• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X IPA-2 Di SMA N 1 Tasikmalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X IPA-2 Di SMA N 1 Tasikmalaya."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X IPA-2 DI

SMA N 1 TASIKMALAYA) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

Moch Arinal Rifa

1002229

(2)

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X IPA-2 di SMA N 1 Tasikmalaya)

Oleh

Mochamad Arinal Rifa

© Mochamad Arinal Rifa Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

(3)

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PTK Pada Siswa Kelas X IPA-2 di SMA N 1 Tasikmalaya)

disetujui dan disahkan oleh dosen pembimbing: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP.19630820 198803 1 001

Pembimbing II

Dra. Iim Siti Masyitoh, M.Si. NIP.19620102 198608 2 001

Mengetahui,

(4)

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP : 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP : 19630820 198803 1 001 3. Penguji :

3.1 Prof. Dr. H. Endang Danial AR, M.Pd, M.Si. NIP : 195000502 197603 1 002

(5)

ABSTRAK

Mochamad Arinal Rifa (1002229). PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN

AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X IPA-2 di SMA N 1 Tasikmalaya).

Penelitian ini dilatarbelakangi permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran PKn di Sekolah, yaitu kurangnya antusias belajar pada siswa, kurangnya aktivitas belajar siswa, yang disebabkan kejenuhan dan kebosanan selama proses pembelajaran mata pelajaran PKn, dan belum tercapainya nilai KKM yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan di Kelas X IPA-2 SMA Negeri 1 Tasikmalaya yang berjumlah 38 orang siswa. Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas X IPA-2 SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian adalah 1) Bagaimana perencanaan yang dilakukan guru untuk mempersiapkan model pembelajaran Snowball Throwing pada mata pelajaran PKn?. 2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran melalui model Snowball Throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn?. 3) Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Snowball Throwing? 4) Apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn?. 4) Bagaimana upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing sebagai alat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PKn?. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan pendekatan kualitatif, dengan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari tiga siklus dan empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi serta analisis dan refleksi. Pengumpulan data untuk mendukung kelancaran pada penelitian ini dilaksanakan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu (1) Guru telah melakukan langkah-langkah Snowball Throwing dengan benar, (2) Pelaksanaan pembelajaran sudah baik dan benar sesuai dengan langkah-langkah Snowball Throwing. (3) Telah meningkatnya aktivitas belajar siswa, terlihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dari

(6)
(7)

ABSTRACT

Mochamad Arinal Rifa (1002229). IMPLEMENTATION OF SNOWBALL

THROWING LEARNING MODEL TO IMPROVE

STUDENTS’LEARNING ACTIVITY IN CIVIC EDUCATION SUBJECT (Class Action Research to 11th Grade Students at SMA N 1 Tasikmalaya).

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... I KATA PENGANTAR... II UCAPAN TERIMAKASIH... III DAFTAR ISI... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR GAMBAR... IX DAFTAR LAMPIRAN... V

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 17

A. Kajian Pustaka... ... 17

1. Strategi Pembelajaran a. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 17

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Belajar Mengajar ... 18

c. Penerapan Interaksi Belajar Mengajar... 21

2. Hakikat dan Teori Belajar dalam Pembelajaran PKn... 22

a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran... 22

b. Teori Belajar dalam Pembelajaran PKn... 24

3. Model-model Pembelajaran ... 27

a. Pengertian Model Pembelajaran ... 27

b. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model pembelajaran ... 29

c. Ciri-ciri Model pembelajaran ... 32

4. Model Pembelajaran Snowball Throwing... 33

a. Pengertian Model Snowball Throwing……… 33

(9)

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran

Snowball Throwing………. 35

B. Hasil Penelitian Terdahulu... ... 36

C. Kerangka Pemikiran... 38

D. Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 48

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 48

C. Definisi Operasional ... 54

D. Prosedur Penelitian ... 57

E. Teknik Penelitian ... 58

F. Teknik Pengolahan Data ... 61

G. Teknik Analisis dan Validasi Data…....………... BAB IV HASIL PENELITIAN ... 66

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 66

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72

1. Kondisi Pra Pembelajaran... . 72

2. Tindakan Siklus I... ... 79

a. Perencanaan Tindakan Siklus I... .. 79

b. Deskripsi Tindakan Siklus I... .. 81

c. Observasi dan Pengamatan Tindakan Siklus I... .. 85

d. Refleksi Tindakan Siklus I... .. 96

3. Tindakan Siklus II... . 98

a. Perencanaan Tindakan Siklus II... . 98

b. Deskripsi Tindakan Siklus II... .. 100

c. Observasi dan Pengamatan Tindakan Siklus II... . 102

d. Refleksi Tindakan Siklus II... . 113

4. Tindakan Siklus III... .. 116

a. Perencanaan Tindakan Siklus III... .. 116

b. Deskripsi Tindakan Siklus III... .. 117

c. Observasi dan Pengamatan Tindakan Siklus III... .. 119

d. Refleksi Tindakan Siklus III... .. 131

C. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas dengan Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan…... ... 133

(10)

2. Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan... ... 134

3. Kendala dalam Menerapkan Model Snowball Throwing... ... 146

4. Upaya dalam Mengatasi Kendala Menerapkan Model Snowball Throwing... . 139

5. Temuan Hasil Penelitian... ... 148

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 150

A. Kesimpulan... 150

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Daftar Rata-rata Nilai PKn Ujian Semester 1... 9

3.1 Klasifikasi Kegiatan Guru dan Siswa... 57

4.1 Jumlah Peserta didik dan Ruangan... 69

4.2 Fasilitas dan Perlengkapan Sekolah... 69

4.3 Hasil Observasi Awal... ... 75

4.4 Nama-nama Anggota kelompok... 82

4.5 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Ke-1... 85

4.6 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus Penelitian dan Penilian Terhadap Guru Pada Siklus Ke-I... 88

4.7 Hasil Observasi Kegiatan Siwa Pada Siklus Ke-1... 90

4.8 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus Penelitian dan Penilian Terhadap Siswa Pada Siklus Ke-I.... 92

4.9 Daftar Nilai Tes Kelompok Siklus Ke-1... 94

4.10 Hasil Tes Individu Siklus Ke-1... 94

(12)

