Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DENGAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH
SISWA KELAS XI PADA MATERI SISTEM EKSKRESI
MANUSIA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh: DEA DIELLA
1101264
SEKOLAH PASCASARJANA
Dea Diella, 2014
HUBUNGAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DENGAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH
SISWA KELAS XI PADA MATERI SISTEM EKSKRESI
MANUSIA
Oleh: Dea Diella
S.Pd, Universitas Pendidikan Indonesia, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Biologi
Sekolah Pasca Sarjana
© Dea Diella 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Dr. H. Riandi, M. Si. NIP. 196305011988031002
Pembimbing II,
Dr. Hj. Diana Rochintaniawati, M. Ed. NIP. 196709191991032001
Disetujui oleh,
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
Sekolah Pascasarjana UPI
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan metakognisi, keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah siswa kelas XI pada materi sistem ekskresi manusia, dan hubungan antara kemampuan metakognisi dengan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah. Subjek penelitian meliputi 100 orang siswa kelas XI IPA dari lima SMA di kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode korelasional. Instrumen yang digunakan untuk menjaring data meliputi tes uraian kemampuan metakognisi, tes pilihan ganda beralasan dan uraian keterampilan berpikir kritis, dan skala sikap ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan metakognisi dan keterampilan berpikir kritis siswa memiliki nilai rata-rata yang rendah, sedangkan sikap ilmiahnya memiliki rata-rata cukup. Kemampuan metakognisi dengan skor tertinggi adalah sub komponen evaluasi dan skor terendahnya adalah sub komponen memperbaiki kesalahan. Keterampilan berpikir kritis dengan skor tertinggi adalah sub indikator analisis argumen dan skor terndahnya adalah sub indikator observasi. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa kemampuan metakognisi berhubungan cukup kuat dan signifikan dengan keterampilan berpikir kritis konsep sistem ekskresi manusia, sedangkan hubungan antara kemampuan metakognisi dan sikap ilmiah pada konsep yang sama, menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.
Dea Diella, 2014
Correlation Between Metacognition Skill with Critical Thinking Skill and Scientific Attitude of Students XI Grade in Human Excretory System
Abstract
The aim of this study was to reveal students XI grade metacognition skill, critical thinking skill, scientific attitude, and also the correlation between metacognition skill with crititical thinking skill and scientific attitude in human excretory system. Sample of this study were 100 students from XI grade of five different high school in Tasikmalaya. Correlational methode was used in this study. Intruments to obtain data consisted of metacognition skill test, critical thinking test, and scientific attitude scale. Result showed that metacognition skill and critical thinking skill has a low average but scientific attitude has an adequate score average. The higher score for metacognition skill component is evaluation and the lower score is debugging strategy. The higher score for students critical thinking skill is analyzing argument and the lower is observation. Metacognition has a positive correlation with critical thinking skill,which include in moderate strong correlation. Metacognition skill has no significant correlation with scientific attitude.
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
ABSTRAK... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A.Latar Belakang... 1
B.Rumusan Masalah... 5
C.Batasan Masalah... 5
D.Tujuan Penelitian... 6
E. Manfaat Penelitian... 6
BAB II Kemampuan Metakognisi, Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah... 8 A.Metakognisi... 8
B.Keterampilan Berpikir Kritis... 14
C.Sikap Ilmiah... 19
D.Analisis Materi Sistem Ekskresi... 23
E. Penelitian yang relevan... 24
BAB III METODE PENELITIAN... 26
A.Lokasi dan Sampel Penelitian... 26
B.Metode Penelitian... 26
C.Definisi Operasional... 26
D.Instrumen Penelitian... 27
E. Pengembangan Instrumen Penelitian... 30
F. Prosedur Penelitian... 36
G.Teknik Pengumpulan Data... 37
H.Teknik Analisis Data... 38
I. Alur Penelitian... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 42
A.Hasil Penelitian... 42
B.Pembahasan... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 72
A.Kesimpulan... 72
B.Saran... 73
DAFTAR PUSTAKA... 74
Dea Diella, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Taksonomi BloomRevisi... 13
Tabel 2.2 Pengelompokkan keterampilan berpikir kritis menurut Ennis... 17
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis Konsep Sistem Ekskresi Manusia... 29 Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Sikap Ilmiah... 30
Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal... 31
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal... 31
Tabel 3.5 Klasifikasi Validitas Butir Soal... 32
Tabel 3.6 Klasifikasi Reliabilitas Tes... 33
Tabel 3.7 Rekap Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Metakognisi... 34
Tabel 3.8 Rekap Hasil Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis... 34
Tabel 3.9 Rekap Hasil Uji Coba Skala Sikap Ilmiah... 35
Tabel 3.10 Teknik Pengumpulan Data... 37
Tabel 3.11 Interpretasi Koefisien Korelasi... 39
Tabel 4.1 Nilai Tertinggi, Terendah dan Rata-rata Kemampuan Metakognisi, Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah... 42 Tabel 4.2 Distribusi Kemampuan Metakognisi... 45
Tabel 4.3 Rata-rata Skor Keterampilan Berpikir Kritis... 47
Tabel 4.4 Distribusi Keterampilan Berpikir Kritis... 48
Tabel 4.5 Skor untuk setiap pernyataan... 49 Tabel 4.6 Konstanta dan Koefisien untuk Kemampuan Metakognisi dengan
Keterampilan Berpikir Kritis... 56
Tabel 4.7 Konstanta dan Koefisien untuk Kemampuan Metakognisi dengan Sikap Ilmiah...
