• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENDEKATAN BERMAIN DAN PENDEKATAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JAMANI TERHADAP MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN PASCA PENDIDIKAN JASMANI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PENDEKATAN BERMAIN DAN PENDEKATAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JAMANI TERHADAP MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN PASCA PENDIDIKAN JASMANI."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENDEKATAN BERMAIN DAN PENDEKATAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

TERHADAP MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN PASCA PENDIDIKAN JASMANI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh

Andri Anggria Arizona Asmara

0801446

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Perbandingan Pendekatan Bermain dan Pendekatan Tradisional Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terhadap Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Pendidikan Jasmani” ini

adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang

merupakan plagiat dari karya orang lain.

Bandung, 2013 Yang membuat pernyataan

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : ANDRI ANGGRIA ARIZONA ASMARA

NIM : 0801446

JURUSAN : PENDIDIKAN OLAHRAGA

JUDUL : PERBANDINGAN PENDEKATAN BERMAIN DAN PENDEKATAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN PASCA PENDIDIKAN JASMANI

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

(Dr. Bambang Abdul Jabar, M.Pd) NIP.196509091991021001

Pembimbing II

(Dr. Dian Budiana, M.Pd) NIP.197706292002121002

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)

ABSTRAK

Andri Anggria Arizona Asmara. 0801446. PerbandinganPendekatan Bermain dan Pendekatan Tradisional dalam PembelajaranPendidikan

Jamani Terhadap MinatBelajarMata Pelajaran Pasca

PendidikanJasmani.PembimbingI :Dr. Bambang Abduljabar,

M.PdPembimbing II : Dr. Dian Budiana, M.Pd.

Pendekatan mengajar yang diterapkan guru penjas amat beragam, oleh karena itu sekiranya perlu diteliti perbedaan pengaruh setiap penerapan pendekatan mengajar penjas. Dalam kesempatan ini penulis melakukan penelitian mengenai perbedaan penerapan pendekatan mengajar penjas antara pendekatan bermain dan pendekatan tradisional, serta untuk mengetahui bagaimana pengaruh perbedaan tersebut terhadap minat belajar mata pelajaran pasca penjas di SMA Negeri 9 Bandung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Expost facto. Sampel penelitian adalah siswa SMA Negeri 9 Kota Bandung sebanyak 320 orang. Desain penelitian ini mengunakan Post-test Only Design dengan instru menpenelitiannya menggunakan kuesioner tertutup berskala Likert, sedangkan pengolahan dan analisis data penelitian menggunakan SoftwareSPSSVersion 20.

Hasil pengolahan dan ananlisis data diperoleh kesimpulan, 1.Pendekatan tradisional dalam pembelajaran pendidikan jasmani kurang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani 2. Pendekatan bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani memediasi pada pengembangan minat belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani 3. Pendekatan bermain dalam pembelajaran penjas signifikan lebih menumbuh kembangkan dan menyokong minat belajar mata pelajaran pasca penjas disbandingkan dengan pendekatan tradisional.

Kata kunci:PendekatanBermain, PendekatanTradisional, MinatBelajar Mata

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR/BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Batasan Penelitian ... 11

F. Batasan Istilah ... 12

G. Anggapan Dasar ... 13

H. Hipotesis ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar dan Mengajar ... 17

1. Hakikat Belajar ... 17

2. Minat Belajar ... 18

a. Pengertian Minat Belajar ... 18

b. Unsur-unsur Minat Belajar ... 20

c. Jenis-jenis Minat Belajar ... 21

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ... 23

3. Hakikat Mengajar ... 25

B. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 26

(6)

2. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 30

3. Manfaat Pendidikan Jasmani ... 33

4. Pelaksanaan Pendidikan Jasmani di SMA Negeri 9 Bandung ... 35

C. Pendekatan Mengajar Pendidikan Jasmani ... 36

1. Pendekatan Tradisional ... 37

2. Pendekatan Bermain ... 39

D. Pendekatan Fisiologis dan Psikologis dari Latihan Jasmani yang Tertakar dan Terukur . ... 40

E. Teori Bermain dan Pendidikan Jasmani ... 44

F. Minat Belajar Pasca Pendidikan Jasmani... 48

G. Keterkaitan Pendekatan Bermain dan Tradisional dengan Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Pendidikan Jasmani ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian ... 58

B. Populasi dan Sampel ... 60

C. Desain Penelitian ... 63

D. Langkah-langkah Penelitian ... 64

E. Instrumen Penelitian ... 65

F. Uji Coba Instrumen ... 69

G. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 79

H. Tekhnik Analisis Data ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 82

1. Uji Normalitas ... 83

2. Uji Homogenitas ... 84

3. Independent Sample T-test ... 84

4. One Sample T-test ... 92

B. Pembahasan ... 94

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 106 B. Rekomendasi ... 107

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Psychological Benefits of Exercise in Clinical and Nonclinical Populations .... 42

2.2 Karakteristik Pendekatan Mengajar Penjas ... 50

2.3 Pengaruh Pendekatan Mengajar Penjas terhadap Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas ... 51

3.1 Distribusi Sampel dan Mata Pelajaran Pasca Penjas ... 62

3.2 Post-Test Only Design ... 63

3.3 Kategori Penyekoran Alternatif Jawaban ... 67

3.4 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas Sebelum Uji Coba ... 68

3.5 Hasil Perhitungan Uji Validitas Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas ... 73

3.6 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Item Soal ... 74

3.7 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas Setelah Uji Coba ... 74

3.8 Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas Sebelum Uji Coba ... 76

4.1 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 83

4.2 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 84

(9)

4.4 Hasil Uji T Perbandingan Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas

Antara Kelas Pendekatan Bermain dan Tradisional (Bahasa Inggris) ... 87

4.5 Hasil Uji T Perbandingan Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas

Antara Kelas Pendekatan Bermain dan Tradisional (Matematika) ... 89

4.6 Hasil Uji T Perbandingan Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas

Antara Kelas Pendekatan Bermain dan Tradisional (Biologi) ... 90

4.7 Hasil Uji T Perbandingan Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas

Antara Kelas Pendekatan Bermain dan Tradisional (Ekonomi) ... 91

4.8 Hasil Uji T Perbandingan Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas

(10)

DAFTAR GAMBAR /BAGAN

Gambar

1.1 Perbandingan Pendidikan Olahraga dan Pendidikan Jasmnai ... 2

2.1 Paradigma Profesi Terkait Pendidikan Jasmani ... 29

2.2 Asumsi Penerapan Pendekatan Bermain ... 54

2.3 Asumsi Penerpan Pendektan Tradisional ... 56

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran

A. Surat Keputusan Pengesahan Judul dan Dosen Pembimbing ...

B. Surat Permohonan Izin Penelitian ...

C. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... D. Angket minat belajar mata pelajaran pasca penjas (sebelum uji coba)...

E. Angket minat belajar mata pelajaran pasca penjas (setelah uji coba) ... F. Data perolehan skor kelas ...

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani sering dihubungkan dengan konsep lain, yaitu manakala

pendidikan jasmani (penjas) dipersamakan dengan setiap usaha atau kegiatan

yang mengarah pada perkembangan bagian organ-organ tubuh, kesegaran

jasmani, kegiatan fisik, dan pengembangan keterampilan gerak. Pengertian itu

memberikan pandangan yang menyempitkan dari konsep, arti dan hakekat penjas

yang sesungguhnya. Dengan kata lain masyarakat menyempitkan makna filosofis

penjas. Akhirnya secara turun-temurun penjas disepadankan dengan olahraga

pendidikan dan pendidikan olahraga, tetapi pada kenyataannya berbeda secara

konsep dan tujuannya.

