DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X IPA-2 DI
SMA N 1 TASIKMALAYA) SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh :
Moch Arinal Rifa
1002229
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X IPA-2 di SMA N 1 Tasikmalaya)
Oleh
Mochamad Arinal Rifa
© Mochamad Arinal Rifa Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PTK Pada Siswa Kelas X IPA-2 di SMA N 1 Tasikmalaya)
disetujui dan disahkan oleh dosen pembimbing: Pembimbing I
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP.19630820 198803 1 001
Pembimbing II
Dra. Iim Siti Masyitoh, M.Si. NIP.19620102 198608 2 001
Mengetahui,
1. Ketua :
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP : 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP : 19630820 198803 1 001 3. Penguji :
3.1 Prof. Dr. H. Endang Danial AR, M.Pd, M.Si. NIP : 195000502 197603 1 002
ABSTRAK
Mochamad Arinal Rifa (1002229). PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN
AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X IPA-2 di SMA N 1 Tasikmalaya).
Penelitian ini dilatarbelakangi permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran PKn di Sekolah, yaitu kurangnya antusias belajar pada siswa, kurangnya aktivitas belajar siswa, yang disebabkan kejenuhan dan kebosanan selama proses pembelajaran mata pelajaran PKn, dan belum tercapainya nilai KKM yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan di Kelas X IPA-2 SMA Negeri 1 Tasikmalaya yang berjumlah 38 orang siswa. Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas X IPA-2 SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian adalah 1) Bagaimana perencanaan yang dilakukan guru untuk mempersiapkan model pembelajaran Snowball Throwing pada mata pelajaran PKn?. 2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran melalui model Snowball Throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn?. 3) Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Snowball Throwing? 4) Apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn?. 4) Bagaimana upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing sebagai alat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PKn?. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan pendekatan kualitatif, dengan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari tiga siklus dan empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi serta analisis dan refleksi. Pengumpulan data untuk mendukung kelancaran pada penelitian ini dilaksanakan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu (1) Guru telah melakukan langkah-langkah Snowball Throwing dengan benar, (2) Pelaksanaan pembelajaran sudah baik dan benar sesuai dengan langkah-langkah Snowball Throwing. (3) Telah meningkatnya aktivitas belajar siswa, terlihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dari
ABSTRACT
Mochamad Arinal Rifa (1002229). IMPLEMENTATION OF SNOWBALL
THROWING LEARNING MODEL TO IMPROVE
STUDENTS’LEARNING ACTIVITY IN CIVIC EDUCATION SUBJECT (Class Action Research to 11th Grade Students at SMA N 1 Tasikmalaya).
DAFTAR ISI
ABSTRAK... I KATA PENGANTAR... II UCAPAN TERIMAKASIH... III DAFTAR ISI... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR GAMBAR... IX DAFTAR LAMPIRAN... V
Halaman
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 14
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 17
A. Kajian Pustaka... ... 17
1. Strategi Pembelajaran a. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 17
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Belajar Mengajar ... 18
c. Penerapan Interaksi Belajar Mengajar... 21
2. Hakikat dan Teori Belajar dalam Pembelajaran PKn... 22
a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran... 22
b. Teori Belajar dalam Pembelajaran PKn... 24
3. Model-model Pembelajaran ... 27
a. Pengertian Model Pembelajaran ... 27
b. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model pembelajaran ... 29
c. Ciri-ciri Model pembelajaran ... 32
4. Model Pembelajaran Snowball Throwing... 33
a. Pengertian Model Snowball Throwing……… 33
c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Snowball Throwing………. 35
B. Hasil Penelitian Terdahulu... ... 36
C. Kerangka Pemikiran... 38
D. Hipotesis ... 46
BAB III METODE PENELITIAN ... 47
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 48
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 48
C. Definisi Operasional ... 54
D. Prosedur Penelitian ... 57
E. Teknik Penelitian ... 58
F. Teknik Pengolahan Data ... 61
G. Teknik Analisis dan Validasi Data…....………... BAB IV HASIL PENELITIAN ... 66
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 66
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72
1. Kondisi Pra Pembelajaran... . 72
2. Tindakan Siklus I... ... 79
a. Perencanaan Tindakan Siklus I... .. 79
b. Deskripsi Tindakan Siklus I... .. 81
c. Observasi dan Pengamatan Tindakan Siklus I... .. 85
d. Refleksi Tindakan Siklus I... .. 96
3. Tindakan Siklus II... . 98
a. Perencanaan Tindakan Siklus II... . 98
b. Deskripsi Tindakan Siklus II... .. 100
c. Observasi dan Pengamatan Tindakan Siklus II... . 102
d. Refleksi Tindakan Siklus II... . 113
4. Tindakan Siklus III... .. 116
a. Perencanaan Tindakan Siklus III... .. 116
b. Deskripsi Tindakan Siklus III... .. 117
c. Observasi dan Pengamatan Tindakan Siklus III... .. 119
d. Refleksi Tindakan Siklus III... .. 131
C. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas dengan Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan…... ... 133
2. Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan... ... 134
3. Kendala dalam Menerapkan Model Snowball Throwing... ... 146
4. Upaya dalam Mengatasi Kendala Menerapkan Model Snowball Throwing... . 139
5. Temuan Hasil Penelitian... ... 148
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 150
A. Kesimpulan... 150
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Daftar Rata-rata Nilai PKn Ujian Semester 1... 9
3.1 Klasifikasi Kegiatan Guru dan Siswa... 57
4.1 Jumlah Peserta didik dan Ruangan... 69
4.2 Fasilitas dan Perlengkapan Sekolah... 69
4.3 Hasil Observasi Awal... ... 75
4.4 Nama-nama Anggota kelompok... 82
4.5 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Ke-1... 85
4.6 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus Penelitian dan Penilian Terhadap Guru Pada Siklus Ke-I... 88
4.7 Hasil Observasi Kegiatan Siwa Pada Siklus Ke-1... 90
4.8 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus Penelitian dan Penilian Terhadap Siswa Pada Siklus Ke-I.... 92
4.9 Daftar Nilai Tes Kelompok Siklus Ke-1... 94
4.10 Hasil Tes Individu Siklus Ke-1... 94
4.12 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus
Penelitian dan Penilian Terhadap Guru Pada Siklus Ke-II.... 106
4.13 Hasil Observasi Kegiatan Siwa Pada Siklus Ke-II... 108
4.14 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus
Penelitian dan Penilian Terhadap Siswa Pada Siklus Ke-II... 109
4.15 Daftar Nilai Tes Kelompok Siklus Ke-II... 112
4.16 Hasil Tes Individu Siklus Ke-II... 113
4.17 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Ke-III... 120
4.18 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus
Penelitian dan Penilian Terhadap Guru Pada Siklus Ke-III... 123
