• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENAMPILAN REPRODUKSI (SERVICE PER CONCEPTION, LAMA KEBUNTINGAN DAN SELANG BERANAK) KAMBING BOERAWA DI KECAMATAN GEDONG TATAAN DAN KECAMATAN GISTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENAMPILAN REPRODUKSI (SERVICE PER CONCEPTION, LAMA KEBUNTINGAN DAN SELANG BERANAK) KAMBING BOERAWA DI KECAMATAN GEDONG TATAAN DAN KECAMATAN GISTING"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMPILAN REPRODUKSI (SERVICE PER CONCEPTION, LAMA KEBUNTINGAN DAN SELANG BERANAK) KAMBING BOERAWA DI KECAMATAN GEDONG TATAAN DAN KECAMATAN GISTING

(Skripsi)

Oleh

ADI SULAKSONO

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENAMPILAN REPRODUKSI (SERVICE PER CONCEPTION, LAMA KEBUNTINGAN DAN SELANG BERANAK) KAMBING BOERAWA DI KECAMATAN GEDONG TATAAN DAN KECAMATAN GISTING

Oleh

ADI SULAKSONO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Judul Penelitian : PENAMPILAN REPRODUKSI

(SERVICE PER CONCEPTION, LAMA KEBUNTINGAN DAN SELANG

BERANAK) KAMBING BOERAWA DI KECAMATAN GEDONG TATAAN DAN KECAMATAN GISTING.

Nama : Adi Sulaksono

NPM : 0814061022

Jurusan/Program Studi : Peternakan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Sri Suharyati, S.Pt., M.P. NIP 19680728 199402 2 002

drh. Purnama Edy Santosa, M.Si. NIP 19700324 199703 1 005

2. Ketua Jurusan Peternakan

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Sri Suharyati, S.Pt., M.P. ...

Sekretaris : drh. Purnama Edy Santosa, M.Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Siswanto, S.Pt., M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yukum Jaya pada 13 Agustus 1989, sebagai putra kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suripto, dan Ibu Sri Sukismi.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Insan Kamil Bandar Jaya pada 1996; Sekolah Dasar Negeri 3 Yukum Jaya pada 2002; Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Poncowati pada 2005; Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Seputih Agung pada 2008.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pada 2008. Pada Juli sampai Agustus 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan tema “Pemanfaatan Limbah Biogas untuk

Pembuatan Pupuk Organik” di Kelurahan Pesawaran Indah, Kecamatan Padang

Cermin, Kabupaten Pesawaran. Pada Januari sampai Februari 2012 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Inseminasi Buatan (BIBD) Lampung, Desa Terbanggi Besar, Kecamatan Terbanggi Besar, Lampung Tengah.

(6)

Selain aktif di organisasi, penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan seminar diantaranya pelatihan kepemimpinan dan organisasi mahasiswa oleh HIMAPET dan Training Entrepreneurship oleh Badan Eksekutif Mahasiswa FP UNILA.

(7)

SANWACANA

Alhamdulilahhirobbil ‘alamin, rasa syukur yang sangat besar ku haturkan kepada Allah SWT, atas berkat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala dukungan, bantuan, dan bimbingan dari beberapa pihak selama proses studi dan juga selama proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.--selaku Pembimbing Utama--atas ketulusan hati, kesabarannya dalam membimbing penulis dan memberikan motivasi terbaik, arahan, serta ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi; 2. Bapak drh. Purnama Edy Santosa, M.Si.--selaku Pembimbing Anggota--atas

bimbingan, kesabaran, arahan, nasehat dan perhatiannya selama penyusunan skripsi;

3. Bapak Siswanto, S.Pt., M.Si.--selaku Pembahas--atas bimbingan, saran, dan perbaikannya;

(8)

5. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.--selaku Sekretaris Jurusan Peternakan--atas izin, dan bimbingannya dalam pengoreksian skripsi ini;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung--atas izin yang telah diberikan;

7. Bapak ku, Ibu ku, Mbak ku Sari Rismawati, Adek ku Amin Suprayitno, beserta keluarga besarku--atas semua kasih sayang, nasehat, dukungan, dan keceriaan di keluarga serta do'a tulus yang selalu tercurah tiada henti bagi penulis;