Manakala tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka olahraga

pendidikan dan pendidikan olahraga kurang mengandung unsur-unsur pedagogi.

Secara garis besar, pendidikan olahraga merupakan pendidikan ke dalam olahraga

dan mempunyai tujuan akhir prestasi yang prosesnya melalui berbagai latihan

fisikal dengan intensitas tinggi bukan proses belajar mengajar. Sedangkan

olahraga pendidikan merupakan pendidikan melalui olahraga yang bertujuan

untuk mendapatkan nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga yang

dimainkannya karena olahraga seyogiyanya memiliki potensi kependidikan.

Berikut Abduljabar (2011:35-36) menjelaskan perbandingan antara pendidikan

(13)

Pendidikan Olahraga Olahraga Pendidikan

Waktu untuk pengalaman gerak penting dan lama

Waktu merupakan satu unit pengajaran

Afiliasi keanggotaan tim/kelompok olahraga

Afiliasi keanggotaan pada kelas

Pertandingan formal sesuai jadwal sistem pertandingan

Pertandingan formal mengacu pada jadwal dan sistem tidak ketat

Pertandingan berakhir pada penentuan siapa yang terbaik

Pertandingan berakhir tidak selalu menentukan siapa yang jadi pemenang

Rekor beragam dan dicatat Rekor terbatas; kehadiran, dan hanya

uji keterampilan secara khusus

Gambar 1.1

Perbandingan Pendidikan Olahraga dan Olahraga Pendidikan (Bambang Abduljabar, 2011)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar

perbedaan antara pendidikan olahraga dan olahraga pendidikan adalah

pengemasan bentuk aktivitas fisikal dan prosesnya terjadi dalam dimensi yang

berbeda. Dengan kata lain, olahraga pendidikan lebih sederhana dibandingkan

dengan pendidikan olahraga.

Secara sederhana, pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktivitas

jasmani. Prosesnya lebih mengutamakan belajar melalui aktivitas jasmani dari

pada belajar untuk aktivitas jasmani. Artinya bahwa pendidikan jasmani

dituangkan dalam bentuk aktivitas fisikal untuk mengembangkan semua

aspek-aspek yang terdapat dalam diri sendiri atau dengan kata lain peserta didik terdidik

secara jasmaniah bukan terdidik secara olahraga. Oleh karena itu, dengan penjas

peserta didik diharapkan mengenali tubuhnya, mengenali potensi gerak tubuhnya,

(14)

Sehingga peserta didik potensi tubuh dan geraknya dapat dikenali, dipelihara atau

bahkan ditingkatkan sampai akhir hayat secara mandiri.

Proses pembelajaran penjas yang dilakukan ini berbeda dengan proses

pembelajaran mata pelajaran lain yang didominasi oleh kegiatan di dalam kelas

yang lebih bersifat kajian teoritis, namun tidak kalah pentingnya dengan mata

pelajaran lain. Melalui proses belajar mengajar penjas tersebut diharapkan terjadi

proses belajar siswa yang mencakup belajar kognitif, belajar afektif, belajar social

dan belajar gerak. Seluruh aspek tersebut saling berkaitan erat dalam proses

pembelajaran dan saling mempengaruhi terhadap hasil belajar peserta didik

keseluruhan.

Berbicara mengenai aspek afektif dalam pembelajaran disekolah banyak ahli

psikologi yang mengemukakan mengenai definisi belajar yang meliputi perubahan

dalam sudut pandang tingkah laku peserta didik dalam hal ini. Menurut Slameto

(2003:2) belajar dapat didefinisikan ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh

seseorang umtuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Dalam proses belajar mengajar (PBM) banyak terdapat pengaruh yang

menyebabkan peserta didik tidak dapat berpartisipasi secara optimal dalam

belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat

digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

(15)

sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Menurut Hilgard

(Slameto, 2003:57) mengemukakan rumusan minat sebagai berikut:

Interest is persisting tedency to pay attention to and enjoy some activity or content”. Artinya minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.

Mengembangkan minat belajar gerak peserta didik pada dasarnya

merupakan usaha guru untuk menarik perhatian peserta didik terhadap suatu hal

yang baru dan mau mempelajarinya tanpa ada paksaan yang berlebih namun tetap

menyenangkan. Perkembangan minat belajar tersebut diharapkan relatif menetap,

artinya minat belajar tidak hanya pada mata pelajaran yang menurut peserta didik

menyenangkan akan tetapi minat belejar tersebut dapat berdampak positif dan

dapat terjaga pada mata pelajaran selanjutnya. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa minat belajar peserta didik pada mata pelajaran satu dengan

yang lainnya itu saling berkaitan erat dan saling mempengaruhi.

Menurut Slameto (2003:58) berpendapat bahwa “Minat tidak dibawa sejak

lahir melainkan diperoleh kemudian, terutama dalam belajar gerak. Minat

terhadap sesuatu dipelajari sejak lahir melainkan diperoleh kemudian”. Artinya

minat terhadap sesuatu yang dipelajari dapat mempengaruhi belajar selanjutnya

serta mempengaruhi minat baru terhadap yang akan dipelajarinya.

(16)

Namun di jaman modern ini pandangan penjas telah berkembang ke arah

yang lebih baik lagi. Hal ini dapat dilihat dengan pengemasan pembelajaran yang

lebih menarik peserta didik untuk lebih menyenangi dan ikut aktif berpartisipasi

dan belajar dalam pembelajaran penjas. Hal ini juga dapat berguna untuk

membantu peserta didik mempersiapkan diri dalam menghadapi perkembangan

masyarakat yang semakin menggantungkan dirinya pada teknologi sebagai akibat

dari globalisasi dan sistem transportasi yang semakin berkembang.Di sini fungsi

dan peran penjas sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam pertumbuhan dan

perkembangan tubuh dan potensi gerak tubuhnya.

Bukti dari membaiknya pemahaman penjas yaitu kompetensi guru penjas

yang semakin membaik yang salah satunya ditandai dengan digunakannya model,

metode dan pendekatan-pendekatan yang bervariasi dan inovatif dalam proses

belajar mengajar. Untuk itu kompetensi didaktik dan metodik mengajar

merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru penjas. Meski

demikian masih banyak guru penjas yang melaksanakan proses pembelajaran

dengan cara tradisional (pendekatan tradisional) dengan kepercayaan pada

menitikberatkan peningkatan teknik yang bersifat kecabangan olahraga tanpa

memperhatikan siapa yang menjadi peserta didik, apa dampak pada peserta didik,

yaitu merasakan kelelahan yang berlebihan dan akibatnya peserta didik cepat

bosan dan jenuh. Artinya minat belajar belajar peserta didik pun menurun dan

tingkat partisipasi peserta didik dalam proses belajar mengajar menjadi rendah,

dikarenakan tidak adanya perasaan senang dalam dirinya dan dari situ tidak

(17)

yang mengadaptasi siswa. Hal ini selaras dengan pendapat dari Slameto (2003:59) yang menyatakan bahwa “kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan

dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu

hilang”.

