• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS : STUDI KUASI EKSPERIMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMPN 52 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS : STUDI KUASI EKSPERIMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMPN 52 BANDUNG."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER

PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS

(STUDI KUASI EKSPERIMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

INKUIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMPN 52 BANDUNG)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh

ISYE RAMAWATI

1102522

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

2014

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS

(STUDI KUASI EKSPERIMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMPN 52 BANDUNG)

Oleh Isye Ramawati M.Pd. UPI Bandung, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

© Isye Ramawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS.

NIP. 19600121198502001

Pembimbing II,

Dr. Agus Mulyana, M.Hum.

NIP. 196608081991031002

Diketahui oleh

Ketua Jurusan/ Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M. Pd., MA.

(4)

Lembar Persetujuan/Pengesahan Tesis

“Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis (Studi Kuasi Eksperimen

Dengan Menggunakan Metode Inkuiri Pada Peserta Didik Di SMPN 52 Bandung)”

Disetujui dan disahkan oleh :

Penguji I,

Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya

NIP. 196103231986031002

Penguji II,

Dr.Kokom Komalasari, M.Pd.

NIP. 197210012001122001

Mengetahui, Ketua Program Studi

(5)

NIP. 19620702 1986011 002

KATA PENGANTAR

Pujidansyukur, senantiasapenulispanjatkankehadirat Allah SWT,

karenaatassegalaberkahdanrahmat-Nyapenulisdapatmenyelesaikantesisini.Shalawatbesertasalamsemogatetaptercurah kanpadajunjungankitaNabi Muhammad SAW besertakeluargadanparasahabatnya. Tesis yang telahtersusun berjudul Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kritis (Studi Kuasi Eksperimen Dengan Menggunakan Metode Inkuiri Pada

Peserta Didik Di SMPN 52 Bandung)

Dalampenyusunantesisini penulis sadari

masihbanyakkekurangandanketerbatasan,

halinikarenaketerbatasanpemahamandanpengetahuanyang dimiliki penulis. Olehkarenaitu, penulismohonmaaf yang sebesar-besarnya, untuk itu penulis mengharapkanmasukandankritik yang membangun.

Akhirul kata, penulis berharap mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS).

Bandung,Desember 2013

(6)
(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Berkat Rahmat Allah SWT, penulis mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga karenadapat menyelesaikan tesis ini. Proses penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbinganserta dukungan dari banyak pihak.

Untukitusebagaiungkapanpenghargaan yang sebesar-besarnya, padakesempataninipenulisucapkanterimakasih yang setulus-tulusnyakepada : 1. Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M. Pd., M. A. selaku KetuaProdi PIPSyang

telah memberikan perhatian dan bantuannya selama mengikuti pendidikan di Prodi IPS, dan dalam penyusunan tesis ini.

2. Prof.Dr. Hj. Enok Maryani, MS. selaku pembimbing akademik danpembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

3. Dr. Agus Mulyana, M.Hum. selaku pembimbing II, yang telahmemberikan semangat, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya selaku penguji I, yang telah memberikan arahan dan motivasi dalam pengujian tesis ini.

5. Dr. Kokom Komalasari M.Pd selaku penguji II, yang telah dengan sabar memberikan arahan dan saran dalam pengujian tesis ini.

6. Seluruh Staf Dosen SPs-UPI Bandung yang telah memberikan ilmu dan wawasan berpikir kepada penulis.

7. Kepala SMPN 52 Bandung, guru-guru dan karyawan tata usaha SMPN 52 Bandung yang telah membantu kelancaran jalannya penelitian.

8. My lovely husbandA. Nasrun Syawal, my two angels Ceuceu and Ade, who giving spirit and motivation.

9. Keluarga besar Wahyudin (alm) dan H. Asep Syabana (alm) atas doa dan dukungannya.

10.Sahabat-sahabat S2 dan S3 SPS UPI Prodi Pendidikan IPS angkatan 2011. 11.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan memperoleh balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Bandung,Desember 2013

(8)
(9)

Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis (Studi Kuasi Eksperimen Dengan

Menggunakan Metode Inkuiri Pada Peserta Didik Di SMPN 52 Bandung) (Isye Ramawati, 1102522)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang terjadi pada guru yaitu belum memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran yang optimal, sehingga peserta didik banyak yang tidak mengenal lingkungan sekitar dan kurang memiliki kepedulian terhadap lingkungannya. Kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis masih sangat terbatas, sehingga hasil belajar yang diperoleh belum maksimal. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran melalui metode inkuiri, dengan yang tidak memanfaatkan lingkungan sekitar melalui metode ceramah, serta mengetahui respon peserta didik dan kendala guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Metode inkuiri diterapkan agar peserta didik diharapkan mampu berpikir kritis yang di dalamnya terdapat indikator-indikator : orientasi pada masalah, belajar meneliti, pemecahan masalah, mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah dan menganalisa proses pemecahan masalah melalui pengamatan lingkungan yaitu Kawasan Punclut yang merupakan kawasan yang terletak di Bandung Utara. Kawasan ini merupakan bagian dari cekungan Bandung yang memiliki kondisi alam dan keterkaitan ekosistem yang sangat penting untuk menjadi kawasan hutan lindung, dan sebagai salah satu generator iklim mikro serta entry point bagi penataan kawasan Bandung Utara, dimana indikator yang diteliti adalah vegetasi, kemiringan lereng, pola penggunaan lahan dan kedalaman air tanah (dilihat dari kedalaman sumur gali). Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII SMPN 52 Bandung tahun ajaran 2012-2013. Metode penelitian yang dipakai adalah kuasi eksperimen dengan teknik pengumpulan data berupa pedoman observasi di lapangan, observasi di dalam kelas, tes berpikir kritis, dan wawancara kepada guru dan peserta didik. Secara umum hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan antara hasil pretest dan posttest berpikir kritis pada kelas yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri dengan yang tidak memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode ceramah. Hal ini terlihat dari uji t yang menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri dengan peserta didik yang tidak memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan menggunakan metode ceramah adalah berbeda. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dapat meningkatkan cara berpikir kritis peserta didik. Rekomendasi yang dapat disampaikan : 1) Dibutuhkan kepiawaian guru untuk merancang perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan lingkungan yang berada di sekitar sekolah. 2) Sebelum peserta didik memanfaatkan lingkungan sekitarnya, hendaknya mereka dibekali wawasan keilmuan dan hubungan sosial dengan masyarakat sebagai landasan dasar berpikir kritis.

