• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PERANG AUSTRO-PRUSIA TERHADAP HUBUNGAN POLITIK AUSTRIA DAN HONGARIA (1866-1867).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK PERANG AUSTRO-PRUSIA TERHADAP HUBUNGAN POLITIK AUSTRIA DAN HONGARIA (1866-1867)."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PERANG AUSTRO-PRUSIA TERHADAP

HUBUNGAN POLITIK AUSTRIA DAN HONGARIA

(1866-1867)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Sejarah

Oleh

Mira Silviani

1100242

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

(1866-1867)

Oleh:

MIRA SILVIANI

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Mira Silviani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

(3)

DAMPAK PERANG AUSTRO-PRUSIA TERHADAP

HUBUNGAN POLITIK AUSTRIA DAN HONGARIA

(1866-1867)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Agus Mulyana, M.Hum

NIP. 19660808 199103 1 002

Pembimbing II

Drs. R. H. Achmad Iriyadi

NIP. 19611219 198803 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Dr. Agus Mulyana, M.Hum

(4)

i

Oleh

Mira Silviani 1100242

ABSTRAK

Abad ke-19 merupakan masa dimana terjadi banyak peristiwa yang mengubah struktur perpolitikan di Eropa terutama kawasan Eropa Tengah. Diawali dengan terbentuknya Konfederasi Jerman yang diketuai oleh Austria hingga konfederasi ini berakhir ketika muncul perang yang melibatkan Austria dan Prusia (Austro-Prusia) sebagai rival. Kondisi seperti ini tentunya akan berpengaruh pada hubungan antara kedua negara yang bersangkutan dan juga negara-negara lainnya yang memiliki kepentingan dengan memanfaatkan kondisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menemukan sejauh mana pengaruh dan dampak yang ditimbulkan oleh Perang Austro-Prusia terhadap kondisi politik Austria terutama hubungan politiknya dengan Hongaria yang merupakan kerajaan bagian dari Kekaisaran Austria. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk menjawab beberapa masalah, diantaranya: 1) kondisi sosial-politik Austria selama menjadi ketua konfederasi Jerman; 2) latar belakang terjadinya Perang Austro-Prusia 1866; 3) dampak Perang Austro-Prusia terhadap hubungan politik Austria-Hongaria; 4) alasan Hongaria menyetujui terbentuknya Ausgleich 1867. Metode yang digunakan penulis adalah metode historis melalui kajian literatur dengan tahapan-tahapan: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dalam proses mengkaji permasalahan di atas, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner dengan menggunakan ilmu Politik dan Sosiologi. Perang Austro-Prusia 1866 sangat berdampak pada kondisi politik Austria karena mengalami kekalahan dalam perang tersebut. Hal ini memaksa Austria untuk memulihkan kembali eksistensinya di Eropa dengan cara membangun satu hubungan baru dengan Hongaria, yaitu membentuk negara uni dual monarki Austria-Hongaria 1867 (Ausgleich). Dengan perjanjian ini, Hongaria mendapatkan kekuasaan penuh dalam mengatur kerajaannya sendiri dengan parlemennya dan mengakui Franz Joseph (Austria) sebagai kaisar dan raja dari kedua negara.

(5)

THE IMPACT OF AUSTRO-PRUSSIAN WAR TOWARDS AUSTRIAN AND HUNGARIAN POLITICAL RELATIONS (1866-1867)

By

Mira Silviani 1100242

ABSTRACT

The 19th century was a period where there are many events that change the political structure in Europe, especially in Central European region. It was begun with the formation of the Germanic Confederation, chaired by Austria until the confederation ended when a war involving Austria and Prussia (Austro-Prussian) as a rival. This conditions will certainly affect the relations between two countries concerned and also other countries that have an interest to take advantage of these conditions. This study aims to investigate and discover the extent of the influence and impact of Austro-Prussian War towards Austria’s political conditions, especially its political relations with Hungary which is the royal part of the Austrian Empire. This study is also intended to address several issues, including: 1) socio-political conditions of Austria during become a chairman of Germanic Confederation; 2) the background of the Austro-Prussian War 1866; 3) the impact of Austro-Prussian War towards Austro-Hungarian political relations; 4) the reasons of Hungary approves the formation of Ausgleich 1867. The method used is the historical method through a literature review with the stages: heuristics, critic, interpretation, and historiography. In the process of studying the problems above, the author uses an interdisciplinary approach, using political science and sociology. Austro-Prussian War in 1866 severely impacted Austrian political conditions, because of its defeat in the war. This, forced Austria to restore its presence in Europe by establishing a new relationship with Hungary, which form a union state dual monarchy Austria-Hungary 1867 (Ausgleich). With this treaty, Austria-Hungary gets the full power to regulate its own kingdom with its parliament and acknowledge Franz Joseph of Austria as emperor and king of both countries.

(6)

iv

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR vi

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian………... 1

1.2 Rumusan Masalah………... 5

1.3 Tujuan Penelitian……….... 6

1.4 Manfaat Penelitian………... 6

1.5 Struktur Organisasi Skripsi………... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS... 9

2.1 Kajian Pustaka………... 9

2.1.1 Austria, Hongaria, dan Prusia Pasca Kongres Wina 1815.... 9

2.1.2 Perang Austro-Prusia 1866... 17

2.2 Landasan Teori... 19

2.2.1 Teori Nasionalisme... 19

2.2.2 Teori Konflik... 20

2.2.3 Teori Integrasi... 22

2.3 Konsep-Konsep... 23

2.3.1 Konfederasi Jerman 1815-1866... 23

2.3.2 Ausgleich 1867... 26

2.3.3 Bentuk Negara Uni... 26

2.4 Penelitian Terdahulu... 28

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 29

3.1 Metode dan Teknik Penelitian………... 29

3.2 Persiapan Penelitian……….... 32

3.2.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian………... 32

(7)

3.2.4 Proses Bimbingan...………..…………... 34

3.3 Pelaksanaan Penelitian………... 35

3.3.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber)………... 35

3.3.2 Kritik Sumber………..….. 37

3.3.2.1 Kritik Eksternal………... 37

3.3.2.2 Kritik Internal……….... 38

3.3.3 Historiografi………..……….... 41

3.3.3.1 Interpretasi... 41

3.3.3.2 Eksplanasi... 42

3.3.3.3 Eksposisi... 43

BAB IV PERANG AUSTRO-PRUSIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP HUBUNGAN POLITIK AUSTRIA-HONGARIA 1866-1867... 44 4.1 Kondisi Sosial-Politik Austria 1815-1864... 45

4.1.1 Austria Dibawah Pemerintahan Metternich... 47

4.1.2 Hubungan antara Austria, Hongaria, dan Prusia pada Periode 1815-1864... 54 4.2 Perang Austro-Prusia 1866... 65

4.2.1 Latar Belakang Terjadinya Perang………..……….... 66

4.2.2 Strategi yang Digunakan Austria dan Prusia dalam Perang... 74

4.2.3 Hasil Akhir Perang……….. 87

4.3 Dampak Perang austro-Prusia terhadap Hubungan Politik Austria dan Hongaria……... 91

4.3.1 Negosiasi Austria dengan Hongaria 1867………... 93

4.3.2 Relasi Perang Austro-Prusia dengan Austria-Hongaria (Ausgleich) 1867... 98 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ……... 102