Dampak ini berlanjut pada mata pelajaran lain setelah peserta didik

mengikuti pembelajaran penjas, yang pelaksanaannya di dalam kelas. Dalam

kenyataannya banyak guru-guru mata pelajaran lain mengeluhkan dampak dari

pelajaran penjas terhadap mata pelajaran yang mereka ajar yang waktunya

bertepatan setelah peserta didik mengikuti pembelajaran penjas. Dampak tersebut

secara langsung berpengaruh pada minat peserta didik mengikuti pelajaran setelah

penjas yaitu kelehan yang berlebih yang mengakibatkan peserta didik mengantuk,

gerah, capek dan malas sehingga peserta didik sulit untuk berkonsentrasi dan

menerima pelajaran yang diberikan guru pelajaran lain.

Pada hakekatnya proses belajar mengajar yaitu proses komunikasi yang

berjalan selaras dan bertujuan untuk mencapai tujuan pengajaran. Namun hal yang

harus diperhatikan oleh guru penjas adalah mengemas pembejaran semenarik

mungkin sehingga hasil dan dampak yang ditimbulkannya pun dapat bermanfaat

secara optimal bagi peserta didik terutama untuk menunjang pendidikan peserta

didik itu sendiri.

Hal demikian pun penulis temukan dan nyata terlihat di dalam lingkungan

SMA Negeri 9 Bandung yang menjadi tempat PPL penulis. Pengaruh penerapan

suatu metode mangajar yang diaplikasikan guru penjas setempat terlihat jelas

(18)

Fakta di lapangan yang penulis rasakan yaitu perbedaan penggunaan metode

mengajar antara guru penjas yang satu dengan yang lainnya. Menurut apa yang

telah penulis amati, terdapat perbedaan penyampaian materi yaitu pendekatan

tradisional dan pendekatan bermain. Dampaknya pun jelas berbeda terhadap

peserta didik.

Menurut pengamatan penulis pada saat guru penjas SMA Negeri 9 Bandung

mengajar penjas, pendekatan tradisional yang diterapkan salah satu guru penjas

SMA Negeri 9 Bandung terlihat pengaruhnya yaitu peserta didik merasakan

kelelahan yang berlebihan, bosan dan jenuh serta terkesan peserta didik kurang

berminat dalam mengikuti penjas dan mata pelajaran selanjutnya, sedangkan

pendekatan bermain yang diterapkan Bapak Juhana (Guru penjas SMA Negeri 9

Bandung) terlihat pengaruhnya yaitu peserta didik merasakan lebih ceria, senang

dan ikut aktif dalam PBM penjas serta terkesan peserta didik lebih berminat dalam

mengikuti penjas dan mata pelajaran selanjutnya.

Dampak dari penggunaan metode yang kurang menarik dalam PBM penjas

lebih diarasakan pesrta didik jika setelah mata pelajaran penjas adalah mata

pelajaran yang memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi seperti matematika

dan fisika, peserta didik cenderung malas. Selain itu penempatan mata pelajaran

penjas yang diletakan pada jam pelajaran setelah istirahat yaitu pukul 10.05 WIB

cenderung membuat peserta didik kurang berminat pada mata pelajaran penjas

dan mata pelajaran setelahnya. Dikarenakan cuaca yang sudah mulai terik dan

mengakibatkan produksi keringat lebih banyak dan kelelahan yang berlebihan.

(19)

kelas dalam satu waktu jam pelajaran yang membuat guru penjas harus pintar

mensiasati manajemen kelas dengan jumlah peserta didik mencapai 90 orang dan

area bermain yang hanya mengandalkan lapangan basket saja.

Sesuai pemaparan di atas mengenai berbagai permasalahan yang timbul

pada saat dan setelah peserta didik mengikuti PBM penjas sehingga minat belajar

peserta didik setelah mengikuti penjas menurun. Oleh karena itu guru penjas harus

mensiasatinya dengan memodofikasi suatu pembelajaran agar berdampak positif

terhadap mata pelajaran setelah penjas, maka penulis merasa tertarik untuk

mengetahui bagaimana perbandingan pendekatan bermain dan pendekatan

tradisional terhadap minat belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani.

B. Rumusan Masalah

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Negeri 9 Bandung taraf

minat belajar gerak peserta didik dalam PBM penjas sangatlah kurang dan

pengaruhnya terhadap minat belajar mata pelajaran setelah penjas cenderung

rendah. Terlihat dengan hanya beberapa peserta didik yang serius mengikuti

pembelajaran pendidikan jasmani dengan bersemangat, sungguh-sungguh, dan

ceria (senang), namun sisanya mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani hanya

karena keterpaksaan yang diakibatkan kelelahan yang berlebihan yang dirasakan

peserta didik mengakibatkan minat mereka menurun.

Hal ini disebabkan tidak adanya minat dalam diri peserta didik itu sendiri

untuk mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani dan mempertahankannya

(20)

90 orang dan segi fasilitas pembelajaran pendidikan jasmani yang minim

mengakibatkan guru penjas harus pintar mensiasati PBM semenarik mungkin

dengan penggunaan metode atau pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan

keadaan. Salah satu guru penjas SMA Negeri 9 Bandung beranggapan semua

peserta didik dapat melakukan aktivitas pendidikan jasmani yang diberikan

dengan menggunakan pendekatan teknik dan harus ada pengulangan (Drill) agar

peserta didik dapat menguasai teknik kecabangan olahraga dan guru penjas mudah

menilai hasil belajar peserta didik. Pendekaan atau metode pembelajaran tersebut

adalah pendekatan tradisional yang cenderung menyebabkan kelelahan berlebihan

karena peserta didik menjadi objek pembelajaran dan seorang guru sebagai subjek

pembelajaran.

Oleh karena itu guru penjas harus pintar mengemas PBM dalam suasana

yang menyenangkan agar peserta didik ikut berpartisipsi aktif dalam PBM.

Artinya jika peserta didik merasakan kesenangan dan ikut aktif dalam PBM

penjas maka dapat dikatakan minat belajar peserta didik meningkat dan

diharapkan bertahan hingga mata pelajaran setelah penjas. Salah satu modifikasi

pembelajaran yang dapat dilakukan guru penjas yaitu menerapkan pendekatan

bermain yang menitikberatkan pada aktivitas permainan yang membawa peserta

didik dalam suasana senang, ceria dan gembira sehingga minat belajar peserta

didik dalam PBM penjas meningkat dan relatif menetap sampai waktu pulang

sekolah tiba. Dengan kata lain untuk meningkatkan minat belajar mata pelajaran

setelah penjas, maka haruslah menumbuhkan dan mengembangkan minat belajar

(21)

bahwa “Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong

belajar selanjutnya”.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis

mencoba menjabarkan kembali permasalahan yang timbul dalam bentuk kalimat

pertanyaan sehingga penulis benar-benar merasa tertarik untuk meneliti lebih

lanjut. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pendekatan bermain terhadap minat belajar mata

pelajaran pasca penjas?

2. Bagaimana pengaruh pendekatan tradisional terhadap minat belajar mata

pelajaran pasca penjas?

3. Pendekatan manakah yang cenderung lebih baik antara pendekatan bermain

dan pendekatan tradisional terhadap minat belajar mata pelajaran pasca

penjas?

C. Tujuan Penulisan

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka penulis mencoba

menjabarkan tujuan penulisan yang ingin dicapai. Tujuan penulisan tersebut

terdapat dalam halaman selanjutnya yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendekatan bermain terhadap minat

belajar mata pelajaran setelah penjas.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendekatan tradisional terhadap minat

(22)

3. Untuk mengetahui pendekatan manakah yang cenderung lebih baik antara

pendekatan bermain dan pendekatan tradisional terhadap minat belajar mata

pelajaran setelah penjas.