4.19 Hasil Observasi Kegiatan Siwa Pada Siklus Ke III... 125
4.20 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus
Penelitian dan Penilian Terhadap Siswa Pada Siklus Ke-III.... 126
4.21 Daftar Nilai Tes Kelompok Siklus Ke-III... 129
4.22 Hasil Tes Individu Siklus Ke-III... 130
4.23 Hasil Tes Observasi Awal... 133
4.24 Format Perbandingan Hasil Observasi Pelaksanaan
Pembelajaran Dengan Fokus Penelitian dan Penilian
Terhadap Guru Pada Siklus Ke-I, II, dan III... 136
4.25 Perbandingan Hasil Aktivitas Belajar Siswa Pada
Pembelajaran PKn Dalam Tiap Siklus... 140
4.26 Perbandingan Nilai Kelompok Antara Tindakan
Ke-I, II dan III... 144
4.27 Perbandingan Perolehan Nilai Data Awal dan Tes
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Guru adalah faktor penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran yang
berkualitas. Sehingga berhasil tidaknya pendidikan mencapai tujuan selalu
dihubungkan dengan kiprah para guru. Oleh karena itu, usaha-usaha yang
dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan hendaknya dimulai dari
peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas diantaranya adalah mengetahui
dan mengerti peran dan fungsinya dalam proses pembelajaran. Peran guru
menurut Mukmin Ummil (2013)
sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan peserta didik agar menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
Dari kutipan diatas tugas-tugas tersebut berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik untuk memperoleh pengalaman
menjadi pribadi yang dewasa. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik
dan pembina peserta didik. Guru sebagai penanggung jawab kedisiplinan peserta
didik harus mengontrol setiap aktivitas peserta didik agar tingkah lakunya tidak
menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Sebagaimana dikemukakan oleh
WF Connell 1972 (Ummil Mukmin 2013)
http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/10/how-to-be-a-teacher kontradik
sikarakter-guru-sebagai-pengajar-dan-pendidik-518345.html) mengemukakan
Membedakan tujuh peran seorang guru yaitu pendidik (nurturer), model, pengajar dan pembimbing, pelajar (learner), komunikator terhadap masyarakat setempat, pekerja administrasi, serta kesetiaan terhadap lembaga.
Selain berperan sebagai pendidik, guru berperan sebagai model atau
teladan bagi peserta didiknya. Setiap peserta didik mengharapkan guru mereka
dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik
baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan
norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar
negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus
selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Guru sebagai Pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan
bantuan kepada peserta didik dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas
ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan pengetahuan,
tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai
para peserta didik. Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru,
kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam
berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran,
peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu
menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut untuk
memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping
menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Seperti yang dikemukana
pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2 dikatakan
Guru sebagai pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Berdasarkan kutipan diatas jelas bahwa guru prosesional adalah guru yang
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, diantaranya menyusun
(RPP) adalah sebuah keharusan sebagai pendidik, seperti yang dituntut sebagai
guru professional menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal
39 Ayat 2. Dengan dasar ini (RPP) wajib dibuat oleh guru pada saat melaksanakan
pembelajaran.
Guru sebagai pelajar (learner) dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan
yang selalu berkembang dan selalu belajar hal-hal baru untuk menambah
pengetahuanya, karena memiliki pengetahuan terbatas, dan harus mampu
mengadaptasi kemajuan teknologi. Oleh karena itu peran guru adalah sebagai
pelajar (leaner) jadi selain guru mendidik peserta didiknya guru juga belajar dari
perkembangan ilmu yang tidak terbatas, dan seorang guru dituntut untuk selalu
menambah pengetahuan dan keterampilan agar pengetahuan dan keterampilan
yang dimilikinya luas. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya
terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas
profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan. Guru
harus mengembangkan ilmu dibidang yang lain karena semua pengetahuan akan
membuat guru menjadi lebih cerdas serta mempunyai pemikiran yang lebih
global.
Peran Guru sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang
akan disampaikan kepada peserta didik atau komunikasikan kepada peserta didik.
Guru juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung
(tatap muka) atau tidak langsung melalui penggunaan media. Guru harus
menentukan tujuan komunikasi atau maksud dari pesan agar terjadi dampak
(effect) pada peseta didik sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kegiatan
pembelajaran, tugas guru adalah membantu peseta didik mencapai tujuannya,
dengan maksud bahwa agar guru lebih banyak memberi penjelasan kepada peserta
didik daripada sekedar memberi informasi saja
Peran guru sebagai pengelola kelas dimana dalam kegiatan pembelajaran
berlangsung interaksi yang mengandung unsur-unsur manusiawi, dengan kata lain
guru berusaha mengatur lingkungan belajar untuk memotivasi sehingga
pembelajaran berlangsung optimal dan kondusif bagi peserta didik. Dengan teori
dan pengalaman yang dimiliki oleh guru maka guru semakin professional dalam
memilih metoda sebagai sarana interaksi pembelajaran, seperti yang dikemukakan
Bahwa:“salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar” (Jamarah, 2006:72).
Peran guru sebagai pekerja administrasi adalah guru yang dituntut untuk
membuat persiapan pembelajaran, guru harus berhasil menyelenggarakan proses
pendidikan dan pembelajaran. Setiap guru harus menyusun skenario
pembelajarannya sehingga dapat menyampaikan materi. Tanpa skenario
pembelajaran, proses belajar tidak dapat diselenggarakan secara sistematis,
tentunya hal itu sangat mengkhawatirkan. Seperti yang sudah tertulis pada
Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah bahwa:
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dari kutipan diatas jelas bahwa tugas guru sebagai pekerja administrasi
bukan hanya bersifat struktural saja akan tetapi guru diharuskan mempersiapkan
RPP yang sangat penting dan harus dipenuhi oleh guru sebelum melaksanakan
Proses Belajar Mengajar (PBM), karena dalam prangkat RPP telah diperjelas
mengenai tujuan instruksional, perencanaan bahan, perencanan alat, metode, dan
prosedur-prosedur pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut.
Peran guru terhadap kesetiaan (loyality) berguna bagi lembaga yang
diarahkan oleh harapan dan tugas yang guru kelola, bukan oleh preferensi pribadi.