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
A.Instrumen
Penelitian...
78
1. Kisi-kisi Soal Metakognisi... 78
2. Rubrik Penilaian Metakognisi... 3. Kisi-kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis... 88
4. Rubrik Penilaian Soal Uraian... 101
5. Kisi-kisi Skala Sikap Ilmiah... 104
B.Validitas Instrumen... 110
C.Data Penelitian... 128
1. Rekap Hasil Keterampilan Berpikir Kritis... 128
2. Rekap Hasil Kemampuan Metakognisi... 132
3. Tabel Nilai Kemampuan Metakognisi, Keterampilan Berpikir Kritis dan Skor Sikap Ilmiah... 136 4. Hasil Pengolahan SPSS ( Korelasi dan Regresi)... 139
Dea Diella, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pembelajaran sains harus disesuaikan dengan hakekat sains. Hakekat sains
meliputi aspek proses, produk, dan sikap (Carin, 1997). Ketiga aspek tersebut
harus dicapai secara seimbang agar hakekat pembelajaran sains terangkum
dengan utuh. Proses sains meliputi segala upaya seseorang dalam
mempelajari sains. Proses tersebut dapat berupa kegiatan fisik yang tampak
dan kegiatan psikis (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Kegiatan fisik misalnya
melakukan observasi, menguji hipotesis, bereksperimen dan lain-lain.
Sedangkan kegiatan psikis melibatkan kognisi seperti menerima informasi,
strategi mengolah informasi dan menyimpan informasi. Aspek produk
meliputi teori, hukum, prinsip dan sebagainya yang merupakan hasil dari
proses sains. Aspek sikap meliputi sikap ilmiah yang dimiliki seseorang
ketika mempelajari sains.
Belajar sebagai bagian dari proses sains pada dasarnya bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan menanamkan sikap positif. Tujuan
mata pelajaran biologi yang tercantum dalam standar isi (BSNP, 2006)
diantaranya yaitu, memupuk sikap ilmiah dan mengembangkan kemampuan
berpikir (analitis, induktif dan deduktif) dengan menggunakan konsep dan
prinsip biologi. Proses belajar sebetulnya sulit diamati karena terjadi dalam
otak (pikiran) setiap siswa. Aspek dari belajar yang dapat mudah diamati
2
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pikiran (pengetahuan awal), cara menerima, mengolah, dan menyimpan
informasi yang berbeda-beda.
Siswa pada umumnya tidak mengembangkan strategi belajar yang
efektif (Matlin, 1994). Kebanyakan dari mereka sukses di sekolah melalui
menghafal informasi hanya untuk ujian. Menghafal membuat proses belajar
menjadi tidak bermakna karena belajar bermakna harus melibatkan proses
kognitif dari mulai informasi diterima dan dikaitkan dengan informasi yang
sudah ada (Ausubel dalam Dahar 1996). Ausubel juga menyatakan bahwa
belajar hafalan terjadi jika siswa tidak mengasimilasi pengetahuan baru pada
konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitifnya. Selain itu,
menghafal juga tidak menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills). Berpikir tingkat tinggi
dibangun mulai dari keterampilan sederhana seperti membedakan, aplikasi
sederhana dan analisis, dan strategi kognitif untuk mengaitkan pengetahuan
awal dengan materi yang baru. Berpikir tingkat tinggi dapat meliputi berpikir
kritis, logis, reflektif, metakognitif dan kreatif (King et al, 1998).
Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (Costa, 1985: 54) yaitu
berpikir masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang
harus dipercayai atau dilakukan. Keterampilan berpikir kritis merupakan
keterampilan yang sangat penting bagi seseorang untuk dapat bersaing di
dunia global. Keterampilan tersebut dapat dikembangkan dan ditingkatkan
dengan berbagai metode pembelajaran, misal pembelajaran berbasis inkuiri,
3
Dea Diella, 2014
Quitadamo,2007,2008; Chanchaichaovivat et al, White et al,2009;
Garril,2011).
Keterampilan berpikir kritis memiliki keterkaitan dengan metakognisi.
Metakognisi merupakan pengetahuan seseorang tentang pikirannya. Secara
umum metakognisi meliputi komponen perencanaan, monitoring, dan
evaluasi (Flavel dalam Tanner 2012). Seseorang dengan keterampilan
berpikir kritis yang baik memiliki aktivitas metakognitif yang lebih baik
terutama dalam aspek perencanaan dan strategi evaluasi (Ku & Ho, 2010).
Pembelajaran materi sistem ekskresi umumnya dilakukan secara ceramah
ekspositori dan berbasis praktikum. Praktikum yang dilakukan terkait materi
tersebut biasanya dilakukan saat mempelajari kelainan pada urin.
Pembelajaran berbasis praktikum berpotensi besar dalam mengembangkan
kemampuan metakognisi, keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.
