• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENDENGARKAN CERITA MELALUI DIGITAL TALKING BOOK PLAYER BAGI ANAK TUNANETRA DI SLB BUDI NURANI KOTA SUKABUMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENDENGARKAN CERITA MELALUI DIGITAL TALKING BOOK PLAYER BAGI ANAK TUNANETRA DI SLB BUDI NURANI KOTA SUKABUMI."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENDENGARKAN CERITA MELALUI DIGITAL TALKING BOOK PLAYER BAGI SISWA

TUNANETRA

DI SLB BUDI NURANI KOTA SUKABUMI

(Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Tunanetra)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh

MEY MUTHIASARI DEWI 0909527

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENDENGARKAN CERITA

MELALUI DIGITAL TALKING BOOK PLAYER BAGI SISWA

TUNANETRA

DI SLB BUDI NURANI KOTA SUKABUMI

Oleh

Mey Muthiasari Dewi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Mey Muthiasari Dewi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MEY MUTHIASARI DEWI 0909527

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENDENGARKAN CERITA MELALUI DIGITAL TALKING BOOK PLAYER BAGI SISWA

TUNANETRA

DI SLB BUDI NURANI KOTA SUKABUMI

(Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Tunanetra)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Dr.Didi Tarsidi, M.Pd NIP.19510601 197903 1 003

Pembimbing II

Dra. Hj. Mimin Tjasmini, M.Pd NIP. 19540310 198803 2 007

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan

(4)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENDENGARKAN CERITA MELALUI DIGITAL TALKING BOOK PLAYER BAGI ANAK

TUNANETRA DI SLB BUDI NURANI KOTA SUKABUMI

(Mey Muthiasari Dewi, 0909527, Jurusan PLB FIP UPI Bandung, 2013)

Pembelajaran keterampilan mendengarkan pada umumnya dilaksanakan secara terbatas karena bentuk kegiatannya hanya berupa dikte saja, sehingga pelaksanaan keterampilan mendengarkan ini belum menggambarkan kegiatan mendengarkan secara lengkap dan cenderung membosankan, terutama untuk anak tunanetra yang memiliki hambatan pada penglihatan sudah tentu harus mengoptimalkan indra lain yang masih bisa dipergunakan terutama indra pendengarannya.

Pembelajaran mendengarkan cerita melalui Digital Talking Book (DTB) player dapat menjadi salah satu solusi agar anak tunanetra dapat berkembang pola pikirnya bahwa mendengarkan itu bukan hal yang menjenuhkan.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu pembuatan program pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB player, pelaksanaan pembelajaran mendengarkan melalui DTB player, kemampuan anak tunanetra dalam pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB Player, hambatan apa saja yang dialami selama pelaksanaan pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB player, upaya guru dalam mengatasi hambatan dalam proses pelaksanaan pembelajaran mendengarkan melaui DTB Player.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Alat pengumpul data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi.

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... 1

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Definisi Konsep ... 3

F. Metodologi Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Tunanetra ... 8

B. Keterampilan Mendengarkan ... 16

C. Digital Talking Book ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Metode Penelitian ... 25

B. Tempat Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian ... 26

D. Instrumen Penelitian ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Pengujian Keabsahan Data ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 30

(6)

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN HASIL

PENELITIAN ... 34

A. Deskripsi Data Penelitian ... 34

B. Analisis Data Penelitian ... 44

C. Pembahasan ... 45

BAB V KESIMPULAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Implikasi ... 52

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran keterampilan mendengarkan pada umumnya dilaksanakan secara terbatas karena bentuk kegiatannya hanya berupa dikte saja, sehingga pelaksanaan keterampilan mendengarkan ini belum menggambarkan kegiatan mendengarkan secara lengkap. Kekurangan tersebut diantaranya butir pembelajaran, teknik penyajian, dan teknik evaluasinya. Sehubungan dengan kekurangan tersebut maka pembelajaran keterampilan mendengarkan menjadi kurang menggembirakan.

Keterampilan berbahasa terdiri dari atas empat macam yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam proses belajar berbahasa, keterampilan yang lebih dulu dipelajari dan dikuasai oleh siswa adalah keterampilan mendengarkan dan berbicara. Keduanya sudah dipelajari di rumah sejak bayi. Keterampilan berikutnya yaitu membaca dan menulis dipelajari setelah anak bersekolah. Keempat keterampilan berbahasa tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling menunjang, Misalnya, “keterampilan berbicara berpengaruh pada keterampilan membaca, Demikian juga sebaliknya, keterampilan seseorang dalam membaca akan sangat membantu ketika dia belajar berbicara, menulis atau mendengarkan” (Tarigan, 1982:2).

