PERBANDINGAN PENDEKATAN BERMAIN DAN PENDEKATAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
TERHADAP MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN PASCA PENDIDIKAN JASMANI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh
Andri Anggria Arizona Asmara
0801446
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Perbandingan Pendekatan Bermain dan Pendekatan Tradisional Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terhadap Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Pendidikan Jasmani” ini
adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang
merupakan plagiat dari karya orang lain.
Bandung, 2013 Yang membuat pernyataan
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA : ANDRI ANGGRIA ARIZONA ASMARA
NIM : 0801446
JURUSAN : PENDIDIKAN OLAHRAGA
JUDUL : PERBANDINGAN PENDEKATAN BERMAIN DAN PENDEKATAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN PASCA PENDIDIKAN JASMANI
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
(Dr. Bambang Abdul Jabar, M.Pd) NIP.196509091991021001
Pembimbing II
(Dr. Dian Budiana, M.Pd) NIP.197706292002121002
Mengetahui Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
ABSTRAK
Andri Anggria Arizona Asmara. 0801446. PerbandinganPendekatan Bermain dan Pendekatan Tradisional dalam PembelajaranPendidikan
Jamani Terhadap MinatBelajarMata Pelajaran Pasca
PendidikanJasmani.PembimbingI :Dr. Bambang Abduljabar,
M.PdPembimbing II : Dr. Dian Budiana, M.Pd.
Pendekatan mengajar yang diterapkan guru penjas amat beragam, oleh karena itu sekiranya perlu diteliti perbedaan pengaruh setiap penerapan pendekatan mengajar penjas. Dalam kesempatan ini penulis melakukan penelitian mengenai perbedaan penerapan pendekatan mengajar penjas antara pendekatan bermain dan pendekatan tradisional, serta untuk mengetahui bagaimana pengaruh perbedaan tersebut terhadap minat belajar mata pelajaran pasca penjas di SMA Negeri 9 Bandung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Expost facto. Sampel penelitian adalah siswa SMA Negeri 9 Kota Bandung sebanyak 320 orang. Desain penelitian ini mengunakan Post-test Only Design dengan instru menpenelitiannya menggunakan kuesioner tertutup berskala Likert, sedangkan pengolahan dan analisis data penelitian menggunakan SoftwareSPSSVersion 20.
Hasil pengolahan dan ananlisis data diperoleh kesimpulan, 1.Pendekatan tradisional dalam pembelajaran pendidikan jasmani kurang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani 2. Pendekatan bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani memediasi pada pengembangan minat belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani 3. Pendekatan bermain dalam pembelajaran penjas signifikan lebih menumbuh kembangkan dan menyokong minat belajar mata pelajaran pasca penjas disbandingkan dengan pendekatan tradisional.
Kata kunci:PendekatanBermain, PendekatanTradisional, MinatBelajar Mata
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR/BAGAN ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Batasan Penelitian ... 11
F. Batasan Istilah ... 12
G. Anggapan Dasar ... 13
H. Hipotesis ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar dan Mengajar ... 17
1. Hakikat Belajar ... 17
2. Minat Belajar ... 18
a. Pengertian Minat Belajar ... 18
b. Unsur-unsur Minat Belajar ... 20
c. Jenis-jenis Minat Belajar ... 21
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ... 23
3. Hakikat Mengajar ... 25
B. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 26
2. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 30
3. Manfaat Pendidikan Jasmani ... 33
4. Pelaksanaan Pendidikan Jasmani di SMA Negeri 9 Bandung ... 35
C. Pendekatan Mengajar Pendidikan Jasmani ... 36
1. Pendekatan Tradisional ... 37
2. Pendekatan Bermain ... 39
D. Pendekatan Fisiologis dan Psikologis dari Latihan Jasmani yang Tertakar dan Terukur . ... 40
E. Teori Bermain dan Pendidikan Jasmani ... 44
F. Minat Belajar Pasca Pendidikan Jasmani... 48
G. Keterkaitan Pendekatan Bermain dan Tradisional dengan Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Pendidikan Jasmani ... 50
BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian ... 58
B. Populasi dan Sampel ... 60
C. Desain Penelitian ... 63
D. Langkah-langkah Penelitian ... 64
E. Instrumen Penelitian ... 65
F. Uji Coba Instrumen ... 69
G. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 79
H. Tekhnik Analisis Data ... 80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 82
1. Uji Normalitas ... 83
2. Uji Homogenitas ... 84
3. Independent Sample T-test ... 84
4. One Sample T-test ... 92
B. Pembahasan ... 94
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 106 B. Rekomendasi ... 107
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Psychological Benefits of Exercise in Clinical and Nonclinical Populations .... 42
2.2 Karakteristik Pendekatan Mengajar Penjas ... 50
2.3 Pengaruh Pendekatan Mengajar Penjas terhadap Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas ... 51
3.1 Distribusi Sampel dan Mata Pelajaran Pasca Penjas ... 62
3.2 Post-Test Only Design ... 63
3.3 Kategori Penyekoran Alternatif Jawaban ... 67
3.4 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas Sebelum Uji Coba ... 68
3.5 Hasil Perhitungan Uji Validitas Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas ... 73
3.6 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Item Soal ... 74
3.7 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas Setelah Uji Coba ... 74
3.8 Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas Sebelum Uji Coba ... 76
4.1 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 83
4.2 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 84
4.4 Hasil Uji T Perbandingan Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas
Antara Kelas Pendekatan Bermain dan Tradisional (Bahasa Inggris) ... 87
4.5 Hasil Uji T Perbandingan Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas
Antara Kelas Pendekatan Bermain dan Tradisional (Matematika) ... 89
4.6 Hasil Uji T Perbandingan Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas
Antara Kelas Pendekatan Bermain dan Tradisional (Biologi) ... 90
4.7 Hasil Uji T Perbandingan Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas
Antara Kelas Pendekatan Bermain dan Tradisional (Ekonomi) ... 91
4.8 Hasil Uji T Perbandingan Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas
DAFTAR GAMBAR /BAGAN
Gambar
1.1 Perbandingan Pendidikan Olahraga dan Pendidikan Jasmnai ... 2
2.1 Paradigma Profesi Terkait Pendidikan Jasmani ... 29
2.2 Asumsi Penerapan Pendekatan Bermain ... 54
2.3 Asumsi Penerpan Pendektan Tradisional ... 56
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran
A. Surat Keputusan Pengesahan Judul dan Dosen Pembimbing ...
B. Surat Permohonan Izin Penelitian ...
C. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... D. Angket minat belajar mata pelajaran pasca penjas (sebelum uji coba)...
E. Angket minat belajar mata pelajaran pasca penjas (setelah uji coba) ... F. Data perolehan skor kelas ...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani sering dihubungkan dengan konsep lain, yaitu manakala
pendidikan jasmani (penjas) dipersamakan dengan setiap usaha atau kegiatan
yang mengarah pada perkembangan bagian organ-organ tubuh, kesegaran
jasmani, kegiatan fisik, dan pengembangan keterampilan gerak. Pengertian itu
memberikan pandangan yang menyempitkan dari konsep, arti dan hakekat penjas
yang sesungguhnya. Dengan kata lain masyarakat menyempitkan makna filosofis
penjas. Akhirnya secara turun-temurun penjas disepadankan dengan olahraga
pendidikan dan pendidikan olahraga, tetapi pada kenyataannya berbeda secara
konsep dan tujuannya.
