• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MATERI PAI DAN BUDI PEKERTI SEKOLAH MENEGAH PERTAMA (SMP) PADA KURIKULUM 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS MATERI PAI DAN BUDI PEKERTI SEKOLAH MENEGAH PERTAMA (SMP) PADA KURIKULUM 2013."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Alvin Rizky Pratama 1003573

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

Oleh

Alvin Rizky Pratama

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Alvin Rizky Pratama 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

(3)
(4)

V

Alvin Rizky Pratama, 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA DAPAT MEMPENGARUHI BENTUK BENDA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DILAKSANAKAN PADA SISWA KELAS IV SDN 4 CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman A. Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar ... 12

B. Materi Ajar (Gaya Dapat Mempengaruhi Bentuk Benda) ... 16

C. Hasil Belajar ... 18

D. Pendekatan Inkuiri ... 20

E. Penerapan Pendekatan Inkuiri dalam Mata Pelajaran IPA Materi Gaya ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Model Penelitian ... 26

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 27

C. Subjek Penelitian ... 28

D. Prosedur Penelitian ... 28

(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 34

1. Siklus I ... 34

a. Perencanaan ... 34

b. Pelaksanaan ... 36

c. Hasil Belajar ... 41

d. Refleksi ... 45

2. Siklus II ... 46

a. Perencanaan ... 47

b. Pelaksanaan ... 47

c. Hasil Belajar ... 52

d. Refleksi ... 54

B. Pembahasan ... 55

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 59

B. Rekomendasi ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 63

(6)

ii

Alvin Rizky Pratama, 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA DAPAT MEMPENGARUHI BENTUK BENDA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DILAKSANAKAN PADA SISWA KELAS IV SDN 4 CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BANDUNG BARAT)

Oleh :

Alvin Rizky Pratama NIM 1003573

ABSTRAK

(7)

iii

Alvin Rizky Pratama, 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA DAPAT MEMPENGARUHI BENTUK BENDA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DILAKSANAKAN PADA SISWA KELAS IV SDN 4 CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SCIENCE LEARNING OUTCOMES TO THE MATERIAL FORCE CAN AFFECT THE SHAPE OF THE OBJECT

(Action Research For Student Class Penelitian IV SDN 4 Cibodas Kabupaten Bandung Barat 2013-2014 )

Alvin Rizky Pratama NIM: 1003558

ABSTRACT

This study about the application of the inquiry in order to improve students’ learning outcomes. The method used in this study is classroom action research Kemmis & Mc.Taggart model with two cycles. The research subjects was students in grade IV SDN 4 Cibodas kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat. The data on student learnig outcomes are carried in cycle 1 obtained an avereage value of 72,4. Whereas data on students learning outcomes conducted at cycle II obtained an averange score of 81,6. It can be concluded that the application of the inquiry approach to the material force can affect the shape of the object will be increase students’ learning outcomes.

(8)

1

Alvin Rizky Pratama, 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA DAPAT MEMPENGARUHI BENTUK BENDA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DILAKSANAKAN PADA SISWA KELAS IV SDN 4 CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan alam dan segala sesuatu yang terdapat didalamnya. Iskandar (1996, hlm. 1) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam Berasal dari kata “Natural Sience” yang sering disingkat “Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam. Science artinya pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam secara harfiah adalah ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

Adapun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006, hlm. 47) bahwa :

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas ilmu pengetahuan alam dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari cara mencari tahu tentang alam dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam meliputi alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati langsung secara sitematis dengan proses penemuan.

Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di SD. Berdasarkan pengamatan, peneliti mempunyai alasan mengapa IPA harus diajarkan di SD, yaitu :

(9)

2. IPA merupakan mata pelajaran yang mempunyai kaitan yang erat dengan teknologi.

3. IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep yang sedang dipelajari. Sehingga memberikan pengalaman kepada siswa yang akan mengantarkan mereka pada pembelajaran bermakna.

4. IPA mengajarkan siswa untuk memiliki berbagai keterampilan hidup yang akan berguna untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan.

Menurut Samatowa (2006, hlm. 3) ada beberapa alasan IPA diajarkan di SD, antara lain:

1. IPA berfaedah bagi suatu bangsa.

2. IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada manusia untuk berpikir kritis.

3. IPA tidak merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalah belakan, karena dalam IPA dibelajarkan melalui percobaan-percobaan.

4. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan.

Adapun tujuan pembelajaran IPA sebagaimana dikemukakan oleh Asy’ari (2006, hlm. 23) antara lain:

1. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA, teknologi, dan masyarakat.

2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Berperan aktif dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan

alam.

5. Menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

(10)

menjadi lebih kuat, karena siswa melakukan sendiri percobaan-percobaan dengan menggunakan media belajar yang terdapat di lingkungan sekitarnya.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Piaget (dalam Sumiati, 2009, hlm. 12) yaitu :

Pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif siswa. Pengalaman langsung siswa terjadi secara spontan sejak lahir sampai siswa berumur 12 tahun. Efisiensi pengalaman langsung tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Siswa akan siap untuk mengembangkan konsep tersebut hanya bila siswa telah memiliki struktur kognitif (schemata) yang menjadi persyaratan, yanki perkembangan kognitif yang bersifat hierarkis dan integratif.

Dalam pembelajaran seperti itu, siswa dilatih untuk berpartisipasi secara aktif dan kreatif dengan melakukan berbagai percobaan. sehingga penugasan konsep akan lebih mudah dan pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Melalui pembelajaran dengan pengalaman langsung tersebut, siswa dapat mengembangkan mengembangkan sikap ilmiah. Maka dari itu, pembelajaran IPA di SD hendaknya menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah melalui percobaan-percobaan.

Di lapangan, proses pembelajaran IPA lebih ditekankan kepada penguasaan bahan, penghafalan materi, sehingga suasana belajar bersifat kaku dan tidak mampu meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran IPA.

Setelah penulis melakukan pengamatan pada tanggal 5 februari 2014 di SDN 4 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, pada pembelajaran IPA materi gaya maka didapatkan beberapa masalah, yaitu :

1. Siswa tidak fokus, dalam pembelajaran terlihat siswa memikirkan hal selain pembelajaran.

2. Siswa tidak serius dan sering bercanda sehingga membuat keadaan menjadi tidak kondusif.

(11)

4. Siswa aktif tetapi tidak sesuai dengan kegiatan pembelajaran, hal ini terlihat ketika sedang belangsungnya pembelajaran ada siswa yang mondar-mandir mengganggu siswa lainnya.

5. Siswa hanya menunggu apa yang disampaikan oleh guru, dan tidak berani menyampaikan pendapat sendiri.

Faktor penyebab timbulnya masalah tersebut terlihat dari segi pembelajaran IPA yang bersifat monoton. Maksudnya pembelajaran IPA yang berpusat pada aktifitas guru dengan menggunakan metode ceramah dan pembiasaan pembelajaran yang kurang bermakna sehingga menjadi suatu kebiasaan yang sangat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar untuk siswa. Padahal dalam pembelajaran IPA diharapkan siswa mampu untuk mengeksplorasi pengetahuan yang didapatnya, siswa harus dilibatkan dalam pencarian konsep mengenai IPA sehingga siswa dapat menguasai konsep-konsep IPA yang abstrak terutama jika siswa diberi pengalaman langsung dan bisa memecahkan masalahnya secara mandiri. Pembelajaran IPA yang disajikan melalui metode ceramah menimbulkan kebosanan pada diri siswa karena mereka hanya menerima pembelajaran dengan mendengarkan penjelasan dari guru. Hal itu menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah.