DAFTAR PUSTAKA ………...………..... 108

(8)

iv

Daftar Gambar

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kekaisaran Austria 1815... 47

Gambar 4.2 Klemens von Metternich (Kanselir Austria)... 49

Gambar 4.3 Peta Wilayah Konfederasi Jerman (1815-1866)... 59

Gambar 4.4 Otto Eduard Leopold von Bismarck ………... 71

(9)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Periode abad ke-18 hingga abad ke-19 merupakan suatu periode yang memiliki peristiwa-peristiwa besar dan bersejarah di Eropa. Berbagai macam peristiwa itu tidak terlepas dari hal-hal yang menyangkut politik dan kekuasaan suatu negara. Hal ini disebabkan karena pada periode itu, negara-negara di Eropa saling bersaing untuk menjadi yang terkuat baik di Eropa sendiri maupun di dunia. Salah satu peristiwa yang terjadi di Eropa pada awal abad ke-19 adalah dengan diadakannya Kongres Wina tahun 1814-1815 (Poesponegoro, 1982, hlm. 281). Hasil Kongres Wina yang ditetapkan pada tahun 1815 salah satunya adalah pembentukan Konfederasi Jerman atau juga disebut Deutsche Bund. Konfederasi ini merupakan gabungan dari negara-negara yang berdaulat di Eropa dan dipimpin oleh Austria. Konfederasi ini beranggotakan 38 negara di wilayah Eropa Tengah dengan tujuan untuk mengembalikan peta politik Eropa ke masa sebelum Napoleonic Wars (perang-perang Napoleon).

Dalam Konfederasi Jerman, Austria berperan sebagai pemimpin yang dalam faktanya harus menghadapi dua hal besar. Pertama, Austria mulai dihadapkan pada usaha untuk mempertahankan pengaruh kekuasaan di Jerman dan pada saat yang bersamaan, Austria harus menghadapi kekuatan militer baru yang besar yaitu Prusia. Kedua, Austria juga mulai dihadapkan pada persoalan internal yang menuntutnya untuk mempertahankan kekaisaran dari ancaman perkembangan nasionalisme (Lipson, 1960, hlm. 126). Kedua hal tersebut tentu akan mengancam kedudukan Austria sebagai negara yang berpengaruh di Eropa selama berabad-abad.

(10)

perang dengan Denmark yang mempersoalkan tentang Schleswig-Holstein. Orang yang sangat berperan dalam perang ini adalah Otto von Bismarck dari Prusia. Bismarck memang memiliki pasukan militer yang kuat sehingga pada tahun 1866, ia berpaling memutuskan untuk berperang dengan Austria. Pada perang ini Austria mengalami kekalahan dalam waktu yang sangat singkat, yaitu tujuh minggu (Nehru, 1966, hlm. 270).

Konfederasi yang pada dasarnya dilakukan dengan cara bekerjasama ternyata tidak dapat dipertahankan dengan baik oleh Austria dengan Prusia. Perang yang terjadi antara Austria dengan Prusia memang sangat mengejutkan karena kedua negara ini dituntut melaksanakan peranannya sebagai pemimpin dan mempertahankan keberlangsungan Konfederasi Jerman. Perang ini juga dipimpin oleh Bismarck yang juga menyebut perang ini adalah bagian dari perang unifikasi Jerman. Tentara-tentara yang dipersiapkan dikenal dengan istilah Landwehr yang lebih mementingkan kualitas pasukan daripada kuantitasnya (Walter, 2009, hlm. 285).

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam mengkaji tentang Perang Austro-Prusia. Pertama, jika kita lihat pada hasil perjanjian dari Kongres Wina, Prusia sendiri sebenarnya sudah sangat diuntungkan dengan terbentuknya Konfederasi Jerman. Sejajar dengan Austria, kekuasaan dari Prusia sendiri memiliki peranan penting dalam konfederasi tersebut. Lalu pertanyaan yang muncul adalah apa lagi yang diinginkan oleh Prusia sehingga ia memutuskan untuk berperang dengan Austria. Kedua, dari sisi Austria sendiri sebagai negara terkuat dari Konfederasi Jerman seolah-olah tidak berdaya hingga mengalami kekalahan. Padahal, pada saat perang ini muncul, Austria masih menduduki kekuasaan tertinggi dan sebenarnya ia bisa saja menang dengan cara mencari bantuan ke negara-negara anggota konfederasi yang lain ataupun cara lainnya. Namun, pada kenyataannya hal ini tidak terjadi sehingga Austria pun mengalami kekalahan.

(11)

Jerman Utara yang anggotanya adalah negara-negara Konfederasi Jerman seperti Scleswig-Holstein, Hanover, Hesse-Cassel, Hesse-Darmstadt dan Frankfurt. Perjanjian damai sendiri dilakukan antara Austria dengan Prusia pada tanggal 23 Agustus 1866 di Praha (Pinson, 1965, hlm. 139).

Di lain pihak, Austria juga berusaha untuk bangkit dari kekalahan dengan mengubah struktur pemerintahannya. Austria mengeluarkan pemerintahan baru yang disebut sebagai Ausgleich (penggabungan) pada tahun 1867. Penggabungan negara ini dilakukan oleh kekaisaran Austria dengan kerajaan Hongaria sehingga disebut juga sebagai dualisme kekaisaran Austria-Hongaria (Poesponegoro, 1982, hlm. 19). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Hongaria pernah memberontak kepada Austria untuk mendapatkan kemerdekaan. Namun, pada sistem dualisme ini kedua negara sama-sama mengakui kaisar mereka adalah Franz Joseph I dari Austria. Berdasarkan pada pendapat Kwok (2003, hlm. 13) menyatakan bahwa pembentukan dualisme Austria-Hongaria (Ausgleich) bertujuan untuk menjaga kestabilan politik di Eropa Tengah. Hal ini didasarkan pada kekalahan Austria saat perang melawan Prusia dimana pada saat Austria menjadi ketua dari Konfederasi Jerman, Austria merupakan satu negara yang besar di Eropa Tengah dan memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan Eropa sendiri. Dengan kondisi negara yang besar dan terdiri dari berbagai etnis, keadaan Austria yang collapse tentunya akan menyebabkan kekacauan di Eropa.

(12)

dengan Hongaria. Padahal, secara historis Hongaria pernah melakukan pemberontakan terhadap Austria.

Permasalahan yang terjadi antara Austria dengan Hongaria terutama pada periode Revolusi 1848-1849 tidak hanya fokus pada permasalahan liberalisme saja melainkan lebih cenderung kepada masalah etnisitas dan nasionalisme. Hongaria yang terdiri dari bangsa Magyar didominasi pemerintahannya oleh Austria atau Habsburg (Lipson, 1960, hlm. 134). Secara logika, keinginan Hongaria untuk lepas dari Austria yang diperjuangkan selama tahun 1848 sebenarnya bisa saja kembali diwujudkan dengan memanfaatkan kondisi ketika Austria mengalami kekalahan dalam perang dengan Prusia. Namun dalam hal ini Hongaria lebih memilih menerima tawaran dari Prusia untuk membentuk dualisme kekaisaran Austria-Hongaria. Di samping itu, bentuk negara Austria-Hongaria yang menyatakan sebagai dual kekaisaran juga merupakan hal yang menarik untuk dikaji karena akan diketahui sejauh mana keuntungan yang didapat dari kedua negara dengan mengubah bentuk negaranya.