Pembelajaran secara ceramah pun sebetulnya berpotensi mengembangkan
kemampuan metakognisi, keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa
jika guru memahami ketiga kemampuan tersebut dan mampu mengemasnya
dalam kegiatan pembelajaran. Metakognisi, berpikir kritis dan sikap ilmiah
memiliki beberapa komponen yang dapat dikembangkan dalam jenis
pembelajaran apapun.
Materi sistem ekskresi manusia di jenjang SMA berdasarkan Standar Isi
termasuk ke dalam Standar Kompetensi nomor tiga yaitu: menjelaskan
struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau
4
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
teknonologi, dan masyarakat (salingtemas). Kompetensi dasar untuk sistem
eksresi manusia tertuang pada no 3.5 yakni: menjelaskan keterkaitan antara
struktur, fungsi, dan proses serta kelainan atau penyakit yang dapat terjadi
pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan. Fenomena dalam sistem
ekskresi manusia sangat dekat dengan keseharian siswa karena beberapa hasil
ekskresi seperti urin dan keringat secara sadar ditemukan siswa setiap hari.
Namun sistem ekskresi sebagai bagian dari fisiologi merupakan salah satu
konsep yang sulit untuk dipahami dan bersifat abstrak (Lazarowitz dan Penso,
1992). Proses-proses yang terjadi dalam sistem ekskresi tersebut berpotensi
untuk menuntut siswa berpikir kritis siswa dan menggunakan sikap ilmiah
selama mempelajarinya.
Penelitian yang sudah dilakukan masih berfokus pada peningkatan
keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah dan kemampuan metakognisi
dengan menggunakan pendekatan dan metode belajar tertentu. Analisis
keterkaitan antara ketiganya dalam pembelajaran belum banyak dikaji lebih
detil. Kemampuan metakognisi, keterampilan berpikir kritis, dan sikap
ilmiah, masing-masing dibangun oleh sejumlah komponen. Keterkaitan antar
komponen tersebut memungkinkan untuk dianalisis dengan tujuan melihat
lebih jelas hubungan yang dibangun oleh ketiga jenis keterampilan itu.
Penelitian tentang hubungan kemampuan metakognisi dengan keterampilan
berpikir kritis dan sikap ilmiah dapat menunjukkan ada tidaknya pengaruh
antar ketiganya. Bila terbukti adanya hubungan positif antara ketiganya maka
5
Dea Diella, 2014
pembelajaran. Guru dapat menyusun kegiatan pembelajaran biologi yang
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan metakognisi,
keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah secara bersamaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah “Bagaimana hubungan kemampuan metakognisi dengan
keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa kelas XI pada materi
sistem ekskresi manusia?
Rumusan masalah di atas dijabarkan dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan metakognisi siswa pada konsep sistem ekskresi
manusia?
2. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep sistem ekskresi
manusia?
3. Bagaimana sikap ilmiah siswa pada konsep sistem ekskresi manusia
4. Bagaimana hubungan kemampuan metakognisi dengan keterampilan
berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah, ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi
pada hal-hal sebagai berikut:
1. Kemampuan metakognisi yang diukur meliputi komponen pengetahuan
6
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
prosedural dan pengetahuan kondisional, dan komponen pengaturan
kognisi yang meliputi perencanaan, strategi pengaturan informasi,
monitoring komprehensi, dan evaluasi (Schraw dalam Lai,2011).
2. Keterampilan berpikir kritis yang dianalisis yaitu keterampilan berpikir
kritis berdasarkan Ennis (Costa, 1985: 54) yang meliputi: (a) memberikan
penjelasan sederhana, (b) membangun keterampilan dasar, (c) membuat
inferensi, (d) mengatur strategi dan taktik.
3. Sikap ilmiah yang diukur meliputi rasa ingin tahu, skeptis, jujur, objektif,
kritis, dan terbuka.
4. Konsep yang terkait dalam penelitian ini adalah sistem ekskresi manusia
berdasarkan kompetensi dasar no 3.5 dengan rumusan : menjelaskan
keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat
terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan (misalnya pada ikan dan
serangga).
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap kemampuan
metakognisi, keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa kelas XI
pada konsep sistem ekskresi manusia. Selain itu penelitian ini akan
menganalisis hubungan kemampuan metakognisi dengan keterampilan
berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa pada konsep tersebut.
7
Dea Diella, 2014
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat bagi Guru
Membantu guru dalam memahami metakognisi siswa, keterampilan
berpikir kritis dan sikap ilmiah seta efeknya terhadap prestasi belajar siswa
sehingga mampu menyusun kegiatan pembelajaran yang tepat.
2. Manfaat bagi Siswa
Membantu siswa dalam memahami kognisi dirinya dan strategi pengaturan
kognisinya sehingga dapat belajar dengan efektif .
3. Manfaat bagi Sekolah
Memberikan informasi tentang kemampuan metakognisi, keterampilan
berpikir kritis, dan sikap ilmiah siswa yang dapat dijadikan bahan evaluasi
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4,
dan SMAN 5 kota Tasikmalaya. Pengambilan data dilakukan pada
pertengahan bulan April sampai dengan akhir Mei 2013.
