• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Evaluasi DISEMINASI HAM & PENGUATAN HAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Evaluasi DISEMINASI HAM & PENGUATAN HAM"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

Panduan Evaluasi

DISEMINASI HAM & PENGUATAN HAM

Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia

Jl. H.R. Rasuna Said No. Kav 6 – 7, RT.16 RW 04,

Kuningan, Karet Kuningan, Kecamatan Setia Bud,i Kota Jakarta Selatan

Jakarta 12940

(2)
(3)

iii

Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM

KATA PENGANTAR

Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.

Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.

Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.

Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.

Jakarta, November 2019

(4)

iv

Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

………

iii

Daftar Isi

………

iv

Daftar Tabel

………..……

vi

Cara mempelajari dan menggunakan buku ini

………

vii

Bab 1, Pendahuluan

……….

1

Latar Belakang

………..……

1

Maksud dan Tujuan

……….

2

Sistematika Pedoman

……….

2

Pengertian Umum

………..…….…

3

Bab 2, Acuan Evaluasi & Metodologi

……….. ………..…….…

Acuan Evaluasi

……….………..…….…

6

Metodologi

………..…….………..…….………..…

11

Ba3, Evaluasi Penyelenggaraan

____________________________________________

18

3.1. Pengertian

……….………

18

3.2. Maksud dan Tujuan

………

18

3.3. Menyusun Kisi-kisi

……….………

18

3.4. Menentukan Instrumen

……….….………

21

3.5. Menentukan Sumber Data

………..……….

23

3.6. Menyiapkan Tim Pelaksana

………

23

3.7. Pengambilan Data

……….………

24

3.8. Mengolah Data

……….………..………

25

3.9. Analisis Data

……….………

27

3.10. Kesimpulan dan Rekomendasi

………..………..

29

3.11. Pelaporan

……….…

31

Bab 4, Evaluasi Pembelajaran

_____________________________________

4.1. Pengertian

……….………

41

4.2. Maksud dan Tujuan

………

41

4.3. Menyusun Kisi-kisi

……….………

42

4.4. Menentukan Instrumen

……….….………

44

4.5. Menentukan Sumber Data

………..……….

45

4.6. Menyiapkan Tim Pelaksana

………

46

4.7. Pengambilan Data

……….………

47

4.8. Mengolah Data

……….………..………

48

4.9. Analisis Data

……….………

49

4.10. Kesimpulan dan Rekomendasi

………..………..

52

4.11. Pelaporan

……….…

54

Bab 5, Evaluasi Tindakan

__________________________________________________________________________________________________________

5.1. Pengertian

……….………

65

5.2. Maksud dan Tujuan

………

65

(5)

v

Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM

5.4. Menentukan Instrumen

……….….………

82

5.5. Menentukan Sumber Data

………..……….

85

5.6. Menyiapkan Tim Pelaksana

………

85

5.7. Pengambilan Data

……….………

87

5.8. Mengolah Data

……….………..………

88

5.9. Analisis Data

……….………

89

5.10. Kesimpulan dan Rekomendasi

………..………..

92

5.11. Pelaporan

……….…

95

Bab 6, Evaluasi Hasil

_______________________________________________________________________________

6.1. Pengertian

……….………

116

6.2. Maksud dan Tujuan

………

116

6.3. Menyusun Kisi-kisi

……….………

116

6.4. Menentukan Instrumen

……….….………

121

6.5. Menentukan Sumber Data

………..……….

123

6.6. Menyiapkan Tim Pelaksana

………

124

6.7. Pengambilan Data

……….………

125

6.8. Mengolah Data

……….………..………

125

6.9. Analisis Data

……….………

126

6.10. Kesimpulan dan Rekomendasi

………..………..

129

6.11. Pelaporan

……….…

131

Lampiran

Instrumen bab 3

……….

32

Format Laporan bab 3

………..

39

Instrumen bab 4

……….

55

Format Laporan bab 4

………..

63

Instrumen bab 5

……….

96

Format Laporan bab 5

………..

114

Instrumen bab 6

……….

132

Format Laporan bab 6

………..

139

(6)

vi

Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM

(7)

vii

Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM

CARA MENGGUNAKAN PANDUAN INI

Buku ini memandu Anda untuk melakukan evaluasi, dan Anda idealnya mempelajari

keseluruhan terlebih dahulu pada saat akan menggunakan buku panduan ini agar dapat

memahami secara menyeluruh.

Buku ini disusun dengan lingkup materi mulai dari proses perencanaan, bukan sekedar pada

saat akan melakukan evaluasi (pengambilan data). Perencanaan ini ada di dalam setiap bab,

dari bab 3 sampai bab 6.

Oleh karenanya, jika Anda akan melaksanakan evaluasi, mulailah dengan mengkaji bagian 2

dari setiap bab yaitu ‘Menyusun Kisi-kisi’. Kisi-kisi ini masih bersifat tawaran dan bersifat

tentative, sehingga sangat dimungkinkan untuk disesuaikan dengan merevisi materi yang akan

Anda berikan atau perkembangan yang terjadi.