(13)

Penelitian tentang bagaimana pengaruh dan dampak dari Perang Austro-Prusia 1866 terhadap hubungan politik Austria-Hongaria bagi penulis sangat penting mengingat masih sedikit penelitian yang membahas tentang permasalahan tersebut. Dalam beberapa sumber literatur, masih terdapat ketidakjelasan mengenai bentuk negara dari Kekaiasaran Austria-Hongaria yang terbentuk pada tahun 1867. Bentuk negara yang dimaksud adalah bentuk negara unitaris. Bentuk negara seperti ini hanya terjadi di beberapa negara saja di dunia, salah satunya Austria-Hongaria. Dalam kasus Austria-Hongaria, masih ada perbedaan pendapat mengenai klasifikasi Austria-Hongaria masuk ke dalam jenis uni riil atau uni personil. Oleh sebab itu, penelitian ini diperlukan untuk menemukan kesimpulan akan hal tersebut, sehingga tidak ada kontroversi dalam bentuk negara yang diterapkan oleh Austria-Hongaria.

Kurun waktu yang dikaji penulis adalah periode tahun 1866-1867. Alasan penulis mengambil kurun waktu ini karena penulis berangkat dari pengkajian mengenai perang antara Austria dengan Prusia yang terjadi pada tahun 1866. Sedangkan pada tahun 1867 merupakan waktu dimana pembentukan Austria-Hongaria atau Ausgleich yang juga akan berperan penting dalam masa Perang Dunia I. Penulis ingin menitikberatkan pada analisis pembentukan Austria-Hongaria merupakan suatu dampak secara langsung daripada Perang Austro-Prusia dan sejauh mana pengaruh dari perang tersebut serta hal lain yang menyebabkan pembentukan Austria-Hongaria. Hal-hal yang disebutkan di atas itulah yang dijadikan penulis sebagai dasar untuk mengkaji lebih dalam mengenai Dampak Perang

Austro-Prusia terhadap Hubungan Politik Austria dan Hongaria (1866-1867).

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pokok-pokok pikiran di atas, penulis memfokuskan permasalahan yang dituangkan dalam pertanyaan berikut: “mengapa Perang Austro-Prusia (1866) berdampak pada hubungan politik Austria-Hongaria (1867)?”

(14)

1. Bagaimana keadaan sosial-politik Austria selama menjadi ketua Konfederasi Jerman?

2. Bagaimana latar belakang terjadinya Perang Austro-Prusia hingga kekalahan Austria pada tahun 1866?

3. Bagaimana dampak dari kekalahan Austria dalam Perang Austro-Prusia terhadap hubungan politik Austria-Hongaria?

4. Mengapa Hongaria bersedia untuk bergabung dengan Austria dalam kekaisaran Austria-Hongaria?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai “bagaimana dampak dari Perang Austro-Prusia terhadap pembentukan Austria-Hongaria (1866-1867). Tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan keadaan sosial-politik Austria selama menjadi ketua Konfederasi Jerman

2. Menjelaskan proses terjadinya Perang Austro-Prusia sampai kekalahan Austria pada tahun 1866

3. Menjelaskan dampak dari kekalahan Austria dalam Perang Austro-Prusia terhadap hubungan politik Austria-Hongaria

4. Menjelaskan bergabungnya Hongaria ke dalam kekaisaran Austria-Hongaria

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini antara lain:

(15)

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran sejarah dunia yang dipelajari di kelas peminatan Ilmu-Ilmu Sosial di tingkat SMA

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Berdasarkan pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014, struktur organisasi skripsi yang akan dibuat oleh penulis adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Dalam hal latar belakang, penulis mengemukakan latar belakang penulis mengambil permasalahan mengenai Perang Austro-Prusia dan Dampaknya terhadap Pembentukan Austria-Hongaria 1866-1867, dimulai dari posisi Austria dan Prusia sebagai anggota terkuat dalam Konfederasi Jerman. Selain itu, penulis juga mengemukakan kenyataan yang bertentangan dengan apa yang diharapkan dimana sebagai anggota dan pemimpin dari Konfederasi Jerman seharusnya kedua negara tersebut dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Dalam bab ini juga penulis mendeskripsikan tentang adanya hal-hal yang perlu dikaji mengenai terbentuknya Austria-Hongaria 1867.

BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORETIS

Dalam bab ini penulis mengemukakan berbagai sumber kepustakaan dan konsep/teori yang berkaitan erat dengan permasalahan yang dikaji yaitu tentang Perang Austro-Prusia dan Dampaknya terhadap Pembentukan Austria-Hongaria 1866-1867. Konsep dan teori yang diambil dan akan digunakan oleh penulis adalah tentang konsep perang, teori konflik, konsep nasionalisme, dan juga teori integrasi. Untuk buku, jurnal dan tulisan lainnya yang relevan juga dibahas dalam bab ini.

BAB III METODE PENELITIAN

(16)

adalah metode historis atau metode sejarah. Metode penelitian sejarah terdiri dari empat langkah penelitian, yaitu heuristik yang berkaitan dengan pengumpulan sumber-sumber sejarah yang akan diteliti. Selanjutnya adalah kritik yang merupakan langkah pengolahan sumber-sumber yang telah didapat agar dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian ada interpretasi yang merupakan langkah untuk menafsirkan fakta-fakta berdasarkan pada hasil analisis penulis yang dilanjutkan pada langkah terakhir, yaitu historiografi, yang merupakan proses penyajian hasil interpretasi.

BAB IV PERANG AUSTRO-PRUSIA DAN DAMPAKNYA

TERHADAP PEMBENTUKAN AUSTRIA-HONGARIA (1866-1867) Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dituliskan sebelumnya, maka dalam bab ini penulis hendak menguraikan beberapa hal diantaranya yang pertama, bagaimana keadaan sosial-politik Austria selama menjadi anggota sekaligus ketua dari Konfederasi Jerman dalam periode 1815-1866. Kedua, dalam bab ini juga akan menjelaskan bagaimana latar belakang terjadinya Perang Austro-Prusia hingga kekalahan Austria pada tahun 1866, dan yang ketiga, bagaimana pembentukan dualisme kekaisaran Austria-Hongaria pada tahun 1867 yang juga akan menjelaskan mengapa Hongaria bersedia untuk bergabung dengan Austria dalam kekaisaran Austria-Hongaria (Ausgleich).

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam proses mengkaji permasalahan dalam skripsi yang

berjudul “Dampak Perang Austro-Prusia terhadap Hubungan Politik Austria dan

Hongaria 1866-1867”. Dalam proses penelitian, penulis melakukan beberapa langkah dan prosedur-prosedur untuk menemukan kesimpulan akhir dari permasalahan yang sedang dikaji. Langkah-langkah dan prosedur tersebut dilakukan untuk mencari sumber-sumber, mengolah sumber yang telah didapat sampai menganalisis sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dalam bentuk skripsi.