Manakala tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka olahraga
pendidikan dan pendidikan olahraga kurang mengandung unsur-unsur pedagogi.
Secara garis besar, pendidikan olahraga merupakan pendidikan ke dalam olahraga
dan mempunyai tujuan akhir prestasi yang prosesnya melalui berbagai latihan
fisikal dengan intensitas tinggi bukan proses belajar mengajar. Sedangkan
olahraga pendidikan merupakan pendidikan melalui olahraga yang bertujuan
untuk mendapatkan nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga yang
dimainkannya karena olahraga seyogiyanya memiliki potensi kependidikan.
Berikut Abduljabar (2011:35-36) menjelaskan perbandingan antara pendidikan
Pendidikan Olahraga Olahraga Pendidikan
Waktu untuk pengalaman gerak penting dan lama
Waktu merupakan satu unit pengajaran
Afiliasi keanggotaan tim/kelompok olahraga
Afiliasi keanggotaan pada kelas
Pertandingan formal sesuai jadwal sistem pertandingan
Pertandingan formal mengacu pada jadwal dan sistem tidak ketat
Pertandingan berakhir pada penentuan siapa yang terbaik
Pertandingan berakhir tidak selalu menentukan siapa yang jadi pemenang
Rekor beragam dan dicatat Rekor terbatas; kehadiran, dan hanya
uji keterampilan secara khusus
Gambar 1.1
Perbandingan Pendidikan Olahraga dan Olahraga Pendidikan (Bambang Abduljabar, 2011)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar
perbedaan antara pendidikan olahraga dan olahraga pendidikan adalah
pengemasan bentuk aktivitas fisikal dan prosesnya terjadi dalam dimensi yang
berbeda. Dengan kata lain, olahraga pendidikan lebih sederhana dibandingkan
dengan pendidikan olahraga.
Secara sederhana, pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktivitas
jasmani. Prosesnya lebih mengutamakan belajar melalui aktivitas jasmani dari
pada belajar untuk aktivitas jasmani. Artinya bahwa pendidikan jasmani
dituangkan dalam bentuk aktivitas fisikal untuk mengembangkan semua
aspek-aspek yang terdapat dalam diri sendiri atau dengan kata lain peserta didik terdidik
secara jasmaniah bukan terdidik secara olahraga. Oleh karena itu, dengan penjas
peserta didik diharapkan mengenali tubuhnya, mengenali potensi gerak tubuhnya,
Sehingga peserta didik potensi tubuh dan geraknya dapat dikenali, dipelihara atau
bahkan ditingkatkan sampai akhir hayat secara mandiri.
Proses pembelajaran penjas yang dilakukan ini berbeda dengan proses
pembelajaran mata pelajaran lain yang didominasi oleh kegiatan di dalam kelas
yang lebih bersifat kajian teoritis, namun tidak kalah pentingnya dengan mata
pelajaran lain. Melalui proses belajar mengajar penjas tersebut diharapkan terjadi
proses belajar siswa yang mencakup belajar kognitif, belajar afektif, belajar social
dan belajar gerak. Seluruh aspek tersebut saling berkaitan erat dalam proses
pembelajaran dan saling mempengaruhi terhadap hasil belajar peserta didik
keseluruhan.
Berbicara mengenai aspek afektif dalam pembelajaran disekolah banyak ahli
psikologi yang mengemukakan mengenai definisi belajar yang meliputi perubahan
dalam sudut pandang tingkah laku peserta didik dalam hal ini. Menurut Slameto
(2003:2) belajar dapat didefinisikan ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang umtuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) banyak terdapat pengaruh yang
menyebabkan peserta didik tidak dapat berpartisipasi secara optimal dalam
belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Menurut Hilgard
(Slameto, 2003:57) mengemukakan rumusan minat sebagai berikut:
“Interest is persisting tedency to pay attention to and enjoy some activity or content”. Artinya minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.
Mengembangkan minat belajar gerak peserta didik pada dasarnya
merupakan usaha guru untuk menarik perhatian peserta didik terhadap suatu hal
yang baru dan mau mempelajarinya tanpa ada paksaan yang berlebih namun tetap
menyenangkan. Perkembangan minat belajar tersebut diharapkan relatif menetap,
artinya minat belajar tidak hanya pada mata pelajaran yang menurut peserta didik
menyenangkan akan tetapi minat belejar tersebut dapat berdampak positif dan
dapat terjaga pada mata pelajaran selanjutnya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa minat belajar peserta didik pada mata pelajaran satu dengan
yang lainnya itu saling berkaitan erat dan saling mempengaruhi.
Menurut Slameto (2003:58) berpendapat bahwa “Minat tidak dibawa sejak
lahir melainkan diperoleh kemudian, terutama dalam belajar gerak. Minat
terhadap sesuatu dipelajari sejak lahir melainkan diperoleh kemudian”. Artinya
minat terhadap sesuatu yang dipelajari dapat mempengaruhi belajar selanjutnya
serta mempengaruhi minat baru terhadap yang akan dipelajarinya.
Namun di jaman modern ini pandangan penjas telah berkembang ke arah
yang lebih baik lagi. Hal ini dapat dilihat dengan pengemasan pembelajaran yang
lebih menarik peserta didik untuk lebih menyenangi dan ikut aktif berpartisipasi
dan belajar dalam pembelajaran penjas. Hal ini juga dapat berguna untuk
membantu peserta didik mempersiapkan diri dalam menghadapi perkembangan
masyarakat yang semakin menggantungkan dirinya pada teknologi sebagai akibat
dari globalisasi dan sistem transportasi yang semakin berkembang.Di sini fungsi
dan peran penjas sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam pertumbuhan dan
perkembangan tubuh dan potensi gerak tubuhnya.
Bukti dari membaiknya pemahaman penjas yaitu kompetensi guru penjas
yang semakin membaik yang salah satunya ditandai dengan digunakannya model,
metode dan pendekatan-pendekatan yang bervariasi dan inovatif dalam proses
belajar mengajar. Untuk itu kompetensi didaktik dan metodik mengajar
merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru penjas. Meski
demikian masih banyak guru penjas yang melaksanakan proses pembelajaran
dengan cara tradisional (pendekatan tradisional) dengan kepercayaan pada
menitikberatkan peningkatan teknik yang bersifat kecabangan olahraga tanpa
memperhatikan siapa yang menjadi peserta didik, apa dampak pada peserta didik,
yaitu merasakan kelelahan yang berlebihan dan akibatnya peserta didik cepat
bosan dan jenuh. Artinya minat belajar belajar peserta didik pun menurun dan
tingkat partisipasi peserta didik dalam proses belajar mengajar menjadi rendah,
dikarenakan tidak adanya perasaan senang dalam dirinya dan dari situ tidak
yang mengadaptasi siswa. Hal ini selaras dengan pendapat dari Slameto (2003:59) yang menyatakan bahwa “kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan
dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu
hilang”.
