• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEMAMPUAN BERTANYA TERHADAP KETERAMPILAN METAKOGNISI DAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERKIRIM SALAM-SOAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEMAMPUAN BERTANYA TERHADAP KETERAMPILAN METAKOGNISI DAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERKIRIM SALAM-SOAL"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEMAMPUAN BERTANYA TERHADAP KETERAMPILAN METAKOGNISI DAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERKIRIM SALAM-SOAL

Oleh Lia Anggraini

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Lia Anggraini

ABSTRAK

PENGARUH KEMAMPUAN BERTANYA TERHADAP KETERAMPILAN METAKOGNISI DAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERKIRIM SALAM-SOAL

Oleh Lia Anggraini

(3)

Lia Anggraini kritis siswa SMP menggunakan strategi metakognisi. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII1 SMP Negeri 1 Bandar Lampung yang berjumlah 25 siswa pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Pengujian pengaruh menggunakan uji korelasi dan regresi linear sederhana, sedangkan pengujian peningkatan

menggunakan uji paired sample t test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan bertanya

terhadap keterampilan metakognisi siswa SMP dengan nilai koefisien determinasi sebesar 25%. Persentase tersebut diperoleh dari koefisien korelasi sebesar 0,50 dengan kategori sedang dan persamaan regresinya adalah ; 2) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan bertanya terhadap keterampilan berpikir kritis siswa SMP dengan nilai koefisien

determinasi sebesar 29%. Persentase tersebut diperoleh dari koefisien korelasi sebesar 0,54 dengan kategori sedang dan persamaan regresinya adalah

; 3) terdapat peningkatan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa SMP dengan menggunakan strategi metakognisi pada model pembelajaran

koopertaif tipe berkirim salam dan soal secara signifikan. Pengaruh strategi metakognisi sebesar 22,00 dengan N-gain rata-rata 0,70 dalam kategori tinggi. Hasil N-gain dalam kategori rendah sebesar 20%, dalam kategori sedang sebesar 36%, dan dalam kategori tinggi sebesar 44%.

(4)
(5)
(6)
(7)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup ... 5

II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Keterampilan Metakognisi ... 7

2. Keterampilan Bertanya ... 10

3. Keterampilan Berpikir Kritis ... 12

4. Pembelajaran Kooperatif tipe Berkirim Salam dan Soal ... 13

5. Materi Pelajaran Cahaya ... 15

B. Kerangka Pemikiran ... 18

C. Hipotesis penelitian ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian... 22

B. Sampel Penelitian ... 22

C. Desain Penelitian ... 22

D. Variabel Penelitian... 24

(8)

xiv

F. Analisis Instrumen ... 25

1. Uji Validitas ... 25

2. Uji Reliabilitas ... 26

G. Teknik Pengumpulan Data ... 27

1. Teknik tes... 27

2. Teknik Observasi ... 28

H. Teknis analisis Data ... 28

1. Analisis Data ... 28

2. Pengujian Hipotesis ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

1. Tahap Pelaksanaan... 36

2. Pengujian Instrumen ... 38

a. Uji Validitas ... 38

b. Uji Reliabilitas ... 40

3. Hasil Pengumpulan Data ... 40

a. Data Keterampilan Metakognisi ... 40

b. Data Keterampilan Berpikir Kritis... 41

c. Data Kemampuan Bertanya ... 42

4. Pengujian Hipotesis ... 42

a. Hipotesis Pertama ... 43

b. Hipotesis Kedua ... 48

c. Hipotesis Ketiga... 52

B. Pembahasan ... 55

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 71

2. Silabus ... 73

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 78

4. Instrumen Metakognisi... 91

(9)

xv

6. Rubrik Penilaian Metakognisi ... 101

7. Kisi-Kisi Soal Berpikir Kritis ... 102

8. Rubrik Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis... 113

9. Rekapitulasi Nilai Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Keterampilan Metakognisi ... 114

10.Rekapitulasi Nilai Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Keterampilan Berpikir Kritis ... 116

11.Rekapitulasi hasil Keterampilan Metakognisi ... 118

12.Rekapitulasi Nilai Kemampuan Bertanya ... 120

13.Rekapitulasi Nilai Pretest Keterampilan Berpikir Kritis ... 125

14.Rekapitulasi Nilai Posttest Keterampilan Berpikir Kritis ... 127

15.Rekapitulasi Nilai N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis ... 129

16.Uji Validitas Soal Keterampilan Metakognisi ... 131

17.Uji Reliabilitas Soal Keterampilan Metakognisi... 135

18.Uji Validitas Soal keterampilan Berpikir Kritis ... 136

19.Uji Reliabilitas Soal Keterampilan berpikir kritis ... 141

20.Hasil Uji Normalitas Keterampilan Metakognisi dan Kemampuan Bertanya ... 142

21.Uji Linearitas Keterampilan Metakognisi dan Kemampuan Bertanya ... 143

22.Uji Korelasi Keterampilan Metakognisi dan Kemampuan Bertanya ... 144

23.Uji Regresi Linear Sederhana Keterampilan Metakognisi dan Kemampuan Bertanya ... 145

24.Hasil Uji Normalitas Keterampilan Metakognisi dan Posttest Berpikir Kritis ... 147

25.Uji Linearitas Keterampilan Metakognisi dan Posttest Berpikir Kritis ... 148

26.Uji Korelasi Keterampilan Metakognisi dan Posttest Berpikir Kritis . 149 27.Uji Regresi Linear Sederhana Keterampilan Metakognisi dan Posttest Berpikir Kritis ... 151