3.1Metode dan Teknik Penelitian

Berdasarkan kamus The New Lexicon (dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 13), metode didefinisikan sebagai suatu cara untuk berbuat sesuatu, suatu prosedur untuk mengerjakan sesuatu, atau suatu susunan sistem ynang teratur. Dengan kata lain, metode erat hubungannya dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam suatu penyelidikan disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek atau bahan-bahan yang akan diteliti. Metode sangat erat kaitannya dengan metodologi yang merupakan ilmu dalam mengkaji metode-metode yang digunakan dalam penelitian-penelitian.

(18)

Berdasarkan pada pengertian di atas, metode historis atau metode sejarah merupakan suatu prosedur atau langkah-langkah yang digunakan dalam proses penelitian terhadap sumber-sumber yang selanjutnya akan dianalisis secara sistematis. Dalam proses penelitian ini, penulis banyak mencari sumber-sumber dan menganalisis berdasarkan permasalahan yang

sedang dikaji, yaitu tentang “Dampak Perang Austro-Prusia terhadap

Pembentukan Austria-Hongaria 1866-1867”.

Menurut Wood Gray (dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 89), ada enam langkah yang harus dilakukan dalam penelitian sejarah, yaitu pemilihan topik, pencarian bukti, pembuatan catatan, kritik sumber, menyususn hasil penelitian dan menyajikannya. Penjelasan langkah-langkah penelitian diuraikan sebagai berikut:

1. Pemilihan Topik

Dalam langkah pemilihan topik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah nilai (value), keaslian, kepraktisan dan kesatuan. Suatu topik harus memiliki arti yang penting yang dapat menjelaskan suatu hal yang berarti. Subjek yang dipilih dalam menentukan topik suatu penelitian harus menunjukkan keaslian (originality) yang menyuguhkan bukti-bukti baru dan interpretasi baru. Kepraktisan dari suatu topik dapat dilihat dari sumber-sumber yang rasional dan menggunakannya dengan sebaik mungkin serta ruang cakup penelitian yang akan dilakukan memiliki kesatuan dengan tema.

Berdasarkan pada penjelasan di atas, penulis mengambil topik tentang Dampak Perang Austro-Prusia terhadap Pembentukan Austria-Hongaria 1866-1867. Penulis merasa tertarik terhadap topik tersebut karena ingin mengetahui lebih jauh tentang perkembangan sejarah politik di Eropa terutama pada era abad ke-19.

2. Pencarian sumber

(19)

Sumber-sumber dalam sejarah mencakup segala hal yang telah ditinggalkan oleh manusia baik dalam bentik tulisan ataupun lisan. Sumber sejarah dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian besar yaitu bentuk peninggalan-peninggalan dan bentuk catatan-catatan. Dalam hal ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber terutama sumber literatur yang berkaitan dengan topik Dampak Perang Austro-Prusia terhadap Pembentukan Austria-Hongaria 1866-1867. Di samping itu, penulis juga mencari teori-teori yang sesuai untuk dijadikan dasar dari kajian topik yang diteliti.

3. Membuat catatan

Langkah ini merupakan bagian dari proses pengolahan sumber-sumber yang telah didapat. Caranya adalah dengan membuat catatan-catatan penting yang relevan dan sesuai dengan topik yang diambil pada saat proses penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan dengan cara membuat catatan-catatan kecil yang dianggap penting selama proses pencarian sumber atau studi pustaka.

4. Kritik sumber

Kritik terhadap sumber-sumber yang telah didapat yang berkaitan dengan Perang Austro-Prusia dan juga tentang Penggabuungan Austria-Hongaria. Kritik ini menitikberatkan pada isi dari suatu sumber atau dokumen dan menganalisisnya dengan cara mengecek keakuratan sumber kemudian membandingkan satu sumber dengan sumber lainnya.

5. Menyusun hasil penelitian

(20)

narasi. Eksplanasi adalah bentuk penjabaran rinci dari interpretasi yang telah dihasilkan.

6. Penyajian

Langkah terakhir dari penelitian sejarah adalah proses penyajian. Dalam penelitian sejarah, paparan, penyajian, presentasi atau penampilan merupakan wujud nyata dari penulisan sejarah. hasil dari penulisan sejarah ini kemudian dapat dibaca oleh pembaca atau pemerhati sejarah.

Adapun langkah-langkah penelitian sejarah yang diungkapkan oleh Ismaun (2001, hlm 125-126) yang merumuskan metode penelitian sejarah ke dalam empat langkah, diantaranya:

1. Heuristik (pengumpulan sumber)

2. Kritik (eksternal dan internal terhadap sumber, baik bentuk maupun isi sumber)

3. Interpretasi (penafsiran terhadap sumber) 4. Historiografi (penulisan sejarah)

3.2 Persiapan Penelitian

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Penelitian

Tahap penentuan topik penelitian meruapakan langkah yang paling awal dari serangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan. Topik yang diangkat dalam penelitian adalah tentang sejauh mana pengaruh dari Perang Austro-Prusia terhadap pembentukan kekaisaran Austria-Hongaria 1866-1867.

(21)

Hal yang pertama kali ingin dikaji oleh penulis dalah tentang Perang Austro-Prusia dan dampaknya terhdap pembentukan Konfederasi Jerman Utara. Penulis kemudian melakukan konsultasi dengan dosen yang ahli dalam kajian Sejarah Eropa dan beliau kemudian memberikan pilihan tentang dampak dari Perang Austro-Prusia itu ada pembentukan konfederasi Jerman Utara atau terhadap pembentukan Kekaisaran Austria-Hongaria. Akhirnya, penulis memutuskan untuk mengajukan topik penelitian yang berjudul Dampak Perang Austro-Prusia terhadap Pembentukan Austria-Hongaria 1866-1867. Hal ini kemudian disetujui oleh dosen TPPS untuk dikembangkan menjadi proposal penelitian.

3.2.2 Penyususnan Rancangan Penelitian

Setelah penulis menentukan topik dan judul penelitian, langkah selanjutnya adalah penyususnan rancangan penelitian. Pada tahapan ini, penulis sudah mulai mengumpulkan beberapa referensi dan data-data yang berkaitan dengan Perang Austro-Prusia dan juga tentang Penggabungan Austria-Hongaria. Pencarian dan pengumpulan dilakukan di berbagai perpustakaan, toko buku, dan juga internet.

Langkah selanjutnya setelah mendapatkan data-data yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti, penulis kemudia menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal skripsi dengan sistematika sebagai berikut:

1. Judul Penelitian

2. Latar Belakang Masalah 3. Rumusan Masalah 4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian 6. Kajian Pustaka 7. Metode Penelitian 8. Sistematika Penulisan 9. Daftar Pustaka

(22)

UPI. Proposal penelitian yang sudah disetujui kemudian dipresentasikan kepada Tim TPPS dan mendapatkan beberapa koreksi. Setelah dikoreksi, penulis melakukan beberapa revisi dan menyerahkan kembali proposal tersebut kepada TPPS untuk dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi.