Setelah kisi-kisi selesai direvisi, maka lakukan revisi untuk instrumen yang sudah ada sesuai

dengan kisi-kisi yang telah direvisi tersebut. Jangan lupa, revisi juga perlu dilakukan pada

instrument dalam bentuk online.

Setelah instrument direvisi, tabel data pengolahan data dalam bentuk excel juga perlu direvisi,

yaitu jumlah item dan rumus untuk menentukan skor rata-rata serta rumus untuk pembuatan

diagram.

Setelah instrumen sudah selesai disusun, barulah pengambilan data dapat mulai dilakukan.

Di samping itu, pada setiap kisi-kisi dan instrumen menggunakan kode, hal ini dimaksudkan

untuk mempermudah Anda dalam mencocokkan antara kisi-kisi dan instrumen. Sedangkan

nomor urut (ditulis dengan menggunakan #, dapat disesuaikan di setiap instrument. Tidak ada

hubungannya dengan kode.

(8)

1

Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

(Kemenkumham) wajib menyelenggarakan pelayanan publik. Hal ini menjadi bagian dari

target yang telah ditetapkan dalam Indikator Kinerja Utama (IKU). Pelayanan tersebut untuk

memenuhi tuntutan kebutuhan dan tuntutan pelayanan bagi masyarakat yang lebih nyaman,

menjunjung tinggi prinsip keadilan, dan berbasiskan pada Hak Asasi Manusia (HAM).

UPT sebagai penyelenggara pelayanan publik wajib menyusun, menetapkan, dan menerapkan

standar pelayanan. Standar tersebut menjadi acuan bagi setiap pegawai di UPT tersebut tanpa

terkecuali. Standar tersebut pula yang menjadi acuan penilaian kualitas pelayanan yang

diberikan. Penyusunan, penetapan dan penerapan standar pelayanan tersebut dimaksudkan

sebagai bagian dari upaya mengurangi penyimpangan dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dimaksud. Di samping itu, standar pelayanan juga menjadi alat manajemen untuk tetap

mempertahankan kinerja para pegawai.

UPT sebagai penyelenggara pelayanan publik perlu mendapatkan dukungan, baik dari sisi

kebijakan, teknis maupun pendanaan. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan adalah

dengan meningkatkan pengetahuan, pembentukan sikap positif dan peningkatan

keterampilan terkait HAM, yaitu dengan melakukan Diseminasi HAM dan Penguatan HAM.

Dua kegiatan tersebut diharapkan dapat mewujudkan UPT dalam memberikan pelayanan

publik berbasis HAM. Sehingga penyelenggaraan dua kegiatan tersebut harus dapat dipastikan

kualitasnya, dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta memperoleh hasil yang positif.

Guna memastikan hal tersebut dapat terjadi, maka diperlukan seperangkat alat evaluasi.

Evaluasi merupakan cara untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan yang

telah terlaksana. Evaluasi juga diperlukan untuk memperbaiki kualitas dan efektifitas dari

suatu kegiatan. Demikian pula dalam pelaksanaan kegiatan Diseminasi HAM atau Penguatan

HAM. Tanpa evaluasi, maka tidak dapat diketahui bagaimana kondisi dan sampai pada tingkat

apa keberhasilan pelayanan publik berbasis HAM yang telah dilaksanakan.

Sejauh ini, evaluasi pelayanan publik berbasis HAM di UPT dilakukan dengan

pedoman/standar evaluasi yang kurang rinci. Meskipun sudah ada Peraturan Menteri Hukum

dan HAM Nomor 27 Tahun 2018 tentang Penghargaan Pelayanan Publik Berbasis HAM yang

di dalamnya terdapat kriteria penilaiannya, tetapi dalam pelaksanaannya hanya didasarkan

pada pedoman/standar secara umum. Akibatnya terjadi perbedaan pandangan tentang

standar penilaian yang benar di masing-masing UPT. Hal tersebut berdampak pada penilaian

dan pelaksanaan pelayanan publik berbasis HAM di masing-masing UPT yang tidak maksimal.

(9)

2

Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM

Oleh sebab itu perlu disusun suatu pedoman untuk melakukan penilaian pelayanan publik

berbasis HAM. Dengan demikian, pelaksanaan penilaian/evaluasi di semua UPT memiliki

standar yang sama dan baku berdasarkan dasar hukum yang ada.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

1.2.1. MAKSUD

Maksud yang ingin dicapai oleh buku ini adalah sebagai pedoman dan acuan dalam

pemantauan dan evaluasi terhadap setiap pelaksanaan kegiatan pelayanan publik berbasis

HAM.

Diperlukannya Standar Kerja sebagai tolak ukur penilaian dalam setiap kegiatan pemantauan

dan evaluasi terhadap pelayanan publik berbasis HAM sehingga diharapkan dapat mencapai

target yang telah ditetapkan.