8. Ari, Ana, Esti, Aan, Zul, Fazar, Dwi J, Andy, Arif, Nyoman, Dedi S, Yudi, Adit, Febri, dan seluruh teman-teman angkatan ’08 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas do’a, kenangan, motivasi, bantuan, dan kebersamaannya;

Ada begitu banyak nama yang ingin kusebut, tetapi halaman ini terlalu kecil untuk menuliskan semua kebaikan kalian. Tapi, yakinlah hatiku cukup luas dan dalam untuk mengingat semua kebaikan dan ketulusan kalian.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa mendatang. Semoga semua yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat dari Allah SWT, dan penulis berharap karya ini dapat

bermanfaat. Amin.

Bandar lampung, 2012 Penulis

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kambing Peranakan Etawah Betina ... 8

2. Kambing Boer Jantan ... 9

3. Kambing Boerawa Betina ... 12

4. Kambing Boerawa Betina di Kecamatan Gedong Tataan ... 66

(10)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah.

Provinsi Lampung merupakan salah satu wilayah yang potensial sebagai sumber bibit maupun bakalan ternak potong. Salah satu ternak yang dikembangkan dengan serius dan bertumpu pada kekuatan ekonomi masyarakat adalah ternak kambing.

Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Umumnya, kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas, dan kebanyakan berbulu lurus dan kasar. Panjang tubuh kambing liar, tidak termasuk ekor, adalah 1,3--1,4 m, sedangkan ekornya 12--15 cm. Bobot tubuh kambing betina berkisar 50--55 kg, sedangkan yang jantan bisa mencapai 120 kg. Makanan utama

(11)

2

Upaya untuk peningkatan produktivitas kambing PE di Provinsi Lampung di tempuh melalui persilangan dengan Kambing Boer jantan. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung mendatangkan kambing Boer jantan yang berasal dari Afrika Selatan yang selanjutnya dipelihara di Subdinas Instalasi Pembuatan Mani Beku Balai Inseminasi Buatan Daerah Lampung, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung untuk di ambil spermanya dan diolah menjadi semen beku. Semen beku tersebut selanjutnya akan di inseminasikan pada kambing-kambing PE betina milik petani di pedesaan, seperti di Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Gisting, kedua kecamatan tersebut merupakan pusat

pengembangan kambing Boerawa di Provinsi Lampung.

Kambing Boerawa merupakan jenis kambing tipe pedaging hasil persilangan antara kambing Boer dan kambing PE. Kambing Boerawa saat ini berkembang dengan pesat di Kecamatan Gisting dan Kecamatan Gedong Tataan. Kecamatan Gisting merupakan daerah dataran tinggi dengan topografi ketinggian tempat ±700 m dpl dan suhu udara berkisar antara 18--28oC (Monografi Kecamatan Gisting, 2006), sedangkan Kecamatan Gedong Tataan merupakan daerah dataran rendah dengan topografi ketinggian tempat 140,5 m dpl dan memiliki suhu udara berkisar antara 26°C sampai dengan 29°C dengan rata--rata 28°C (Monografi Kecamatan Gedong Tataan, 2007).

Tipe ternak kambing dapat dibedakan menjadi kambing perah dan potong.

(12)

3

dan vitamin B1 ( Cahyono, 1998). Kambing yang banyak diternakkan untuk

diambil dagingnya adalah kambing Boerawa.

Untuk memperoleh produksi peternakan kambing yang baik dan bernilai

ekonomis tinggi, perlu diperhatikan berbagai aspek penunjang baik yang bersifat dari kambing itu sendiri, maupun eksternal seperti lingkungan, kesehatan, nutrisi dan faktor lainnya. Aspek internal berhubungan dengan genetis kambing tersebut. Sifat genetik dapat dimanifestasikan dari kelakuan kelamin, dan sifatnya berbeda tergantung tipe dan ras ternak tersebut. Salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk meningkatkan produksi ternak adalah proses reproduksi. Penampilan reproduksi kambing jantan dapat diukur dengan skor libido dan kualitas semen sedangkan pada kambing betina dapat diukur dengan jumlah perkawinan untuk setiap kebuntingan (service per conception), lama kebuntingan dan selang beranak (Davendra dan Mcleroy, 1988).