(8)

2

berbagai hal secara lisan; (ii) siswa mampu menyerap pengungkapan perasaan orang lain secara lisan dan tertulis, serta memberi tanggapan secara tepat; dan (iii) siswa memperoleh kenikmatan dan manfaat mendengarkan.

Sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari, diantara empat keterampilan berbahasa, keterampilan mendengarkan justru yang paling sering digunakan. Penelitian tentang kegiatan berkomunikasi berkaitan dengan penggunaan waktu untuk keempat keterampilan berbahasa (menulis, membaca, mendengarkan, dan berbicara) menyatakan bahwa : “menulis menghabiskan waktu 9%, membaca 16%, berbicara 30%, dan mendengarkan 45%” (Rankin, 1929). Dengan demikian, terbukti bahwa kegiatan berkomunikasi, waktu terbesar digunakan untuk mendengarkan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka bila tadi kekurang berhasilnya siswa dalam belajar, penyebabnya kemungkinan terletak pada kekurangmampuan siswa dalam mendengarkan.

Bertolak dari pemikiran tentang pentingnya mendengarkan dalam pembelajaran, maka penulis merasa tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai “Pembelajaran Mendengarkan Cerita melalui Digital Talking Book Player untuk Anak Tunanetra di SLB Budi Nurani Kota Sukabumi”.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian lebih terarah terhadap pokok persoalan yang diteliti, maka rumusan masalah ini adalah “Bagaimanakah pembelajaran mendengarkan cerita melalui Digital Talking Book (DTB) Player pada siswa tunanetra di SLB Budi Nuruni Kota Sukabumi”. Secara rinci dibuat dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pembuatan program pembelajaran mendengarkan cerita?

2. Bagaimana kemampuan anak tunanetra dalam pembelajaran mendengarkan cerita melalui digital talking book player?

3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran mendengarkan cerita melalui digital

talking book player?

(9)

3

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang objektif mengenai pelaksanaan pembelajaran mendengarkan cerita pada siswa tunanetra di SLB Budi Nurani Kota Sukabumi.

D. Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan keilmuan peneliti, khususnya tentang pelaksanaan pembelajaran mendengarkan cerita melalui digital talking book player siswa tunanetra di SLB Budi Nurani Kota Sukabumi.

2. Memberikan kontribusi kepada pihak yang menangani siswa tunanetra dalam proses pelaksanaan pembelajaran mendengarkan yang lebih baik dan terencana.

3. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

E. Definisi Konsep

Definisi konsep yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tentang “Pelaksanaan Pembelajaran Mendengarkan Cerita melalui Digital Talking Book

Player bagi siswa tunanetra di SLB Budi Nurani kota Sukabumi

Menurut Sadjaah (2004:56) menyebutkan bahwa “pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan”. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arch, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Dalam bahasa yang mudah lagi sederhana mendengarkan berarti kemampuan memahami pesan yang disampaikan melalui bahas lisan. Menurut D.tarigan (2000:05) memandang bahwa:

(10)

4

Dalam hal ini yang ditentukan atau ditetapkan identitasnya adalah bunyi-bunyi bahasa.Dalam praktek berbahasa, bunyi-bunyi-bunyi-bunyi bahasa itu dirangkai menjadi kata, kata dirangkai menjadi kalimat, dan kalimat dirangkai menjadi wacana. Mendengarkan mencakup kegiatan menginterprestasikan “kata menginterpretasikan berarti menafsirkan” (KKBI, 2000:439). Tujuan menafsirkan yaitu memahami makna bunyi bahasa yang didengar, upaya ini diperjelas oleh mimik muka, bahasa tubuh, dan intonasi bunyi bahasa yang bisa didengar.Kegiatan terakhir menanggapi pesan yang tersirat dalam wacana.

