PROFIL KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI TERMOKIMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kimia
Oleh
AFRIDA EKAYANTI 0909153
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Termokimia
Oleh Afrida Ekayanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Afrida Ekayanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
AFRIDA EKAYANTI
PROFIL KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI
TERMOKIMIA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Prof. Dr. Liliasari, M.Pd.
NIP: 194909271978032001
Pembimbing II
Dr. Nahadi, M.Pd., M.Si.
NIP: 197102041997021002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Dr.rer.nat.H.Ahmad Mudzakir, M.Si.
v Afrida Ekayanti, 2014
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Penjelasan Istilah ... 4
BAB II KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK TERMOKIMIA ... 5
A. Keterampilan Berpikir Kritis ... 5
B. Alat Ukur Berpikir Kritis ... 7
C. Analisis Butir Soal ... 10
D. Analisis Konsep Materi Termokimia ... 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 18
A. Metode Penelitian ... 18
B. Alur Penelitian ... 18
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 20
D. Instrumen Penelitian ... 20
E. Teknik Analisis Data ... 21
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28
A. Temuan Hasil Penelitian ... 29
1. Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Berdasarkan Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 29
2. Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Ketiga Peringkat Sekolah ... 32
3. Analisis Pemahaman Konsep Siswa ... 41
4. Observasi Pembelajaran Termokimia ... 43
5. Analisis Butir Soal Berpikir Kritis pada Topik Termokimia yang Bermasalah ... 44
vi Afrida Ekayanti, 2014
B. Pembahasan ... 46
1. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA untuk Setiap Sub Indikator Berpikir Kritis pada Materi Termokimia ... 46
2. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Ketiga Peringkat Sekolah ... 48
3. Penguasaan Konsep Siswa ... 52
4. Hubungan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dengan Pembelajaran Termokimia di Sekolah ... 53
5. Analisis Butir Soal Bermasalah ... 56
6. Analisis Soal yang Bermasalah ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 58
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
vii Afrida Ekayanti, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Analisis Konsep Termokimia... 13
3.1 Kriteria Kemampuan Siswa ... 22
3.2 Tafsiran Harga Sebaran Siswa ... 22
3.3 Kategori Validitas Butir Soal ... 24
3.4 Klasifikasi Reliabilitas ... 25
3.5 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda ... 26
3.6 Klasifikasi Indeks Tingkat Kesukaran ... 27
4.1 Keterampilan Berpikir Kritis pada Materi Termokimia ... 28
4.2 Persentase Skor untuk Setiap Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis (KBKr) pada Setiap Kelompok Siswa ... 29
4.3 Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA untuk Setiap Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 31
4.4 Sebaran Siswa pada KBKr dalam Menganalisis Argumen ... 33
4.5 Sebaran Siswa pada KBKr dalam Mempertimbangkan Kredibilitas Sebuah Sumber ... 35
4.6 Sebaran Siswa pada KBKr dalam Membuat Deduksi dan Menilai Hasil Deduksi ... 37
4.7 Sebaran Siswa pada KBKr dalam Membuat dan Mempertimbangkan Keputusan yang Bernilai ... 39
4.8 Pemahaman Konsep Untuk Setiap Kelompok Siswa ... 42
4.9 Hasil Observasi Pembelajaran Termokimia... 44
4.10 Persentase pola jawaban siswa pada soal nomor Sembilan ... 45
4.11 Persentase pola jawaban siswa pada soal nomor lima belas ... 45
4.12 Persentase pola jawaban siswa pada soal nomor tujuh belas ... 45
viii Afrida Ekayanti, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Alur Penelitian ... 19
4.1 Persentase Skor Rata-rata KBKr Setiap Kelompok Siswa pada
Setiap Sub Indikator ... 30
4.2 Grafik Persentase Sub Indikator Menganalisis Argumen pada
Setiap Peringkat Sekolah ... 34
4.3 Grafik Persentase Sub Indikator Mempertimbangkan Kredibilitas
Suatu Sumber pada Setiap Kelompok Siswa ... 36
4.4 Grafik Persentase Sub Indikator Membuat Deduksi dan Menilai
Hasil Deduksi pada Setiap Kelompok Siswa ... 38
4.5 Grafik Persentase Sub Indikator Membuat dan Mempertimbangkan
Keputusan yang Bernilai pada Setiap Kelompok Siswa ... 41