28.Uji Normalitas Pretest dan Posttest Berpikir Kritis ... 153

(10)

xvi

(11)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Bandar Lampung diperoleh informasi bahwa siswa masih kurang menguasai beberapa keterampilan yang seharusnya diterapkan dalam pembelajaran IPA. Pendapat dari guru mata pelajaran IPA menyatakan keterampilan yang kurang diminati dan dipahami siswa adalah dalam hal menggambar dan merepresentasikan suatu pembelajaran yang diberikan dalam bentuk grafik, sedangkan dalam hal matematis, siswa dapat digolongkan dalam kategori mampu. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa telah memiliki keterampilan metakognisi berbeda dengan beberapa siswa yang tidak memahami pembuatan grafik dalam persoalan pembelajaran IPA.

Pendidikan merupakan proses dinamis dan berkelanjutan yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan siswa dan guru sesuai dengan minat siswa tersebut. Pendidikan bertanggung jawab dalam meningkatkan minat, memperluas

(12)

2 Kemampuan bertanya merupakan kemampuan yang diperlukan untuk

mendapatkan tingkatan informasi baik yang sedehana maupun informasi yang kompleks. Kemampuan ini sangat penting dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk mengaktifkan kegiatan tersebut. Pertanyaan yang muncul dapat merupakan suatu proses yang merupakan bagian dari pendekatan metakognisi sebagai sarana memperoleh informasi kognisi. Sebagaimana metakognisi yang merupakan kemampuan seseorang mengontrol kegiatan pembelajarannya, mulai dari perencanaan hingga merefleksi untuk perubahan gaya belajarnya apabila hal tersebut dianggap tidak cocok lagi dengan kebutuhan lingkungannya. Hal ini menyatakan bahwa siswa mengerti dan menyadari bagaimana belajar dan strategi mana yang sesuai merupakan suatu yang sangat berharga.

Siswa dengan keterampilan metakognisi adalah siswa yang mampu memikirkan bagaimana terjadinya proses kognisi yang telah dilakukannya. Siswa dengan keterampilan metakognisi memiliki peluang untuk menjadi pebelajar yang mandiri. Keterampilan berpikir dan keterampilan belajar adalah contoh

(13)

3 Pengajaran metakognisi ditekankan pada kegiatan pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran pada teori kognitif menekankan pada pentingnya elaborasi dalam membangun pengetahuan baru.

Desain pembelajaran kooperatif dikatakan cocok dalam penerapan untuk pengajaran metakognisi. Selain desain pembelajaran kooperatif menekankan pembelajaran pada kelompok-kelompok kecil, pembelajaran kooperatif juga dapat menyajikan kondisi yang tepat untuk siswa mengelaborasi penalaran mereka. Model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal dapat meningkatkan kemampuan bertanya dan berpikir kritis siswa dalam mengidentifikasi suatu permasalahan IPA.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kemampuan Bertanya terhadap Keterampilan Metakognisi dan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Berkirim Salam-Soal”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh kemampuan bertanya terhadap keterampilan metakognisi siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal pada materi pelajaran cahaya?

(14)

4 3. Apakah terdapat peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMP

menggunakan strategi metakognisi pada model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh kemampuan bertanya terhadap keterampilan metakognisi siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal.

2. Pengaruh kemampuan bertanya terhadap keterampilan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal.

3. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan strategi metakognisi pada model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal untuk materi pelajaran cahaya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Dapat menjadi salah satu pilihan bagi guru SMP Negeri 1 Bandar Lampung untuk meningkatkan keaktifan proses belajar mengajar siswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan suatu masalah.

(15)

5 E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Keterampilan metakognisi merupakan keterampilan tentang strategi-strategi kognitif yang meliputi strategi-strategi belajar, mengintregrasikan

pengetahuan, memahami konsep sampai pemecahan permasalahan dalam pembelajaran. Pada penelitian ini keterampilan metakognisi yang digunakan adalah siswa mampu merencanakan, memantau, dan mengevaluasi

pembelajarannya sendiri.

2. Kemampuan bertanya adalah kemampuan yang merupakan suatu cara untuk mendapatkan penjelasan atas suatu masalah yang diajukan. Kemampuan bertanya merupakan kemampuan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban atau balikan dari orang lain. Pada penelitian ini kemampuan bertanya siswa yang diteliti adalah kemampuan bertanya berdasarkan jenjang kognitif yaitu C1 hingga C6.

3. Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Pada penelitian ini indikator pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa SMP meliputi: mencari persamaan dan perbedaan, kemampuan memberikan alasan, berhipotesis, mengeneralisasi, mengaplikasikan konsep, dan mempertimbangkan alternatif.

(16)

6 pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Pada penelitian ini pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah tipe Berkirim Salam-soal.

(17)

7

II. KERANGKA TEORETIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Keterampilan Metakognisi

Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi mengapa ada orang yang belajar dan mengingat lebih dari yang lainnya. Metakognisi terdiri dari awalan ”meta” dan kata ”kognisi”. Meta merupakan awalan untuk kognisi yang artinya ”sesudah” kognisi.

Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 77), penambahan awalan “meta” pada kata kognisi untuk merefleksikan ide bahwa metakognisi adalah “tentang” atau

“di atas” atau “sesudah ” kognisi. Secara harfiah metakognisi diartikan sebagai

kognisi tentang kognisi, pengetahuan tentang pengetahuan atau berpikir tentang berpikir.