Di samping itu, buku pedoman ini menjadi acuan bagi Direktorat Diseminasi dan Penguatan

HAM mengetahui sejauh-mana UPT telah menindaklanjuti hasil Diseminasi HAM dan

Penguatan HAM dalam bentuk pelayanan publik berbasis HAM.

1.2.2. TUJUAN

Penyusunan Buku Pedoman Pemantauan dan Evaluasi ini hendak menjawab kebutuhan terkait

pelaksanaan pelayanan publik yang mesti harus diselaraskan dan sejalan dengan prinsip dan

norma hak asasi manusia. Berdasarkan hal ini, penyusunan pedoman ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pemahaman dalam melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap

pelayanan publik berbasis HAM. Di samping itu juga untuk membangun perspektif dan

kesadaran bahwa tugas pelayanan publik berbasis HAM berkaitan erat dengan

penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM

2. Meningkatkan kualitas pelaporan dan rekomendasi terkait pelaksanaan kegiatan

Diseminasi HAM dan Penguatan HAM di segal lini baik ditingkat daerah maupun ditingkat

pusat sehingga dapt menghasilkan output/tindak lanjut yang berkaitan dengan

penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM.

1.3. SISTEMATIKA PEDOMAN

Pedoman ini berisi enam bab dan lampiran.

Bab satu berisi pendahuluan yang di dalamnya melingkupi latar belakang; maksud & tujuan;

sasaran; sistematika dan pengertian umum.

Bab dua berisi tentang acuan evaluasi dan metodologi. Acuan evaluasi di dalamnya

menjelaskan tentang pelayanan publik: pengertian, prinsip dan penyelenggaraan pelayanan

publik. Sedangkan jenjang evaluasi di dalamnya berisi tentang evaluasi penyelenggaraan;

evaluasi pembelajaran; evaluasi tindakan dan evaluasi hasil. Metodologi di dalamnya berisi

tentang tujuan; kisi-kisi; instrumen; sumber data; sampai pelaporan.

(10)

3

Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM

Bab tiga, berisi tentang teknis pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan yang di dalamnya

menjelaskan tentang pengertian; maksud dan tujuan; menyusun kisi-kisi; menentukan

instrumen; menentukan sumber data; menyiapkan tim pelaksana; pengambilan data;

mengolah data; analisis data; kesimpulan dan rekomendasi; dan pelaporan.

Bab empat, berisi tentang teknis pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan yang di dalamnya

menjelaskan tentang pengertian; maksud dan tujuan; menyusun kisi-kisi; menentukan

instrumen; menentukan sumber data; menyiapkan tim pelaksana; pengambilan data;

mengolah data; analisis data; kesimpulan dan rekomendasi; dan pelaporan.

Bab lima, berisi tentang teknis pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan yang di dalamnya

menjelaskan tentang pengertian; maksud dan tujuan; menyusun kisi-kisi; menentukan

instrumen; menentukan sumber data; menyiapkan tim pelaksana; pengambilan data;

mengolah data; analisis data; kesimpulan dan rekomendasi; dan pelaporan.

Bab enam, berisi tentang teknis pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan yang di dalamnya

menjelaskan tentang pengertian; maksud dan tujuan; menyusun kisi-kisi; menentukan

instrumen; menentukan sumber data; menyiapkan tim pelaksana; pengambilan data;

mengolah data; analisis data; kesimpulan dan rekomendasi; dan pelaporan.

1.4. PENGERTIAN UMUM

Pengertian dari beberapa istilah yang dipergunakan dalam pedoman ini berdasarkan pada

referensi-referensi terkait. Namun untuk menyederhanakan penulisan, referensi tidak

dituliskan secara langsung. Berikut ini adalah pengertian dari istilah-istilah dimaksud.

a.

Diseminasi HAM

Diseminasi HAM adalah

kegiatan proses penyebaran inovasi yang telah direncanakan dan

dikelola untuk disampaikan kepada pegawai UPT agar mereka memperoleh informasi

terkait HAM dan pelayanan publiks, muncul kesadaran dan penerimaan serta akhirnya

memanfaatkan informasi tersebut dalam pelayanan publik berbasis HAM.

b.

Masyarakat

Masyarakat adalah seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai orang

perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima

manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

c.

Penguatan HAM

Penguatan HAM adalah

proses, cara, perbuatan menguati atau menguatkan dalam bentuk

pengetahuan dan keterampilan sebagai bentuk

dorongan agar peserta mampu

melaksanakan pelayanan publik berbasis HAM yang berkualitas sesuai dengan peraturan

yang berlaku.

d.

Pelayanan publik

Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan

(11)

4

Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM

e.

Standar Pelayanan

Standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewaji-ban

dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas,

cepat, mudah, terjangkau, dan teratur.

f.

Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses dan cara mengetahui tingkat kualitas penyelenggaraan,

kualitas pembelajaran dari kegiatan diseminasi HAM dan penguatan HAM, dan status

keberhasilan dari pelaksanaan pelayanan publik berbasis HAM, dan sejauh mana hasil atau

dampaknya sebagai tindak lanjut dari diseminas HAM dan penguatan HAM yang telah

diberikan.

g.