Oleh karena itu peran guru sangat menunjang dari kemajuan lembaga yang
dikelolanya. Guru harus setia terhadap lembaga, saat ini banyak guru tidak mau
untuk ditempatkan di daerah terpencil, seharusnya itu tidak terjadi. Guru sebagai
profesi yang menekankan pada kesetiaan pada lembaga, loyal pada negara,
seharusnya guru mematuhi, karena untuk kepentingan lembaga dan negara.
Seorang guru diharapkan dapat membantu pengajar lain yang memerlukan
bantuan dalam mengembangkan kemampuannya, bantuan itu dapat secara
langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
Untuk dapat mengimbangi pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka
dunia pendidikan pun harus mengalami suatu perkembangan, terutama dalam
pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Seorang guru dituntut untuk
profesional dibidangnya, dalam arti bertanggungjawab, berdedikasi dan
berdisiplin sesuai dengan tingkat profesionalisme terhadap siswanya. Guru yang
profesional adalah guru yang memiliki kemapuan dalam bidang keguruan
sehinggga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru
dengan kemampuan maksimal untuk mendampingi siswa dalam belajar. Kunandar
Guru yang profesioanal adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan professional, baik yang bersifat pribadi, sosial maupun akademis.
Guru harus berupaya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak peserta didik untuk
belajar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri. Karena setiap peserta
didik secara potensial pasti berbakat tetapi ia mewujudkannya dengan cara
yang berbeda-beda. Setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang unik, dan
setiap peserta didik memiliki tingkat pemahaman yang berbeda dalam
belajarnya. Dengan demikian peranan guru tidak hanya terbatas pada
pemberian motivasi kepada peserta didik agar ia dapat mencapai tingkat berpikir
tertinggi, namun peserta didik sendiri harus berupaya untuk mencapai tingkatan
tertinggi dengan cara, kemampuan dan gaya belajarnya sendiri.
Terdapat anggapan umum bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
merupakan mata pelajaran yang mudah sehingga tidak perlu dirisaukan
kesanggupan peserta didik untuk menguasainya. Berdasarkan Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pada Bab X tentang Kurikulum,
khususnya pasal 37 ( 2 ) yang menegaskan bahwa “Kurikulum Pendidikan Tinggi
wajib memuat: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn ), Bahasa”. Namun kenyataan tidak semua peserta didik menunjukkan hasil belajar yang memuaskan, dan belum mampu membangun sikap demokratis. Selain
bersikap demokratis peserta didik dituntut untuk bersikap positif sebagai seorang
warga negara seperti yang tercantum dalam tujuan dari pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan seperti yang dikemukakan menurut Maftuh dan Sapriya
(2005:30) bahwa:
yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (civics responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Dari kutipan diatas jelas bahwa tujuan pembelajaran Pkn sangat perlu
untuk bisa berkembang secara positif dan demokratis, serta berpikir secara kritis,
rasional, dan kreatif dalam menghadapi berbagai masalah kewarganegaraan
Proses meningkatkan aktivitas belajar siswa, mempertahankan minat
belajar dan mengontrol minat belajar menjadi bagian yang sangat penting dalam
proses Kegiatan Belajar Mengajar. Untuk menguasai materi pelajaran maka
dituntut adanya aktivitas dari siswa yang bukan hanya sekedar mengingat, tetapi
lebih dari itu yakni memahami, mengaplikasikan, mensistesis, dan mengevaluasi
bahan pelajaran. Pendidikan Kewarganegaraan harus memiliki kemampuan
memilih, menentukan sekaligus mengunakan metode pembelajaran yang dapat
memacu partisipasi aktif siswa, atau dengan kata lain dapat menciptakan kegiatan
bealajar megajar (KBM) yang bervariatif, kreatif dan menyenangkan. Berkaitan
dengan peranan guru ini Kosasih Djahiri (1985:28) mengemukakan bahwa:
Guru harus memiliki strategi yang merupakan sejumlah metode/cara atau pola dalam mencapai atau melaksanakan sesuatu atau dalam mengajar sesuatu. Dan gurupun harus menguasai metode mengajar serta dapat menggunakan pendekatan-pendekatan yang baik.
Pembelajaran PKn diharapkan akan mampu membentuk peserta didik
yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan
yang akan dihadapi. Namun, dengan metode konvensional yaitu metode ceramah
dan mengharapkan peserta didik duduk, diam, dengar, catat dan hafal, sehingga
menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi monoton dan kurang
menarik perhatian peserta didik. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan
Kewarganegaraan. Akibatnya nilai akhir yang dicapai peserta didik tidak seperti
yang diharapkan. Seperti yang telah di utarakan oleh Wrightman, 1977 dalam Uzer Usman (2008:4) bahwa “peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta
berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.”
Dalam menghadapi permasalahan tersebut dalam pembelajaran PKn,
dibutuhkan cara untuk dapat memecahkannya. Baik dengan metode, model
maupun media pembelajaran digunakannya, atau dengan menggabungkan model
pembelajaran yang digunakan sebagai alat evaluasi. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menarik perhatian peserta didik agar peserta didik lebih
memahami materi atau konsep yang dijelaskan sehingga kreatifitas peserta didik
dapat tumbuh dalam proses belajar mengajar.
Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas,
kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sadirman (2004: 95) berpendapat bahwa ”belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.
Senada dengan hal di atas, Gie 1985: 6 (Sufirman 2013;4) mengemukakan
bahwa:
Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar ada-lah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang di-lakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya ter-gantung pada sedikit banyaknya perubahan.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat
penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadirman (2004: 99) bahwa:
belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan se-gala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga
menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu
melakukan kegiatan.
Pada umumnya peserta didik hanya menghapal suatu materi atau konsep
saja sehingga mereka tidak memahami apa inti dari materi tersebut. Padahal
dengan memahami materi atau konsep yang dijelaskan, maka peserta didik dapat
lebih menggali pengetahuan mereka dan dapat mengambil contoh dengan
mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi. Belajar dengan menghafalkan kalimat
lengkap tidak akan efektif, di samping bahasa yang digunakan menggunakan
gaya bahasa penulis sehingga peserta didik akan mudah lupa dengan materi
yang disajikan. Namun apabila peserta didik memahami materi dengan
menggunakan bahasanya sendiri, maka pembelajaran akan lebih bermakna,
karena peserta didik dapat menemukan inti dari materi tersebut, sehingga
peserta didik aktif dalam pembelajaran di kelas dan tidak hanya menunggu
penyempaian materi dari guru saja.
Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama
pra-penelitian di kelas X IPA-2 SMA Negeri 1 Tasikmalaya ditemukan persoalan
yang mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Salah satunya
adalah rendahnya keaktifan peserta didik pada saat proses belajar mengajar. Hal
tersebut ditunjukan dengan sikap peserta didik yang lebih banyak pasif di kelas
selama proses pembelajaran. Sikap pasif peserta didik pada saat pembelajaran
pertanyaan-pertanyaan, namun peserta didik tidak ada yang berinisiatif menjawab.