4.6 Perbandingan Rata-Rata Pemahaman Konsep Siswa pada Setiap
ix Afrida Ekayanti, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN
A.1 Kisi-Kisi Berpikir Kritis ... 63
A.2 Angket ... 78
A.3 Format Observasi Kelas ... 79
LAMPIRAN B PENGOLAHAN DATA B.1 Hasil Tes Tertulis ... 80
B.2 Analisis Data Keterampilan Berpikir Kritis untuk Setiap Sub Indikator 88
B.3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menganalisis Argumen ... 95
B.4 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Mempertimbangkan Kredibilitas Suatu Sumber ... 99
B.5 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Membuat Deduksi dan Menilai Hasil Deduksi ... 103
B.6 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Mempertimbangkan Keputusan yang Bernilai ... 107
B.7 Analisis Pemahaman Konsep Siswa ... 113
B.8 Uji Normalitas Berdasarkan Kelompok ... 120
B.9 Hasil Rekapitulasi Angket Siswa ... 125
B.10 Analisis Butir Soal ... 132
LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN C.1 Surat Izin Penelitian ... 140
ii
Afrida Ekayanti, 2014
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada
iii
Afrida Ekayanti, 2014
ABSTRACT
This study aims to describe the critical thinking skills of high school students in the thermochemistry. High school students' critical thinking skills were measured using a critical thinking’s two-tier multiple choice test instrument. This study used a descriptive method. Subjects were 162 high school students in three high school cluster of high, medium and low at Bandung. Data were obtained through written tests, questionnaires and observation sheets. The profiles under studied include the skills to analyzing arguments, judging the credibility of a source, deducing and judging deduction, and making and judging value judgments. The result showed
that students from high and middle clusters’ ability in analyzing argument were
identified as sufficient; while the students from low clusters’ ability in the same
1 Afrida Ekayanti, 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Era globalisasi memberi dampak yang cukup luas dalam berbagai aspek
kehidupan. Pada era ini, individu dituntut memiliki kemampuan berpikir yang
baik dalam membaca dan menganalisis permasalahan yang ada agar diperoleh
suatu tindakan yang tepat. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam
kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama
dalam upaya memecahkan permasalahan yang ada. Salah satu kecakapan hidup
(life skill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah
keterampilan berpikir, salah satunya keterampilan berpikir kritis (Depdiknas,
2003).
Berpikir kritis dalam pendidikan dapat digunakan sebagai (i) persiapan untuk
berpikir dalam berbagai disiplin ilmu, (ii) persiapan menuju intelektual yang
mandiri, dan (iii) persyaratan dari hak-hak siswa untuk diperlakukan dengan
hormat (Schelecht, 1991). Keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran
diperlukan untuk mempersiapkan siswa agar memiliki pola pikir kritis sehingga
mampu mengevaluasi, membedakan, dan menentukan sesuatu hal dalam
kehidupan sehari-hari.
Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia
mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. Pembelajaran kimia di SMA
lebih banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman.
Pembelajaran kimia di sekolah terpaku pada menyampaikan pengetahuan kimia
kepada siswa, menyuruh siswa menghapal pengetahuan, mengajarkan
pengetahuan kimia, dan mengajar untuk menyelesaikan target kurikulum
(Rustaman, 2009). Siswa juga kurang dilatih mengembangkan daya pikirnya
dalam memecahkan permasalahan, mengaplikasikan konsep-konsep yang telah
2
Afrida Ekayanti, 2014
Keterampilan berpikir kritis perlu dikuasai oleh semua orang karena dapat
digunakan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain untuk pengambilan
keputusan yang bijaksana dalam kehidupannya sehari-hari (Redhana dan Lilisari,
2008). Berpikir kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari pihak lain, tapi
juga melakukan pencarian, dan bila diperlukan akan mengukuhkan keputusan
sampai ia yakin bahwa informasi itu sesuai dengan penalarannya dan didukung
oleh bukti atau informasi. Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis, akan
mampu mengevaluasi, membedakan dan menentukan apakah suatu informasi
benar atau salah.