Ketunanetraan merupakan salah satu gangguan dalam sensoris seseorang, sehingga orang tersebut tidak dapat atau kesulitan menggunakan indra penglihatannya, Gangguan ini dapat mengakibatkan perbedaan pada fisik (postur tubuh, sikap) maupun psikologis (karakter, sifat) seseorang. Dikuatkan oleh Hosni, 1. (2003:16) yang menyatakan bahwa:

Tunanetra (Visually Impaired) adalah mereka yang dalam penglihatannya menghambat untuk memfungsikan dirinya dalam pendidikan, tanpa menggunakan material khusus, latihan khusus atau bantuan lainnya secara khusus.

Dari definisi tunanetra yang telah dikutip di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tunanetra adalah seseorang yang karena suatu hal tidak dapat menggunakan matanya sebagai saluran utama dalam memperoleh informasi dari lingkungannya.Sebagai dampak dari hambatan tersebut mereka mengalami pelayanan khusus. Ditinjau dari aspek pendidikan tunanetra adalah siswa yang mengalami gangguan penglihatan sedemikan rupa yang mengakibatkan mereka mendapatkan kesulitan atau hambatan dalam proses pendidikannya (belajar), sehingga mereka memerlukan atau menggunakan alai bantu, khusus dan atau layanan pendidikan yang khusus.

F. Metodologi Penelitan

(11)

5

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai apa adanya.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrument penelitian berupa pedoman wawancara yang berisikan pertanyaanpertanyaan tertulis.Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup aspek-aspek yang berkaitan dengan kebutuhan data. Dengan wawancara ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan peneliti mencatatnya. Oleh karena itu, yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran dan siswa yang menjadi subjek penelitian.

b. Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengadakan pengamatan secara fisik tentang kegiatan yang dilakukan.Panggabean (1991:89) menyatakan bahwa:”Observasi dan wawancara adalah cara yang terbaik untuk mengumpulkan data bagi para peneliti kualitatif'.Dalam melakukan observasi, peneliti telah menyiapkan pedoman observasi yang ditujukan pada anak tunanetra kelas VI SDLB di SLB Budi Nurani Kota Sukabumi dengan jumlah siswa empat orang anak yang terdiri dari tiga siswa perempuan dan satu siswa laki-laki. c. Studi Dokumentasi

Dokumentasi dimaksudkan untuk mendukung dan mempertegas hasil observasi dan wawancara.

3. Tempat Penelitian

(12)

6

4. Teknik Analisis Data

Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data yang disampaikan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2006:337) yaitu “Analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terns menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification”.

5. Keabsahan Data

a. Perpanjangan Waktu

Perpanjangan waktu penelitian merupakan salah satu teknik untuk memperoleh keabsahan data, dengan perpanjangan waktu, diharapkan peneliti dapat memperoleh berbagai informasi secara leluasa sesuai dengan kebutuhan penelitian.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan merupakan salah satu aspek keabsahan data.Dengan ketekunan pengamatan yang dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran mendengarkan cerita melalui digital talking book player bagi siswa tunanetra, diharapkan mampu memberikan informasi yang lebih sesuai.

c. Triangulasi

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2005:54). Metode ini sejalan dengan tujuan penelitian yang dapat menggambarkan tentang pembelajaran mendengarkan cerita melalui digital talking book player pada anak tunanetra. di SLB Budi Nurani sehingga diharapkan dapat menggambarkan secara lebih mendalan mengenai bagaimana perencanaan, proses belajar mengajar dan evaluasi yang terjadi saat penelitian ini berlangsung.

Penelitian kualitatif seperti yang dinyatakan oleh Moleong (2010:6) adalah

1. Penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.

2. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.

3. Pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Seiring dengan pendapat tersebut, maka alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini berupaya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dilapangan, mengutamakan proses bagaimana data dapat diperoleh sehingga data tersebut menjadi akurat dan layak digunakandalam penelitian. Dengan kata lain, peneliti sendiri yang menjadi instrument utama dalam upaya mengumpulkan informasi tentang data yang akan diteliti.

(14)

26

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di SLB Budi Nurani yang berada di Kota Sukabumi.

C. Subjek Penelitian

Penelitian difokuskan pada kondisi objektif pembelajaran mendengarkan cerita pada siswa tunanetra melalui DTB Player yang berhubungan langsung dengan guru dan siswa.Maka subjek penelitiannya adalah guru mats pelajaran bahasa Indonesia dan 4 orang siswa tunanetrakelas VI tingkat SDLB di SLB Budi Nurani di Kota Sukabumi.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti sendiri. Sugiyono (2006:306) mengemukakan bahwa:

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Keberadaan peneliti sebagai instrument merupakan alat pengumpul data utama, seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2010:165) bahwa “Hanya manusia sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan responder atau objek lain dan hanya manusialah yang mampu memahami kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan”.