Kemudian guru melakukan stimulus dengan menunjuk beberapa orang peserta
didik untuk menjawab pertanyaan yang guru sampaikan, namun peserta didik
tersebut hanya diam saja atau jawaban yang diberikannya adalah tidak tahu.
Karena tidak ada peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dari guru baik
dengan inisiatif sendiri maupun setelah ditunjuk oleh guru maka langkah
selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah meminta siswa untuk bertanya
tentang materi yang belum dipahami, namun peserta didik kelas X IPA-2 diam
saja dan tidak bertanya. Keterlibatan peserta didik yang rendah pada saat proses
belajar tersebut menunjukan rendahnya aktivitas belajar siswa di kelas.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas jarang sekali
mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, apalagi mengajukan saran,
karena aktivitas belajar siswa yang rendah itu, hasil belajar yang diperoleh juga
menjadi rendah. Hal ini dapat kita lihat dari nilai rata-rata hasil ujian semester 1
kelas X IPA-2 tahun pelajaran 2012/2013, seperti yang dapat kita lihat pada tabel
berikut:
Tabel: 1.1
Daftar Rata-rata Nilai PKn Ujian Semester 1 Siswa Kelas X SMA N 1
Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/2013
No. Kelas Rata-rata nilai Pkn semester 1
1 X IPA-1 74
2 X IPA-2 73
3 X IPA-3 75
4 X IPA-4 76
6 X IPA-6 78
7 X IPA-7 79
8 X IPA-8 75
Sumber: Data Sekunder Nilai PKn SMA Negeri 1 Tasikmalaya
Rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain rendahnya perhatian peserta didik dalam mengikuti pelajaran PKn.
Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab,
sehingga siswa tidak termotivasi untuk mengembangkan kemampuan berfikir
kreatif.
Memperhatikan permasalahan diatas, sudah selayaknya dalam
pembelajaran PKn dilakukan suatu inovasi. Jika dalam pembelajaran yang terjadi
sebagian besar dilakukan oleh guru yang hanya menerapkan metode ceramah
sehingga peserta didik hanya menerima materi yang diberikan oleh guru, maka
dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan aktivitas peserta didik
melalui model pembelajaran snowball throwing yang digunakan sebagai alat
evaluasi untuk mengukur sejauh mana peserta didik dapat memahami materi yang
telah disampaikan oleh gurunya. Model Pembelajaran snowball throwing
merupakan salah satu metode cooperative learning. Menurut Saminanto (2010:37) bahwa “Metode Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju”.
Penerapan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat evaluasi
pembelajaran dimaksudkan agar peserta didik dapat belajar tidak hanya
menggunakan metode pembelajaran ceramah yang berpusat pada guru, sehingga
siswa turut aktif dalam pembelajaran di kelas. Karena evaluasi tidak hanya dapat
dilakukan dalam bentuk ujian tulis namun juga dalam bentuk evaluasi atas proses
evaluasi dapat mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar secara terus
menerus, dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas
proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas
dan kualitas manajemen sekolah. Maka didalam pembelajaran dibutuhkan guru
yang tidak hanya mampu mengajar dengan baik tetapi juga mampu melakukan
evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program
pembelajaran perlu lebih dioptimalkan sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Aktivitas sangat penting dan diperlukan dalam belajar. Sebab pada
prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengkonstuksikan konsep-
konsep, atau melakukan suatu kegiatan. Pembelajaran saat ini diharapkan lebih
dari sekedar mengaktifkan siswa belajar, guru harus berusaha meningkatkan kadar
aktivitas belajar tersebut. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas
yang sangat penting didalam interaksi pembelajaran.Sardiman (2010: 26) menyatakan bahwa dalam “Belajar sangat diperlukan adanya aktivitas”.
Sejalan dengan pendapat diatas pentingnya aktivitas dalam pembelajaran,
bahwa aktivitas dalam proses pembelajaran PKn sangat penting, dengan adanya
aktivitas belajar maka akan adanya asimilasi kognitif, akomodasi kognitif,
feedback (balikan) dan direcperformance nilai-nilai. Dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan aktivitas belajar yang dimaksud sangat penting
untuk ditingkatkan, mengingat tujuan dari pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan yang di amanatkan oleh Pancasila dalam UUD 1945 (BSNP
KTSP 2006 : 271) ialah: berpikir secara kritis, rasional dan kreatif, berpartisipasi
aktif dan bertanggung jawab serta dapat berinteraksi dengan individu lain.
Beberapa tujuan tersebut dapat tercapai apabila terjadi aktivitas belajar di dalam
kelas.
ada di kelas X IPA-2 SMA N 1 Tasikmalaya siswa cenderung pasif dan kurang
beraktivitas untuk melakukan kegiatan belajar, salah satunya karena penerapan
metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang sesuai dengan anak,
materi dan situasi yang ada. Guru dalam penyampaian materi biasanya
menggunakan metode ceramah dan dalam penyampaiannya masih kurang
bervariasi. Sehingga siswa merasa bosan dan tidak termotivasi untuk belajar.Hal
ini dapat kita lihat kenyatannya bahwa dalam belajar murid tampak kelihatan
diam dan kurang beraktivitas dalam belajar baik aktivitas fisik, mental dan
emosional yang masih rendah.
Untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan maka perlu
dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Para guru perlu berusaha dalam menyajikan materi pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan menyusun dan menerapkan berbagai
metode pembelajaran bervariasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar
yang implikasinya pada meningkatnya aktivitas belajar siswa. Salah satunya
adalah guru menerapkan metode pembelajaran snowball throwing dalam
pembelajaran pendidikan
Penerapan model pembelajaran snowball throwing diharapkan dapat
mengukur tingkat keaktifan dan pemahaman peserta didik mengenai materi yang
telah dijelaskan oleh guru. Dengan demikian guru dapat mengetahui sejauh
mana peserta didik tersebut telah memahami materi yang telah diberikan. Selain
itu, dengan penerapan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat
evaluasi dapat mengukur pemahaman peserta didik secara lebih objektif dan
dapat langsung diketahui materi mana yang masih perlu diperbaiki.
Dengan penerapan model pembelajaran snowball throwing yang
peserta didik untuk memperhatikan materi yang sedang dijelaskan oleh guru dan
memahaminya dan dapat menuntun peserta didik untuk berani bertanya terhadap
materi yang masih belum dimengerti olehnya.