Dalam sebuah survei on-line lebih dari 10.000 siswa SMA di seluruh bangsa
menyatakan lebih dari 40% menjawab bahwa sekolah tidak memberikan
pengalaman keterampilan hidup dan lebih dari sepertiga dinilai bahwa siswa
masih kurang diberikan kemampuan berpikir kritis di sekolah. Siswa sendiri
mengakui pentingnya keterampilan berpikir kritis dalam hal kemampuan mereka
untuk berhasil sebagai orang dewasa muda. Kebutuhan penting untuk berpikir
kritis di dalam dan di luar pembelajaran formal dalam kehidupan sehari-hari,
hubungan, pilihan etis, dan dalam pemeliharaan dan pengembangan demokrasi
partisipatif tumbuh semakin jelas. Selain itu, perkembangan informasi melalui
internet hanya akan dikelola secara efektif oleh individu dengan kemampuan
berpikir berkembang dengan baik (Marlin dan Halpern, 2011).
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka perlu dilakukan
penelitian guna mengetahui lebih jauh lagi tentang gambaran secara faktual dan
akurat mengenai seberapa jauh keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Topik
yang dipilih untuk meneliti keterampilan berpikir kritis siswa adalah topik
termokimia. Termokimia merupakan salah satu topik kimia yang abstrak tetapi
contohnya dapat dilihat. Konsep termokimia membutuhkan kemampuan abstraksi
dan visualisasi yang tinggi, sehingga keterampilan berpikir siswa dapat terlatih.
Konsep ini dapat menyediakan masalah-masalah kompleks yang dapat menantang
siswa menerapkan sejumlah keterampilan, seperti menganalisis dan mengajukan
argumen, memberikan klarifikasi, memberi bukti, memberi alasan, menganalisis
3
Afrida Ekayanti, 2014
informasi. Keterampilan-keterampilan ini merupakan keterampilan berpikir kritis
(Redhana, 2009). Diharapkan topik termokimia dapat bertindak sebagai wahana
untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa SMA.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kartimi (2013) telah dikembangkan
alat ukur berpikir kritis. Alat ukur yang telah dikembangkan dapat mengukur
keterampilan berpikir kritis siswa pada indikator berpikir kritis yaitu memberikan
penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar
(basic support), menyimpulkan (interference), membuat penjelasan lebih lanjut
(advanced clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Alat ukur
tersebut menggunakan konsep hidrokarbon, termokimia, dan kesetimbangan
kimia, serta telah diujikan di wilayah Jawa Barat yaitu di Kota Cirebon,
Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majelangka. Alat ukur ini mampu
membedakan keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan konsep dan
karakteristik wilayah. Oleh karena itu, ingin dilakukan penelitian lanjutan tentang
keterampilan berpikir kritis siwa SMA di Kota Bandung pada konsep termokimia
menggunakan alat ukur yang telah dikembangkan oleh Kartimi (2013).
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
dapat mengidentifikasi permasalahan pokok dalam penelitian ini, yaitu
bagaimana profil keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi termokimia? Untuk lebih jelasnya, permasalahan ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keterampilan berpikir kritis siswa SMA untuk setiap sub
indikator keterampilan berpikir kritis pada materi termokimia?
2. Bagaimanakah keterampilan berpikir kritis siswa untuk setiap kategori
SMA pada masing-masing sub indikator keterampilan berpikir kritis pada
materi termokimia?
3. Bagaimana penguasaan konsep siswa pada materi termokimia untuk
setiap kategori SMA?
4. Bagaimanakah hubungan keterampilan berpikir kritis siswa dengan
4
Afrida Ekayanti, 2014
5. Adakah soal-soal yang bermasalah berdasarkan implementasi yang
dilakukan?
6. Bagaimana hasil analisis butir-butir soal yang bermasalah pada ketiga
kategori SMA?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis profil keterampilan berpikir
kritis siswa SMA pada materi termokimia untuk setiap kategori SMA.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah, memberikan informasi dan gambaran mengenai
keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi termokimia.
2. Bagi guru, dapat menjadi masukan tentang profil keterampilan berpikir
kritis siwa sehingga dapat ditindaklanjuti lebih dalam mengenai
keterampilan berpikri kritis siswa pada topik pembelajaran yang lain.
3. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan bahan informasi yang memiliki minat
untuk memerlukan penelitian lebih lanjut yang berkenaan dengan
keterampilan berpikir kritis.
E. Penjelasan Istilah
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam
penelitian, maka istilah-istilah yang digunakan dijelaskan sebagai berikut:
1. Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang berdasarkan nalar yang
difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan
menurut Ennis (1991).