Dampak ini berlanjut pada mata pelajaran lain setelah peserta didik
mengikuti pembelajaran penjas, yang pelaksanaannya di dalam kelas. Dalam
kenyataannya banyak guru-guru mata pelajaran lain mengeluhkan dampak dari
pelajaran penjas terhadap mata pelajaran yang mereka ajar yang waktunya
bertepatan setelah peserta didik mengikuti pembelajaran penjas. Dampak tersebut
secara langsung berpengaruh pada minat peserta didik mengikuti pelajaran setelah
penjas yaitu kelehan yang berlebih yang mengakibatkan peserta didik mengantuk,
gerah, capek dan malas sehingga peserta didik sulit untuk berkonsentrasi dan
menerima pelajaran yang diberikan guru pelajaran lain.
Pada hakekatnya proses belajar mengajar yaitu proses komunikasi yang
berjalan selaras dan bertujuan untuk mencapai tujuan pengajaran. Namun hal yang
harus diperhatikan oleh guru penjas adalah mengemas pembejaran semenarik
mungkin sehingga hasil dan dampak yang ditimbulkannya pun dapat bermanfaat
secara optimal bagi peserta didik terutama untuk menunjang pendidikan peserta
didik itu sendiri.
Hal demikian pun penulis temukan dan nyata terlihat di dalam lingkungan
SMA Negeri 9 Bandung yang menjadi tempat PPL penulis. Pengaruh penerapan
suatu metode mangajar yang diaplikasikan guru penjas setempat terlihat jelas
Fakta di lapangan yang penulis rasakan yaitu perbedaan penggunaan metode
mengajar antara guru penjas yang satu dengan yang lainnya. Menurut apa yang
telah penulis amati, terdapat perbedaan penyampaian materi yaitu pendekatan
tradisional dan pendekatan bermain. Dampaknya pun jelas berbeda terhadap
peserta didik.
Menurut pengamatan penulis pada saat guru penjas SMA Negeri 9 Bandung
mengajar penjas, pendekatan tradisional yang diterapkan salah satu guru penjas
SMA Negeri 9 Bandung terlihat pengaruhnya yaitu peserta didik merasakan
kelelahan yang berlebihan, bosan dan jenuh serta terkesan peserta didik kurang
berminat dalam mengikuti penjas dan mata pelajaran selanjutnya, sedangkan
pendekatan bermain yang diterapkan Bapak Juhana (Guru penjas SMA Negeri 9
Bandung) terlihat pengaruhnya yaitu peserta didik merasakan lebih ceria, senang
dan ikut aktif dalam PBM penjas serta terkesan peserta didik lebih berminat dalam
mengikuti penjas dan mata pelajaran selanjutnya.
Dampak dari penggunaan metode yang kurang menarik dalam PBM penjas
lebih diarasakan pesrta didik jika setelah mata pelajaran penjas adalah mata
pelajaran yang memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi seperti matematika
dan fisika, peserta didik cenderung malas. Selain itu penempatan mata pelajaran
penjas yang diletakan pada jam pelajaran setelah istirahat yaitu pukul 10.05 WIB
cenderung membuat peserta didik kurang berminat pada mata pelajaran penjas
dan mata pelajaran setelahnya. Dikarenakan cuaca yang sudah mulai terik dan
mengakibatkan produksi keringat lebih banyak dan kelelahan yang berlebihan.
kelas dalam satu waktu jam pelajaran yang membuat guru penjas harus pintar
mensiasati manajemen kelas dengan jumlah peserta didik mencapai 90 orang dan
area bermain yang hanya mengandalkan lapangan basket saja.
Sesuai pemaparan di atas mengenai berbagai permasalahan yang timbul
pada saat dan setelah peserta didik mengikuti PBM penjas sehingga minat belajar
peserta didik setelah mengikuti penjas menurun. Oleh karena itu guru penjas harus
mensiasatinya dengan memodofikasi suatu pembelajaran agar berdampak positif
terhadap mata pelajaran setelah penjas, maka penulis merasa tertarik untuk
mengetahui bagaimana perbandingan pendekatan bermain dan pendekatan
tradisional terhadap minat belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani.
B. Rumusan Masalah
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Negeri 9 Bandung taraf
minat belajar gerak peserta didik dalam PBM penjas sangatlah kurang dan
pengaruhnya terhadap minat belajar mata pelajaran setelah penjas cenderung
rendah. Terlihat dengan hanya beberapa peserta didik yang serius mengikuti
pembelajaran pendidikan jasmani dengan bersemangat, sungguh-sungguh, dan
ceria (senang), namun sisanya mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani hanya
karena keterpaksaan yang diakibatkan kelelahan yang berlebihan yang dirasakan
peserta didik mengakibatkan minat mereka menurun.
Hal ini disebabkan tidak adanya minat dalam diri peserta didik itu sendiri
untuk mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani dan mempertahankannya
90 orang dan segi fasilitas pembelajaran pendidikan jasmani yang minim
mengakibatkan guru penjas harus pintar mensiasati PBM semenarik mungkin
dengan penggunaan metode atau pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan. Salah satu guru penjas SMA Negeri 9 Bandung beranggapan semua
peserta didik dapat melakukan aktivitas pendidikan jasmani yang diberikan
dengan menggunakan pendekatan teknik dan harus ada pengulangan (Drill) agar
peserta didik dapat menguasai teknik kecabangan olahraga dan guru penjas mudah
menilai hasil belajar peserta didik. Pendekaan atau metode pembelajaran tersebut
adalah pendekatan tradisional yang cenderung menyebabkan kelelahan berlebihan
karena peserta didik menjadi objek pembelajaran dan seorang guru sebagai subjek
pembelajaran.
Oleh karena itu guru penjas harus pintar mengemas PBM dalam suasana
yang menyenangkan agar peserta didik ikut berpartisipsi aktif dalam PBM.
Artinya jika peserta didik merasakan kesenangan dan ikut aktif dalam PBM
penjas maka dapat dikatakan minat belajar peserta didik meningkat dan
diharapkan bertahan hingga mata pelajaran setelah penjas. Salah satu modifikasi
pembelajaran yang dapat dilakukan guru penjas yaitu menerapkan pendekatan
bermain yang menitikberatkan pada aktivitas permainan yang membawa peserta
didik dalam suasana senang, ceria dan gembira sehingga minat belajar peserta
didik dalam PBM penjas meningkat dan relatif menetap sampai waktu pulang
sekolah tiba. Dengan kata lain untuk meningkatkan minat belajar mata pelajaran
setelah penjas, maka haruslah menumbuhkan dan mengembangkan minat belajar
bahwa “Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong
belajar selanjutnya”.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
mencoba menjabarkan kembali permasalahan yang timbul dalam bentuk kalimat
pertanyaan sehingga penulis benar-benar merasa tertarik untuk meneliti lebih
lanjut. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pendekatan bermain terhadap minat belajar mata
pelajaran pasca penjas?
2. Bagaimana pengaruh pendekatan tradisional terhadap minat belajar mata
pelajaran pasca penjas?