Populasi dalam kegiatan penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA
(Ilmu Pengetahuan Alam) SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, dan
SMAN 5 kota Tasikmalaya. Sampel yang digunakan untuk penelitian adalah
100 orang siswa yang terdiri atas 25 orang SMAN 1, 23 orang SMAN 2, 6
orang SMAN 3, 7 orang SMAN 4, dan 39 orang SMAN 5. Pemilihan sampel
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sampel acak sederhana
(simple random sampling) (Fraenkel dan Wallen, 2006).
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional. Penelitian
korelasional mengkaji tentang hubungan antara dua atau lebih variabel
melalui penghitungan koefisien korelasi (McMillan dan Schumacher, 2001).
C. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah
yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Kemampuan metakognisi dalam penelitian ini meliputi komponen
27
Dea Diella, 2014
pengetahuan prosedural dan pengetahuan kondisional, dan komponen
pengaturan kognisi yang meliputi perencanaan, strategi pengaturan
informasi, monitoring komprehensi, dan evaluasi (Schraw dalam
Lai,2011). Kemampuan metakognisi dijaring dengan soal uraian yang
mengacu pada komponen metakognisi Schraw dan Denison juga
berjenjang C1 sampai C6.
2. Keterampilan berpikir kritis yang dianalisis yang dijaring dalam penelitian
meliputi (a) memberikan penjelasan sederhana, (b) membangun
keterampilan dasar, (c) membuat inferensi, dan (d) mengatur strategi dan
taktik. Keterampilan berpikir kritis dijaring dengan soal tes keterampilan
berpikir kritis berupa Pilihan Ganda (PG) beralasan dan uraian yang
diberikan pada akhir pembelajaran konsep sistem ekskresi.
3. Sikap ilmiah dalam penelitian ini meliputi rasa ingin tahu, skeptis, jujur,
objektif, kritis, dan terbuka. Sikap ilmiah dijaring menggunakan skala
sikap ilmiah yang terdiri atas pernyataan positif dan negatif dengan skala
tertinggi empat dan skala terendah satu.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan non tes.
Jumlah instrumen yang digunakan sebanyak tiga jenis. Berikut merupakan
rincian instrumen yang digunakan dalam penelitian:
1. Soal Uraian Metakognisi Konsep Sistem Ekskresi Manusia.
Soal uraian metakognisi disusun berdasarkan delapan sub komponen
28
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
deklaratif, pengetahuan prosedural, pengetahuan kondisional, perencanaan,
strategi pengaturan informasi, memantau pemahaman, strategi
memperbaiki kesalahan, dan evaluasi. Setiap sub komponen diwakili oleh
satu soal uraian. Penyusunan soal uraian kemampuan metakognisi diawali
dengan penyusunan kisi-kisi dan dilanjutkan dengan pembuatan kunci
jawaban serta pedoman penskoran. Setiap jawaban diskor dengan panduan
rubrik penilaian. Skor untuk setiap pertanyaan adalah tiga, dua, satu dan
nol bergantung pada kriteria yang telah ditetapkan pada rubrik penilaian.
Pada tahap rekap nilai kemampuan metakognisi, siswa yang memperoleh
skor tiga dapat dikategorikan “baik”, skor dua dikategorikan “cukup”,
skor satu dikategorikan “kurang” , dan skor nol berarti siswa tidak mampu
mencapai komponen yang diwakili oleh soal tersebut.
2. Instrumen tes keterampilan berpikir kritis sistem ekskresi manusia
Soal berpikir kritis konsep sistem ekskresi disusun berdasarkan
empat indikator berpikir kritis Ennis. Keempat indikator itu meliputi: (a)
memberikan penjelasan sederhana, (b) membangun keterampilan dasar,
(c) membuat inferensi, dan (d) mengatur strategi dan taktik. Indikator –
indikator tersebut dijabarkan menjadi tujuh sub indikator.
Penyusunan soal tes berpikir kritis diawali dengan pembuatan
kisi-kisis soal. Tabel 3.1 menunjukkan kisi-kisi soal tes keterampilan berpikir
kritis. Kisi-kisi soal tersebut disusun berdasarkan jumlah sub indikator
dan konten konsep sistem ekskresi manusia yang meliputi organ ginjal,
29
Dea Diella, 2014
nomor soal baik berupa pilihan ganda maupun uraian atau keduanya.
Proses berikutnya adalah pembuatan soal, kunci jawaban, dan pedoman
penskoran. Jumlah soal yang digunakan untuk menjaring keterampilan
berpikir kritis adalah 15 butir soal. Soal terdiri atas lima butir soal pilihan
ganda beralasan dan 10 butir soal uraian.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Konsep Sistem Ekskresi Manusia
Indikator Sub Indikator No
Soal
(mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan)
1, 6 2
Menganalisis argumen/sudut pandang (menganalisis alasan yang dikemukakan)
2, 7 2
Bertanya dan menjawab suatu pertanyaan klarifikasi & tantangan
3, 8 2
2. Basic support
(membangun keterampilan dasar)
Menilai kredibilitas suatu sumber (kemampuan memberikan alasan)
9, 10 2
Mengobservasi dan menilai hasil observasi
4, 11 2
3. Membuat inferensi Membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
Menentukan tindakan (merumuskan solusi alternatif)
kritis, dan terbuka. Keenam sikap tersebut dijabarkan menjadi 12
indikator (satu sikap diwakili oleh dua indikator). Setiap indikator
diwakili oleh satu pernyataan positif dan satu pernyataan negatif.