2. Profil adalah grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal
khusus (KBBI, 2003). Profil yang dimaksud pada penelitian ini adalah grafik
atau ikhtisar mengenai keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi
termokimia.
18 Afrida Ekayanti, 2014
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Penelitian ini dirancang untuk membuat deskripsi atau gambaran secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta fenomena pembelajaran.
Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi
hanya mengambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan
(Sukardi, 2007). Penelitian ini juga sering disebut non-eksperimen, karena pada
penelitian ini tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Pada
penelitian ini yang akan dideskripsikan adalah profil keterampilan berpikir kritis
siswa SMA pada materi termokimia.
B. Alur Penelitian
Alur penelitian merupakan alur yang berisi tahap-tahap kegiatan yang akan
peneliti lakukan dalam melaksanakan penelitian. Alur penelitian tersebut disajikan
dalam bentuk bagan pada Gambar 3.1.
Berdasarkan alur penelitian pada Gambar 3.1 langkah-langkah penelitian
yang ditempuh dapat diuraikan sabagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Studi pendahuluan mengenai keterampilan berpikir kritis dan penelitian
tentang keterampilan berpikir kritis.
b. Analisis instrumen tes, pengembangan angket dan lembar observasi
pembelajaran.
c. Pemilihan sampel berdasarkan passing grade SMA yang dikelompokkan
19
Afrida Ekayanti, 2014
Gambar 3.1. Alur penelitian
Analisis data
Tahap Penyelesaian
Pembahasan
Kesimpulan
Implementasi instrumen pada 3 SMAperingkat 1,2, dan 3 yang
Instrumen penelitian Studi pendahuluan
PenggandaanInstrumen (test) dan pengembangan angket
Tahap Persiapan
Pemilihan subjek berdasarkan peringkat SMA
Angket
Tahap Pelaksanaan
20
Afrida Ekayanti, 2014
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meluputi implementasi instrumen penelitian
yaitu:
a. Lembar observasi pembelajaran digunakan untuk mengetahui sub
indikator berpikir kritis yang digunakan selama pembelajaran
termokimia di sekolah.
b. Tes tertulisyang dilakukan adalah instrumen tes berpikir kritis.
Intrumen tes berupa tes pilihan ganda beralasan sebanyak 30 soalyang
diujikan pada tiga sekolah dengan cluster yang berbeda setelah
pembelajaran termokimia.
c. Angket yang diujikan berupa tanggapan siswa terhadap pembelajaran
termokimia.
3. Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian adalah pengumpulan data kemudian dianalisis
dan menarik kesimpulan dan saran dari penelitian.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada beberapa SMA Negeri di kota Bandung.
Objekpenelitian berupainstrumentesberpikir kritis pada materi termokimia.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI yang ada di kota
Bandung dengan kategoriperingkat sekolah tinggi, sedang dan rendah. Kategori
yang dibuat berdasarkan Passing Grade SMA.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes tertulis, angket
dan lembar observasi.
1. Tes tertulis yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda
beralasan. Adapun jumlah soal yang diberikan adalah 30 soal. Tes
digunakan untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa SMA
21
Afrida Ekayanti, 2014
2. Angket yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui tanggapan
siswa selama pembelajaran termokimia. Angket disusun berdasarkan sub
indikator keterampilan berpikir kritis yang diukur pada tes tertulis.
3. Lembar observasi pembelajaran digunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui apakah selama pembelajaran siswa diajarkan berpikir kritis.
Format observsi penilaian disusun berdasarkan sub indikator berpikir kritis
yang diukur pada tes tertulis.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data maksudnya adalah cara mengolah data hasil penelitian.
Data yang diperoleh berupa hasil tes tertulis dan data angket. Berikut ini adalah
teknik analisis data terhadap instrumen yang digunakan.
1. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
a. Memberi skor mentah pada setiap jawaban tertulis berdasarkan kriteria
yang dibuat. Kriteria pengskoran sebagai berikut:
1) Skor 2 jika pilihan jawaban benar, pilihan alasan benar
2) Skor 1 jika pilihan jawaban benar, pilihan alasan salah atau pilihan
jawaban salah, pilihan alasan benar.