D. Manfaat Penulisan

Jika tujuan penulisan ini tercapai, maka manfaat yang dapat dirasakan dari

penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penulisan ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan bahan

informasi serta memberikan gambaran mengenai penerapan pendekatan

pembelajaran penjas terhadap peningkatan minat belajar mata pelajaran

setelah penjas.

2. Secara praktis, hasil penulisan ini dapat dijadikan acuan dan bahan masukan

bagi guru-guru penjas dalam mengemas pembelajaran melalui penerapan yang

sesuai serta memahami dampaknya terhadap minat belajar mata pelajaran

setelah penjas.

E. Batasan Penelitian

Berpedoman dari latar belakang di atas, serta untuk menghindari penafsiran

yang terlalu luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka batasan

masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya difokuskan pada perbandingan pendekatan bermain dan

pendekatan tradisional Terhadap Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca

(23)

2. Penelitian ini menitikberatkan pada penerapan pendekatan atau metode yang

diberikan kepada sampel dan tidak memfokuskan pada sampel yang sama.

3. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode ex post facto.

Variabel bebas dalam penulisan ini adalah pendekatan bermain dan

pendekatan tradisional, sedangkan variabel terikat dalam penulisan ini adalah

minat belajar mata pelajaran setelah penjas.

Untuk menghindari salah penafsiran istilah yang digunakan dalam penulisan

ini, maka penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai istilah sebagai

berikut:

1. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya

mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran

dengan cakupan teoretis tertentu.

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/).(diakses 6 Januari 2012).

2. Pendekatan bermain, menurut Wahjoedi (1999:121) yang dikutip dari

http://mari-berkawand.blogspot.com/2011/08/pengertian-pendekatan-bermain.html yaitu pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi

permainan. Permainan disini tidak sekedar aktivitas bermain namun sebagai

wahana pengembangan psikologi peserta didik dalam proses belajar mengajar

(24)

3. Pendekatan tradisional merupakan pendekatan pembelajaran yang telah lama

dikenal umum dan diterapkan guru penjas dan olahraga sejak dahulu yang

meyakini pembelajaran menggunakan pengulangan aktivitas jasmani. Artinya

orientasi pemebelajaran terfokus pada peningkatan teknik dasar kecabangan

olahraga.

4. Minat adalah kecendurangan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan.

(http://www.scribd.com/hanik%20i/d/21249216-MINAT-BELAJAR)

.(diakses 6 Januari 2012).

F. Anggapan Dasar

Proses belajar mengajar melibatkan banyak komponen yang melumat

menjadi sebuah komunikasi aktif anatara guru dan peserta didik dan segala hal

yang mempengaruhinya. Minat belajar merupakan salah satu pengaruh

terlaksananya PBM yang berasal dari dalam diri siswa dan dipengaruhi oleh

lingkungan sekitar serta cenderung menetap. Oleh karena cenderung menetap

maka minat belajar pada suatu mata pelajaran diprediksi dapat mempengaruhi

pengembangan minat belajar mata pelajaran selanjutnya. Pengaruh tersebut dapat

berupa hal atau kesan positif dan berupa hal negatif sesuai dengan penafsiran

masing-masing individu peserta didik.

(25)

Berdasarkan penjelasan di atas maka proses belajar akan berjalan lancar bila

disertai dengan adanya minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat

belajar peserta didik agar pelajaran yang diberikan mudah diterima dan dimengerti

oleh peserta didik. Berkaitan dengan pembelajaran penjas yang didominsai

pelaksanaannya di area terbuka dan berbaur dengan situasi lapangan serta segala

aktivitas jasmani yang cukup menguras tenaga yang pada ahkirnya akan

menurunkan minat belajar peserta didik yang terlihat jelas pada saat atau setelah

pembelajaran penjas. Untuk membangkitkan minat belajar peserta didik agar ikut

aktif dalam penjas tidak mudah tentunya. Oleh karena itu, seorang guru penjas

harus mengemas pembelajaran semenarik mungkin namun sesuai dengan

kompetensi pedagogi guru penjas.

Meski demikian masih banyak guru penjas yang menggunakan metode

tradisional dalam hal ini pendekatan tradisional yang menitikberatkan pada teknik

kecabangan olahraga dan pengulangan gerakan yang cenderung mengakibatkan

kelelahan yang berlebihan dan jenuh.

Terkait dengan kelelahan yang berlebihan Slameto (2003:59)

mengemukakan bahwa faktor kelelahan dibagi menjadi dua yaitu:

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Dan yang kedua yaitu kelelahan rohani dapat terlihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Bermain adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencari kesenangan atau

hiburan. Menurut Hendrayana yang dikutip dari Rani (2011:41) bermain

(26)

anak-anak, hingga orang dewasa, tak terkecuali para penyandang cacat. Pada masa

anak-anak bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupannya bahkan anak-anak identik dengan bermain.Bermain juga dapat

menimbulkan kelincahan, kegembiraan, dan tidak membosankan, bergairah untuk

bermain. Sebagaimana anak-anak akan mudah terbangkit minatnya untuk

bermain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa minat belajar penjas

terbentuk melalui berbagai permainan, maka dampak yang ditimbulkan pada mata

pelajaran setelah penjas adalah minat belajar akan terkenang dan relatif menetap

pada peserta didik untuk mengikuti mata pelajaran pasca penjas. Hal ini

dikarenakan dalam bermain permainan peserta didik merasa nyaman dan yang

pasti sukarela melakukannya dengan dibarengi rasa senang yang menjadi

penyokong minat belajar mata pelajaran pasca penjas.

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, dimana

rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan

anggapan dasar di atas, hipotesis dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran penjas dengan menggunakan pendekatan bermain memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap minat belajar mata pelajaran pasca penjas

2. Pembelajaran penjas dengan menggunakan pendekatan tradisional

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat belajar mata pelajaran

(27)

3. Pendekatan bermain signifikan menumbuhkembangkan minat belajar mata

pelajaran pasca penjas dibandingkan dengan menggunakan pendekatan

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian

Dalam sebuah penelitian, salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk

mendapatkan hasil yang maksimal adalah menemukan metode yang tepat dan

mendukung terhadap jalannnya penelitian tersebut. Metode penelitian merupakan

suatu cara yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh suatu kesimpulan,

penelitian yang dilakukan sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan tujuan

yang diharapkan penulis. Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2011:2)

bahwa“metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Lebih lanjut surakhmad

(1998:131) menjelaskan bahwa “Metode merupakan cara utama yang

dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan.”

Sesuai penjelasan diatas, dalam upaya memecahkan permasalahan dalam

penelitian ini, penulis menggunakan metode Ex Post Facto. Adapun mengenai

metode penelitian Ex Post Facto dijelasakan oleh Ibrahim dan Sudjana (2004: 56)

yaitu:

Ex Post Facto artinya sesudah fakta. Ex Post Facto sebagai metode penelitian menunjuk kepada perlakuan atau manipulasi variabel bebas X telah terjadi sebelumnya sehingga penulis tidak perlu memberikan perlakuan lagi, tinggal melihat efeknya pada variabel terikat.