Project (2008: 1) mendiskripsikan pengertian metakognisi yaitu:

(a) metacognition is the part of planning, monitoring and evaluating the learning process; (b)metacognition is knowledge about one’s own cognitive

system; thinking about one’s own thinking; essential skill for learning to

learning;(c) metacognition includes thoughts about what are we know or

(18)

8 involves both the conscious awareness and the conscious control of one’s learning; (e) metacognition is learning how to learn involves possessing or acquiring the knowledge and skill to learn effectively in whatever learning situation learners encounters.

Metakognisi, sebagaimana dideskripsikan pengertiannya oleh Project pada

dasarnya adalah keterampilan seseorang dalam belajar yang mencakup bagaimana sebaiknya belajar dilakukan, apa yang sudah dan belum diketahui, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu perencaan mengenai apa yang harus dipelajari, bagaimana, kapan mempelajari, pemantauan terhadap proses belajar yang sedang dia lakukan, serta evaluasi terhadap apa yang telah direncanakan, dilakukan, serta hasil dari proses tersebut. Metakognisi mencakup proses tiga bagian yaitu mengembangkan rencana, memantau pemahaman, dan mengevaluasi pemikiran mereka. Hal inilah yang dapat membuat seseorang menjadi pemikir yang berhasil.

Keterampilan kognitif dan metakognitif, sekalipun berhubungan tetapi berbeda; keterampilan kognitif dibutuhkan untuk melaksanakan tugas, sedangkan

keterampilan metakognitif diperlukan untuk memahami bagaimana tugas itu dilaksanakan (Corebima, 2006: 10). Metakognitif perlu dikuasai oleh siswa sebagai suatu proses yang dilakukan dalam menyelesaikan atau melaksanakan tugas. Proses yang dilakukan yaitu siswa memahami setiap tahapan hingga tugas yang diberikan tersebut selesai. Tahapan yang terdapat dalam proses tersebut sesuai dengan indikator-indikator keterampilan metakognitif.

Indikator-indikator keterampilan metakognitif yang akan dikembangkan yaitu: (1) mengidentifikasi tugas yang sedang dikerjakan, (2) mengawasi kemajuan pekerjaannya, (3) mengevaluasi kemajuan ini, dan (4)

(19)

9 mengalokasikan sumber daya-sumber daya yang dimiliki untuk

mengerjakan tugas, (2) menentukan langkah-langkah penyelesaian tugas, dan (3) menentukan intensitas, atau (4) kecepatan dalam menyelesaikan tugas. Indikator-indikator keterampilan metakognitif tersebut dituangkan dalam inventori keterampilan metakognitif (Anatahime, 2007: 1).

Indikator-indikator keterampilan metakognisi seperti yang telah dipaparkan tersebut dapat dihasilkan dengan menerapkan pembelajaran berbasis strategi metakognisi. In’am (2009: 130) menyatakan pelaksanaan pendekatan metakognisi dalam pembelajaran meliputi:

(a) proses merencanakan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengetahui apa yang akan dipelajari, menyediakan diri secara fisik dan mental, membuat perencanaan untuk mendapatkan suatu permasalahan yang dipelajari, (b) proses memantau, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan kepada dirinya sendiri, apakah manfaat yang diperoleh dengan mempelajari materi pelajaran ini, apa yang dapat saya peroleh dengan mempelajari materi pelajaran ini, bagaimana saya dapat memahami dan menguasai materi pelajaran ini, apakah saya dapat memahami atau tidak dapat memahami materi pelajaran ini, (c) proses menilai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan kepada dirinya, bagaimana suatu pengetahuan dapat saya pahami, mengapa saya merasa sukar atau mudah menguasai materi pelajaran, adakah tindakan yang diambil. Setelah melaksanakan ketiga tahapan tersebut guru dapat membawa siswa memikirkan strategi yang lebih sesuai dalam menguasai materi pelajaran.

Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh In’am, strategi metakognisi terlihat seperti pada Gambar 2.1.

PROSES METAKOGNISI

PERENCANAAN PEMANTAUAN EVALUASI

(20)

10 2. Kemampuan Bertanya

Bertanya merupakan bagian yang sangat penting untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan baru. Terciptanya kegiatan belajar mengajar yang aktif adalah akibat adanya timbal balik antara guru dan siswa di dalam kelas. Hal ini dapat terjadi dengan munculnya berbagai pertanyaan yang dapat menggali sutu masalah lebih dalam lagi. Menurut Widodo (2006: 10) menyatakan:

“bertanya merupakan aspek penting dalam kegiatan belajar mengajar. Bertanya merupakan suatu hal yang sangat lazim dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan guru bertanya, diantaranya untuk mengukur pemahaman siswa, untuk mendapatkan informasi dari siswa dan merangsang siswa berpikir, sedangkan pertanyaan yang diajukan siswa mempunyai tujuan untuk mendapatkan penjelasan, sebagai ungkapan rasa ingin tahu atau bahkan untuk mendapatkan perhatian.”

Berdasarkan pendapat di atas, keingintahuan dari siswa tercipta dalam bentuk pertanyaan yang bertujuan untuk mendapatkan suatu penjelasan. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar pertanyaan yang muncul sangat penting, untuk guru sebagai informasi dan perangsang suasana keatifan dalam proses belajar mengajar.