Sumber Data

Sumber Data adalah pemilik data, atau subyek di mana data menempel, yaitu petugas yang

menjadi peserta kegiatan, petugas UPT secara keseluruhan, pimpinan UPT di mana

pegawainya menjadi peserta kegiatan, warga binaan pemasyarakatan; anak didik

pemasyarakatan; pengunjung, dan mantan warga binaan pemasyarakatan; serta anak didik

pemasyarakatan. Sumber data juga termasuk juga situasi, proses atau dinamika yang

terjadi di UPT yang terekam oleh CCTV.

h.

Survei

Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif. Survei yang dilakukan

dalam melakukan penelitian itu biasanya dilakukan dengan menyebarkan kuesioner atau

wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui : siapa mereka, apa yang mereka pikir,

rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan. Survei lazim dilakukan dalam penelitian

kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan

pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam

dengan pertanyaan terbuka.

Survei (survey) atau lengkapnya self-administered survey adalah metode pengumpulan

data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu. Jadi

bisa disimpulkan survei adalah metode untuk mengumpulkan informasi dari kelompok

yang mewakili sebuah populasi: -). Sejumlah besar responden; -). Bertanya ke orang; -).

Menggunakan kuesioner; -). Tempo yang relatif singkat; -). Sangat kuantitatif.

i.

Studi kasus

Proses dan upaya mempelajari untuk memperoleh pemahaman yang utuh dan terintegrasi atas fenomena, kejadian atau fakta khusus yang ada dalam suatu konteks yang ditentukan, bagaimana saling keterkaitan berbagai fakta dan dimensi dari kasus yang diteliti tersebut.

Studi kasus adalah salah satu metode pengambilan data di mana data yang digali terbatas

pada waktu tertentu, atau pada subyek dalam jumlah sedikit.

j.

Standar pelayanan

Standar Pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan

janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat,

mudah, terjangkau, dan terukur

(12)

5

Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM

l.

Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah unit yang melaksanakan tugas

teknis operasional kegiatan teknis penunjang di lingkungan Kementerian Hukum dan HA

m.

Desk Review

Desk review atau kajian pustaka adalah proses mengumpulkan, mengorganisir,

menganalisis dan mensintesis informasi yang tersedia pada data sekunder dan literatur

yang relevan. Desk review dilakukan pada data dan referensi dalam bentuk data digital

maupun data tercetak (printed).

n.

Mystery guest

Mystery guest adalah seseorang yang sedang melakukan cara, proses dan seni

pengambilan data terkait pelayanan publik berbasis HAM diselenggarakan oleh UPT

melalui observasi, wawancara dan diskusi informal. Pengambilan data tanpa

sepengetahuan petugas dan pimpinan UPT.

o.

Pelaksana

Pelaksana adalah tim yang menyelenggarakan, mulai dari merencanakan dan

melaksanakan kegiatan diseminasi HAM dan penguatan HAM, yang terdiri dari sub

direktorat pada direkorat jenderal HAM, dan dari unsur kantor wilayah.

p.

Peserta

Peserta adalah petugas UPT orang yang terdaftar dan mengikuti kegiatan diseminasi HAM

dan penguatan HAM

q.

Petugas Unit PelaksanaTeknis

Petugas Unit PelaksanaTeknis adalah pegawai yang bertugas di Lapas dan LPKA, baik yang

menjadi peserta kegiatan diseminasi HAM atau penguatan HAM maupun tidak.

r.

Warga Binaan atau Anak Didik Pemasyarakatan

Warga Binaan atau Anak Didik Pemasyarakatan adalah seseorang (dewasa/anak) yang

menjalani pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap. Anak Didik Pemasyarakatan sendiri di dalamnya termasuk Anak Pidana (anak

yang berdasarkan putusan pengadilanmenjalani pidana di LPKA paling lama sampai

berumur 18 (delapan belas) tahun; Anak Negara (anak yang berdasarkan putusan

pengadilan diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di LPKA paling lama

sampai berumur 18 (delapan belas) tahun; dan Anak Sipil (anak yang atas permintaan orang

tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di LPKA paling lama

sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.

s.

Closed Circuit Television (CCTV)

CCTV merupakan alat rekam yang terpasang di UPT, yang merekam proses dan dinamika

yang terjadi sehari-hari di UP. CCTV dipergunakan sebagai instrumen untuk pengambilan

data.

(13)

BAB II

ACUAN DAN METODOLOGI

Bab ini menjelaskan tentang acuan teori dan metodologi yang dipergunakan. Acuan teori

dimaksud bukan teori dasar, namun lebih merujuk kepada teori praktis. Sedangkan

metodologi merujuk kepada penyelenggaraan evaluasi itu sendiri, mulai dari menetapkan

tujuan, obyek evaluasi sampai ke pelaporan.