Lebih lanjut Sukardi (2008: 174) menjelaskan bahwa: “Penelitian ex post

(29)

terjadi, ketika penulis mulai melakukan pengamatan terhadap variabel terikat”.

Sedangkan Arikunto (2002: 237) menjelaskan bahwa, “Pada penelitian ini,

penulis tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil”.

Selaras dengan itu Nazir (1988:69) mengemukakan bahwa:

Metode penelitian komparatif adalah bersifat ex-post facto. Artinya, data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung. Penulis dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia.

Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut, penulis yakin dengan

menggunakan metode penelitian ex post facto dapat mengungkap,

menggambarkan dan mengetahui perbedaan yang terjadi dilapangan secara nyata

mengenai perbandingan pendekatan bermain dan pendekatan tradisional dalam

pembelajaran penjas terhadap minat belajar mata pelajaran setelah penjas di SMA

Negeri 9 Bandung. Artinya dengan digunakannya metode ex post facto dalam

penelitian ini bertujuan untuk dapat menjawab rumusan masalah yang telah

ditentukan sebelumnya yaitu mengetahui pendekatan pembelajaran mana yang

relatif lebih baik dalam upaya meningkatkan minat belajar mata pelajaran lain

setelah peserta didik mengikuti PBM penjas di SMA Negeri 9 Bandung.

Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil informasi atau data dari

sekelompok peserta didik yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Teknik

sampling menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria kesepadanan

mata pelajaran pasca penjas yang sama pada setiap kelas sampel.

Untuk itu metode penelitian ini dianggap cocok untuk meneliti pengaruh

(30)

yaitu satu variabel terikat dan dua variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah minat belajar mata pelajaran pasca penjas, sedangkan

variabel bebasnya yaitu pendekatan bermain dan pendekatan tradisional. Kedua

variabel bebas tersebut telah terlaksana di lingkungan SMA Negeri 9 Bandung

khususnya dalam mata pelajaran penjas. Pendekatan bermain dan pendekatan

tradisional tersebut telah digunakan oleh dua orang guru penjas SMA Negeri 9

Bandung, sehingga penulis tidak perlu melakukan perlakuan terhadap sampel

penelitian. Oleh karena penelitian ini bersifat ex post facto maka penulis hanya

mengambil hasil dari perlakuan yang telah dilakukan oleh guru penjas SMA

Negeri 9 Bandung. Artinya penulis hanya mengambil data dari sampel penelitian

dengan menggunakan angket minat belajar pasca penjas.

Selanjutnya langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini

adalah mengumpulkan data dengan instrumen yang penulis pergunakan dalam

pengumpulan data ini adalah quisioner atau angket tertutup, dengan menggunakan

skala likert yang menyediakan lima pilihan jawaban. Hasil dari penyebaran angket

tersebut akan dianalisis secara kuantitatif dengan bantuan Software SPSS Version

20 yang diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan

sebelumnya.

Agar penulis yakin bahwa penelitian ini mengungkap peningkatan minat

belajar mata pelajaran pasca penjas adalah sebagai akibat dari pembelajaran

penjas itu sendiri. Artinya diduga bahwa penerapan pendekatan mengajar dalam

penjas dapat mempengaruhi minat belajar mata pelajaran pasca penjas bukam dari

(31)

penelitian dan meyakinkan terhadap hasil peneltian yang signifikan atau tidak

sigfikan yang terjadi merupakan akibat dari belajar penjas bukan akibat suatu hal

yang lain. Adapun upaya-upaya yang penulis lakukan untuk menghindari flacebo

antara lain: peserta didik diarahkan pada pemahaman dampak pasca penjas,

memelihara suasana minat belajar yang terpelihara pada saat pembelajaran penjas

dan setelah pembelajaran penjas, mengendalikan suasana mood dan menjaga serta

mendampingi peserta didik dalam kesehariannya mengikuti PBM di sekolah serta

penyebaran angket pada saat peserta didik mengikuti mata pelajaran setelah

penjas.

B. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2011:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh penulis untuk mempelajari dan kemudian tarik

kesimpulannya. Dari pernyataan diatas penulis menetapkan populasi dalam

penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas X, XI dan XII SMA Negeri 9

Bandung tahun ajaran 2012/2013. Dengan alasan penulis menganggap

karakteristik yang relatif homogen, artinya minat peserta didik terhadap mata

pelajaran setelah peserta didik mengikuti pembelajaran penjas relatif rendah yang

tampak secara keseluruhan.

Mengenai sampel Sugiyono (2011:81) menjelaskan bahwa “Sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Lebih

lanjut Arikunto (2002:104) menjelaskan bahwa “Sampel adalah sebagian atau

(32)

sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan

maksud memberikan peluang yang sama kepada seluruh populasi untuk menjadi

anggota sampel. Sugiyono (85:2011) menjelaskan tentang pengertian purposive

sampling adalah sebagai berikut: purposive sampling adalah teknik penentuan

sampel berdasarkan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan yang dimaksudkan

dalam penelitian ini adalah pertimbangan mengenai siapa guru yang memegang

kelas yang akan dijadikan sampel dan metode apa yang digunakan guru tersebut

yang meliputi pendekatan tradisional dan pendekatan bermain (variabel bebas).

Oleh karena karakteristik populasi tersebut dapat dikatakan penulis relatif

homogen karena generalisasi keadaan, situasi dan faktor internal peserta didik

hampir sama secara keseluruhan, maka penulis dapat memilih sampel yang sesuai

dengan tujuan penelitian. Lebih lanjut Sukintaka (46:1992) menjelaskan

karakteristik peserta didik SMA yang berada dalam rentang usia 16-18 tahun

(middle adolescence), karakteristik tersebut meliputi perubahan-perubahan yang

cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, sosial dan motorik.

Berdasarkan penjelasan tersebut penulis mengambil sampel peserta didik

beberapa kelas yang meliputi kelas X, XI IPA dan XII IPA. Alasannya yaitu

peserta didik cenderung mempunyai generalisasi kecakapan fisik, taraf aktivitas

yang relatif sama antara peserta didik putri dan putra yang dalam proses

pembelajarannya seluruh kelas yang ada di SMA Negeri 9 Bandung relatif

homogen. Dengan ketentuan perlakuan yang telah diberikan kepada peserta didik

yaitu pendekatan bermain yang di didik oleh Bapak Juhana (Guru penjas SMAN 9

(33)

tradisional yang di didik oleh Bapak Djidji (Guru penjas SMAN 9 Bandung).

Untuk lebih jelas, perhatikan tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Distribusi Sampel dan Mata Pelajaran Pasca Penjas

Pendekatan Bermain Pendekatan Tradisional

Kelas

Mata Pelajaran

Pasca Penjas Kelas

Mata Pelajaran

Pasca Penjas

XI IPA 6 Bahasa inggris XI IPS 1 Bahasa inggris

XI IPA 5 Matematika XI IPS 2 Matematika

XII IPA 1 Biologi XII IPA 6 Biologi

X 10 Ekonomi XI IPS 3 Ekonomi

C. Desain Penelitian

Dalam suatu penelitian, penulis tidak hanya mengetahui aturan-aturan

permainan saja tetapi harus pula mempunyai keterampilan untuk

melaksanakannya dengan cermat. Selaras dengan hal tersebut, Nazir

mengemukakan bahwa “desain penelitian harus mengikuti metode penelitian.”