Data hasil evaluasi pada materi gaya siswa kelas IV SDN 4 Cibodas Kecamatan Lembang kabupaten Bandung barat adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Daftar Nilai Siswa kelas IV SDN 4 Cibodas

(12)
(13)

30

ALG

90

31 SST 90

Nilai Rata-rata = Jumlah nilai siswa Jumlah siswa = 1555 = 50,16

31 Keterangan:

Nilai KKM = 64 = Tuntas

= Belum tuntas

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah terlihat dari nilai rata-rata kelas yang dicapai hanya 50,16. Dari 31 siswa di kelas 20 siswa tidak dapat mencapai nilai KKM atau 64,5% siswa belum mencapai nilai ketuntasan maksimal. Dari keadaan inilah diperlukan pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar serta memberikan ruang gerak untuk siswa mengeksplor pengetahuan dan berani menyampaikan pendapat sesuai fakta dan informasi yang ditemukan sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan hasil belajar siswa dapat lebih baik atau meningkat dari sebelumnya.

Untuk memecahkan masalah yang telah dijabarkan di atas maka ada beberapa alternatif, diantaranya: penggunaan media, metode eksperimen, pendekatan dicovery, dan pendekatan inkuiri.

(14)

(inkuiri). Dimana pendekatan ini banyak digunakan oleh para peneliti sebelumnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut sagala (2007, hlm. 196) menyatakan bahwa :

Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah, pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah.

Dengan kata lain Pendekatan Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam dalam pendekatan ini adalah belajar sendiri, mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.

Penulis mengambil pendekatan inkuiri, karena pendekatan inkuiri dapat membuat siswa aktif dan terlibat secara langsung dalam pembelajaran sehingga siswa dapat memecahkan masalah secara sistematis dan memperoleh informasi dan pengetahuan dengan cara menemukan sendiri yang difasilitasi oleh guru juga pengetahuan yang di dapat oleh siswa lebih bermakna.

(15)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fakta-fakta diatas, maka yang menjadi fokus permasalahan dari penelitian adalah “bagaimanakah penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA materi gaya dapat mempengaruhi bentuk benda untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN 4 Cibodas Lembang?”. Untuk menjawab masalah itu, penulis jabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1.Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA materi gaya dapat mempengaruhi bentuk benda dengan menerapkan pendekatan inkuiri di kelas IV SDN 4 Cibodas?

2.Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA materi gaya dapat mempengaruhi bentuk benda dengan menerapkan pendekatan inkuiri di kelas IV SDN 4 Cibodas?

3.Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA Materi gaya dapat mempengaruhi bentuk benda setelah menerapkan pendekatan inkuiri di kelas IV SDN 4 Cibodas?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai oleh peneliti setelah melakukan penelitian ini adalah mengetahui penerapan pendekatan Inkuiri dalam pembelajaran IPA materi gaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN 4 Cibodas. Untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan pada rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPA Materi Gaya dapat

mempengaruhi bentuk benda di kelas IV SDN 4 Cibodas dengan menerapkan pendekatan Inkuiri

(16)

3. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar yang diperoleh siswa setelah menerapkan pendekatan Inkuiri dalam pembelajaran IPA Materi Gaya dapat mempengaruhi bentuk benda di kelas IV SDN 4 Cibodas.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi semua pihak, terutama bagi Siswa, Guru, Sekolah dan Peneliti. Adapun manfaat yang dapat diambil sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

a. Diharapkan belajar menjadi menyenangkan dan bukanlah sesuatu yang sulit, dan tidak membosankan untuk dilakukan.

b. Melatih siswa dalam memecahkan masalah, menambah motivasi dan kreatifitas dalam belajar IPA.

c. Melatih siswa untuk menyampaikan ide-ide yang dimilikinya sehinggaberani mengemukakan pendapat.

d. Memperoleh pemahaman yang lebih baik sehingga mampu meningkatkan hasil belajar.

2. Bagi Guru

a. Memperoleh wawasan dalam memilih dan menggunakan alternatif pembelajaran yang tepat untuk membelajarkan materi gaya kepada siswa b. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi guru untuk

menjadikan pendekatan pembelajaran ini sebagai alternatif pembelajaran IPA.

c. Diharapkan proses pembelajaran menjadi aktif, kongkrit, menyenangkan dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan.

(17)

a. Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.

4. Bagi Peneliti

Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien.

E. Hipotesis Tindakan

penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi gaya dapat mempengaruhi bentuk benda di kelas IV SDN 4 Cibodas.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran istilah-istilah dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan istilah dari judul penelitian. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Pendekatan Inkuiri

(18)

Dalam penelitian ini penerapan pendekatan inkuiri adalah tindakan yang teroganisir dalam pengembagan cara berfikir ilmiah, agar siswa dapat memecahkan masalahnya dengan menemukan fakta-fakta sendiri melalui percobaan secara konkrit untuk membuktikan permasalahan yang diberikan guru pada materi gaya di kelas IV SDN 4 Cibodas.

2. Hasil Belajar IPA

Belajar merupakan proses terpenting bagi perubahan perilaku manusia. Belajar itu selalu menunjuk pada perubahan tingkah laku yang terjadi secara sistematik dalam perilaku siswa, perubahan ini terjadi sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang ditemukan dalam situasi khusus. Perubahan perilaku tersebut menentukan hasil belajar siswa.

Keberhasilan proses belajar mengajar diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, pertama faktor dari dalam diri siswa itu atau kemampuan yang dimilikinya, kedua faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Kemampuan siswa dan kualitas pengajaran sangat penting dalam menentukan hasil belajar yang ingin dicapai, semakin tinggi kemampuan siswa dan pengajaran maka semakin tinggi juga hasil belajar siswa.

(19)

26

Alvin Rizky Pratama, 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA DAPAT MEMPENGARUHI BENTUK BENDA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DILAKSANAKAN PADA SISWA KELAS IV SDN 4 CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu A. Metode dan Model Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan Classroom Action Research. Menurut Wibawa (dalam Taniredja, 2013 hlm. 15) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan”.

Sedangkan menurut Sukidin (dalam Taniredja 2013 hlm. 16) menjelaskan bahwa:

Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

Hermawan (2007, hlm. 79) mendefinisikan PTK sebagai berikut:

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran dikelas secara lebih professional, oleh karena itu PTK terkait erat dengan persoalan-persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang terjadi dikelas yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan yang direncanakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

Metode penelitian ini cocok untuk peneliti yang sekaligus sebagai guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru.

(20)

dan McTaggart. Alasan mengapa peneliti menggunakan model ini karena model ini terkenal dengan proses siklus putaran spiral refleksi diri yang dimulai dengan Rencana, Tindakan, Pengamatan, Refleksi, dan Perencanaan Kembali yang merupakan dasar ancang-ancang pemecahan masalah. Berikut ini adalah desain kegiatan PTK rancangan Kemmis dan McTaggart :

Gambar 3.1

bagan kegiatan PTK rancangan Kemmis dan McTaggart (Arikunto dkk, 2008)

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 4 Cibodas yang terletak di Kp. Sukarasa No. 49 RT 01 RW 05 Desa Cibodas kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat. Waktu yang diperlukan peneliti untuk melakukan penelitian ini diperkirakan 4 bulan terhitung dari bulan februari 2014 sampai bulan Mei 2014.