3) Skor 0 jika jawaban maupun alasan salah.
b. Mengubah skor mentah ke dalam bentuk persentase berdasarkan rumus
sebagai berikut:
NP = × 100%
Keterangan:
NP : nilai persen
R : skor mentah, yang diperoleh siswa
SM : skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
c. Menentukan kategori kemampuan untuk masing-masing siswa berdasarkan
skala kategori kemampuan menurutKoenjtaraningrat (1997)yang dapat
22
Afrida Ekayanti, 2014
Tabel 3.1 Kategori Kemampuan Siswa
Nilai (%) Kategori Kemampuan
81 – 100 Sangat baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
0 – 20 Sangat kurang
d. Menentukan sebaran jumlah siswa pada setiap kategori kemampuan
berdasarkan rumus:
a = × 100%
Keterangan:
a : sebaran jumlah siswa pada setiap kategori kelompok ∑X : jumlah siswa pada setiap kelompok dalam setiap kategori ∑Y : jumlah keseluruhan siswa pada setiap kategori kelompok
e. Menafsirkan kategori harga sebaran berdasarkan tabel tafsiran harga
persentasi pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Tafsiran Harga Sebaran Siswa
Sebaran Siswa (%) Tafsiran
0 Tidak ada
1 – 25 Sebagian kecil
26 – 49 Hampir separuhnya
50 Separuhnya
51 – 75 Sebagian besar
76 – 99 Hampir seluruhnya
100 Seluruhnya
f. Analisis berikutnya adalah uji beda rata-rata penguasaan konsep siswa
dengan menggunakan teknik statistika anova satu faktor. Analisis ini
bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan signifikan pada
penguasaan konsep termokimia untuk setiap peringkat sekolah (tinggi,
23
Afrida Ekayanti, 2014
Uji beda rata-rata menggunakan teknik anova satu faktor pada alfa
0,05 (taraf kepercayaan 95%) unutk menguji hipotesis; H0 = tidak ada
perbedaan yang signifikan dan H1 = ada perbedaan yang signifikan.
Ketentuan untuk menguji hipotesis tersebut adalah jika Fhitung< Ftabel maka
H0 diterima dan jika Fhitung> Ftabel maka H0 ditolak.
Sebelum diuji menggunakan teknik anova satu faktor sampel diuji
terlebih dahulu normalitas dan homogenitasnya karena syarat untuk
melakukan uji beda rata-rata anova satu faktor adalah sampel terdistribusi
normal dan setiap kelompok sampel memiliki homogenitas yang sama. Uji
normalitas dilakukan menggunakan Kolmogorof-Smirnov pada alfa 0,05
dengan ketentuan jika nilai sig (signifikansi atau nilai probabilitas) < 0,05
maka data terdistribusi normal dan jika nilai sig > 0,05 maka data sampel
tidak terdistribusi normal. Uji homogenitas menggunakan Levene pada
alfa 0,05 dengan ketentuan jika nilai signifikansi (probabitas) < 0,05 maka
kelompok sampel homogen dan jika nilai signifikansi > 0,05 maka
kelompok sampel tidak homogen.
Jika data sampel tidak terdistribusi normal dan setiap kelompok
sampel tidak homogen, maka dilakukan analisis menggunakan Kruskal
Wallis (statistik non parametrik). Uji beda rata-rata Kruskal Wallis pada
alfa 0,05 (taraf kepercayaan 95%) menguji hipotesis; H0 = tidak ada
perbedaan yang signifikan dan H1 = ada perbedaan yang signifikan.
Ketentuan untuk menguji hipotesis tersebut adalah jika signifikansi > 0,05
maka H0 diterima dan signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.
Uji anova satu faktor hanya dapat melihat ada tidak adanya
perbedaan rata-rata. Tidak sampai kepada mengetahui, mana yang berdeda
signifikan. Untuk mengetahui pengetahuan konsep siswa mana yang lebih
baik diantara ketiga peringkat sekolah dilakukan uji LSD (Ruseffendi,
1998). Perhitungan uji statistik untuk analisis data pada penelitian ini
24
Afrida Ekayanti, 2014
2. Analisis Butir Soal
Analisis butir soal bertujuan untuk mengetahui kualitas butir soal yang
diimplementasikan. Analisis butir soal dalam penelitian ini meliputi validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
a. Validitas
Pada penelitian ini validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan
rumus korelasi product moment pearson:
= −
2− 2 2− 2 Keterangan:
= Koefisien korelasi antara variabel dan variabel
= Skor siswa pada tiap butir soal
= Skor total tiap responden (siswa)
= jumlah peserta tes
Dan selanjutnya untuk menentukan apakah nilai validitas butir soal yang
diperoleh di atas termasuk ke dalam kelompok validitas tinggi, sedang atau
rendah, digunakan patokan seperti yang dikemukakan oleh Suherman (1990)
dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kategori Validitas Butir Soal
Besarnya rxy Interpretasi
0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi
0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup
0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah
0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat rendah
25
Afrida Ekayanti, 2014
Pokok uji yang valid memiliki koefisien kolelasi pada rentang 0,14 –
0,48yang nilai lebih besar dai r tabel (0,13). Rata-rata koefisien validitas butir
soal yaitu 0,25 yang termasuk kriteria rendah.