Secara umum Dahar (1996: 53) mengemukakan beberapa peranan bertanya dalam pembelajaran IPA. Peranan tersebut adalah:

a) merangsang siswa berpikir; b) mengetahui penguasaan konsep; c) mengarahkan pada konsep; d) memeriksa ketercapaian konsep; e) menimbulkan keberanian menjawab atau mengemukakan pendapat; f) meningkatkan kegiatan belajar mengajar (KBM); dan g) memfokuskan perhatian siswa.

(21)

11 menuntut siswa agar terampil bertanya seputar konsep tersebut, sehingga

ketercapaian akan konsep tersebut dapat berhasil. Selain meningkatkan keaktifan dalam kegiatan belajar mengajar, bertanya juga menimbulkan rasa berani untuk memberi pendapat atau menjawab persoalan dan memusatkan perhatian siswa terhadap permasalahan tersebut.

Rustaman (2005: 207) menyatakan bahwa pertanyaan sempit atau pertanyaan tertutup sering disebut pertanyaan memusat atau konvergen, sedangkan pertanyaan luas atau terbuka sering disebut pertanyaan divergen. Pertanyaan konvergen membutuhkan jawaban tertentu, sedangkan pertanyaan divergen memerlukan banyak jawaban yang tidak menentu.

Menurut Susanto (2010: 5) berdasarkan tingkat kognitif dan keterampilan proses sains yang terkandung dalam pertanyaan, pertanyaan dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:

(a) Pertanyaan pengetahuan (Remember): pertanyaan untuk mengingat atau mengungkap kembali fakta-fakta yang penting untuk membangun konsep atau prinsip; (b) Pertanyaan pemahaman (Understood): pertanyaan untuk mengembangkan atau mengukur pengertian terhadap gagasan, konsep atau generalisasi yang terdapat pada materi pembelajaran; (c) pertanyaan aplikasi (Applying): pertanyaan yang menuntut siswa menerapkan prinsip atau hukum; (d) pertanyaan analisis (Analyzing): pertanyaan untuk memperoleh alasan, hubungan, motif, makna (meaning), dan ciri-ciri yang tidak atau belum pernah dibahas dalam pelajaran; (e) pertanyaan evaluasi: pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberikan pandangan, dan pengambilan keputusan tentang baik atau buruknya suatu benda atau kejadian; (f) pertanyaan membuat (create): pertanyaan yang menggabungkan beberapa unsure untuk menjadi suatu kesatuan, mencakup kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.

(22)

12 kawasan kognitif dan cakupan kawasan secara utuh dapat tergambar dengan jelas sesuai pada jenjang kognisi yang telah direvisi sebagaimana menjadi acuan dalam penilaian kognitif.

3. Keterampilan Berpikir Kritis

Proses berpikir setiap individu dapat dikatakan berbeda. Hal ini terlihat dari bagaimana seseorang mengungkap suatu permasalahan yang terjadi. Gaya berpikir yang cenderung menjadikan proses berpikir itu berbeda. Gaya berpikir terbagi atas berpikir secara terbuka yang menghasilkan banyak pandangan atau

kemungkinan untuk jawaban dari suatu persoalan dan berpikir secara tertutup atau berpikir dengan penekanan jawaban tunggal yang sesuai dengan penalaran (logis).

Ennis (1991: 8) mengemukakan berpikir kritis kedalam dua aspek besar yaitu:

Aspek pembentukan watak (disposition), yang terdiri dari komponen: a) mencari sebuah pertanyaan yang benar dari pertanyaan, b) mencari alasan, c) mencoba untuk memperoleh informasi yang baik, d) menggunakan sumber yang dapat dipercaya dan menyebutkannya, e) memasukkan informasi/ sumber ke dalam laporan, f) mencoba mempertahankan pemikiran yang relevan, g) menjaga pikiran tetap dalam fokus perhatian, h) melihat beberapa alternatif, i) menjadi berpikir terbuka, j) mengatur sebuah posisi ketika fakta dan alasan sesuai, k) mencari keakuratan subjek secara benar, l) mengikuti sebuah kebiasaan yang teratur, m) menjadi lebih respon dalam merasakan tingkatan pengetahuan dan pengalaman. Selanjutnya adalah aspek

keterampilan (skill) dalam berpikir kritis.

(23)

13 Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Berpikir Kritis yang Diamati

Keterampilan Berpikir Kritis

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis Indikator

1. Memberikan penjelasan dasar

1. Menganalisis argumen

1. Mencari persamaan dan perbedaan

3. Menyimpulkan 3. Menginduksi dan

mempertimbangkan

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam-soal

Proses pembelajaran merupakan proses membangun pengetahuan melalui

pengalaman-pengalaman dan interaksi sosial seseorang. Belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya.

Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada

perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

(24)

14 Tabel 2.2 Sintak Pembelajaran Kooperatif

Fase Perilaku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Menggorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok belajar dan bekerja

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberi penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Yamin (2012: 184) menyatakan:

“pembelajaran kooperatif adalah hubungan dalam kelompok siswa yang saling ketergantungan positif (we sink or swim together), akuntabilitas (masing-masing dari siswa harus saling berkontribusi dan belajar), keterampilan interpersonal (komunikasi, kepercayaan, kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan resolusi konflik), tatap muka interaksi

(25)

15 Pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal dapat melatih keterampilan dan pengetahuan siswa dengan meminta siswa membuat pertanyaan-pertanyaannya sendiri, serta siswa terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya. Menurut Huda (2012: 137) prosedur pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal yaitu:

a) Guru membagi siswa dalam kelompok dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru mengawasi dan memilih soal-soal yang tepat; b) masing-masing kelompok mengirimkan salah seorang anggotanya yang akan

menyampaikan “salam-soal” dari kelompoknya ke kelompok lain (tiap kelompok memiliki yel-yel); c) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain; d) setelah selesai, jawaban tersebut dikirimkan kembali ke kelompok asal untuk dikoreksi dan dibandingkan satu sama lain.

5. Materi Pelajaran Cahaya

Materi pelajaran cahaya mencakup beberapa subbab yaitu pengertian dan sifat cahaya, pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, dan kekuatan lensa. Strategi metakognisi yang digunakan dalam pembelajaran dengan materi pelajaran cahaya sebagai contoh tentang pemantulan cahaya diuraikan sebagai berikut.

Materi pembelajaran pematulan siswa diberikan tugas untuk menggambarkan pembentukan bayangan pada cermin cekung dengan benda terletak di ruang III.

a) Perencanaan

(26)

16 Sinar datang sejajar dengan sumbu utama maka akan dipantulkan melalui titik fokus seperti pada Gambar 2.2.

F P

Gambar 2.2 Sinar datang sejajar sumbu utama

Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar dengan sumbu utama.

F P

Gambar 2.3 Sinar datang melalui titik fokus

Sinar datang melalui pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan kembali melalui titik pusat kelengkungan tersebut.

F P

(27)

17 b) Pemantauan

Berdasarkan pengetahuan tersebut, siswa merangkai tugas yang diberikan. Pertama, menggambarkan benda yang berada dalam ruang III dan melukisnya menggunakan sinar istimewa yang pertama, seperti terlihat pada Gambar 2.5 berikut

F P

Gambar 2.5 Tahap pertama melukis bayangan pada cermin cekung

Kedua, gambar lagi sinar istimewa yang kedua pada benda yang sama sehingga terbentuk bayangan, seperti tampak dalam Gambar 2.6 berikut

F P

Gambar 2.6 Pembentukan bayangan pada cermin cekung

c) Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai kebenaran dari tugas yang telah dikerjakan tadi. Siswa dapat menggunakan hukum pembiasan untuk menggambarkan

(28)

18

F P

i

r

Gambar 2.7 Pembentukan bayangan berdasarkan hukum pemantulan

Selanjutnya, gunakan salah satu sinar istimewa pada cermin cekung sehingga terbentuk bayangannya. Lihat Gambar 2.8 berikut.

F P

i

r

Gambar 2.8 Pembentukan bayangan pada cermin cekung

Berdasarkan Gambar 2.6 dan Gambar 2.8 dapat dilihat bahwa bayangan yang terbentuk memiliki sifat yang sama, yaitu terbalik, diperkecil dan nyata. Bayangan sama-sama berada pada ruang yang sama yaitu ruang II antara titik fokus dan pusat kelengkungan cermin.

B. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran IPA terutama fisika bukan semata-mata penyelesaian suatu rumus yang hanya bisa disampaikan secara langsung oleh guru kepada siswa.

(29)

19 Harus terjadi timbal balik antara siswa dan guru, guru juga harus memberikan kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan sehingga dapat mengembangkan kemampuan bertanya dan mendengarkan pendapat dari siswa yang lain untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Setiap proses belajar mengajar, siswa tidak semuanya mengerti atau paham mengenai materi pembelajaran. Hal ini dapat dikarenakan suasana belajar mengajar yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tersebut. Keaktifan sangat diperlukan dalam proses tersebut, sehingga kegiatan siswa mulai dari awal hingga akhir pembelajaran memerlukan kemampuan bertanya sebagai pembangun keterampilan berpikir dan metakognisi siswa, yaitu keterampilan yang terjadi setelah proses kognisi dilakukan. Keterampilan yang dimiliki setiap siswa pasti berbeda.

Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam kegitan belajar adalah dengan memperhatikan kemampuan bertanya siswa.

Kemampuan bertanya yang dimiliki siswa dengan diberlakukan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal diharapkan dapat mengembangkan keterampilan metakognisi siswa dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam menjawab permasalahan yang diajukan.

(30)

20 Berdasarkan pernyataan di atas, untuk mendapatkan gambaran yang jelas

mengenai hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya maka dapat dijelaskan dalam paradigma pemikiran pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Keterangan :

X : Kemampuan bertanya Y1 : Keterampilan metakognisi Y2 : Keterampilan berpikir kritis

R1 : Kemampuan bertanya (X) terhadap keterampilan metakognisi (Y1) R2 : Kemampuan bertanya (X) terhadap keterampilan berpikir kritis

(Y2)

R12 : Kemampuan bertanya (X) terhadap keterampilan metakognisi (Y1) keterampilan berpikir kritis (Y2)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaruh kemampuan bertanya terhadap keterampilan bertanya.

Ho: Tidak terdapat pengaruh kemampuan bertanya terhadap keterampilan metakognisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung.

X

Y1

Y2 R1

R2

(31)

21 H1 : Terdapat pengaruh kemampuan bertanya terhadap keterampilan

metakognisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung.

2. Pengaruh kemampuan bertanya terhadap keterampilan berpikir kritis

Ho : Tidak terdapat pengaruh kemampuan bertanya terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung.