Saat ini masih belum banyak data mengenai penampilan reproduksi (service per conception, lama kebuntingan dan selang beranak) kambing Boerawa. Hasil

persilangan antara kambing Boer dan kambing PE tersebut diharapkan akan menghasilkan keturunan dengan penampilan reproduksi yang jauh lebih baik dan dapat menghasilkan ternak yang unggul. Dengan studi kasus mengenai

penampilan reproduksi persilangan antara kambing Boer dan kambing PE diharapkan akan melengkapi segala kekurangan pada data yang telah ada.

(13)

4

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan reproduksi (service per conception, lama kebuntingan dan selang beranak) kambing Boerawa di

Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Gisting.

C. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada instasi pemerintah terkait, masyarakat dan peternak mengenai penampilan reproduksi (service per conception, lama kebuntingan dan selang beranak) kambing Boerawa di

Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Gisting, guna menentukan arah kebijakan pengembangan kambing Boerawa kedepan agar lebih baik lagi.

D. Kerangka Pemikiran

(14)

5

Keberhasilan usaha peternakan tidak terlepas dari pengaruh faktor genetik dan faktor lingkungan. Peranan faktor genetik sebesar 30% sedangkan faktor lingkungan sebesar 70%. Salah satu upaya yang dapat ditempuh guna

memperbaiki mutu genetik kambing yaitu melalui persilangan dengan program grading-up. Grading-up adalah sistem perkawinan silang yang keturunannya

selalu disilangbalikkan (back crossing) dengan bangsa pejantannya dengan maksud mengubah bangsa induk (lokal) menjadi bangsa pejantannya (Hardjosubroto, 1994). Pemerintah Daerah Provinsi Lampung mengambil kebijakan melakukan grading-up, yakni mengawinkan pejantan Boer dengan kambing betina lokal PE dan keturunannya secara terus menerus dikawinkan dengan pejantan Boer.

Kambing Boerawa merupakan jenis kambing tipe pedaging hasil persilangan antara kambing Boer dan kambing PE. Kambing Boerawa saat ini berkembang dengan pesat di Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Gisting, kedua kecamatan tersebut merupakan pusat pengembangan kambing Boerawa di Provinsi Lampung.

Penampilan reproduksi kambing jantan dapat diukur dengan skor libido dan kualitas semen sedangkan pada kambing betina dapat diukur dengan jumlah perkawinan untuk setiap kebuntingan (service per conception), lama kebuntingan dan selang beranak (Davendra dan Mcleroy, 1988).

Service per conception adalah jumlah perkawinan atau pelayanan inseminasi yang

(15)

6

rendahnya efisiensi reproduksi. Service per conception yang optimal berkisar antara 1,1--1,3 (Achjadi, 2007). Makin kecil nilai service per conception,

semakin tinggi tingkat kesuburan hewan-hewan betina dalam kelompok tersebut. Sebaliknya makin tinggi nilai service per conception, makin rendah kesuburan hewan-hewan betina dalam kelompok tersebut. Service per conception

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap selang beranak. Menurut Devendra dan Burns (1994), selang beranak pada kambing yaitu 327 hari (10,9 bulan) dan menurut Setiadi, et al., (1995) yakni 10 bulan. Selang beranak akan makin panjang dengan bertambahnya jumlah perkawinan yang dapat

menghasilkan kebuntingan (Slama, et al., 1976).

Kebuntingan merupakan suatu interval waktu yang di sebut periode kebuntingan, terentang dari fertilisasi hingga lahir anak. Lama masa kebuntingan pada

kambing 148 hari dengan kisaran 140--159 hari sedangkan lama periode

kebuntingan di tentukan oleh faktor genetik, walaupun dapat dimodifikasi oleh faktor maternal dan faktor foetal (fetus) (Partodihardjo, 1982).

Data-data yang berkaitan dengan reproduksi kambing Boerawa saat ini masih belum banyak tersedia. Untuk meningkatkan populasi kambing Boerawa, data-data tersebut sangat dibutuhkan karena berkaitan dengan pengelolaan manajemen perkawinan. Terbatasnya data-data reproduksi mengakibatkan program

(16)

17

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Maret – April 2012 di lokasi pengembangan kambing Boerawa di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah thermohigrometer, alat tulis, dan rekording mengenai ternak yang ada di Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Gisting.

2. Bahan penelitian

(17)

18

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei di Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Gisting, Provinsi Lampung. Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari rekording milik peternak yang meliputi service per conception, lama kebuntingan dan selang beranak. Data sekunder diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi penelitian yang meliputi manajemen pemeliharaan (sistem perkandangan, frekuensi

pemberian pakan, dan jenis pakan yang digunakan) serta wawancara dengan peternak.

D. Peubah yang Diamati

1. Service per conception diperoleh dengan menghitung jumlah inseminasi

sampai terjadi kebuntingan (Toelihere, 1981).

2. Lama kebuntingan diperoleh dengan menghitung dari perkawinan yang fertil sampai partus (Hafez, 2000).

3. Selang beranak diperoleh dari periode antara dua beranak yang berurutan dari melahirkan sampai melahirkan berikutnya (Devendra dan Burns, 1994).

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. menentukan kriteria kambing yang sudah beranak minimal 2 kali;

(18)

19

3. pengumpulan data primer service per conception, lama kebuntingan, selang beranak dan data sekunder (pengamatan langsung di lokasi penelitian); 4. pengolahan dan analisis data.

F. Analisis data

(19)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan;

1. Penampilan reproduksi kambing Boerawa di Kecamatan Gedong Tataan sebagai berikut; service per conception sebesar 1,35 ± 0,513, lama kebuntingan sebesar 157,046 ± 1,483 hari dan selang beranak sebesar 277,123 ± 22,859 hari;

2. Penampilan reproduksi kambing Boerawa di Kecamatan Gisting sebagai berikut; service per conception sebesar 1,34 ± 0,497, lama kebuntingan sebesar 154,745 ± 2, 347 hari dan selang beranak sebesar 240,245 ± 15,710 hari;

3. Penampilan reproduksi kambing Boerawa di kedua lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Gisting tergolong ideal karena sudah sesuai dengan standar penampilan reproduksi pada kambing.

B.SARAN

1. Perlu dilakukan pelatihan atau penyuluhan oleh instasi pemerintahan untuk para peternak di Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Gisting

(20)

37

pengetahuan mendeteksi birahi agar penampilan reproduksi kambing Boerawa di kedua lokasi pengembangan kambing Boerawa menjadi lebih baik lagi;

(21)
(22)

39

DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, I.K. 1981. “Beberapa Ciri Populasi Kambing di Desa Ciburuy dan Cigombong serta Kegunaannya Bagi Peningkatan Produktivitas”. Tesis Magister. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Achjadi, K. 2007. “Manajemen Pengembangan Bioteknologi Reproduksi pada Kambing”. Karya Ilmiah. Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian. Bogor.

Akoso, B.T. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius. Yogyakarta. pp: 43. . 2004. Kesehatan Sapi. Kanisius. Yogyakarta.

American Boer Goat Association. 2001. ”Standard for Improved Boer Goat”. http://www.abga.org/breedinfo.html. Diakses 10 oktober 2010.

Anderson H, Plum TV. 1965. Gestation Length And Birth Weight in Cattle And Buffaloes. J Dairy Sci 48:1224.

Astuti, M. 1983. “Parameter Kambing dan Domba di Daerah Dataran Tinggi, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung”. Prosiding Pertemuan Ilmiah Penelitian Ruminansia Kecil. Puslitbangnak, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.

Astuti, M., A. Agus, I.G.S. Budisatria, L.M. Yusiati, dan M.U.M. Anggriani. 2007. Peta Potensi Plasma Nutfah Ternak Nasional. Edisi 1, Cetakan 1, Ardana Media, Yogyakarta.

Atabany, A., Abdulgani, I.K., Sudono, A., dan Mudikdjo. 2000. Performa Produksi, Reproduksi Dan Nilai Ekonomis Kambing Peranakan Etawah Di Peternakan Barokah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Volume 1. No.1, hal : 1-7. Atabany, A. 2001. “Studi Kasus Produksi Kambing Peranakan Etawah dan

Kambing Saanen pada Peternakan Kambing Perah Barokah dan PT. Taurus

(23)

40

Barry, D.M., and R.A. Godke. 2005. The Boer Goat. The Potential for Cross Breeding. Boergoats. Com. Cover page (Previous Display). Departement of Animal Sciences. LSU Agriculture Centre. Lousiana State University. Baton Rouge. Lousiana.

Cahyono, B. 1998. Berternak Domba dan Kambing. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 100 pp.

Dahlan, A. 2006. “Performan dan Indeks Produktivitas Induk Kambing Boerawa

dan Kambing Peranakan Etawah pada Pemeliharaan Rakyat”. Skripsi. Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Devendra, C dan G. B. Mc. Leroy, 1988. Goat and Sheep Production in The Tropics”. Longman Grup ltd, England. 271 pp.

Devendra, C. dan Mc. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Direktorat Pengembangan Peternakan. 2004. “Laporan Intensifikasi Usaha Tani Ternak Kambing di Provinsi Lampung”.

http://www.disnakkeswan-lampung.go.id /publikasi/bplm. Diakses 10 oktober 2010.

Disnakkeswan. 2004. Pemkab Tanggamus Alokasikan Dana Program Sentra Kambing Boerawa. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung.

Ditbangnak. 2004. Laporan Intensifikasi Usaha Tani Ternak Kambing Di Provinsi Lampung. http://www.disnakkeswan-lampung.go.id /publikasi/bplm.

Diakses 10 oktober 2010.

Djajanegara, A. & T. D. Chaniago. 1988. Goat meat production in Indonesia. In : C. Devendra (ed). Goat Meat Production in Asia. Intemational

Developm€nt Research Centre, Ottawa.

Hafez, E. S. E. 2000. Reproduction in Farm Animal. 7 th Ed. Williams & Wilkins. USA.

Hardjopranjoto H. S . 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Grasindo. Jakarta.

(24)

41

Kostaman, T., Keman, S., dan Sutama, I. K. 2003. “Penampilan Reproduksi Kambing Peranakan Etawah Betina yang Dikawinkan dengan Kambing Boer Jantan dan Pertumbuhan Anaknya Sampai Sapih”. Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. No.1. Volume. 2. Kurniadi, R. 2009. “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Servis Per Conception

pada Sapi Perah Laktasi di Koperasi Peternakan Bandung Selatan

Pengalengan Bandung Jawa Barat”. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kurniawan, H. 2009. “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Calving Interval pada Sapi Perah Laktasi di Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pengalengan Bandung Jawa Barat”. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Lestari, A. R. 2009. “Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu”. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Liggins, G. C. 1982. The Fetus and Birth in Reproduction in Mammals 2nd Ed in Embrionic and Fetal. Development: 2. C. R. Austin and R.V. Short (Ed). Cambridge Univ. Press. Cambridge. pp: 114-142.

Loliwu, Y.A. 2002. “Pengaruh Pemberian Hormon Pregnant Mare Serum

Gonadotrophin dan Human Chorionic Gonadotrophin Terhadap Beberapa Sifat Reproduksi Kambing Kacang di Sulawesi Selatan”. Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Murtidjo, B.A., 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Ternak Potong dan Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Partodihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Edisi 1. Mutiara Sumber Widjaya. Jakarta.

Pemerintahan Kecamatan gedong Tataan, 2007. Buku Monografi Kecamatan. Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Pesawaran.

Pemerintahan Kecamatan Gisting, 2006. Buku Monografi Kecamatan. Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Tanggamus.

Priyo, 2009. “Mengenal Gejala Birahi untuk Inseminasi Ternak Kambing”. Ilmu

Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.

http://www.ilmupeternakan.com/2009/10/mengenali-gejala-birahi-untuk.html. Diaskes 1 November 2012.

(25)

42

Sarwono, B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Cetakan kelima belas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Setiadi, B.I. 1995. “ Studi Karakteristik Kambing Peranakan Etawah”. Tesis Magister. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Setiadi, B., Subandriyo, dan L.C. Inigues. 1995. “Reproductive Performance of Small Ruminants in an Outreach Pilot Project in West Java”. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner I(2):73-80.

Slama, H., M.E. Wells, G.D.Adams dan R.D. Morrison. 1976. “Factors Effecting Calving Interval in Dairy Herds”. J. Dairy Sci.59 : 1334-1337.

Sodiq, A dan M. Y. Sumaryadi. 2002. “Reproductive Performance of Kacang and Peranakan Etawah Goat in Indonesia”. J. Animal Production: 52-59.

Subakat, S. A. 1985. “Pengaruh Cara Pemberian Ransum Terhadap Performans,

Karkas, dan Komponen Karkas Kambing Peranakan Etawah Jantan Muda”. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Sudono, A., R. F. Rosdiana dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Angromedia Pustaka. Bogor.

Subandriyo, B. Setiadi, D. Priyanto, M. Rangkuti, W.K. Sejati, Ria S.G.S., Hastono, dan O.S. Butar-Butar. 1995. “Analisis Potensi Kambing Peranakan Etawah dan Sumberdaya di Daerah Sumber Bibit Pedesaan”. Karya Ilmiah Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sumadi, 2001. “Estimasi Dinamika Populasi dan Out Put Kambing Peranakan Etawah di Desa Cibening Kecamatan Campaka Kabupaten Purwakarta”. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suryatiningrum, C. 2009. “ Prediksi Potensi Bibit Kambing Peranakan Etawah di

Wilayah Bibit Dusun Argosuko Desa ArgoyuwonoKecamatan Ampelgading

Kabupaten Malang”. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.

Sutama, I K. T N. Edey, and I. C. Fletcher, 1988. “Studies on Reproduction of Javaneses Thin-Fai”. l ewes. Aust. J. Agric. Res. 39 : 703-711.

Sutama, I.K., I.G.M. Budiarsana, dan Y. Saifudin. 1994. “Kinerja Reproduksi Sekitar Pubertas dan Beranak Pertama Kambing Peranakan Etawah”. Ilmu dan Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.Bogor.

(26)

43

Sutama, I. K., R. Dharsana, B. Setiadi, U. Adiati, RSG. Sianturi, IGM. Budiarsana, Hartono dan A. Anggraeni. 2000. Respon Fisiologi dan Produktivitas Kambing Peranakan Etawa yang Dikawinkan dengan

Kambing Saanen. Buku II. Penelitian Ternak Ruminansia Kecil. PP. 49-63. Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Suranindyah, Y.Y. dan B. Rustamadji. 1999. “Kinerja Produksi dan Reproduksi Kambing Peranakan Etawah yang Dikelola Sebagai Ternak Perah”. Buletin

Peternakan. Vol.23(4). Fapet UGM. Yogyakarta.

Ted dan L. Shipley. 2005. “Mengapa Harus Memelihara Kambing Boer, Daging untuk Masa Depan”. Program Brawiboer. Fapet Unibraw. Malang.

http://www.Indonesia boergoat.com/ind/whyraiseboergoat.html. Diakses 10 oktober 2010.

Toelihere. 1981. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa. Bandung. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa. Bandung.

Wijanarko, A.W., 2010. “Kajian Beberapa Faktor yang Mempengaruhi

Penampilan Reproduksi Sapi Brahman Cross di Kabupaten Ngawi”. Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Referensi

Dokumen terkait

gondii yang tidak efektif pada penelitian ini adalah kemungkinan waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgG dalam jumlah yang protektif tidak cukup sehingga mencit perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan prosedur operasional standar make up room di Hotel Daima Padang 100% telah dilakukan dari 3 orang roomboy telah

Pemangkasan pucuk dan sisa buah setelah penjarangan tidak menunjukan perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun, hal ini diduga karena pada perlakuan tanpa

Untuk mendapatkan karyawan yang berprestasi dalam bekerja, perusahaan harus lebih memperhatikan rekrutmen dan penempatan karyawan secara baik dan benar, sesuai dengan

Penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan dengan desain penelitian kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan untuk : 1) mengetahui penggunaan LKS matematika materi pecahan

Dengan demikian, nilai Fhitung lebih besar dari pada nilai Ftabel dan hipotesis nol ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara tata ruang kelas

Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu yang telah ada maka penulis tertarik untuk meneliti harga saham dengan menggunakan variabel NPM, DAR, PER dan PBV hal