Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC
APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
(Penelitian Survei terhadap Guru Geografi SMA Negeri di Kota Bandung)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Geografi
Disusun oleh: FITHRI NURU AYUNI
1201486
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH PASCA SARJANA
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemahaman Guru terhadap Pendekatan
Saintifik (Scientific Approach) dalam
Pembelajaran Geografi
Oleh: Fithri Nuru Ayuni
S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Pendidikan Geografi
© Fithri Nuru Ayuni 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Fithri Nuru Ayuni (1201486)
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S
NIP. 19600121 198503 2 001
Pembimbing II
Dr. Ahmad Yani, M.Si
NIP. 19670812 199702 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Fithri Nuru Ayuni (1201486)
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S NIP. 19600121 198503 2 001
Pembimbing II
Dr. Ahmad Yani, M.Si NIP. 19670812 199702 1 001
Penguji I
Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil P, M.Si NIP. 19610323 198603 1 002
Penguji II
Dr. H. Mamat Ruhimat, M.Pd NIP. 19610501 198601 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Sekolah Pascasarjana UPI
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Oleh: Fithri Nuru Ayuni (1201486)
ABSTRAK
Pendekatan scientific terdiri dari langkah-langkah mengamati, menanya, menalar, mengeksperimen, dan mengkomunikasikan. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan scientific akan berjalan dengan baik apabila seorang guru telah memahami apa itu pendekatan scientific. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana pemahaman guru terhadap pendekatan scientific dalam pembelajaran geografi? (2) Bagaimana respon guru terhadap kebijakan penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran? (3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemahaman guru terhadap pendekatan scientific?. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru geografi SMAN di Kota Bandung yang berjumlah 55 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan metode sampel jenuh. Jadi, seluruh populasi dalam penelitian ini dijadikan sampel penelitian. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket, studi literatur, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan perhitungan persentase, uji korelasi Theta (θ), dan uji korelasi Spearman (rs). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemahaman guru terhadap pendekatan scientific sebagian besar tergolong sedang sampai tinggi. Sedangkan, sisanya tergolong pada tingkat pemahaman rendah. Tingkat pemahaman yang cukup tinggi tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh pengalaman guru selama mengajar, mengingat langkah-langkah pendekatan scientific sudah sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, kemampuan dan pengetahuan guru dalam memanfaatkan dan mengoptimalkan informasi yang sangat baik pun mempengaruhi pemahaman guru mengenai pendekatan scientific, baik informasi melalui internet, sosialisasi, dan lain-lain. Selain pemahaman, respon guru terhadap penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran pun mendapat respon yang sangat positif dari para guru. Pemahaman dan respon yang sangat baik tersebut, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat pendidikan, latar belakang keilmuan, lama dan beban mengajar, keikutsertaan dalam pelatihan, penguasaan metode dan media, intensitas membaca, dan etos kerja guru. Faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemahaman guru mengenai pendekatan scientific dalam pembelajaran dengan kekuatan hubungan yang cukup tinggi.
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SCIENTIFIC APPROACH TO UNDERSTANDING TEACHER LEARNING IN GEOGRAPHY
By: Fithri Nuru Ayuni (1201486)
ABSTRACT
Scientific approach consists of the steps watching, asking, reasoning, experiment, and communicate. Learning activities with a scientific approach might work well if a teacher has to understand what the scientific approach. The problems of this study were (1) How do teachers understanding of the scientific approach to the study of geography? (2) What is the response of teachers to the implementation of the policy scientific approach to learning? (3) Factors that influence teachers' understanding of the scientific approach?. This study uses survey research. The population in this study were all SMAN geography teacher in Bandung, amounting to 55 people. The samples in this study using non-probability sampling method saturated samples. Thus, the entire population in this study the research sample. The data collection techniques used observation, questionnaires, literature study, and study documentation. Analysis using the percentage calculation,
correlation Theta (θ), and the Spearman correlation test (rs). The results showed that the level of teachers' understanding of the scientific approach is largely classified as moderate to high. Meanwhile, the rest belong to the low level of understanding. High enough level of understanding is largely influenced by the experience of the teacher during teaching, given the scientific approach measures have often done in the learning activities. In addition, the ability and knowledge of teachers in utilizing and optimizing the excellent information also affects teachers' understanding of the scientific approach, good information through the internet, socializing, and others. In addition to understanding, the teacher's response to the application of a scientific approach to learning also received a very positive response from teachers. Understanding and the excellent response, is influenced by several factors, including education level, educational background, old and teaching load, participation in training, mastery of methods and media, the intensity reading, and teachers work ethic. These factors have a significant influence on teachers' understanding of the scientific approach to learning with the strength of the relationship is high enough.
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ...
BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Definisi Operasional ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... A. Teori Kognitif dalam Pembelajaran ... B. Pemahaman (Comprehension) ...
1. Pemahaman tentang Terjemahan ... 2. Pemahaman tentang Interpretasi ... 3. Pemahaman tentang Ekstrapolasi ... C. Pembelajaran Geografi ... D. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Geografi ...
1. Pendekatan Pembelajaran Scientific ... 2. Langkah-langkah Pembelajaran Scientific ... E. Hipotesis Penelitian ...
11
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... A. Metode Penelitian ... B. Lokasi Penelitian ... C. Populasi dan Sampel ... D. Variabel Penelitian ... E. Teknik Pengumpulan Data ... F. Validitas dan Reliabilitas ... G. Teknik Analisis Data ...
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... A. Gambaran Umum SMA Negeri Kota Bandung ... B. Uji Normalitas Data ... C. Pemahaman Guru Terhadap Pendekatan Scientific ... D. Respon Guru Terhadap Kebijakan Penerapan Pendekatan Scientific ... E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Guru Terhadap
Pendekatan Scientific ... F. Hubungan Antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman
Guru (X) dengan Pemahaman Terhadap Pendekatan Scientific ... G. Pembahasan ...
46 46 48 52 62
67
82 89
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... A. Simpulan ...
B. Rekomendasi ... 93 93 94
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Langkah-langkah Pendekatan Scientific ... Dimensi Proses Kognitif menurut Bloom ... Keterampilan dalam Pendekatan Scientific ... Tingkatan Pertanyaan ... Hipotesis Penelitian ... Kategori Daya Pembeda ... Kategori Tingkat Kesukaran ... Hasil Validasi Instrumen Etos Kerja ...
Hasil Validasi Instrumen Pemahaman Pendekatan Scientific ... Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Instrumen Pemahaman ... Hasil Validasi Instrumen Respon Guru ... Kriteria Penilaian Skor ... Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... Sebaran SMA Negeri Kota Bandung ... Hasil Perhitungan Uji Normalitas Variabel Pemahaman ...
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Variabel Respon ... Perhitungan Uji Normalitas Variabel Etos Kerja ...
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Langkah-langkah Pembelajaran menggunakan Pendekatan Scientific ... Variabel Penelitian ... Peta Sebaran SMA Negeri Kota Bandung ... Histogram Pemahaman Pendekatan Scientific ... Histogram Respon Guru Terhadap Pendekatan Scientific ...
Histogram Etos Kerja ... Tingkat Pemahaman Guru Terhadap Pendekatan Scientific ...
Grafik Pemahaman Pendekatan Scientific pada Indikator Mengamati ... Grafik Pemahaman Pendekatan Scientific pada Indikator Menanya ... Grafik Pemahaman Pendekatan Scientific pada Indikator Menalar ... Grafik Pemahaman Pendekatan Scientific pada Indikator
Mengeksperimen ... Grafik Pemahaman Pendekatan Scientific pada Indikator
Mengkomunikasikan ... Grafik Respon Guru Terhadap Pendekatan Scientific (1) ... Grafik Respon Guru Terhadap Pendekatan Scientific (2) ... Grafik Respon Guru Terhadap Pendekatan Scientific (3) ... Grafik Respon Guru Terhadap Pendekatan Scientific (4) ...
Diagram Pendidikan Terakhir Guru Geografi ... Diagram Latar Belakang Keilmuan Guru Geografi ... Diagram Lama Mengajar ... Diagram Beban Mengajar ... Diagram Jenis Pelatihan yang diikuti ...
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru sebagai tenaga yang profesional secara signifikan akan berpengaruh
terhadap kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, guru memiliki
tugas dan peran dalam membantu siswa mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Peran guru sangat menentukan efektivitas dan efisiensi kegiatan
pembelajaran. Guru dituntut untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif
agar tujuan pembelajaran tercapai. Guru memiliki banyak peran dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut Ningrum (2009:31), “guru memiliki peran sebagai pengajar, motivator, mediator, pengelola kelas, partisipan, dan evaluator”. Dalam menjalankan tugas dan perannya, seorang guru harus memiliki kemampuan-kemampuan tersebut. Apabila guru dapat menjalankan tugas dan
perannya dengan baik, maka guru dapat dikatakan profesional. Kemampuan
profesional guru sangat menentukan kualitas pembelajaran dan keberhasilan
pendidikan secara keseluruhan.
Guru memegang peranan penting dalam perencanaan maupun pelaksanaan
pembelajaran. Oleh karena itu sangatlah penting untuk meningkatkan kreatifitas,
kualitas, dan profesionalisme guru. Profesionalisme guru di Indonesia masih
terbilang rendah. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh
Mulyasa (2012:7), sebagai berikut:
Profesionalisme guru di Indonesia masih sangat rendah, hal tersebut disebabkan karena belum adanya perubahan pola mengajar dan sistem konvensional ke sistem kompetensi, beban kerja guru yang tinggi, dan masih banyak guru yang belum melakukan penelitian tindakan kelas.
Berdasarkan wacana di atas, ternyata masih banyak guru yang belum bisa
dikatakan profesional. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, dilakukan
usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas guru agar dapat dikatakan profesional,
misalnya dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan, workshop, seminar dan
2
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
implementasikan oleh guru dalam pembelajaran di kelas, dengan cara
menerapkan metode atau pendekatan baru dalam pembelajaran.
Profesional adalah seseorang yang memiliki kepandaian khusus dan
keterampilan dalam pekerjaannya. Berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, istilah profesional dimaknai sebagai berikut:
Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Pekerjaan yang profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan
oleh mereka yang ahli pada bidangnya, dalam hal ini adalah guru. Guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai
guru dengan kemampuan maksimal. Guru profesional adalah guru yang terdidik
dan terlatih dan memiliki banyak pengalaman. Terdidik dan terlatih disini bukan
hanya dilihat dari pendidikan formal saja, tetapi juga harus menguasai berbagai
strategi dan metode dalam kegiatan belajar mengajar.
Guru profesional akan terlihat dari bagaimana mereka melaksanakan
tugas-tugasnya dengan baik. Kusnandar (2007:46) menyatakan bahwa, “guru
profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang
ditandai dengan keahlian, baik dalam materi maupun metode, juga melalui
tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya”. Selanjutnya,
Mulyasa (2012:135-136) mengemukakan kompetensi profesional yang harus
dimiliki guru, sebagai berikut:
3
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional
adalah guru yang mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Guru yang
profesional memahami materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada peserta
didiknya. Selain itu, guru profesional adalah guru yang mampu mengurutkan dan
mengorganisasikan materi pembelajaran, mendayagunakan sumber belajar, dan
mampu memilih dan menentukan materi pembelajaran. Hal tersebut sangatlah
diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran, karena dengan karakteristik
profesional tersebut, seorang guru dapat meningkatkan kemampuan dirinya
bahkan kualitas pendidikan itu sendiri.
Guru profesional sejatinya memiliki latar belakang pendidikan yang relevan,
baik dengan peran sebagai pendidik maupun dengan mata pelajaran yang
diampunya. Guru geografi adalah mereka yang memiliki latar belakang
pendidikan berasal dari lembaga pendidikan yang memiliki kewenangan
menghasilkan tenaga kependidikan, khususnya pada mata pelajaran geografi.
Kompetensi yang dimiliki oleh guru geografi hampir sama dengan kompetensi
lainnya, namun terdapat beberapa kompetensi khusus. Daldjoeni (1991:115)
mengemukakan lima kompetensi yang harus dimiliki oleh guru geografi, sebagai
berikut:
Kompetensi yang harus dimiliki guru geografi, diantaranya: (1) mempunyai perhatian yang cukup banyak kepada permasalahan kemanusiaan; (2) memiliki kemampuan untuk menentukan sendiri faktor-faktor lokatif, pola-pola regional dan relasi keruangan yang terkandung oleh ataupun tersembunyi di belakang gejala sosial; (3) mampu dan menyenangi kegiatan observasi secara mandiri di lapangan; (4) memiliki kemampuan mensintesakan data yang berasal dari berbagai sumber; dan (5) mampu membedakan serta memisahkan kasualitas yang sungguh, dari hal-hal yang sifatnya kebetulan belaka.
Guru geografi yang profesional adalah guru geografi yang memiliki kelima
kompetensi tersebut. Dalam kompetensi tersebut, terdapat beragam kemampuan
yang dimiliki oleh guru. Apabila guru geografi tidak memilikinya, berarti guru
harus mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya, karena dengan
kemampuan-kemampuan tersebut, guru dapat melaksanakan tugasnya dengan
4
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
oleh guru. Masalah lain yang dialami oleh guru geografi antara lain kurangnya
pengembangan dalam kegiatan pembelajaran, pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar masih terbatas, kurang terampilnya guru dalam mengadakan
kegiatan observasi, minimnya budaya membaca sehingga kurangnya informasi
baru yang didapat, atau bahkan berkaitan dengan kebijakan kurikulum baru.
Permasalahan yang dialami oleh guru saat ini mengenai kebijakan Kurikulum
2013 yang menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran. Tidak jarang
kegagalan dalam implementasi kurikulum baru itu disebabkan oleh kurangnya
pemahaman guru. Penyebab kurangnya pemahaman guru dapat disebabkan oleh
proses sosialisasi kurikulum baru yang belum dilakukan secara menyeluruh,
pembinaan dan pengembangan sumber daya guru belum memadai, atau bahkan
kegiatan dalam MGMP Geografi tidak berjalan dengan baik.
Kenyataan ini dapat mengakibatkan pembelajaran tidak berjalan dengan
baik, bahkan tujuannya pun tidak akan tercapai apabila pemahaman guru
terhadap kebijakan kurikulum baru masih kurang. Pemahaman guru merupakan
kemampuan seorang guru dalam mengartikan, menafsirkan, dan menerjemahkan
pengetahuan yang dimilikinya. Kuswana (2012:44), mengemukakan bahwa “pemahaman sering dikaitkan dengan membaca, dalam kategori ini merupakan pengertian yang lebih luas dan berhubungan dengan komunikasi yang mencakup materi tertulis bersifat verbal”. Sedangkan menurut Uno (2010:36), “pemahaman diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan atau
menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya”. Dengan kata lain, pemahaman adalah sebuah kemampuan yang harus dimiliki untuk mengerti suatu objek atau subjek dalam pembelajaran.
Pemahaman merupakan tingkatan kemampuan berpikir yang setingkat lebih
tinggi dari ingatan atau hafalan. Munthe (2014:40) menyebutkan bahwa “pemahaman dapat diukur melalui menjelaskan, mendeskripsikan, membuat ulang pernyataan, menguraikan, menerangkan, mengubah, memberikan contoh, menyadur dan menerangkan”. Selain itu, pemahaman terbagi kedalam beberapa perilaku. Kuswana (2012:44-45) membagi tiga jenis perilaku pemahaman,
5
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Translasi (kemampuan menerjemahkan), yaitu kemampuan untuk mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna. Simbol berupa kata-kata (verbal) diubah menjadi gambar atau bagan atau grafik. Kalau simbol ini berupa kata-kata atau kalimat tertentu, maka dapat diubah menjadi kata-kata atau kalimat lain. Pengalihan konsep yang dirumuskan dari kata-kata ke dalam grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan.
2) Interpretasi (kemampuan menafsirkan), yaitu kemampuan untuk menjelaskan makna yang terdapat di dalam simbol, baik simbol verbal maupun yang nonverbal. Kemampuan untuk menjelaskan konsep, atau prinsip atau teori tertentu termasuk dalam kategori ini. Seseorang dapat menginterpretasikan sesuatu konsep atau prinsip jika ia dapat menjelaskan secara rinci makna atau arti suatu konsep atau prinsip, atau dapat membandingkan, membedakan, atau mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain.
3) Ekstrapolasi (kemampuan meramalkan), yaitu kemampuan untuk melihat kecenderungan atau arah atau kelanjutan dari suatu temuan. Kemampuan pemahaman jenis ini menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi, misalnya membuat telahan tentang kemungkinan apa yang akan berlaku.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa pemahaman merupakan
kemampuan dalam mengartikan, menafsirkan, dan menerjemahkan suatu objek
atau subjek pembelajaran. Pemahaman guru disini lebih kepada pemahaman
terhadap materi, pendekatan/strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Seperti yang kita ketahui, bahwa guru profesional adalah guru yang ahli dalam
bidangnya, yaitu guru yang mengajar sesuai dengan latar belakang keilmuannya
dan mampu memahami materi pembelajaran. Sebagai guru geografi, sudah
seharusnya guru memiliki pemahaman tentang pembelajaran geografi itu sendiri.
Mulai dari pemahaman materi geografi, model, metode, pendekatan/strategi, serta
penerapannya dalam kegiatan pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran merupakan sudut pandang terhadap proses
pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih umum yang di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran tertentu. Rachmawati (2013:73) menyatakan “pendekatan pembelajaran harus menciptakan suasana teaching-learning yang dapat menumbuhkan rasa tidak tahu menjadi tahu”. Pendekatan pembelajaran ada yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa. Salah satu pendekatan yang
6
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Salah satu kebijakan dalam Kurikulum 2013 adalah menerapkan pendekatan
scientific dalam pembelajaran. Majid (2014:211), mengemukakan definisi konsep
pendekatan scientific sebagai berikut:
Pendekatan scientific dalam pembelajaran adalah pendekatan yang meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung
pada informasi searah dari guru. Pendekatan scientific ini bukanlah hal baru
untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Bagi guru geografi pendekatan
scientific ini sudah tidak asing lagi, terutama jika melihat langkah-langkahnya.
Saminanto (2013:26-32) mengemukakan langkah-langkah pendekatan scientific
sebagai berikut:
1) Mengamati; yaitu mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.
2) Menanya; yaitu kegiatan peserta didik yang diarahkan untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu.
3) Menalar; menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
4) Mencoba; dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
5) Membentuk jejaring; kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja.
Pada hakikatnya, pendekatan scientific mengarahkan agar peserta didik
mampu merumuskan masalah, bukan hanya menyelesaikan masalah dengan
menjawab saja. Selain itu, melatih peserta didik untuk berpikir analitis, yaitu
7
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan menghapal materi pelajaran semata. Kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan scientific akan berjalan dengan baik apabila seorang
guru telah memahami apa itu pendekatan scientific. Berdasarkan latar belakang
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemahaman guru
terhadap pendekatan scientific. Adapun judul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Pemahaman Guru Terhadap Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Geografi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penulis
merumuskan beberapa masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman guru terhadap langkah-langkah pendekatan
scientific dalam pembelajaran geografi?
2. Bagaimana respon guru terhadap kebijakan penggunaan pendekatan
scientific dalam pembelajaran geografi?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemahaman guru terhadap
pendekatan scientific dalam pembelajaran geografi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan topik dan rumusan masalah diatas, penelitian ini memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis pemahaman guru terhadap langkah-langkah pendekatan
scientific dalam pembelajaran geografi.
2. Menganalisis respon guru terhadap kebijakan penggunaan pendekatan
scientific dalam pembelajaran geografi.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman guru terhadap
8
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Manfaat
yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggali, mengkaji, dan
mengorganisasikan pembelajaran geografi melalui pendekatan scientific
yang dapat membentuk kecerdasan peserta didik, meliputi kompetensi
sikap, keterampilan dan pengetahuan. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang pendidikan terkait kebijakan penerapan pendekatan
scientific dalam pembelajaran yang harus dipahami oleh setiap guru yang
akan melaksanakannya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta Didik
Penelitian ini diharapkan dapat membentuk peserta didik untuk
mengenal dan memahami materi pelajaran menggunakan pendekatan
scientific, yaitu dengan cara menggali informasi melalui pengamatan,
bertanya, percobaan, kemudian mengolah dan manyajikan data atau
informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan dan mencipta.
b. Bagi Guru Geografi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk guru
dalam pengembangan praktek pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan scientific. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi acuan
untuk guru dalam menerapkan pendekatan scientific pada proses
pembelajaran.
c. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah dalam menentukan kebijakan di bidang pendidikan,
9
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan dari variabel penelitian. Dalam
penelitian ini terdiri dari pendekatan scientific dan pemahaman guru. Keduanya
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendekatan Scientific
Kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013 dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah atau scientific. Menurut Majid (2014:211), “pendekatan scientific dalam pembelajaran meliputi kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran”. Kegiatan-kegiatan tersebut yang nantinya harus dipahami oleh guru dalam penerapannya dalam pembelajaran. Pendekatan ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal
dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
Pendekatan pembelajaran scientific terdiri dari lima langkah pembelajaran,
yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating),
mencoba (experimenting), dan membuat jejaring (networking). Contoh kegiatan
dari setiap langkah-langkah tersebut akan dijelaskan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.1
Langkah-Langkah Pendekatan Scientific
No Langkah-Langkah
Pendekatan Scientific Contoh Kegiatan
1 Mengamati (observing) Melihat, membaca, mendengar, meraba, memperhatikan tayangan.
2 Menanya (questioning) Menanya, mengungkapkan, memberi umpan balik.
3 Menalar (associating) Berpikir kritis, merumuskan, menarik kesimpulan, mendialogkan,
menghubungkan, menganalisis, membandingkan.
4 Mencoba (experimenting) Simulasi, eksperimen, demonstrasi. 5 Membuat
jejaring/meng-komunikasikan (networking)
Memperagakan, penghayatan, memaknai perilaku, mempresentasikan,
mengkomunikasikan.
10
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Pemahaman Guru
Anderson dan Krathwohl (2010:106) mengemukakan bahwa “pemahaman
meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan”. Sedangkan, menurut Sanjaya (2012:126), “pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan
tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep”. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam memahami terdapat beberapa
kegiatan yaitu menginterpretasi, mengilustrasi, mengklasifikasi, menyimpulkan,
membandingkan, dan menjelaskan pengetahuan atau informasi yang didapatkan.
Pemahaman guru dalam penelitian ini berkaitan dengan pemahaman
terhadap pendekatan scientific dalam pembelajaran. Dalam memahami
pendekatan pembelajaran scientific, pemahaman guru dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya jenjang pendidikan, latar belakang keilmuan, lama dan beban
mengajar, keikutsertaan dalam pelatihan, penguasaan metode dan media,
intensitas membaca, serta etos kerja guru. Selain pengetahuan, faktor-faktor
tersebut akan mempengaruhi pemahaman dan respon guru terhadap pendekatan
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap guru geografi SMAN Kota Bandung
tentang pemahaman pendekatan scientific dalam pembelajaran geografi, dapat
ditarik beberapa simpulan, sebagai berikut:
1. Tingkat pemahaman guru terhadap pendekatan scientific dalam pembelajaran
geografi tergolong dalam tingkatan sedang atau cukup. Pemahaman guru
sudah cukup baik terhadap langkah pendekatan scientific mengamati,
menalar, mengeksperimen, dan mengkomunikasikan. Sebagian besar guru
memahami dengan baik kegiatan mengamati dan mencoba/mengeksperimen,
mengingat dalam pembelajaran geografi kedua kegiatan tersebut sangat
sering dilakukan. Sebaliknya, guru masih belum memahami dengan baik
dalam kegiatan menanya. Padahal menanya sering dilakukan dalam
pembelajaran. Kurang pahamnya guru terhadap kegiatan menanya dapat
disebabkan oleh kurangnya guru memberikan kesempatan bertanya kepada
peserta didik, atau bahkan peserta didik yang kurang termotivasi untuk
bertanya. Selain itu, jarangnya guru mengajukan pertanyaan berdasarkan
kriteria dan jenis pertanyaan berdasarkan tingkatan kognitif rendah ke
tingkatan yang lebih tinggi.
2. Respon guru terkait kebijakan penggunaan pendekatan scientific dalam
pembelajaran sejauh ini sangatlah positif. Sebagian besar guru menjawab
setuju bahkan sangat setuju terhadap kebijakan tersebut. Guru sudah
mengetahui dan memahami kelebihan dan manfaat yang akan didapatkan
apabila menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran, sehingga
banyak guru yang memberikan respon positif terhadap kebijakan ini. Salah
satu manfaat dari pendekatan pembelajaran yang mengutamakan proses ini
94
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sampai mengkomunikasikan hasil pengamatannya, sehingga peserta didik
mampu mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, kreatif, dan analitis.
3. Pemahaman guru terhadap pendekatan scientific dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, latar belakang keilmuan, pengalaman mengajar, pelatihan,
penguasaan metode dan media pembelajaran, intensitas membaca, dan etos
kerja guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara faktor-faktor tersebut dengan pemahaman guru terhadap
pendekatan scientific. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan relevannya
dengan keilmuan, maka pemahaman guru semakin baik. Lama mengajar pun
sangat mempengaruhi pemahaman guru, tetapi tidak dengan beban mengajar
yang diampu guru. Jenis pelatihan yang diikuti tidak terlalu mempengaruhi
pemahaman guru, tetapi seringnya mengikuti pelatihan sangat mempengaruhi
pemahaman guru. Semakin bervariasinya metode dan media yang digunakan
dalam pembelajaran mempengaruhi pemahaman guru pula. Begitupun
dengan intensitas membaca, semakin seringnya membaca, maka pemahaman
pun akan semakin baik pula. Tetapi etos kerja tidak terlalu mempengaruhi
pemahaman guru terhadap pemahaman guru dalam pembelajaran.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, diajukan rekomendasi bagi guru, peneliti
selanjutnya dan para pengambil kebijakan, sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat indikator pendekatan scientific
dalam pembelajaran geografi yang masih lemah adalah menanya. Untuk
meningkatkannya, guru dituntut lebih sering mengajukan pertanyaan dan
memberikan kesempatan bertanya kepada peserta didik. Dalam mengajukan
pertanyaan, guru harus memperhatikan kriteria, jenis, dan kata kunci dalam
menyusun pertanyaan, dimulai dari tingkatan kognitif yang rendah ke tinggi.
Kemudian, pemahaman guru pada indikator pendekatan scientific lainnya
seperti mengamati, menalar, mengeksperimen, dan mengkomunikasi yang
sudah tergolong cukup baik perlu ditingkatkan pula agar menjadi lebih baik
95
Fithri Nuru Ayuni, 2014
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sering melakukan kegiatan observasi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Selain itu, guru disarankan lebih sering mengajak peserta didik
untuk melakukan praktikum, yang kemudian hasilnya dikomunikasikan, baik
secara lisan maupun tulisan.
2. Hasil penelitian mengenai pendekatan scientific dapat dijadikan dasar/acuan
bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan perangkat pembelajaran
geografi berbasis scientific, yang kemudian diterapkan atau diujicobakan
dalam pembelajaran untuk mengukur sejauh mana pemahaman guru dalam
menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran geografi.
3. Hasil penelitian tentang pemahaman guru terhadap pendekatan scientific
dapat dijadikan acuan bagi para pengambil kebijakan untuk meningkatkan
pemahaman lebih baik lagi dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan
sosialisasi yang lebih intensif, mengingat tidak sedikit pula guru yang belum
memahami dengan baik mengenai penerapan pendekatan scientific dalam