H1 : Terdapat pengaruh kemampuan bertanya terhadap keterampilan bertanya siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung.

3. Peningkatan keterampilan berpikir kritis menggunakan strategi metakognisi pada model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal.

Ho: Tidak terdapat peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMP dengan menggunakan strategi metakognisi pada model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal.

H1 : Terdapat peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMP dengan

(32)

22

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 8 kelas dengan jumlah 192 siswa.

B. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik ini peneliti gunakan berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian hanya dapat dilakukan pada sampel yang diambil karena keterbatasan peneliti dalam

menentukan sampel. Sampel penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan jumlah sampel yaitu seluruh siswa kelas VIII1 berjumlah 25 orang.

C. Desain Penelitian

(33)

23 populasi sekaligus sampel dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran pada siswa kelas VIII. Penelitian ini memiliki satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan kemampuan bertanya. Variabel terikat pada penelitian ini adalah keterampilan metakognisi dan keterampilan berpikir kritis.

Kelas yang menjadi populasi dan sampel diberikan tes awal untuk melihat keterampilan awal berpikir kritis siswa pada awal pertemuan tiap subbahasan, kemudian diberikan perlakuan yaitu pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal dengan strategi metakognisi. Pada akhir tiap subbahasan, siswa diberikan tes akhir berupa soal uraian. Hasil pretest dan posttest pada kedua kelompok subyek dibandingkan untuk dilihat kenaikkannya.

Struktur desainnya adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 One-Group Pretest-Posttest Design Keterangan:

O1 : Pretest O2 : Posttest,

X : Strategi metakognisi pada pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam- soal

(Sugiyono, 2012: 111).

Sedangkan untuk penelitian tentang kemampuan bertanya desain yang digunakan adalah one shot case study.Desain ini digunakan untuk meneliti pada satu

kelompok dengan diberi satu kali perlakuan dan pengukurannya dilakukan satu kali. Kemampuan bertanya merupakan kemampuan yang dilakukan dalam

(34)

24 kegiatan diskusi, sehingga dalam pelaksanaannya harus dilakukan penilaian sebagaimana tes unjuk kerja (performance).

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2 Desain eksperimen One Shot Case -Study Keterangan:

O : kemampuan bertanya

X : strategi metakognisi pada model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal

(Sugiyono, 2012: 110)

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Untuk variabel bebas adalah kemampuan bertanya, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan metakognisi dan keterampilan berpikir kritis. Variabel kontrol atau variabel moderator adalah model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian untuk mendapatkan data tentang keterampilan metakognisi yang dimiliki siswa digunakan soal berisi pertanyaan berdasarkan indikator keterampilan metakognisi. Selanjutnya, instrumen untuk mengukur kemampuan bertanya menggunakan instrumen penilaian yang dibuat sesuai dengan jenjang kognisi berdasarkan taksonomi bloom yang telah direvisi sehingga dapat nampak kemampuan bertanya yang dimiliki siswa. Instrumen dalam penilaian

(35)

25 keterampilan berpikir kritis menggunakan tes berupa soal pilihan jamak beralasan. Tes diberikan dalam bentuk pretest dan posttest.

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu diujikan pada kelas di luar kelas sampel, kemudian instrumen tersebut diuji pada satu kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung yang akan dijadikan sampel. Uji coba instrumen dimaksudkan mengetahui valid atau tidaknya soal dan reliabilitas soal sebelum disebarluaskan kepada responden.

1. Uji Validitas

Penelitian ini menggunakan pengujian validitas yang dilakukan dengan cara pengujian validitas eksternal. Dimana sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Adapun rumus yang digunakan untuk menguji validitas dengan menggunakan rumus koefisien r product moment sebagai berikut:

Keterangan:

(36)

26 ΣY2 : Jumlah skor Y yang dikuadratkan

N : Jumlah Sampel

Nurgiantoro dalam Sukiman (2012: 169)

Perhitungan validitas uji coba instrumen secara otomatis yaitu dengan

menggunakan bantuan Excel Windows atau juga dapat menggunakan SPSS 17.0 dengan correlated product moment.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sehingga alat pengumpul data karena instrumen sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabilitas akan

menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Menguji reliabilitas instrumen ini menggunakan rumus alpha (r11) dengan rumus:

Keterangan:

: Reliabilitas instrumen

: Banyak item/ butir pertanyaan : Harga varians item/ butir : Harga varians total

(37)

27 Perhitungan reliabilitas uji coba instrumen yaitu dengan menggunakan bantuan Excel Windows atau juga dapat menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha

Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach’s 0 sampai 1terlihat

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skala Alpha Cronbach’s

Skala Alpha Cronbach’s Klasifikasi

0,000-0,400 Rendah

0,401-0,700 Sedang

0,701-1,000 Tinggi

Arikunto, dkk dalam Rosidin (2010: 5)

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik tes

Tes diberikan kepada siswa dalam bentuk soal uraian yang telah disesuaikan dengan indikator metakognisi untuk mendapatkan data mengenai keterampilan metakognisi yang dimiliki siswa (sampel). Sebelum diberikan kepada sampel, soal terlebih dahulu diuji cobakan kemudian dilakukan pengujian validitas dan

reliabilitas butir soal tersebut. Setelah diuji validitas dan reliabilitasnya, kemudian soal diberikan kepada siswa yang diambil sebagai sampel.