Observasi awal

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Hasil

Siklus I

(21)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dari kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN 4 Cibodas tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 31 orang, yang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 9 orang perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 4 Cibodas pada mata pelajaran IPA materi gaya dapat mempengaruhi bentuk benda dengan menggunakan model siklus belajar. Tahap penelitian tindakan kelas terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dalam setiap tindakan, dengan berpatokan pada referensi awal.

Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti melakukan tahap persiapan penelitian dengan melakukan kegiatan pendahuluan setelah itu peneliti melakukan tahap tindakan penelitian.

1. Tahap Pendahuluan (Pra Penelitian)

a. Permintaan izin dari Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri 4 Cibodas untuk mengadakan penelitian.

b. Observasi kegiatan pembelajaran IPA untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi dan situasi di kelas IV SDN 4 Cibodas sebagai subyek penelitian.

c. Identifikasi permasalahan d. Kegiatan ini dimulai dari :

1) Melakukan kajian terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, buku sumber kelas IV, pembelajaran IPA, dan pendekatan pembelajaran IPA.

2) Menentukan metode atau pendekatan yang relevan dengan karakteristik siswa, bahan ajar dan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung pada pembelajaran IPA.

(22)

4) Menyusun atau menetapkan teknik pemantauan pada setiap tahap penelitian.

2. Tahap Tindakan

Untuk lebih memahami kegiatan pada setiap langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), berikut dibuat tabel penelitian mengenai langkah-langkah penelitian :

Tabel 3.1 Prosedur Penelitian

No Kegiatan Bulan Mei minggu ke-

1 2 3 4 5

1 Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas a.menetapkan pokok bahasan

b.Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

c.menyusun instrumen penelitian

d.konsultasi instrumen kepada dosen pembimbing 2 Pelaksanaan penelitian siklus I

a. Perencanaan tindakan

b.Pelaksanaan tidakan, observasi dan evaluasi

c. Analisis dan refleksi

V V

V 3 Pelaksanaan penelitian siklus II

a. Perencanaan tindakan

b.Pelaksanaan tindakan, observasi, dan evaluasi

c. Analisis dan refleksi

V V

V

4 Penyusunan draft hasil penelitian V

(23)

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

“Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data” (Akdon, 2008, hlm.130). Dalam penelitian

tentunya peneliti harus mendapatkan data-data dari kegiatan penelitian tersebut. Untuk memperoleh kebenaran yang akurat dalam pengumpulan data diperlukan alat pengumpul data yang tepat sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa test dan non test.

1. Test

Test diberikan secara tertulis berupa soal evaluasi diakhir kegiatan pembelajaran siswa berguna untuk mengukur kemampuan siswa setelah melakukan proses belajar mengajar. Instrumen test dibuat dengan materi yang diajarkan pada siswa kelas IV berdasarkan kurikulum yang berlaku (KTSP).

2. Non test

Teknik pengumpulan data dalam bentuk non test yaitu berupa lembar observasi. Dengan Observasi, peneliti dapat memperoleh catatan tentang aktifitas guru dan siswa pada waktu proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi berguna sebagai bahan refleksi untuk perencanaan tindakan selanjutnya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 jenis instrumen, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian diantaranya :

a. Instrumen pembelajaran 1) RPP

RPP disusun sebagai persiapan mengajar penelitian untuk setiap siklus pembelajaran. terdapat 2 RPP yaitu 1 siklus terdapat 1 RPP. RPP dibuat dan dirancang dengan optimal sebagai indikator yang harus dicapai siswa.

2) Lembar Kerja Siswa

(24)

pemahaman siswa setelah percobaan dilaksanakan. Kegiatan ini selain dipantau oleh peneliti secara langsung, juga dipantau oleh observer. Dari hasil analisis LKS, guru/peneliti bisa merefleksikan sejauhmana LKS dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep

b. Instrumen penelitian

Instrumen Penelitian merupakan alat yang dapat digunakan peneliti dalam melakukan penelitian. Untuk memperoleh kebenaran yang objektif dalam pengumpulan data diperlukan instrumen yang tepat sehingga masalah yang diteliti akan tereflesi dengan baik. Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti berbentuk test dan non test.

1) Lembar Tes

Lembar tes berfungsi sebagai alat tes yang digunakan diakhir kegiatan pembelajaran sebagai bahan evaluasi sejauhmana hasil belajar siswa mengenai materi tentang gaya dapat mempengaruhi bentuk benda. Lembar Tes yang diujikan kepada siswa berupa tes kognitif.

2) Lembar Observasi

Lembar Observasi ini bertujuan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran IPA berlangsung dengan menerapkan pendekatan inkuiri. Observer yang mengisi lembar observasi yaitu rekan (guru) yang telah sepakat untuk berkolaborasi dalam mengobservasi penelitian ini.

F. Analisis dan Interpretasi Data

Analisis data adalah kajian terhadap suatu data untuk dipahami struktur dari suatu situasi yang ditemukan pada saat penelitian. Analisis data dilakukan dengan menguji kesesuaian antara data yang satu dengan data yang lain. Analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan peneliti.

(25)

1. Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa selama mengikuti pembelajaran dengan cara membuat daftar nilai, dijumlahkan, dirata-ratakan, dan diprosentasekan. Data kuantitatif dalam penelitian ini didapatkan dengan menganalisis data sebagai berikut:

a. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai siswa (N) adalah sebagai berikut:

b. Menghitung nilai rata-rata siswa secara keseluruhan dengan rumus:

X =

Keterangan:

∑X = jumlah seluruh skor N = banyaknya subjek

X = nilai rata-rata kelas (mean)

(Sudjana, 2013, hlm 109)

c. Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus:

TB = x 100 % Keterangan:

∑S 64 = jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 64

n = banyak siswa TB = ketuntasan belajar

(26)

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Kecakapan Akademik

Presentasi Ketuntasan Klasifikasi

>80 Sangat Baik

> 60 – 80 Baik

> 40 – 60 Cukup

> 20 – 40 Kurang

≤ 20 Sangat Kurang

(Sumber : Widoyoko, 2009, hlm. 259) 2. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi setiap siklus yang dilakukan oleh peneliti dan observer. Lembar observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama penelitian dilaksanakan. Data kualitatif di dianalisis melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Seleksi dan reduksi data

Pada saat pengolahan data, peneliti melakukan seleksi terhadap data-data yang diperlukan dan data-data yang tidak diperlukan dalam penelitian. Pada tahap ini data yang tidak diperlukan disisihkan dan data-data yang penting untuk penelitian dikumpulkan jadi satu.

b. Klasifikasi data

Pada tahap ini peneliti mengelompokkan data yang telah diperoleh mengaenai proses atau aktivitas belajar yang dilakukan siswa dan guru baik itu perilaku yang negatif maupun peri laku yang positif.

c. Deskripsi

Pada tahap ini, peneliti mengambarkan hal-hal yang terjadi di lapangan yang disesuaikan dengan tahap klasifikasi sebelumnya.

d. Interpretasi data

(27)

34

Alvin Rizky Pratama, 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA DAPAT MEMPENGARUHI BENTUK BENDA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DILAKSANAKAN PADA SISWA KELAS IV SDN 4 CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan peneliti. Data-data yang didapatkan oleh peneliti dari hasil penelitian ini meliputi temuan hasil observasi, aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil tes tertulis siswa setelah tindakan dilakukan. Hasil penelitian ini terdiri dari dua siklus dimana dalam setiap siklus mendeskripsikan beberapa aspek, yaitu meliputi: Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, hasil belajar, dan refleksi. Selanjutnya di dalam Pembahasan mendeskripsikan beberapa aspek juga yaitu meliputi: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan hasil belajar. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus memerlukan waktu satu kali pertemuan atau 2 x 35 menit atau 70 menit. Data yang diteliti adalah siswa kelas IV SDN 4 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah siswa 31 orang.