4.12 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus

Penelitian dan Penilian Terhadap Guru Pada Siklus Ke-II.... 106

4.13 Hasil Observasi Kegiatan Siwa Pada Siklus Ke-II... 108

4.14 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus

Penelitian dan Penilian Terhadap Siswa Pada Siklus Ke-II... 109

4.15 Daftar Nilai Tes Kelompok Siklus Ke-II... 112

4.16 Hasil Tes Individu Siklus Ke-II... 113

4.17 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Ke-III... 120

4.18 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus

Penelitian dan Penilian Terhadap Guru Pada Siklus Ke-III... 123

4.19 Hasil Observasi Kegiatan Siwa Pada Siklus Ke III... 125

4.20 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus

Penelitian dan Penilian Terhadap Siswa Pada Siklus Ke-III.... 126

4.21 Daftar Nilai Tes Kelompok Siklus Ke-III... 129

4.22 Hasil Tes Individu Siklus Ke-III... 130

4.23 Hasil Tes Observasi Awal... 133

4.24 Format Perbandingan Hasil Observasi Pelaksanaan

Pembelajaran Dengan Fokus Penelitian dan Penilian

Terhadap Guru Pada Siklus Ke-I, II, dan III... 136

4.25 Perbandingan Hasil Aktivitas Belajar Siswa Pada

Pembelajaran PKn Dalam Tiap Siklus... 140

4.26 Perbandingan Nilai Kelompok Antara Tindakan

Ke-I, II dan III... 144

4.27 Perbandingan Perolehan Nilai Data Awal dan Tes

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Guru adalah faktor penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran yang

berkualitas. Sehingga berhasil tidaknya pendidikan mencapai tujuan selalu

dihubungkan dengan kiprah para guru. Oleh karena itu, usaha-usaha yang

dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan hendaknya dimulai dari

peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas diantaranya adalah mengetahui

dan mengerti peran dan fungsinya dalam proses pembelajaran. Peran guru

menurut Mukmin Ummil (2013)

sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan peserta didik agar menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.

Dari kutipan diatas tugas-tugas tersebut berkaitan dengan meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik untuk memperoleh pengalaman

menjadi pribadi yang dewasa. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik

dan pembina peserta didik. Guru sebagai penanggung jawab kedisiplinan peserta

didik harus mengontrol setiap aktivitas peserta didik agar tingkah lakunya tidak

menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Sebagaimana dikemukakan oleh

WF Connell 1972 (Ummil Mukmin 2013)

http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/10/how-to-be-a-teacher kontradik

sikarakter-guru-sebagai-pengajar-dan-pendidik-518345.html) mengemukakan

(15)

Membedakan tujuh peran seorang guru yaitu pendidik (nurturer), model, pengajar dan pembimbing, pelajar (learner), komunikator terhadap masyarakat setempat, pekerja administrasi, serta kesetiaan terhadap lembaga.

Selain berperan sebagai pendidik, guru berperan sebagai model atau

teladan bagi peserta didiknya. Setiap peserta didik mengharapkan guru mereka

dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik

baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan

norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar

negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus

selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

Guru sebagai Pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan

bantuan kepada peserta didik dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas

ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan pengetahuan,

tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai

para peserta didik. Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai

faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru,

kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam

berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran,

peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu

menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.

Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam

merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut untuk

memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping

menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Seperti yang dikemukana

pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2 dikatakan

(16)

Guru sebagai pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Berdasarkan kutipan diatas jelas bahwa guru prosesional adalah guru yang

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, diantaranya menyusun

(RPP) adalah sebuah keharusan sebagai pendidik, seperti yang dituntut sebagai

guru professional menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal

39 Ayat 2. Dengan dasar ini (RPP) wajib dibuat oleh guru pada saat melaksanakan

pembelajaran.

Guru sebagai pelajar (learner) dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan

yang selalu berkembang dan selalu belajar hal-hal baru untuk menambah

pengetahuanya, karena memiliki pengetahuan terbatas, dan harus mampu

mengadaptasi kemajuan teknologi. Oleh karena itu peran guru adalah sebagai

pelajar (leaner) jadi selain guru mendidik peserta didiknya guru juga belajar dari

perkembangan ilmu yang tidak terbatas, dan seorang guru dituntut untuk selalu

menambah pengetahuan dan keterampilan agar pengetahuan dan keterampilan

yang dimilikinya luas. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya

terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas

profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan. Guru

harus mengembangkan ilmu dibidang yang lain karena semua pengetahuan akan

membuat guru menjadi lebih cerdas serta mempunyai pemikiran yang lebih

global.

Peran Guru sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang

akan disampaikan kepada peserta didik atau komunikasikan kepada peserta didik.

Guru juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung

(tatap muka) atau tidak langsung melalui penggunaan media. Guru harus

(17)

menentukan tujuan komunikasi atau maksud dari pesan agar terjadi dampak

(effect) pada peseta didik sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kegiatan

pembelajaran, tugas guru adalah membantu peseta didik mencapai tujuannya,

dengan maksud bahwa agar guru lebih banyak memberi penjelasan kepada peserta

didik daripada sekedar memberi informasi saja

Peran guru sebagai pengelola kelas dimana dalam kegiatan pembelajaran

berlangsung interaksi yang mengandung unsur-unsur manusiawi, dengan kata lain

guru berusaha mengatur lingkungan belajar untuk memotivasi sehingga

pembelajaran berlangsung optimal dan kondusif bagi peserta didik. Dengan teori

dan pengalaman yang dimiliki oleh guru maka guru semakin professional dalam

memilih metoda sebagai sarana interaksi pembelajaran, seperti yang dikemukakan

Bahwa:“salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana

memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar” (Jamarah, 2006:72).

Peran guru sebagai pekerja administrasi adalah guru yang dituntut untuk

membuat persiapan pembelajaran, guru harus berhasil menyelenggarakan proses

pendidikan dan pembelajaran. Setiap guru harus menyusun skenario

pembelajarannya sehingga dapat menyampaikan materi. Tanpa skenario

pembelajaran, proses belajar tidak dapat diselenggarakan secara sistematis,

tentunya hal itu sangat mengkhawatirkan. Seperti yang sudah tertulis pada

Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan

dasar dan menengah bahwa:

(18)

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Dari kutipan diatas jelas bahwa tugas guru sebagai pekerja administrasi

bukan hanya bersifat struktural saja akan tetapi guru diharuskan mempersiapkan

RPP yang sangat penting dan harus dipenuhi oleh guru sebelum melaksanakan

Proses Belajar Mengajar (PBM), karena dalam prangkat RPP telah diperjelas

mengenai tujuan instruksional, perencanaan bahan, perencanan alat, metode, dan

prosedur-prosedur pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut.

Peran guru terhadap kesetiaan (loyality) berguna bagi lembaga yang

diarahkan oleh harapan dan tugas yang guru kelola, bukan oleh preferensi pribadi.

Oleh karena itu peran guru sangat menunjang dari kemajuan lembaga yang

dikelolanya. Guru harus setia terhadap lembaga, saat ini banyak guru tidak mau

untuk ditempatkan di daerah terpencil, seharusnya itu tidak terjadi. Guru sebagai

profesi yang menekankan pada kesetiaan pada lembaga, loyal pada negara,

seharusnya guru mematuhi, karena untuk kepentingan lembaga dan negara.