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test Only

Design yaitu suatu desain penelitian yang hanya melihat hasil tes akhir saja. Dari

penjelasan tersebut penulis menempatkan subjek penelitian ke dalam dua

(34)

pendekatan bermain. Mekanisme penelitian dari dua kelas tersebut digambarkan

dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2

Post-test Only Design

Sampel Variebel Bebas Variebel Terikat

A1 A1 X1

B2 B2 X2

Keterangan:

A1 : Perlakuan atau pembelajaran menggunakan pendekatan bermain

B2 : Perlakuan atau pembelajaran menggunakan pendekatan tradisional

X1 : Angket minat belajar mata pelajaran pasca penjas yang diberikan pada

kelompok pendekatan bermain

X2 : Angket minat belajar mata pelajaran pasca penjas yang diberikan pada

kelompok pendekatan tradisional

D. Langkah-langkah Penelitian

Berdasarkan desain penelitian diatas, maka penulis membuat

(35)

Bagan 3.1

Langkah-langkah Penelitian

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data yang akurat dalam sebuah penelitian tentunya

diperlukan sebuah alat yang disebut instrumen. Mengenai instrumen ini, Arikunto

(2002:138) menerangkan sebagai berikut:

Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran.

Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus POPULASI

PENDEKATAN TRADISIONAL PENDEKATAN BERMAIN

ANGKET MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN PASCA PENJAS

ANALISIS DATA SAMPEL

(36)

Dengan berdasarkan pada metode penelitian yang telah penulis pilih, maka yang

menjadi instrumen penelitian adalah kuesioner atau angket, hal ini dikarenakan

responden dapat meluapkan apa yang dirasakannya secara mandiri dengan

obyektif dan cepat tanpa ada tekanan dan rasa takut dari siapa pun. Mengenai

pengertian kuesioner atau angket Sugiyono (2011:148) menjelaskan bahwa

“kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya”.

Adapun jenis angket yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

angket tertutup, menurut Arikunto (2002:28), angket tertutup yaitu kuesioner yang

disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap, sehingga pengisi hanya

tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih. Adapun beberapa alasan yang

menyebabkan penulis menggunakan angket tertutup yaitu sebagai berikut:

a. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti bersifat kuantitatif.

b. Responden akan lebih leluasa dalam memberikan jawaban.

c. Waktu yang diperlukan relatif singkat dalam menghimpun data.

Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan

memudahkan untuk mengolahnya, angket dalam penelitian yaitu untuk peserta

didik berisi pernyatan dan peserta didik diminta menanggapi pernyataan yang

diberikan dengan cara memberi cheklist pada kolom tanggapan Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak setuju

(37)

Dalam memaknai alternatif jawaban yang terdapat dalam angket, penulis

menggunakan skala pengukuran sebagai acuan untuk menentukan panjang

pendeknya interval yang ada dalam setiap butir pertanyaan angket sehingga skor

yang diperoleh responden jelas adanya. Data terkumpul dari angket berupa

angka-angka yang dapat menunjukkan tentang minat belajar yang hendak diteliti. Skala

yang penulis gunakan adalah dengan Skala Likert. Mengenai skala Likert, Sukardi

(2003:146) menjelaskan sebagai berikut:

Skala ini telah banyak digunakan oleh para penulis guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para penulis dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Dalam altenatif jawaban terdapat rentang nomor dari angka lima sampai

dengan angka satu. Angka lima menunjukkan bahwa pernyataan dalam angket

melekat dalam diri responden, semakin rendah nomor yang responden pilih maka

pernyataan tersebut semakin terisolasi jauh dari diri responden. Adapun kategori

penyekoran untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Sangat Setuju (SS) = 5,

Setuju (S) = 4, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak Setuju

(STS) = 1. Kategori untuk setiap butir pernyataan negatif, yaitu Sangat Setuju

(SS) = 1, Setuju (S) = 2, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 4, dan Sangat

Tidak Setuju (STS) = 5. Kategori penyekoran setiap alternatif jawaban tampak

(38)

Tabel 3.3

Kategori Penyekoran Alternatif Jawaban

Alternatif jawaban Skor Alternatif Jawaban Positif Negatif

Agar memudahkan penulis dalam menyusun setiap butir pertanyaan dalam

kuesioner atau angket, penulis membuat kisi-kisi instrumen terlebih dahulu. Hal

ini sesuai dengan pedapat Sugiyono (2011:113) bahwa “…, maka sebelum

instrumen disusun menjadi item-item instrumen, maka perlu dibuat kisi-kisi

instrumen…” kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini mengacu pada pendapat

beberapa ahli yaitu sebagai berikut:

1. Dikutip dari Rosdiana (2012:50) menurut Doyles Fryer dalam Nurkancana dan Sumartana menjelaskan bahwa “Minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas yang menstimulir

perasaan senang pada individu.”

2. Dikutip dari Rosdiana (2012:50) Syamsudin mendeskripsikan tentang mekanisme perilaku manusia berdasarkan pembentukan dan perkembangan minat, yaitu:”kebutuhan dirasakan, dorongan timbul,

aktivitas dilakukan dan tujuan hayati.”

3. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut (Slameto, 2003:180). 4. Menurut Hilgard dalam Slameto (2003:57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.

5. Menurut Surya dalam Rosdiana (2012:50) menjelasakan bahwa “faktor -faktor yang mempengaruhi minat berasal dari dalam dri maupun dari luar, diantaranya faktor potensial yaitu intelegensia dan bakat, dan faktor

(39)

Berdasarkan pada pendapat para ahli tersebut, maka penulis menyimpulkan

bahwa minat adalah suatu gejala psikis atau aktifitas fisik yang diekspresikan

melalui perasaan senang atau tertarik terhadap sesuatu objek atau bidang tertentu

yang mempunyai keterkaitan dengan dirinya yang dipilih secara bebas.

Atas dasar uraian di atas, maka dalam penelitian ini yang akan dijadikan

sub-variabel sebagai acuan penentuan indikator instrumen maka kisi-kisi

instrumen disajikan dalam table berikut ini:

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas Sebelum Uji Coba

Variabel Sub Variabel Indikator No Soal

+ -

Dalam menyusun angket, penulis bertitik tolak pada pedoman yang

dikemukakan oleh Surakhmad (1998:184), sebagai berikut:

1)Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya 2)Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh

(40)

4)Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain

5)Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.

Menyimak pendapat Surakhmad, maka dalam menyusun

pernyataan-pernyataan dalam angket bersifat jelas, ringkas, dan tegas.

F. Uji Coba Instrumen

Setelah angket tersusun dengan bentuk yang telah direncakan sebelumnya,

maka selanjutnya harus diuji cobakan kepada responden (selain sampel

penelitian) untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir soal

yang diajukan menjadi instrumen penelitian

Hal ini selaras dengan pernyataan dari Arikunto (2002:211) yang

menyatakan bahwa “instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan

penting yaitu valid dan reliabel.” Artinya suatu instrumen atau alat pengumpul

data yang tidak baku maka harus mengukur kesahihan dan tingkat kepercayaan

untuk mengungkap data dari variabel yang tepat agar dapat diterima sebagai alat

ukur dalam penelitian yang dilakukan. Karena apabila kita melakukan sebuah

penelitian dan menggunakan alat ukur atau instrumen yang tidak relevan, maka

hasil dari penelitian yang dilakukan juga tidak relevan. Oleh karena itu instrumen

dalam sebuah penelitian harus relevan untuk mencapai penelitian yang baik.