Proposal penelitian dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi pada tanggal 22 Januari 2015 bertempat di Laboratorium Departemen Pendidikan Sejarah. Dalam seminar tersebut, penulis mempresentasikan proposal di depan dosen-dosen calaon pembimbing skripsi dan juga TPPS. Poposal penelitian kemudian diberi komentar dan didiskusikan apakah layak untuk dilanjutkan atau tidak. Dari seminar ini, penulis mendapat beberapa kritik dan saran dari para dosen yang berhubungan dengan latar belakang dan kajian pustaka terkait buku-buku yang harus digunakan. Hal yang lebih mendapat perhatian adalah latar belakang masalah yang masih kurang terfokus.

Proposal penelitian tersebut kemudian mendapat persetujuan dari calon pembimbing I dan II. Tanda pengesahan penelitian dikeluarkan melalui surat keputusan oleh TPPS Departemen Pendidikan Sejarah No. 02/TPPS/JPS/PEM/2015. Setelah ada persetujuan tersebut, pengesahan terkait penulisan skripsi dikeluarkan oleh surat keputusan Ketua Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI sekaligus dengan penunjukkan pemimbing skripsi, yaitu Dr. Agus Mulyana, M.Hum sebagai pembimbing I dan Drs. R. H. Achmad Iryadi sebagai pembimbing II.

3.2.3 Proses Bimbingan

(23)

Selama proses penelitian, penulis melakukan komunikasi dan diskusi dengan dosen pembimbing I dan II sehingga penyusunan skripsi menjadi lebih baik dan terarah. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melaksanakan proses bimbingan dengan pembimbing I dan II sesuai dengan waktu dan tempat yang telah disepakati. Dengan begitu, proses bimbingan dapat berjalan dengan lancar dan diharapkan dapat menghasilkan skripsi yang sesuai dengan harapan.

3.3Pelaksanaan Penelitian

Proses pelaksanaan penelitian merupakan proses yang paling penting dalam penyusunan skripsi. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan metode sejarah yang melaui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan dalam metode sejarah terdiri dari tahapan heuristik, kritik yang terdiri dari kritik eksternal dan internal, serta historiografi yang terdiri dari penafsiran (interpretasi), penjelasan (eksplanasi), dan penyajian (ekspose) (Sjamsuddin, 2007, hlm. 17). Berikut ini merupakan penjelasan dari tahap-tahap penelitian dalam skripsi ini.

3.3.1Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Proses pengumpulan sumber merupakan langkah awal dalam pelaksanaan penelitian. Heuristik merupakan sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapkan data-data, materi sejarah, atau evidensi sejarah. Pada tahap ini, penulis akan banyak menyita waktu,biaya, tenaga, dan pikiran. Apabila sumber-sumber tersebut tidak ditemukan, maka akan menjadi beban tersendiri bagi penulis. Hal tentunya harus disiasati dengan menggunakan kemampuan pikiran dalam menentukan strategi pencarian sumber yang diinginkan (Sjamsuddin, 2007, hlm. 86).

(24)

melakukan penelitian khusus tentang peristiwa yang diangkat oleh penulis. Dalam hal ini, penulis lebih banyak menggunakan literatur-literatur sperti buku dan jurnal.

Sebelum mencari dan mengumpulkan sumber, penulis terlebih dahulu merumuskan sumber-sumber apa saja yang akan dicari. Setelah itu, penulis mengunjungi beberapa perpustakaan dan toko-toko buku yang ada di sekitar kota Bandung. Beberapa perpustakaan yang telah dikunjungi diantaranya ada perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), perpustakaan Universitas Padjadjaran, Goethe Institute, perpustakaan Asia Afrika dan perpustakaan Batu Api Jatinangor. Beberapa toko buku pun penulis kunjungi seperti Gramedia, Toga Mas, dan juga Palasari. Di samping itu, penulis banyak mengunjungi situs-situs e-book karena kurang mendapatkan sumber fisik yang sudah tidak diterbitkan lagi.

Buku-buku utama pertama penulis temukan di perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), diantaranya adalah buku dari dari Kopel S. Pinson yang berjudul Modern Germany: It’s History and

Civilization (1965), buku dari Ephraim Lipson yang berjudul Europe in

Nineteenth Century (1960), Priscilla Robertson yang berjudul Revolution

of 1848: A Social History (1952), Brison D. Gooch yang berjudul Europe

in The Nineteenth Century (1970), Wolfgang Treue yang berjudul

Germany Since 1848: History of the Present Times (1969). Di samping itu, ada beberapa buku penunjang seperti buku dari Jawaharlal Nehru yang berjudul Lintasan Sejarah II, buku dari Marwati D. Poesponegoro yang berjudul Tokoh dan Peristiwa Sejarah Eropa 1815-1945 (1982), buku Dasar-Dasar Ilmu Politik dari Miriam Budiardjo serta buku Metodologi Sejarah dari Helius Sjamsuddin (2007).

Dari perpustakaan Batu Api Jatinangor, penulis menemukan beberpa buku diantaranya buku Repolusi 1848-1849 karya J.U. Siregar (1959), buku dari J.A. Rickard dan Albert Hyma berjudul Ancient,

Medieval and Modern History (1957), buku dari G. De Haas yang berjudul

Sedjarah Umum: Zaman Modern (1954), serta buku penunjang lain yaitu

(25)

Institute, penulis hanya menemukan ensiklopedi-ensiklopedi tentang perkembangan sejarah Jerman dalam bahasa Jerman, sehingga penulis sedikit mengalami kesulitan dalam menterjemahkannya.

Beberapa sumber lainnya yang merupakan rujukan utama dari penelitian yang dilakukan adalah buku-buku dalam bentuk ebook yang diunduh dari beberapa situs ebook. Beberap buku yang didapat diantaranya adalah buku dari Karl Marx dengan editor Eleanor Marx Aveling yang berjudul Revolution and Counter-Revolution (Germany in

1848) (1912) dan buku yang ditulis oleh H.M. Hozier yang berjudul The

Seven Weeks’ War: Its Antecedents and Its Incidents yang diterbitkan pada tahun 1871.

3.3.2 Kritik Sumber

Tahap selanjutnya dalam penelitian sejarah adalah kritik terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan. Sumber-sumber yang didapatkan dalam tahap heuristik tidak dapat langsung dipakai oleh penulis begitu saja, melainkan harus dikaji terlebih dahulu. Fungsi dan tujuan dari kritik sumber ini adalah dalam usaha mencari kebenaran. Sebagai seorang peneliti sejarah, menentukan kebenaran dari sumber-sumber yang ada karena tidak semua sumber dapat dipercayai begitu saja.

Tahapan kritik sumber ini mengacu pada usaha verifikasi sumber yaitu dengan pengujian kebenaran dan akurasi dari sumber tersebut. Dalam metode sejarah, kritik sumber terdiri dari dua bagian yaitu kritik eksternal dan kritik internal (Sjamsuddin, 2007, hlm. 132).