Maka berdasarkan pemikiran tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul “PENERAPAN MODEL SNOWBALL
THROWING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN” (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas X IPA-2 SMA N 1 Tasikmalaya)
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah penulis kemukakan di
atas, terdapat masalah dalam pembelajaran PKn berupa rendahnya aktivitas
belajar siswa terhadap materi dalam pembelajaran PKn, maka didapatkan rumusan
masalah yang dapat dipecahkan melalui penerapan model snowball throwing.
Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian masalah pokok tersebut maka
peneliti mengidentifikasi dalam beberapa submasalah sebagai berikut:
2. Rumusan Masalah
1) Rumusan Masalah Umum
Bagaimana penerapan model Snowball Throwing dalam meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Sehingga dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan yang diharapkan.
2) Rumusan Masalah Khusus
Masalah khusus yang diangkat dalam penelitian ini yaitu :
a) Bagaimana perencanaan yang dilakukan guru untuk mempersiapkan
b) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan selama proses
pembelajaran melalui model snowball throwing dalam meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn?
c) Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan
model pembelajaran Snowball Throwing?
d) Apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan model pembelajaran
snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada
mata pelajaran PKn?.
e) Bagaimana upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam
menerapkan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PKn?.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian
ini yaitu :
1) Tujuan Umum
Secara keseluruhan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau
memperoleh gambaran secara faktual mengenai penerapan model
pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar
siswa terhadap mata pelajaran PKn. Serta diharapkan dapat memberikan
masukan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran PKn.
2) Tujuan Khusus
Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk :
a) Mengetahui bagaimana perencanaan yang dilakukan guru untuk
mempersiapkan model snowball throwing dalam meningkatkan
b) Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
selama proses pembelajaran melalui model snowball throwing dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
c) Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan
model pembelajaran Snowball Throwing.
d) Mengetahui apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan model
pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar
siswa pada mata pelajaran PKn.
e) Mengetahui upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam
menerapkan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.
D. Manfaat Penelitian
Berangkat dari pokok permasalahan yang diambil oleh penulis, maka akan
didapat manfaat atau kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian tindakan kelas ini adalah diharapkan dapat
memberi masukan bagi pembelajaran PKn agar dalam pembelajaran PKn
tidak identik dengan metode ceramah dalam proses pembelajaran di kelas.
Serta dalam pembelajaran PKn dapat menerapkan lebih dari satu model
pembelajaran supaya siswa tidak merasa jenuh dengan mata pelajaran
tersebut.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Peneliti
Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi pengalaman
bagi peneliti untuk dapat meneliti dengan lebih baik lagi. Serta untuk dapat
b) Bagi Sekolah
1) Memajukan kualitas pendidikan dengan mengembangkan
metode-metode pembelajaran untuk memenuhi harapan siswa,
guru maupun masyarakat.
2) Meningkatkan makna bekerja sama antara guru-guru di sekolah.
3) Sebagai masukan untuk bahan pertimbangan bagi peningkatan
kualitas pembelajaran PKn dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di SMAN 1 Tasikmalaya.
c. Bagi Guru
1) Sebagai bahan masukan guru untuk menerapkan model
pembelajaran snowball throwing sebagai alat evaluasi agar
dapat meningkatkan pembelajaran di kelas.
2) Membantu memberikan informasi peningkatan kemampuan siswa.
3) Agar dapat memahami berbagai macam permasalahan yang terjadi
di kelas.
4) Dapat meningkatkan minat guru untuk melakukan tindakan kelas.
d. Bagi Siswa
1) Melatih siswa untuk mengemukakan pertanyaan terhadap materi
yang masih belum di pahami.
2) Membelajarkan siswa untuk belajar dari pengalaman, sehingga
diharapkan dapat bertanggung jawab pada diri sendiri dan
kelompok.
3) Meningkatkan pemahaman materi sehingga tidak hanya belajar dari
media dan metode yang sama.
4) Meningkatkan kompetensi antar kelompok
e. Bagi PKn
2) Meningkatkan minat untuk melakukan penelitian di beberapa
tempat.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Adapun penjabarannya adalah Struktur organisasi skripsi ini berisi rincian
tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian demi bagian dalam skripsi.
Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan bagian awal dari skripsi, yang
berisi enam bagian yaitu latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan
masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan struktur organisasi skripsi.Bab
II menjelaskan kajian pustaka yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti.
Bagian bab II terdiri dari tiga sub subbab utama yaitu tinjauan mengenai
Pendidikan Kewarganegaraan, tinjauan mengenai model pembelajaran
cooperative learning tipe cooperative script, dan tinjauan mengenai pemahaman
konsep.
Bab III berisi penjabaran mengenai metode penelitian dan
komponen-komponen lainnya seperti lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode
penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik pengumpulan data
dan teknik analisis data.
Bab IV merupakan bab yang memaparkan hasil penelitian dan
pembahasan., terdiri dari dua hal utama, yakni hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V merupakan bab terakhir yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan
peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Bab V terdiri dari dua bagian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi
Adapun yang menjadi lokasi atas penelitian yang penulis teliti adalah
SMA 1 Tasikmalaya yang berlokasi di jalan Jl. Rumah Sakit No.28, Kota
Tasikmalaya, Jawa Barat,. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini yakni
atas dasar pertimbangan sebagai berikut:
a) Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh informasi bahwa di SMA 1
Tasikmalaya kelas X IPA-2 mempunyai beberapa masalah yang ditemukan
dalam proses pembelajaran menyangkut rendahnya tingkat aktivitas siswa
dalam pembelajaran PKn.
b) Adanya keterbukaan dari pihak sekolah terutama guru mata pelajaran PKn
terhadap penelitian yang akan dilaksanakan.
c) Sekolah tersebut merupakan tempat peneliti terdahulu, sehingga dengan
pemilihan sekolah tersebut diharapkan akan lebih mempermudah dalam
proses penelitian yang akan dilaksanakan.
2. Subjek Penelitian
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah:
a) Guru mata pelajaran PKn kelas X IPA-2 di SMA 1 Tasikmalaya. Hal ini
didasarkan bahwa guru sebagai pihak yang dapat memberikan informasi
berkenaan dengan model pembelajaran snowball throwing dalam upaya
b) Siswa-siswi kelas X-2 SMA 1 Tasikmalaya. Pemilihan kelas X IPA-2 sebagai
subjek dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kelas
tersebut mempunyai masalah sesuai dengan identifikasi masalah yang
dipaparkan, sebagian siswa di kelas tersebut pasif atau kurang melibatkan diri
dalam setiap kegiatan pembelajaran PKn sehingga tingkat keaktifannya
dinilai rendah.
B. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Sehubungan dengan masalah yang akan diteliti dalam penelitian tindakan
kelas memerlukan pengamatan dan penelitian yang mendalam, maka penedekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Moleong
(2008:8) mengemukakan tentang penelitian kualitataif sebagai berikut:
penelitain kualitataif itu berakar pada latar ilmiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif. Mengandalkan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.
Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua
alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan
sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua pemilihan
pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah
data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar
alamiahnya.
Nasution (1998:5) mengemukakan bahwa “Penelitian kualitatif pda
dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang
dunia sekitarnya”. Pendekatan kualitatif mempunyai adabtabilitas yang tinggi,
sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa dapat menyesuaikan diri
dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.
Penelitian yang digunakan penulis lebih bersifat deskriptif. Pernyataan itu
sejalan dengan pendapatnya Bogdan dan Taylor yang dikutif oleh Moleong
(2005:4) menegemukakan bahwa “Penelitian kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis ataupun
lisan dari orang dan pelaku yang diamati”. Oleh karena itu penelitian ini bersifat deskriptif, maka penulis lebih memfokuskan penelitian ini pada masalah yang
aktual untuk memeberikan pemahaman yang berarti sehingga menimbulkan
pemikiran-pemikiran yang kritis.
Selain menggunakan pendekatan kualitatif, juga diperlukan pendekatan
kuantitatif. Mengenai pendekatan kuantitatif, Sugiyono (2009: 7) mengemukakan
bahwa: “data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis memggunakan
statistik”. Angka-angka tersebut diperoleh dari kuisioner/daftar gejala kontinum (skala sikap) dengan cara penskoran. Kemudian, analisis data kuantitatif disisni,
hanyalah statistik sederhana yaitu mempresentasekan penigkatan aktivitas siswa
terhadap konsep dari siklus satu ke siklus berikutnya.
2. Metode Penelitian
Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian
dengan menggunakan teknik dan alat tetentu. Sedang metode penelitian adalah
satu cara untuk meperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang
dihadapi, Metode penelitian merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian
karena hal itu sangat menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian terutama
Metode yang digunkan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (classroom action research). Arikunto (2008:3) menyatakan bahwa
“Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada dasarnya merupakan suatu
peneliyian berulang atau siklus. Siklus dalam PTK diawali dengan perencanaan
tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan
mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evalution), dan
melakukan refleksi (reflecting).
PTK berguna untuk meningkatkan dan memperbaiki layanan penedidikan
dalam konteks pembelajaran dikelas. Atas dasar itulah, penulis memilih metode
ini, karena metode peneliyian ini membantu penulis dalam memperoleh informasi
yang lebih mendalam dengan melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah
yang ada.
a. Prosedur Penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Desain penelitian yang digunakan adalah desain model Kemmis dan
Taggart dengan maksimal tiga siklus penelitian. Semua kegiatan ini dilakukan
pada tahap perencanaan (plan). Pada tahap tindakan (act) dan tahap pengamatan
(observe) mulai dilakukan penerapan model snowball throwing dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajarana PKn. Selain itu,
dilakukan tahap refleksi (reflect) untuk mencari permasalahan apa saja yang ada.
Dalam hal ini, proses pembelajaran. Selanjutnya dilakukan lagi perencanaan
Gambar 3.1
Model Spiral Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Teggart.
Seperti yang telah disinggung pada bagian metode penelitian, Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan oleh penulis adalah PTK berbentuk
daur ulang atau siklus yang mengacu pada Model Kemmis dan Taggart (Hopkins,
1993:48) yang dikutip oleh Wiriaatmaja (2008:66). satu siklus atau putaran terdiri
atas empat komponen. Keempat komponen tersebut adalah : (a) Perencanaan (
planning) , (b) tindakan ( acting ); (c) Observasi ( observation ), dan (d) refleksi (
Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali
sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Berdasarkan temuan dan refleksi awal
pada saat orientasi terhadap pelaksaan pembelajaran PKn, maka pelaksaan
program tindakan dalam penerepana model pembelajaran Snowball Throwing
yamg dilakukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan tindakan (planning)
Perencanaan adalah menyusun rencana tindakan dan penelitian yang akan
dilaksanakan. Perencanaan ini dibuat sesudah penulis menyikapi kondisi siswa,
fakta yang terjadi melalui proses inkuiri bersama guru mitra. Hal ini dimaksudkan
untuk menggali keadaan yang terjadi, sehingga dapat menentukan strategi apa
yang diterapkan guru dalam pembelajaran.
Perencanaan tindakan dilakukan secara kolaboratif atau bersama0sam
antara penulis dan guru mitra tentang topik kajian, waktu dan tempat observasi.
Perencanaan program tindakan dilakukan dengan mempertimbangkan situasi
kelas sosial yakni sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, bahwa rencana
program tindakan berkembang dan berubah sesuai dengan tuntutan situasi
lapanagan.
2) Pelaksaan Tindakan (acting)
Pelaksanaan yaitu praktek pembelajaran yang nyata berdasarkan rencana
yang disususn secara bersam sebelumnya. Terkadang perubahan harus
dilaksanakan tatkala kondisi kelas memerlukannya. Tindakan ini bertujuan untuk
memperbaiki keadaan, meningkatkan kualitasatau mencari solusi permasalahan.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menetapkan model
pada mata pelajaran PKn sesuai rencana dan persiapan yang telah dibuat untuk
setiap siklusnya.
3) Refleksi (reflecting) dan Revisi (revised) (1) Refleksi (reflecting)
Pada tahan refleksi, penulis dan guru mitra secara kolaboratif
merenungkan kembali tentang rencana dan pelaksaan tindakan yang telah
dilakukan berdasarkan hasil analisis terhadap data, proses dan hasil pelaksaan
tindakan yang telah dikerjakan.
(2) Revisi (revised)
Pada tahap revisi, berdasarkan hasil kajian dan refleksi terhadap pelaksaan
program tindakan, sesuai dengan rancangan program tindakan yang telah
ditetapkan, penulis dan guru mitra secara kolaboratif dan partisifatif melakukan
revisi terhadap program rencana tindakan yang telah disususn dan ditetapkan
sebelumnya. Revisi ini dimaksud untuk melihat kekurangan-kekurangan dalam
pembelajaran dan melakukan perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan
program tindakan yang telah dilakukan serta sebagai dasar penyusunan rencana
program tindakan selanjutnya.
4) Diskusi Balikan (feedback discussion)
Diskusi balikan atau refleksi kolaboratif antara penulis dan guru mitra
terhadap hasil observasi berlangsung secara cermat dan sistematis didalam catatan
lapangan (field note) terhadap pelaksaan tindakan. Hasil selanjutnya didiskusikan
bersama direfleksi, recek dan reinterpretasi. Temuan yang diperoleh dan
disepakati, kemudian dijadikan acuan bagi perumusan rencana pengembangan
C. Definisi Operasional
Definisi operasional perlu dirumuskan untuk menghindari terjadinya
kesalahpahaman antara pembaca dan penulis tentang berbagai pengertian yang
ada dalam penelitian ini.
1. Model Pembelajaran Snowball Trowing
Model snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). snowball throwing
yang menurut asal katanya berarti „bola salju bergulir‟ dapat diartikan sebagai
model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang
digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara
sesama anggota kelompok. (Santoso, 2011).
Dalam kegiatan pembelajaran snowball throwing, siswa belajar bekerja
sama, bergotong-royong, berperan aktif saat pembelajaran yaitu siswa
mengajukan pertanyaan dan mencari atau menjawab pertanyaan dari sesame
temannya. Seperti yang diungkapkan oleh Komalasari (dalam Hayardin: 2011)
menyatakan bahwa model pembelajaran ini menggali potensi kepemimpinan
murid dalam kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang
dipadukan melalui permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju.
Dengan kegiatan bertanya dan menjawab pertanyaan siswa terdorong untuk
mencari tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut materi
pembelajaran dan siswa pun dapat memperoleh pengetahuan baru setelah
pembelajaran.
Metode snowball throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik
bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang
salju (snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode
yang dikemas dalam sebuah permainan ini membutuhkan kemampuan yang
sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh hampir setiap siswa dalam
mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajarinya.
Model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu metode
yang dapat membangkitkan motivasi siswa dalam bertanya. Metode snowball
throwing dapat mendorong, siswa mengajukan pertanyaan dalam kelompok yang
kemudian dirumuskan dalam secarik kertas. Siswa dapat berani bertanya dengan
dibantu oleh rumusan pertanyaan yang akan dilemparkan kepada sesama teman di
kelompok lain. Metode ini juga dapat menciptakan suasana sangat rileks,
menyenangkan dan tidak menakutkan untuk mengajukan pertanyaan. Secara tidak
sengaja siswa mampu mengemukakan pertanyaan secara kritis dan sistematis dan
tidak keluar dari materi esensial yang diajarkan. Dengan demikian, penerapan
metode snowball throwing dalam proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas diharapkan dapat meningkatkan partisipasi belajar
siswa terutama pada aktivitas bertanya. Keterampilan bertanya yang cukup
memadai dapat mewujudkan belajar yang berkualitas.
Adapun Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran snowball
throwing yang akan dilaksanakan menurut Suprijono (2010: 128) adalah:
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing- masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
6) Setelah siswa mendapat satu bola atau satu pertanyaan di berikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7) Evaluasi 8) Penutup
2. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah seperangkat kegiatan terutama kegiatan mental
intelektual, dari kegiatan yang sederhana sampai yang paling rumit. Aktivitas
belajar juga dapat diartikan mengembangkan keterampilan dalam proses
memperoleh hasil belajar (Gulo, 2005:78). Proses pembelajaran yang tercantum
dalam kurikulum KTSP adalah proses pembelajaran yang mencerminkan
komunikasi dua arah, tidak semata-mata pemberian informasi searah dari pihak
guru. Jika proses pembelajaran yang mencerminkan komunikas dua arah tercipta,
maka akan terbentuk suatu proses yang berhasil sesuai dengan yang diinginkan.
Adanya keaktifan siswa di kelas merupakan konsekuensi logis dari proses
pembelajaran, artinya keaktifan siswa merupakan tuntutan logis dari hakekat
belajar mengajar. Dengan demikian hakekat mengaktifkan siswa adalah cara atau
usaha untuk mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran.
(Nana Sudjana: 1989)
Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa disini dapat diartikan sebagai
kegiatan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan
intelektual emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan maksud untuk
membelajarkan siswa bagaimana memproses pengetahuan hasil belajarnya berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Selain itu juga dapat disertakan
dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Hal ini terkait langsung dengan
pengertian CBSA (cara belajar siswa aktif) yang menekankan keaktifan siswa
yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2010: 92) bahwa:
dalam tiap metode belajar terdapat bermacam-macam kegiatan, akan tetapi tidak semua metode memberi kegiatan yang sama banyaknya. Pada umumnya metode kuliah atau ceramah tidak menimbulkan aktivitas yang banyak. Namun demikian murid-murid sekali-kali tidak pasif. Mereka harus berusaha menagkap isi, jalan pikiran dan inti ceramah, menafsirkanya, menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada, membuat catatan, memikirkannya secara kritis.
Pada dasarnya pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Bisa
dibayangkan dalam pengajaran tradisional terdapat asas aktivitas tetapi tetap saja
asas aktivitas tersbut bersifat semu. Munculnya berbagai metode pembelajaran
yang bervariasi sebenarnya tidak langsung dapat mengesampingpingkan
pembelajaran secara tradisisonal (ceramah), pada dasarnya metode ceramah juga
tetap akan selalu diterapkan oleh guru karena bagaimanapun juga guru memegang
peranan penting untuk menjelaskan materi kepada siswa, yang salah satu metode
yang digunakan guru untuk menjelaskan materi yaitu dengan ceramah, yang
diharapkan ceramah yang digunakan disini terdapat timbal baliknya atau dengan
adanya Tanya jawab kepada siswa. Berbagai metode pembelajaran pada dasarnya
menitik beratkan pada asas aktivitas karena dengan siswa belajar sambil bekerja.
Menurut teori aktivitas ini mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
aspek-aspek tingkah laku lainya, serta mengembangkan keterampilan yang
bermakna untuk hidup dimasyarakat.
Penerapan interaksi belajar mengajar sebagai suatu proses mencakup
komponen yang luas. Masing-masing komponen berbeda penerapannya. Seperti
yang dikemukakan oleh vygotsky (1962:59) bahwa:
keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.