Tes diberikan kepada siswa dalam bentuk pretest dan posttest. Teknik ini

(38)

28 2. Teknik observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati kemampuan bertanya siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pengumpulan data kemampuan bertanya siswa dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kemampuan bertanya sesuai dengan jenjang kognitif pada taksonomi Bloom yang telah direvisi (C1-C6). Lembar observasi penilaian kemampuan bertanya dapat dilihat pada lampiran 12 (halaman 120).

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data

Untuk menganalisis peningkatan kategori tes keterampilan berpikir kritis siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor posttest dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah

Keterangan:

g = N-gain

Spost = Skor Posttest

Spre = Skor Pretest

Smax = Skor Maksimum

Data kategori N-gain sebagai berikut: Tinggi : 0,7 N-gain 1 Sedang : 0,3 N-gain < 0,7

(39)

29 Perhitungan ini digunakan untuk menganalisis peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari variabel

merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran IPA.

Sedangkan proses analisis untuk datakemampuan bertanya siswa adalah sebagai berikut

a) Skor kemampuan bertanya berdasarkan observasi

b) Persentase pertanyaan berdasarkan jenjang kognisi dihitung dengan rumus:

2. Pengujian Hipotesis

Data skor keterampilan metakognisi, kemampuan bertanya, dan posttest keterampilan berpikir kritis dari penelitian dianalisis untuk menguji hipotesis pertama dan kedua dengan melakukan uji sebagai berikut:

a. Pengujian Hipotesis Pertama dan Kedua

Pengujian hipotesis pertama dan kedua dilakukan menggunakan tiga metode analisis dalam SPSS 17.0 yaitu:

1) Uji Normalitas

(40)

30 dengan uji kolmogorov smirnov. Dasar dari pengambilan keputusan uji

normalitas, dihitung menggunakan program komputer yaitu SPSS 17.0 dengan metode kolmogorov smirnov yang berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi, dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : data terdistribusi secara normal

H1 : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

a) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

b) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

2) Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear.

(41)

31 3) Uji Korelasi

Uji korelasi berfungsi untuk mencari derajat keeratan hubungan dan arah

hubungan, semakin tinggi nilai korelasi maka semakin tinggi keeratan hubungan kedua variabel. Melalui analisis korelasi kita dapat mengetahui koefisien

determinasi yang bertujuan untuk melihat seberapa besar kontribusi pengaruh keterampilan metakognisi terhadap kemampuan bertanya dan berpikir kritis dengan materi pelajaran cahaya yakni dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi (rhitung) yang ditemukan, untuk melihat pengaruh dalam bentuk persentase.

Jika data berdistibusi normal, maka untuk menguji hipotesis dapat digunakan uji pearson, dengan menggunakan persamaan berikut ini.

Namun, jika tidak berdistribusi normal, dapat menggunakan uji Spearman. Uji Spearman

merupakan uji non-parametrik dimana tidak memerlukan prasyarat data terdistribusi

normal. Uji korelasi dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0 For Windows.

Ketentuannya bila rhitung lebih kecil dari rtabel ( ), maka Ho diterima,

dan ditolak. Tetapi sebaliknya bila rhitung lebih besar dari rtabel (

(42)

32 Tabel 3.2 Tingkat Hubungan Berdasarkan Interval Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19 0,20 – 0,39 0,40 – 0,59 0,60 – 0,79 0,80 – 1,00

Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

(Sukiman, 2012: 190)

4) Uji Regresi Linear Sederhana

Pengujian terakhir dalam pengujian hipotesis pertama adalah uji regresi linear sederhana. Uji regresi linear sederhana digunakan untuk memprediksi nilai dari variabel terikat apabila nilai variabel bebas (X) mengalami kenaikan atau

penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) apakah positif atau negatif.

Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)). Persamaan umumnya adalah:

dan

(43)

33 Hipotesis yang telah diuji:

Pengaruh kemampuan bertanya terhadap keterampilan metakognisi.

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif dari kemampuan bertanya terhadap

keterampilan metakognisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung. H1 : Terdapat pengaruh positif dari kemampuan bertanya terhadap keterampilan

metakognisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung.

Pengaruh kemampuan bertanya terhadap keterampilan berpikir kritis

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif dari kemampuan bertanya terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung.

H1 : Terdapat pengaruh positif dari kemampuan bertanya terhadap keterampilan bertanya siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung.

b. Pengujian Hipotesis Ketiga

Pengujian hipotesis kedua dilakukan menggunakan dua metode analisis dalam SPSS 17.0 yaitu:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap data hasil pretest dan data hasil posttest penguasaan konsep menggunakan program komputer. Pada penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji kolmogorov smirnov. Dasar dari

(44)

34 yaitu SPSS 17.0 dengan metode kolmogorov smirnov yang berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi.

Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

Ho : data terdistribusi secara normal

H1 : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

a) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < α (0,05) maka distribusinya adalah tidak normal.

b) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > α (0,05) maka distribusinya adalah normal.

2) Uji Paired Sample T test

Uji paired sample t test atau lebih dikenal dengan pre-post design adalah analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subyek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Apabila suatu perlakuan tidak memberikan pengaruh maka perbedaan rata-ratanya adalah nol. Pada uji ini akan terlihat perbedaan rata-rata sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran

(45)

35 komputer SPSS 17.0 For Windows dengan pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut:

Kriteria pengujian

a) Ho diterima jika t hitung < t tabel b) Ho ditolak jika t hitung > t tabel

Nilai signifikansi atau nilai probabilitas:

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas maka Hoditerima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas maka Ho ditolak.