2.1. ACUAN EVALUASI

2.1.1. PELAYANAN PUBLIK BERBASIS HAM

Pelayanan publik yang menjadi obyek dalam pedoman ini mengikuti aturan yang ada di

dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 96 Tahun 2012 dan Permenkumham Nomor 27

Tahun 2018. Pelayanan publik sebagai sebuah obyek sekaligus sebagai kewajiban bagi

penyelenggara negara di dalamnya memiliki ruang lingkup penyelenggara, sistem pelayanan

terpadu, pedoman penyusunan Standar Pelayanan, proporsi akses dan kategori kelompok

Masyarakat dalam Pelayanan Berjenjang, dan pengikutsertaan Masyarakat dalam

penyelenggaraan Pelayanan Publik (PP 96, tahun 2012). Sedangkan HAM itu sendiri adalah

seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan

Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan

dilindungi, oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia.

Sehingga pelayanan Publik Berbasis HAM adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

dan prinsip HAM bagi setiap warga negara dan penduduk atas jasa dan/atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Hukum

dan HAM.

Pedoman ini disusun dengan mengikuti peraturan tersebut namun bagian terkait proporsi

akses dan kategori kelompok Masyarakat dalam Pelayanan Berjenjang tidak menjadi bagian

dari pedoman ini. Materi-materi tersebut dapat dijelaskan secara ringkas seperti berikut.

a. Lingkup Pelayanan Publik

Pelayanan publik yang menjadi mandate bagi penyelenggaran negara di dalamnya

meliputi pelayanan barang publik, jasa publik dan administrasi. Dari ruang lingkup

tersebut, yang relevan dengan pelayanan publik berbasis HAM adalah pelayanan jasa

publik dan administrative.

Pelayanan jasa publik disediakan oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh

dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran

pendapatan dan belanja daerah. Sedangkan untuk pelayanan administrative merupakan

pelayanan oleh penyelenggara yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang

dibutuhkan oleh Masyarakat. Pelayanan administrative ini di dalamnya meliputi tindakan

administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan

(14)

7

perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi dan/atau

keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga negara.

b. Sistem Pelayanan Terpadu

Sistem pelayanan terpadu merupakan satu kesatuan proses pengelolaan pelayanan

terhadap beberapa jenis pelayanan yang dilakukan secara terintegrasi dalam satu

tempat baik secara fisik maupun virtual sesuai dengan Standar Pelayanan.

Sistem pelayanan terpadu diselenggarakan dengan tujuan: a). memberikan perlindungan

dan kepastian hukum kepada Masyarakat; b). mendekatkan pelayanan kepada

Masyarakat; c). memperpendek proses pelayanan; d). mewujudkan proses pelayanan

yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti, dan terjangkau; dan dan ). memberikan

akses yang lebih luas kepada Masyarakat untuk memperoleh pelayanan.

Sistem pelayanan terpadu tersebut dilaksanakan dengan prinsip: keterpaduan;

ekonomis; koordinasi; pendelegasian atau pelimpahan wewenang; akuntabilitas; dan

aksesibilitas. Di samping prinsip tersebut, terdapat pula prinsip-prinsip lain yang dapat

dijadikan sebagai acuan, antara lain: a). Kesederhanaan, prosedur pelayanan publik tidak

berbelit- belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan; b). Kejelasan, Persyaratan

teknis dan administrative pelayanan publik; unit kerja atau pejabat yang berwenang dan

bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau

persoalan dan sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik; rincian biaya pelayanan

publik dan tata cara pembayaran. c). Kepastian waktu, pelaksanaan pelayanan publik

dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan; d). Akurasi, produk

pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah; d). Keamanan, proses dan

produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum; e). Tanggung

jawab, pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk

bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau

persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik; f). Kelengkapan sarana dan prasarana,

tersedianya sarana dan prasarana kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk

penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika; g). Kemudahan akses,

tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh

masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika; h).

Kedisiplinan, kesopan dan keramahan, pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan

dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas; dan i). Kenyamanan,

lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman,

bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas

pendukung pelayanan seperti parker, toilet, tempat ibadah, dan lain- lain.

c. Pedoman Standar Pelayanan

Pelayanan publik sebagai suatu kualitas memerlukan standarisasi. Setiap pegawai juga

diharuskan untuk dapat melakukan pelayanan dengan standar tersebut.

Penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan sebagai jaminan

adanya kepastian bagi semua warga pemasyarakatan, termasuk para pengunjung. Oleh

karenanya, diperlukan adanya pedoman untuk menjamin standar kualitas tersebut.

Demikian juga dengan UPT sebagai penyelenggara pelayanan publik, wajib menyusun,

menetapkan, dan menerapkan Standar Pelayanan. UPT dalam proses penyusunan

Standar Pelayanan harus mengacu pada ketentuan teknis yang telah ditetapkan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Di samping itu dalam proses

penyusunannya juga wajib mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait lainnya.