A. Deskripsi Hasil penelitian

Sebelum melakukan tindakan pembelajaran, peneliti melakukan observasi terhadap pembelajaran IPA yang dilaksanakan oleh guru kelas IV. Hasil observasi yang diperoleh yaitu proses pembelajaran yang dilakukan didominasi oleh guru atau berpusat pada guru sedangkan siswa hanya menerima pembelajaran dari apa yang diceramahkan dan didemonstrasikan guru. Ketika proses pembelajaran IPA berlangsung tidak adanya kegiatan percobaan atau eksperimen yang melibatkan siswa secara langsung ke dalam pembelajaran. guru hanya mengarahkan siswa untuk tertib dan mecatat dengan mendengar apa yang disampaikan guru, sehingga menimbulkan kebosanan dalam pembelajaran.

(28)

Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan awal dari penelitian tindakan kelas. Pada siklus I peneliti menyusun dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu pada kurikulum KTSP dengan menerapkan pendekatan inkuiri dengan tahapan-tahapan pembelajaran: bertanya (Ask), Penyelidikan (Investigate), Menghasilkan (Create), Diskusi (Discuss),

Refleksi (Reflect). Dengan Standar Kompetensi (SK): 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda. Dan Kompetensi Dasar 7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya dapat mengubah bentuk suatu benda. Materi yang disampaikan di siklus I ini adalah Gaya dapat mempengaruhi bentuk benda. Rpp yang dibuat pada siklus I ini dirancang sedemikian rupa dengan mengacu pada kurikulum KTSP dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Rumusan tujuan pembelajaran menggambarkan pencapaian standar kompetensi/kompetensi dasar.

2. Rumusan Indikator relevan dengan sasaran standar kompetensi.

3. Materi pembelajaran disusun mengacu kepada indikator, sesuai dengan pencapaian standar kompetensi.

4. Langkah-langkah pembelajaran mencerminkan komunikasi guru-siswa yang berorientasi berpusat pada siswa.

5. Media pembelajaran disesuaikan relevan dengan sasaran indikator, disesuaikan dengan kondisi kelas, dan disiapkan untuk mendukung perkembangan potensi siswa.

6. Evaluasi soal relevan dengan indikator dan sesuai dengan tuntutan waktu secara proporsional

(29)

create (menghasilkan), setelah itu siswa diajak berdiskusi dan mempresentasikan

hasil percobaannya pada tahap discuss (diskusi) untuk mengetahui hasil percobaan yang telah dilakukan oleh masing-masing kelompok, dan yang terakhir adalah tahap reflect (refleksi). Dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pendakatan inkuiri, guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, siswa tidak menerima pembelajaran begitu saja, tetapi siswa menemukan dan memperoleh pengetahuan dengan kegiatan percobaan. Untuk mengetahui pemaparan yang lebih rinci dapat dilihat dalm bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir pada lampiran A.

Pada tindakan siklus I guru/peneliti membagi siswa kedalam 6 kelompok, Sehingga peneliti harus mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan kerjakan oleh masing-masing kelompok belajar sebagai alat untuk melakukan penyelidikan. Selain itu diakhir kegiatan pembelajaran siswa akan diberikan tes tertulis berupa soal evaluasi sehingga peneliti harus mempersiapkan soal evaluasi beserta kunci jawabannya. Untuk mengetahui data aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung peneliti mempersiapkan instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi yang akan diisi oleh observer. Dan terakhir peneliti mempersiapkan alat percobaan yang akan digunakan dalam pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Tindakan siklus I ini dilaksanakan di SDN 4 Cibodas pada hari Rabu, tanggal 7 mei 2014 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi yang diajarkan mengenai gaya dapat mempengaruhi bentuk benda. Pelaksanaan tindakan siklus I sesuai dengan RPP yang disusun dengan menerapkan pendekatan inkuiri yang terdiri dari lima tahap yaitu bertanya (Ask), Penyelidikan (Investigate), Menghasilkan (create), Diskusi (Discuss), dan Refleksi (Reflect). pembelajaran pada siklus I ini diikuti oleh siswa kelas IV sebanyak 29 orang karena 2 orang siswa tidak hadir dengan alasan sakit. Dalam pembelajaran siklus I keterlakanaan kegiatan mencapai 96,2 %.

(30)

Sebelum dimulainya pembelajaran guru memberikan lembar observasi kepada wali kelas dan teman sejawat sebagai observer. Pada kegiatan awal/pendahuluan hampir semua kegiatan dapat terlaksana selama ± 10 menit, kecuali kegiatan berdoa untuk mengawali pembelajaran tidak terlaksana karena siklus I dilaksanakan selepas jam istirahat kelas namun guru menggantinya dengan kegiatan siswa membersihkan kelas dengan cara mengambil sampah yang berada dibawah tempat duduk mereka. Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dari guru yang kemudian siswa menjawab salam secara serentak, selanjutnya guru memerintah siswa untuk membersihkan kelas dengan mengambil sampah yang berada dibawah meja dan tempat duduknya, siswa semangat membersihkan kelas karena guru menghitung sampai sepuluh detik kelas harus bersih. Selanjutnya guru mengabsen siswa dan siswa mengangkat

tangan serta berkata “hadir” sebagai tanda bahwa mereka hadir mengikuti

pembelajaran dan pada saat itu siswa yang hadir berjumlah 29 orang dan dua orang siswa tidak hadir dengan alasan sakit.

Guru mengkondisikan siswa dengan memperingatkan cara duduk yang baik ketika sedang belajar untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif sehingga pembelajaran berjalan dengan tertib. Lalu guru melakukan tanya jawab mengenai

materi yang diajarkan sebelumnya tentang gaya, “kalian masih ingat apa yang

dimaksud dengan gaya?” setelah itu guru memberikan apersepsi untuk menggali

pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sebelumnya dengan mengajukan

pertanyaan kepada siswa seperti, “Apakah kalian pernah melihat ibu kalian

menggoreng telur? Apa yang ibu kalian lakukan untuk mengeluarkan isi telur dari cangkangnya?” Lalu guru mendapatkan berbagai jawaban yang diungkapkan oleh siswa, seperti : pernah, sering, dengan cara dipukul dengan pisau, dibenturkan ke penggorengan, dipukul dengan sendok dan lain-lain. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai bahwa tujuan pembelajaran kali ini siswa dapat menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk benda.