Oleh karena itu, peneliti akan terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data, menganalisis data hingga membuat kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan.

E. Teknik Pengumpulan Data

(15)

27

1. Wawancara

Data yang dikumpulkan melalui wawancara bersifat verbal, hasil wawancara direkam dalam handphone agar memudahkan peneliti untuk mendokumentasikan berbagai data dan infonnasi yang disampaikan. Hasan dalam Finzir (2010:50) mendefinisikan Wawancara sebagai berikut:

Interaksi bahasa yang berlangsung anatara dua orang dalam situasi Baling berhadapan salah seorang, yaitu melakukan wawancara meminta infori-nasi, atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinan.

Dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrument penelitian pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup aspek-aspek yang berkaitan dengan kebutuhan data. Dengan wawancara ini setiap responder diberi pertanyaan yang sama, dan peneliti mencatatnya. Oleh karena itu, yang menjadi responder dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran dan siswa yang menjadi subjek penelitian. Adapun aspek-aspek yang ingin diungkap antara lain:

1) Kemampuan siswa dalam mendengarkan cerita melalui DTB player, yang meliputi: kemampuan dalam menyebutkan tokoh yang ada pada cerita, kemampuan dalam menceritakan kembali isi bacaan, kemampuan dalam memahami isi cerita.

2) Cara guru membuat program pembelajaran, yang meliputi cara menentukan tuivan pembelajaran, penentuan materi pembelajaran, penentuan metode atau strategi pembelajaran, penentuan evalusi pembelajaran.

(16)

28

4) Hambatan yang dialami siswa dalam pelaksanaan pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB player, yang berasal dari kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, kemampuan yang dimiliki siswa, sarana prasarana penunjang, lingkungan belajar yang efektif.

5) Usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB player, yang meliputi: penciptaan lingkungan belajar yang efektif, pengelolaan KBM yang efektif, sarana dan prasarana yang menunjang.

2. Observasi

Selain wawancara, teknik pengumpulan data lain yang digunakan adalah observasi. Observasi dapat didefinisikan sebagai “perhatian yang terfokus terhadap kejadian, kejala, atau sesuatu” (Finzir, 2010:37-38).Observasi yang digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengadakan pengamatan secara fisik tentang kegiatan yang dilakuan. Panggabean (1991:89) menyatakan bahwa: ”Observasl dan wawancara adalah cara yang terbaik untuk mengumpulkan data bagi para peneliti kualitatif. Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini yaitu mengenai pelaksanaan pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB player yang meliputi (1) persiapan kegiatan belajar mengajar dalam kelas, (2) penyampaian materi pembelajaran, (3) penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, (4) penerapan metode pembelajaran dalam menyampaikan materi, (5) kemampuan tunanetra dalam pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB player.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan mengungkap data-data yang bersifat tertulis, seperti data tentang program pembelajaran dan rapot. Data yang diperoleh dari dokumentasi digunakan untuk mendukung data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi, juga digunakan untuk validasi data penelitian.

F. Pengujian Keabsahan Data

(17)

29

Perpanjangan waktu penelitian merupakan salah satu teknik untuk memperoleh keabsahan data, dengan perpanjangan waktu, diharapkan peneliti dapat memperoleh berbagai informasi secara leluasa sesuai dengan kebutuhan penelitian. Berapa lama perpanjangan penelitian ini dilakukan, akan sangat tegantung pads kedalaman peneliti menggali data, keluasan informasi yang diperoleh, dan kepastian data yang telah diperoleh.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan merupakan salah satu aspek keabsahan data. Dengan ketekunan pengamatan yang dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB Player bagi siswa tunanetra, diharapkan mampu memberikan informasi yang lebih sesuai.Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.Untuk meningkatkan ketekunan, peneliti membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.

3. Triangulasi

Sugiyono (2006:372) mengemukakan bahwa “Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”, sedangkan Moleong (2010:330) mengemukakan bahwa “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Menurut Moleong (2010:331) triangulasi dapat dicapai melalui:

(18)

30

Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber, yaitu dengan membandingkan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda dengan cara membandingkan data hasil observasi dengan hasil wawancara serta dokumentasi.