Meskipun pada akhirnya siswa akan mempelajari sendiri beberapa konsep
melalui pengalaman sehari-hari, siswa akan jauh lebih berkembang jika
berinteraksi dengan orang lain. Siswa tidak akan pernah mengembangkan
pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain. Beberapa contoh di
bawah ini membantu mengembangkan guru dalam mengembangkan komponen
lainnya yang sesuai dengan situasi dan kondisi belajar mengajar yang dihadapi
adalah (1) pengorganisasian materi (2) penataan kelas (3) penutup, (Etin Solihatin
2012:24). Penerapan interaksi belajar mengajar secara sfesifik di atas
dimaksudkan untuk memberikan gambaran bahwa apa yang dilakukan guru dalam
proses pembelajaran harus direncanakan secara sistematis. Dengan demikian
terdapat hubungan antara komponen pembelajaran dengan proses pembelajaran
D. Prosedur Penelitian
Untuk memudahkan proses penelitian, maka terdapat beberapa tahap
dalam penelitian yang disusun secara sistematis. Tahap tersebut antara lain:
Agar Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis dapat efektif dan efisien
sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis mengacu pada prosedur
penelitian yang terbagi ke dalam dua tahapan penelitian sebagai berikut:
Adapun prosedur perizinan yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada rektor UPI Bandung
melalui jurusan PKn, ditandatangani oleh ketua Jurusan PKn, selanjutnya
diteruskan kepada Dekan FPIPS melalui Pembantu Dekan I untuk
mendapatkan surat rekomendasi.
b. Mengajukan surat izin penelitian ke SUBAG MAWA Fakultas Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial dengan melampirkan foto copy proposal skripsi
yang telah di sahkan oleh kedua pembimbing, tanda bukti pembayaran
SPP, dan foto copy KTM (Kartu Tanda Mahasiswa).
c. Pembantu Dekan I FPIPS mengeluarkan surat rekomendasi permohonan
izin penelitian untuk disampaikan kepada rektor UPI melalui Pembantu
Rektor Bidang Akademik dan Hubungan Internasional.
d. Rektor UPI melalui Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Hubungan
Internasional mengeluarkan surat permohonan izin mengadakan penelitian
untuk disampaikan pada Kepala Sekolah SMAN 1 Tasikmalaya.
e. Setelah mendapatkan izin kemudian peneliti melakukan penelitian di
tempat yang telah ditentukan yaitu SMAN 1 Tasikmalaya.
2. Tahap Pra Penelitian
Langkah-langkah dalam tahap pra penelitian adalah sebagai berikut:
a) Melakukan observasi awal ke sekolah untuk mencari masalah
b) Merumuskan masalah penelitian berdasarkan hasil observasi.
c) Menetapkan lokasi dan subjek penelitian
d) Membuat proposal penelitian.
e) Pengurusan surat izin penelitian.
f) Analisis kurikulum dan jadwal pelajaran.
g) Pembuatan silabus dan skenario pembelajaran (RPP).
h) Koordinasi dengan guru Pkn yang kelasnya akan diteliti.
i) Membuat pedoman wawancara dan observasi
3. Tahap Pelaksanaa Penelitian
Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, dimana peneliti
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk
memecahkan fokus masalah. Penelitian ini berupa penelitian deskriptif terhadap
penelitian tindakan kelas, jadi pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini
mengacu pada tahapan yang ada pada PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi yang dilaksanakan pada kelas X-2 siswa SMAN 1
Tasikmalaya.
E. Teknik Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Agar data-data yang diperoleh relevan dengan permasalahan dalam
penelitian ini, maka diperlukan suatu teknik pengumpulan data. Seperti yan
dikemukakan oleh Usman H, (2006:54) bahwa “teknik pengumpulan data adalah
data-data yang yang dikumpulkan dengan teknik tertentu”. Adapun
langkah-langkah dalam proses pengumpulan data ini adalah sebagi berikut:
Menurut Nana Sudjana (2009:84) yang dimaksud observasi adalah “Alat
penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan”. Adapun kegiatan observasi yang
peneliti lakukan adalah dengan cara menganalisis dan mengdakan pencatatan
secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu
atau kelompok secara langsung. Dalam hal ini yang menjadi objek pengamatan
adalah siswa, pembelajaran yang berlangsung, lingkungan kelas dan hal- hal yang
berhubungan dengan proses pembelajaran siswa itu sendiri.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan cara observasi berupa
structured or controlled observation yaitu observasi yang direncanakan dan
terkontrol. Pada observasi ini peneliti menggunakan pedoman observasi (catatan
lapangan) yang tersusun dan memuat aspek- aspek atau gejala-gejala yang perlu
diperhatikan pada waktu penelitian berlangsung. Kedudukan observer dalam
penelitian ini adalah alat untuk memantau pertumbuhan, kemajuan siswa dalam
pembelajaran agar sesuai dengan apa yang direncanakan sekaligus sebagai alat
dalam mengevaluasi dan merefleksi dari tindakan yang dilakukan di kelas, yang
tercermin dalam aktivitas belajar dari siswa khususnya pada mata pelajaran Pkn.
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu percakapan, tanya jawab lisan
antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan
pada suatu masalah tertentu. Teknik ini peneliti gunakan untuk memperoleh data
dari siswa dan guru yang tidak terungkap baik dalam kuesioner maupun dalam
observasi.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengungkapkan data secara
peneliti sampai peneliti merasa cukup. Pedoman wawancara ini digunakan oleh
peneliti sebagai pemandu dan penguatan terhadap penelitian itu sendiri.
Menurut Wiriaatmaja, (2008: 199) tahap-tahap dalam wawancara adalah
1) Menentukan siapa yang akan diwawancarai. Penulis melakukan wawancara
kepada beberapa pihak yaitu guru mata pelajaran PKn yang bertindak sebagai
guru mitra dan kepafa beberapa siswa.
2) Mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak
dengan responden. Karena responden adalah orang-orang pilihan, dianjurkan
agar jangan membiarkan orang ketiga yang menghubungi, tetap peneliti
sendirilah yang melakukannya.
3) Mengadakan persiapan yang matang untuk pelaksanaan wawancara. Peneliti
mengadkan latihan terlebih dahulu bagaimana memperkenalkan diri dan
memberikan ikhtisar singkat tentang penelitian. Peneliti menyiapkan
poko-pokok pertanyaan, yang akan mengarahkannya pada wawancara. Selain itu
juga, peneliti menetapkan waktu, hari, tanggal, dan tempat wawancara.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
diperlukan dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi ini penting untuk lebih
memperinci dalam proses pengumpulan data. Danial dan Wasriah (2009:79)
mengemukakan:
Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb
Dalam suatu penelitian, banyak sekali data-data yang harus dikumpulkan
untuk kebutuhan proses penelitian, studi dokumentasi ini memudahkan peneliti
diolah oleh peneleliti dengan lebih rinci. penelitian ini juga menggunakan
pedoman studi dokumentasi. Pedoman studi dokumentasi diambil dari ulangan
harian yang dilakukan melalui tes