(31)

Pada kegiatan inti, proses pembelajaran dilakukan dengan lima tahapan yaitu: tahap bertanya (Ask), tahap penyelidikan (Investigate), tahap menghasilkan (Create), tahap (Discuss), dan tahap (Reflect), yang dilakukan selama ± 50menit.

a) Tahap Bertanya (Ask)

Pada tahap bertanya (Ask) kegiatan yang dilakukan yaitu, guru mengajukan beberapa permasalahan kepada siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan, seperti : Apakah kalian pernah membuat kerajinan tangan? Jika pernah, pernahkah kalian membuat kreasi/mainan dari tanah liat atau plastisin? apa yang kamu buat? Bagaimana bentuk tanah liat sebelum kalian berkreasi? Pada tahap ini siswa menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jawaban yang berbeda-beda seperti pernah, tidak pernah, sering, membuat patung, membuat asbak, membuat celengan, bentuk tanah liat awalnya tidak berbentuk, dll. Kemudian guru menunjukkan dua buah plastisin dengan bentuk yang berbeda. Setelah itu siswa diminta untuk membuat pertanyaan kemudian siswa diberi kebebasan untuk menentukan hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut dalam penyelidikan, ketika siswa mengajukan pertanyaan siswa lain menjawab pertanyaan temannya, kemudian siswa secara bebas membuat hipotesis jawaban untuk dikaji lebih lanjut. Sementara itu guru memberi tanggapan dengan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan, tetapi guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberi tanggapan. Siswa berpikir tentang hipotesis yang mereka pikirkan untuk dibuktikan dalam percobaan. Pada siklus I ini siswa kesulitan dan malu-malu untuk mengajukan pertanyaan dan membuat hipotesis sehingga guru harus mengarahkan siswa. Siswa terlihat antusias untuk melakukan kegiatan penyelidikan.

b) Tahap penyelidikan (Investigate)

(32)
(33)

harus guru menegur siswa tersebut. Selain itu ada juga siswa yang tidak melakukan apa-apa (WL dan FTB), hanya melihat dan mengandalkan teman kelompoknya melakukan kegiatan percobaan. Hal sebaliknya terjadi pada kelompok yang berbeda, karena ada siswa (NFL) yang tidak memberikan kesempatan kepada teman sekelompoknya untuk melakukan kegiatan percobaan. Sehingga pada siklus I ini tidak semua kelompok dapat bekerjasama dengan kelompoknnya secara baik saat proses penyelidikan dalam percobaan berlangsung.

c) Tahap menghasilkan (Create)

Memasuki tahap ini seluruh kelompok selesai melakukan percobaan, siswa menjawab persoalan dan membuat penjelasan dari percobaan dengan mengisi LKS yang telah diberikan oleh guru. Kegiatan diskusi kelompok itu untuk menjawab permasalahan tentang gaya dapat mempengaruhi bentuk benda berdasarkan hasil percobaan. masing-masing kelompok berdiskusi dengan menyusun data untuk mengisi LKS, sedangkan guru berkeliling untuk melihat pekerjaan setiap kelompok dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan atau membimbing kelompok yang belum mengerti dari pertanyaan yang terdapat dalam LKS.

d) Tahap (Discuss)

(34)

e) Tahap (Reflect)

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan menggunakan waktu untuk meninjau kembali hasil pengamatan yang telah dilakukan apakah permasalahan awal, alur penelitian dan kesimpulan sudah sesuai atau belum dengan hasil diskusi? Siswa berdiskusi kelompok kembali setelah mereka berdiskusi kelas, setiap kelompok merefleksi hasil percobaannya, tetapi banyak siswa yang masih belum bisa membuat kesimpulan bahkan ada yang belum mengerti istilah kesimpulan. Selain itu juga beberapa siswa (ALW, RK, ISN) terlihat memukul-mukul meja dan tidak berdiskusi kembali dengan teman kelompoknya sehingga kendisi kelas sangat bising dan tidak kondusif. Guru tidak membiarkan mereka begitu saja, guru harus menegur siswa supaya keadaan kelas kembali tertib. Siswa menyimak penguatan dan koreksi yang disampaikan oleh guru dan temannya, mengenai proses dan hasil investigasi yang telah dilakukan melalui kegiatan percobaan. guru memberikan penguatan bahwa gaya dapat berupa dorongan atau tarikan dapat mempengaruhi bentuk benda. Misalnya: platisin yang berbentuk bulat menjadi pipih setelah ditekan/didorong.

3) Kegiatan akhir

(35)

c. Hasil Belajar

Dalam penelitian ini, Kriteria Ketuntasan Minimal pada Mata Pelajaran IPA di kelas IV SDN 4 Cibodas adalah 64. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas, hal tersebut dikarenakan hasil belajar siswa kelas IV yang masih rendah, sehingga KKM yang digunakan hanya 64. Jadi, apabila nilai siswa ≥64, maka siswa tersebut dinyatakan lulus. Namun apabila nilai siswa < 64, maka siswa tersebut dinyatakan belum lulus. Berikut data hasil evaluasi siklus I :

Tabel 4.1

Data Hasil Tes Evaluasi siklus I

No Kode Siswa Nilai KKM Keterangan

1 WL 50 64 Tidak tuntas

2 APT 70 64 Tuntas

3 NFL 80 64 Tuntas

4 RK 40 64 Tidak tuntas

5 SPN 40 64 Tidak tuntas

6 ALG 80 64 Tuntas

7 AG - 64 Tuntas

8 ALW 70 64 Tuntas

9 BDM 70 64 Tuntas

10 DS 60 64 Tidak tuntas

11 DL 70 64 Tuntas

12 FMN 70 64 Tuntas

13 FTB 60 64 Tidak tuntas

14 HRI 80 64 Tuntas

15 HRA 100 64 Tuntas

16 HSN 70 64 Tuntas

17 RB 70 64 Tuntas

18 RM 100 64 Tuntas

19 BDS 80 64 Tuntas

(36)

21 RFK 60 64 Tidak tuntas

22 ISN 70 64 Tuntas

23 ND 90 64 Tuntas

No Kode Siswa Nilai KKM Keterangan

24 ST 80 64 Tuntas

25 RSD 80 64 Tuntas

26 SST 90 64 Tuntas

27 WWN - 64 Tuntas

28 AZM 70 64 Tuntas

29 NK 80 64 Tuntas

30 FKR 60 64 Tidak tuntas

31 TRQ 90 64 Tuntas

Jumlah nilai 2100 Rata-rata 72,4 Presentase 75,8%

TB = x 100 %

= 22 x 100 = 75,8% 29

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil tes evaluasi siklus I masih banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM. 7 dari 29 siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Perolehan hasil tes evaluasi tersebut didistribusikan kedalam tabel berikut ini :

Tabel 4.2

Distribusi Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1

No. Skor (S) Frekuensi (F) Presentase (%) S x F

1 40 2 7 80

(37)

3 60 4 14 240

4 70 10 35 700

5 80 7 24 560

No. Skor (S) Frekuensi (F) Presentase (%) S x F

6 90 3 10 270

7 100 2 7 200

Jumlah 29 100 2100

Skor Rata-rata 72,4

KKM 64

X =

Nilai Rata-rata evaluasi siklus I = Jumlah seluruh skor banyaknya subjek = 2100 = 72,4

29

Sedangkan untuk perbandingan nilai rata-rata kelas antara siklus I dan pra siklus disajikan ke dalam grafik di bawah ini:

Grafik 4.1

(38)

Dari tabel di atas diperoleh data bahwa dari 29 jumlah siswa yang mengikuti evaluasi pada siklus I kebanyakan memperoleh nilai 70 yaitu sebanyak 10 orang siswa, siswa yang memperoleh nilai terendah sebanyak dua orang dengan perolehan nilai 40, sedangkan siswa yang memperoleh nilai tertinggi sebanyak dua orang dengan perolehan nilai 100. Skor ideal pada siklus I ini yaitu 100. Dan grafik menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I meningkat.