(10)

A Surrounding Utilization as an IPS Learning Sources To Increase Critical Thinking Ability (Experiment Quasy Study Using Inquiry Method For Student

Participants at SMPN 52 Bandung)

(Isye Ramawati, 1102522)

ABSTRACT

(11)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

1.2. Rumusan Masalah... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

1.5. Struktur Organisasi Tesis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar... 13

2.2. Prinsip Penggunaan Sumber Belajar ... 20

2.3. Jenis Lingkungan Belajar ... 21

2.4. Hakikat dan Tujuan Pembelajaran IPS ... 24

2.5. Berpikir Kritis... 28

2.6. Metode Inkuiri ... 33

2.7. Metode Ceramah ... 42

2.8. Penelitian yang relevan ... 46

2.9. Kerangka Pemikiran ... 48

2.10. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 52

3.1. Metoda Penelitian ... 52

3.2. Disain Penelitian ... 52

3.3. Populasi dan Sampel ... 53

3.3.1 Populasi ... 54

3.3.2 Sampel ... 54

3.4. Variabel Penelitian ... 55

3.5. Definisi Operasional ... 56

3.6. Prosedur Penelitian ... 58

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 61

(12)

3.9.1 Uji Validitas ... 64

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 68

3.10. Teknik Analisis Data ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 75

4.1. Deskripsi Umum ... 75

4.1.1 Subjek Penelitian ... 75

4.1.2 Keadaan kelas VII ... 76

4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 78

4.1.3.1 Deskripsi Kelas Eksperimen... 78

4.1.3.2 Deskripsi Kelas Kontrol ... 82

4.2. Uji Prasyarat Analisis ... 100

4.2.1 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 100

4.2.2 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen... 100

4.2.3 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 101

4.2.4 Uji Homogenitas Kelas Kontrol ... 102

4.3. Uji Hipotesis ... 103

4.3.1 Hasil Pretest dan Posttest Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 103

4.3.2 Hasil pretest dan posttest peserta didik kelas kontrol ... 104

4.3.3 Hasil Pretest-Posttest Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 106

4.3.4 Hasil wawancara peserta didik dan kendala guru dalam pemanfaatan lingkungan sekitar ... 110

4.4. Pembahasan ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

5.1. Kesimpulan ... 122

5.2. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penerapan Metode Inkuiri di Kelas ... 38

Tabel 2.2 Keuntungan dan Kelemahan Metode Ceramah ... 43

Tabel 3.2 Sebaran Populasi Penelitian ... 54

Tabel 3.3 Variabel Penelitian ... 55

Tabel 3.4 Klasifikasi Besaran Koefisien Korelasi Validitas ... 66

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Objektif ... 67

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 68

Tabel 3.8 Intrepretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 69

Tabel 3.9 Ringkasan Uji Reliabilitas ... 69

Tabel 3. 10 Kategoti Tingkat Gain ... 70

Tabel 4.1 Komposisi Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 52 Bandung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012-2013 ... 76

Tabel 4.2 Rata-rata Nilai IPS Kelas VII SMPN 52 Bandung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012-2013 ... 77

Tabel 4.3 Data Pretest Kelas Eksperimen ... 78

Tabel 4.4 Data Posttest Kelas Eksperimen ... 80

Tabel 4.5 Gain Skor Hasil Belajar Peserta DidikKelas Eksperimen ... 81

Tabel 4.6 Data Pretest Kelas Kontrol ... 82

Tabel 4.7 Data Posttest Kelas Kontrol ... 84

Tabel 4.8 Gain Skor Hasil Belajar Peserta DidikKelas Kontrol ... 85

Tabel 4.10 Hasil ObservasiKelas Eksperimen Pertemuan 1 ... 95

Tabel 4.12 Hasil Observasikelas kontrol ... 99

Tabel 4.13 Tests of Normality Kelas Eksperimen ... 100

Tabel 4.14 Test of Homogeneity of Variances Kelas Eksperimen ... 101

Tabel 4.15 Tests of Normality Kelas Kontrol ... 102

Tabel 4.16 Test of Homogeneity of Variances Kelas Kontrol ... 102

(14)

Tabel 4.19 Deskripsi Perubahan Skor Pretest Pada Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 107 Tabel 4.20 Uji-t Perubahan Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ... 107 Tabel 4.21 Deskripsi Perubahan Skor Posttest Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 108 Tabel 4.22 Uji-t Perubahan Skor Hasil BelajarPosttest Kelas Eksperimen

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Alur Kerja Metode Inkuiri ... 37

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran ... 49

Gambar 3.1. Bagan Prosedur dan Alur Penelitian ... 60

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 79

Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 81

Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Hasil Pretest Kelas Kontrol ... 83

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

BAB I

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hakikat pendidikan adalah untuk mengejar pencapaian kualitas hidup yang tinggi para peserta didiknya. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman mengenai objek-objek tertentu dan spesifik. Melalui pendidikan, peserta didik diharapkan dapat diarahkan secara terprogram untuk mencapai penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu demi tugas-tugas profesional dan kelangsungan hidupnya. Dalam hal ini pendidikan mengarahkan anak pada hal yang bersifat occupation-oriented atau training for life. Pendidikan harus mampu mengembangkan keseluruhan potensi kemanusiaan peserta didik, sehingga anak memiliki kesanggupan untuk hidup di era mendatang yang memiliki kompleksitas permasalahan yang jauh lebih rumit dari saat ini.

Sesuai dengan UUSPN No 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk warga serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab. Pada akhirnya pendidikan adalah upaya untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang ditandai adanya keluhuran budi dalam tiap individu, keadilan dalam negara, dan kehidupan yang lebih bahagia.

(18)

pendidikan hingga saat ini, dari 2,92 juta guru baru sekitar 51 persen yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu pun dari persyaratan sertifikasi, hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5 persen guru yang memenuhi syarat sertifikasi, adapun 861.67 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi. Selain jenjang pendidikan yang belum memadai, kompetensi guru juga masih bermasalah. Saat dilakukan tes terhadap guru semua bidang studi, rata-rata tak sampai 50 persen soal yang dapat dikerjakan. Tidak ada guru yang meraih nilai 80. Bahkan, ada guru yang meraih nilai terendah yaitu nilai 1.

Pernyataan di atas merupakan salah satu permasalahan dalam praktik-praktik pendidikan yang mengakibatkan mutu pendidikan di Indonesia menurun. Keberadaan guru sebagai ujung tombak pendidikan, guru sebagai praktisi pendidikan seharusnya memiliki kompetensi dalam menunjukkan keprofesionalannya. Tuntutan guru masa depan hendaknya menjadikan dirinya sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam menempuh pengalaman belajarnya, sehingga peserta didik dapat mengeluarkan seluruh potensinya.

Sebagaimana dikemukakan Asa Hilliard III (Arcaro, 1997:40) bahwa, ”Teachers are the mediators who provide or fail to provide the essential experiences that permit student to release their all potentials”. Karena itu, guru harus menghindari model pendidikan “gaya bank” dimana siswa hanya mampu bergerak dalam tiga hal, yaitu mencatat – menerima – menyimpan. Dalam hal ini, guru hendaknya senantiasa menciptakan atmosfer pembelajaran kreatif, menyenangkan, dan penuh makna (meaningfull learning).