Uji coba angket dilaksanakan pada tanggal 10 September 2012 di SMA

Negeri 9 Bandung. Angket minat belajar mata pelajaran pasca penjas ini diuji

(41)

orang yang merupakan kelompok populasi yang bukan anggota sampel penelitian

yang hendak diteliti.

Adapun langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan validitas

instrumen yang berpedoman pada buku aplikasi statistika dalam penjas oleh

Bambang Abduljabar dab Jajat Sudrajat (2010) adalah sebagai berikut:

1. Memberikan skor pada masing-masing pernyataan.

2. Menjumlahkan skor pada seluruh jumlah butir pernyataan.

3. Merangking skor responden dari yang skor yang tertinggi sampai yang

terendah.

4. Memisahkan antara skor tertinggi (kelompok atas) dan skor terendah

(kelompok bawah)

5. Menetapkan 27% responden kelompok atas (kelompok yang memperoleh

skor tinggi)

6. Menetapkan 27% responden kelompok bawah (kelompok yang

memperoleh skor rendah)

7. Mencari nilai rata-rata dari setiap butir pernyataan kelompok atas, dan

nilai rata-rata setiap butir pernyataan kelompok bawah dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

X

n X  

Keterangan:

X = Nilai rata-rata untuk kelompok atas dan kelompok

(42)

n = Jumlah sampel.

8. Mencari simpangan baku dari setiap butir pernyataan kelompok atas dan

kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

bawah dengan menggunakan rumus:

2

(43)

Setelah nilai diketahui, maka selanjutnya membandingkan nilai

t

hitung yang

telah dicari dengan

t

tabel dalam taraf signifikansi

0,05 atau tingkat kepercayaan

95% dengan n = 30, maka nilai

t

tabel menunjukkan nilai 1,70. Sebuah butir tes

dikatakan valid apabila setelah dilakukan pendekatan signifikansi yaitu jika

t

hitung

lebih besar dari atau sama dengan

t

tabel, maka pernyataan tersebut dapat digunakan

sebagai tes dalam pengumpulan data. Tetapi jika sebaliknya

t

hitunglebih kecil dari

t

tabel, maka butir pernyataan tersebut tidak dapat digunakan kembali dalam

pengambilan data karena tidak signifikan pada tingkat kepercayaan tertentu.

Untuk lebih jelasnya mengenai hasil perhitungan validitas dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan Uji Validitas

Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas

(44)

Tabel 3.5 Lanjutan

Hasil Perhitungan Uji Validitas

Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas

(45)

Tabel 3.6

Kesimpulan Hasil Uji Validitas Item Soal

Jenis

Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas Setelah Uji Coba

Variabel Sub Variabel Indikator No Soal

+ -

Kisi-kisi kuesioner dalam tabel diatas digunakan dalam penyusunan

butir-butir pernyataan untuk memperoleh data penelitian mengenai perbandingan minat

belajar mata pelajaran pasca penjas antara kelompok peserta didik yang

mendapatkan dua metode berbeda yaitu pendekatan bermain dan pendekatan

(46)

Langkah berikutnya adalah menentukan reliabilitas untuk mengetahui

tingkat keajegan atau ketetapan dari setiap butir pernyataan, sebagai berikut:

a. Membagi soal yang valid menjadi dua bagian yaitu soal yang bernomor

genap dan soal yang bernomor ganjil.

b. Skor dari butir-butir soal yang bernomor genap dikelompokan menjadi

variabel X dan skor dari butir-butir soal ganjil dijadikan variabel Y.

c. Mengkorelasikan antara skor butir-butir soal yang bernomor genap dengan

butir-butir soal yang bernomor ganjil, dengan menggunakan rumus teknik

korelasi Pearson Product Moment.

d. Mencari reliabilitas seluruh butir pernyataan dengan menggunakan rumus

Spearman Brown yaitu sebagai berikut:

(47)

t =

Adapun hasil perhitungan reliabilitas instrumen dari angket minat belajar

mata pelajaran pasca penjas dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Penjas

NO X

(Ganjil)

Y

(Genap) X

2 Y2 X.Y

1 114 111 12996 12321 12654

2 90 127 8100 16129 11430

3 104 119 10816 14161 12376

4 115 80 13225 6400 9200

5 91 77 8281 5929 7007

6 77 90 5929 8100 6930

7 89 71 7921 5041 6319

8 94 102 8836 10404 9588

9 104 99 10816 9801 10296

10 112 130 12544 16900 14560

11 107 115 11449 13225 12305

12 99 81 9801 6561 8019

13 89 89 7921 7921 7921

14 89 93 7921 8649 8277

15 87 88 7569 7744 7656

(48)

Tabel 3.8 Lanjutan

Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Angket Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca

Penjas

Setelah mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan yang bernomor

ganjil dan skor butir-butir pernyataan yang bernomor genap, selanjutnya

menghitung reliabilitas butir tes dengan menggunakan rumus korelasi Pearson

Product Moment yaitu sebagai berikut:

(49)

rxy = 0.937

Kemudian mencari realibilitas seluruh perangakat butir pernyataan dengan menggunakan rumus Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:

= 0.967

Selanjutnya menguji signifikasi korelasi, yaitu dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

t = √

t = √

√ = 11.294

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh

r

hitung = 0.937 dan

r

hitung keseluruhan atau

gabungan = 0.967 sedangkan pada

r

tabel product moment dari n=30 (dk: n-2=18)

dengan harga r0.95 = 0.361. Hal ini berarti

r

hitung ˃

r

tabel dan menunjukan bahwa

instrumen atau angket minat belajar mata pelajaran pasca penjas ini dapat

dipercaya atau reliabel.

Dan dari hasil uji signifikasi korelasi menunjukan

t

hitung = 11.294 dan

t

tabel (dk

= 28, α = 0.950) = 0.361, artinya

t

hitung ˃

t

tabel dan menunjukan bahwa reliabilitas

(50)

G. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Setelah dilakukan serangkaian uji coba instrumen untuk mendapatkan

butir-butir pernyataan yang valid dan reliabel, instrumen tersebut dapat digunakan

sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini. Penulis memperbanyak

instrumen dan disebarkan kepada sampel penelitian, instrumen tersebut dapat

digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini. Penulis

memperbanyak instrumen dan disebarkan kepada sampel penelitian yang

merupakan sumber data dalam penelitian ini. Angket yang berjumlah 47 butir soal

tersebut disebarkan pada tanggal 3-28 September 2012 kepada pesereta didik

kelas XI IPA 6, XI IPA 5, XII IPA 1, X.10, XI IPS 1, XI IPS 2, XII IPA 6, XI IPS

3 di SMA Negeri 9 Bandung.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara-cara untuk mencari makna dan arti dari

sebuah data yang telah dikumpulkan oleh penulis. Data mentah yang diperoleh

melaui proses penyebaran angket tidak dapat berguna jika tidak dianalisa oleh

penulis. Hal ini selaras dengan pendapat Nazir (1988:405) yang menyatakan

bahwa “Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam penelitian

ilmiah, karena dengan analisalah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang

berguna dalam memecahkan masalah penelitian.” Artinya dengan menggunakan

analisis data, penulis dapat mencari kebenaran dari hipotesis penelitian.