KKM yang telah ditentukan pada mata pelajaran IPA adalah 64. Dengan demikian siswa yang telah mencapai KKM berjumlah 22 orang siswa dengan presentase sebesar 75,8% dan tujuh siswa lainnya belum mencapai KKM sebesar 24,2%.

Grafik 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus 1

d. Refleksi

(39)

pembelajaran akan dimulai, pada tahap Ask (bertanya) masih banyak siswa yang malu dan kesulitan untuk bertanya, siswa kurang terkontrol ketika pembagian kelompok sehingga keadaan kelas menjadi gaduh. Selanjutnya banyak siswa masih yang bertanya ketika akan mengerjakan lembar kerja siswa karena guru kurang jelas ketika menjelaskan petunjuk mengerjakan LKS dan siswa tidak memperhatikan guru ketika memberikan petunjuk pengerjaan lembar kerja siswa, pada tahap Investigate (penyelidikan) siswa sudah melakukan kegiatan sesuai dengan perintah pada LKS namun ada siswa yang telihat tidak mengikuti kegiatan dengan aktif bersama teman kelompoknya, ada juga siswa yang tidak memberikan kesempatan kepada teman-teman kelompoknya untuk melakukan kegiatan penyelidikan, pada tahap create (menghasilkan) tidak semua siswa ikut berpartisipasi mengisi lembar kerjas siswa yang telah diberikan dikarenakan LKS hanya satu disetiap kelompok. Pada tahap discuss (diskusi) Tidak ada siswa yang mau maju untuk mempresentasikan hasil percobaan sehingga guru harus menunjuk siswa untuk maju. Ketika diskusi kelas, suasana tidak kondusif masih ada siswa yang asik bermain-main dengan alat percobaan, bermain-main dengan teman sebangkunya dan tidak memperhatikan siswa yang mempresentasikan hasil percobaan didepan kelas karena guru tidak memerintahkan siswa untuk mengumpulkan alat percobaan terlebih dahulu. dan pada tahap Reflect (refleksi) semua kelompok memeriksa kembali pekerjaan yang kurang benar. Pada siklus I ini 7 orang siswa yang belum mencapai nilai KKM.

(40)

2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Mei 2014, materi tentang gaya dapat mempengaruhi bentuk benda dengan rincian : Gaya dapat merubah bentuk suatu benda sesuai dengan sifat benda dan besar gaya. Pendekatan yang digunakan sama seperti Siklus I yaitu pendekatan inkuiri. Berikut ini deskripsi hasil penelitian siklus II :

a. Perencanaan

Penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat untuk siklus II pada dasarnya mengacu pada siklus I dan merupakan perbaikan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada siklus I . Dimana pada siklus II ini ada perbaikan yang telah dipaparkan dalam refleksi, yaitu : pada saat kegiatan pendahuluan guru melakukan kegiatan permainan untuk melatih konsentrasi siswa yaitu permainan “dengar dan jawab” dalam kegiatan inti, guru memberikan LKS kepada masing-masing siswa. Selain itu, guru memerintahkan siswa untuk memperhatikan guru ketika menjelaskan petunjuk pengerjaan lembar kerja siswa agar tidak bertanya lagi cara mengerjakan lembar kerja siswa yang diisi secara kelompok. Untuk membuat siswa agar tidak ribut, guru dan siswa membuat

perjanjian jika guru berkata “kelas IV” dengan nada tinggi siswa menjawab

dengan kata “siap” nada tinggi juga, namun ketika guru berkata “kelas IV tanpa

suara siswa menjawab dengan kata “siap” tanpa mengeluarkan suara. Untuk pemaparan lebih rinci dapat dilihat dalam bentuk RPP terlampir pada lampiran A. b. Pelaksanaan

(41)

dengan menggunakan pendekatan inkuiri. Pembelajaran siklus II ini diikuti oleh 30 orang dari 31 orang siswa karena 1 orang siswa tidak hadir dengan alasan sakit.

Beikut deskripsi kegiatan yang dilakukan pada siklus II: 1) Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan semua kegiatan dapat terlaksana dengan cukup baik selama 10 menit. sebelum pembelajaran dimulai guru memberikan lembar observasi kepada wali kelas dan teman sejawat sebagai observer seperti yang dilakukan pada siklus I. Pembelajaran diawali dengan kegiatan berdoa dipimpin oleh ketua. Setelah berdoa guru mengabsen siswa, ketika guru menyebutkan nama siswa, siswa yang bersangkutan mengangkat tangannya dan berkata “hadir” sebagai bukti bahwa mereka hadir dalam pembelajaran. guru mengkondisikan siswa untuk melatih konsentrasi siswa dengan menggunakan permainan “dengar dan jawab”. Siswa terlihat bersemangat ketika mengikuti permainan tersebut dan menjadi fokus. Untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif supaya pembelajaran mudah dikondisikan guru dan siswa membuat perjanjian, jika guru

berkata “kelas IV” dengan nada tinggi siswa menjawab “siap” dengan nada tinggi namun ketika guru berkata “kelas IV” dengan nada rendah siswapun menjawab

dengan nada rendah dan jika guru berkata “kelas IV” tanpa suara siswa juga

menjawab tanpa mengeluarkan suara. Setelah itu guru memberikan apersepsi dengan mengulas sedikit materi sebelumnya. Guru bertanya kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya tentang pengaruh gaya terhadap bentuk benda. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan melakukan tanya jawab. “Masih ingat dengan pembelajaran sebelumnya mengenai gaya?”

siswa menjawab “masih pak”. “Percobaan apa yang kalian lakukan mengenai

gaya 2 minggu kemarin?” jawaban siswa beragam namun sesuai dengan kegiatan

yang pernah dilakukan. Selanjutnya guru menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2) Kegiatan Inti

(42)

tahap (Discuss), dan tahap (Reflect), yang dilakukan selama ± 50menit seperti yang dilakukan di siklus I.

a) Tahap Bertanya (Ask)

Pada tahap bertanya (Ask) kegiatan yang dilakukan yaitu, guru mengajukan beberapa permasalahan kepada siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan, seperti : Apakah kalian pernah menekan plastisin dan menekan batu? Jika pernah, apa yang terjadi pada batu dan plastisin tersebut? Lebih besar mana gaya yang kalian berikan untuk menekan kedua benda tersebut sampai benda tersebut berubah bentuk? Dari pertanyaan tersebut guru mendapatkan tanggapan yang

beragam dari siswa dengan bahasa yang tidak baku salah satunya seperti “pernah

pak, kalo menekan batu susah, kalo menekan plastisin jadi gepeng”. Guru memberi kebebasan kepada siswa untuk menentukan hipotesis dari permasalahan yang ada yang kemudian akan dikaji pada tapah penyelidikan secara berkelompok. Pada tahap bertanya ini kegiatan berlangsung cukup tertib dan anak bersemangat untuk melakukan selanjutnya yaitu kegiatan menyelidiki.

b) Tahap penyelidikan (Investigate)