Hipotesis Ketiga

Adapun hipotesis yang telah diuji adalah:

Ho : Tidak terdapat peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMP dengan menggunakan strategi metakognisi pada model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal.

H1 : Terdapat peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMP dengan

(46)

66

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan bertanya terhadap keterampilan metakognisi siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal untuk materi pelajaran cahaya.

2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan bertanya terhadap keterampilan berpikir kritis siswa SMP melalui model

pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam-soal untuk materi pelajaran cahaya.

(47)

67 B. Saran

Berdasarkan simpulan, penulis memberikan saran berupa:

1. Guru perlu mengembangkan keterampilan metakognisi siswa dengan menerapkan strategi metakognisi pada model pembelajaran sehingga keterampilan berpikir kritis dan kemampuan bertanya siswa dapat meningkat.

2. Dalam pengembangan instrumen metakognisi diharapkan dapat dengan teliti melihat keterampilan metakognisi siswa serta mencakup keterampilan berpikir kritis siswa.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anatahime. 2007. Keterampilan Metakognitif. Diunduh pada tanggal 8 November 2012 dari http://biologyeducationresearch.blogspot.com/2009/12/

keterampilan-metakognitif.html

Anderson and Krathwohl. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching and

Assesing: A revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc

Corebima, A. D. dan Idrus, A. A. 2006. Pemberdayaan dan Pengukuran Kemampuan Berpikir pada Pembelajaran Biologi. Makalah disajikan dalam International Conference on Measurement and Evaluation in Education, School of Educational Studies University Sains Malaysia Penang, Malaysia, 13-15 Februari

Dahar, R. W. 1996. Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga

Ennis, Robert H. 1991. Critical Thinking: A Streamlined Conception. University of Illinois

Fatoni. 2010. Sintak Tahapan Model-Model Pembelajaran (online). Tersedia pada: http://fatonipgsd071644221.wordpress.com/2010/01/12/sintaks-tahapan-model-model-pembelajaran/. Diakses pada 10 November 2012 Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

In’am, Akhsanul. 2009. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Lesson Study Berbasis Metakognisi. Jurnal Pendidikan. 12(1), 130 (online). Tersedia (http://ejournal.umm.ac.id/index.php/salam/article/viewFile/438/445_umm_ scientific_journal.pdf%26embedded=true). Diakses 17 Desember 2012 Isaacson, Randy M, dan Frank Fujita. 2007. Metacognitive Knowledge

(49)

Maulana. 2008. Pendekatan Metakognitif Sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD. Jurnal Pendidikan. Nomor 10

Project, Taccasu. 2008. Metacognition. Tersedia pada: http://www.hku.hk/cepc/ taccasu/ref/metacognition.html. Diakses pada 10 November 2012

Rosidin, Undang. 2010. Dasar-Dasar dan Perancangan Evaluasi Pembelajaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Rustaman. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UNM Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani Sumampouw, Herry Maurits. 2011. Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pembelajaran Genetikan (Artikulasi Konsep dan Verifikasi Empiris). Jurnal Pendidikan. Volume 4 nomor 2

Susanto, Pudyo. 2010. Keterampilan bertanya UPT PPL UM (online). Tersedia (http://www.scribd.com/doc/30340474/KETRAMPILAN-BERTANYA) Diakses 10 November 2012

Tresnawati, Erna.2010. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP (online). Tersedia (http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=859). Skripsi. Bandung: UPI. Diakses 10 November 2012

Widodo, A. 2006. Profil Pertanyaan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran. Jurnal Pendidikan. 4(2), 101-10

Gambar

Gambar 2.1 Strategi Metakognisi
Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Berpikir Kritis yang Diamati
Gambar 2.2 Sinar datang sejajar sumbu utama
Gambar 2.5 Tahap pertama melukis bayangan pada cermin cekung
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan data dilakukan berupa data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh dari pihak kontraktor pelaksana. Sedangkan data primer didapat dari observasi.

Simpulan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan gaya mengajar inklusi dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas IX B SMP Negeri

hawālah muţlaqoh menurut pendapatnya Mazhab Hanafi yang menyatakan bahwa debitur ( muhīl ) tidak harus memiliki piutang kepada muhāl ‘alaih dan dapat disamakan dengan

Official Assessment System adalah sistem yang diberlakukan negara dalam memungut pajak kepada warga negaranya bahwa penentuan, perhitungan pajak dilakukan oleh

Kesibukan sehari-hari sering membuat kita merasa penat dan bosan// Untuk menghilangkan rasa penat / kita dapat melakukan refreshing ke suatu tempat wisata// Apabila anda juga

Pelaksanaan promosi merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong keputusan pembelian konsumen, oleh karena itu penulis memberikan saran untuk kegiatan pelaksanaan

Boyfriend mengungkapkan proses debut mereka melalui reality show Mnet’s M!Pick yang mana memperlihatkan apa saja yang mereka pelajari. Nama : Boyfriend Debut : 26

Memang peneliti akui dari pemikiran Muhammad Thalib dan Abdullah Nashih Ulwan yang termanifestasi dalam berbagai karya tulisnya memuat nilai-nilai pendidikan keluarga, sehingga