b. Reliabilitas
Penentuan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan rumus Belah Ganjil dan Genap sebagai berikut:
11 = 2�
1 +�
Keterangan:
11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
� = korelasi tiap item soal ganjil dan genap
Tolak ukur untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas soal digunakan
kriteria menurut Suherman (1990). Penafsiran harga korelasi reliabilitas dapat
dilihat dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Klasifikasi Reliabilitas
Besarnya r11 Interpretasi
0,80 <r11≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 <r11≤ 0,80 Tinggi
0,40 <r11≤ 0,60 Sedang
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah
r11≤ 0,20 Sangat rendah
Kriteria: r hitung>r tabel, maka butir soal dikatakan reliabel.
Nilai reliabilitas yang diperoleh yaitu 0,51, yang termasuk kategori
sedang.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat
membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan
26
Afrida Ekayanti, 2014
butir soal dalam penelitian ini digunakan rumus (Kusaeri & Suprananto, 2012)
yaitu:
DP = −
� Keterangan:
DP = indeks daya pembeda soal
= jumlah jawaban benar pada kelompok atas
= jumlah jawaban benar pada kelompok bawah � = jumlah siswa kelompok atas
Kriteria penafsian daya pembeda suatu butir soal menurut Suherman
(1990) yang dapat dilihat dalam Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Klasifikasi
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 <DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
Rata-rata daya pembeda butir soal tes keterampilan berpikir kritis pada
konsep termokimia yaitu 0,40, yang tergolong cukup.
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah adalah peluang menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
indeks. Penentuan tingkat kesukaran soal dalam penelitian ini digunakan rumus
(Kusaeri & Suprananto, 2012) yaitu:
IK = ℎ � � �
27
Afrida Ekayanti, 2014
Klasifikasi indeks tingkat kesukaran soal dapat menggunakan kriteria
Suherman (1990) dalam Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Klasifikasi Indeks Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran Klasifikasi
IK= 0,00 Terlalu sukar
0,00 <IK ≤ 0,30 Sukar
0,30 <IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 <IK ≤ 1,00 Mudah
IK = 1,00 Sangat mudah
Rata-rata tingkat kesukaran butir soal tes keterampilan berpikir kritis
58 Afrida Ekayanti, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan pada
bab IV, maka dapat diambil kesimpulan tentang keterampilan berpikir kritis
siswa pada materi termokimia secara keseluruhan menunjukkan kemampuan
kurang.
1. Keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada setiap sub indikator
menganalisis argumen tergolong kategori cukup; sub indikator menilai
kredibilitas suatu sumber tergolong kategori kurang; sub indikator
membuat deduksi dan menilai hasil deduksi tergolong kategori kurang;
sub indikator membuat dan mempertimbangkan keputusan yang bernilai
tergolong kriteria kurang.
2. Keterampilan menganalisis argumen pada kelompok tinggi dan sedang
tergolong kategori cukup, sedangkan kelompok rendah tergolong
kategori kurang; keterampilan berpikir kritis siswa dalam
mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber pada kelompok tinggi dan
rendah tergolong kategori cukup, sedangkan siswa kelompok sedang
tergolong kategori kurang; keterampilan membuat deduksi dan menilai
hasil deduksi pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah tergolong
kategori kurang; dan keterampilan membuat dan mempertimbangkan
keputusan yang bernilai pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah
tergolong kategori kurang.
3. Pemahaman konsep siswa pada materi termokimia untuk peringkat
sekolah tinggi, sedang, dan rendah masih kurang. Pemahaman konsep
termokimia yang tertinggi adalah konsep perubahan entalpi standar dan
pemahaman konsep yang terendah adalah energi ikatan.