3.3.2.1Kritik Eksternal

(26)

Dalam penelitian ini, penulis tidak mendapat banyak sumber yang sejaman dengan peristiwa terutama saksi mata dari peristiwa tersebut. Namun ada salah satu sumber yang dijadikan rujukan pada pembahasan mengenai Perang Austro-Prusia 1866 yaitu buku dai Henry Montague Hozier yang berjudul The Seven Weeks’ War: Its Antecedents and Its Incidents. Buku ini diterbitkan

pada tahun 1871, yang artinya 5 tahun setelah Perang Austro-Prusia 1866. Hal pertama yang menjadi sorotan penulis adalah orang yang membuat buku ini, yaitu Colonel Sir Henry Montague Hozier atau lebih terkenal dengan H. M. Hozier (1838-1907). Dia merupakan salah satu pegawai militer lulusan Royal Military Academy yang telah bergabung dalam berbagai ekspedisi seperti Ekspedisi Abyssinia dan ekspedisi Beijing, bergabung dalam Perang Austro-Prusia 1866, serta bergabung pula dalam pasukan Jerman selama Perang Franco-Prusia 1870-1871.

Hal kedua yang dikaji adalah bukunya secara fisikal. Buku ini merupakan buku yang cukup tua jika dilihat secara fisik, namun karena bentuknya dalam foto-foto yang diunggah menjadi bentuk ebook, wujud fisik dari buku ini tidak dapat dilihat. Buku ini merupakan edisi kedua yang sudah disertai dengan peta-peta berkaitan dengan strategi Perang Austro-Prusia 1866. Penulisan buku ini didasarkan pada surat-surat yang ditulis oleh Hozier selama menjadi staf sekretaris dalam ekspedisi maupun perang-perang yang diikutinya.

3.3.2.2Kritik Internal

(27)

literatur lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Oleh karena itu, kritik internal pun dilakukan dengan melihat isi dari buku-buku tersebut secara keseluruhan untuk melihat sejauh mana kredibilitas dari sumber tersebut.

Menurut Ismaun (2005, hlm. 50) menyebutkan bahwa kritik intern adalah proses menilai kredibilitas sumber berdasarkan pada isinya, kemampuan pembuatnya, tanggungjawab, serta moralnya. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan satu sumber dengan sumber lainnya dengan seksama. Dalam hal ini penulis meencoba membandingkan antara satu buku dengan buku lainnya yang dijadikan rujukan utama dalam penelitian kali ini. Dengan begitu, diharapkan fakta-fakta yang dikemukakan dapat bersifat objektif sesuai dengan apa yang terjadi.

Hal yang pertama dikaji adalah buku dari H.M. Hozier yang berjudul The Seven Weeks’ War: Its Antecedents and Its Incidents (1871). Buku ini secara keseluruhan menjelaskan tentang

Perang antara Austria dan Hongaria pada tahun 1866. Jika dilihat dari pengarang, isi, dan juga tujuan dari buku tersebut, buku ini terlihat lebih banyak membahas peranan Prusia dalam perang ini. Kedudukan dari penulis yang berperan dalam militer Prusia menjadikan isi buku ini menjelaskan banyaknya strategi-strategi dan kampanye-kampanye yang dilakukan oleh Prusia selama perang berlangsung.

(28)

sesuai dengan fakta yang memang diketahui dan dipahami oleh orang banyak pada masa perang tersebut.

Hampir sama seperti buku karangan Hozier (1871), buku selanjutnya adalah buku dari Koppel S. Pinson Modern Germany: It’s History and Civilization (1965). Buku ini memang bukan merupakan sumber primer yang sezaman dengan peristiwa yang dikaji. Jika dilihat dari penerbitannya, buku ini lebih bersifat kekinian karena jauh dari masa Perang Austro-Prusia maupun masa Kekaisaran Austria-Hongaria. Pinson (1965) adalah sejarawan Amerika, tetapi hampir semua karyanya berkaitan tentang sejarah bangsa Jerman. Dengan berfokus pada sejarah Jerman Modern, Pinson juga lebih fokus dalam mebahas peranan Prusia selama Perang Austro-Prusia 1866 dan hanya sedikit dari bukunya membahas tentang Austria. Tetapi berbeda dengan Hozier, pinson membahasnya lebih meluas sehingga hanya hal-hal yang dianggap paling penting yang dijelaskan dalam bukunya.

Buku selanjutnya adalah buku dari Ephraim Lipson yang berjudul Europe in Nineteenth Century (1960). Hampir sama dengan buku dari Pinson, buku ini bukan merupakan sumber primer yang berdasarkan pada sumber primer yang sezaman dengan peristiwa yang dikaji. Lipson (1960) adalah sejarawan Inggris yang banyak menghasilkan buku-buku berkaitan dengan sejarah Eropa abad ke-19 dan abad ke-20 serta beberapa buku yang berkaitan dengan sejarah Inggris. Hal ini juga diperlihatkan Lipson dalam buku yang penulis kaji yang membahas tidak hanya sejarah Jerman saja, tetapi juga negara lainnya pada abad ke-19.

(29)

menerangkan tentang sejarah dari Austria dan juga Hongaria, disamping membahas tentang Prusia. Hal inilah yang membedakan buku Lipson dengan dua buku sebelumnya. Buku dari Lipson ini lebih menempatkan dirinya sebagai seorang yang menyaksikan perkembangan Austria, Hongaria, serta Prusia tanpa berpihak pada salah satu diantara mereka, sehingga menjadikan buku ini lebih objektif.

3.3.3 Historiografi (Penulisan Sejarah)

Dalam proses historiografi, ada tiga tahap yang harus dilakukan oleh penulis, yaitu interpretasi, eksplanasi, eksposisi. Ketiga proses ini dilakukan secara bersamaan selama proses penulisan sejarah berlangsung. Berikut ini penjelasan dari masing-masing proses historiografi:

3.3.3.1Interpretasi (Penafsiran)

Interpretasi merupakan tahapan selanjutnya setelah melakukan kritik sumber. Dalam proses ini, penulis akan merekonstruksi fakta-fakta yang telah terkumpul dari sumber-sumber yang telah didapat sebelumnya menjadi suatu rangkaian pemahaman sesuai dengan pemikiran peneliti. Fakta-fakta yang ada kemudian dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta suatu penafsiran sejarah yang utuh dan berkesinambungan.

Pada tahap interpretasi, proses analisis sangat diperlukan karena analisis dan sintesis dipandang sebagai metode-metode utama dalam interpretasi (Kuntowijoyo, 2003, hlm. 103-104). Hal ini juga didukung dengan pendapat dari Sjamsuddin (2007, hlm. 156) yang menyebutkan bahwa tahap interpretasi harus mengutamakan penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analitis karena pada akhirnya interpretasi ini harus menghasilkan sintesis dari keseluruhan penelitian yang dilakukan, sehingga dapat menghasilkan suatu historiografi yang utuh.

(30)

Austro-Prusia terhadap pembentukan Kekaisaran Austria-Hongaria pada periode 1866-1867. Dalam peristiwa ini, Perang Austro-Prusia ini bukan merupakan satu-satunya penyebab dari kekalahan Austria dalam perang melawan Prusia ataupun ketika pembentukan Austria-Hongaria.

Hal lain yang besar pengaruhnya terhadap pembentukan Austria-Hongaria adalah masalah etnisitas yang telah bertahun-tahun terjadi di dalam kekaisaran tersebut. Selain itu, perbedaan sikap mental dari Austria dan Prusia juga menjadi penyebab adanya perang dan hasilnya pun dapat diprediksi. Jika Prusia mengandalkan kekuatan militer dan semangat nasionalisme yang dimilikinya, maka Austria sebaliknya dimana Austria lebih memusatkan perhatianny pada upaya mempertahankan kekuasaanya di Eropa sehingga membentuk dual kekaisaran Austria-Hongaria.