Dalam proses analisis data, peran statistik adalah penting adanya, karena

(51)

dimengerti dan dipahami. Hal ini sesuai dengan pendapat Nazir (1988:443) bahwa

“…pengolahan dan analisa data tidak luput dari penerapan teknik dan metode

statistik tertentu, yang mana kehadirannya dapat memberikan dasar bertolak

dalam menjelaskan hubungan-hubungan yang terjadi.” Adapun penulis

menganalisis data menggunakan software SPSS Version.20.

Langkah-langkah yang penulis pergunakan untuk mengolah data tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Menguji Normalitas menggunakan Uji Shapiro-Wilk. Uji normalitas

dilakukan untuk mengetahui data tersebut normal atau tidak.

2. Menguji Homogenitas menggunakan Uji Leneve test. Uji homogenitas

dilakukan untuk mengetahui data tersebut homogen atau tidak.

3. Menguji hipotesis pertama dan kedua dengan menggunakan Independent

Sample T-test antara satu kelas dengan yang lainnya yang sepadan mata

pelajaran pasca penjasnya.

4. Menguji hipotesis ketiga menggunakan One Sample T-test antara

kelompok pendekatan bermain dan pendekatan tradisional secara

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian yang dilakukan,

diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Pendekatan bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani memediasi pada

pemngembangan minat belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani.

2. Pendekatan tradisional dalam pembelajaran pendidikan jasmani kurang

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat belajar mata pelajaran

pasca pendidikan jasmani.

3. Minat belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani yang pembelajaran

penjasnya menggunakan pendeketan bermain relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan minat belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani yang pembelajaran

penjasnya menggunakan pendekatan tradisional. Artinya pendekatan bermain

signifikan mengembangkan dan meningkatkan serta menyokong minat belajar

mata pelajaran pasca pendidikan jasmani bila dibandingkan dengan pendekatan

(53)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah penulis kemukakan di

atas, berikut beberapa rekomendasi peneliti, diantaranya:

1. Bagi guru pendidikan jasmani, dalam proses belajar mengajar guru pendidikan

jasmani dituntut untuk dapat mengemas materi ajar semenarik mungkin dan

sesuai kaedah ilmu pedagogi agar dapat diterima oleh peserta didik dengan baik.

Sehingga peserta didik senantiasa sukarela mengikuti pembelajaran dan akan

berdampak positif setelah mengikuti PBM pendidikan jasmani. Dengan demikian

diharapkan setelah mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani peserta didik

tetap mengenang minat belajar yang dipelajarinya dalam pembelajaran penjas dan

menyokong minat belajar mata pelajaran setelah penjas.

2. Bagi rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa program studi Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) yang akan mengadakan penelitian tentang minat

belajar mata pelajaran pasca pendidikan jasmani perlu penelaahan lebih lanjut dan

mendalam mengenai mata pelajaran pasca pendidikan jasmaninya dan lebih

terfokus pada satu mata pelajaran saja.

3. Bagi sekolah dapat dijadikan rujukan penetapan pelaksanaan pembelajaran penjas

di lingkungan SMA Negeri 9 Bandung yang lebih kreatif dan inovatif dalam

menerapkan pendekatan mengajar penjas sesuai keadaan internal sekolah.

Tujuannya mengaplikasikan pendidikan jasmani sebagai pendidikan karakter

(54)

4. Perlunya penelitian dan penelaahan lebih mendalam mengenai emosional

pendidikan sebagai penelaahan praktik keadaan psikologi peserta didik dalam

pembelajaran.

5. Dalam upaya penjas menumbuhkan belajar siswa diperlukan pemahaman konsep

gerak/olahraga kepada bentuk dimensi nalar, emosional dan sosial sehingga

pembelajaran memberikan belajar siswa. Artinya pembelajaran penjas memupuk

karakter peserta peserta didik untuk mau menelaah aktivitas gerak yang mereka

lakukan.

6. Sebagai uapaya penyegaran ilmu pengetahuan mengenai pendidikan jasmani dan

pelaksanaannya di lapangan. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

dari jaman ke jaman menuntut penyandang pekerjaan atau guru penjas membuka

diri untuk menerima, mencoba serta mengkreasikannya dalam lingkungan

pekerjaannya.

Demikian kesimpulan dan rekomendasi yang dapat penulis kemukakan, semoga

hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para

pembaca pada umumnya serta menjadi sumbangsih yang berarti bagi kemajuan

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. 2011. Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI

Abduljabar dan Darajat. 2010. Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, S.B dan Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ibrahim dan Sudjana. 2004. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Juliantine, Subroto dan Yudiana. 2010. Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK UPI.

Mahendra, A. 2009. Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Mohammad, S. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisi

Mulyana, A.D. 2011. Perbandingan Minat Belajar Pendidikan Jasmani antara Siswa SMA Negeri dan siswa SMA Swasta di Kota Bandung (Skripsi). Bandung: PJKR. FPOK UPI.

Rahmawati, R. 2012. Pengaruh pendekatan bermain (permainan bebentengan dan hitam hijau) terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari sprint (Skripsi). Bandung: PJKR. FPOK. UPI

Rosdiana, A. 2012. Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Minat Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Sprint (Skripsi). Bandung: PJKR. FPOK UPI.

Singer, K. 1973. Membina Hasrat Belajar di Sekolah. Bandung: Remadja Karya CV.

Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. RinekaCipta.

(56)

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, A. 2009. Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang Warliartika.

Surakhmad, W. 1982. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar. Bandung: Tarsito

Universitas Pendidikan Indonesia. 2010, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah 2010. Bandung: UPI

Weinberg, R.S dan Gould, D. 2003. Foundations of Sport and Exercise Psychology. United States: Human Kinetics.

Sumber dari internet:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/

http://alirahmankamy.wordpress.com/2010/04/23/peranan-guru-dalam-meningkatkan-minat-baca-anak/

http://belajarpsikologi.com/pengertian-minat/

http://edreyani.blogspot.com/2011/01/suatu-tinjauan-minat-siswa-kelas-viii.html?zx=58291382e9b59070

http://mari-berkawand.blogspot.com/2011/08/pengertian-pendekatan-bermain.html

http://repository.upi.edu/operator/s_jrm_060079_chapter4.pdf

Gambar

Tabel
Gambar 1.1 Perbandingan Pendidikan Olahraga dan Pendidikan Jasmnai  ........................
Gambar 1.1  Perbandingan Pendidikan Olahraga dan Olahraga Pendidikan
Tabel 3.1 Distribusi Sampel dan Mata Pelajaran Pasca Penjas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aspek pemberdayaan ( empowering) adalah kemampuan berbagi informasi, akomodatif terhadap gagasan guru, mengakomodasi kebutuhan guru dalam peningkatan

BAB II Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas X Pada Konsep Insecta A.. Kegiatan Praktikum

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Hasil Belajar “Membuat Hiasan Busana” pada Pembuatan Busana Pesta Anak ini dan seluruh isinya adalah

SEGMEN BERITA REPORTER A pelebaran kali beluik di jalan batikan. salah satu napi di

Kata yang mengalami perluasan makna dalam paragraf tersebut, terdapat pada kalimat bernomor ...... Data

Kusen Alumunium + kaca mati untuk basemant type V1 2,00 unit 29 Pas.. Kusen Alumunium + kaca mati untuk basemant type V2 6,00 unit

bahwa sertifikat Badan Usaha (SBU) yang digunakan adalah Subbidang Persungaian, Rawa Dan Pantai (22012) , sesuai Dokumen Pengadaan. Dengan dikeluarkannya Surat Pemberitahuan ini

[r]