Seorang guru diharapkan dapat membantu pengajar lain yang memerlukan

bantuan dalam mengembangkan kemampuannya, bantuan itu dapat secara

langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.

Untuk dapat mengimbangi pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka

dunia pendidikan pun harus mengalami suatu perkembangan, terutama dalam

pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Seorang guru dituntut untuk

profesional dibidangnya, dalam arti bertanggungjawab, berdedikasi dan

berdisiplin sesuai dengan tingkat profesionalisme terhadap siswanya. Guru yang

profesional adalah guru yang memiliki kemapuan dalam bidang keguruan

sehinggga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru

dengan kemampuan maksimal untuk mendampingi siswa dalam belajar. Kunandar

(19)

Guru yang profesioanal adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan professional, baik yang bersifat pribadi, sosial maupun akademis.

Guru harus berupaya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak peserta didik untuk

belajar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri. Karena setiap peserta

didik secara potensial pasti berbakat tetapi ia mewujudkannya dengan cara

yang berbeda-beda. Setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang unik, dan

setiap peserta didik memiliki tingkat pemahaman yang berbeda dalam

belajarnya. Dengan demikian peranan guru tidak hanya terbatas pada

pemberian motivasi kepada peserta didik agar ia dapat mencapai tingkat berpikir

tertinggi, namun peserta didik sendiri harus berupaya untuk mencapai tingkatan

tertinggi dengan cara, kemampuan dan gaya belajarnya sendiri.

Terdapat anggapan umum bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

merupakan mata pelajaran yang mudah sehingga tidak perlu dirisaukan

kesanggupan peserta didik untuk menguasainya. Berdasarkan Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pada Bab X tentang Kurikulum,

khususnya pasal 37 ( 2 ) yang menegaskan bahwa “Kurikulum Pendidikan Tinggi

wajib memuat: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn ), Bahasa”. Namun kenyataan tidak semua peserta didik menunjukkan hasil belajar yang memuaskan, dan belum mampu membangun sikap demokratis. Selain

bersikap demokratis peserta didik dituntut untuk bersikap positif sebagai seorang

warga negara seperti yang tercantum dalam tujuan dari pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan seperti yang dikemukakan menurut Maftuh dan Sapriya

(2005:30) bahwa:

(20)

yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (civics responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Dari kutipan diatas jelas bahwa tujuan pembelajaran Pkn sangat perlu

untuk bisa berkembang secara positif dan demokratis, serta berpikir secara kritis,

rasional, dan kreatif dalam menghadapi berbagai masalah kewarganegaraan

Proses meningkatkan aktivitas belajar siswa, mempertahankan minat

belajar dan mengontrol minat belajar menjadi bagian yang sangat penting dalam

proses Kegiatan Belajar Mengajar. Untuk menguasai materi pelajaran maka

dituntut adanya aktivitas dari siswa yang bukan hanya sekedar mengingat, tetapi

lebih dari itu yakni memahami, mengaplikasikan, mensistesis, dan mengevaluasi

bahan pelajaran. Pendidikan Kewarganegaraan harus memiliki kemampuan

memilih, menentukan sekaligus mengunakan metode pembelajaran yang dapat

memacu partisipasi aktif siswa, atau dengan kata lain dapat menciptakan kegiatan

bealajar megajar (KBM) yang bervariatif, kreatif dan menyenangkan. Berkaitan

dengan peranan guru ini Kosasih Djahiri (1985:28) mengemukakan bahwa:

Guru harus memiliki strategi yang merupakan sejumlah metode/cara atau pola dalam mencapai atau melaksanakan sesuatu atau dalam mengajar sesuatu. Dan gurupun harus menguasai metode mengajar serta dapat menggunakan pendekatan-pendekatan yang baik.

Pembelajaran PKn diharapkan akan mampu membentuk peserta didik

yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan

yang akan dihadapi. Namun, dengan metode konvensional yaitu metode ceramah

dan mengharapkan peserta didik duduk, diam, dengar, catat dan hafal, sehingga

menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi monoton dan kurang

menarik perhatian peserta didik. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan

(21)

Kewarganegaraan. Akibatnya nilai akhir yang dicapai peserta didik tidak seperti

yang diharapkan. Seperti yang telah di utarakan oleh Wrightman, 1977 dalam Uzer Usman (2008:4) bahwa “peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta

berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.”

Dalam menghadapi permasalahan tersebut dalam pembelajaran PKn,

dibutuhkan cara untuk dapat memecahkannya. Baik dengan metode, model

maupun media pembelajaran digunakannya, atau dengan menggabungkan model

pembelajaran yang digunakan sebagai alat evaluasi. Hal tersebut

dimaksudkan untuk menarik perhatian peserta didik agar peserta didik lebih

memahami materi atau konsep yang dijelaskan sehingga kreatifitas peserta didik

dapat tumbuh dalam proses belajar mengajar.

Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas,

kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sadirman (2004: 95) berpendapat bahwa ”belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.

Senada dengan hal di atas, Gie 1985: 6 (Sufirman 2013;4) mengemukakan

bahwa:

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar ada-lah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang di-lakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya ter-gantung pada sedikit banyaknya perubahan.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat

penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadirman (2004: 99) bahwa:

(22)

belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan se-gala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa adalah

rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga

menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu

melakukan kegiatan.

Pada umumnya peserta didik hanya menghapal suatu materi atau konsep

saja sehingga mereka tidak memahami apa inti dari materi tersebut. Padahal

dengan memahami materi atau konsep yang dijelaskan, maka peserta didik dapat

lebih menggali pengetahuan mereka dan dapat mengambil contoh dengan

mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi. Belajar dengan menghafalkan kalimat

lengkap tidak akan efektif, di samping bahasa yang digunakan menggunakan

gaya bahasa penulis sehingga peserta didik akan mudah lupa dengan materi

yang disajikan. Namun apabila peserta didik memahami materi dengan

menggunakan bahasanya sendiri, maka pembelajaran akan lebih bermakna,

karena peserta didik dapat menemukan inti dari materi tersebut, sehingga

peserta didik aktif dalam pembelajaran di kelas dan tidak hanya menunggu

penyempaian materi dari guru saja.

Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama

pra-penelitian di kelas X IPA-2 SMA Negeri 1 Tasikmalaya ditemukan persoalan

yang mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Salah satunya

adalah rendahnya keaktifan peserta didik pada saat proses belajar mengajar. Hal

tersebut ditunjukan dengan sikap peserta didik yang lebih banyak pasif di kelas

selama proses pembelajaran. Sikap pasif peserta didik pada saat pembelajaran

(23)

pertanyaan-pertanyaan, namun peserta didik tidak ada yang berinisiatif menjawab.

Kemudian guru melakukan stimulus dengan menunjuk beberapa orang peserta

didik untuk menjawab pertanyaan yang guru sampaikan, namun peserta didik

tersebut hanya diam saja atau jawaban yang diberikannya adalah tidak tahu.