(43)

yang telah ditentukan oleh guru. Pada pembagian kelompok siswa keadaan kelas masih dapat terkontrol oleh guru karena siswa bisa mengikuti kegiatan sesuai dengan perintah guru. Pada saat pembagian kelompok ada satu siswa yang tidak hadir. Setelah siswa sudah siap dan berkumpul dengan kelompoknya, guru membagikan LKS masing-masing siswa satu buah namun dalam pengerjaannya tetap dengan kelompoknya masing-masing serta membagikan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan percobaan kepada masing-masing kelompok yaitu paku, kertas origami, balon, plastisin. Pada saat membagikan alat percobaan guru lupa untuk membawa batu sehingga guru memerintahkan kepada masing-masing perwakilan untuk mengambil batu yang berada disekitar sekolah selama 10 detik, siswapun berlarian untuk mengambil batu yang ada di lingkungan sekolah. Sebelum setiap kelompok melakukan kegiatan percobaan, guru memberikan pengarahan supaya siswa lebih memahami apa yang diperintahkan di dalam LKS. Namun ketika guru sedang memberikan pengarahan tidak semua siswa mendengarkan, masih ada saja beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru yang sedang memberikan pengarahan, untuk membuat siswa mendengarkan penjelasan guru, guru tidak menegur siswa tetapi guru memberikan informasi bahwa siwa terbaik yang mengikuti kegiatan pembelajaran samapi akhir dengan tertib maka akan diberikan hadiah. Hal itu membuat siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan tertib. Setiap kelompok melakukan percobaan secara aktif, selama melakukan percobaan guru memberi bimbingan kepada kelompok yang belum mengerti dalam melakukan percobaan. pada saat kegiatan percobaan setiap siswa aktif dengan kelompoknya karena siswa mendapatkan LKS yang harus mereka isi. Sehingga pada siklus II ini semua kelompok dapat bekerjasama dengan kelompoknnya secara baik saat proses penyelidikan dalam percobaan berlangsung.

c) Tahap menghasilkan (Create)

(44)

benda sesuai dengan sifat benda dan besar gaya hasil percobaan. masing-masing kelompok berdiskusi dengan menyusun data untuk mengisi LKS, sedangkan guru berkeliling untuk melihat pekerjaan setiap kelompok dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan atau membimbing kelompok yang belum mengerti dari pertanyaan yang terdapat dalam LKS. Tahap menghasilkan ini tidak terdapat siswa yang tidak mengerjakan dan mengandalkan teman kelompoknya karena mereka semua memegang LKS masing-masing.

d) Tahap (Discuss)

Pada tahap ini masing-masing kelompok selesai melakukan percobaan dan mengisi LKS, guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan LKS dan alat percobaan agar siswa fokus ketika melakukan kegiatan diskusi kelas. dua perwakilan siswa dari masing-masing kelompok menyajikan informasi yang dihasilkan mengenai gaya dapat merubah bentuk suatu benda sesuai dengan sifat benda dan besar gaya di depan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas tanpa menunjuk siswa. Dua perwakilan dari kelompok tiga maju dengan kesadaran siswa sendiri disusul dua perwakilan dari kelompok empat, dua, satu, enam dan terakhir kelompok lima. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung hampir semua siswa fokus memperhatikan temannya yang sedang mempresentasikan hasil percobaan, terlihat dari data-data yang diperoleh pada lembar pengamatan bahwa beberapa siswa yang tidak fokus selalu melihat keluar kelas ketika siswa menanggapi hasil percobaan yang disajikan temannya di depan kelas. Hasil dari setiap kelompok berbeda-beda, sehingga masing-masing kelompok memeriksa kembali hasil percobaannya pada tahap refleksi

e) Tahap (Reflect)

(45)

dan koreksi yang disampaikan oleh guru dan temannya, mengenai proses dan hasil investigasi yang telah dilakukan melalui kegiatan percobaan. guru memberikan penguatan bahwa besar gaya yang diberikan untuk mengubah bentuk benda tidak sama. Misalnya: besar gaya yang diperlukan untuk mengubah bentuk batu lebih besar dibandingkan dengan besar gaya yang diperlukan untuk mengubah bentuk plastisin.

3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil percobaan bersama-sama. Pada siklus II ini siswa sudah mulai bisa menyimpulkan percobaan, walaupun masih ada siswa yang perlu dibimbing untuk menyimpulkan percobaannya. Guru menuliskan kesimpulan yang telah disepakati dipapan tulis setelah seluruh siswa mengumpulkan LKS mereka, sedangkan siswa menulis kesimpulan akhir dibuku tulis mereka masing-masing. Kemudian siswa diberikan tes secara individu sebagai evaluasi dari akhir pembelajaran, siswa mengerjakan soal evaluasi dengan tertib. Saat siswa mengerjakan soal tersebut guru berkeliling melihat kegiatan siswa. Setelah waktu yang ditentukan untuk mengerjakan soal telah habis siswa mengumpulkan pekerjaannya, dan guru menutup pembelajaran.

c. Hasil belajar

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA pada siklus II setelah melakukan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri mengalami peningkatan dari siklus I setelah mengerjakan lembar evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 peningkatan hasil belajar siswa siklus II

KKM : 64

No Nama

Siswa

Siklus I

Siklus II

Hasil Belajar Ketuntasan Meningkat Tetap Menurun

(46)
(47)

30 FKR 60 - -

Berikut grafik peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II. Grafik. 4.2 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar

(48)

d. Refleksi

Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II yang telah dijabarkan sebelumnya, siswa sudah dapat menerima pembelajaran dengan baik, dan siswa sudah mulai terbiasa menpendekatan inkuiri ini, siswa sudah bisa bekerjasama dengan baik sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Hal ini terbukti dengan hasil belajar yang telah diperoleh siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas dan persentase pencapaian KKM siswa yang sudah mencapai KKM dari siklus I, dan Siklus II mengalami peningkatan. Hal ini menjadi bukti untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini bahwa penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok gaya dapat mempengaruhi bentuk suatu benda. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sudah mencapai hasil yang signifikan, ketuntasan hasil belajar yang mencapai 100% ini menurut widoyoko termasuk kedalam kategori sangat baik sehingga penelitian ini dihentikan pada siklus II. Selain itu karena berhubung dengan kondisi waktu yang tidak memungkinkan dan melihat hasil belajar siswa sudah signifikan jadi penelitian ini diberhentikan pada siklus II.

B. Pembahasan

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri bahwa hasil belajar siswa di kelas IV SDN 04 Cibodas meningkat. Pendekatan inkuiri pada pembelajaran IPA materi gaya dapat mempengaruhi bentuk suatu benda di kelas IV SDN 04 Cibodas cocok untuk diterapkan karena dengan pendekatan tersebut terbukti siswa menjadi lebih aktif untuk mengikuti pembelajaran dan pembelajaran berpusat pada siswa, siswa melakukan penyelidikan pada saat percobaan sehingga siswa lebih banyak belajar untuk memecahkan masalah secara mandiri.