Dengan demikian derajat kepercayaan informasi yang didapat dalam penelitian ini terjamin, secara singkat teknik triangulasi ini dapat dilihat pada gambar berikut:

G. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan (Sugiyono, 2006:334) menyatakan bahwa “Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga, dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”.

Setelah data terkumpul dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi kemudian peneliti langsung mengolahnya dengan melakukan penafsiran dan menganalisis secara kritis terhadap keseluruhan pelaksanaan pembelajaran mendengarkan cerita melalyui DTB playerbagi tunanetra tingkat SDLB di SLB Budi Nurani Kota Sukabumi.

Dalam penelitian ini yang akan diteliti meliputi kemampuan anak dalam mendengarkan cerita melalui DTB player, pembuatan program pembelajaran mendengarkan melaui DTB player, pelaksanaan pembelajaran mendengarkan melaui DTB player, hambatan apa saja yang dialami siswa hingga upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut. Kemudian ditarik kesimpulan secara bertahap dan dilakukan pembahasan hingga mencapai tujuan yang diharapkan.

WAWANCARA

(19)

31

Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data yang disampaikan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2006:337) yaitu “Analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terns menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification”.

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pads hal-hal yang penting, dicari terra dan polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan ker a selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi (Conclusion Drawing/verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2006:345) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

(20)

32

Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari tahap pralapangan, tahap pekerjaan Lapangan, sampai tahap analisis data seperti yang disampaikan oleh Moleong (2010:127-158).

1. Tahap Pra Lapangan

a. Menyusun Rencana Penelitian

Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses penelitian. Intinya, berupa penyusunan rancangan penelitian yang diajukan ke Dewan Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI yang mans setelah mendapat persetujuan proposal penelitian diseminarkan.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Proses pemilihan latar penelitian dalam penelitian ini diawali dengan data yang ditemukan oleh peneliti di SLB Budi Nurani Kota Sukabumi

c. Mengurus Perizinan

Pengurusan perizinan yang bersifat administratif, dilakukan mulai dari tingkat jurusan, fakultas, universitas, BPPM, sampai Dinas Pendidikan Kota Bandung.

d. Menyiapkan Peralatan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk memperlancar, memperluas, dan mempermudah kegiatan pengumpulan data di lapangan.Adapun kegiatan pada tahap ini adalah mempersiapkan instrument penelitian yang terdiri dari pedoman wawancara dan pedoman observasi.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

a. Memahami Latar Penelitian

(21)

33

2) Penampilan. Dalam melakukan penelitian, peneliti juga sangat memperhatikan penampilan. Lokasi penelitian dilaksanakan di sekolah, maka peneliti juga harus tampil dengan sopan dan formal. 3) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan. Penelitian ini bersifat

pengamatan langsung tanpa berperan serta, maka peneliti berusaha agar hubungan dengan lingkungan yang ada di lokasi penelitian tetap penuh kakraban, tanpa mengubah situasi yang terjadi pada latar penelitian dan perilaku alami yang ada di lokasi penelitian.

4) Jumlah waktu studi. Peneliti mengalokasikan waktu penelitian di lapangan selama tiga minggu, diharapkan dengan jumlah waktu yang sangat terbatas ini berbagai data penelitian dapat terkumpul dengan baik.

b. Memasuki Lapangan

1) Keakraban hubungan. Keakraban hubungan peneliti dengan lingkungan sosial di lingkungan penelitian selalu berusaha dijaga oleh peneliti. Agar mempermudah peneliti dalam upaya memperoleh berbagai data yang diinginkan.

2) Peranan peneliti. Peran peneliti dalam aktivitas yang ada dilokasi penelitian tidak besar, karena penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung tanpa berperan serta. Dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi dan perilaku di lokasi penelitian.

c. Berperan serta dan Mengumpulkan Data

(22)

34

(23)

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditemukan hasil penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh merupakan jawaban dari fokus masalah. Adapun hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembuatan program pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB terlebih

dahulu melakukan pengamatan terhadap potensi dan minat siswa, serta sarana prasarana yang tersedia. Setelah itu, merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, guru berpedoman pada kurikulum dalam pembuatan program pembelajaran. Materi yang ada di kurikulum dijabarkan sesuai dengan kemampuan siswa. Selanjutnya, guru mempersiapkan metode pembelajaran dan pendekatan yang akan digunakan, media pembelajaran yang akan digunakan, dan evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan dalam pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB player. Dalam pembuatan program pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa dan sarana prasarana yang tersedia.