Karena tidak ada peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dari guru baik

dengan inisiatif sendiri maupun setelah ditunjuk oleh guru maka langkah

selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah meminta siswa untuk bertanya

tentang materi yang belum dipahami, namun peserta didik kelas X IPA-2 diam

saja dan tidak bertanya. Keterlibatan peserta didik yang rendah pada saat proses

belajar tersebut menunjukan rendahnya aktivitas belajar siswa di kelas.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas jarang sekali

mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, apalagi mengajukan saran,

karena aktivitas belajar siswa yang rendah itu, hasil belajar yang diperoleh juga

menjadi rendah. Hal ini dapat kita lihat dari nilai rata-rata hasil ujian semester 1

kelas X IPA-2 tahun pelajaran 2012/2013, seperti yang dapat kita lihat pada tabel

berikut:

Tabel: 1.1

Daftar Rata-rata Nilai PKn Ujian Semester 1 Siswa Kelas X SMA N 1

Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/2013

No. Kelas Rata-rata nilai Pkn semester 1

1 X IPA-1 74

2 X IPA-2 73

3 X IPA-3 75

4 X IPA-4 76

(24)

6 X IPA-6 78

7 X IPA-7 79

8 X IPA-8 75

Sumber: Data Sekunder Nilai PKn SMA Negeri 1 Tasikmalaya

Rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain rendahnya perhatian peserta didik dalam mengikuti pelajaran PKn.

Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab,

sehingga siswa tidak termotivasi untuk mengembangkan kemampuan berfikir

kreatif.

Memperhatikan permasalahan diatas, sudah selayaknya dalam

pembelajaran PKn dilakukan suatu inovasi. Jika dalam pembelajaran yang terjadi

sebagian besar dilakukan oleh guru yang hanya menerapkan metode ceramah

sehingga peserta didik hanya menerima materi yang diberikan oleh guru, maka

dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan aktivitas peserta didik

melalui model pembelajaran snowball throwing yang digunakan sebagai alat

evaluasi untuk mengukur sejauh mana peserta didik dapat memahami materi yang

telah disampaikan oleh gurunya. Model Pembelajaran snowball throwing

merupakan salah satu metode cooperative learning. Menurut Saminanto (2010:37) bahwa “Metode Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju”.

Penerapan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat evaluasi

pembelajaran dimaksudkan agar peserta didik dapat belajar tidak hanya

menggunakan metode pembelajaran ceramah yang berpusat pada guru, sehingga

siswa turut aktif dalam pembelajaran di kelas. Karena evaluasi tidak hanya dapat

dilakukan dalam bentuk ujian tulis namun juga dalam bentuk evaluasi atas proses

(25)

evaluasi dapat mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar secara terus

menerus, dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas

proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas

dan kualitas manajemen sekolah. Maka didalam pembelajaran dibutuhkan guru

yang tidak hanya mampu mengajar dengan baik tetapi juga mampu melakukan

evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program

pembelajaran perlu lebih dioptimalkan sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

Aktivitas sangat penting dan diperlukan dalam belajar. Sebab pada

prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengkonstuksikan konsep-

konsep, atau melakukan suatu kegiatan. Pembelajaran saat ini diharapkan lebih

dari sekedar mengaktifkan siswa belajar, guru harus berusaha meningkatkan kadar

aktivitas belajar tersebut. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas

yang sangat penting didalam interaksi pembelajaran.Sardiman (2010: 26) menyatakan bahwa dalam “Belajar sangat diperlukan adanya aktivitas”.

Sejalan dengan pendapat diatas pentingnya aktivitas dalam pembelajaran,

bahwa aktivitas dalam proses pembelajaran PKn sangat penting, dengan adanya

aktivitas belajar maka akan adanya asimilasi kognitif, akomodasi kognitif,

feedback (balikan) dan direcperformance nilai-nilai. Dalam pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan aktivitas belajar yang dimaksud sangat penting

untuk ditingkatkan, mengingat tujuan dari pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan yang di amanatkan oleh Pancasila dalam UUD 1945 (BSNP

KTSP 2006 : 271) ialah: berpikir secara kritis, rasional dan kreatif, berpartisipasi

aktif dan bertanggung jawab serta dapat berinteraksi dengan individu lain.

Beberapa tujuan tersebut dapat tercapai apabila terjadi aktivitas belajar di dalam

kelas.

(26)

ada di kelas X IPA-2 SMA N 1 Tasikmalaya siswa cenderung pasif dan kurang

beraktivitas untuk melakukan kegiatan belajar, salah satunya karena penerapan

metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang sesuai dengan anak,

materi dan situasi yang ada. Guru dalam penyampaian materi biasanya

menggunakan metode ceramah dan dalam penyampaiannya masih kurang

bervariasi. Sehingga siswa merasa bosan dan tidak termotivasi untuk belajar.Hal

ini dapat kita lihat kenyatannya bahwa dalam belajar murid tampak kelihatan

diam dan kurang beraktivitas dalam belajar baik aktivitas fisik, mental dan

emosional yang masih rendah.

Untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan maka perlu

dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Para guru perlu berusaha dalam menyajikan materi pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan dengan menyusun dan menerapkan berbagai

metode pembelajaran bervariasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar

yang implikasinya pada meningkatnya aktivitas belajar siswa. Salah satunya

adalah guru menerapkan metode pembelajaran snowball throwing dalam

pembelajaran pendidikan

Penerapan model pembelajaran snowball throwing diharapkan dapat

mengukur tingkat keaktifan dan pemahaman peserta didik mengenai materi yang

telah dijelaskan oleh guru. Dengan demikian guru dapat mengetahui sejauh

mana peserta didik tersebut telah memahami materi yang telah diberikan. Selain

itu, dengan penerapan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat

evaluasi dapat mengukur pemahaman peserta didik secara lebih objektif dan

dapat langsung diketahui materi mana yang masih perlu diperbaiki.

Dengan penerapan model pembelajaran snowball throwing yang

(27)

peserta didik untuk memperhatikan materi yang sedang dijelaskan oleh guru dan

memahaminya dan dapat menuntun peserta didik untuk berani bertanya terhadap

materi yang masih belum dimengerti olehnya.

Maka berdasarkan pemikiran tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengambil judul “PENERAPAN MODEL SNOWBALL

THROWING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN” (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas X IPA-2 SMA N 1 Tasikmalaya)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah penulis kemukakan di

atas, terdapat masalah dalam pembelajaran PKn berupa rendahnya aktivitas

belajar siswa terhadap materi dalam pembelajaran PKn, maka didapatkan rumusan

masalah yang dapat dipecahkan melalui penerapan model snowball throwing.

Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian masalah pokok tersebut maka

peneliti mengidentifikasi dalam beberapa submasalah sebagai berikut:

2. Rumusan Masalah

1) Rumusan Masalah Umum

Bagaimana penerapan model Snowball Throwing dalam meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

Sehingga dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan yang diharapkan.

2) Rumusan Masalah Khusus

Masalah khusus yang diangkat dalam penelitian ini yaitu :

a) Bagaimana perencanaan yang dilakukan guru untuk mempersiapkan

(28)

b) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan selama proses

pembelajaran melalui model snowball throwing dalam meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn?

c) Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan

model pembelajaran Snowball Throwing?

d) Apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan model pembelajaran

snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada

mata pelajaran PKn?.

e) Bagaimana upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam

menerapkan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat

meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PKn?.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian

ini yaitu :

1) Tujuan Umum

Secara keseluruhan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau

memperoleh gambaran secara faktual mengenai penerapan model

pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar

siswa terhadap mata pelajaran PKn. Serta diharapkan dapat memberikan

masukan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran PKn.

2) Tujuan Khusus

Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk :

a) Mengetahui bagaimana perencanaan yang dilakukan guru untuk

mempersiapkan model snowball throwing dalam meningkatkan

(29)

b) Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan

selama proses pembelajaran melalui model snowball throwing dalam

meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

c) Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan

model pembelajaran Snowball Throwing.

d) Mengetahui apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan model

pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar

siswa pada mata pelajaran PKn.

e) Mengetahui upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam

menerapkan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat

meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.

D. Manfaat Penelitian

Berangkat dari pokok permasalahan yang diambil oleh penulis, maka akan

didapat manfaat atau kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian tindakan kelas ini adalah diharapkan dapat

memberi masukan bagi pembelajaran PKn agar dalam pembelajaran PKn

tidak identik dengan metode ceramah dalam proses pembelajaran di kelas.

Serta dalam pembelajaran PKn dapat menerapkan lebih dari satu model

pembelajaran supaya siswa tidak merasa jenuh dengan mata pelajaran

tersebut.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Peneliti

Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi pengalaman

bagi peneliti untuk dapat meneliti dengan lebih baik lagi. Serta untuk dapat

(30)

b) Bagi Sekolah

1) Memajukan kualitas pendidikan dengan mengembangkan

metode-metode pembelajaran untuk memenuhi harapan siswa,

guru maupun masyarakat.

2) Meningkatkan makna bekerja sama antara guru-guru di sekolah.

3) Sebagai masukan untuk bahan pertimbangan bagi peningkatan

kualitas pembelajaran PKn dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar di SMAN 1 Tasikmalaya.

c. Bagi Guru

1) Sebagai bahan masukan guru untuk menerapkan model

pembelajaran snowball throwing sebagai alat evaluasi agar

dapat meningkatkan pembelajaran di kelas.

2) Membantu memberikan informasi peningkatan kemampuan siswa.

3) Agar dapat memahami berbagai macam permasalahan yang terjadi

di kelas.

4) Dapat meningkatkan minat guru untuk melakukan tindakan kelas.

d. Bagi Siswa

1) Melatih siswa untuk mengemukakan pertanyaan terhadap materi

yang masih belum di pahami.

2) Membelajarkan siswa untuk belajar dari pengalaman, sehingga

diharapkan dapat bertanggung jawab pada diri sendiri dan

kelompok.

3) Meningkatkan pemahaman materi sehingga tidak hanya belajar dari

media dan metode yang sama.

4) Meningkatkan kompetensi antar kelompok

e. Bagi PKn

(31)

2) Meningkatkan minat untuk melakukan penelitian di beberapa

tempat.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun penjabarannya adalah Struktur organisasi skripsi ini berisi rincian

tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian demi bagian dalam skripsi.

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan bagian awal dari skripsi, yang

berisi enam bagian yaitu latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan

masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan struktur organisasi skripsi.Bab

II menjelaskan kajian pustaka yang berkaitan dengan masalah yang sedang

diteliti.

Bagian bab II terdiri dari tiga sub subbab utama yaitu tinjauan mengenai

Pendidikan Kewarganegaraan, tinjauan mengenai model pembelajaran

cooperative learning tipe cooperative script, dan tinjauan mengenai pemahaman

konsep.

Bab III berisi penjabaran mengenai metode penelitian dan

komponen-komponen lainnya seperti lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode

penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik pengumpulan data

dan teknik analisis data.

Bab IV merupakan bab yang memaparkan hasil penelitian dan

pembahasan., terdiri dari dua hal utama, yakni hasil penelitian dan pembahasan.

Bab V merupakan bab terakhir yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan

peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Bab V terdiri dari dua bagian

(32)
(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi

Adapun yang menjadi lokasi atas penelitian yang penulis teliti adalah

SMA 1 Tasikmalaya yang berlokasi di jalan Jl. Rumah Sakit No.28, Kota

Tasikmalaya, Jawa Barat,. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini yakni

atas dasar pertimbangan sebagai berikut:

a) Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh informasi bahwa di SMA 1

Tasikmalaya kelas X IPA-2 mempunyai beberapa masalah yang ditemukan

dalam proses pembelajaran menyangkut rendahnya tingkat aktivitas siswa

dalam pembelajaran PKn.

b) Adanya keterbukaan dari pihak sekolah terutama guru mata pelajaran PKn

terhadap penelitian yang akan dilaksanakan.

c) Sekolah tersebut merupakan tempat peneliti terdahulu, sehingga dengan

pemilihan sekolah tersebut diharapkan akan lebih mempermudah dalam

proses penelitian yang akan dilaksanakan.

2. Subjek Penelitian

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi subjek dalam penelitian ini

adalah:

a) Guru mata pelajaran PKn kelas X IPA-2 di SMA 1 Tasikmalaya. Hal ini

didasarkan bahwa guru sebagai pihak yang dapat memberikan informasi

berkenaan dengan model pembelajaran snowball throwing dalam upaya

(34)

b) Siswa-siswi kelas X-2 SMA 1 Tasikmalaya. Pemilihan kelas X IPA-2 sebagai

subjek dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kelas

tersebut mempunyai masalah sesuai dengan identifikasi masalah yang

dipaparkan, sebagian siswa di kelas tersebut pasif atau kurang melibatkan diri

dalam setiap kegiatan pembelajaran PKn sehingga tingkat keaktifannya

dinilai rendah.

B. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Sehubungan dengan masalah yang akan diteliti dalam penelitian tindakan

kelas memerlukan pengamatan dan penelitian yang mendalam, maka penedekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Moleong

(2008:8) mengemukakan tentang penelitian kualitataif sebagai berikut:

penelitain kualitataif itu berakar pada latar ilmiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif. Mengandalkan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.

Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua

alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan

sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua pemilihan

pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah

data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar

alamiahnya.