30
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pernyataan. Kisi-kisi skala sikap dapat dilihat di pada Tabel 3.2.
Tanggapan untuk setiap pernyataan pada skala sikap yaitu berupa sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Sikap Ilmiah
Indikator Sikap Nomor Pernyataan
Rasa ingin tahu 1, 2, 3, 4
E. Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Kemampuan Metakognisi dan Keterampilan Berpikir Kritis
Untuk analisis uji coba instrumen tes penguasaan konsep dan tes
keterampilan berpikir kritis dilakukan analisis sebagai berikut :
a. Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sulit, soal yang terlalu mudah akan menyebabkan peserta didik tidak
termotivasi untuk berfikir tingkat tinggi, sedangkan soal yang terlalu sulit
akan menyebabkan siswa berputus asa (Arikunto, 2008: 207). Tingkat
kesukaran merupakan analisis pokok uji untuk menentukan proporsi item
soal yang berada pada tingkat mudah, sedang atau sukar. Tingkat
kesukaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
(Arikunto, 2008: 208)
31
Dea Diella, 2014
Nilai tingkat kesukaran kemudian diinterpretasikan melalui klasifikasi
indeks kesukaran seperti terdapat dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
Nilai Kategori Soal
menentukan kelompok atas (upper group) dan kelompok bawah (lower
group), dengan mengacu pada nilai yang diperoleh berdasarkan tes.
Rumus yang digunakan untuk mencari daya pembeda sebagai berikut:
Keterangan :
DP :daya pembeda
JA :banyaknya peserta kelompok atas JB :banyaknya peserta kelompok bawah
BA :banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB :banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA :proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB :proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
(Arikunto, 2008: 213-214)
Nilai tingkat daya pembeda kemudian diinterpretasi melalui
klasifikasi daya pembeda seperti pada Tabel 3.4
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal
Nilai Kriteria
<0,00 Sangat jelek
0,00-0,20 Jelek
0,21-0,40 Cukup
0,41-0,70 Baik
0,71-1,00 Baik sekali
(Arikunto, 2008: 218)
32
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mampu mengukur
apa yang hendak diukur. Untuk menghitung validitas butir soal pilihan
ganda digunakan teknik korelasi product moment dengan angka kasar
yang dikemukakan oleh Pearson, yakni :
: jumlah kuadrat skor item
Σ Y2
: jumlah kuadrat skor total
Σ XY : jumlah perkalian skor item dan skor total
(Arikunto, 2008: 72)
Nilai validitas yang telah diketahui kemudian diinterpretasi mengenai
besarnya koefisien korelasi menggunakan tabel interpretasi validitas
butir soal seperti pada Tabel 3.5 .
Tabel 3.5 Klasifikasi Validitas Butir Soal
Nilai Kriteria
keajegan suatu instrumen. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
33
Dea Diella, 2014
tetap. Untuk pengujian reliabilitas soal pilihan ganda dapat menggunakan
rumus K-R 21 sebagai berikut :
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
M : rerata skor total n : banyaknya item soal S : standar deviasi dari tes
(Arikunto, 2008:103)
Nilai reliabilitas yang telah diketahui kemudian diinterpretasi
menggunakan tabel interpretasi reliabilitas butir soal seperti pada Tabel
3.6 di bawah ini.
Tabel 3.6 Klasifikasi Reliabilitas Tes
Nilai Kriteria
0,00-0,20 Sangat rendah
0,21-0,40 Rendah
0,41-0,60 Sedang
0,61-0,80 Tinggi
0,81-1,00 Sangat tinggi
Pada penelitian ini, peneliti mencoba mengembangkan sendiri
instrumen untuk menjaring data yang dibutuhkan. Hasil uji coba instrumen
tes keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep adalah sebagai
berikut.
e. Hasil Uji Coba Instrumen
1). Kemampuan Metakognisi
Uji coba dilakukan kepada siswa kelas XI IPA yang telah mendapat
pembelajaran konsep sistem ekskresi. Analisis hasil uji coba instrumen
tes kemampuan metakognisi meliputi validitas, reliabilitas, daya
pembeda, dan tingkat kesukaran, menggunakan program aplikasi Anates
34
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil uji coba, instrumen tes kemampuan metakognisi
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki daya pembeda, tingkat
kesukaran, dan validitas seperti pada Tabel 3.7, sedangkan korelasi xy =
0,57 (cukup) dan reliabilitas sebesar 0,72 (tinggi).
Tabel 3.7 Rekap Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Metakognisi
2). Keterampilan Berpikir Kritis
Uji coba dilakukan kepada siswa kelas XI IPA yang telah mendapat
pembelajaran konsep sistem ekskresi. Analisis hasil uji coba instrumen
tes keterampilan berpikir kritis meliputi validitas, reliabilitas, daya
pembeda, dan tingkat kesukaran, menggunakan program aplikasi Anates
v.4.
