Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL
TESIS
diajukanuntukmemenuhisebagiansyaratuntukmemperolehgelar Magister PendidikanProgram StudiPendidikanKhusus
oleh
NURUL MUTAHARA. B NIM 1303398
PROGRAM STUDIPENDIDIKAN KHUSUS SEKOLAH PASCASARJANA
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL
NurulMutahara. B
NIM 1303398
Program StudiPendidikanKebutuhanKhusus, SekolahPascasarjana
UniversitasPendidikan Indonesia
Penelitianinidilatarbelakangiolehmasihkurangnyaketerlibatan orang tuadalamlayananpendidikanbagianakberkebutuhankhusus.Hal
iniberdampakpadakemampuankeluargadalammemberikanlayananintervensidini di rumah.Untukmengatasihaltersebut, keluargamembutuhkanrumusan program
intervensidini yang
akanmenjadipedomanbagikeluargadalammelaksanakanintevensikepadaanak.
Tujuandaripenelitianiniadalahuntukmemperoleh data
tentangkondisiobjektifanakdankeluarga yang
memilikianakautismedenganhambatankomunikasi verbal, merumuskan program intervensidini yang akanmenjadipedomanbagikeluargadalammelaksanakanintervensi. Penelitianinimenggunakanpendekatankualitatifdenganmetodedeskriptif.Subjekpenelitian
yang dipilihadalahsalahsatukeluarga yang
memilikianakautismedenganhambatankomunikasi verbal di kota Makassar.
Teknikpengumpulan data yang digunakanadalahobservasi,
wawancaradanstudidokumentasi.Teknikanalisis data penelitianyaitureduksi data, display data, penarikankesimpulandanverifikasi.Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa 1)
Anakmengalamihambatankomunikasi verbal yang
pencapaianperkembangankomunikasinyasetaradengananakusia 2-3
tahunsebagaidampakdarikondisiautisme yang dialami. 2)
Kurangnyapemahamankeluargatentanghambatankomunikasianaksertacaramemberikanlay
ananintervensidini di rumah. 3) Rumusan program
intervensidiniberdasarkankondisiobjektifsertakebutuhananakdankeluargadan4)
Keluargadapatmelaksanakan program intervensidini.
Hasilpenelitianinidirekomendasikankepada Orang Tua, Guru danSekolah.
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
EARLY INTERVENTION PROGRAM TOWARDS FAMILY WHO HAVE CHILDREN WITH AUTISM WITH VERBAL COMMUNICATION BARRIER
Nurul Mutahara. B Student ID 1303398
Special Needs Education Program, School of Postgraduate Studies Indonesian University of Education
This research was conducted based on the lack of parents’ involvement in education service for the children with special need. This kind of problem is impacted to the ability of a family to give the early intervention service in the house. To solve this problem, the family needs an early intervention program formula that becomes the guidance for the family in implementing the early intervention program towards the children. The purpose of this research is to gain the data about the objective condition of children and the family who have children with autism with verbal communication barrier, to formulate the early intervention program that becomes the guidance for the family in implementing the intervention program. The method used in this research was descriptive qualitative. The subject taken was a family who has children with autism with verbal communication barrier in Makassar. The technique of data collection used in this research was observation, interview and documentation. The technique of data analyses was data reduction, data display, conclusion and verification. The result of this research showed that 1) The child has the verbal communication barrier with level of communication development equals to 2-3 years old children as the impact of autism condition. 2) The lack of family comprehension about the children communication barrier as well as how to give the early intervention service in the house. 3) The early intervention program formulation is based on children and family objective condition and needs, and 4) the family can conduct the early intervention program. The result of this research is highly recommended to the parents, teachers and schools.
Nurul mutahari, 2015
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL……….…... i
HALAMAN HAK CIPTA……… ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..…. iii
PERNYATAAN……… iv
D. Tujuan Penelitian………. 8
E. Manfaat Penelitian………... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 10
A. KonsepDasarIntervensiDini……… 10
1. KonsepIntervensi……… 10
2. IntervensiDini……… 13
B. Keluarga yang MemilikiAnakAutisme………. 17
1. KonsepDasarKeluarga……….. 17
2. Keterlibatan Orang tua……… 20
C. AnakAutismedenganHambatanKomunikasi Verbal…... 23
1. DefinisiAutisme………. 23
2. AnakAutismedenganHambatanKomunikasi Verbal... 28
BAB III METODE PENELITIAN………... 32
A.Subjek danLokasi Penelitian……….. 32
B.ProsedurPenelitian………. 33
C.TeknikPengumpulan data danPengembanganInstrumen Penelitian………. 37 D.Teknik Analisis Data………... 42
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. HasilPenelitian………. 43
1. KondisiobjektifAnak 43 2. Kondisi objektifKeluarga……… 47
3. RumusanProgram IntervensiDinipadaKeluarga yang MemilikiAnakAutismedenganHambatanKomunikasi… ……….. 51 4.Keterlaksanaan Program IntervensiDini………. 85
B. Pembahasan………... 87
1. AnalisaKondisiObjektifAnakAutismedenganHambatan Komunikasi verbal……….. 87 2. AnalisaKondisiObjektifAnalisaKondisiObjektifAnakAu tismedenganHambatanKomunikasi verbal…. 90 3. AnalisaRumusanProgram IntervensiDinipadaKeluarga yang MemilikiAnakAutismedenganHambatanKomunikasi… ………. 93 4. AnalisaKeterlaksanaan Program IntervensiDini……… 97
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……….... 101
A. Kesimpulan………... 101
B. Rekomendasi………. 103
DAFTAR PUSTAKA………... 105
LAMPIRAN………..… 109
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses perubahan yang
terjadi sepanjang hidup manusia. Perkembangan anak dimasa awal kehidupan
hingga masa kanak-kanak atau lebih dikenal dengan konsep usia dini
merupakan tahap perkembangan yang sangat penting karena berlangsung
sangat cepat dan terlihat pada semua aspek perkembangan anak. Masa usia
dini yang dimaksud tersebut berlangsung pada rentang usia 0-6 tahun. Tahap
perkembangan anak pada usia dini akan menentukan optimalisasi tahap
perkembangan selanjutnya. Dukungan dan bantuan dari lingkungan sekitar
anak akan menentukan pencapaian perkembangan optimal anak.
Perkembangan anak pada masa awal kehidupan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan terdekatnya yaitu keluarga. Urie Bronfenbenner (dalam Santrock,
2007, hlm.56) menjelaskan bahwa „lingkungan keluarga sebagai bagian dari
mikrosistem lingkungan akan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.‟ Teori ekologi (1974) tersebut menjelaskan bahwa interaksi langsung yang terjalin dalam keluarga akan
memberikan pengalaman belajar kepada anak sehingga berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Teori ini memfokuskan pada konteks sosial tempat anak
tumbuh dan berkembang. Pada awal masa kehidupannya, anak lebih banyak
menghabiskan waktu bersama keluarga sehingga menuntut pentingnya
perhatian dan tanggungjawab lebih dari keluarga terkhusus pada orang tua.
Pendampingan dari orang tua sebagai mediator, motivator maupun pengawas
anak dalam proses belajar menjadi kebutuhan esensial yang seharusnya
mendapatkan perhatian.
Interaksi yang terjadi dalam lingkungan keluarga merupakan proses
belajar yang dilakukan oleh anak untuk meningkatkan perkembangannya.
Vygotsky (dalam Santrock,2007, hlm. 50) memandang bahwa „Pengetahuan
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menekankan bahwa interaksi sosial anak dengan orang dewasa yang lebih
terampil serta teman sebaya adalah penting dalam meningkatkan
perkembangan anak. Vygotsky (dalam Suntrock, 2007, hlm. 51) dengan teori
kognitif sosial-budaya menggambarkan „perkembangan anak sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan oleh aktivitas sosial dan budaya.‟ Melalui konsep Zone of Proximal Development (ZPD) dan mediated learning, Vygotsky mengkaji
perkembangan anak. Alimin (2009) menjelaskan bahwaZone of Proximal
Development yang dimaksud oleh Vygotsky adalah
Jarak antara kompetensi orang dewasa dengan posisi perkembangan aktual yang sudah dicapai oleh seorang anak. Proses belajar adalah proses mendekatkan jarak antara kompetensi orang dewasa dengan perkembangan aktual anak, dan jika jarak antara kedunya semakin dekat, itu berarti telah terjadi perkembangan. Pada zone inilah sesungguhnya proses belajar itu terjadi pada diri seorang anak, dan perkembangan dipandang sebagai hasil belajar.Sementara itu mediated learning adalah interaksi antara anak dengan orang dewasa yang terjadi pada daerah zone of proximal development. Oleh karena itu esensi proses belajar menurut perspektif ini adalah interaksi dan komunikasi antara anak dengan orang dewasa. Keberhasilan belajar pada anak-anak akan sangat tergantung pada intensitas interaksi dan komunikasi tersebut.
Pada usia awal perkembangan anak, intensitas interaksi dan komunikasi yang
intensif dengan orang dewasa yang dimaksud hanya mungkin dapat dilakukan
dengan anggota keluarga lain terutama orang tua.
Studi awal dilakukan peneliti pada salah satu keluarga yang memiliki
anak autisme untuk mengetahui kondisi objektif keluarga terkait dengan
pengasuhan anaknya. Partisipan tersebut adalah sebuah keluarga yang
memiliki anak autisme yang usianya 5 tahun. Ibu Imenggambarkan riwayat
perkembangan anaknyahingga mendapatkan diagnosa medis bahwa WI
mengalami autisme. Perkembangan anak mengalami kemunduran pada usia 3
tahun yang terlihat paling signifikan pada kemampuan bahasa dan
komunikasi serta perilakunya, dimana anak menjadi lebih banyak diam, suara
ocehan yang sering dikeluarkan perlahan menghilang hingga tidak terdengar
aktifitas bicara lagi. Anak juga lebih sering melakukan aktivitas sendiri
seperti bermain sendiri dan mengacuhkan kehadiran orang lain disekitarnya.
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kebiasaan anak yang sering mengamuk dan melempar mainan serta sulit
untuk dikendalikan. Ibu I kadang merasa bersalah karena berpikir bahwa
kondisi anak tersebut kemungkinan disebabkan oleh karena kelahiran anak
yang premature pada usia kehamilan 8 bulan. Pada saat itu ibu I mengalami
pendarahan berat sehingga harus segera melakukan operasi ceasar. Pada usia
ke tigahingga empat tahun, anak hanya disimpan di rumah karena keluarga
mengalami kebingungan dalam menghadapi anak. kondisi tersebut membuat
anak tidak segera mendapat pelayanan yang optimal. Setelah memperoleh
informasi tentang layanan pendidikan yang dapat diupayakan untuk anak,
kemudian orang tua membawa anak ke SLB. Dari sekolah tersebut orang tua
mendapat rekomendasi untuk memeriksakan anak ke dokter ahli untuk
memperoleh diagnosa kondisi anak. Hasil diagnosa medis tersebut
menyatakan bahwa anak mengalami “Autisme”. Sejak usia empat tahun
hingga saat ini, anak hanya mendapatkan pelayanan pendidikan dan terapis di
sekolah. Ketika di rumah, aktivitas anak hanya nonton televisi dan terkadang
bermain bersama saudaranya. Orang tua mengungkapkan bahwa mereka tidak
pernah begitu paham bagaimana cara yang benar untuk berkomunikasi
dengan anaknya. Kata yang dapat diucapkan oleh anak hingga saat ini adalah
bapak, mama, makan, minum, salam. Orang tua merasa sangat kesulitan
untuk berkomunikasi dengan anak ketika menginginkan barang tertentu tetapi
tidak dapat mengucapkan dengan jelas. Orang tua sangat kesulitan
menghadapi perilaku anak yang sering mengamuk,teriak-teriak dan
mengangis tanpa alasan yang jelas.
Penelitian yang dilakukan oleh Tahar (dalamWijaya dkk. 2010, hlm..
111) pada sebuah keluarga yang memiliki anak autisme mengungkapkan
bahwa „Kondisi awal orang tua saat mengetahui anaknya autisme adalah
merasa kecewa, bingung, marah, saling menyalahkan, tidak percaya bahkan berlarut dalam kesedihan.‟ Pada kasus keluarga tersebut orang tua anak mengakui kebimbangannya ketika menemukan perilaku-perilaku anak yang “aneh” dalam masa perkembangannya seperti keterlambatan pada aspek motorik dan bahasa, kelengketan pada benda tertentu, perilaku yang sering
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebab yang jelas. Bahkan sering kali anak dipukul dengan menggunakan kayu
ataupun rotan ketika orang tuanya merasa sangat kesal dengan tingkah laku
anak tersebut. Orang tua anak juga mengungkapkan bahwa “Kalau mengikuti
kata hati tentunya YC (anak) tidak bolehbersosialisasi dengan orang lain.”
Orang tua punya perasaan untuk mengisolasi anak dari lingkungan sekitar.
Sugiarmin (2013, hlm. 164) mengungkapkan bahwa
Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak yang sifatnya kompleks dan berat, biasanya telah terlihat sebelum berumur 3 tahun, dengan ciri tidak mampu untuk berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan maupun keinginannya. Akibatnya perilaku dan hubungan dengan orang lain terganggu, keadaan ini sangat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya.
Gangguan komunikasi yang dialami anak meliputi komunikasi verbal
seperti merancau dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain, banyak
meniru atau membeo, sering meniru nyanyian, nada dan kata-katanya tanpa
mengerti artinya sedangkan untuk komunikasi nonverbalnya anak tidak
mengerti arti dari gerak tubuh, ekspresi wajah, nada/warna/intonasi suara, dan
tidak mampu menangkap pembicaraan orang lain. Selain itu, anak tidak ada
usaha untuk berkomunikasi. Perilaku anak yang hanya menarik tangan orang
terdekat ketika menginginkan sesuatu serta menolak atau menghindari kontak
mata menjadi kondisi yang memperparah hambatan yang dialami anak.
Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi anak autism berdasarkan
pedoman baku DSM-IV, ditunjukkan oleh minimal salah satu cirinya yaitu
bicara terlambat atau bahkan sama sekali tiaak berkembang (tidak ada usaha
untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara), bila bisa
bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi, sering menggunakan
bahasa yang aneh dan diulang-ulang atau cara bermain kurang variatif,
kurang imajinatif, dan kurang meniru. Keluarga seharusnya dapat
memberikan dukungan dan bantuan kepada anak untuk mengatasi hambatan
perkembangan yang dialami, akan tetapi pada kenyataannya kondisi autisme
yang dialami anak tersebut menimbulkan perasalahan tersendiri bagi
keluarga.
Kehadiran anak berkebutuhan khusus dalam keluarga sangat berpotensi
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
alam yang terkait dengan pengasuhan dan tanggung jawab terkait merawat
anak. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa ibu dari anak-anak
dengan ASD mengalami tingkat stres umum lebih tinggi daripada ibu dari
anak TD dan anak-anak dengan gangguan lain, seperti down syndrome atau
keterlambatan perkembangan (McStay et al, 2013).Reaksi dan sikap orang tua
terhadap kehadiran anak berdampak terhadap pengasuhan kepada anak serta
kehidupan sosial keluarga. Sikap keluarga yang tidak menerima, pengasuhan
yang cenderung permisif hingga mengisolasi anak merupakan bentuk respon
lingkungan yang negatif. Lingkungan yang tidak responsif tersebut akan
mengakibatkan perkembangan anak makin terhambat. Kondisi keluarga yang
tidak responsif dengan kehadiran anak tersebut dapat terlihat pada bagaimana
keterlibatan orang tua dalam pengasuhan anak.
Penelitian yang terkait dengan keterlibatan orang tua dalam pemberian
layanan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus di SLB X kota Makassar oleh Musyawarah (2012) mengungkapkan bahwa “keterlibatan orang tua dengan anak berkebutuhan khusus masih sangat kurang dalam hal pemberian
layanan kepada anak.” Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa rendahnya
keterlibatan orang tua dalam pemberian layanan kepada anaknya disebabkan
karena kurangnya pemahaman orang tua tentang kondisi anak serta
terbatasnya kegiatan yang berupaya melibatkan orang tua dalam
pendampingan anak. Sekolah sebagai lembaga yang terdekat dengan orang
tua anak seharusnya secara aktif bekerjasama untuk memberikan layanan
profesional kepada keluarga anak. Pihak sekolah selama ini tidak berupaya
memfasilitasi orang tua untuk mendapatkan keterampilan pendampingan
yang tepat kepada anak khususnya di rumah baik berupa training, konseling
ataupun seminar bagi orang tua. Anak hanya mendapatkan pelayanan sepihak
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki yaitu di lingkungan sekolah.
Ketika berada di rumah, anak tidak lagi dibekali untuk dapat belajar maupun
latihan mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya. Intervensi yang
dilakukan disekolah dan tidak berlanjut di rumah mengakibatkan
perkembangan anak sangat lambat. Ketidakonsistenan perlakuan yang
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perkembangan anak autisme. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk
membantu anak agar mendapat perlakuan yang konsisten di sekolah dan di
rumah.
Banyak penelitian diberbagai bidang keilmuan sekarang ini yang
berusaha mengkaji permasalahan yang dihadapi oleh anak dan keluarga serta
cara terbaik untuk membantu anak dan remaja beserta keluarganya tersebut.
Rye (dalam Tarsidi, 2004, hlm. 79) mengungkapkan
Perubahan ini disebut sebagai sebuah “pergeseran paradigma”, sebuah perubahan dalam asumsi kita mengenai cara terbaik untuk meningkatkan perkembangan anak dalam hal kesadaran diri dan kemampuannya. Sebuah perubahan yang melibatkan perubahan radikal dalam cara pandang dan menghasilkan perubahan cara berpikir dan bertindak. Pemikiran baru ini merupakan proses revolusi kearah cara berpikir baru mengenai bagaimana cara meningkatkan penghargaan diri pada orang tua dan anak, penemuan sumber kekuatan dan kesempatan yang mereka miliki untuk berkembang. Proses evolusioner ini dapat dilihat pada pemberian layanan bagi anak dan keluarga yang berkebutuhan khusus.
Perubahan dalam pemberian layanan oleh profesional dapat ditinjau dari
praktik intervensi yang diberikan sesuai dengan perubahan paradigma dari
model medis ke model sosial. Pada awal tahun 1990-an, terjadi perubahan lebih lanjut menuju pendekatan “berpusat pada keluarga” dalam melakukan intervensi. Pendekatan ini lebih banyak melibatkan anggota keluarga dalam
mendeskripsikan dan menentukan hakikat dan cakupan masalah serta
mengevaluasi pelaksanaan perlakuan dalam hal kecukupannya dan
efektivitasnya. Ini berarti bahwa keluarga, pada tingkatan yang lebih besar,
bertanggungjawab pada pelaksanaannya dan memandang keluarga sebagai
pelaksana penting dalam upaya membantu anak.”
Keberhasilan keluarga dalam membantu mengatasi hambatan belajar dan
perkembangan anaknya yang berkebutuhan khusus sangat bergantung pada
bagaimana kemampuan keluarga mengembangkan potensi dan dukungan
yang dimiliki.
Fowler (2011, hlm. 1) mengungkapkan bahwa
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
infant’s or toddler’s needs in these areas of development: physical, cognitive, communication, social-emotional and adaptive. A child has delays in one or more of these areas.
Menurut pendapat Fowler, dapat diartikan bahwa keluarga yang
mempunyai anak berkebutuhan khusus mungkin membutuhkan bantuan
untuk mencari jalan terbaik untuk membantu perkembangan anak mereka.
Keluarga yang bekerjasama dengan seorang ahli dalam program intervensi
dini untuk membantu anak mereka mendapatkan permulaan yang terbaik
dalam hidup mereka. Bantuan intervensi dini di desain untuk mendapatkan
apa yang dibutuhkan oleh bayi dan juga balita dalam hal perkembangan, fisik,
kognitif, komunikasi, sosial emosi, dan adaptasi. Anak mungkin mengalami
keterlambatan dalam satu atau lebih dari beberapa hal tersebut.
Baker danBrightman (dalam Sunardi danSunaryo, 2007, hlm. 27)
mengungkapkan bahwa „intervensi dini meliputi sistem, layanan dan
pendukung yang sengaja dirancang untuk meningkatkan perkembangan,
memperkecil potensi terhadap terjadinya kelambatan perkembangan dan
kebutuhan untuk memperoleh layanan pendidikan khusus, dan meningkatkan
kapasitas para keluarga dan pengasuh.‟
Layanan intervensi yang melibatkan orang tua sebagai lingkungan belajar
terdekat anak, permasalahan hambatan komunikasi verbal anak autisme serta
peluang keberhasilan yang lebih besar dengan bantuan orang tua serta
keluarga yang memiliki banyak kesempatan untuk berkomunikasi dengan
anak dirumah menjadi fokus peneliti untuk mengkaji intervensi yang dapat
diberikan kepada anak dan keluarga khususnya orang tua agar memiliki
kompetensi pendampingan dan pengasuhan yang tepat bagi anak. Dalam
intervensi, kehadiran program menjadi kerangka utama pelaksanaannya.
SuhermandanSudrajat (dalam Hertianna, 2013, hlm. 11) menjelaskan bahwa
suatu program merupakan rencana kegiatan yang disusun secara operasional
dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan
pelaksanaanya. Sebagai langkah awal untuk membantu keluarga dan anak
autisme mencapai perkembangan komunikasi yang optimal maka peneliti
berupaya merumuskan sebuah program, analisis dan prosedur penanganan
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
verbal yang dialami anak, memperoleh informasi tentang kondisi objektif
hambatan komunikasi anak serta membangun kompetensi orang tua dalam
pendampingan anak melalui program intervensi dini. Rumusan program
intervensi dini menjadi pedoman bagi orang tua dalam melakukan intervensi
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi verbal anaknya.
B. FokusPenelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada
perumusan program intervensi dini untuk membantu keluargamengatasi
hambatan komunikasi verbal yang dialamianak karena kondisi autismenya.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang telah dirumuskan di atas maka
dijabarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kondisi objektif anak autisme denganhambatan komunikasi
verbal?
2. Bagaimanakah kondisi objektif keluarga yang memiliki anak autisme
denganhambatan komunikasi verbal?
3. Bagaimanakah rumusan program intervensi dini pada keluarga yang
memiliki anak autismedenganhambatan komunikasi verbal?
4. Bagaimanakah keterlaksanaanprogram intervensi dini pada keluarga yang
memiliki anak autisme dengan hambatan komunikasi verbal?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umumyang ingin dicapai dari penelitian ini adalah rumusan
program intervensi dini pada keluarga yang memiliki anak autisme dengan
hambatan komunikasi verbal. Berdasarkan tujuan umum tersebut maka
dijabarkan tujuan-tujuan khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Tujuan-tujuan khusus tersebut, yaitu:
1. Untuk mengetahui kondisi objektif anak autisme denganhambatan
komunikasi verbal.
2. Untuk mengetahui kondisi objektif keluarga yang memiliki anak autisme
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Untuk mengetahui rumusan program intervensi dini pada keluarga yang
memiliki anak autismedenganhambatan komunikasi verbal.
4. Untuk mengetahui keterlaksanaan program intervensi dini pada keluarga
yang memiliki anak autisme dengan hambatan komunikasi verbal.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini, antara lain:
1. Bagi orang tua, diharapkan dapat memanfaatkan program intervensi dini
dalammelaksanakan intervensi secara mandiri.
2. Bagi guru, diharapkan dapat menjalin komunikasi yang intensifuntuk
melibatkan orang tua dalam memberikan layanan intervensi dini kepada
anaknya.
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan yang melibatkan
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif. Creswell (2013, hlm. 4) mengemukakan
bahwa“Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi
dan memahami makna yangoleh sejumlah individu atau sekelompok
orangdianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses
penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.”Salah satu tujuan dari penelitian kualitatif yaitu
menggambarkan dan memahami fenomena sosial yang terjadi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Data yang diperoleh dari penelitian berupa kata-kata yang menggambarkan
kondisi sesuai dengan pertanyaan penelitian. Data tersebut disajikan dalam
bentuk deskripsi sehingga diperoleh gambaran yang utuh apa adanya tentang
hasil penelitian sesuai dengan pertanyaan penelitian. Metode deskriptif
bertujuan untuk mengungkap data-data faktual dilapangan tentang kondisi
objektif anak autisme dengan hambatan komunikasi verbal dan kondisi
objektif keluarga yang memiliki anak autisme dengan hambatan komunikasi
verbal. Data hasil analisis deskriptif yang diperoleh tersebut menjadi landasan
dalam merancang program intervensi dini dengan pendekatan yang berpusat
pada keluarga.
A. Subjek dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitan ini adalah keluarga yang memiliki anak autisme
dengan hambatan komunikasi verbal. Subjek penelitian tersebut menjadi
informan dalam pengumpulan data penelitian. Subjek penelitian ditentukan
melalui prosedur purposif. Bungin (2007, hlm. 107) menyatakan prosedur
purposif yaitu “menentukan kelompok peserta yang menjadi informan
penelitian sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
keluarga yang memiliki anak autisme dengan hambatan komunikasiverbal.
Subjek penelitian tersebut menjadi subjek yang dipilih pada tahap I hingga
tahap III pelaksanaan penelitian. Kriteria penentuan satu keluarga sebagai
subjek penelitian tersebut karena kondisi anak autisme yang sangat
spesifik. Sugiarmin (2013 hal. 169) menerangkan bahwa “autisme
sesungguhnyaadalah sekumpulan gejala klinis yang dilatarbelakngi oleh
berbagai faktor yang sangat bervariasi, berkaitan satu sama lain dan unik
karena tidak sama untuk masing-masing kasus.”
2. LokasiPenelitian
Lokasi penelitan yang dipilih dalam mengkaji permasalahan tentang
program intervensi dini pada keluarga yang memiliki anak autisme dengan
hambatan komunikasi verbaladalah kota Makassar. Berdasarkan hasil
penelitian terkait tentang masih kurangnya keterlibatan orang tua dalam
pemberian layanan bagi anak berkebutuhan khusus pada lokasi yang sama
menjadi alasan peneliti memilih lokasi tersebut. Berdasarkan penelitian
tersebut ditemukan bahwa rendahnya pemahaman orang tua tentang anak
berkebutuhan khusus sehingga tidak mengetahui bagaimana cara
membantu anak.Dari penelitian terkait untuk membantu orang tua melalui
program intervensi diharapkan agar keterlibatan orang tua dalam
pemberian layanan dan pendampingan bagi anak berkebutuhan khusus
dapat meningkat.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tentang program intervensi dini pada keluarga yang
memiliki anak autisme dengan hambatan komunikasi verbal ini dilaksanakan
dalam tiga tahap. Alur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu dini, keluarga dan anak autisme dengan hambatan komunikasi
Profil anak dan keluarga yang dirumuskan menjadi potensi, hambatan dan kebutuhan anak dan keluarga
Data awal dan menentukan subjek penelitian
Rekomendasi hasil evaluasi dan validasi rancangan program
Hasil
Tahap Pelaksanaan Program Intervensi Dini
Observasi dan wawancara kepada orang tua Kegiatan
Peneliti Keluarga Peneliti Anak Peneliti Keluarga Anak
Hasil
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan gambar di atas, tahap-tahap dalam penelitian yang
dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut :
Pada tahap Ipendahuluan, kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
1) Studi literatur
Studi literatur tentang kajian pustaka yang relevan dengan permasalahan
penelitian yang dibahas yaitu terkait dengan program intervensi dini pada
keluarga yang memiliki anak autisme dengan hambatan komunikasi
verbal. Studi literatur bertujuan untuk merumuskan konsep-konsep tentang
intervensi dini, keluarga dan anak autisme dengan hambatan komunikasi.
Konsep teori tersebut yang menjadi pedoman peneliti dalam melaksanakan
penelitian.
2) Studi empirik
Kegiatan yang dilaksanakan yaitu mengumpulkan data studi awal tentang
permasalahan penelitian melalui kegiatan observasi dan wawancara pada
keluarga yang memiliki anak autisme dengan hambatan komunikasi verbal
serta menentukan subjek penelitian yang akan menjadi sumber data utama.
3) Asesmen anak dan keluarga
Selanjutnya mengumpulkan datakondisi objektif perkembangan
komunikasi verbal anak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah observasi dan wawancaramenggunakan pedoman observasi dan
wawancara (lampiran 7). Selanjutnya,peneliti melakukan asesmen
perkembangan komunikasi anak bedasarkan milestoneperkembangan anak
usia 2-6 tahun sesuai usia subjek (WI) untuk mengumpulkan data tentang
perkembangan bahasa dan komunikasi anak lebih dalam.
Asesmen pada keluarga bertujuan untuk mengumpulkan data kondisi
objektif keluarga terkait dengan pengasuhan keluarga yang memiliki anak
autisme dengan hambatan komunikasi verbal dan terkait dengan
pemberian layanan intervensi dini kepada anaknya. Pengumpulan data
kondisi objektif keluarga berdasarkan aspek-aspek relasi dalam keluarga,
kesehatan keluarga dan dukungan kelembagaaanbagi anak berkebutuhan
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
of Life(Brown, 2006) Pembatasan aspek dalam FQoL pada penelitian ini
berdasarkan tujuan penelitian yaitu kondisi objektif keluarga terkait
dengan perumusan program intervensi dini. Data yang dikumpulkan sesuai
dengan ketiga aspek FQoL tersebut dapat dilihat pada pengembangan
kisi-kisi instrumen penelitian.
Data hasil asesmen anak dan keluarga dirangkum menjadi profil anak dan
keluarga yang meliputi potensi, hambatan dan kebutuhan anak dan
keluarga terkait dengan intervensi dini. Data hasil asesmen tersebut
menjadi landasan dalam menyusunprogram intervensi dini.
Pada tahap II, kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
1) Perancangan program intervensi dini bersama keluarga
Peneliti bersama keluarga (orang tua) melakukan diskusi terkait dengan
rancangan program intervensi dini yang dibutuhkan oleh anak berdasarkan
data hasil asesmen. Rancangan program intervensi yang dibuat untuk anak
yaitu rancangan program intervensi komunikasi verbal. Rancangan
program tersebut berdasarkan kebutuhan prioritas anak saat ini. Rancangan
program intervensi dini yang disusun untuk anak dan keluarga selanjutnya
divalidasi melalui FGD.
2) Validasi program melalui Focus Group Discussion (FGD)
Anggota grup diskusi yang di undang adalah pakar ahli pendidikan
khusus, ahli konselor keluarga, ahli terapi autis, guru kelas subjek (WI)
dan mahasiswa Pendidikan Khusus. Para ahli melakukan evaluasi dan
memberikan saran perbaikan pada program yang dirancang agar sesuai
dengan kebutuhan anak dan keluarga. Program hasil validasi melalui FGD
tersebut yang digunakan dalam pelaksanaan intervensi.
Pada tahap III, kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
1) Pelaksanaan program intervensi dini
Pada pelaksaanaan program intervensi dini dibagi menjadi 3 sesi yaitu
modeling, pengalihtanganan selanjutnya sesi intervensi mandiri oleh orang
tua. Sesi pertama diawali dengan peneliti memberikan materi kepada
orang tua tentang perkembangan anak, aspek-aspek perkembangan anak,
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
autisme, sharing tentang sikap dan komitmen keluarga dalam pengasuhan
anak berkebutuhan khusus serta diskusi tentang program intervensi
komunikasi yang akan dilaksanakan. Selanjutnya pada sesi pertama
peneliti melakukan intervensi langsung kepada anak yang dihadiri oleh
orangtua sebagaimodeling. Sesi kedua yaitu orang tua melakukan
intervensi komunikasi kepada anak dengan bantuan peneliti sebagai proses
pengalihtanganan.Sesi ketiga yaitu orang tua melakukan intervensi
mandiri kepada anak dengan mengikuti prosedur pelaksanaan pada
program.
2) Observasi dan wawancara kepada orang tua
Kegiatan observasi dan wawancara dilaksanakan untuk menganalisis
program intervensi yang telah dirancang. Analisis program berdasarkan
aspek materi/isi program, tujuan/kegunaan program dan kemudahan
program/keterbacaan. Kegiatan observasi dan wawancara terkait dengan
pelaksanaan progam menggunakan pedoman observasi dan wawancara.
C. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dan asesmen meliputi
observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Berikut ini dijelaskan
masing-masing teknik pengumpulan data dalam penelitian yang
dilaksanakan:
a. Observasi
Kegiatan observasiyang dilakukan adalah peneliti secara langsung
turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas
individu-individu di lokasi penelitian. Observasi dilaksanakan terhadap seluruh
anggota keluarga dan dalam setting keluarga. Observasi dilaksanakan
langsung oleh peneliti untuk mengamati berbagai hal yang terkait
dengan kemampuan komunikasi verbal anak saat ini, hambatan
komunikasi verbalnya, sikap dan penerimaan keluarga, pengasuhan
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
yang dialami oleh anak dan bentuk/pola komunikasi orang tua dengan
anak.
b. Wawancara
Wawancara untuk mengumpulkan data hasil asesmen anak dan
keluarga sebagai bahan analisis dalam menyusun program,rancangan
program intervensi dini yang disusun bersama keluargaserta analisis
keluarga (orang tua) terkait dengan pelaksanaan program intervensi
dini yang telah dirancang. Data yang dikumpulkan untuk wawancara
terkait dengan pemahaman orang tua tentang anak autisme, riwayat
kelahiran dan perkembangan anak, perkembangan komunikasi anak,
upaya apa yang telah dilakukan oleh orang tua untuk anak. Wawancara
selanjutnya dilakukan untuk menggali ide-ide dan pendapat orang tua
terkait dengan program intervensi yang dirancang bersama serta
analisis tentang program yang dilaksanakan.
c. Studi Dokumentasi
Dokumen yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian
berupa laporan tertulis tentang biodata anak dan laporan perkembangan
anak dari sekolah dan data riwayat perkembangan anak dari orang tua.
2. Pengembangan Instrumen Penelitian
Untuk pengumpulan data penelitian, peneliti mengembangakan instrumen
penelitian yang meliputi pedoman observasi, dan pedoman wawancara.
Pengembangan instrumen penelitiantersebut, dapat dilihat pada tabel
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
No Pertanyaan penelitian Aspek Sub Aspek Instrumen
penelitian
Komunikasi verbal Volume suara
Penyampaian pesan dengan suara/bunyi
Cara berbicara
Kosa kata yang dimiliki anak Penggunaan kata Bentuk komunikasi dengan anak
sehari-hari
Sikap terhadap anak
Penerimaan semua anggota keluarga Interaksi antar anggota keluarga Komunikasi antara anggota keluarga
Pedoman
Kebutuhan anak terkait dengan hambatan komunikasi verbalnya Kondisi kesehatan anak (WI)
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Pertanyaan penelitian Aspek Sub Aspek Instrumen
penelitian
Teknik pengumpulan data
Informan
1 2 3 4 5 6 7
Kondisi kesehatan semua anggota keluarga
Upaya keluarga menjaga kesehatan Dukungan
kelembangaan
Dukungan lembaga pendidikan kepada anak
3 Bagaimanakah rumusan program intervensi dini pada keluarga yang memiliki anak autisme dengan hambatan
Kebutuhan anak akan hambatan komunikasi verbalnya
Kebutuhan keluarga terkait dengan layanan intervensi dini
Kesesuian program dengan kondisi objektif anak
Kesesuian program dengan kondisi objektif keluarga orang tua tentang anak autisme dengan hambatan komunikasi verbal Menjadi pedoman bagi orang tua
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Pertanyaan penelitian Aspek Sub Aspek Instrumen
penelitian
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Teknik Analisis Data
Miles&Hubermen (dalam Sugiyono, 2012 hlm . 91) mengemukakan bahwa „Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interakif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh.‟ Aktivitas dalam analisis data yaitu :
1. Reduksi data
“Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”
(Sugiyono, 2012 hlm. 94). Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
mengumpulkan data dari hasil observasi, wawancara dan asesmen
kemudian memilah data yang pokok atau utama sesuai dengan fokus
penelitian. Data tersebut terkait dengan potensi, hambatan dan kebutuhan
anak dan keluarga dalam melakukan intervensi dini.
2. Display data
Miles&Hubermen (dalam Sugiyono, 2012 hlm. 95) menyatakan „yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.‟ Data hasil asesmen anak terkait dengan perkembangan komunikasi verbal dan hambatan yang dialami,
dampak yang dialami keluarga karena kondisi anak disajikan dalam bentuk
deskripsi hasil asesmen yang dikelompokkan menjadi potensi, hambatan,
kebutuhan anak dan keluarga. Data tersebut disusun menjadi landasan
dalam menyusun program intervensi dini pada keluarga yang memiliki
anak autisme dengan hambatan komunikasi verbal.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Hasil akhir dari penelitan merupakan kesimpulan dari keseluruhan data
yang diperoleh selama penelitian berupa program intervensi dini. Program
intervensi tersebut adalah program intervensi dini yang ditujukan kepada
keluarga yang memiliki anak autisme dengan hambatan komunikasi
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
FGD. Program akhir hasil validasi tersebut menjadi produk hasil penelitian
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai program
intervensi dini pada keluarga yang memiliki anak autisme dengan hambatan
komunikasiverbal, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kemampuan komunikasi verbal subjek saat ini setara dengan kemampuan
komunikasi anak usia 2-3 tahun. Hambatan komunikasi verbal subjek
meliputi bunyi yang dikeluarkan bukan sebagai fungsi komunikasi, tidak
dapat menggunakan bicara untuk mengungkapkan keinginan seperti
meminta, pengucapan kata yang belum jelas, kosa kata yang sangat
terbatas, belum mampu membuat kalimat dan tidak merespon bentuk
komunikasi verbal dari orang lain. Subjek masihsering mengacuhkan
partner komunikasi sehingga berdampak pada aktivitas interaksi sosial
anak yangterbatas dan diperparah oleh kondisi autisme yang dialami.
Subjek masih cenderung melakukan aktivitas sendiri dan tidak ada
dukungan interaksi komunikasi yang potensial dari lingkungan sekitarnya
terutama keluarga.
2. Kondisi keluarga subjek yang dilihat dari aspek relasi dalam keluarga
yaitu memiliki pemahaman yang terbatas terkait dengan perkembangan
anak, baik dari aspek-aspek perkembangan maupun tahapan
perkembangan yang seharusnya.Selain itu, terlihat perbedaan sikap orang
tuadalam pengasuhan anak dimana bapak cenderung tegas sedangkan
mama cenderung mengalah, keluarga terlihat masih sangat memanjakan
anak sehingga berdampak pada perilaku anak yang pasif. Harapan orang
tua yang besar terhadap perkembangan anak, yang menginginkan anak
dapat “sembuh”, sehingga bisa tumbuh dan berkembang seperti anak
lainnya. Pada aspekkesehatan keluargaterlihat kurangnya pemahaman
keluarga tentang autisme, tidak memahami kebutuhan anak terkait dengan
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
komunikasi yang sesuai dengan kondisi anak akan tetapi kondisi kesehatan
dan kebersihan anak sangat diperhatikan.Sedangkan pada aspek dukungan
kelembangaan bagi anak berkebutuhan khusus yaitu keterlibatan orang tua
yang masih rendah terkait dengan pemberian layanan pendidikan bagi
anak dimana tidak adanya upaya penanganananak di rumah, serta tidak
adanya upaya dari sekolah untuk membantu orang tua memahami dan
mendampingi anak di rumah.
3. Rancangan program intervensi dini pada keluarga yang memiliki anak
autisme dengan hambatan komunikasi verbal disusun berdasarkan data
kondisi objektif anak dan keluarga. Data kondisi objektif anak terkait
dengan hambatan komunikasi verbal anak dan kebutuhan komunikasi
verbal anak untuk intervensi. Sedangkan data kondisi objektif keluarga
disusun berdasarkan aspek-aspek pada Family Quality of Lifeyang
mengadopsi tiga dari sembilan aspek, meliputi relasi dalam keluarga,
kesehatan keluarga dan dukungan kelembangaan bagi anak berkebutuhan
khusus. Berdasarkan analisis kebutuhan anak dan keluarga kemudian
dirancang program intervensi dini bersama keluarga (orang tua) subjek
penelitian.Rancangan program intervensi dini tersebut dibagi menjadi dua,
yaitu program untuk keluarga dan program intervensi komunikasi untuk
anak. Rancangan program intervensi dini tersebut kemudian divalidasi
melalui Focus Group Discussion(FGD). Berdasarkan hasil validasi FGD,
program yang telah dirancang kemudian direvisi oleh peneliti. Revisi
rancangan program intervensi pada keluarga yang memiliki anak autisme
dengan hambatan komunikasi verbal meliputi materi program, yaitu kosa
kata yang fungsional bagi anak, kosa kata apa saja yang akan dibelajarkan
untuk anak dijelaskan dalam program. Kualitas tujuan/kegunaan meliputi
program intervensi yang dirancang bersifat spesifik pada kondisi anak dan
keluarga yang sama. Keterbacaan program meliputi rancangan prosedur
penelitian yang redaksi katanya lebih disederhanakan agar mudah untuk
dipahami dan dilaksanakan oleh keluarga, langkah-langkah pelaksanaan
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rancangan program intervensi dini pada keluarga yang memiliki anak
autisme dengan hambatan komunikasi verbal sudah sesuai dengan kondisi
objektif serta kebutuhan anak dan keluarga.
4. Program intervensi dini yang dirancang dapat dipahami oleh keluarga
(orang tua) sehingga mereka dapat melaksanakan intervensi kepada anak.
Prosedur intervensi dini yang dilaksanakan yaitu melalui teknik
modellingdari peneliti kemudian pengalihatangan kepada keluarga dengan
bimbingan peneliti, selanjutnya keluarga diberi kesempatan untuk
melaksanakan intervensi dini secara mandiri. Orang tua memiliki
kepercayaan diri dan kemampuan untuk melakukan intervensi komunikasi
verbal kepada anak terutama pada latihan pengucapan kata dan
peningkatan kosa kata. Orang tua membangun komitmen dengan keluarga
besar untuk memanfaatkan masa usia dini anak dengan melakukan
intervensi seoptimal mungkin. Orang tua mengarahkan anggota keluarga
lain untuk belajar melakukan intervensi dengan menerapkan prinsip
komunikasi kontak mata dan keterarahwajahan dalam melakukan
komunikasi dengan anak. Kesulitan yang dihadapi keluarga dalam
melaksanakan intervensi adalah perilaku anak yang hiperaktif dan kurang
patuh. Perilaku anak tersebut merupakan kesulitan yang timbul karena
kondisi autisme yang dialami oleh anak. Orang tua diberi pemahaman
dalam menghadapi situasi tersebut dengan menerapkan disiplin dan
membangun kepatuhan anak. selain itu, orang tua belum memiliki
konsistensi dalam mengintervensi anak.
B. Rekomendasi
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti
merekomendasikan sebagai berikut:
1. Bagi orang tua, program intervensi dini yang telah dirancang menjadi
pedoman dalam melaksanakan intervensi dini di rumah. Orang tua
seharusnyamelaksanakan intervensi secara konsisten kepada anak. Selain
itu, orang tua dapat berlatih mengembangkan keterampilan dalam
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini bersifat kasuistik hanya pada kondisi anak yang memiliki hambatan
komunikasi verbal dengan hambatan dan kebutuhan komunikasi yang
sama. Oleh karena itu, bagi orang tua yang memiliki anak autisme dengan
hambatan komunikasi verbal dengankondisi objektif perkembangan
komunikasi anak yang sama, hambatan serta kebutuhan komunikasi yang
sama, program intervensi diniini dapat dijadikan panduan dalam
melakukan intervensi dini kepada anak.
2. Bagi guru, agar menjalin komunikasi yang intensif dengan orang tuauntuk
meningkatkan keterlibatan orang tua dalam melakukan intervensi dini
kepada anaknya.
3. Bagi sekolah, karena masih rendahnya keterlibatan keluarga dalam
pemberian layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, oleh
karena itu, sekolah dapat memfasilitasi kegiatan bagi orang tua untuk
meningkatkan kepedulian dan perhatian orang tua terhadap anak.
Memberikan pelatihan bagi orang tua anak untuk mengembangkan
keterampilan dalam mengintervensi anak di rumah serta menyusun
program intervensi dini yang dapat dijadikan panduan bagi orang tua
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, Z dan Tarsidi, D. (2009a). Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. (online). Di akses dari: http://z-alimin.blogspot.com/2009/04/anak-penyandang-autisme-dan_02.html.
Alimin, Z. (2009b). Vygotsky In The Classroom: Mediated Leteracy Intruction
and Intervention(online). Di akses dari:
http://z- alimin.blogspot.com/2009/05/vygotsky-in-classroom-mediated-leteracy.html.
Andini, M. J. 2014. Pengembangan Instrument Asesmen Hambatan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Dini. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
Arikunto, dkk. (2009). Evaluasi program. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Boham, S. E, (2014) Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Autis (Studi pada orang tua dari anak autis di Sekolah Luar Biasa AGCA Center Pumorow Kelurahan Banjer Manado). Jurnal. 2 (4).
Brown, et. al (2006). Family Quality of Life Survey, Main Caregivers of People with Intelectual or Developmental Disabilities. Jurnal Internasional.
Bungin, B. (2012). Penelitian Kualitatif ‘Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public, dan Ilmu Social Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Charman, T dan Wendy. S. (2006). Social dan Communication Development In Autism Spectrum Disorder Early Identification, diagnosis dan Intervention. New York: Guilford Publication.
Creswell, J.W. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Damaiyanti. (2010). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung:PT. Refika Aditama.
Danuatmaja, B. (2005). Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.
Dyer, L. (2009). Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer.
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Gabriels, L. Rdan Hill, D.E. (2007). Growing Up With Autism Working With School-Age Children and Adolecents. New York: A Division Of Guilford Publication.
Hallahandan Kauffman. (2005). Special Education What It Is and Why We Need It. United States: Pearson Education. Inc.
Hartono, Jelly C. 2013. Studi Kasus tentang Family Quality of Life pada Keluarga-Keluarga yang Memiliki Anak Down Sindrom di Lembaga Pendidikan X Bandung. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, Observasi dan Focus Group Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press.
Hertianna, D.U. 2013. Program Pelatihan Orang Tua untuk Intervensi Dini Anak dengan Gangguan Komunikasi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Indriati, Etty. (2011). Kesulitan Bicara dan Berbahasa Pada anak:Terapi dan Strategi Orang Tua. Jakarta: Prenada Media Group.
Kozulin. A (1986). Though and LanguageLev Vygotsky. USA: The MIF Press.
Kurniasih, I. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Edukasia.
Mc Donall, .C, Cavenaugh, B.S dan Giesen, M.J. (2012). “The Relationship Between Parental Involvement and Mathematics Achievement For Students With Visual Impairments. The Journal of Special Education. 45, (4), hlm. 204-215.
McStay, R. L, at.al. (2013). Parenting Stress and Autism: Therole Of Age, Autism Severity, Quality Of Life and Problem Behaviour Of Children and Adolescents With Autism. Journal of Autism. SAGE Publications, 18 (5) hlm. 502–510.
Morgan, L. J, at.al. (2014). Impact of Social Communication Interventions on Infants and Toddlers With or At-Risk for Autism: A Systematic Review. Article. Focus on Autism and Other Developmental Disabilities, 29 (4) hlm, 246 –256.
Musyawarah. (2012). Keterlibatan Orang Tua dalam Pemberian Layanan Pendidikan Pada Anak Berkebutuhan Khusus di SLB X Kota Makassar. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Novia, M.R, (2014). Program Intervensi Dini Bersumberdaya Keluarga pada Anak Dengan Keterlambatan Perkembangan Motorik. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Papalia, D. E dkk. (2011). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Prenada Media Group.
Santrock, John. W. (2007). Perkembangan anak (Jilid 1.) Jakarta : Erlangga.
Santrock, John. W. (2012). Life-Span Development(jilid 1) Jakarta : Erlangga.
Shields, J (2001). The NAS Early Bird Program Partnership with parents in early intervention. SAGE Publications and The National Autistic Society, 5(1), hlm. 49–56.
Shochib, M. (2000). Pola asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soendari, T. (2010). Asesmendalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Amanah Offset.
Soetjaningsih, C. (2012). Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Pranada.
Stahmer.A.C, at.al
. (
2005).
Early Intervention Practices for Children With Autism: Descriptions From Community Providers. Focus on autism and other developmental disabilities. SAGE Publications, 20 (2), hlm. 66-79.Sugiarmin, M dan Baihaqi, MIF. (Eds). (2012). Sekolah Inklusif Konsep dan Penerapan Pembelajaran. Bandung: nuansa.
Sugiyono. (2012). Memahami penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sunardidan Sunaryo. 2007. Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : DIRJEN DIKTI.
Tarsidi, D. (2004). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Tirtarhadja dan La Sulo. (2012). PengantarPendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan Bimbingan dan Konseling. Depok: PT. Rajagrafinda Persada.
Nurul mutahari, 2015
PROGRAM INTERVENSI DINI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISME DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBALUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Turner.L.Vdan Spears.C.L (2011). Rising To New Heights of Communication and Learning For Children With Autism. London: Jessica Kingsley Publisher.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Press.
Wijaya, D.R.,dkk. (2010). Praktik-Praktik Terbaik Pendidikan Untuk Semua: Isu-Isu Pendidikan Khusus di Indonesia dan Malaysia. Bandung : Rizki Press.
Wikipedia. (2010). Pengertian Program. Artikel (online). Di akses dari: http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik
kreatif.definisi/pengertian-program.html