Nasution (1998:5) mengemukakan bahwa “Penelitian kualitatif pda

(35)

dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang

dunia sekitarnya”. Pendekatan kualitatif mempunyai adabtabilitas yang tinggi,

sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa dapat menyesuaikan diri

dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

Penelitian yang digunakan penulis lebih bersifat deskriptif. Pernyataan itu

sejalan dengan pendapatnya Bogdan dan Taylor yang dikutif oleh Moleong

(2005:4) menegemukakan bahwa “Penelitian kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis ataupun

lisan dari orang dan pelaku yang diamati”. Oleh karena itu penelitian ini bersifat deskriptif, maka penulis lebih memfokuskan penelitian ini pada masalah yang

aktual untuk memeberikan pemahaman yang berarti sehingga menimbulkan

pemikiran-pemikiran yang kritis.

Selain menggunakan pendekatan kualitatif, juga diperlukan pendekatan

kuantitatif. Mengenai pendekatan kuantitatif, Sugiyono (2009: 7) mengemukakan

bahwa: “data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis memggunakan

statistik”. Angka-angka tersebut diperoleh dari kuisioner/daftar gejala kontinum (skala sikap) dengan cara penskoran. Kemudian, analisis data kuantitatif disisni,

hanyalah statistik sederhana yaitu mempresentasekan penigkatan aktivitas siswa

terhadap konsep dari siklus satu ke siklus berikutnya.

2. Metode Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian

dengan menggunakan teknik dan alat tetentu. Sedang metode penelitian adalah

satu cara untuk meperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang

dihadapi, Metode penelitian merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian

karena hal itu sangat menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian terutama

(36)

Metode yang digunkan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

tindakan kelas (classroom action research). Arikunto (2008:3) menyatakan bahwa

“Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersama.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada dasarnya merupakan suatu

peneliyian berulang atau siklus. Siklus dalam PTK diawali dengan perencanaan

tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan

mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evalution), dan

melakukan refleksi (reflecting).

PTK berguna untuk meningkatkan dan memperbaiki layanan penedidikan

dalam konteks pembelajaran dikelas. Atas dasar itulah, penulis memilih metode

ini, karena metode peneliyian ini membantu penulis dalam memperoleh informasi

yang lebih mendalam dengan melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah

yang ada.

a. Prosedur Penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Desain penelitian yang digunakan adalah desain model Kemmis dan

Taggart dengan maksimal tiga siklus penelitian. Semua kegiatan ini dilakukan

pada tahap perencanaan (plan). Pada tahap tindakan (act) dan tahap pengamatan

(observe) mulai dilakukan penerapan model snowball throwing dalam

meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajarana PKn. Selain itu,

dilakukan tahap refleksi (reflect) untuk mencari permasalahan apa saja yang ada.

Dalam hal ini, proses pembelajaran. Selanjutnya dilakukan lagi perencanaan

(37)
[image:37.595.151.516.103.435.2]

Gambar 3.1

Model Spiral Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Teggart.

Seperti yang telah disinggung pada bagian metode penelitian, Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan oleh penulis adalah PTK berbentuk

daur ulang atau siklus yang mengacu pada Model Kemmis dan Taggart (Hopkins,

1993:48) yang dikutip oleh Wiriaatmaja (2008:66). satu siklus atau putaran terdiri

atas empat komponen. Keempat komponen tersebut adalah : (a) Perencanaan (

planning) , (b) tindakan ( acting ); (c) Observasi ( observation ), dan (d) refleksi (

(38)

Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali

sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Berdasarkan temuan dan refleksi awal

pada saat orientasi terhadap pelaksaan pembelajaran PKn, maka pelaksaan

program tindakan dalam penerepana model pembelajaran Snowball Throwing

yamg dilakukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan tindakan (planning)

Perencanaan adalah menyusun rencana tindakan dan penelitian yang akan

dilaksanakan. Perencanaan ini dibuat sesudah penulis menyikapi kondisi siswa,

fakta yang terjadi melalui proses inkuiri bersama guru mitra. Hal ini dimaksudkan

untuk menggali keadaan yang terjadi, sehingga dapat menentukan strategi apa

yang diterapkan guru dalam pembelajaran.

Perencanaan tindakan dilakukan secara kolaboratif atau bersama0sam

antara penulis dan guru mitra tentang topik kajian, waktu dan tempat observasi.

Perencanaan program tindakan dilakukan dengan mempertimbangkan situasi

kelas sosial yakni sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, bahwa rencana

program tindakan berkembang dan berubah sesuai dengan tuntutan situasi

lapanagan.

2) Pelaksaan Tindakan (acting)

Pelaksanaan yaitu praktek pembelajaran yang nyata berdasarkan rencana

yang disususn secara bersam sebelumnya. Terkadang perubahan harus

dilaksanakan tatkala kondisi kelas memerlukannya. Tindakan ini bertujuan untuk

memperbaiki keadaan, meningkatkan kualitasatau mencari solusi permasalahan.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menetapkan model

(39)

pada mata pelajaran PKn sesuai rencana dan persiapan yang telah dibuat untuk

setiap siklusnya.

3) Refleksi (reflecting) dan Revisi (revised) (1) Refleksi (reflecting)

Pada tahan refleksi, penulis dan guru mitra secara kolaboratif

merenungkan kembali tentang rencana dan pelaksaan tindakan yang telah

dilakukan berdasarkan hasil analisis terhadap data, proses dan hasil pelaksaan

tindakan yang telah dikerjakan.

(2) Revisi (revised)

Pada tahap revisi, berdasarkan hasil kajian dan refleksi terhadap pelaksaan

program tindakan, sesuai dengan rancangan program tindakan yang telah

ditetapkan, penulis dan guru mitra secara kolaboratif dan partisifatif melakukan

revisi terhadap program rencana tindakan yang telah disususn dan ditetapkan

sebelumnya. Revisi ini dimaksud untuk melihat kekurangan-kekurangan dalam

pembelajaran dan melakukan perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan

program tindakan yang telah dilakukan serta sebagai dasar penyusunan rencana

program tindakan selanjutnya.

4) Diskusi Balikan (feedback discussion)

Diskusi balikan atau refleksi kolaboratif antara penulis dan guru mitra

terhadap hasil observasi berlangsung secara cermat dan sistematis didalam catatan

lapangan (field note) terhadap pelaksaan tindakan. Hasil selanjutnya didiskusikan

bersama direfleksi, recek dan reinterpretasi. Temuan yang diperoleh dan

disepakati, kemudian dijadikan acuan bagi perumusan rencana pengembangan

(40)

C. Definisi Operasional

Definisi operasional perlu dirumuskan untuk menghindari terjadinya

kesalahpahaman antara pembaca dan penulis tentang berbagai pengertian yang

ada dalam penelitian ini.

1. Model Pembelajaran Snowball Trowing

Model snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). snowball throwing

yang menurut asal katanya berarti „bola salju bergulir‟ dapat diartikan sebagai

model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang

digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara

sesama anggota kelompok. (Santoso, 2011).