Berdasarkan hasil uji coba, instrumen tes keterampilan berpikir kritis
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki daya pembeda, tingkat
kesukaran, dan validitas seperti pada Tabel 3.8, sedangkan korelasi xy =
0,66 (tinggi) dan reliabilitas sebesar 0,79 (tinggi).
35
Uji coba dilakukan kepada siswa kelas XI IPA yang telah mendapat
pembelajaran konsep sistem ekskresi. Analisis hasil uji coba instrumen
angket sikap ilmiah meliputi validitas dan reliabilitas setiap pernyataan
sikap menggunakan program aplikasi Anates v.4.
Instrumen skala sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki korelasi xy sebesar 0,48 (cukup) dan reliabilitas sebesar 0,65
(tinggi). Validitas masing-masing butir pernyataan dapat dilihat pada
Tabel 3.9.
Pernyataan Korelasi Validitas Keterangan
36
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Butir
Asli
Butir Baru
Jenis
Pernyataan Korelasi Validitas Keterangan
15 15 Positif -0,162 - dibuang
16 16 Negatif -0,006 - dibiang
17 17 Positif 0,446 Cukup baik
18 18 Negatif 0,005 Sangat Rendah revisi 19 19 Positif 0,300 Rendah revisi
20 20 Negatif 0,300 Rendah revisi
21 21 Positif 0,888 Sangat tinggi baik 22 22 Negatif 0,225 Rendah revisi
23 23 Positif 0,262 Rendah revisi
24 24 Negatif 0,300 Rendah revisi
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap:
1. Tahap persiapan, yaitu meliputi studi pendahuluan, penyusunan proposal,
kajian teoritis, penentuan sampel dan penyusunan instrumen. Studi
pendahuluan dilakukan dengan penjaringan kemampuan metakognisi
dengan soal uraian pada salah satu kelas IPA. Penyusunan proposal
dilatarbelakangi oleh temuan studi pendahuluan dan dikembangkan
berdasarkan kajian teoritis. Penentuan sampel dilakukan secara acak
sederhana yaitu dengan teknik undian. Penyusunan instrumen mengacu
pada komponen metakognisi dari Schraw dan Denison, indikator
keterampilan berpikir kritis Ennis, kompetensi dasar no 3.5. Instrumen
yang telah disusun kemudian divalidasi oleh ahli dan diujicobakan pada
sekelompok siswa.
2. Tahap pelaksanaan, yaitu :
a. Pemberian informasi kepada siswa tentang metakognisi : siswa-siswa
yang menjadi sampel penelitian diberikan penjelasan tentang pengertian
37
Dea Diella, 2014
b. Pemberian soal metakognisi : soal uraian metakognisi terkait materi
sistem ekskresi diberikan pada siswa setelah mereka mendapatkan
materi tersebut dari guru di sekolah masing-masing.
c. Tes keterampilan berpikir kritis : soal keterampilan berpikir kritis
terkait materi sistem ekskresi manusia diberikan pada siswa setelah
mereka mendapatkan materi tersebut dari guru di sekolah
masing-masing.
d. Pemberian angket skala sikap : angket skala sikap terkait materi sistem
ekskresi manusia diberikan pada siswa setelah mereka mendapatkan
materi tersebut dari guru di sekolah masing-masing.
3. Tahap penyusunan laporan, yaitu meliputi hasil penelitian, analisis data
dan kesimpulan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan satu macam cara pengumpulan data yaitu
melalui tes. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber
data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan, dan instrumen yang
digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel
3.10.
Tabel 3.10 Teknik Pengumpulan Data
No Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan Instrumen
1. Siswa Keterampilan berpikir kritis
38
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan Instrumen
metakognisi kemampuan metakognisi siswa. 3. Siswa Sikap ilmiah
siswa
satu kali Butir pernyataan sikap ilmiah
H. Teknik Analisis Data 1. Kemampuan metakognisi
Skor kemampuan metakognisi dihitung dengan panduan penskoran
soal metakognisi. Skor tersebut juga dijabarkan berdasarkan sub
komponen metakognisi untuk mendapatkan rekap capaian kemampuan
metakognisi. Mengolah skor mentah menjadi nilai berdasarkan rumus
yang dikemukakan oleh Arikunto (2008: 234):
Nilai =
x 100
2. Keterampilan berpikir kritis
Skor keterampilan berpikir kritis dihitung dengan panduan penskoran
soal keterampialn berpikir kritis. Skor tersebut juga dijabarkan
berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis untuk mendapatkan
rekap capaian keterampilan berpikir kritis. Mengolah skor mentah menjadi
nilai berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2008: 234):
Nilai =
x 100
Nilai keterampilan berpikir kritis dikorelasikan dengan nilai
39
Dea Diella, 2014
dan Kendall’tau pada program SPSS. Berikut merupakan tahapan uji
korelasional :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data nilai
metakognisi dan nilai keterampilan berpikir kritis berdistribusi normal
atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 16 for window, yaitu dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Ketentuannnya adalah sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05, maka data berdistribusi normal
Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal
b. Uji Korelasi
Uji korelasi dilakukan untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi (r).