(15)

8

Penyiapan rancangan Standar Pelayanan sebagaimana dimaksud harus berorientasi pada

peningkatan kualitas pelayanan dengan tidak memberatkan Penyelenggara. Di sisi lain,

rancangan Standar Pelayanan wajib dibahas oleh Penyelenggara dengan mengikut

sertakan Masyarakat dan Pihak Terkait untuk menyelaraskan kemampuan Penyelenggara

dengan kebutuhan Masyarakat dan kondisi lingkungan. UPT dalam melakukan pelayanan

publik tersebut idealnya memiliki kemampuan sumber daya yang dibutuhkan, antara

lain: a). dukungan pendanaan yang dialokasikan untuk penyelenggaraan pelayanan; b).

Pelaksana yang bertugas menyelenggarakan pelayanan dari segi kualitas maupun

kuantitas; dan c). sarana, prasarana, dan/atau fasilitas yang digunakan untuk

menyelenggarakan pelayanan.

Standar pelayanan perlu dibakukan dengan isi meliputi: a). Prosedur pelayanan,

prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk

pengadaan; b). Waktu penyelesaian, waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat

pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan c).

Biaya pelayanan, biaya atau tarif pelayanan termasuk rinciannya yang dititipkan dalam

proses pemberian pelayanan; d). Produk Pelayanan Hasil pelayanan yang akan diterima

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; e) Sarana dan prasarana, penyedia

sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik;

dan f). Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.

Prinsip dan standar pelayanan tersebut di atas merupakan pedoman dalam

penyelenggaraan pelayanan publik oleh instansi pemerintah dan juga berfungsi sebagai

indikator dalam penilaian serta evaluasi kinerja bagi penyelenggara pelayanan publik.

Dengan adanya standar dalam kegiatan pelayanan publik ini diharapkan masyarakat bisa

mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan prosesnya memuaskan dan

tidak menyulitkan masyarakat.

d. Partisipasi Masyarakat dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik

Penyelenggara wajib mengikutsertakan Masyarakat dalam penyelenggaraan Pelayanan

Publik sebagai upaya membangun sistem penyelenggaraan Pelayanan Publik yang adil,

transparan, dan akuntabel. Pengikutsertaan Masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik mencakup keseluruhan proses penyelenggaraan Pelayanan Publik yang

meliputi: a). penyusunan kebijakan Pelayanan Publik; b). penyusunan Standar Pelayanan;

c). pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan Pelayanan Publik; dan dan e).pemberian

penghargaan

Pengikutsertaan Masyarakat dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik dimaksud

disampaikan dalam bentuk masukan, tanggapan, laporan, dan/atau pengaduan kepada

Penyelenggara dan atasan langsung Penyelenggara serta Pihak Terkait sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan atau melalui media massa. Di samping itu,

Penyelenggara wajib memberikan informasi kepada Masyarakat mengenai tindak lanjut

penyelesaian masukan, tanggapan, laporan, dan/atau pengaduan.

Agar proses pengikutsertaan Masyarakat dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik tidak

menimbulkan perasalahan, perlu mengacu pada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan,

antara lain: a). terkait langsung dengan Masyarakat pengguna pelayanan; b). memiliki

kompetensi sesuai dengan jenis pelayanan yang bersangkutan; dan c). mengedepankan

musyawarah, mufakat, dan keberagaman Masyarakat.

(16)

9

Sedangkan dari sisi subyeknya, pengikutsertaan Masyarakat dalam penyelenggaraan

Pelayanan Publik dapat dilakukan secara perorangan, perwakilan kelompok pengguna

pelayanan, perwakilan kelompok pemerhati maupun perwakilan badan hukum yang

mempunyai kepedulian terhadap Pelayanan Publik.

2.1.2. LINGKUP EVALUASI

Evaluasi sebagai bagian dari proses manajemen perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas

dan keberhasilan dalam penyelenggaran diseminasi HAM dan penguatan HAM yang telah

dilakukan. Evaluasi pada pedoman ini mengacu kepada The Kirkpatrick Four Levels, di mana

berdasarkan The Kirkpatrick Four Levels tersebut dalam proses evaluasi untuk kegiatan

diseminasi HAM dan penguatan HAM terdiri dari empat tingkat seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.1.: The Kirkpatrick Four Levels

Level 1 :

Reaksi

Sejauh mana tingkat kepuasan peserta terhadap penyelenggaraan

pelatihan

Level 2:

Pembelajaran

Sejauh mana tingkat pemahaman dan skill yang diperoleh peserta

dari penyelenggaraan pelatihan

Level 3:

Perilaku

Sejauh mana perubahan perilaku kerja peserta pelatihan setelah

mereka kembali ke dalam lingkungan kerjanya

Level 4:

Hasil

Sejauh mana target hasil terjadi (dampak perubahan perilaku kerja

peserta terhadap organisasi secara keseluruhan)

Model Kirkpatrick adalah adalah model evaluasi untuk mengevaluasi efektifitas dan dampak

dari suatu pelatihan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu pelatihan. Model

evaluasi ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1959 oleh Donald Kirkpatrick. Sejak

kemunculannya, model ini telah mengalami perkembangan sebanyak dua kali,

masing-masing di tahun 1975 dan 1994. Model evaluasi ini terdiri dari 4 level evaluasi. Empat level

yang dimaksud adalah Reaction (Reaksi), Learning (Pembelajaran), Behavior (Tingkah laku),

dan Results.