Dalam kegiatan pembelajaran snowball throwing, siswa belajar bekerja

sama, bergotong-royong, berperan aktif saat pembelajaran yaitu siswa

mengajukan pertanyaan dan mencari atau menjawab pertanyaan dari sesame

temannya. Seperti yang diungkapkan oleh Komalasari (dalam Hayardin: 2011)

menyatakan bahwa model pembelajaran ini menggali potensi kepemimpinan

murid dalam kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang

dipadukan melalui permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju.

Dengan kegiatan bertanya dan menjawab pertanyaan siswa terdorong untuk

mencari tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut materi

pembelajaran dan siswa pun dapat memperoleh pengetahuan baru setelah

pembelajaran.

Metode snowball throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik

bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang

(41)

salju (snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode

yang dikemas dalam sebuah permainan ini membutuhkan kemampuan yang

sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh hampir setiap siswa dalam

mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajarinya.

Model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu metode

yang dapat membangkitkan motivasi siswa dalam bertanya. Metode snowball

throwing dapat mendorong, siswa mengajukan pertanyaan dalam kelompok yang

kemudian dirumuskan dalam secarik kertas. Siswa dapat berani bertanya dengan

dibantu oleh rumusan pertanyaan yang akan dilemparkan kepada sesama teman di

kelompok lain. Metode ini juga dapat menciptakan suasana sangat rileks,

menyenangkan dan tidak menakutkan untuk mengajukan pertanyaan. Secara tidak

sengaja siswa mampu mengemukakan pertanyaan secara kritis dan sistematis dan

tidak keluar dari materi esensial yang diajarkan. Dengan demikian, penerapan

metode snowball throwing dalam proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di kelas diharapkan dapat meningkatkan partisipasi belajar

siswa terutama pada aktivitas bertanya. Keterampilan bertanya yang cukup

memadai dapat mewujudkan belajar yang berkualitas.

Adapun Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran snowball

throwing yang akan dilaksanakan menurut Suprijono (2010: 128) adalah:

1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing- masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

(42)

6) Setelah siswa mendapat satu bola atau satu pertanyaan di berikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7) Evaluasi 8) Penutup

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah seperangkat kegiatan terutama kegiatan mental

intelektual, dari kegiatan yang sederhana sampai yang paling rumit. Aktivitas

belajar juga dapat diartikan mengembangkan keterampilan dalam proses

memperoleh hasil belajar (Gulo, 2005:78). Proses pembelajaran yang tercantum

dalam kurikulum KTSP adalah proses pembelajaran yang mencerminkan

komunikasi dua arah, tidak semata-mata pemberian informasi searah dari pihak

guru. Jika proses pembelajaran yang mencerminkan komunikas dua arah tercipta,

maka akan terbentuk suatu proses yang berhasil sesuai dengan yang diinginkan.

Adanya keaktifan siswa di kelas merupakan konsekuensi logis dari proses

pembelajaran, artinya keaktifan siswa merupakan tuntutan logis dari hakekat

belajar mengajar. Dengan demikian hakekat mengaktifkan siswa adalah cara atau

usaha untuk mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran.

(Nana Sudjana: 1989)

Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa disini dapat diartikan sebagai

kegiatan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan

intelektual emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan maksud untuk

membelajarkan siswa bagaimana memproses pengetahuan hasil belajarnya berupa

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Selain itu juga dapat disertakan

dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Hal ini terkait langsung dengan

pengertian CBSA (cara belajar siswa aktif) yang menekankan keaktifan siswa

(43)

yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini sejalan

dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2010: 92) bahwa:

dalam tiap metode belajar terdapat bermacam-macam kegiatan, akan tetapi tidak semua metode memberi kegiatan yang sama banyaknya. Pada umumnya metode kuliah atau ceramah tidak menimbulkan aktivitas yang banyak. Namun demikian murid-murid sekali-kali tidak pasif. Mereka harus berusaha menagkap isi, jalan pikiran dan inti ceramah, menafsirkanya, menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada, membuat catatan, memikirkannya secara kritis.

Pada dasarnya pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang

menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Bisa

dibayangkan dalam pengajaran tradisional terdapat asas aktivitas tetapi tetap saja

asas aktivitas tersbut bersifat semu. Munculnya berbagai metode pembelajaran

yang bervariasi sebenarnya tidak langsung dapat mengesampingpingkan

pembelajaran secara tradisisonal (ceramah), pada dasarnya metode ceramah juga

tetap akan selalu diterapkan oleh guru karena bagaimanapun juga guru memegang

peranan penting untuk menjelaskan materi kepada siswa, yang salah satu metode

yang digunakan guru untuk menjelaskan materi yaitu dengan ceramah, yang

diharapkan ceramah yang digunakan disini terdapat timbal baliknya atau dengan

adanya Tanya jawab kepada siswa. Berbagai metode pembelajaran pada dasarnya

menitik beratkan pada asas aktivitas karena dengan siswa belajar sambil bekerja.

Menurut teori aktivitas ini mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan

aspek-aspek tingkah laku lainya, serta mengembangkan keterampilan yang

bermakna untuk hidup dimasyarakat.

(44)

Penerapan interaksi belajar mengajar sebagai suatu proses mencakup

komponen yang luas. Masing-masing komponen berbeda penerapannya. Seperti

yang dikemukakan oleh vygotsky (1962:59) bahwa:

keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.

Meskipun pada akhirnya siswa akan mempelajari sendiri beberapa konsep

melalui pengalaman sehari-hari, siswa akan jauh lebih berkembang jika

berinteraksi dengan orang lain. Siswa tidak akan pernah mengembangkan

pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain. Beberapa contoh di

bawah ini membantu mengembangkan guru dalam mengembangkan komponen

lainnya yang sesuai dengan situasi dan kondisi belajar mengajar yang dihadapi

adalah (1) pengorganisasian materi (2) penataan kelas (3) penutup, (Etin Solihatin

2012:24). Penerapan interaksi belajar mengajar secara sfesifik di atas

dimaksudkan untuk memberikan gambaran bahwa apa yang dilakukan guru dalam

proses pembelajaran harus direncanakan secara sistematis. Dengan demikian

terdapat hubungan antara komponen pembelajaran dengan proses pembelajaran

D. Prosedur Penelitian

Untuk memudahkan proses penelitian, maka terdapat beberapa tahap

dalam penelitian yang disusun secara sistematis. Tahap tersebut antara lain:

(45)

Agar Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis dapat efektif dan efisien

sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis mengacu pada prosedur

penelitian yang terbagi ke dalam dua tahapan penelitian sebagai berikut:

Adapun prosedur perizinan yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada rektor UPI Bandung

melalui jurusan PKn, ditandatangani oleh ketua Jurusan PKn, selanjutnya

diteruskan kepada Dekan FPIPS melalui Pembantu Dekan I untuk

mendapatkan surat rekomendasi.

b. Mengajukan surat izin penelitian ke SUBAG MAWA Fakultas Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial dengan melampirkan foto copy proposal skripsi

yang telah di sahkan oleh kedua pembimbing, tanda bukti pembayaran

SPP, dan foto copy KTM (Kartu Tanda Mahasiswa).

c. Pembantu Dekan I FPIPS mengeluarkan surat rekomendasi permohonan

izin penelitian untuk disampaikan kepada rektor UPI melalui Pembantu

Rektor Bidang Akademik dan Hubungan Internasional.

d. Rektor UPI melalui Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Hubungan

Internasional mengeluarkan surat permohonan izin mengadakan penelitian

untuk disampaikan pada Kepala Sekolah SMAN 1 Tasikmalaya.

e. Setelah mendapatkan izin kemudian peneliti melakukan penelitian di

tempat yang telah ditentukan yaitu SMAN 1 Tasikmalaya.

2. Tahap Pra Penelitian

Langkah-langkah dalam tahap pra penelitian adalah sebagai berikut:

a) Melakukan observasi awal ke sekolah untuk mencari masalah

(46)

b) Merumuskan masalah penelitian berdasarkan hasil observasi.

c) Menetapkan lokasi dan subjek penelitian

d) Membuat proposal penelitian.

e) Pengurusan surat izin penelitian.

f) Analisis kurikulum dan jadwal pelajaran.

g) Pembuatan silabus dan skenario pembelajaran (RPP).

h) Koordinasi dengan guru Pkn yang kelasnya akan diteliti.

i) Membuat pedoman wawancara dan observasi

3. Tahap Pelaksanaa Penelitian

Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, dimana peneliti

mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk

memecahkan fokus masalah. Penelitian ini berupa penelitian deskriptif terhadap

penelitian tindakan kelas, jadi pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini

mengacu pada tahapan yang ada pada PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi yang dilaksanakan pada kelas X-2 siswa SMAN 1

Tasikmalaya.

E. Teknik Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Agar data-data yang diperoleh relevan dengan permasalahan dalam

penelitian ini, maka diperlukan suatu teknik pengumpulan data. Seperti yan

dikemukakan oleh Usman H, (2006:54) bahwa “teknik pengumpulan data adalah

data-data yang yang dikumpulkan dengan teknik tertentu”. Adapun

langkah-langkah dalam proses pengumpulan data ini adalah sebagi berikut:

(47)

Menurut Nana Sudjana (2009:84) yang dimaksud observasi adalah “Alat

penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun

proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang

sebenarnya maupun dalam situasi buatan”. Adapun kegiatan observasi yang

peneliti lakukan adalah dengan cara menganalisis dan mengdakan pencatatan

secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu

atau kelompok secara langsung. Dalam hal ini yang menjadi objek pengamatan

adalah siswa, pembelajaran yang berlangsung, lingkungan kelas dan hal- hal yang

berhubungan dengan proses pembelajaran siswa itu sendiri.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan cara observasi berupa

structured or controlled observation yaitu observasi yang direncanakan dan

terkontrol. Pada observasi ini peneliti menggunakan pedoman observasi (catatan

lapangan) yang tersusun dan memuat aspek- aspek atau gejala-gejala yang perlu

diperhatikan pada waktu penelitian berlangsung. Kedudukan observer dalam

penelitian ini adalah alat untuk memantau pertumbuhan, kemajuan siswa dalam

pembelajaran agar sesuai dengan apa yang direncanakan sekaligus sebagai alat

dalam mengevaluasi dan merefleksi dari tindakan yang dilakukan di kelas, yang

tercermin dalam aktivitas belajar dari siswa khususnya pada mata pelajaran Pkn.

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu percakapan, tanya jawab lisan

antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan

pada suatu masalah tertentu. Teknik ini peneliti gunakan untuk memperoleh data

dari siswa dan guru yang tidak terungkap baik dalam kuesioner maupun dalam

observasi.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengungkapkan data secara

(48)

peneliti sampai peneliti merasa cukup. Pedoman wawancara ini digunakan oleh

peneliti sebagai pemandu dan penguatan terhadap penelitian itu sendiri.

Menurut Wiriaatmaja, (2008: 199) tahap-tahap dalam wawancara adalah

1) Menentukan siapa yang akan diwawancarai. Penulis melakukan wawancara

kepada beberapa pihak yaitu guru mata pelajaran PKn yang bertindak sebagai

guru mitra dan kepafa beberapa siswa.

2) Mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak

dengan responden. Karena responden adalah orang-orang pilihan, dianjurkan

agar jangan membiarkan orang ketiga yang menghubungi, tetap peneliti

sendirilah yang melakukannya.

3) Mengadakan persiapan yang matang untuk pelaksanaan wawancara. Peneliti

mengadkan latihan terlebih dahulu bagaimana memperkenalkan diri dan

memberikan ikhtisar singkat tentang penelitian. Peneliti menyiapkan

poko-pokok pertanyaan, yang akan mengarahkannya pada wawancara. Selain itu

juga, peneliti menetapkan waktu, hari, tanggal, dan tempat wawancara.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

diperlukan dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi ini penting untuk lebih

memperinci dalam proses pengumpulan data. Danial dan Wasriah (2009:79)

mengemukakan:

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb

Dalam suatu penelitian, banyak sekali data-data yang harus dikumpulkan

untuk kebutuhan proses penelitian, studi dokumentasi ini memudahkan peneliti

(49)

diolah oleh peneleliti dengan lebih rinci. penelitian ini juga menggunakan

pedoman studi dokumentasi. Pedoman studi dokumentasi diambil dari ulangan

harian yang dilakukan melalui tes

Gambar

Gambar 3.1 Model Spiral Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Teggart.

Referensi

Dokumen terkait

McCormack, Jack C., 2003, “Desain Beton Bertulang”, Penerbit Erlangga, Jakarta.. Unnikhrisna and Menon, Devdas, 2003, “Reinforced

[r]

Masyarakat Desa Pulau Gemantung, dalam bidang agama memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk mempelajarinya, seprti halnya kegiatan pengajian

Salah satu kebutuhan utama manusia adalah sabun, karena hampir semua manusia di seluruh dunia memakai sabun untuk keperluan hidupnya, diantaranya adalah untuk membersihkan diri.

Lembaga Pendidikan adalah tempat berlangsungnya proses pendidikan yang meliputi pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat.. Umar Tirtarahardja

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

Pasal 1 Angka (2) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Hutan dan Lahan

Penulis menganalisa penelitian ini dengan menggunakan 2 metode, yang pertama adalah Chi Kuadrat ( Chi Square ) yaitu suatu metode mengenai perbandingan antara frekuesi observasi