Berdasarkan Permen nomor 22 tahun 2006, mata pelajaran IPS khususnya di Sekolah Menengah Pertama mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

(19)

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Pada kompetensi point 2 yaitu berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, hendaknya peserta didik dilibatkan ke dalam suasana kehidupan yang nyata yang penuh dengan persoalan yang harus diteliti dan dipikirkan secara kritis. Peserta didik dilatih untuk membuat suatu keputusan tentang hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan dan kehidupan demokrasi, harus mampu mengelola dirinya sendiri, dan mampu berlaku dan bertindak sebagai anggota masyarakat.

Menurut pendapat Hasan (1996:12), bahwa kemampuan bukan saja berhubungan dengan disiplin sosial tertentu, tetapi juga dapat berupa kemampuan yang bersifat umum dalam menghadapi masalah sehari-hari, seorang peserta didik dalam kenyataan kehidupan sehari-haripun tidak terlepas dari keharusan membuat berbagai macam keputusan.

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik yaitu berpikir kritis. Berpikir kritis menurut Dewey (Fisher, 2008 :2) adalah pertimbangan yang aktif, persistent (terus menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.Glaser (Fisher, 2008 : 3) menyatakan bahwa berpikir kritis sebagai berikut :

a. Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang;

b. Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan

c. Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

(20)

atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Pertimbangan-pertimbangan itu biasanya didukungkriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi, dengan kemampuan berpikir kritis seseorang dapat mengelola, mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya, sehingga dia dapat bertindak benar dan lebih tepat. Berpikir kritis harus terus dikembangkan kepada peserta didik sebagai tujuan utama pendidikan. Dunn and Dunn (Sapriya, 2009:87), membagi berpikir kritis dalam beberapa langkah :

(1) Guru menentukan fokus atau topik pokok bahasan yang dapat mendorong siswa berpikir. (2) Guru mengajukan pertanyaan berikutnya, mengapa ide ini belum diterapkan (hal-hal yang apakah yang menghambat untuk melakukan perbuatan tersebut). (3) Setelah para siswa menjawab pertanyaan ini dan merencanakan membantu siswa berpikir tentang yang mungkin dilakukan dengan mengatasi suatu hambatan, guru bertanya bagaimana cara mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. (4) Guru meminta siswa agar memberikan alternatif/kemungkinan jawaban-jawaban itu dapat diterapkan terhadap masalah sebelumnya. (5) Siswa diminta untuk mengambil keputusan apakah seharusnya menjadi langkah pertama dalam memecahkan suatu masalah.

Individu yang berfikir kritis biasanya memperlihatkan ciri-ciri seperti dikemukakan Costa (1985 :277), yaitu sebagai berikut :

“Pandai mendeteksi permasalahan, mampu mengidentifikasi perbedaan dan informasi, mengumpulkan data untuk pembuktian, mampu mengidentifikasi, mampu mendaftar alternatif pemecahan masalah dengan masalah lainnya, mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah lainnya, mampu menarik kesimpulan yang tersedia yang diperoleh dari lapangan, mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia, mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi dan mampu mengklasifikasikan informasi serta ide”.

(21)

akibat dan bagaimana pemecahannya. Secara krtitis dan tajam, peserta didik dilatih mengidentifikasikan masalahnya, membuat perkiraan tentang relasi berbagai aspek sosial yang merupakan sebab-akibat masalah, mencoba mengumpulkan atau menggali informasi berkenaan dengan masalah tadi, dan akhirnya mereka dilatih menyusun alternatif solusi atau pemecahan masalah tadi.

Pada kenyataannya, selama ini pendidikan IPS banyak mendapatkan hambatan dalam perkembangannya. Berdasarkan pengamatan secara langsung banyak permasalahan yang dihadapi di lapangan, diantaranya kurang berminatnya peserta didik dalam mempelajari ilmu-ilmu sosial merupakan suatu bukti kemunduran IPS. Berbagai masalah dalam IPS yang dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan sehingga kurang merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dan kurang mampu untuk mengatasi masalah, peserta didik tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran, pembelajaran didominasi oleh guru (teacher centered), penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik,

metode pembelajaran yang monoton, guru belum memanfaatkan lingkungan sebagai media serta sumber belajar yang menarik dan hanya buku paket yang dijadikan sumber belajar.

(22)

asal, tanpa didukung oleh teori dan argumen yang baik, serta lingkungan belajar yang kaku dan membosankan dalam proses kegiatan pembelajaran.

Ketika pembelajaran berlangsung dan guru memakai metode ekspositori (ceramah) kebanyakan peserta didik kurang aktif, kurang memiliki motivasi dan hasil belajar rata-rata kelasnya kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari data buku KTSP dokumen 1 SMPN 52 Bandung, KKM tahun ajaran 2012-2013 mata pelajaran IPS untuk kelas 7 adalah 70, dengan rata-rata nilai UAS semester 1 adalah 60,79 untuk kelas 8 KKM mata pelajaran IPS adalah 73 dengan rata-rata nilai UAS semester 1 adalah 60,40 sedangkan untuk kelas 9 KKM mata pelajaran IPS adalah 73, dengan rata-rata nilai UAS semester 1adalah 60,10. Hal ini memberikan suatu indikasi terhadap suatu masalah yang cukup signifikan yaitu permasalahan yang bermuara pada kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS, yang berimbas pada rendahnya prestasi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Selain faktor peserta didik, faktor guru juga memberi kontribusi dalam permasalahan, sebagian besar guru-guru IPS di SMPN 52 Bandung masih menggunakan metode ekspositori atau ceramah, penggunaan alat-alat peraga masih minim dipergunakan dan guru-guru belum memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar secara optimal.

Permasalahan lain yang dialami peserta didik di SMPN 52 Bandung adalah belum terbiasa berpikir secara kritis dalam menghadapi dan memecahkan suatu masalah, dan salah satu cara untuk mengembangkan peserta didik untuk berpikir kritis adalah mengaplikasikan melalui penggunaan berbagai metode dan sumber belajar. Pengertian metode pembelajaran menurut Maryani (2011 : 33), diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan atau maksud. Metode sangat diperlukan oleh guru bukan hanya untuk menyampaikan sejumlah materi, tetapi yang lebih penting agar kompetensi pendidikan dapat dicapai.

(23)

siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya” (AECT,1977).

Sumber belajar tersebut dapat dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu pesan (message), orang (people), bahan (equipment), alat (tool and equipment), teknik (technique), dan lingkungan (setting). Pesan adalah segala informasi dalam bentuk ide/gagasan, fakta, data, yang disampaikan kepada peserta didik, biasanya pesan-pesan ini sudah tertuang dalam kurikulum yang berlaku. Orang adalah manusia yang berperan sebagai pengolah dan penyaji pesan, seperti guru, pembimbing, dan narasumber lain (resource person) yang dilibatkan dalam kegiatan pambelajaran. Bahan berkaitan dengan software atau perangkat lunak yang berisi pesan-pesan pembelajaran, seperti buku teks, modul, majalah, paket belajar, termasuk juga film, program televisi, dan kaset audio. Alat adalah perangkat keras (hard ware) yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran, seperti proyektor OHP, televisi, proyektor slide, slide dan pesawat radio. Teknik adalah prosedur yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar, seperti simulasi, diskusi, demonstrasi, pemecahan masalah. Sumber belajar yang terakhir, yaitu lingkungan yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar-mengajarrnya (AECT,1977).

Ehlirch & Ehlirch dan Holdren (1973 : 4) mengemukakan : “The environment is the unique skin of soil, water, geseous atmosphere, mineral nutrients, and organisms that covers this otherwise undistinguished planet”. Menurut Miller (1985 : 34-35) mengemukakan: “The living things is a nature community are surrounded by an environment concisting of other living plants

and animals, called the biotic portion, and nonliving or nonbiotic portion

concisting of chemicals and physical factors such as solar energy, temperature, ligh, wind, and water currents”.

(24)

tanah, udara, matahari, batuan, tanah, flora, fauna, sungai, danau dan sebagainya. Pemanfaatan lingkungan alam (fisik)sebagai sumber belajar dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik untuk melakukan kegiatan di luar kelas dan menemukan sebab-sebab sebuah kejadian di sekitarnya, serta mencari hubungan antara fakta-fakta yang ada di lingkungan alam.

Pemanfaatann lingkungan sebagai sumber belajarakan lebih bermakna dan bernilai, karena peserta didik diharapkan lebih memahami peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang dialami peserta didik lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat diperoleh tujuan karena lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari peserta didik, dapat memperkaya wawasannya, tidak terbatas oleh dinding kelas, dan kebenarannya lebih akurat. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan, dan menumbuhkan antusiasme peserta didik untuk lebih giat belajar. Belajar akan lebih bermakna (meaningful learning), sebab peserta didik diharapkan dengan keadaan yang sebenarnya. Aktifitas peserta didik akan lebih meningkat dengan menggunakan wawancara, membuktikan sesuatu, menguji fakta, memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, dan lambat laun akan membentuk pribadi para peserta didikuntuk mencintai lingkungan sekitarnya.

(25)

berbeda satu sama lain. Dalam menggunakan sumber belajar, metode penyampaian dan berbagai pendekatan lainnya harus disesuaikan dengan kebutuhannya.

Manfaat yang diperoleh dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar adalah: peserta didik dapat melihat secara langsung benda-benda, baik benda mati maupun benda hidup yang berkaitan dengan mata pelajaran di sekolahnya; Peserta didik dapat membuktikan dan menerapkan teori atau konsep yang pernah didapat di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari; Menanamkan sikap untuk mencintai lingkungan sekitar.

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar (PBM) dalam pendidikan IPS adalah sangat penting. Selama ini PBM sebagai pelaksanaan kurikulum yang dilakukan di dalam kelas, penyampaian materi ajar hanya tertuju pada hal-hal yang pokok. Sedangkan materi pendidikan IPS tidak hanya yang terdapat dalam kurikulum saja melainkan juga menyangkut materi-materi yang ada di masyarakat dan lingkungannya. Bahkan hakekat pembelajaran pendidikan IPS adalah mengkaji berbagai masalah sosial yang terjadi di masyarakat untuk segera dicari pemecahannya (problem solving).Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan IPS

tidak bisa dilepaskan. Peserta didik akan kehilangan sesuatu yang bermakna dari proses belajarnya, tanpa dihadapkan pada berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat dan lingkungannya.

(26)

Penerapan metode inkuiri diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kompetensi dasar peserta didik di dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Alasan rasional penggunaan metode inkuiri adalah bahwa peserta didik akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai suatu bidang ilmu dan akan lebih tertarik terhadap bidang ilmu itu jika mereka dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Investigasi yang dilakukan oleh peserta didik merupakan tulang punggung metode inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep suatu bidang ilmu dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut. (Blosser, 1990).

Latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, makapeneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul, “PEMANFAATAN LINGKUNGAN

SEKITAR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS (STUDI KUASI EKSPERIMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMPN 52 BANDUNG)”.

1.2. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka dirumuskan beberapa sub masalah sebagai berikut :

a. Apakah terdapat perbedaan antara hasil pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis pada peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen melalui metode inkuiri ? b. Apakah terdapat perbedaan antara hasil pretest dan posttest pada

kemampuan berpikir kritis peserta didik yang tidak memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah?

(27)

inkuiri dengan yang tidak memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar melalui metode ceramah?

d. Bagaimana respon peserta didik setelah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dengan menggunakan metode inkuiri dan apa saja kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui perbedaan pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode inkuiri.

b. Mengetahui perbedaan pretest dan posttest kemampuan berpikir peserta didik yang tidak memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah.

c. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri dengan yang tidak memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan menggunakan metode ceramah?

d. Mengetahui respon peserta didik setelah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dengan menggunakan metode inkuiri dan kendala apa saja yang dihadapi guru dalam meningkatkan cara berpikir kritis peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

(28)

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran pemenfaatan lingkungan sekitar dengan mempergunakan metode inkuiri. c. Terhadap peserta didik untuk membantu lebih memahami mengenai

kemampuan berpikir kritis dan dapat menumbuhkan kemampuan menemukan masalah, memecahkan masalah, memupuk kerjasama dan mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan baik.

1.5. Struktur Organisasi Tesis

BAB I: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, dan manfaat penelitian serta struktur organisasi tesis.

BAB II: Kajian Pustaka, berisi konsep-konsep atau teori-teori mengenai

pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, prinsip penggunaan sumber belajar, jenis lingkungan belajar, tujuan dan hakekat pembelajaran IPS, berpikir kritis, metode inkuiri, metode ceramah, penelitian terdahulu yang relevan serta kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III: Metodologi Penelitian, berisi metode penelitian, desain penelitian,

populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validasi instrumen dan teknik analisa data.

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi deskripsi umum

(29)

Bab V: Kesimpulan dan saran,kesimpulan berisi mengenai jawaban

(30)

BAB III

1

METODOLOGI PENELITIAN

1.1. Metoda Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen.Menurut Samsul (2011:219), metode eksperimen merupakan prosedur statistik yang didesain untuk mengestimasi ukuran (besaran) dan distribusi dampak program atau proyek dengan pengendalian secara statistik pada pengaruh faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil program atau proyek.

Dengan kata lain, penelitian ini menggunakan satu percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Margono (2004:110), mengemukakan bahwa subjek penelitian eksperimen dibagi ke dalam dua kelompok sasaran penelitian. Satu kelompok diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompok lagi dikendalikan pada satu keadaan yang pengaruhnva dijadikan sebagai suatu pembanding, yang disebut kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dikenakan perlakuan dengan metode inkuiri, sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode ceramah.

1.2. Disain Penelitian

(31)

Tabel 3.1 Disain Penelitian

Grup Pretest Treatment Posttest

A O 1X O 2

O 3O 4 B

Sumber : Sukmadinata (2010:27)

Keterangan :

A : Kelompok eksperimen B : Kelompok kontrol

X : Dikenakan treatment atau perlakuan dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri : Tidak dikenakan treatment atau perlakuan dengan

memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar O1 : Pretest (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen O2 : Posttest (setelah perlakuan dengan memanfaatkan lingkungan

sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri) O3 : Pretest (sebelum perlakuan ) pada kelas kontrol

O4 : Posttest (sesudah perlakuan tanpa memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar) pada kelas kontrol

Penelitian dilakukan dalam tiga kali pertemuan pembelajaran, dengan satu kali pretest dan satu kali posttest, yang dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012 -2013. Setiap pertemuan menggunakan waktu 2 x 40 menit.

Satu kali pertemuan akan dilaksanakan di luar sekolah melalui pengamatan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar yaitu kawasan Punclut, sedangkan dua kali pertemuan dilaksanakan di dalam kelas untuk mendiskusikan hasil pengamatan lingkungan sebagai sumber belajar.

1.3. Populasi dan Sampel

(32)

Sugiyono (2011:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Penggambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sample. Tujuan dari pengambilan sampel dengan teknik purposive adalah pengambilan sampel dari populasi yang memiliki kesamaan

dengan populasinya atau dapat mewakili populasi (sample representatif).

1.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 52 Bandung tahun pelajaran 2012-2013, yang terdiri dari 10 kelas.

Tabel 3.2

Sebaran Populasi Penelitian

Sumber : Buku KTSP SMPN 52 Bandung

1.3.2 Sampel

Prosedur penggambilan sampel adalah sebagai berikut :

a. Peserta didik kelas 7 terdiri dari 10 kelas yaitu: 7-1, 7-2, 7-3, 7-4, 7-5, 7-6, 7-7, 7-8, 7-9, dan 7-10.

b. Diambil 2 kelas sampel yaitu kelas 7-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas 7-2 sebagai kelas kontrol , pemilihan kedua kelas berdasarkan asumsi:

1. Guru mata pelajaran IPS di kedua kelas itu sama.

Kelas Jumlah siswa

VII – 1 36

VII – 2 36

VII – 3 35

VII – 4 34

VII – 5 36

VII – 6 35

VII – 7 34

VII –8 33

VII – 9 36

VII – 10 36

(33)

2. Jumlah peserta didik pada masing-masing kelas sama, yaitu 36 orang. 3. Kedua kelas tersebut belum mendapatkan materi siklus hidrologi. 4. Kedua kelas mempunyai nilai akademi hampir sama, dengan

rata-ratanilai kelas 60-70 (dilihat dari dokumentasi penilaian guru mata pelajaran yang bersangkutan).

5. Aktivitas kedua kelas mempunyai aktivitas yang menunjukkan sama. 6. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang sama, yakni kurang

dari 70 untuk mata pelajaran IPS.

1.4. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah pemanfaatan lingkungan sebagai variabel bebasatau independent variable (x), dan kemampuan berpikir kritis sebagai variabel terikat atau dependent variable (y). Berikut ini adalah penjelasan variabel beserta indikatornya, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.3

Variabel Penelitian

Variabel Konsep teoritis Indikator

Pemanfaatan

- Kedalaman air tanah (sumur gali)

Berpikir kritis Pemikiran yang masuk akal dan

- Fase 1 : orientasi peserta didik pada masalah.

- Fase 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk

belajar/meneliti.

- Fase 3 : pemecahan masalah - Fase 4 : mengembangkan dan

menyajikan hasil pemecahan masalah.

(34)

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

1.5. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan interpretasi, penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang terkandung dalam judul penelitian ini :

1) Pemanfaatan Lingkungan sebagai sumber belajar

Dalam hal ini, penelitian difokuskan dengan memanfaatkan lingkungan alam yang berada di sekitar sekolah yaitu kawasan Punclut. Kawasan Punclut merupakan sebidang lahan di Bandung Utara dengan luas 268 Ha dan merupakan bagian dari Cekungan Bandung yang memiliki kondisi alam dan keterkaitan ekosistem yang sangat penting untuk menjadi kawasan lindung. Kawasan Punclut merupakan bukit tertinggi di Kota Bandung yang memiliki potensi alam untuk menjadi salah satu generator utama iklim mikro Kota Bandung, selain itu penataan di kawasan ini menjadi sangat penting karena akan merupakan entry point bagi penataan Kawasan Bandung Utara secara keseluruhan.

Kawasan Punclut merupakan cacthment area atau daerah tangkapan air hujan, kaitannya dengan penelitian yang menggambil materi kelas 7 semester 2 mengenai siklus hidrologi dan bagiannya, dimana dengan memanfaatkan daerah punclut sebagai cacthment area atau daerah tangkapan hujan, peserta didik dapat lebih memahami siklus hidrologi tidak saja dikaitkan dengan proses-proses hidrologi akan tetapi bisa dilihat dari vegetasi, kemiringan lereng, pola penggunaan lahan dan kedalaman air tanah (sumur gali), sehingga pemanfaatan sumber belajar dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah yaitu kawasan Punclut dapat memberikan wawasan keilmuan peserta didik agar menghargai lingkungan sekitarnya.

2) Berpikir kritis

(35)

suatu pendapat atau ide, termasuk di dalam proses ini adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut biasanya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.

Melalui berpikir kritis diharapkan peserta didik dapat mengeluarkan ide-ide kreatifnya yang baru. Pengajaran kemampuan berpikir kritis adakalanya dikaitkan dengan keterampilan berpikir kreatif. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator sekaligus motivator bagi peserta didik, dan mempunyai kewajiban untuk menolong peserta didik mengembangkan kecerdasan dan kemampuan berpikir kritisnya.

Ada beberapa indikator sebagai landasan kemampuan untuk berpikir kritis, seperti yang diungkapkan olehGlaser (1941:6), yaitu sebagai berikut :

a) Mengenal masalah.

b) Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu.

c) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan. d) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan. e) Memahami dan menggunakan bahasa yang yang tepat, jelas dan khas. f) Menganalisis data.

g) Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan.

h) Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah.

i) Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan.

j) Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil.

k) Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang luas.

l) Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun batasan indikator yang akan diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut :

Fase 1 : orientasi siswa pada masalah.

Fase 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk belajar/meneliti. Fase 3 : pemecahan masalah.

(36)

Fase 5 : menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 3) Metode Inkuiri

Berdasarkan pendapat Sagala (2004), metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri peserta didik, sehingga dalam proses pembelajaran ini peserta didik lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Peserta didik benar-benar ditempatkan sebagai subjek belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh peserta didik. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi peserta didik dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan peserta didik dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Adapun tahap-tahap dalam metode inkuiri; (1) orientasi kasus atau masalah; (2) identifikasi masalah; (3) Penggambilan posisi atau pendapat; (4) menyelidiki cara berpendirian atau pola argumentasi; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah;dan (6) melakukan pengujian asumsi-asumsi terhadap posisi atau pendapatnya.

a) Kelompok eksperimen adalah suatu kelompok yang dikenakan

perlakuan, dan dalam hal ini penggunaan pemanfaatan lingkungan sekitar dan metode inkuiri. Peneliti mengambil kelas VII -1 di SMP Negeri 52 sebagai kelompok eksperimen.

b) Kelompok kontrol adalah suatu kelompok pembanding terhadap

(37)

1.6. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang harus ditempuh yaitu studi pendahuluan, persiapan, pelaksanaan dan diakhiri dengan analisis hasil dan penyusunan laporan.

a) Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan pembelajaran beserta permasalahan-permasalahan dalam proses belajar mengajar di SMPN 52 Bandung. Selain itu dilakukan studi penelitian sebelumnya, studi literatur mengenai pemanfaatan lingkungan sekitar dan kemampuan berpikir kritis melalui metode inkuiri.

b) Tahap Persiapan

Pada tahap ini yang harus dilakukan guru adalah merencanakan pembelajaran dengan menyiapkan silabus, dan RPP (rencana Pelaksanaan Pembelajaran) mengenai siklus hidrologi yang di dalamnya memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar mengenai siklus hidrologi dan dampaknya terhadap lingkungan, alokasi waktu, metode pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan yang terakhir sumber belajar yang memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah dalam hal ini kawasan Punclut. Kemudian menyusun instrument penelitian yang berkaitan dengan siklus hidrologi dan berpikir kritis dan data obeservasi untuk pengamatan di lapangan yang memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah serta lembar pertanyaan untuk peserta didik dan guru pengajar.

c) Tahap Pelaksanaan

(38)

60

Isye Ramawati, 2014

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

meningkatkan cara berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen dan pembelajaran dengan metode kovensional pada kelas kontrol. Melakukan tes akhir (posttest) untuk mengetahui perbedaan cara berpikir kritis peserta didik pada masing-masing kelas setelah mendapatkan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

d) Tahap Analisis dan Penyusunan laporan

Menghitung gain yang dinormalisasi (���� ) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, melakukan uji validitas, melakukan uji realibilitas, melakukan uji Hipotesis, serta melakukan analisis data ,observasi dan wawancara. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012-2013.

Persiapan

- Penyusunan Proposal - Studi Pendahuluan

- Kajian teoritis tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber pembelajaran, berpikir kritis dan metode inkuiri

Menyusun rancangan pembelajaran tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri

Penyusunan instrument penelitian

Uji Instrument

Validasi Instrument

(39)

Gambar 3.1. Bagan Prosedur dan Alur Penelitian

1.7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2009:203), adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan keterangan keberkaitan dengan penelitian sehingga memperoleh data yang diperlukan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran dengan alat pengumpul data berupa test hasil belajar. Dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Kegiatan pendahuluan yang melakukan koordinasi ke sekolah yang di jadikan lokasi penelitian.

b. Persiapan penelitian

1) Telaah terhadap kurikulum pembelajaran IPS kelas VII untuk menentukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang akan disampaikan

2) Membuat rancangan media pembelajaran yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar

3) Penyusunan instrument penelitian 4) Uji coba instrument penelitian 5) Observasi

6) Wawancara

Analisis Data

Observasi di lapangan dan

(40)

7) Dokumentasi

c. Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada kelas VII d. Melakukan tes awal (pretest) untuk memperoleh data kemampuan peserta

didik dari masing-masing kelompok baik eksperimen maupun kelas kontrol sebelum di beri perlakuan

e. Melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan pembelajaran dengan menggunakan metode kovensional/ceramah pada kelas kontrol.

f. Melakukan tes akhir (postest) untuk mengetahui perbedaan cara berpikir kritis peserta didik pada masing-masing kelas setelah mendapatkan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional/ceramah pada kelas kontrol. g. Pengolahan dan analisis data

h. Penyusunan laporan penelitian

1.8. Instrument Penelitian

Sukardi (2009:75), mengatakan bahwa instrument penelitian dipergunakan untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Adapun instrument yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

a. Tes

(41)

b. Lembaran Observasi

Observasi dengan menggunakan format observasi, dimaksudkan untuk melihat keefektifan cara berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode inkuiri pada pembelajaran di kelas yang telah disesuaikan dengan langkah-langkah penggunaannya, dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Format observasi dibuat dengan menyesuaikan dengan indikator yang akan diukur melalui rentang 1 sebagai nilai terendah sampai 5 sebagai nilai tertinggi. Format observasi yang dibuat berdasarkan indikator yang dikemukan Glasser (Fisher, 2009: 7),yaitu sebagai berikut :

1) Mengenal masalah

2) Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu.

3) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan. 4) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan. 5) Memahami dan menggunakan bahasa yang yang tepat, jelas dan khas. 6) Menganalisis data.

7) Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan.

8) Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah.

9) Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan. 10) Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang

ambil.

11) Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang luas.

12) Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun batasan indikator yang akan diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut :

Fase 1 : orientasi siswa pada masalah.

Fase 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk belajar/meneliti. Fase 3 : pemecahan masalah.

Fase 4 : mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah. Fase 5 : menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

(42)

dalam pemanfaatan lingkungan. Data observasi lapangan berisi 4 kriteria yang mendukung kawasan Punclut sebagai daerah tabngkapan air hujan (cacthment area), yaitu sebagai berikut :

1. Vegetasi (banyaknya vegetasi dan jenis vegetasi yang tumbuh di kawasan Punclut akan mempengaruhi resapan air hujan (infiltrasi), yang merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi.

2. Pola penggunaan lahan (dilihat secara umum penggunaan lahan di sekitar kawasan Punclut, dipergunakan untuk kebun, tegalan, pemukiman atau dibiarkan begitu saja sehingga ada kaitannya dengan resapan air hujan).

3. Kemiringan lereng(dilihat secara visual, kemiringan lereng antara 150-450, semakin miring lereng semakin cepat aliran air hujan yang jatuh apalagi bila diatas lereng dipenuhi dengan pemukiman dan tidak bervegetasi).

4. Kedalaman air tanah (dalam hal ini tolok ukurnya adalah kedalaman air sumur yang dipergunakan warga sekitar 10 – 20 meter, ini menunjukkan bahwa semakin dangkal kedalaman air sumur maka kandungan air tanah biasanya akan tersedia, disamping itu pembuatan sumur resapan di pemukiman penduduk membantu juga untuk memelihara ketersediaan cadangan air tanah).

c. Pedoman wawancara

(43)

kepada kegiatan belajar mengajar,selain itu kendala-kendala, pendapat dan saran mengenai pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dengan menggunakan metode inkuiri.

1.9. Validasi Instrumen

1.9.1 Uji Validitas

Validasi berkenaan dengan tingkat kesahihan suatu instrument sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2008:72). Validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunujukkan apa yang seharusnya diukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila instrumen ukur tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan pengukuran tersebut. Jika peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data penelitian, maka butir-butir yang disusun pada kuesioner tersebut merupakan alat ukur yang harus mengukur apa yang menjadi tujuan penelitian.

Uji coba untuk mengetahui validitas instrumen dianalisis dengan menggunakan metoda korelasi product moment, dengan formulasi berikut ini:

 

(Sumber: Arikunto, 2002:124)

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

(44)

Y : Jumlah variabel kedua

XY : Jumlah product moment dari hasil kali kedua variabel X2 : Jumlah variabel pertama yang dikuadratkan

Y2 : Jumlah variabel kedua yang dikuadratkan N : Jumlah responden (populasi yang diteliti)

Uji Validitas, dilakukan dengan tahap-tahap berikut: a. Menentukan hipotesis untuk hasil uji coba

1) Ho = Skor butir indikator berkorelasi positif dengan skor faktor (total) 2) H1 = Skor butir indikator tidak berkorelasi positif dengan skor faktor

(total)

b. Menentukan r tabel dengan tingkat signifikan 5% atau 1%. c. Mencari r hitung

d. Membandingkan r hitung dan r hitung tabel

1) Jika r hitung  r tabel maka H0 diterima dan HI ditolak, artinya skor butir indikator berkorelasi positif dengan skor faktor (total)

2) Jika r hitung  r tabel, maka Ho ditolak dan HI diterima, skor butir indikator tidak berkorelasi positif dengan skor faktor (total)

e. Mengambil keputusan, yakni sebagai berikut :

1) Jika r hitung positif dan  r tabel, maka butir tersebut valid.

2) Jika r hitung negatif dan atau  r tabel, maka butir tersebut tidak valid.

Tabel 3.4

Klasifikasi Besaran Koefisien Korelasi Validitas

Besarnya Nilai Interpretasi

(45)

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah Sumber: Arikunto (2002:245)

(46)

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Objektif

No Butir Soal rhitung rtabel Keterangan

1 1 1,000 0,329 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Uraian

No Butir Soal rhitung rtabel Keterangan

1 1 1,000 0,329 Valid

2 2 0,467 0,329 Valid

3 3 0,748 0,329 Valid

4 4 0,408 0,329 Valid

5 5 0,469 0,329 Valid

(47)

1.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Yang dimaksud dengan reliabilitas adalah menunjukan suatu pengertian bahwa suatu intrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjukan tingkat keterandalan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2006:247). Pengujian reliabilitas instrumen dengan rentang skor antara 1-5 menggunakan rumus Cronbach alpha, yaitu sebagai berikut :

r

r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan

2

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas instrumen diketahui bahwa semua butir soal reliabel, hal ini disebabkan nilai rhitung lebih besar dibandingkan dengan nilai rtabel yang bernilai 0,329. Agar lebih terperinci dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No Variabel Rhitung Rtabel Keterangan

1. Tes Objektif 0.960 0.329 Reliabel

2. Tes Uraian 0.874 0.329 Reliabel

(48)

Untuk koefisien reliabilitas yang menyatakan derajat keterandalan alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Ruseffendi, 2005:160), seperti pada tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8

Intrepretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,90 < 11 < 1,00 Sangat tinggi 0,70 < 11 < 0,90 Tinggi 0,40 < 11 < 0,70 Cukup 0,20 < 11 < 0,40 Rendah

11 < 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas melalui bantuan SPSS versi 16, diperoleh hasil seperti yang terlihat pada tabel 3.9 berikut :

Tabel 3.9

Ringkasan Uji Reliabilitas

No Jenis Soal Cronbach’s Alpha N of items

1 Pilihan Ganda .960 25

2 Uraian .874 5

Sumber : Hasil pengolahan data 2013

Dari tabel di atas terlihat nilai cronbach’s alpha sebesar 0,960 dan 0,874, maka dapat disimpulkan data mempunyai reliabilitas yang baik, karena nilai tersebut lebih besar dari 0,7.

1.10. Teknik Analisis Data

(49)

a. Penskoran

Untuk soal pilihan ganda penskoran dengan nilai 1 untuk yang benar, dan untuk soal uraian dilakukan dengan menggunakan skala 1- 5. Skor setiap peserta didik ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar yang diperoleh oleh setiap peserta didik yang sudah ditentukan pada kisi-kisi instrument penelitian.

b. Uji hipotesis

Untuk menguji tingkat signifikasi perbandingan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dengan menggunakan uji t. Sebelum uji t dipergunakan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis berupa uji normalitas dan homogenitas data hasil penelitian. Untuk memudahkan analisis data dipergunakan bantuan program SPSS. Kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis dari uji statistik yang dilakukan salah satunya dengan melihat tingkat signifikasinya, sedangkan untuk mengukur tingkat perubahan cara berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilakukan uji gain. Perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-gain) dengan rumus Hake :

� = � – � � � �� − � � Keterangan :

Spost : Skor tes akhir Spre : Skor tes awal Smaks : Skor maksimal

Kriteria tingkat gain adalah sebagai berikut : Tabel 3. 10 Kategoti Tingkat Gain

Batasan Kategori

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g < 0,70 Sedang

(50)
(51)

c. Analisis Hasil Observasi

Analisis hasil observasi terbagi menjadi dua yaitu; (1) analisis hasil observasi lapangan, dengan gabungan bentuk pilihan ganda dan pertanyaan terbuka, dan (2) hasil observasi terstrukturdi kelas mengenai kemampuanberpikir kritis dalam setiap pertemuan pada pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar melalui metode inkuiri. Hasil observasi baik di dalam dan di luar kelas dengan mempergunakan statistik deskriptif yang menurut Sugiyono (2011: 147) , yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul, sedangkan wawancara menggunakan pedoman wawancara dengan gabunganbentuk pilihan ganda dan tidak berstruktur. Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang orang lain. Orang-orang yang diwawancarai adalah beberapa peserta didik, teman sejawat, kepala sekolah, dan lain-lain (Hopkins 1993). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang pendapat peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitardan kendala yang dihadapi guru dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini terhadap guru mitra dan beberapa orang peserta didik.

Analisis hasil wawancara terbagi ke dalam tiga tahapan, yaitu sebagai berikut :

1) Reduksi Data

Menurut Miles and Huberman (1994:10), reduksi data mengacu pada proses pemilihan, fokus, menyederhanakan, abstrak, dan transformasi data yang muncul dalam tulisan catatan lapangan atau transkripsi. Reduksi data terjadi terus-menerus sepanjang penelitian.

(52)

Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis. Tetapi tahap ini adalah bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang mempertajam, macam, fokus, membuang, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga akhir kesimpulan yang bisa ditarik dan diverifikasi. Dalam tahap ini, data kualitatif dapat dikurangi dan diubah dalam berbagai cara melalui seleksi, melalui ringkasan atau parafrase, melalui yang dimasukkan dalam pola yang lebih besar, dan sebagainya.

2) Display Data

Menurut Miles and Huberman (1994:10), display data adalah perakitan, pengorganisasian atau kompresi informasi yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan tindakan. Display data dapat membantu untuk memahami apa yang terjadi dan untuk melakukan sesuatu yang didasarkan pada pemahaman tersebut.

Kecenderungan kognitif manusia adalah untuk mengurangi informasi yang kompleks menjadi ringkas, selektif dan disederhanakan atau konfigurasi mudah dipahami. Pemahaman bisa dilakukan melalui pemilihan data yang tidak pernah dipertanyakan.

Display data bisa meliputi berbagai jenis matriks, grafik, diagram, dan jaringan. Dalam analisis data, display data memiliki tiga fungsi yaitu; mereduksi data dari yang kompleks menjadi yang sederhana, menyimpulkan interpretasi peneliti terhadap data dan menyajikan data sehingga tampil menyeluruh (Alwasilah, 2011:120).

3) Kesimpulan

(53)

selesai, tergantung pada ukuran catatan lapangan, koding. Kesimpulan juga diverifikasi sebagai hasil analisis. Sedangkan verifikasi bisa dilakukan secara singkat dengan perjalanan singkat kembali ke catatan lapangan, atau mungkin secara menyeluruh. atau dengan upaya yang luas untuk mereplikasi temuan dalam satu set data. Makna yang muncul dari data harus diuji sehingga masuk akal.

Kegiatan analisis data yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi, display, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan secara terus menerus, untuk kemudian didokumentasikan dengan baik sebagai bahan acuan untuk memahami lebih jelas tentang apa yang terjadi.

Ketepatan dan kedalaman hasil penelitian akan sangat tergantung kepada teknik analisis yang digunakan dan kemampuan menganalisis seorang peneliti. Analisis data sebagaimana diilustrasikan berlangsung secara simultan yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data dengan alur tahapan peneliti, meliputi: pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), pengorganisasian data (data display), dan (penyimpulan data atau

(54)

BAB V

1

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, secara umum dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar merupakan cara yang paling efektif untuk mengembangkan cara berpikir kritis peserta didik. Hal tersebut dapat dibuktikan dari beberapa hasil pengujian hipotesis bahwa terdapat peningkatan perolehan nilai rata-rata sebelum penerapan (pretest) dan setelah penerapan (posttest) dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar setelah diterapkan melalui metode inkuiri ternyata mengalami peningkatan tertinggi pada kelompok eksperimen daripada kelompok kontrol.

Adapun secara khusus, kesimpulan yang berhubungan dengan rumusan masalah dan hipotesis penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

(55)

peserta didik mampu memberikan solusi terhadap permasalahn di sekitar lingkungan tempat dimana mereka tinggal.

2. Terdapat perbedaan antara hasil pretest dan posttest peningkatan kemampuan peserta didik yang tidak memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan menggunakan ceramah. Hasil rata-rata nilai posttest peserta didik pada kelas kontrol yaitu sebesar 53,08 lebih baik dari hasil pretest yaitu sebesar 42,53.

3. Terdapat perbedaan antara hasil kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri dengan peserta didik yang tidak memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode ceramah. Hal ini terlihat dari uji t yang menunjukkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memanfatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri dengan peserta didik yang tidak memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan menggunakan metode ceramah adalah berbeda.

(56)

1.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dapat dikemukakan beberapa saran berkaitan dengan pelaksanaan pemanfataan lingkungan sebagai sumber belajar.

1. Guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan dapat dipertimbangkan untuk diterapkan pada kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan materi yang akan diberikan kepada peserta didik.

2. Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri dapat membantu mengembangkan daya nalar dan cara berpikir kritis peserta didik, karena mereka dihadapkan pada permasalahan langsung di lapangan sehingga dapat menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran yang menyenangkan.

3. Agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif, dibutuhkan kepiawaian guru untuk dapat merancang perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, dengan banyaknya kendala-kendala yang dihadapi, seorang guru harus berusaha meningkatkan wawasan keilmuan dan pengetahuan serta keterampilan sehingga pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat benar-benar diaplikasikan dengan baik dalam proses pembelajaran.

(57)

5. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan perbandingan dengan model pembelajaran yang berbeda, yang berkaitan dengan peningkatan berpikir kritis pada peserta didik serta dapat diimplementasikan pada kurikulum 2013.

Gambar

Tabel 4.22 Uji-t Perubahan Skor Hasil BelajarPosttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .........................................................................
Gambar 2.1 Bagan Alur Kerja Metode Inkuiri ...................................................
Tabel 3.1 Disain Penelitian
Tabel 3.2 Sebaran Populasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Changes ini antioxidant enzymes activity and plant perfomance by salinity stress and zinc aplication in soybean (Glycine max L.) Plant Omics Journal 5(2):60-67. Universitas

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman (dalam Sprinthal &amp; Sprinthal, 2009: 554) prestasi akademik dapat diprediksi dengan mengukur SRL yang dimiliki

Implikasi penelitian yaitu diharapkan kepala bidang pengembangan usaha lebih gencar melakukan sosialisasi ke instansi-instansi yang ada di Sulawesi Selatan dan terus

Untuk ditaatinya ketentuan yang mengatur program jaminan sosial dalam penyelenggaraan jaminan sosial oleh Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan setiap orang,

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) Berbasis

Perkembangan penggunaan peralatan dari batu mengalami kemajuan melalui usaha trial and error, yaitu dengan melalui penyeleksian terhadap peralatan yang dianggap

Pada tahun 1687 Isaac Newton telah mendasarkan fisika klasik dengan bukunya Philosophiae naturalis prinsipia mathematica (ilmu poengetahuan alam berdasarkan prinsip

Sementara PBI yuridis terjadi apabila suatu penghasilan (atau modal) yang sama dikenakan pajak di tangan orang (subjek) yang sama oleh lebih (atau modal) yang sama dikenakan