3. Pendekatan manakah yang cenderung lebih baik antara pendekatan bermain
dan pendekatan tradisional terhadap minat belajar mata pelajaran pasca
penjas?
C. Tujuan Penulisan
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka penulis mencoba
menjabarkan tujuan penulisan yang ingin dicapai. Tujuan penulisan tersebut
terdapat dalam halaman selanjutnya yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendekatan bermain terhadap minat
belajar mata pelajaran setelah penjas.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendekatan tradisional terhadap minat
3. Untuk mengetahui pendekatan manakah yang cenderung lebih baik antara
pendekatan bermain dan pendekatan tradisional terhadap minat belajar mata
pelajaran setelah penjas.
D. Manfaat Penulisan
Jika tujuan penulisan ini tercapai, maka manfaat yang dapat dirasakan dari
penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penulisan ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan bahan
informasi serta memberikan gambaran mengenai penerapan pendekatan
pembelajaran penjas terhadap peningkatan minat belajar mata pelajaran
setelah penjas.
2. Secara praktis, hasil penulisan ini dapat dijadikan acuan dan bahan masukan
bagi guru-guru penjas dalam mengemas pembelajaran melalui penerapan yang
sesuai serta memahami dampaknya terhadap minat belajar mata pelajaran
setelah penjas.
E. Batasan Penelitian
Berpedoman dari latar belakang di atas, serta untuk menghindari penafsiran
yang terlalu luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka batasan
masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya difokuskan pada perbandingan pendekatan bermain dan
pendekatan tradisional Terhadap Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca
2. Penelitian ini menitikberatkan pada penerapan pendekatan atau metode yang
diberikan kepada sampel dan tidak memfokuskan pada sampel yang sama.
3. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode ex post facto.
Variabel bebas dalam penulisan ini adalah pendekatan bermain dan
pendekatan tradisional, sedangkan variabel terikat dalam penulisan ini adalah
minat belajar mata pelajaran setelah penjas.
Untuk menghindari salah penafsiran istilah yang digunakan dalam penulisan
ini, maka penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai istilah sebagai
berikut:
1. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu.
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/).(diakses 6 Januari 2012).
2. Pendekatan bermain, menurut Wahjoedi (1999:121) yang dikutip dari
http://mari-berkawand.blogspot.com/2011/08/pengertian-pendekatan-bermain.html yaitu pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi
permainan. Permainan disini tidak sekedar aktivitas bermain namun sebagai
wahana pengembangan psikologi peserta didik dalam proses belajar mengajar
3. Pendekatan tradisional merupakan pendekatan pembelajaran yang telah lama
dikenal umum dan diterapkan guru penjas dan olahraga sejak dahulu yang
meyakini pembelajaran menggunakan pengulangan aktivitas jasmani. Artinya
orientasi pemebelajaran terfokus pada peningkatan teknik dasar kecabangan
olahraga.
4. Minat adalah kecendurangan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan.
(http://www.scribd.com/hanik%20i/d/21249216-MINAT-BELAJAR)
.(diakses 6 Januari 2012).
F. Anggapan Dasar
Proses belajar mengajar melibatkan banyak komponen yang melumat
menjadi sebuah komunikasi aktif anatara guru dan peserta didik dan segala hal
yang mempengaruhinya. Minat belajar merupakan salah satu pengaruh
terlaksananya PBM yang berasal dari dalam diri siswa dan dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar serta cenderung menetap. Oleh karena cenderung menetap
maka minat belajar pada suatu mata pelajaran diprediksi dapat mempengaruhi
pengembangan minat belajar mata pelajaran selanjutnya. Pengaruh tersebut dapat
berupa hal atau kesan positif dan berupa hal negatif sesuai dengan penafsiran
masing-masing individu peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di atas maka proses belajar akan berjalan lancar bila
disertai dengan adanya minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat
belajar peserta didik agar pelajaran yang diberikan mudah diterima dan dimengerti
oleh peserta didik. Berkaitan dengan pembelajaran penjas yang didominsai
pelaksanaannya di area terbuka dan berbaur dengan situasi lapangan serta segala
aktivitas jasmani yang cukup menguras tenaga yang pada ahkirnya akan
menurunkan minat belajar peserta didik yang terlihat jelas pada saat atau setelah
pembelajaran penjas. Untuk membangkitkan minat belajar peserta didik agar ikut
aktif dalam penjas tidak mudah tentunya. Oleh karena itu, seorang guru penjas
harus mengemas pembelajaran semenarik mungkin namun sesuai dengan
kompetensi pedagogi guru penjas.
Meski demikian masih banyak guru penjas yang menggunakan metode
tradisional dalam hal ini pendekatan tradisional yang menitikberatkan pada teknik
kecabangan olahraga dan pengulangan gerakan yang cenderung mengakibatkan
kelelahan yang berlebihan dan jenuh.
Terkait dengan kelelahan yang berlebihan Slameto (2003:59)
mengemukakan bahwa faktor kelelahan dibagi menjadi dua yaitu:
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Dan yang kedua yaitu kelelahan rohani dapat terlihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Bermain adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencari kesenangan atau
hiburan. Menurut Hendrayana yang dikutip dari Rani (2011:41) bermain
anak-anak, hingga orang dewasa, tak terkecuali para penyandang cacat. Pada masa
anak-anak bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupannya bahkan anak-anak identik dengan bermain.Bermain juga dapat
menimbulkan kelincahan, kegembiraan, dan tidak membosankan, bergairah untuk
bermain. Sebagaimana anak-anak akan mudah terbangkit minatnya untuk
bermain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa minat belajar penjas
terbentuk melalui berbagai permainan, maka dampak yang ditimbulkan pada mata
pelajaran setelah penjas adalah minat belajar akan terkenang dan relatif menetap
pada peserta didik untuk mengikuti mata pelajaran pasca penjas. Hal ini
dikarenakan dalam bermain permainan peserta didik merasa nyaman dan yang
pasti sukarela melakukannya dengan dibarengi rasa senang yang menjadi
penyokong minat belajar mata pelajaran pasca penjas.
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, dimana
rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan
anggapan dasar di atas, hipotesis dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran penjas dengan menggunakan pendekatan bermain memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap minat belajar mata pelajaran pasca penjas
2. Pembelajaran penjas dengan menggunakan pendekatan tradisional
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat belajar mata pelajaran
3. Pendekatan bermain signifikan menumbuhkembangkan minat belajar mata
pelajaran pasca penjas dibandingkan dengan menggunakan pendekatan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Prosedur Penelitian
Dalam sebuah penelitian, salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal adalah menemukan metode yang tepat dan
mendukung terhadap jalannnya penelitian tersebut. Metode penelitian merupakan
suatu cara yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh suatu kesimpulan,
penelitian yang dilakukan sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan tujuan
yang diharapkan penulis. Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2011:2)
bahwa“metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Lebih lanjut surakhmad
(1998:131) menjelaskan bahwa “Metode merupakan cara utama yang
dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan.”
Sesuai penjelasan diatas, dalam upaya memecahkan permasalahan dalam
penelitian ini, penulis menggunakan metode Ex Post Facto. Adapun mengenai
metode penelitian Ex Post Facto dijelasakan oleh Ibrahim dan Sudjana (2004: 56)
yaitu:
Ex Post Facto artinya sesudah fakta. Ex Post Facto sebagai metode penelitian menunjuk kepada perlakuan atau manipulasi variabel bebas X telah terjadi sebelumnya sehingga penulis tidak perlu memberikan perlakuan lagi, tinggal melihat efeknya pada variabel terikat.
Lebih lanjut Sukardi (2008: 174) menjelaskan bahwa: “Penelitian ex post
terjadi, ketika penulis mulai melakukan pengamatan terhadap variabel terikat”.
Sedangkan Arikunto (2002: 237) menjelaskan bahwa, “Pada penelitian ini,
penulis tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil”.
Selaras dengan itu Nazir (1988:69) mengemukakan bahwa:
Metode penelitian komparatif adalah bersifat ex-post facto. Artinya, data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung. Penulis dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia.
Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut, penulis yakin dengan
menggunakan metode penelitian ex post facto dapat mengungkap,
menggambarkan dan mengetahui perbedaan yang terjadi dilapangan secara nyata
mengenai perbandingan pendekatan bermain dan pendekatan tradisional dalam
pembelajaran penjas terhadap minat belajar mata pelajaran setelah penjas di SMA
Negeri 9 Bandung. Artinya dengan digunakannya metode ex post facto dalam
penelitian ini bertujuan untuk dapat menjawab rumusan masalah yang telah
ditentukan sebelumnya yaitu mengetahui pendekatan pembelajaran mana yang
relatif lebih baik dalam upaya meningkatkan minat belajar mata pelajaran lain
setelah peserta didik mengikuti PBM penjas di SMA Negeri 9 Bandung.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil informasi atau data dari
sekelompok peserta didik yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Teknik
sampling menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria kesepadanan
mata pelajaran pasca penjas yang sama pada setiap kelas sampel.
Untuk itu metode penelitian ini dianggap cocok untuk meneliti pengaruh
yaitu satu variabel terikat dan dua variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah minat belajar mata pelajaran pasca penjas, sedangkan
variabel bebasnya yaitu pendekatan bermain dan pendekatan tradisional. Kedua
variabel bebas tersebut telah terlaksana di lingkungan SMA Negeri 9 Bandung
khususnya dalam mata pelajaran penjas. Pendekatan bermain dan pendekatan
tradisional tersebut telah digunakan oleh dua orang guru penjas SMA Negeri 9
Bandung, sehingga penulis tidak perlu melakukan perlakuan terhadap sampel
penelitian. Oleh karena penelitian ini bersifat ex post facto maka penulis hanya
mengambil hasil dari perlakuan yang telah dilakukan oleh guru penjas SMA
Negeri 9 Bandung. Artinya penulis hanya mengambil data dari sampel penelitian
dengan menggunakan angket minat belajar pasca penjas.
Selanjutnya langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini
adalah mengumpulkan data dengan instrumen yang penulis pergunakan dalam
pengumpulan data ini adalah quisioner atau angket tertutup, dengan menggunakan
skala likert yang menyediakan lima pilihan jawaban. Hasil dari penyebaran angket
tersebut akan dianalisis secara kuantitatif dengan bantuan Software SPSS Version
20 yang diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan
sebelumnya.
Agar penulis yakin bahwa penelitian ini mengungkap peningkatan minat
belajar mata pelajaran pasca penjas adalah sebagai akibat dari pembelajaran
penjas itu sendiri. Artinya diduga bahwa penerapan pendekatan mengajar dalam
penjas dapat mempengaruhi minat belajar mata pelajaran pasca penjas bukam dari
penelitian dan meyakinkan terhadap hasil peneltian yang signifikan atau tidak
sigfikan yang terjadi merupakan akibat dari belajar penjas bukan akibat suatu hal
yang lain. Adapun upaya-upaya yang penulis lakukan untuk menghindari flacebo
antara lain: peserta didik diarahkan pada pemahaman dampak pasca penjas,
memelihara suasana minat belajar yang terpelihara pada saat pembelajaran penjas
dan setelah pembelajaran penjas, mengendalikan suasana mood dan menjaga serta
mendampingi peserta didik dalam kesehariannya mengikuti PBM di sekolah serta
penyebaran angket pada saat peserta didik mengikuti mata pelajaran setelah
penjas.
B. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2011:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh penulis untuk mempelajari dan kemudian tarik
kesimpulannya. Dari pernyataan diatas penulis menetapkan populasi dalam
penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas X, XI dan XII SMA Negeri 9
Bandung tahun ajaran 2012/2013. Dengan alasan penulis menganggap
karakteristik yang relatif homogen, artinya minat peserta didik terhadap mata
pelajaran setelah peserta didik mengikuti pembelajaran penjas relatif rendah yang
tampak secara keseluruhan.
Mengenai sampel Sugiyono (2011:81) menjelaskan bahwa “Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Lebih
lanjut Arikunto (2002:104) menjelaskan bahwa “Sampel adalah sebagian atau
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan
maksud memberikan peluang yang sama kepada seluruh populasi untuk menjadi
anggota sampel. Sugiyono (85:2011) menjelaskan tentang pengertian purposive
sampling adalah sebagai berikut: “purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah pertimbangan mengenai siapa guru yang memegang
kelas yang akan dijadikan sampel dan metode apa yang digunakan guru tersebut
yang meliputi pendekatan tradisional dan pendekatan bermain (variabel bebas).
Oleh karena karakteristik populasi tersebut dapat dikatakan penulis relatif
homogen karena generalisasi keadaan, situasi dan faktor internal peserta didik
hampir sama secara keseluruhan, maka penulis dapat memilih sampel yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Lebih lanjut Sukintaka (46:1992) menjelaskan
karakteristik peserta didik SMA yang berada dalam rentang usia 16-18 tahun
(middle adolescence), karakteristik tersebut meliputi perubahan-perubahan yang
cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, sosial dan motorik.
Berdasarkan penjelasan tersebut penulis mengambil sampel peserta didik
beberapa kelas yang meliputi kelas X, XI IPA dan XII IPA. Alasannya yaitu
peserta didik cenderung mempunyai generalisasi kecakapan fisik, taraf aktivitas
yang relatif sama antara peserta didik putri dan putra yang dalam proses
pembelajarannya seluruh kelas yang ada di SMA Negeri 9 Bandung relatif
homogen. Dengan ketentuan perlakuan yang telah diberikan kepada peserta didik
yaitu pendekatan bermain yang di didik oleh Bapak Juhana (Guru penjas SMAN 9
tradisional yang di didik oleh Bapak Djidji (Guru penjas SMAN 9 Bandung).
Untuk lebih jelas, perhatikan tabel berikut ini.
Tabel 3.1
Distribusi Sampel dan Mata Pelajaran Pasca Penjas
Pendekatan Bermain Pendekatan Tradisional
Kelas
Mata Pelajaran
Pasca Penjas Kelas
Mata Pelajaran
Pasca Penjas
XI IPA 6 Bahasa inggris XI IPS 1 Bahasa inggris
XI IPA 5 Matematika XI IPS 2 Matematika
XII IPA 1 Biologi XII IPA 6 Biologi
X 10 Ekonomi XI IPS 3 Ekonomi
C. Desain Penelitian
Dalam suatu penelitian, penulis tidak hanya mengetahui aturan-aturan
permainan saja tetapi harus pula mempunyai keterampilan untuk
melaksanakannya dengan cermat. Selaras dengan hal tersebut, Nazir
mengemukakan bahwa “desain penelitian harus mengikuti metode penelitian.”
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test Only
Design yaitu suatu desain penelitian yang hanya melihat hasil tes akhir saja. Dari
penjelasan tersebut penulis menempatkan subjek penelitian ke dalam dua
pendekatan bermain. Mekanisme penelitian dari dua kelas tersebut digambarkan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2
Post-test Only Design
Sampel Variebel Bebas Variebel Terikat
A1 A1 X1
B2 B2 X2
Keterangan:
A1 : Perlakuan atau pembelajaran menggunakan pendekatan bermain
B2 : Perlakuan atau pembelajaran menggunakan pendekatan tradisional
X1 : Angket minat belajar mata pelajaran pasca penjas yang diberikan pada
kelompok pendekatan bermain
X2 : Angket minat belajar mata pelajaran pasca penjas yang diberikan pada
kelompok pendekatan tradisional
D. Langkah-langkah Penelitian
Berdasarkan desain penelitian diatas, maka penulis membuat
Bagan 3.1
Langkah-langkah Penelitian
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang akurat dalam sebuah penelitian tentunya
diperlukan sebuah alat yang disebut instrumen. Mengenai instrumen ini, Arikunto
(2002:138) menerangkan sebagai berikut:
Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran.
Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus POPULASI
PENDEKATAN TRADISIONAL PENDEKATAN BERMAIN
ANGKET MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN PASCA PENJAS
ANALISIS DATA SAMPEL
Dengan berdasarkan pada metode penelitian yang telah penulis pilih, maka yang
menjadi instrumen penelitian adalah kuesioner atau angket, hal ini dikarenakan
responden dapat meluapkan apa yang dirasakannya secara mandiri dengan
obyektif dan cepat tanpa ada tekanan dan rasa takut dari siapa pun. Mengenai
pengertian kuesioner atau angket Sugiyono (2011:148) menjelaskan bahwa
“kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya”.
Adapun jenis angket yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
angket tertutup, menurut Arikunto (2002:28), angket tertutup yaitu kuesioner yang
disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap, sehingga pengisi hanya
tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih. Adapun beberapa alasan yang
menyebabkan penulis menggunakan angket tertutup yaitu sebagai berikut:
a. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti bersifat kuantitatif.
b. Responden akan lebih leluasa dalam memberikan jawaban.
c. Waktu yang diperlukan relatif singkat dalam menghimpun data.
Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan
memudahkan untuk mengolahnya, angket dalam penelitian yaitu untuk peserta
didik berisi pernyatan dan peserta didik diminta menanggapi pernyataan yang
diberikan dengan cara memberi cheklist pada kolom tanggapan Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak setuju
Dalam memaknai alternatif jawaban yang terdapat dalam angket, penulis
menggunakan skala pengukuran sebagai acuan untuk menentukan panjang
pendeknya interval yang ada dalam setiap butir pertanyaan angket sehingga skor
yang diperoleh responden jelas adanya. Data terkumpul dari angket berupa
angka-angka yang dapat menunjukkan tentang minat belajar yang hendak diteliti. Skala
yang penulis gunakan adalah dengan Skala Likert. Mengenai skala Likert, Sukardi
(2003:146) menjelaskan sebagai berikut:
Skala ini telah banyak digunakan oleh para penulis guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para penulis dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Dalam altenatif jawaban terdapat rentang nomor dari angka lima sampai
dengan angka satu. Angka lima menunjukkan bahwa pernyataan dalam angket
melekat dalam diri responden, semakin rendah nomor yang responden pilih maka
pernyataan tersebut semakin terisolasi jauh dari diri responden. Adapun kategori
penyekoran untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Sangat Setuju (SS) = 5,
Setuju (S) = 4, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak Setuju
(STS) = 1. Kategori untuk setiap butir pernyataan negatif, yaitu Sangat Setuju
(SS) = 1, Setuju (S) = 2, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 4, dan Sangat
Tidak Setuju (STS) = 5. Kategori penyekoran setiap alternatif jawaban tampak
Tabel 3.3
Kategori Penyekoran Alternatif Jawaban
Alternatif jawaban Skor Alternatif Jawaban Positif Negatif
Agar memudahkan penulis dalam menyusun setiap butir pertanyaan dalam
kuesioner atau angket, penulis membuat kisi-kisi instrumen terlebih dahulu. Hal
ini sesuai dengan pedapat Sugiyono (2011:113) bahwa “…, maka sebelum
instrumen disusun menjadi item-item instrumen, maka perlu dibuat kisi-kisi
instrumen…” kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini mengacu pada pendapat
beberapa ahli yaitu sebagai berikut:
1. Dikutip dari Rosdiana (2012:50) menurut Doyles Fryer dalam Nurkancana dan Sumartana menjelaskan bahwa “Minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas yang menstimulir
perasaan senang pada individu.”
2. Dikutip dari Rosdiana (2012:50) Syamsudin mendeskripsikan tentang mekanisme perilaku manusia berdasarkan pembentukan dan perkembangan minat, yaitu:”kebutuhan dirasakan, dorongan timbul,
aktivitas dilakukan dan tujuan hayati.”
3. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut (Slameto, 2003:180). 4. Menurut Hilgard dalam Slameto (2003:57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.
5. Menurut Surya dalam Rosdiana (2012:50) menjelasakan bahwa “faktor -faktor yang mempengaruhi minat berasal dari dalam dri maupun dari luar, diantaranya faktor potensial yaitu intelegensia dan bakat, dan faktor
Berdasarkan pada pendapat para ahli tersebut, maka penulis menyimpulkan
bahwa minat adalah suatu gejala psikis atau aktifitas fisik yang diekspresikan
melalui perasaan senang atau tertarik terhadap sesuatu objek atau bidang tertentu
yang mempunyai keterkaitan dengan dirinya yang dipilih secara bebas.
Atas dasar uraian di atas, maka dalam penelitian ini yang akan dijadikan
sub-variabel sebagai acuan penentuan indikator instrumen maka kisi-kisi
instrumen disajikan dalam table berikut ini:
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas Sebelum Uji Coba
Variabel Sub Variabel Indikator No Soal
+ -
Dalam menyusun angket, penulis bertitik tolak pada pedoman yang
dikemukakan oleh Surakhmad (1998:184), sebagai berikut:
1)Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya 2)Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh
4)Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain
5)Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.
Menyimak pendapat Surakhmad, maka dalam menyusun
pernyataan-pernyataan dalam angket bersifat jelas, ringkas, dan tegas.
F. Uji Coba Instrumen
Setelah angket tersusun dengan bentuk yang telah direncakan sebelumnya,
maka selanjutnya harus diuji cobakan kepada responden (selain sampel
penelitian) untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir soal
yang diajukan menjadi instrumen penelitian
Hal ini selaras dengan pernyataan dari Arikunto (2002:211) yang
menyatakan bahwa “instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan
penting yaitu valid dan reliabel.” Artinya suatu instrumen atau alat pengumpul
data yang tidak baku maka harus mengukur kesahihan dan tingkat kepercayaan
untuk mengungkap data dari variabel yang tepat agar dapat diterima sebagai alat
ukur dalam penelitian yang dilakukan. Karena apabila kita melakukan sebuah
penelitian dan menggunakan alat ukur atau instrumen yang tidak relevan, maka
hasil dari penelitian yang dilakukan juga tidak relevan. Oleh karena itu instrumen
dalam sebuah penelitian harus relevan untuk mencapai penelitian yang baik.
Uji coba angket dilaksanakan pada tanggal 10 September 2012 di SMA
Negeri 9 Bandung. Angket minat belajar mata pelajaran pasca penjas ini diuji
orang yang merupakan kelompok populasi yang bukan anggota sampel penelitian
yang hendak diteliti.
Adapun langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan validitas
instrumen yang berpedoman pada buku aplikasi statistika dalam penjas oleh
Bambang Abduljabar dab Jajat Sudrajat (2010) adalah sebagai berikut:
1. Memberikan skor pada masing-masing pernyataan.
2. Menjumlahkan skor pada seluruh jumlah butir pernyataan.
3. Merangking skor responden dari yang skor yang tertinggi sampai yang
terendah.
4. Memisahkan antara skor tertinggi (kelompok atas) dan skor terendah
(kelompok bawah)
5. Menetapkan 27% responden kelompok atas (kelompok yang memperoleh
skor tinggi)
6. Menetapkan 27% responden kelompok bawah (kelompok yang
memperoleh skor rendah)
7. Mencari nilai rata-rata dari setiap butir pernyataan kelompok atas, dan
nilai rata-rata setiap butir pernyataan kelompok bawah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
X
n X
Keterangan:
X = Nilai rata-rata untuk kelompok atas dan kelompok
n = Jumlah sampel.
8. Mencari simpangan baku dari setiap butir pernyataan kelompok atas dan
kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
bawah dengan menggunakan rumus:
2
Setelah nilai diketahui, maka selanjutnya membandingkan nilai
t
hitung yangtelah dicari dengan
t
tabel dalam taraf signifikansi
0,05 atau tingkat kepercayaan95% dengan n = 30, maka nilai
t
tabel menunjukkan nilai 1,70. Sebuah butir tesdikatakan valid apabila setelah dilakukan pendekatan signifikansi yaitu jika
t
hitunglebih besar dari atau sama dengan
t
tabel, maka pernyataan tersebut dapat digunakansebagai tes dalam pengumpulan data. Tetapi jika sebaliknya
t
hitunglebih kecil darit
tabel, maka butir pernyataan tersebut tidak dapat digunakan kembali dalampengambilan data karena tidak signifikan pada tingkat kepercayaan tertentu.
Untuk lebih jelasnya mengenai hasil perhitungan validitas dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 3.5
Hasil Perhitungan Uji Validitas
Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas
Tabel 3.5 Lanjutan
Hasil Perhitungan Uji Validitas
Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas
Tabel 3.6
Kesimpulan Hasil Uji Validitas Item Soal
Jenis
Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas Setelah Uji Coba
Variabel Sub Variabel Indikator No Soal
+ -
Kisi-kisi kuesioner dalam tabel diatas digunakan dalam penyusunan
butir-butir pernyataan untuk memperoleh data penelitian mengenai perbandingan minat
belajar mata pelajaran pasca penjas antara kelompok peserta didik yang
mendapatkan dua metode berbeda yaitu pendekatan bermain dan pendekatan
Langkah berikutnya adalah menentukan reliabilitas untuk mengetahui
tingkat keajegan atau ketetapan dari setiap butir pernyataan, sebagai berikut:
a. Membagi soal yang valid menjadi dua bagian yaitu soal yang bernomor
genap dan soal yang bernomor ganjil.
b. Skor dari butir-butir soal yang bernomor genap dikelompokan menjadi
variabel X dan skor dari butir-butir soal ganjil dijadikan variabel Y.
c. Mengkorelasikan antara skor butir-butir soal yang bernomor genap dengan
butir-butir soal yang bernomor ganjil, dengan menggunakan rumus teknik
korelasi Pearson Product Moment.
d. Mencari reliabilitas seluruh butir pernyataan dengan menggunakan rumus
Spearman Brown yaitu sebagai berikut:
t =
√√
Adapun hasil perhitungan reliabilitas instrumen dari angket minat belajar
mata pelajaran pasca penjas dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.8
Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas
NO X
(Ganjil)
Y
(Genap) X
2 Y2 X.Y
1 114 111 12996 12321 12654
2 90 127 8100 16129 11430
3 104 119 10816 14161 12376
4 115 80 13225 6400 9200
5 91 77 8281 5929 7007
6 77 90 5929 8100 6930
7 89 71 7921 5041 6319
8 94 102 8836 10404 9588
9 104 99 10816 9801 10296
10 112 130 12544 16900 14560
11 107 115 11449 13225 12305
12 99 81 9801 6561 8019
13 89 89 7921 7921 7921
14 89 93 7921 8649 8277
15 87 88 7569 7744 7656
Tabel 3.8 Lanjutan
Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca
Penjas
Setelah mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan yang bernomor
ganjil dan skor butir-butir pernyataan yang bernomor genap, selanjutnya
menghitung reliabilitas butir tes dengan menggunakan rumus korelasi Pearson
Product Moment yaitu sebagai berikut:
rxy = 0.937
Kemudian mencari realibilitas seluruh perangakat butir pernyataan dengan menggunakan rumus Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:
= 0.967
Selanjutnya menguji signifikasi korelasi, yaitu dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
t = √
√
t = √
√ = 11.294
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh
r
hitung = 0.937 danr
hitung keseluruhan ataugabungan = 0.967 sedangkan pada
r
tabel product moment dari n=30 (dk: n-2=18)dengan harga r0.95 = 0.361. Hal ini berarti
r
hitung ˃r
tabel dan menunjukan bahwainstrumen atau angket minat belajar mata pelajaran pasca penjas ini dapat
dipercaya atau reliabel.
Dan dari hasil uji signifikasi korelasi menunjukan
t
hitung = 11.294 dant
tabel (dk= 28, α = 0.950) = 0.361, artinya
t
hitung ˃t
tabel dan menunjukan bahwa reliabilitasG. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Setelah dilakukan serangkaian uji coba instrumen untuk mendapatkan
butir-butir pernyataan yang valid dan reliabel, instrumen tersebut dapat digunakan
sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini. Penulis memperbanyak
instrumen dan disebarkan kepada sampel penelitian, instrumen tersebut dapat
digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini. Penulis
memperbanyak instrumen dan disebarkan kepada sampel penelitian yang
merupakan sumber data dalam penelitian ini. Angket yang berjumlah 47 butir soal
tersebut disebarkan pada tanggal 3-28 September 2012 kepada pesereta didik
kelas XI IPA 6, XI IPA 5, XII IPA 1, X.10, XI IPS 1, XI IPS 2, XII IPA 6, XI IPS
3 di SMA Negeri 9 Bandung.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara-cara untuk mencari makna dan arti dari
sebuah data yang telah dikumpulkan oleh penulis. Data mentah yang diperoleh
melaui proses penyebaran angket tidak dapat berguna jika tidak dianalisa oleh
penulis. Hal ini selaras dengan pendapat Nazir (1988:405) yang menyatakan
bahwa “Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam penelitian
ilmiah, karena dengan analisalah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang
berguna dalam memecahkan masalah penelitian.” Artinya dengan menggunakan
analisis data, penulis dapat mencari kebenaran dari hipotesis penelitian.
Dalam proses analisis data, peran statistik adalah penting adanya, karena
dimengerti dan dipahami. Hal ini sesuai dengan pendapat Nazir (1988:443) bahwa
“…pengolahan dan analisa data tidak luput dari penerapan teknik dan metode
statistik tertentu, yang mana kehadirannya dapat memberikan dasar bertolak
dalam menjelaskan hubungan-hubungan yang terjadi.” Adapun penulis
menganalisis data menggunakan software SPSS Version.20.
Langkah-langkah yang penulis pergunakan untuk mengolah data tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Menguji Normalitas menggunakan Uji Shapiro-Wilk. Uji normalitas
dilakukan untuk mengetahui data tersebut normal atau tidak.
2. Menguji Homogenitas menggunakan Uji Leneve test. Uji homogenitas
dilakukan untuk mengetahui data tersebut homogen atau tidak.
3. Menguji hipotesis pertama dan kedua dengan menggunakan Independent
Sample T-test antara satu kelas dengan yang lainnya yang sepadan mata
pelajaran pasca penjasnya.
4. Menguji hipotesis ketiga menggunakan One Sample T-test antara
kelompok pendekatan bermain dan pendekatan tradisional secara
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian yang dilakukan,
diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Pendekatan bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani memediasi pada
pemngembangan minat belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani.
2. Pendekatan tradisional dalam pembelajaran pendidikan jasmani kurang
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat belajar mata pelajaran
pasca pendidikan jasmani.
3. Minat belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani yang pembelajaran
penjasnya menggunakan pendeketan bermain relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan minat belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani yang pembelajaran
penjasnya menggunakan pendekatan tradisional. Artinya pendekatan bermain
signifikan mengembangkan dan meningkatkan serta menyokong minat belajar
mata pelajaran pasca pendidikan jasmani bila dibandingkan dengan pendekatan
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah penulis kemukakan di
atas, berikut beberapa rekomendasi peneliti, diantaranya:
1. Bagi guru pendidikan jasmani, dalam proses belajar mengajar guru pendidikan
jasmani dituntut untuk dapat mengemas materi ajar semenarik mungkin dan
sesuai kaedah ilmu pedagogi agar dapat diterima oleh peserta didik dengan baik.
Sehingga peserta didik senantiasa sukarela mengikuti pembelajaran dan akan
berdampak positif setelah mengikuti PBM pendidikan jasmani. Dengan demikian
diharapkan setelah mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani peserta didik
tetap mengenang minat belajar yang dipelajarinya dalam pembelajaran penjas dan
menyokong minat belajar mata pelajaran setelah penjas.
2. Bagi rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa program studi Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) yang akan mengadakan penelitian tentang minat
belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani perlu penelaahan lebih lanjut dan
mendalam mengenai mata pelajaran pasca pendidikan jasmaninya dan lebih
terfokus pada satu mata pelajaran saja.
3. Bagi sekolah dapat dijadikan rujukan penetapan pelaksanaan pembelajaran penjas
di lingkungan SMA Negeri 9 Bandung yang lebih kreatif dan inovatif dalam
menerapkan pendekatan mengajar penjas sesuai keadaan internal sekolah.
Tujuannya mengaplikasikan pendidikan jasmani sebagai pendidikan karakter
4. Perlunya penelitian dan penelaahan lebih mendalam mengenai emosional
pendidikan sebagai penelaahan praktik keadaan psikologi peserta didik dalam
pembelajaran.
5. Dalam upaya penjas menumbuhkan belajar siswa diperlukan pemahaman konsep
gerak/olahraga kepada bentuk dimensi nalar, emosional dan sosial sehingga
pembelajaran memberikan belajar siswa. Artinya pembelajaran penjas memupuk
karakter peserta peserta didik untuk mau menelaah aktivitas gerak yang mereka
lakukan.
6. Sebagai uapaya penyegaran ilmu pengetahuan mengenai pendidikan jasmani dan
pelaksanaannya di lapangan. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
dari jaman ke jaman menuntut penyandang pekerjaan atau guru penjas membuka
diri untuk menerima, mencoba serta mengkreasikannya dalam lingkungan
pekerjaannya.
Demikian kesimpulan dan rekomendasi yang dapat penulis kemukakan, semoga
hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya serta menjadi sumbangsih yang berarti bagi kemajuan
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, B. 2011. Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Abduljabar dan Darajat. 2010. Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, S.B dan Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ibrahim dan Sudjana. 2004. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Juliantine, Subroto dan Yudiana. 2010. Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK UPI.
Mahendra, A. 2009. Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.
Mohammad, S. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisi
Mulyana, A.D. 2011. Perbandingan Minat Belajar Pendidikan Jasmani antara Siswa SMA Negeri dan siswa SMA Swasta di Kota Bandung (Skripsi). Bandung: PJKR. FPOK UPI.
Rahmawati, R. 2012. Pengaruh pendekatan bermain (permainan bebentengan dan hitam hijau) terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari sprint (Skripsi). Bandung: PJKR. FPOK. UPI
Rosdiana, A. 2012. Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Minat Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Sprint (Skripsi). Bandung: PJKR. FPOK UPI.
Singer, K. 1973. Membina Hasrat Belajar di Sekolah. Bandung: Remadja Karya CV.
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. RinekaCipta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, A. 2009. Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang Warliartika.
Surakhmad, W. 1982. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar. Bandung: Tarsito
Universitas Pendidikan Indonesia. 2010, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah 2010. Bandung: UPI
Weinberg, R.S dan Gould, D. 2003. Foundations of Sport and Exercise Psychology. United States: Human Kinetics.
Sumber dari internet:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/
http://alirahmankamy.wordpress.com/2010/04/23/peranan-guru-dalam-meningkatkan-minat-baca-anak/
http://belajarpsikologi.com/pengertian-minat/
http://edreyani.blogspot.com/2011/01/suatu-tinjauan-minat-siswa-kelas-viii.html?zx=58291382e9b59070
http://mari-berkawand.blogspot.com/2011/08/pengertian-pendekatan-bermain.html
http://repository.upi.edu/operator/s_jrm_060079_chapter4.pdf