(24)

51

mampu melakukan materi pembelajaran, sedangkan pendekatan individual diberikan sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB player diantaranya tes lisan dan tes perbuatan dilakukan setelah materi pembelajaran selesai diberikan. Penggunaan media yang tepat dapat membantu proses pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB player guru menggunakan benda-benda nyata sebagai media pembelajaran, benda-benda yang digunakan adalah penunjang alat DTB player seperti kumpulan CD cerita, headset, software AMIS, laptop.

3. Kemampuan siswa dalam pembelajaran mendengarkan cerita melalui DTB player dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu kemampuan penggunaan alat digital talking book player, kemampuan siswa dalam menyebutkan fakta yang terdapat dalam cerita, kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi dari spa yang telah dia dengar, kemampuan siswa dalam mengargumentasikan cerita yang telah dia dengar, kemampuan siswa dalam memahami isi dari yang telah dia dengar. Dua orang siswa, yaitu melakukan dan menghasilkan sesuai dengan perintah guru, sedangkan dua orang siswa, yaitu dan masih dibimbing dalam beberapa kegiatan. Guru tetap harus mengawasi dan membimbing siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

(25)

52

5. Upaya guru dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajar mendengarkan cerita melalui DTB player adalah dengan cara membuat anak nyaman terlebih dahulu dengan kesehatan fisiknya, saat kegiatan praktek berlangsung, guru memberi contoh terlebih dahulu apa yang harus dilakukan, lalu siswa mengikuti yang dicontohkan oleh guru. Guru membujuk siswa agar mau melakukan seluruh kegiatan-kegiatan dalam mendengarkan cerita melalui DTB player. Guru juga memberikan perhatian intensif kepada seluruh siswa.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan, penulis memberikan implikasi, sebagi berikut:

1. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan bagi guru untuk sebelum melaksanakan pembelajaran mendengarkan sebaiknya anak dipersiapkan dalam kenyaman fisik maupun mental dan diberikan masukan bahwa mendengarkan bukan hal yang menjemukan karna dengan banyak mendengarkan terutama untuk anak tunanetra akan banyak stimulus serta pengetahuan untuk bekal dikehidupan yang akan datang.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Departeman P dan K. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Kurikulum KTSP SDLB-A Tunanetra. Jakarta: Tidak Diterbitkan

Mardalis. (1989). Metode Penelitian. Jakarta: Bumi aksara.

Mitranetra (2010), Digital Taling Book Player tersedia [online], http://www.mitranetra.or.id/daisy/

Moleong. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Pedoman penulisan Karya Ilmiah, (2012), UPI Bandung Tarigan, Djago dkk.2000.

Pendidikan keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Retni Arika Yosman. (2009). Pembelajaran Keterampilan Menyablon Kaos

Pada Anak Tunagrahita Ringan di Kelas III SMPLB Noor Rakhmah Bandung. Skripsi Sarjana Pendidikan Luar Biasa FIP UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Sudjana dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Djago dkk.2000. Pendidikan keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tarigan (1980). Mendengarkar, sebagai suatu keterampilan berbahasa.

Tim Pengembang Kurikulum. (2010). Panduan Pelaksanaan Pendidikan

Keterampilan untuk ABK. Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa

Gambar

gambar berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Delapan Juta Rupiah) Tahun Anggaran 2014 , maka bersama ini kami Kelompok Kerja III Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Daerah Kabupaten. Lamandau mengundang

bahwa produk hasil ekstensi memiliki persamaan dengan merek asalnya. Beberapa studi menunjukkan bahwa semakin besar persamaan antara produk ekstensi merek dengan merek asalnya

There cannot be many books about plant breed- ing that make for captivating reading, but Allard’s second edition of the Principles of Plant Breeding is undoubtedly one of them..

[r]

Faktur Pajak ini merupakan ciri khas dari Pajak Pertambahan Nilai, karena Faktur Pajak ini merupakan bukti pungutan yang bagi Pengusaha yang dipungut dapat

dari berbagai informasi yang didapat. Siswa dapat meyimpulkan isi film dengan menggunakan sumber yang relevan. Siswa memberikan pendapat dan pemikirannya ke dalam

Utility of Content Delivery Network” UPGRADE-CN’09, 2009 [Online].. [5] Mohammad

[r]