Level 1 : Reaksi (Reaction)

Evaluasi level 1 untuk menilai reaksi atau tanggapan para peserta pelatihan terhadap

pelatihan yang diikuti, dalam hal ini diseminasi HAM dan penguatan HAM. Evaluasi pada

level ini bertujuan untuk menilai tingkat kepuasan peserta terhadap penyelenggaraan

pelatihan. Penyelenggaraan dimaksud berarti tidak hanya pada saat pelaksanaan, tetapi juga

sejak persiapan. Kualitas pelaksanaan suatu pelatihan dapat diukur melalui tingkat kepuasan

pesertanya.

Menilai reaksi ini relatif mudah karena bisa dilakukan dengan menggunakan instrumen yang

biasanya berbentuk kuesioner. Evaluasi ini sebenarnya dimaksudkan untuk mendapatkan

respon dari peserta terhadap kualitas penyelenggaraan pelatihan. Hasil dari evaluasi pada

level ini juga dapat menjadi bahan evaluasi kebutuhan materi bagi penyelenggara pelatihan.

Oleh karena itu, waktu yang paling tepat untuk menyebarkan kuesioner adalah pada setiap

sesi dari pelaksanaan pelatihan, setelah pelatihan berakhir atau beberapa saat sebelum

pelatihan itu berakhir. Reaksi perlu diukur untuk menjadi referensi ke depan agar program

pelatihan menjadi seefektif mungkin dan senantiasa berkembang, sekaligus mendeteksi

apakah ada materi yang tertinggal dan tidak disampaikan.

(17)

10

Beberapa metode evaluasi pada level ini adalah memberikan kuesioner kepada peserta, agar

peserta dapat memberikan rating atas: instruktur, topik, materi-materi, presentasi yang

telah diberikan, serta lokasi pelatihan.

Level 2: Pembelajaran (Learning)

Evaluasi level 2 menilai seberapa jauh para peserta belajar atau memperoleh pengetahuan

dan wawasan baru. Evaluasi pada level ini akan melihat apakah tingkat pengetahuan atau

kemampuan para peserta meningkat sebagai hasil dari pelatihan.

Hal yang sebaiknya dilakukan sebelum memulai sesi pelatihan adalah dengan menyiapkan

daftar tujuan pembelajaran, yang juga akan menjadi titik awal analisis nantinya. Pelatihan

dikatakan berhasil ketika aspek tersebut mengalami perbaikan dengan membandingkan hasil

pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan, atau ketika peserta mencapai nilai tertentu

pada saat kegiatan selesai dilakukan. Penilaian pada evaluasi level kedua ini relatif lebih sulit

dan lebih memakan waktu jika dibanding dengan menilai reaksi peserta.

Instrumen penilaian yang biasa digunakan adalah tes, baik tertulis maupun lisan, dan tes

kinerja. Tes ini dapat digunakan untuk menilai tingkat perbaikan pengetahuan dan sikap

peserta, sementara tes kinerja dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penambahan

keterampilan peserta. Untuk dapat mengetahui tingkat perbaikan aspek-aspek tersebut, tes

dilakukan sebelum dan sesudah program, atau hanya setelah kegiatan dilakukan. Evaluasi

untuk kegiatan diseminasi HAM dan penguatan HAM ini akan dilakukan hanya setelah

kegiatan selesai dilakukan.

Evaluasi tes untuk menilai pengetahuan ini mengikuti taksonomi Bloom, di mana alat tes

akan disusun pada jenjang berfikir tingkat tinggi, yaitu analisis, sintesis dan evaluasi.

Sedangkan untuk berfikir tingkat rendah, seperti pengeetahuan dan pemahaman akan

dihindari untuk digunakan.

Level 3: Perilaku (Behavior)

Evaluasi level 3 bertujuan untuk menilai perubahan perilaku peserta setelah mereka kembali

ke dalam UPT masing-masing. Perilaku dimaksud adalah pelaksanaan pekerjaan yang ada

hubungannya langsung dengan materi yang disampaikan pada saat pelatihan, dalam hal ini

rencana tindak lanjut. Di level ini, hal yang dapat di evaluasi adalah seberapa jauh kemajuan

sikap dan perilaku para peserta setelah menerima pelatihan. Hal ini dapat lebih spesifik

terlihat dalam bagaimana mereka mengaplikasikan informasi dan materi yang mereka

dapatkan.