1. Perencanaan

(49)

RPP memuat SK, KD, Indikator, tujuan, pelaksanaan yang terdiri kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (meliputi tahap bertanya (ask), penyelidikan (Iinvestigate), menghasilkan (create), diskusi (discuss), dan refleksi(reflect) ), dan kegiatan akhir, pedoman penskoran. Materi dalam RPP siklus I adalah gaya dapat mempengaruhi bentuk suatu benda. Dalam pelaksanaan RPP siklus I, tahapan pembelajaran pada saat percobaan siswa melakukan penyelidikan secara berkelompok dengan satu lembar LKS setiap kelompoknya. Sedangkan materi RPP siklus II yaitu Gaya dapat merubah bentuk suatu benda sesuai dengan sifat benda dan besar gaya. Perbaikan pada siklus II yaitu guru melakukan demonstrasi diawal pembelajaran, guru membagikan LKS kepada masing-masing siswa dengan kelompok yang sama seperti siklus I.

2. Pelaksanaan

Berdasarkan hasil siklus I sampai dengan siklus II dengan menerapkan pendekatan inkuri pada mata pelajaran IPA materi gaya dapat mempengaruhi bentuk suatu benda dapat dikatakan berhasil karena dalam proses pembelajaran siswa secara aktif terlibat langsung untuk mencari dan menemukan jawaban atas permasalahan yang ada dalam pembelajaran. hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Majid (2013, hlm. 222)yaitu:

1) Pendekatan inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.

2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self-belief).

3) Mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Dalam penelitian ini juga guru sebagai peneliti mempunyai penguasaan teori yang cukup mengenai penerapan pendekatan inkuiri, sehingga pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.

(50)

yang diberikan oleh guru bersama anggota kelompoknya, siswa yang berkemampuan tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah, sehingga hasil pembelajaran dapat tercapai secara merata, selanjutnya pembelajaran dengan model ini memberikan penjelasan bahwa siswa belajar tidak hanya mendapatkan dari guru saja, tetapi dari teman sejawat pun dapat dilakukan.

Setelah melalui serangkaian kegiatan pembelajaran mulai dari siklus I sampai dengan siklus II dapat dilihat bahwa aktivitas guru dan siswa pada setiap siklusnya meningkat. Dalam pembelajaran siklus I keterlakanaan kegiatan mencapai 96,2 %. Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas guru maupun siswa terdapat beberapa kekurangan yang terjadi pada Siklus I, kekurangan-kekurangan tersebut antara lain: guru dan siswa tidak melakukan kegiatan berdoa diawal kegiatan pembelajaran, guru masih kesulitan membuat siswa fokus dan konsentrasi ketika pembelajaran akan dimulai, siswa kesulitan dan malu-malu untuk mengajukan pertanyaan dan membuat hipotesis sehingga guru harus mengarahkan siswa, guru kurang jelas dalam memberikan pengarahan untuk melakukan kegiatan percobaan, siswa kurang terkondisikan ketika proses pengelompokkan, tidak semua siswa aktif mengerjakan Lembar Kerja Siswa. Pada pelaksanaan Siklus I, masih terdapat banyak kekurangan sehingga disusunlah perencanaan pelaksanaan Siklus II dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada Siklus I dan mempertahankan kelebihan-kelebihan pada Siklus I.

Dalam pembelajaran siklus II keterlakanaan kegiatan meningkat mencapai 100%. Pelaksanaan Siklus II pun disusun dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada Siklus I dan mempertahankan kelebihan-kelebihan pada Siklus I. Berdasarkan hasil refleksi Siklus I, pada kegiatan awal guru melakukan kegiatan untuk memfokuskan dan mengkondisikan konsentrasi siswa supaya pembelajaran berlangsung dengan kondusif, guru melakukan kegiatan demonstrasi mengenai pengaruh gaya terhadap bentuk benda, LKS dibuat untuk masing-masing siswa sehingga tidak ada siswa yang saling mengandalkan ketika mengisi lembar kerja siswa.

(51)

Manfaat dari pendekatan inkuiri ini yaitu hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada siklus dapat dikatakan berhasil karena ada peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa dari siklus I sampai siklus II yaitu skor rata-rata siswa pada siklus I yaitu 72,4 dan pada siklus II skor rata-rata siswa diperoleh 81,6. Dari hasil tersebut diketahui bahwa siswa yang dengan menerapkan pendekatan inkuiri ini siswa mendapatkan nilai di atas KKM.

Pada siklus I masih terdapat tujuh orang siswa atau 25% yang belum tuntas atau belum mencapai nilai KKM. Pada siklus II seluruh siswa atau 100% siswa dapat mencapai nilai KKM.

(52)

59

Alvin Rizky Pratama, 2014

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA DAPAT MEMPENGARUHI BENTUK BENDA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DILAKSANAKAN PADA SISWA KELAS IV SDN 4 CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu A. Simpulan

Berdasasrkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran IPA materi gaya terhadap siswa kelas IV SDN 4 Cibodas tentang

“penerapan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya

dapat mempengaruhi bentuk benda” dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN 4 Cibodas. Pendekatan inkuiri ini menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan menumbuhkan keaktifan siswa. Selain itu peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA materi gaya dapat mempengaruhi bentuk benda dengan penerapan pendekatan inkuiri dari awal hingga akhir dirancang sesuai kebutuhan proses belajar mengajar IPA di kelas IV SDN 4 Cibodas telah memperoleh gambaran mengenai keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang meningkat berdasarkan aktivitas guru dan siswa.

(53)

kelompok menjadi jauh lebih aktif jika dibandingkan dengan membagikan LKS 1 lembar untuk 1 kelompok.

3. Melalui penerapan pendekatan inkuiri pada pembelajaran IPA materi Gaya dapat mempengaruhi bentuk benda dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut didasarkan pada perolehan nilai rata-rata pada akhir setiap siklus pembelajaran yang sangat baik, dimana nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 72,4 dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 81,6.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil temuan-temuan selam penelitian di kelas IV SDN 4 Cibodas, untuk menigkatkan kualitas pembelajaran agar mencapai hasil yang lebih baik, maka peneliti mengajukan beberapa saran diantaranya:

1. Bagi Guru

Sebaiknya guru perlu menerapkan pendekatan inkuiri di dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA karena model ini terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, perencanaan pembelajaran perlu dipersiapkan lebih matang agar pembelajaran berlangsung dengan efektif. Penerapan pendekatan inkuiri juga perlu didukung dengan media yang menunjang agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Guru juga perlu meningkatkan profesionalitasnya agar kualitas pembelajaran meningkat.

2. Bagi Sekolah

Sebaiknya sekolah perlu menerapkan kebijakan yang dapat memacu guru menerapkan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran. Sekolah juga perlu menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran di kelas. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(54)

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 3.1 bagan kegiatan PTK rancangan Kemmis dan McTaggart
Tabel 3.1 Prosedur Penelitian
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik observasi oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam pelajaran), guru bimbingan konseling

Tujuan utama penggunaan strategi literasi dalam pembelajaran adalah untuk membangun pemahaman siswa, keterampilan menulis, dan keterampilan komunikasi secara menyeluruh. Tiga

Buku teks pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VII SMP Kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh pemerintah telah dinyatakan layak dalam pembelajaran, namun dalam

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dalam

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa guru selalu menggunakan penilaian penugasan untuk menilai kompetensi pengetahuan peserta didik. Instrumen penugasan yang

1) Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak berpedoman pada kurikulum tidak akan berjalan dengan

• Peserta didik tidak dibiarkan untuk tidak mengulang-ulang skillnya, langkah ini merupakan antisipasi supaya mereka tidak melupakannya... Cooperative learning mencakup

Berarti yang dinamakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti adalah kegiatan yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang