, yaitu
kategori kurang, cukup dan baik. Untuk menghitung skor hasil belajar siswa
pada ranah psikomotor dengan persamaan sebagai berikut:
Tabel 3.9. Interpretasi Hasil Belajar pada Ranah Afektif
Jumlah Skor Kategori
33 – 55 Kurang
56 – 78 Cukup
79 – 100 Baik
(Mundilarto, 2012)
4. Pengolahan Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa pada Ranah
Psikomotor
Data yang sudah didapat pada lembar observasi kemudian dianalisis
berdasarkan rubrik yang telah dibuat dan didiskusikan dengan pakar.
Lembar observasi tersebut berisi tentang aktivitas siswa. Aktivitas siswa
dalam hal ini adalah aktivitas siswa ketika melakukan percobaan. Melalui
lembar observasi yang telah diisi oleh observer, aktivitas siswa selama
melaksanakan percobaan dapat diketahui. Total skor dari lembar observasi
itu kemudian direntangkan. Rentang skor dimulai dari kemungkinan skor
paling rendah dan kemungkinan skor paling tinggi. Kemudian menurut
Mundilarto (2012), dari rentang tersebut dibagi manjadi tiga kategori, yaitu
kategori kurang, cukup dan baik. Untuk menghitung skor hasil belajar siswa
pada ranah psikomotor dengan persamaan sebagai berikut:
50
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Tabel 3.10. Interpretasi Hasil Belajar pada Ranah Psikomotor
Jumlah Skor Kategori
33 – 55 Kurang
56– 78 Cukup
79 – 100 Baik
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari data hasil penelitian yang dilakukan pada ekstrakurikuler
Fisika di salah satu SMK Negeri di Kota Kuningan mengenai kemampuan inkuiri
dan hasil belajar berdasarkan Levels of Inquiry Model diperoleh kesimpulan
bahwa kemampuan inkuiri siswa tergolong dalam kategori baik, dan hasil belajar
siswa mengalami peningkatan pada ranah kognitif serta hasil belajar pada ranah
afektif dan psikomotor berada pada kategori baik. Untuk lebih jelas maka dapat
dilihat kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian sebagai berikut:
1. Kemampuan inkuiri siswa berdasarkan Levels of Inquiry Model untuk seluruh
level mempunyai skor rata-rata sebesar 87,97 berada pada kategori baik.
Kemampuan inkuiri siswa pada level discovery learning sebesar 94,86 berada
pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level interactive
demonstration sebesar 89,10 berada pada kategori baik. Kemampuan inquiri
siswa pada level inquiry lesson sebesar 86,25 berada pada kategori baik.
Kemampuan inkuiri siswa pada level inquiry lab sebesar 86,75 berada pada
kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level hypothetical inquiry
sebesar 82,90 berada pada kategori baik.
2. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif berdasarkan Levels of Inquiry Model
mengalami peningkatan sebesar 0,37 berada pada kategori sedang. Hasil
belajar pada ranah afektif dari seluruh pertemuan rata-rata skor sebesar 92,50
berada pada kategori baik. Dan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor
memiliki rata-rata skor dari seluruh pertemuan sebesar 88,55 berada pada
87
Fera Tri Puspita Sari, 2014 B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang
diajukan, antara lain:
a) Untuk mempertahankan kemampuan inkuiri siswa yang sudah baik maka
siswa sebaiknya melakukan proses pembelajaran dengan membiasakan
melakukan percobaan. Membiasakan siswa melakukan percobaan akan
melatihkan kemampuan inkuiri sehingga siswa akan memiliki kemampuan
inkuiri yang lebih baik.
b) Untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan hasil belajar pada ranah
afektif dan psikomotor dengan cara membiasakan siswa melakukan proses
pembelajaran dengan melakukan percobaan. Keterampilan dan kecakapan
siswa dalam melakukan percobaan akan terbangun dari kebiasaan siswa
melakukan percobaan.
c) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dengan lebih
memberikan penguatan yang lebih setelah melakukan percobaan sehingga
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: PT.
BUMI AKSARA.
Clark, Donal. 2000. Learning Domain or Bloom’s Taxonomy. [Online]. Tersedia :
http://www.nwlink.com/`dinclark/hrd/bloom.html [10 Oktober 2013]
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Depdiknas.
Dahar, RW. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Fraenkel. Wallen. and Hyun. (2012). How to Design adn Evaluate Research in
Education. (Eighth ed.). United States: The McGraw-Hill Companies.
Hake, R. (1998). Analizing Change/Gain Score. USA: Dept: Of Physics, Indiana
University.
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung : tidak diterbitkan
Mundilarto. (2012). Hasil Belajar Fisika.
Sudjana, N. dan Ibrahim. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algensindo
Hidayat, R. (2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa SMP dan Profil Hasil
Belajar Siswa setelah diterapkan Model Pembelajaran Level of Inquiry.
Bandung: tidak dipublikasikan
89
Fera Tri Puspita Sari, 2014
Wenning, C.J. (2005a). “Implementing inquiry-based instruction in the science
classroom: A new model for solving the improvement-of-practice problem”.
Journal of Physics Teacher Education Online, 9-15
Wenning, C.J. (2005b). “Levels of Inquiry: Hierarchies of pedagogical practices
and inquiry process”. Journal of Physics Teacher Education Online, 3-11
Wenning, C.J. (2010). “Levels of inquiri: Using inquiry spectrum learning
sequences to teach science”. Journal of Physics Teacher Education Online,
11-19
Wenning, C.J. (2012). “The levels of inquiry model of science teaching”. Journal