Jenis uji korelasi yang digunakan yaitu uji Pearson jika data
berdistribusi normal atau uji Spearman atau Kendall’s tau jika data
tidak berdistribusi normal.
Tabel 3.11 Interpretasi Koefisien Korelasi (Riduwan dan Akdon, 2006)
Interval Koefisien Kriteria 0,80-1,00 Sangat kuat
0,60-0,799 Kuat
0,40-0,599 Cukup Kuat 0,20-0,399 Rendah 0,00-0,199 Sangat rendah
Berikutnya adalah analisis hubungan secara deskriptif antara indikator
berpikir kritis capaian siswa dengan sub komponen metakognisi capaian
siswa.
40
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Analisis regresi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan
menggunakan variabel bebas. Pada penelitian ini menggunakan regresi
sederhana dengan kemampuan metakognisi sebagai variabel bebas,
keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah sebagai variabel terikat.
Uji regresi dilakukan dengan bantuan program SPSS.
3. Sikap Ilmiah
Skor sikap ilmiah siswa diolah dengan merujuk pada pengolahan
skala Likert. Total skor setiap siswa diperoleh dari :
Total Skor =
x 100
Skor untuk setiap pernyataan diolah dengan cara berikut :
Skor pernyataan=
x 100%
(Riduwan dan Akdon, 2006)
Kriteria Interpretasi Skor
Angka 0% - 20% = sangat lemah Angka 21% - 40% = lemah Angka 41% - 60% = cukup Angka 61% - 80% = kuat
Angka 81% – 100%= sangat kuat
Nilai sikap ilmiah dikorelasikan dengan nilai kemampuan metakognisi
dengan menggunakan uji Pearson atau Spearman pada program SPSS.
Tahapan uji korelasi sama dengan yang dijelaskan pada poin 2.
41
Dea Diella, 2014
I. Alur Penelitian
Pengambilan data
Tes Keterampilan berpikir kritis Rumusan Masalah
Penyusunan Proposal
Penyusunan Instrumen
Judgement & uji coba
instrumen Seminar proposal
Revisi Proposal
Tes Kemampuan metakognisi
Tes Sikap Ilmiah
Pengolahan dan analisis data
Kesimpulan dan Pelaporan Pemberian informasi
26
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Dea Diella, 2014
BAB V
Kesimpulan dan Saran A.Kesimpulan
Kemampuan metakognisi berhubungan positif dan signifikan dengan
keterampilan berpikir kritis konsep sistem ekskresi manusia. Besarnya nilai
korelasi antara kedua kemampuan menunjukkan korelasi cukup kuat.
Sedangkan hubungan antara kemampuan metakognisi dan sikap ilmiah pada
konsep yang sama, menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.
Kemampuan metakognisi pada konsep sistem ekskresi manusia memiliki
rata-rata nilai yang rendah. Capaian skor untuk setiap sub komponen secara
berurutan dari yang tertinggi sampai terendah yaitu evaluasi, pengetahuan
prosedural, pengetahuan kondisional, perencanaan, strategi pengaturan
informasi, memantau pemahaman, pengetahuan deklaratif, dan strategi
memperbaiki kesalahan.
Keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep sistem ekskresi manusia
menunjukkan rata-rata yang rendah. Capaian skor untuk setiap sub indikator
secara berurutan dari yang tertinggi sampai terendah yaitu mengalisis argumen,
memfokuskan atau merumuskan pertanyaan, menetukan tindakan, membuat
induksi, menjawab pertanyaan klarifikasi (tantangan), menilai kredibilitas, dan
mengobservasi .
Sikap ilmiah siswa pada konsep sistem ekskresi manusia memiliki
rata-rata skor yang cukup baik. Skor untuk sikap rasa ingin tahu, skeptis, jujur,
73
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B.Saran
Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian
diantaranya:
1. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji hubungan metakognisi dengan jenis
penalaran tingkat tinggi lainnya dan pengaruhnya terhadap proses dan hasil
belajar siswa.
2. Penalaran tingkat tinggi seperti metakognisi dan berpikir kritis harus
dilatihkan secara berkala pada siswa.
3. Guru hendaknya mengenalkan, mengembangkan, dan mengajak siswa
menggunakan kemampuan metakognisi pada setiap kegiatan belajar
mengajar.