4. Pembelajaran termokimia di sekolah dapat melatih dan mengukur
keterampilan berpikir kritis siswa. Sub indikator berpikir kritis yang
59 Afrida Ekayanti, 2014
berpikir kritis yang terendah adalah sub indikator membuat dan
mempertimbangkan keputusan yang bernilai.Hasil observasi
menunjukkan sub indikator keterampilan berpikir kritis yang diajarkan
adalah sub indikator menganalisis argumen di peringkat sekolah tinggi
dan sedang, sub indikator mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber
hanya diajarkan di peringkat sekolah tinggi, sedangkan sub indikator
membuat deduksi dan menilai hasil deduksi serta membuat dan
mempertimbangkan keputusan yang bernilai tidak diajarkan di sekolah.
5. Soal tes keterampilan berpikir kritis pada konsep termokimia yang
diimplementasikan terdapat empat soal yang tidak valid yaitu soal nomor
9, 15, 17, dan 20. Pola jawaban siswa yang tertinggi adalah pola jawaban
benar dan alasan salah. Pola jawaban siswa yang terendah adalah pola
jawaban salah dan alasan benar.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penelitian adalah:
1. Bagi guru, dalam pembelajaran kimia diharapkan siswa tidak hanya
diajarkan mengenai pemahaman konsep tetapi dapat dilatih kemampuan
berpikir kritis siswa.
2. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat mengukur keterampilan berpikir
60
Afrida Ekayanti, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, M, dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIA UPI.
Baron, J.B. and Sternberg, R.J. (1987). Teaching Thinking Skills: Theory and Practice. New York: W. H. Freeman & Company.
Brady, J.E. (1999). Kimia Universitas Asas & Struktur, Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.
Costa, A. L. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Ennis, R. H. (1996). Critical Thinking. New York: Prentice Hall.
Fajar, R. B. (2011). Profil keterampilan berpikir kritis siswa SMA kelas XI pada pembelajaran faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray (TSTS). Skripsi. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan.
Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Fisher, R. (1995). Thinking Children to Think. Cheltenham, United Kingdom: Stanley Thorner Ltd.
HAM, M. (2002). Ilmu Kimia Jilid 2 untuk Kelas 2 SMU/MA. Bandung: Arcaya Media Utama.
Herron, J. D., Cantu, L. L., Ward, R., and Srinivasan, V. (1977). “Problems
Associated with Concept Analysis”. Paper for Associate Professor of
Science Education. 185-199.
61
Afrida Ekayanti, 2014
Kartimi. (2013). Pengembangan alat ukur keterampilan berpikir kritis kimia untuk siswa SMA. Disertasi. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan.
Kentari, K. (2012). Model pembelajaran learning cycle 7E dengan metode praktikum pada titrasi asam basa untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Tesis. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan.
Koenjtaraningrat. (1997). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kusaeri dan Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Liliasari. (2001). “Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi”. Penelitian HB XI,Dikti, Laporan. Jakarta: Dikti.
Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Marlin, L.M. dan D.F. Halpern. (2011). “Pedagogy for developing critical
thinking in adolescents: Explicit instruction produces greatest gains”.
Journal of Thinking Skills and Creativity.(6),1–13.
Meyer, J. D and Bob G. (1979). Learning How to Learn. Cambridge University Press.
Meyers, C. (1986). Teaching Students to Think Critically. San Francisco: Jossey Bass.
Redhana, I W. (2009). Pengembangan program pembelajaran berbasis masalah terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran kimia SMA. Disertasi. Bandung: UPI, Tidak diterbitkan.
Redhana, I. W. dan Liliasari. (2008). Program pembelajaran keterampilan berpikir kritis pada topik laju reaksi untuk siswa SMA. Jurnal Forum Kependidikan. 27, (2) 102-112.
Rosdaya, D. (2007). Paradikma Pendidikan Demokrasi: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana.
62
Afrida Ekayanti, 2014
Educational through Reformed Management Universal and Teacher
Upgrading” (BERMUTU). Bandung: Departemen Pendidikan Nasional.
Schelecht, L. J. (1991). Critical thinking: what, why, when and how. Educational Philosophy and Theory. 23, (1) 89-109.
Suherman, E. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sunarya, Y dan Agus S. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk kelas XI SMA/MA program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Suprapto. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir Kritis Untuk
Meningkatkan Mutu Pembelajaran. [Online].
Tersedia:http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/13/mengguna kan-ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran/.[9 November 2013].
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.