3.3.3.2Eksplanasi (Penjelasan)

Penjelasan dalam sejarah juga sama pentingnya seperti interpretasi. Dalam proses ini, penulis menjelaskan suatu peristiwa sejarah berdasarkan kausalitas dan penghubung-penghubung lainnya dalam upaya membuat sintesis dari fakta-fakta (Sjamsuddin, 2007, hlm. 190). Ada dua aspek penting dalam proses eksplanasi ini, yaitu berkenaan dengan bagaimana seorang sejarawan dapat menjawab pertanyaan bagaimana (how) dan mengapa (why) mengenai permasalahan dalam penelitiannya (Ismaun, 2005, hlm. 109). Dalam hal ini, penulis akan lebih banyak menggunakan deskripsi dan narasi mengenai peristiwa-peristiwa yang dikajinya, sehingga menghasilkan satu kesatuan cerita yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

(31)

kondisi politik di negara-negara yang terkait dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis, yaitu Austria, Hongaria, dan Prusia. isu-isu politik mengenai kekuasaan terhadap wilayah-wilayah yang ada dibawahnya dari masing-masing negara tersebut menjadi hal yang utama sebagai penyebab dari munculnya konflik anatarnegara anggota Konfederasi Jerman. di samping itu, permasalahan etnis terutama yang dihadapi oleh Austria dan Hongaria menjadi salah satu pembahasan yang khusus memerlukan ilmu sosiologi terutama dalam hal munculnya konflik-konflik.

3.3.3.3Eksposisi (Penyajian)

Tahap eksposisi merupakan tahap penyajian atau presentasi dari seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan. Dari penyajian inilah, hasil penelitian yang berupa historiografi dapat sampai kepada pembaca atau sejarawan. Penyajian ini terdiri dari hasil deskripsi, narasi, dan analisis. Isi dari penyajian ini merupakan jaawaban dari rumusan masalah yang diangkat oleh penulis.

(32)

102

Bab ini akan menjelaskkan tentang kesimpulan dari seluruh hasil

penelitian yang berdasarkan pada kajian literatur. Di samping itu, dijelaskan juga tentang implikasi dari penelitian Kesimpulan berdasarkan pada rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab 1. Berdasarkan pada rumusan masalah, jawaban yang ingin didapatkan yang pertama adalah tentang kondisi sosial-politik Austria selama menjadi ketua Konfederasi Jerman sampai tahun 1864, kedua tentang latar belakang dari Perang Austro-Prusia 1866 hingga kekalahan Austria. Ketiga, kesimpulan tentang bagaimana dampak dari Perang Austro-Prusia terhadap hubungan politik Austria-Hongaria 1867, dan yang keempat adalah tentang alasan Hongaria bersedia menggabungkan diri dalam Kekaisaran Austria-Hongaria.

Kesimpulan yang diambil adalah berdasarkan pada temuan-temuan dari proses kajian literatur yang dilakukan selama penelitian. Di samping kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang menjadi permasalahan dalam penelitian, dalam bab ini juga akan menjelaskan tentang implikasi dari bahasan yang dikaji oleh penulis. Implikasi didasarkan pada sejauh mana dampak yang ditimbulkan dengan adanya penelitian tentang apa yang dikaji dalam skripsi ini. Hal terakhir yang ada di bab ini akan berisikan rekomendasi dimana rekomendasi ini merupakan saran-saran dari penulis kepada peneliti-peneliti selanjutnya yang mungkin akan tertarik dengan pembahasan yang telah dikaji oleh penulis dalam skripsi ini.

5.1 Simpulan

(33)

Jerman pada tahun 1815. Di bawah pemerintahan Metternich, Austria terkenal dengan sistem pemerintahan yang konservatif. Sistem yang diterapkan oleh Metternich ini sangat ketat terutama dalam mencegah perkembangan ide-ide liberalisme. Hal ini berdampak pada kondisi sosial-politik Austria dengan Hongaria. Hubungan yang terjalin antara Austria dengan Hongaria mengacu pada permasalahan etnis dimana Kerajaan Hongaria yang berbangsa Magyar sebagai bagian dari kekuasaan Kekaisaran Austria. Hal ini yang kemudian mengakibatkan adanya gerakan revolusi yang dilakukan oleh Hongaria pada tahun 1848 karena ingin memerdekakan diri dari Austria.

Hal kedua, berdasarkan pada rumusan masalah adalah tentang latar belakang dari terjadinya Perang Austro-Prusia. Perang ini dilatarabelakangi karena adanya konflik antara Austria dengan Prusia tentang permasalahan Schleswig-Holstein. Konflik ini berakar pada perbedaan keputusan antara Austria dan Prusia dalam menentukan status dari Schleswig dan Holstein dimana Prusia menghendaki kedua wilayah tersebut tetap berada di bawah kekuasaan Austria dan Prusia serta dalam keanggotaan konfederasi. Di lain pihak, Austria menghendaki bahwa kedua wilayah berhak diberikan pada pewaris Augustenburg yang memang merupakan keturunan dari penguasa terdahulu dari kedua wilayah tersebut. Keputusan Austria menimbulkan dugaan bagi Prusia bahwa Austria telah berusah untuk melakukan agitasi yang dapat menimbulkan penentangan terhadap Prusia. Hal ini kemudian berujung pada pernyataan perang dari Prusia terhadap Austria.

(34)

Hal terakhir yang menjadi pertanyaan adalah tentang alasan dari Hongaria lebih memilih untuk bergabung dalam sebuah bentuk negara uni dengan Austria. Penyebab pertama yang berpengaruh adalah tokoh yang melakukan perundingan dengan pihak Austria sendiri, yaitu Franz Deak yang bersifat konstitusionalis yang lebih memilih jalur diplomasi untuk mendapatkan parlemen sendiri bagi Hongaria. Selain itu, Deak juga seorang yang loyal terhadap kekaisaran dan dengan bijak membuat keputusan agar Hongaria menerima tawaran dari Austria. Pertimbangannya adalah bahwa Hongaria akan lebih aman dengan bersatu sebagai dual monarki dengan Austria baik secara militer maupun secara finansial. Pertimbangan lainnya adalah bahwa Hongaria memiliki parlemen sendiri dengan konstitusinya sendiri pula. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung Hongaria sudah bebas dari ikatan konstitusi Austria. Bagi Hongaria, dengan mendapatkan parlemen internal sendiri sudah menunjukkan kemenangan dari bangsanya, yaitu Magyar.

Secara keseluruhan, dampak dari Perang Austro-Prusia 1866 terhadap hubungan politik Austria dan Hongaria yang menimbulkan pembentukan Kekaisaran Austria-Hongaria 1867 merupakan satu rangkaian peristiwa yang tidak dapat dipisahkan. Austria sebagai sebuah kekaisaran yang besar pada abad ke-19 terikat dalam dua peristiwa tersebut yang telah mengubahnya dari kejayaannya di tanah Eropa Tengah menjadi sebuah kekaisaran yang hampir kehilangan pengaruhnya karena kekalahan demi kekalahan dalam perang terutama kekalahan besar dalam perang melawan Prusia. Perang Austro-Prusia merupakan suatu bukti yang menunjukkan kekuatan Prusia yang mampu mengalahkan kekuatan dan pengaruh Austria di Eropa. Pembentukan Austria-Hongaria merupakan upaya Austria dalam mempertahankan eksistensinya di dalam perpolitikan Eropa dan juga sebagai masa yang baru bagi Austria dan Hongaria dalam menghadapi masa depannya sampai pada Perang Dunia I.

5.2 Implikasi dan Rekomendasi

(35)

pengkajian tentang Perang Austro-Prusia ataupun tentang Austria-Hongaria masih sangat minim. Dengan adanya skripsi yang meneliti tentang kedua masalah tersebut, maka diharapkan akan lebih banyak lagi peneliti lainnya yang akan lebih memperdalam dan menemukan fakta-fakta baru yang berkenaan dengan Perang Austro-Prusia dan juga Kekaisaran Austria-Hongaria. Hal ini berdasarkan pada fakta dimana banyak orang mengetahui Austria-Hongaria hanya terlibat dalam Perang Dunia I tetapi sedikit yang mengetahui bagaimana terbentuknya negara tersebut. Maka dari itu, hasil dari kajian tentang masalah tersebut yang ada dalam skripsi ini akan memberikan beberapa pengetahuan berdasarkan pada analisis dari berbagai fakta yang ada di beberapa literatur.

Di samping dapat memperluas wawasan dalam pembelajaran Sejarah di persekolahan, materi ini juga bermanfaat dalam mempelajari tentang bentuk-bentuk negara yang pernah ada di dunia yang dapat berpengaruh kepada perpolitikan dunia pada masa tersebut. Dengan begitu, siswa dapat mengklasifikasikan perbedaan dari konfederasi, federasi, maupun negara uni, serta berbagai bentuk pemerintahan kekaisaran dan kerajaan.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Budiardjo, M. (2004). Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Busroh, A. D. (2010). Ilmu negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Djatikoesoemo, G. P. (1956). Hukum internasional bagian perang. Jakarta: N.V. Pemandangan.

Duverger, M. (2013). Sosiologi politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Gooch, B. D. (1970). Europe in the nineteenth century. New York: The Macmillan Company.

Ismaun. (2005). Pengantar sejarah sebagai ilmu dan wahana pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

J.A. Rickard, Albert Hyma. (1957). Ancient, medieval, and modern history. New York: Barnes and Noble Inc.

Jones, W. S. (1993). Logika hubungan internasional 2: kekuasaan, ekonomi,

politik internasional dan tatanan dunia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lipson, E. (1960). Europe in the nineteenth century 1815-1914. London: Adam and Charles Black.

Mestoko, S. (1988). Indonesia dan hubungan antarbangsa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Nehru, J. (1966). Lintasan sejarah dunia II. Jakarta: Balai Pustaka. Perlmutter, A. (2000). Militer dan politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Pinson, K. S. (1965). Modern Germany: its history and civilization. New York: The Macmillan Company.

Poesponegoro, M. D. (1982). Tokoh dan peristiwa dalam sejarah Eropa

1815-1945. Jakarta: Erlangga.

(37)

Robertson, P. (1952). Revolution of 1848: a social history. New Jersey: Princeton University.

Sait, E. M. (1938). Political institutions: a preface. New York: D. Appleton-Century.

Siregar, J. (1959). Repolusi 1848-1849. Jakarta: Balai Pustaka. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Treue, W. (1969). Germany since 1848. Bonn: Inter Nationes.

Weiss, J. (1977). Conservatism in Europe 1770-1945 "traditionalism, reaction,

and counter revolution". London: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

E-Book

Fyffe, C. A. (2014). History of modern Europe 1792-1878. London: Project Gutenberg.

Hozier, H. M. (1871). The seven weeks' war: its antecedents and incidents. New York: Macmillan and Co.

Marx, K. (1912). Revolution and counter-revolution (Germany in 1848). Chicago: Charles H. Kerr and Company.

Ragawino, B. (2007). Hukum tata negara. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Jurnal

Coser, L. A. (1957). Social conflict and the theory of social change. The British

Journal of Sociology, VIII(3), hlm. 197-207.

Demartoto, A. (2010). Strukturalisme konflik: pemahaman akan konflik pada masyarakat industri menurut lewis coser dan ralf dahrendorf. Jurnal

Sosiologi, 24(1), hlm. 1-12.

Dewi, I. M. (2008). Nasionalisme dan kebangkitan dalam teropong. Mozaik, 3(3). Kwok, J. (2003). Austria-Hungary and The Compromise of 1867. The Wall Street

Journal, hlm. 1-20.

Murod, A. C. (2011). Nasionalisme dalam perspektif Islam. Jurnal Sejarah Citra

(38)

Walter, D. (2009). Roon, the prussian landwehr and the reorganization of 1859-1860. SAGE: War In History, hlm. 269-298.

Skripsi dan Tesis

Kingsolver, J. D. (2011). Prospects for continued European political integration. (Tesis). Indiana University, Bloomington.

Paramitha, M. (2012). Dampak Napoleonic Wars terhadap pembentukan

Konfederasi Jerman tahun 1815. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Sejarah,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Internet

Evera, S. (2009). Causes and prevention of war. [Online]. Diakses dari MIT OpenCourseWare: http://ocw.mit.edu/terms (20 September 2015)

Rickard, J. (2015). Battle of Gitschin or Jicin, 29 June 1866. [Online]. Diakses dari http://www.historyofwar.org/articles/battles_gitschin.html (20 September 2015)

Royde-Smith, J. G. (2014). House of Habsburg. [Online]. Diakses dari Encyclopaedia Britannica: http://www.britannica.com/topic/House-of-Habsburg

Ruhcitra. (2008). Bentuk negara dan bentuk kenegaraan. [Online]. Diakses dari https://ruhcitra.wordpress.com/2008/11/09/bentuk-negara-dan-bentuk-kenegaraan/

http://www.britannica.com/place/Austria-Hungary

Referensi

Dokumen terkait

SEBAGIAN BESAR PERTAI POLITIK DI KABUPATEN SLEMAN / TERANCAM TIDAK DAPAT MENGGELAR KAMPANYE TERBUKA //. HAL INI DIKARENAKAN /

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui tes menulis kalimat sederhana bahasa Jerman, maka dapat diperoleh saran sebagai berikut: 5.2.1

i) Semua kata ekasuku tertutup dengan vokal [a] dieja dengan huruf alif, iaitu bagi semua kata Melayu Jati dan kata pinjaman daripada bahasa Inggeris atau bahasa-bahasa lain,

Melihat karakteristik struktur dan persentase hasil sintesis senyawa 3 klorobenzoiltiourea melalui proses refluks selama 5 jam dan dilanjutkan dengan pemanasan selama kurang lebih

Linux mendapatkan kejayaannya pada akhir 1990-an ketika para kompetitor dari Microsoft mulai mengembangkan sistem operasi tersebut secara serius. Perusahaan Netscape

Sumber: Koleksi pribadi yang diambil pada 19 Juli 2013 Salah satu gereja di Desa Baja Dolok.. Sumber: Koleksi pribadi yang diambil pada 28

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan dan kekuatan kepada penulis