4. Pihak sekolah dapat memfasilitasi guru untuk melakukan pemantauan
74
Dea Diella, 2014
Daftar Pustaka
Anderson et al. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,
dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumu Aksara
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
(Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA). Jakarta: Badan
Standar Nasional Pendidikan
Campbell et al. (2008). Biology eight edition. San Fransisco: Pearson education
Inc
Carin, A.A. (1997). Teaching Science Through Discovery Eight edition.New
Jersey: Prentice-Hall,Inc
Chanchaichaovivat, A., Panijpan, B., dan Ruenwongsa, P. (2009). Enhancing
Conceptual Understanding and Critical Thinking with Experiential Learning: A Case Study with Biological Control. Dalam Asian Journal of Food and Agro-Industry [Online] Vol (-) 20 halaman. Tersedia:
www.ajofai.info [7 Februari 2012]
Chaplin. (2007). A Model of Student Success: Coaching Students to Develop Critical Thinking Skills In Introductory Biology Courses. Dalam International Journal for the Shcolarship of Teaching and Learning
[Online] Vol 1 (No 2) 7 halaman. Tersedia:
http://www.georgiasouthern.edu/ijsotl [13 Februari 2012]
Costa, L.A. (1985). Developing Mind-A Resource Book for Teaching
Thinking.Virginia: Association for Supervision and Curriculum
Development
75
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Flavel, J. (1979). Metacognition Theory. [Online] Tersedia:
http://www.lifecircles-inc.com/Learningtheories/constructivism/flavell.html. (3 desember 2012)
Fraenkel, J.R dan Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in
Education (Sixth Edition. New York: McGraw-Hill
Garrill. (2011). Adding an Extra Dimension to What Students See through the
Light Microscope: A Lab Exercice Demonstrating Critical Analysis for Micriscopy Students. Dalam CBE-Life Sciences Education [Online] Vol
10 6 halaman. Tersedia:
http://www.lifescied.org/content/10/4/430.full.pdf+html?sid=ea779d07-9813-40bb-bce4-4585e3b6bf66 [22 Februari 2012]
King, FJ., Goodson, L., dan Rohani, F. (1998). Higher Order Thinking
Skills.[Online] Tersedia: www.cala.fsu.edu.[10 februari 2012]
Ku, K.Y.L dan Ho,I.T. (2010). Metacognitive Strategy that Enhance critical
Thinking. Dalam Springerlink [Online] Vol 5 (No 3). Tersedia:
http://www.springerlink.com/content/h51t66v655167701/.[9 Juni 2012]
Lai, E.R. (2011). Metacognition: a Literature Review. [Online] Tersedia:
www.pearsonassessments.com/.../metacognition_literature_review_Final.p
df. [1 Agustus 2012]
Lazarowitz, R dan Penso, S. (1992). High School Student Difficulties in Learning
Biology Concepts”. Dalam Journal of Biology Education [Online] Vol 3. Tersedia:
http://www.tandfonline.com/abs/10.1080/002/9266.1992.9655276#previe
76
Dea Diella, 2014
Livingston, J.A. (1997). Metacognition: An Overview Jennifer A.Livingston.
[Online] Tersedia: http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm.
[23 Agustus 2013]
Magno, C. (2010). The Role of Metacognitive Skills in Developing Critical
Thinking. [Online] Tersedia: http//www.academia.edu. [23 Agustus 2013]
Marzano, R.J dan Kendall, J.S. (2008). Designing and Assessing Educational
Objectives. California: Corwin Press
Matlin, M.W. (1994). Cognition third edition. Florida: Harcourt Brace Publishers
McMillan, J.H dan Schumacher,S. (2001). Research in Education: a Conceptual
Introduction ( fifth edition).Longman
Poedjiadi, A. (2001). Pengantar Filsafat Ilmu bagi Pendidik. Bandung : Penerbit
Schraw, G dan Dennison, R.S. (1994). Assessing Metacognitive Awareness.Dalam
Contemporary Educational Psychology [Online] Vol 19, 5 halaman.
Tersedia: josotl.indiana.edu/article/download/1891/1876. [12 desember
2012]
Stiggins, R. J. (1994). Student-centered Classroom Assessment. New York:
Macmillan College Publishing Company.
Tanner, K. (2012). Promoting Student Metacognition. Dalam CBE - Life Sciences
Education [Online] Vol 11, 8 halaman. Tersedia:
http://www.lifescied.org/content/11/2/113.full.pdf+html. [7 Juni 2012]
Tata. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berorientasi Teori Van Hiele. Tesis Jurusan Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana
77
Dea Diella, 2014
Hubungan Kemampuan Metakognisi dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tosun, C dan Senocak, E. (2013). The Effect of Problem-Based Learning on
Metacognitive Awareness ad Attitudes toward Chemistry of Prospective Teachers with Different Academic Backgrounds. Dalam Australian Journal of Teacher Education [Online] Vol 38, 14 halaman. Tersedia:
http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol38/iss/4. [3 September 2013]
Quitadamo. (2007). Learning to Improve: Using Writing to Increase Critical Thinking Performance in General Education Biology. Dalam CBE-Life
Sciences Education [Online] Vol 6, 15 halaman. Tersedia:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1885902/. [7 Februari
2012]
Quitadamo. (2008). Community-based Inquiry Improves Critical Thinking in
General Education Biology. Dalam CBE-Life Sciences Education [Online]
Vol 7, 11 halaman. Tersedia:
http://www.lifescied.org/content/7/3/327.full.pdf+html. [7 Februari 2012]
Vitriani, I.R. (2012). Analisis Wacana Sistem Ekskresi pada Buku Pelajaran IPA
Terpadu SMP dan Buku Pelajaran Biologi SMA. Tesis Jurusan Pendidikan
IPA Konsentrasi Pendidikan Biologi Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan
White et al. (2009). The Use of Interrupted Case Studies to Enhance Critical
Thinking Skills in Biology. Dalam Journal of Microbiology and Biology
Education [Online] Vol 10, 7 halaman. Tersedia: