• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PERMAINAN ORFF PERCUSSION TERHADAP KECERDASAN MUSIKAL ANAK USIA DINI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PERMAINAN ORFF PERCUSSION TERHADAP KECERDASAN MUSIKAL ANAK USIA DINI."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar : 022/PGPAUD/I/2014

EFEKTIVITAS PERMAINAN ORFF PERCUSSION TERHADAP KECERDASAN

MUSIKAL ANAK USIA DINI

(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelompok B di TK Bianglala Kota Bandung Tahun Pelajaran 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh : Tanthi Mulyanti

1004399

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

EFEKTIVITAS PERMAINAN ORFF PERCUSSION TERHADAP KECERDASAN

MUSIKAL ANAK USIA DINI

(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelompok B di TK Bianglala Kota Bandung Tahun Pelajaran 2013-2014)

Oleh Tanthi Mulyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

© Tanthi Mulyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

No. Daftar : 022/PGPAUD/I/2014

LEMBAR PENGESAHAN

EFEKTIVITAS PERMAINAN ORFF PERCUSSION TERHADAP KECERDASAN

MUSIKAL ANAK USIA DINI

(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelompok B di TK Bianglala Kota Bandung Tahun Pelajaran 2013-2014)

Oleh Tanthi Mulyanti

1004399

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. phil., Yudi Sukmayadi, M.Pd.

NIP. 19700326 200003 1 003

Pembimbing II

Leli Kurniawati, S. Pd., M.Mus.

NIP. 132252248

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd

(4)

EFEKTIVITAS PERMAINAN ORFF PERCUSSION TERHADAP KECERDASAN

MUSIKAL ANAK USIA DINI

(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelompok B di TK Bianglala Kota Bandung Tahun Pelajaran 2013-2014)

Oleh Tanthi Mulyanti

1004399

Disetujui dan disahkan oleh:

Penguji I

Hj. Cucu Eliyawati, M.Pd

Penguji II

Heni Djohaeni, M.Pd

NIP. 19701022 199802 2 001 NIP.197007241998022001

Penguji III

Dr. Aan Listiana, M.Pd

Penguji IV

I Gusti Komang Arya Prasetya,M.Hum

NIP. 19720803 200112 2 002 NIP. 19770312 200812 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(5)

1 Volume 2, Nomor 1, April 2014

EFEKTIVITAS PERMAINAN

ORFF PERCUSSION

TERHADAP

KECERDASAN MUSIKAL ANAK

Tanthi Mulyanti

1

, Yudi Sukmayadi

2

, Leli Kurniawati

3 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Email : tanthim@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi kurang tergalinya kecerdasan majemuk anak khususnya kecerdasan musikal anak di TK Bianglala terlihat saat anak mengikuti pembelajaran, masih banyak anak yang tidak dapat mengingat melodi, syair lagu, kurang mudah mengikuti irama, kurang peka terhadap suara-suara di lingkungannya, tidak dapat memainkan alat musik sederhana, dan kurang memberikan reaksi yang kuat terhadap berbagai jenis musik serta tenaga pendidik musik yang kurang menguasai pembelajaran yang ada di TK. Tujuan dari penelitian ini yaitu memperoleh gambaran tentang meningkatnya kecerdasan musikal anak melalui permainan Orff Percussion. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini: (1) Bagaimana kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok kontrol Taman Kanak-kanak Bianglala sebelum dan setelah penerapan kegiatan permainan Orff Percussion? (2) Bagaimana kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok eksperimen Taman Kanak-kanak Bianglala sebelum dan setelah penerapan kegiatan permainan Orff Percussion? (3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum dan setelah penerapan permainan Orff Percussion?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen ( pretest-posttest control group design). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan studi dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu anak kelompok B TK Bianglala yang berjumlah 17 anak. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kecerdasan musikal anak melalui penerapan permainan Orff Percussion. Pada saat pretest anak-anak kelompok eksperimen berada pada kriteria sangat tinggi 22.2%, tinggi sebanyak 55.6%, sedang sebanyak 11.1% dan rendah sebanyak 11.1%. Pada saat posttest mengalami peningkatan yaitu pada kriteria sangat tinggi menjadi 77.8%, tinggi 11.1% dan sedang sebanyak 11.1%. Rekomendasi bagi guru dalam penerapan permainan Orff Percussion adalah guru harus dapat menstimulus anak melalui permainan musik yang sederhana namun menyenangkan karena bukan saja dapat meningkatkan kecerdasan musikal anak namun juga dapat meningkatkan semua kecerdasan majemuk anak..

Kata Kunci: Kecerdasan Musikal, Permainan Orff Percussion.

(6)

2 Volume 2, Nomor 1, April 2014

EFFECTIVENESS OF PLAY ORFF PERCUSSION FOR THE EARLY CHILDHOOD MUSICAL INTELLIGENCE

ABSTRACT

The based of this research comes from the less stimulate of multiple intelligences children especially musical intelligence in kindergarten of Bianglala. It is seen when children participating in learning, there are still many children who can not remember the melody, lyric song, the rhythm is less easy, less sensitive to sounds in the environment, can not play a simple musical instrument, and not providing a strong reaction to various types of music and music educators who did not master the learning at kindergaten. The research objectives is to get some illustrations about the improved of musical intelligence through play orff percussion. The method research is quasi-experimental (pretest-posttest control group design). Further for the statements problems are written below. 1. How the condition

of child’s musical intelligence in the control group of Bianglala kindergarten before and

after application of play orff percussion? 2. How the condition of child’s musical intelligence in the experiment group of Bianglala kindergarten before and after application of play orff percussion? 3. There is a significant differences on the musical intelligence children in the control group and experiment group before and after play orff percussion in the Bianglala kindergarten? In addition, the technique of this research is observation, and documentation study. The subjects in this research is the students of Bianglala kindergarten from group B as much as 17 students. The result showed an increase in children’s musical intelligence through the application of play orff percussion. During pretest the children of experimental group are at very high criteria of 22.2%, high by 55.6%, medium by 11.1% and low as musch as 11.1%. At the time of posttest increased that is the very high criteria to 77.8%, high by 11.1% and medium by 11.1%. Recommendation for teachers in the application of play orff percussion is the teacher must be able to stimulate the child through

a simple and fun music game because not only can enhance the child’s musical intelligence but also can improve all children’s multiple intelligences.

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Kecerdasan Majemuk ... 11

1. Kecerdasan Verbal-Linguistik ... 12

2. Kecerdasan Logis-Matematis ... 13

(8)

4. Kecerdasan Jasmaniah-Kinestetik ... 16

5. Kecerdasan Berirama-Musik ... 17

6. Kecerdasan Intrapersonal ... 19

7. Kecerdasan Interpersonal ... 20

8. Kecerdasan Naturalistik ... 21

9. Kecerdasan Eksistensial Spiritual ... 22

B. Orff Percussion ... 23

1. Pendidikan Musik Carl Orff ... 23

2. Manfaat Pembelajaran Orff ... 24

3. Orff Percussion ... 25

4. Pengaruh Kegiatan Bermusik Bagi Kecerdasan Anak ... 27

C. Penelitian Yang Relevan ... 32

D. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

B. Desain Penelitian ... 35

C. Metode Penelitian ... 40

D. Definisi Operasional ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 50

(9)

H. Metode Analisis Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Hasil Penelitian ... 63

1. Gambaran Umum Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Kontrol di Taman Kanak-kanak Bianglala ... 63

2. Gambaran Umum Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Eksperimen Taman Kanak-kanak Bianglala Sebelum dan Setelah Penerapan Permainan Orff Percussion... 71

3. Pengaruh Permainan Orff Percussion Terhadap Peningkatan Kecerdasan Musikal Anak Taman Kanak-kanak Bianglala ... 81

B. Pembahasan Atau Analisis Temuan ... 91

1. Kondisi Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Kontrol Taman Kanak-kanak Bianglala ... 91

2. Kondisi Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Eksperimen Taman Kanak-kanak Bianglala Sebelum dan Setelah Penerapan Permainan Orff Percussion ... 93

3. Pengaruh Permainan Orff Percussion Terhadap Peningkatan Kecerdasan Musikal Anak Taman Kanak-kanak Bianglala ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Rekomendasi ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN

(10)

DAFTAR DIAGRAM DAN GRAFIK

DIAGRAM

4.1 Hasil Pretest Kelompok Kontrol ... 63 4.2 Hasil Pretest Kecerdasan Musikal Anak Dalam Aspek 1 Pada Kelompok

Kontrol ... 64 4.3 Hasil Pretest Kecerdasan Musikal Anak Dalam Aspek 2 Pada Kelompok

Kontrol ... 65 4.4 Hasil Pretest Kecerdasan Musikal Anak Dalam Aspek 3 Pada Kelompok

Kontrol ... 66 4.5 Hasil Posttest Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Kontrol ... 67 4.6 Hasil Posttest Kecerdasan Musikal Anak Dalam Aspek 1 Pada Kelompok

Kontrol ... 69 4.7 Hasil Posttest Kecerdasan Musikal Anak Dalam Aspek 2 Pada Kelompok

Kontrol ... 70 4.8 Hasil Posttest Kecerdasan Musikal Anak Dalam Aspek 3 Pada Kelompok

(11)

4.10 Hasil Pretest Kecerdasan Musikal Anak Dalam Aspek 1 Pada Kelompok

Eksperimen ... 74 4.11 Hasil Pretest Kecerdasan Musikal Anak Dalam Aspek 2 Pada Kelompok

Eksperimen ... 75 4.12 Hasil Pretest Kecerdasan Musikal Anak Dalam Aspek 3 Pada Kelompok

Eksperimen ... 76 4.13 Hasil Posttest Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Eksperimen ... 77 4.14 Hasil Posttest Kecerdasan Musikal Anak Dalam Aspek 1 Pada Kelompok

Eksperimen ... 78 4.15 Hasil Posttest Kecerdasan Musikal Anak Dalam Aspek 2 Pada Kelompok

Eksperimen ... 79 4.16 Hasil Posttest Kecerdasan Musikal Anak Dalam Aspek 3 Pada Kelompok

Eksperimen ... 80 GRAFIK

4.1 Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Setelah Penerapan Permainan Orff Percussion ... 81 4.2 Peningkatan Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Eksperimen Sebelum

(12)

4.4 Rata-rata Skor Pretest Aspek Kecerdasan Musikal Anak Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 87 4.5 Rata-rata Skor Posttest Kecerdasan Musikal Anak Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 89 4.6 Rata-rata Skor Posttest Aspek Kecerdasan Musikal Anak Antara Kelompok

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL

3.1 Populasi TK Bianglala ... 34

3.2 Sampel TK Bianglala ... 35

3.3 Desain Penelitian ... 35

3.4 Tahapan Penelitian ... 36

3.5 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 43

3.6 Lembar Pretest dan Posttest Anak ... 46

3.7 Uji Korelasi Pearson ... 53

3.8 Reliability Statistics ... 55

3.9 Skor Maksimal ... 57

3.10 Skor Minimal ... 58

3.11 Rentang Skor ... 58

3.12 Interval Skor ... 58

3.13 Kriteria Profil Tingkat Kecerdasan Musikal Anak ... 59

4.1 Hasil Pretest Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Kontrol ... 62

4.2 Hasil Pretest Aspek Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Kontrol ... 63

(14)

4.4 Hasil Posttest Aspek Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Kontrol ... 68

4.5 Hasil Pretest Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Eksperimen ... 72

4.6 Hasil Pretest Aspek Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Eksperimen .. 73

4.7 Hasil Posttest Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Eksperimen ... 76

4.8 Hasil Posttest Aspek Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Eksperimen 77 4.9 Peningkatan Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Setelah Penerapan Permainan Orff Percussion ... 81

4.10 Peningkatan Aspek Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Setelah Penerapan Permainan Orff Percussion ... 83

4.11 Uji Normalitas Data Pre-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 84

4.12 Uji Homogenitas Varians Data Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 85

4.13 Hasil Uji t Independen Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 86

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

PERANGKAT PEMBELAJARAN 1. RPP

2. Foto Media Pretest, Posttest, Treatment dan Alat Musik Yang Digunakan Dalam Penelitian

LAMPIRAN B

HASIL DATA PRETEST DAN POSTTEST KELOMPK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL

1. Data Pretest Kelompok Eksperimen 2. Data Pretest Kelompok Kontrol 3. Data Posttest Kelompok Eksperimen 4. Data Posttest Kelompok Kontrol LAMPIRAN C

PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 1. Hasil Uji Validitas

2. Hasil Uji Reliabilitas

3. Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 4. Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 5. Hasil Uji t Independen Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol LAMPIRAN D

LEMBAR SURAT-SURAT

(16)

3. Surat Keterangan Dari TK 4. Buku Bimbingan

5. Surat Judgement

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Usia Taman Kanak-kanak merupakan usia keemasan atau Golden Age di mana pada masa ini anak-anak tumbuh dan berkembang dengan pesat. Selayaknya pada masa ini, anak benar-benar dipenuhi kebutuhan dasarnya serta diberi stimulus yang tepat, sehingga anak-anak dapat berkembang secara maksimal. Kebutuhan dasar yaitu makanan yang bermutu serta stimulus tepat yang dapat membantu anak mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya sehingga dapat menjadi anak yang cerdas. Setiap anak cerdas, begitu ungkapan Thomas Amstrong (2002) dalam bukunya yang berjudul Setiap Anak Cerdas; Panduan Membantu Anak Belajar Dengan Memanfaatkan Multiple Intelligence-nya.

Anak yang cerdas bukan hanya anak yang pintar dalam bidang matematika atau ilmu alam saja. Namun anak yang cerdas adalah anak yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan, kemampuan untuk menghasilkan persoalan baru untuk diselesaikan dan kemampuan untuk menciptakan produk, yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat sebagaimana yang diungkapkan oleh Gardner (2013).

Kecerdasan majemuk yang dimiliki anak sudah selayaknya digali oleh orang tua di rumah serta guru di sekolah. Orang tua awam yang kurang begitu memiliki pengetahuan selalu memandang sebelah mata jika anaknya tidak menonjol dalam bidang ilmu logika. Sehingga peran guru di sekolah sangat besar dalam menggali kecerdasan majemuk anak.

(18)

2

kecerdasan visual spasial, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis dan kecerdasan spiritual, sebaiknya dikembangkan pula.

Gardner (2013) mengatakan bahwa bukan hanya kecerdasan logika-matematika serta linguistik saja yang harus diasah, sebagaimana pandangan orang-orang di jaman dahulu yang beranggapan bahwa seseorang akan terlihat hebat jika memiliki kecerdasan logika-matematik serta linguistik yang tinggi. Namun apakah mereka akan tetap hebat di masa depan tanpa memiliki atau menggunakan kecerdasan yang lain. Kecerdasan yang lain pun perlu diasah dan tidak kalah penting seperti misalnya kecerdasan musikal. Musik dikatakan penting terutama untuk anak-anak karena musik mudah dipahami oleh anak-anak secara naluriah. Seperti contoh, anak usia balita akan menggoyangkan tubuhnya ketika mendengar sebuah iklan di televisi yang memiliki sebuah musik, mereka akan menolehkan kepalanya ke arah sumber suara di mana terdengar suara musik, anak-anak merasa senang jika bernyanyi atau mendengar musik. Musik dekat dengan anak, musik membuat anak tertarik dan musik dapat membantu lajunya perkembangan otak anak serta meningkatkan kemampuan motorik, matematika dan membaca pada anak. Sebagaimana diungkapkan oleh Campbell (2001: 19):

Studi-studi telah menunjukkan bahwa… Anak-anak kecil yang mendapatkan pelatihan musik secara teratur menunjukkan keterampilan motorik, kemampuan matematika dan kemampuan membaca lebih baik daripada kawan-kawan mereka yang tidak berlatih musik.

Kemudian Montello (2013) juga mengatakan bahwa kecerdasan musikal merupakan hal alami yang dimiliki oleh semua individu dan sangat penting dalam keberlangsungan hidup manusia, karena dapat memberikan ketenangan yang setara dengan yang dirasakan oleh orang-orang dengan ketergantungan obat-obatan ataupun alkohol. Maka kecerdasan musikal akan sangat baik untuk dikembangkan dari sejak dini demi membentuk mental dan pribadi yang positif di masa depan.

(19)

3

ataupun latihan musik. Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan Stefan Koelsch di Institut Kognitif dan Neurosains Max Plank di Universtitas Leipzig, Jerman, yang meneliti orang-orang yang tidak memiliki pendidikan musik apapun, tidak mengerti perihal kunci dan akor. Mereka secara otomatis dan tidak disadari dapat membuat dugaan akor mana yang cocok dan yang tidak, hanya dengan mendengarkan pengulangan akor dan tidak mengetahui bila ada akor yang tidak sesuai dengan dugaannya.

Bila pengulangan akor berada pada kunci yang sama, otak akan

menunjukkan “tidak ada respon”. Tetapi bila salah satu akor tidak cocok

dengan kunci yang dimaksud (dan tanpa sadar akan dipisahkan oleh mereka yang non musisi), sebenarnya disini tampak potensi otak yang secara esensial

sama dengan jawaban “akor ini tidak cocok dengan kuncinya”. (Djohan, 2003: 61)

Penemuan ini menunjukkan bahwa sebenarnya semua orang memiliki musikalitas yang tinggi, bukan hanya musisi. Sehingga Djohan (2003: 62) menyimpulkan bahwa ‘otak orang normal adalah otak yang musikal juga’.

Sejalan dengan beberapa pendapat dari para ahli tersebut, peneliti menganggap betapa pentingnya seorang pendidik untuk menggali kecerdasan musikal anak di Taman Kanak-kanak karena semua anak memiliki kecerdasan musikal, dan ada beberapa anak-anak yang memang dilahirkan dengan kecerdasan musikal yang menonjol. Dikatakan juga bahwa kecerdasan musikal berkaitan dengan kecerdasan yang lain seperti kecerdasan linguistik dan logika-matematika. Sebagaimana dikatakan oleh Rachmani et al. (2003: 72) bahwa:

Bagi para pendidik, kecerdasan musikal sering dilihat… Dengan demikian,

kecerdasan yang diasosiasikan dengan konsep kemampuan bermusik, selalu dianggap tidak berhubungan dengan tingkat pencapaian atau prestasi tinggi dalam area atau bidang akademik lain. Padahal tidaklah demikian, karena kecerdasan musikal juga berkaitan dengan kecerdasan lainnya, seperti kecerdasan linguistik dan kecerdasan logika matematika.

(20)

4

Berdasarkan hal itu maka terlihatlah adanya hubungan antara pendidikan musik dengan kemampuan spasial dan logika (neuroscience).

Banyak anggapan bahwa anak-anak yang cenderung menghabiskan waktunya untuk kegiatan bermusik berarti melakukan kegiatan yang tidak penting serta tidak berguna dibandingkan dengan mempelajari materi pembelajaran yang ada di sekolah. Anggapan ini dapat menghalangi perkembangan kecerdasan musikal yang dimiliki anak sekaligus memaksa anak untuk menekuni bidang lain yang tidak relevan dengan bakat dan minatnya, yang mana itu sangat bertentangan dengan prinsip pembelajaran di Taman Kanak-kanak.

Gardner (2013) mengatakan bahwa semua jenis kecerdasan bisa saja dimiliki oleh individu normal namun dalam taraf atau sifat kombinasi yang berbeda. Sehingga sudah selayaknya para pendidik menggali serta mengembangkan semua kecerdasan yang dimiliki anak, karena apalah arti bakat atau talenta jika tidak diasah atau diberi stimulus.

Untuk menggali serta meningkatkan kecerdasan musikal di Taman Kanak-kanak, sebaiknya didampingi oleh guru musik yang sudah memiliki latar belakang pendidikan seni musik. Sementara pendidik yang berlatar belakang pendidikan seni musik masih amat jarang di Taman Kanak-kanak, baik itu karena alasan intern sekolah yang tidak mampu merekrut guru musik maupun karena guru musik kurang begitu menguasai pembelajaran yang ada di Taman Kanak-kanak, sehingga kebanyakan mereka lebih memilih mengajar di Sekolah Dasar dibandingkan di Taman Kanak-kanak. Sementara itu, keterbatasan pendidik Taman Kanak-kanak untuk memadukan musik ke dalam pembelajaran baik melalui alat musik modern ataupun tradisional cukup mempengaruhi pembelajaran di Taman Kanak-kanak yang pada akhirnya tidak terintegrasi dan kurang tergali.

(21)

5

Sementara itu, alat-alat musik sederhana yang dekat dengan dunia Taman Kanak-kanak seperti tamborin, alat pukul kayu, dram, simbal serta alat musik lainnya yang seharusnya dijadikan media/sumber belajar untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak, terkadang hanya dijadikan pajangan atau digunakan dalam acara-acara tertentu seperti peringatan Hari Kartini dan sebatas untuk mengiringi nyanyian saja ketika anak berbaris.

Karena itulah pembelajaran yang dapat meningkatkan kecerdasan musikal anak di Taman Kanak-kanak yang ada, pada umumnya kurang tergali.

Kegiatan bernyanyi dengan alat musik yang terbatas dan guru yang memiliki kemampuan terbatas pula, serta dilakukan setiap hari secara rutin oleh anak dan bahkan dalam sentra musik, menimbulkan respon yang kurang menarik untuk anak-anak dengan alasan merasa cape dan bosan karena harus terus mengeluarkan suara yang cukup keras selama pembelajaran. Padahal permainan musik di Taman Kanak-kanak teramat penting dalam rangka menggali kecerdasan musikal anak usia dini.

Padahal, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kegiatan bernyanyi serta penggunaan alat perkusi terutama pada usia pra sekolah, Taman Kanak-kanak atau awal Sekolah Dasar, yang dilakukan oleh guru kelas (guru non musik) dapat membuat anak belajar dengan baik tentang musik serta perhatiannya meningkat selama pembelajaran dibandingkan oleh guru musik. Sebagaimana diungkapkan Djohan (2003: 66) bahwa :

Apakah siswa akan memperoleh keuntungan secara musikal bila diajar oleh guru kelasnya dibandingkan oleh guru musik khusus?Jawabannya adalah

“ya”. Mayoritas siswa yang belajar musik diperkenalkan dengan aktivitas musik seperti bernyanyi dan menggunakan alat perkusi (alat musik ritmis) terutama pada usia pra-sekolah, taman kanak-kanak atau awal sekolah dasar

dan tanpa harus ada instruksi khusus oleh guru musik non formal…Penelitian

terakhir menunjukkan bahwa anak pra-sekolah belajar dengan baik tentang musik dan perhatiannya meningkat bila di kelas pelajaran musik diberikan oleh guru kelas atau “guru non musik”.

(22)

6

Sejalan dengan pendapat Djohan, Langstaff & Mayer (Djohan, 2003: 65) mengatakan bahwa, “Seandainya masa perkembangan ini tidak dimanfaatkan secara maksimal, maka kelak anak dapat mengalami apa yang dinamakan tuna

nada dan irama selamanya yang bisa dikategorikan sebagai sebuah malapetaka.”

Menurut Djohan (2003) pendapat itu dikemukakan dengan maksud untuk memberi dorongan pada guru-guru yang kurang terlatih musik agar dapat berusaha menciptakan aktivitas musik maupun dalam bentuk permainan, pada anak-anak terutama anak di bawah usia 11 tahun, dalam ruangan kelasnya.

Maka dari itu peneliti ingin menerapkan aktivitas musik yang dapat dilakukan oleh pendidik Taman Kanak-kanak, yang dapat memadukan antara gerak, tari dan bahasa di mana hal itu sangat berkaitan dengan dunia anak sehingga pembelajaran benar-benar terpadu dan dapat mengembangkan semua aspek perkembangan anak. Salah satunya adalah melalui permainan Orff Percussion.

Orff Percussion merupakan serangkaian alat perkusi yang dipergunakan sebagai media dalam pembelajaran musik anak, yang dicetuskan oleh seorang komponis dan pengajar musik kelahiran Jerman yang bernama Carl Orff . Proses pembelajaran mengenai Orff Percussion, terangkum pada Orff Schulwerk. Orff berpendapat bahwa hal terpenting dalam pendidikan musik untuk anak itu adalah eksplorasi dan pengalaman. Anak harus dilibatkan secara langsung sebagai pelaku bukan hanya sebatas pendengar sebagaimana diungkapkan Milyartini et. al (2002 : 3.13) bahwa, “Hal terpenting dalam Orff Schulwerk adalah ‘proses’ yang

melibatkan dua hal: pengembangan (exploration) dan pengalaman (experience)”.

(23)

7

Dengan menekankan pada ritmik sebagai elemen dasar pada musik, tari dan berbicara, Orff menyebutkan improvisasi dan kreasi sebagai inti dari pengajarannya, dengan menekankan pada bunyi-bunyi yang dihasilkan dari tubuh dan pola-pola ritmik yang berasal dari instrumen sebagai media pembelajarannya. Sebagaimana diungkapkan Milyartini et. al (2002: 3.13) :

Orff menganggap bahwa ritmik sebagai elemen dasar pada musik, tari dan

berbicara. Inti dari pengajarannya adalah improvisasi dan kreasi…Orff

menekankan pada bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh tubuh dan pola-pola ritmik. Ia menggunakan suara sebagai instrumen yang paling alami yang dimiliki manusia dan juga banyak menggunakan dram yang memiliki bentuk, ukuran dan bunyi yang bervariasi sebagai media pembelajaran.

Berdasarkan hal itu, maka peneliti mengangkat Judul “Efektivitas Permainan Orff Percussion Terhadap Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok kontrol Taman Kanak-kanak Bianglala sebelum dan setelah penerapan kegiatan permainan Orff Percussion?

2. Bagaimana kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok eksperimen Taman Kanak-kanak Bianglala sebelum dan setelah penerapan kegiatan permainan Orff Percussion?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum dan setelah penerapan permainan Orff Percussion?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

(24)

8

2. Untuk mengetahui kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok eksperimen Taman Kanak-kanak Bianglala sebelum dan setelah penerapan kegiatan permainan Orff Percussion.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum dan setelah penerapan permainan Orff Percussion.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Sekolah

Agar sekolah-sekolah khususnya Taman Kanak-kanak dapat menerapkan permainan Orff Percussion dalam pembelajaran, dalam rangka menggali dan meningkatkan kecerdasan anak khususnya kecerdasan musikal.

2. Guru

Agar guru-guru khususnya guru Taman Kanak-kanak dapat lebih menggali serta memanfaatkan semaksimal mungkin media atau sumber belajar yang ada di sekolah, seperti tamborin, dram dan lain-lain dalam rangka meningkatkan kecerdasan musikal anak tanpa harus mengandalkan guru musik.

3. Orang tua

Agar orang tua dapat mengetahui manfaat serta pentingnya Orff Percussion terutama dalam rangka meningkatkan kecerdasan musikal anak, yang juga dapat dipraktekkan langsung oleh orang tua di rumah pada anaknya.

4. Anak

(25)

9

5. Pembaca

Peneliti berharap siapa pun yang membaca penelitian ini akan mendapatkan serta menambah pengetahuannya tentang permainan Orff Percussion dalam rangka meningkatkan kecerdasan musikal anak, sehingga pembaca juga dapat membagikan ilmunya dengan orang lain yang belum mengetahui baik itu teman, keluarga ataupun masyarakat. Dengan demikian penelitian yang dilakukan peneliti bermanfaat bagi semua orang terutama bagi perkembangan dunia pendidikan anak usia dini.

E. Struktur Organisasi

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab yang mana pembahasannya sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikansi penelitian.

2. Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi tentang kajian-kajian pustaka mengenai jenis-jenis kecerdasan majemuk yang terdiri dari kecerdasan logika-matematika, kecerdasan linguistik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalistik serta kecerdasan spiritual. Kemudian mengenai pembelajaran musik Orff yang terdiri dari teori Orff dalam pendidikan musik anak, jenis-jenis Orff Instrumen, Orff Instrumen dalam meningkatkan kecerdasan musikal anak.

3. Bab III Metode Penelitian

(26)

10

metode penelitian dan justifikasi penggunaan metode penelitian tersebut, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, serta analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Bianglala, tepatnya di Jalan Ajudan Jendral No. 75H KPAD Gegerkalong Bandung. Alasan mengambil lokasi tersebut adalah karena peneliti merupakan salah satu tenaga pendidik di TK tersebut. Hal ini dapat mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian tanpa harus meninggalkan kewajiban mengajar di TK tersebut. Selain ini dapat mempermudah peneliti dalam mendapatkan izin melakukan penelitian dari sekolah/yayasan maupun orang tua siswa, karena sebagaimana diketahui tidaklah mudah untuk mendapatkan perizinan dari pihak sekolah/yayasan maupun orang tua siswa untuk melakukan sebuah penelitian.

2. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari orang-orang, lembaga, organisasi, atau benda-benda yang merupakan sasaran sebuah penelitian. Apabila yang menjadi populasi adalah orang, maka dinamakan subjek penelitian. Namun jika yang menjadi populasi bukan orang, maka dinamakan objek penelitian. Sebagaimana diungkapkan Syaodih (2010: 250) :

Orang-orang, lembaga, organisasi, benda-benda yang menjadi sasaran penelitian merupakan anggota populasi. Anggota populasi yang terdiri atas orang-orang biasa disebut subjek penelitian, tetapi kalau bukan orang disebut objek penelitian.

(28)

34

Berdasarkan pernyataan di atas, yang menjadi subjek penelitian ini adalah anak usia dini di Taman Kanak-kanak Bianglala yang berjumlah 40 orang, terdiri dari 19 anak perempuan dan 21 anak laki-laki.

Tabel 3.1 Populasi TK Bianglala

TK Bianglala

Kelas Laki-laki Perempuan

A1 6 4

A2 7 3

B1 5 5

B2 3 7

Total 21 19

3. Sampel

Setelah penetapan populasi target sebagaimana diungkapkan di atas, maka peneliti akan mengambil bagian dari populasi atau sampel. Yang mana penelitian dengan menggunakan sampel ini akan lebih mudah dibandingkan dengan penelitian terhadap populasi karena bisa lebih hemat tenaga, waktu serta biaya. Walaupun demikian hasil kesimpulan yang didapat berlaku bagi populasi karena baik dari jumlah maupun karakteristiknya sampel tersebut sudah mewakili populasi (Syaodih, 2010).

Pada penelitian ini peneliti mengambil kelompok B sebagai sampel yang berjumlah 20 orang, terdiri dari 12 anak perempuan dan delapan anak laki-laki. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel yang secara sengaja digunakan dengan pertimbangan tertentu, didasarkan pada persamaan karakteristik tertentu yaitu usia dan kematangan perkembangan (Darmadi, 2011).

(29)

35

sehingga jumlah sampel menjadi 17 orang, terdiri dari 11 anak perempuan dan enam anak laki-laki sebagaimana terlihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Sampel TK Bianglala

TK Bianglala

Kelas Kontrol Eksperimen

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

B1 4 4

B2 2 7

Total 8 9

17

B. Desain Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian Kelompok Kontrol Prates-Pascates (Pretest-Posttest Control Group Design) yang merupakan salah satu desain dari metode eksperimen kuasi atau ekperimen semu, dengan adanya kelompok kontrol atau kelompok pembanding dan kelompok eksperimen atau kelompok yang diberi perlakuan. Dengan memberikan prates terhadap subjek kemudian membagi subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Menurut Syaodih (2010: 207), desain ini digambarkan pada bagan sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kelompok Prates Perlakuan Pascates Pasangan A [KE]  O1 ---- X --- O2 Pasangan B [KK]  O1 --- O2

Keterangan :

KE : Kelompok Eksperimen KK : Kelompok Kontrol (X) : perlakuan.

(30)

36

O1 : observasi/tes awal (prates). O2 : observasi/tes akhir (pascates).

Skema di atas menjelaskan bahwa kelompok eksperimen atau KE adalah kelompok yang mendapatkan perlakuan (treatment) yaitu permainan Orff Percussion. Kelompok kontrol atau KK adalah kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan apapun. Kedua kelompok memiliki kondisi sama kecuali pada satu hal, yaitu pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen selama 4 kali pertemuan.

Tabel 3. 4 Tahapan Penelitian

TK Bianglala Kelas B

( - ) ( + )

(Sumber : Seniati, L., Yulianto, A., dan Setiadi, B. N. 2005, 202)

K E

PRATES

K E

(31)

37

Tahapan penelitian dalam skema di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Persiapan Perangkat Eksperimen dan Alat Pengumpulan Data

a. Perangkat Eksperimen

Perangkat eksperimen yang disiapkan sebelum penelitian yaitu alat musik perkusi (Orff Percussion) yang berupa percussion instrument

seperti jimbe, finger cymbal, wooden block, dan xylophone. Untuk body percussion, tidak memerlukan persiapan khusus dikarenakan alat musik perkusi itu sudah ada pada tubuh kita seperti tangan, kaki, mulut dan perut. Kemudian peneliti menyiapkan ruang musik yang akan dipakai untuk pratest dan pascates dengan beberapa kursi ukuran anak. Ruangan dibuat senyaman mungkin agar anak-anak tidak mengetahui bahwa dirinya sedang dites.

Selanjutnya peneliti berdiskusi dengan semua guru yang akan dilibatkan dalam penelitian, baik itu sebagai observer, guru pendamping dan lain-lain. Karena penelitian ini tidak mungkin akan berjalan dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari semua guru dan staf sekolah.

Guru pendamping dan peneliti juga menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan yaitu lembar prates yang sudah dibuat sebelumnya beserta alat tulis untuk menuliskan skor/hasil penilaian dan juga alat untuk dokumentasi yaitu camera digital.

b. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat konsentrasi anak dalam mengikuti permainan Orff Percussion, baik itu dalam prates, pascates maupun dalam pemberian treatment

(perlakuan).

(32)

38

Awalnya, anak-anak diajak terlebih dahulu bernyanyi dan bermain tebak-tebakan untuk membangkitkan semangat mereka. Kemudian mereka diajak bermain tepuk tangan seperti yang dicontohkan guru. Anak-anak dirangsang untuk membuat pola irama sendiri dalam bermain tepuk tangan. Selanjutnya peneliti bercerita dengan diiringi musik dari laptop dan anak-anak diajak untuk menirukan gerak sesuai dengan cerita guru mengikuti irama. Guru memberikan ice breaking di sela-sela kegiatan selama kurang lebih lima sampai 10 menit untuk memusatkan kembali perhatiannya. Setelah selesai ice breaking, guru mulai mengajak anak-anak untuk memainkan beberapa alat musik perkusi seperti jimbe,

wooden block, finger cymbal dan xylophone. Anak-anak memainkan alat musik yang diberikan dengan penuh semangat dan dengan pola irama yang beragam sesuka mereka. Akhirnya, peneliti mulai mengarahkan anak-anak untuk memainkan alat musik sesuai dengan instruksi dan instrumen penelitian yang sudah dibuat oleh peneliti.

Hasil dari penelitian pendahuluan ini, peneliti mendapatkan bahwa waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk tes kurang lebih delapan menit dan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk pemberian stimulus kurang lebih 30 menit termasuk ice breaking di setiap 10 menit sekali.

c. Pemilihan Subjek

Pemilihan subjek dilakukan berdasarkan pembagian jenis kelompok B yang sudah ada di TK Bianglala yaitu kelompok Piano sebagai kelompok eksperimen dan kelompok Gitar sebagai kelompok kontrol yang terdiri dari 10 orang di masing-masing kelompok. Kemudian peneliti mengambil satu orang di kelompok eksperimen dan dua orang di kelompok kontrol untuk dijadikan subjek di penelitian pendahuluan, sehingga subjek yang tersisa sebanyak sembilan orang di kelompok eksperimen dan delapan orang di kelompok kontrol.

(33)

39

d. Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data saat prates dan pascates dilakukan menggunakan lembar observasi yang terdiri dari 13 butir yang diamati, di mana setiap butirnya memiliki bobot nilai maksimum lima dan minimum nol, sehingga bobot maksimum yang dapat diperoleh oleh masing-masing anak sebanyak 65.

Pelaksanaan prates dan pascates terdiri dari lima sesi dengan jumlah anak sebanyak empat orang di masing-masing sesi yang berdurasi kurang lebih selama delapan menit di setiap sesi.

Hasil data masing-masing anak yang diperoleh dari prates dijumlahkan yang akan menjadi nilai acuan sebelum diberi perlakuan bagi kelompok eksperimen dan yang tanpa diberi perlakuan bagi kelompok kontrol.

Selain lembar observasi, peneliti juga melakukan studi dokumentasi dan catatan anekdotal sebagai alat bantu tambahan dalam pengumpulan data, terutama apabila terjadi sesuatu ketika pelaksanaan yang cukup memengaruhi keberlangsungan pengumpulan data penelitian seperti anak menangis, berantem, atau ngompol.

e. Pemberian perlakuan

Pemberian perlakuan berupa permainan Orff Percussion hanya diberikan pada subjek dalam kelompok eksperimen. Perlakuan diberikan dalam empat kali pertemuan selama jangka waktu kurang lebih satu minggu. Pemberian perlakuan dilakukan terhadap subjek yang berada di kelompok eksperimen yang berjumlah sembilan siswa di satu ruangan kelas dengan proporsi dua trainer.

Subjek akan mendapat materi tentang body percussion dan instrument percussion, sehingga dalam dua kali perlakuan subjek diharapkan dapat menguasai satu materi dan dua materi di akhir eksperimen.

f. Pascates

(34)

40

maupun kelompok kontrol. Lembar observasi yang digunakan dalam pascatessama dengan yang digunakan dalam prates.

Pelaksanaan pascates ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kecerdasan musikal sesudah pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen dan juga untuk mengetahui perbedaan kecerdasan musikal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi, salah satu variasi dari penelitian ekperimental. Dikarenakan berbagai alasan, terutama berkenaan dengan pengontrolan variabel, kemungkinan sukar sekali dapat digunakan eksperimen murni. Eksperimen ini biasa juga disebut eksperimen semu. Peneliti menggunakan metode eksperimen kuasi karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat yang terjadi dari stimulus yang diberikan. Lebih jelasnya pengaruh apa yang terjadi pada perkembangan kecerdasan musikal anak setelah mengikuti permainan Orff Percussion.

Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan pengidentifikasian variabel – variabel yang diambil dalam penelitian ini. Variabel menurut Sujana dalam Taufik (2008: 32) adalah “Ciri atau karakteristik individu, peristiwa yang nilainya berubah-ubah. Ciri tersebut memungkinkan untuk dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif”.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel sebagai kerangka penelitian, di antaranya:

1. Variabel Bebas

Menurut Sugiyono (2010: 39), “Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Permainan

(35)

41

2. Variabel Terikat

Selanjutnya Sugiyono menyebutkan (2010: 39) “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kecerdasan Musikal.

D. Definisi Operasional

1. Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk merasakan, membedakan, menggubah dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik, baik itu sebagai penikmat, kritikus, komposer, dan performer atau pemain musik. Dimana kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, nada atau melodi, dan timbre atau warna nada dalam sepotong musik. (Gardner,2013).

2. Permainan Orff Percussion merupakan serangkaian alat perkusi yang dipergunakan sebagai media dalam pembelajaran musik anak, yaitu suara dari tubuh (body percussion) seperti ketukan kaki, tepuk badan, tepuk tangan dan berteriak, serta instrumen yang memiliki warna dan tekstur bunyi yang bervariasi, juga mudah dimainkan oleh anak-anak seperti drum, tamborin, jimbe, maracas, xylophone, triangle dan lain-lain, yang dicetuskan oleh seorang komponis dan pengajar musik kelahiran Jerman yang bernama Carl Orff (Milyartini et. al, 2002). Dalam penelitian ini, alat musik perkusi yang dipakai hanya wooden block, finger cymbal, jimbe dan xylophone.

E. Instrumen Penelitian

(36)

42

berbentuk rating scale dan dokumentasi. Prosedur pengembangan instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut (Margono, 2009: 157):

1. Menganalisis Variabel Penelitian

Peneliti terlebih dahulu mengkaji variabel menjadi sub variabel/dimensi, indikator serta item pernyataan dengan rinci dan jelas sehingga dapat diukur dan menghasilkan data yang diinginkan oleh peneliti. Pembuatan indikator, dalam hal ini indikator kecerdasan musikal, peneliti mengunakan teori dari Gardner yang dijabarkan oleh Thomas Armstrong.

2. Menetapkan Jenis Instrumen

Langkah kedua, peneliti menetapkan jenis instrumen penelitian yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan data di lapangan, atau dengan kata lain instrumen tersebut digunakan untuk mengukur variabel, sub variabel, atau indikator yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam bentuk rating scale dan pedoman dokumentasi berupa catatan lapangan dan foto pelaksanaan Orff Percussion untuk meningkatkan kecerdasan musikal anak.

3. Menyusun Kisi-kisi Instrumen

(37)

43

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Meningkatkan Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini melalui Permainan Orff Percussion

Instrumen penelitian ini dibuat berdasarkan teori kecerdasan jamak yang dikemukakan oleh Armstrong (2013), yang juga menjadi bahan rujukan peneliti dalam menentukan indikator serta itemnya.

Variabel Dimensi Indikator Item Butir

Kecerdasan

1.2 Sensitif terhadap

(38)
(39)
(40)

46

4. Membuat Instrumen Penelitian

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun pada langkah sebelumnya, peneliti kemudian membuat instrumen untuk memulai penelitian yang terdiri dari item atau pernyataan yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam bentuk rating scale. Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini, dijelaskan dalam tabel 3.6.

Tabel 3.6

Lembar Prates dan Pascates Kecerdasan Musikal Anak Melalui Permainan Orff Percussion

Nama : Usia :

NO. ASPEK YANG DIAMATI

NILAI badan, tepuk tangan dan berteriak)

2. Anak dapat membedakan tempo lambat, sedang dan cepat melalui body percussion

3. Anak dapat bertepuk tangan mengikuti pola ritmik tertentu

4. Anak menirukan suara-suara yang ada di lingkungan sekitar

5. Anak menunjukkan arah sumber suara ketika mendengar bunyi suara dari alat musik

6. Anak dapat membedakan tinggi rendah nada melalui xylophone

7. Anak dapat membedakan antara suara jimbe, alat pukul kayu (wooden block) dan xylophone

(41)

47

dari keras perlahan-lahan menjadi pelan (dinamika) 11. Anak dapat memainkan alat perkusi dengan suara

pelan, sedang dan keras/dinamik seperti yang dicontohkan guru

12. Anak dapat mengikuti tempo lambat, sedang dan cepat seperti yang dicontohkan guru ketika memainkan alat perkusi

13. Anak dapat mengikuti dengan semangat ketika bermain perkusi

Keterangan :

a. Anak mendapat nilai B apabila bisa melakukan dengan tepat (Bobot nilai B = 5)

b. Anak mendapat nilai C apabila hanya bisa melakukan beberapa/sebagian saja (Bobot nilai C = 2)

c. Anak mendapat nilai K apabila tidak dapat melakukan (Bobot nilai K = 0)

5. JudgmentInstrument

Langkah selanjutnya peneliti mengonsultasikan instrumen yang telah dibuat dengan ahli, dalam hal ini dengan dua dosen yang ahli di bidang musik dan pendidikan anak usia dini. Judgment instrument ini dilakukan untuk merevisi instrument apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatannya, misalnya dengan membuang instrumen yang tidak perlu, mengganti item/pernyataan dalam masing-masing indikator, perbaikan isi atau redaksi dan lain sebagainya. Dikarenakan pembimbing merupakan dosen ahli di bidang musik dan pendidikan anak usia dini, maka tahap ini dilalui peneliti dengan baik.

6. Skenario Perlakuan a. Hari ke-1

Tema/Sub Tema : Pekerjaan/Petugas Kebun Binatang

(42)

48

Anak dapat menunjukkan arah sumber suara ketika mendengar bunyi suara dari alat musik.

Anak menirukan suara-suara yang ada di lingkungan sekitar.

Alat dan Bahan : Suara guru, xylophone, tape, kaset macam- macam suara binatang, kebun binatang buatan guru, boneka binatang, uang mainan dan stempel.

Metode Pembelajaran : Karyawisata b. Hari ke-2

Tema/Sub Tema : Kendaraan/Kendaraan Darat

Orff Percussion :Body Percussion dan Instrument Percussion

Indikator :

Anak dapat membedakan tempo lambat, sedang

dan cepat melalui body percussion (tepuk tangan, ketukan kaki dan atau suara dari mulut).

Anak dapat membedakan tinggi rendah nada

melalui alat musik bernada, yaitu xylophone.

Anak dapat membedakan antara suara jimbe, alat

pukul kayu (wooden block) dan xylophone.

Anak dapat membedakan suara pelan, sedang dan

(43)

49

Alat dan Bahan : Jimbe, xylophone, wooden block, kertas warna yang sudah diberi tulisan nama- nama alat musik, playground rumah- rumahan, trampoline, dan gambar kendaraan.

Metode Pembelajaran : Games/Permainan

c. Hari ke-3

Tema/Sub Tema : Pekerjaan/Musisi

Orff Percussion : Bermain Instrument Percussion

Indikator :

No. Indikator Item

1.

2.

Memiliki sebuah cara ritmik dalam berbicara atau bergerak Menikmati permainan alat musik/perkusi

Anak dapat bertepuk tangan mengikuti pola ritmik tertentu.

Anak dapat mengikuti dengan semangat ketika bermain perkusi.

Anak dapat mengikuti pola ritme yang dicontohkan guru ketika bermain alat perkusi (jimbe, xylophone dan alat pukul kayu).

Anak dapat menciptakan pola ritme yang sederhana.

(44)

50

d. Hari ke-4

Tema/Sub Tema : Pekerjaan/Petugas Siskamling

Orff Percussion : Bermain Instrument Percussion

Indikator :

No. Indikator Item

1. Menikmati permainan alat musik/perkusi

Anak dapat memainkan alat perkusi dengan suara pelan, sedang dan

keras/dinamik seperti yang dicontohkan guru.

Anak dapat memainkan alat perkusi dengan suara pelan menuju keras secara bertahap dan sebaliknya dari keras perlahan-lahan menjadi pelan. Anak dapat mengikuti tempo lambat, sedang dan cepat seperti yang

dicontohkan guru ketika memainkan alat perkusi.

Alat dan Bahan : Sarung anak, wooden block, jimbe Metode Pembelajaran : Bermain Peran

F. Proses Pengembangan Instrumen

1. Validitas

Reksoatmodjo (2009: 193) mengemukakan mengenai pengertian valid yang berarti “syah atau layak dipercaya”. Validitas suatu tes menggambarkan sejauh mana tes tersebut mengukur apa yang ingin diukur. Ada empat jenis validitas yang masing-masing digunakan dengan sasaran pengukuran tertentu:

(45)

51

b. Concurrent Validity. Validitas ini ditentukan dengan mengadministrasikan skor dari sekelompok subjek dengan kriteria yang dilaksanakan pada waktu bersamaan atau dalam selang waktu yang singkat.

c. Content Validity. Validitas ini merupakan derajat kesesuaian isi butir-butir sampel dari suatu tes dengan karakteristik yang hendak diukur. d. Construct Validity. Istilah construct adalah sejenis konsep yang

digunakan dalam penelitian ilmiah untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang memiliki unsur-unsur yang sama.

Kemudian Syaodih (2010: 197) menyatakan bahwa, “Agar eksperimen memberikan hasil yang meyakinkan maka semua validitas ekstranus harus dikontrol”. Apabila tidak ada pengontrolan validitas, maka sulit dapat menyimpulkan bahwa variabel terikat tersebut disebabkan pengaruh dari variabel bebas.

Campbell dan Stanley (Syaodih, 2010: 197) mengemukakan ada 12 hal yang perlu dikontrol dalam validitas internal, yaitu:

a. History: pemberian perlakuan pada umumnya dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang kemungkinan cukup panjang, terutama di bidang sosial dan pendidikan. Hal-hal yang dilakukan oleh kelompok eksperimen selama perlakuan diberikan, dapat berpengaruh pada proses dan hasil dari eksperimen.

b. Maturation: selama pemberian perlakuan, kelompok eksperimen mengalami perkembangan, peningkatan pengetahuan, dan kematangannya juga meningkat, sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen.

c. Testing: dalam eksperimen dilakukan prates dan pascates. Berdasarkan pengalaman mereka dalam prates, maka mereka memiliki kesiapan yang lebih tinggi ketika mengikuti pascates.

(46)

52

e. Statistical regression: dalam regresi statistik ada kecenderungan subjek yang mendapat skor rendah dalam tes pertama akan naik pada tes ulangan atau tes kedua dengan soal yang sama atau hampir sama, kalau pun kemampuannya sebenarnya sama, sebaliknya subjek yang mendapatkan skor tinggi pada tes pertama akan menurun pada tes kedua.

f. Differential selection: dalam pembentukan kelompok eksperimental dan kelompok kontrol sering terjadi pilihan yang berbeda sehingga kedua kelompok menjadi kurang homogen.

g. Experimental mortality: dalam pelaksanaan eksperimen juga sering terjadi pengurangan jumlah anggota dari kelompok eksperimental atau pun kelompok kontrol.

h. Selection-maturation interaction: dalam pemilihan kelompok eksperimental dan kelompok kontrol seringkali tidak dapat dihindari adanya perbedaan rata-rata tingkat perkembangan kedua kelompok.

i. Experimental treatment diffusion: kelemahan ini terutama terjadi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang lokasinya berdekatan.

j. Compensatory rivalry by the control group: karena kelompok mengetahui statusnya sebagai kelompok yang diperbandingkan dengan kelompok eksperimen, maka mereka berupaya melakukan kegiatan yang lebih dari biasanya sehingga hasilnya tidak berbeda dengan kelompok eksperimen.

k. Compensatory equalization of treatments: karena kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan fasilitas dan layanan yang baik, maka kelompok kontrol juga diberi fasilitas dan layanan yang baik walaupun dalam kegiatan yang biasa.

(47)

53

memiliki moral yang rendah karena statusnya sebagai kelompok pembanding yang tidak diberi keistimewaan.

Selain validitas internal yang harus dikontrol, validitas eksternal juga harus dikontrol, sebagaimana dikemukakan oleh Glenn Bracht dan Gene Glass (Syaodih, 2010: 199) sebagai berikut, “hal yang perlu dikontrol berkenaan dengan validitas eksternal dalam eksperimen yaitu validitas populasi dan validitas ekologis”.

Sementara Sugiyono (2008) menyatakan bahwa terdapat dua cara dalam pengujian validitas yaitu ;

a. Validitas Isi

Validitas isi diuji dengan menggunakan pendapat para ahli, diuji berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan pada teori tertentu. Instrumen yang telah diuji dan mendapatkan penilaian cukup baik dapat digunakan dalam penelitian. Instrumen ini telah divalidasi langsung oleh Yudi Sukmayadi dan Leli Kurniawati.

b. Validitas Item

Setelah divalidasi isi oleh para ahli, instrumen tersebut divalidasi item dengan cara diujicobakan. Dalam menguji validitas item, maka dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi instrumen dengan materi yang telah diajarkan. Pada setiap instrumen baik tes maupun non tes terdapat butir-butir pernyataan atau pertanyaan.

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kevalidan item-item soal dalam suatu instrumen sehingga layak digunakan untuk mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat. Untuk mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini peneliti menggunakan formula product moment coefficient dari Karl Pearson.

rxy = n∑xy –(∑x)(∑y)

(48)

54

Keterangan:

r = koefisien korelasi X = skor tiap item

Y = skor total seluruh item n = jumlah responden

Melalui bantuan program SPSS 20 diperoleh hasil uji validitas instrument penelitian sebagai berikut.

Tabel 3.7 Uji Korelasi Pearson

No. Item Korelasi Pearson Sig. (2-tailed) Keterangan 1 0.508 0.163 Signifikan 2 0.450 0.225 Signifikan 3 0.441 0.234 Signifikan 4 0.450 0.225 Signifikan 5 0.161 0.680 Signifikan 6 0.305 0.425 Signifikan 7 0.594 0.092 Signifikan 8 -0.711* 0.032 Signifikan 9 0.355 0.348 Signifikan 10 0.305 0.425 Signifikan 11 -0.417 0.264 Signifikan 12 0.450 0.225 Signifikan 13 0.305 0.425 Signifikan

(49)

55

kalkulasi perhitungan validitas item atau uji korelasi Pearson dapat dilihat di lampiran.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat konsistensi atau stabilitas sarana pengukuran sejalan dengan waktu, sebagaimana ungkapan Borg dan Gall (Reksoatmodjo, 2009: 189) bahwa, “Reliability … is the level of internal consistency or

stability of the measuring devices over time.” Sementara itu, Bruce

(Reksoatmodjo, 2009: 189) menambahkan mengenai definisi reliabilitas yaitu, “Reliability [is defined] as consistency of a test score over items and over time…” Dalam penelitian pendidikan dan psikologi, terlebih dahulu dilakukan suatu uji coba untuk menguji reliabilitas dari instrumen penelitian yang telah dibuat sendiri oleh peneliti.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan reliabilitas adalah familiaritas dengan bentuk-bentuk tes tertentu, pengaruh kelelahan, ketegangan saat menghadapi tes, kondisi fisik ruang ujian, kesehatan subjek saat mengikuti tes, fluktuasi ingatan, jumlah latihan atau pengalaman dalam keterampilan yang diukur, pengetahuan khusus yang dikuasai di luar pengalaman yang akan dievaluasi melalui tes. (Reksoatmodjo, 2009: 190)

Ada empat cara pengujian realibilitas instrumen dan hasil penelitian, yaitu:

a. Test-Retest Reliability, yaitu cara mengukur reliabilitas dengan memberikan bahan tes yang sama kepada responden lebih dari satu kesempatan. Kemudian hasil tes dalam kedua tes dari tiap responden dibandingkan untuk menentukan koefisien reliabilitasnya. Tes ini memberikan keuntungan karena hanya memerlukan satu format, tetapi mengandung kelemahan adanya pengaruh praktik dan ingatan.

(50)

56

berpikirnya. Pendekatan ini dapat digunakan untuk menilai reliabilitas kedua format dengan membandingkan kedua hasil pengujian.

c. Split-Half Reliability, yaitu metode pengujian yang memungkinkan menentukan konsistensi internal secara cepat. Hasil tes dipisahkan kedalam dua kelompok, kemudian skor kedua kelompok dari setiap responden dikorelasikan.

d. Kuder Richardson Reliability, yaitu metode pengukuran yang butir-butir kuesionernya disusun melalui metode pilihan dikhotomi (misalnya, salah atau benar, tinggi atau rendah). Kemudian butir-butir kuesioner itu diukur dengan cara memeriksa skor setiap butir kuesioner dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson.

Instrumen penelitian ini diuji reliabilitasnya dengan menggunakan teknik koefisien α – Cronbach. Instrumen pernyataan dinyatakan andal (reliable) bila memiliki nilai alpha Cronbach > dari 0.6. Melalui bantuan program SPSS 20 maka diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 3.8

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.828 13

Nilai alpha Cronbach instrumen adalah 0.828. Nilai tersebut lebih besar dari yang dipersyaratkan (0.6). Maka instrumen dapat dikatakan andal (reliable), sehingga instrumen ini dapat digunakan untuk penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

(51)

57

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini, antara lain :

1. Studi Pustaka

Pada teknik studi pustaka peneliti maksudkan untuk mencari kejelasan informasi dengan mempelajari dan mengkaji beberapa buku, majalah, makalah yang berkaitan dengan topik penelitian. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Syaodih (2010:10) bahwa:

Studi kepustakaan merupakan kegiatan untuk mengkaji teori-teori yang mendasari penelitian, baik teori yang berkenaan dengan bidang ilmu yang diteliti maupun metodologi. Dalam studi kepustakaan juga dikaji hal-hal yang bersifat empiris bersumber dari temuan-temuan penelitian terdahulu.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamat langsung sebagai participant observer, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data-data yang mengarah kepada tujuan penelitian. Sementara Darmadi (2011:263) mengatakan bahwa:

Observasi adalah instrumen lain yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan. Dalam penelitian kuantitaif, instrumen observasi lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap instrument lain, termasuk kuesioner dan wawancara.

Dalam observasi peneliti lebih banyak menggunakan pancaindranya yaitu penglihatan. Instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami.

3. Studi Dokumentasi

(52)

58

Sementara Darmadi (2011) mengatakan bahwa teknik dokumentasi adalah cara lain untuk memperoleh data dari responden dimana peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, di mana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya.

H. Metode Analisis Data

1. Profil Kecerdasan Musikal Anak

Langkah-langkah dalam membuat profil kecerdasan musikal anak sebelum dan setelah penerapan permainan Orff Percussion adalah sebagai berikut.

a) Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel: Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi

Tabel 3.9 Skor Maksimal

Aspek Skor Maksimal Ideal

Keseluruhan = 13 x 5 = 65

Kemampuan merasakan bentuk-bentuk musik = 2 x 5 = 10 Kemampuan membedakan bentuk-bentuk musik = 4 x 5 = 20 Kemampuan mengekspresikan bentuk-bentuk musik = 7 x 5 = 35

b) Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel: Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah

Tabel 3.10 Skor Minimal

Aspek Skor Minimal Ideal

Keseluruhan = 13 x 0 = 0

(53)

59

c) Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel: Rentang skor = skor maksimal ideal – skor minimal ideal

Tabel 3.11 Rentang Skor

Aspek Rentang Skor

Keseluruhan = 65 – 0 = 65

Kemampuan merasakan bentuk-bentuk musik = 10 - 0 = 10 Kemampuan membedakan bentuk-bentuk musik = 20 - 0 = 20 Kemampuan mengekspresikan bentuk-bentuk musik = 35 - 0 = 35

d) Mencari interval skor

Interval skor = rentang skor / 5

Tabel 3.12 Interval Skor

Aspek Interval Skor

Keseluruhan = 65 / 5 = 13

Kemampuan merasakan bentuk-bentuk musik = 10 / 5 = 2 Kemampuan membedakan bentuk-bentuk musik = 20 / 5 = 4 Kemampuan mengekspresikan bentuk-bentuk musik = 35 / 5 = 7

(54)

60

Tabel 3.13

Kriteria Profil Tingkat Kecerdasan Musikal Anak

Dimensi Kriteria Interval

Keseluruhan Sangat Tinggi

(55)

61

“homogenitas merupakan kesamaan variansi antar kelompok yang ingin dibandingkan, sehingga kita akan berhadapan dengan kelompok yang dari awalnya dalam kondisi yang sama.”

Pengujian normalitas dan homogenitas varians data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang diolah dengan menggunakan program SPSS 20.

Uji asumsi juga dapat dilakukan melalui uji Bartlett untuk memeriksa homogenitas. Uji ini memanfaatkan semua informasi yang ada serta dapat digunakan untuk jumlah sampel (n) yang berbeda maupun sama. Langkah – langkah pengujiannya secara manual menggunakan rumus adalah sebagai berikut (Irianto, 2007: 279).

a. Menghitung variansi masing-masing kelompok dan variansi gabungan

Sp2 = (n-1) Sd2

N - k

Keterangan:

Sp2 = variansi gabungan.

n = jumlah sampel masing-masing kelompok N = jumlah sampel seluruhnya.

k = jumlah kelompok Sd =standar deviasi

b. Menghitung nilai peubah b yang merupakan sebaran Bartlett

b = { (Sd2)n-1}1/(N-k)

Sp2

Keterangan:

(56)

62

Sp2 = variansi gabungan.

n = jumlah sampel masing-masing kelompok N = jumlah sampel seluruhnya.

k = jumlah kelompok Sd =standar deviasi

c. Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

1). Untuk jumlah sampel (n) masing-masing kelompok sama, maka H0 ditolak apabila bhitung < b (α;n), artinya populasi-populasi asal sampel tidak homogen.

2). Untuk jumlah sampel (n) tiap kelompok berbeda, maka H0 ditolak apabila bhitung < b(α;n1,n2…nk), artinya populasi-populasi asal sampel tidak homogen. Sehingga H0 diterima apabila bhitung > b(α;n1,n2…nk), artinya populasi-populasi asal sampel homogen.

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik, data yang dihasilkan dari instrumen berupa skala maka pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik. Penggunaan statistik parametrik tergantung pada jenis data yang akan dianalisis apakah terdistribusi normal atau tidak.

Jika data terdistribusi normal, maka dapat digunakan Uji t Independen. Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok. Tes ini juga digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Trihendradi, 2013). Pengujian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 20.

(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh permainan Orff Percussion terhadap kecerdasan musikal anak usia dini di Taman Kanak-kanak Bianglala dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut.

1. Kondisi awal kecerdasan musikal anak kelompok eksperimen Taman Kanak-kanak Bianglala sebelum penerapan permainan Orff Percussion

Gambar

GRAFIK 4.1 Kecerdasan Musikal Anak Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Setelah
TABEL 3.1     Populasi TK Bianglala  ....................................................................................
Tabel 3.1 Populasi TK Bianglala
Kelompok  Tabel 3.3         Prates            Perlakuan              Pascates
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi yang berkenaan dengan sikap spiritual dikembangkan secara langsung ( direct teaching ), yaitu dibelajarkan secara langsung dan mengacu pada teks Alkitab, juga secara

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Pengaruh Biaya Penitipan (Ujrah) Terhadap Kepuasan Nasabah Gadai Emas (Studi Kasus Pada Pegadaian Syariah Way Halim Bandar Lampung) ”

Tujuan penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan perbedaan kemandirian belajar dan prestasi belajar biologi siswa secara bersama-sama antara siswa yang belajar dengan

A cDNA, named BmCHHL (Bombyx mori CHH-like protein), with an open reading frame of 110 amino acids was isolated.. Sequence analyses suggested that the conceptual protein was a

Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangan.Badan Penelitian dan Pusat Pengembangan Pertanian.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.. Hasil Penelitian

[r]

Secara umum dapat ditarik kesimpulan tujuan penyimpanan yang dilakukan oleh Perum Bulog adalah untuk mencapai kemaslahan bersama karena dengan penimbunan tersebut akan

Bagian yang berkenaan dengan substansi-substansi material, sifat dan bilangannya, serta derajat keunggulannya, yang pada akhirnya memuncak dalam studi tentang “suatu