Sikap dan perilaku akan berubah sejalan dengan perubahan kondisi lingkungan sekitar,

demikian juga dengan para petugas yang menjadi peserta. Perubahan tersebut sangat

mungkin tidak tampak secara jelas, misalnya, dua level sebelumnya tidak diaplikasikan dan

diukur dengan benar. Jika dua level evaluasi sebelumnya tidak dilakukan, dan perubahan

sikap dan perilaku tidak terjadi, maka kecenderungan yang terjadi adalah asumsi bahwa

pelatihan tidak berhasil. Padahal, tidak adanya perubahan tidak selalu berarti para peserta

tidak mempelajari apa-apa; sangatlah mungkin atasan atau lingkungan kerja menghalangi

mereka mengaplikasikan apa yang sudah mereka pelajari, atau dari diri mereka sendiri

memang tidak ada niatan untuk menerapkannya.

Evaluasi perilaku ini dapat dilakukan melalui observasi langsung ke UPT di mana peserta

bertugas, dengan menggunakan kuesioner atau daftar cek. Di samping itu bisa juga melalui

wawancara dengan atasan maupun rekan kerja peserta. Dari sini diharapkan dapat

mengetahui perubahan perilaku kerja peserta sebelum dan setelah mengikuti

programpelatihan. Karena terkadang ada kesulitan untuk mengetahui kinerja peserta

(18)

11

sebelum mengikuti pelatihan, disarankan juga untuk melakukan dokumentasi terhadap

catatan kerja peserta sebelum mengikuti pelatihan.

Level 4: Hasil (Result)

Evaluasi pada level 4 bertujuan untuk mengetahui dampak perubahan perilaku kerja peserta

pelatihan terhadap tingkat keberhasilan UPT dalam menyelenggarakan pelayanan public

berbasis HAM. Pada level ini, hasil akhir dari sesi pelatihan tersebut dapat dianalisa dan

diukur. Pengukuran ini termasuk hasil akhir yang menjadi target dari UPT. Dalam prakteknya,

metode yang dapat dilakukan untuk memulai analisa dan pengukuran adalah dengan

membagikan kuisioner berisi pertanyaan-pertanyaan evaluasi untuk para peserta. Para tim

evaluator dapat terjun langsung dan mengamati perubahan-perubahan pada para peserta

yang terjadi sesudah diseminasi HAM dan penguatan HAM diberikan. Dengan begitu, sesi

pelatihan akan turut berkembang menjadi lebih efektif dan menjadi pembelajaran yang baik

sesuai dengan tujuan awalnya.

2.2. METODOLOGI EVALUASI

Metodologi perlu dipersiapkan dengan baik karena evaluasi merupakan proses sistematis

untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi sebagai bukti

tingkat keberhasilan dari suatu program. Di samping itu, evaluasi merupakan proses yang

memfokuskan pada hasil atau pencapaian dan tujuan atau target dari program yang

direncanakan. Oleh sebab itu, evaluasi memerlukan data, dan data tersebut perlu diolah,

dianalisis dan disimpulkan dengan benar.

Metodologi dimaksud di dalamnya menjelaskan tentang tujuan, pendekatan, metode,

indikator, sumber data, teknik dan instrument pengambilan data, teknik analisis data, dan

pelaporan. Masing-masing dijelaskan sebagai berikut.

2.2.1. TUJUAN

Tujuan evaluasi diseminasi HAM atau penguatan HAM secara umum adalah untuk

mengetahui tingkat keberhasilan penyelenggaraan diseminasi HAM atau penguatan HAM.

Secara khusus, tujuan evaluasi diseminasi HAM atau penguatan HAM merupakan rangkaian

perubahan awal setelah mengikuti diseminasi HAM atau penguatan HAM, sampai pada

perubahan lanjutan yang merupakan dampak dari kegiatan yang sudah dilakukan, yaitu:

a.

Meningkatkan kualitas penyelenggaraan diseminasi HAM atau penguatan HAM

Evaluasi diseminasi HAM atau penguatan HAM dilaksanakan agar kegiatan diseminasi

HAM atau penguatan HAM dapat diukur tingkat keberhasilan dan kualitasnya, baik dari

proses pelaksanaan, pemahaman hingga dampak yang dihasilkan dari kegiatan diseminasi

HAM atau penguatan HAM tersebut.

Informasi hasil evaluasi penyelenggaranaan dapat memberikan umpan balik kepada

pelaksana program tentang berbagai aspek dalam setiap pelaksanaan diseminasi HAM

atau penguatan HAM. Umpan balik ini akan dipergunakan dalam perbaikan dan

penyesuaian aspek-aspek yang tidak maksimal dalam pelaksanaan kegiatan.

b.

Mengetahui pencapaian hasil pembelajaran pada diseminasi HAM atau penguatan HAM

Evaluasi terkait pencapaian hasil belajar dilaksanakan guna mendeskripsikan perubahan

hasil belajar masing-masing peserta, mengetahui perubahan belajar secara keseluruhan,

(19)

12

menentukan kelulusan peserta dan keberhasilan penyelenggaraaan, dan tindak lanjut

hasil penilaian.

c.

Mengetahui tingkat perubahan perilaku setelah dilakukan diseminasi HAM atau

penguatan HAM

Evaluasi perubahan perilaku pada diseminasi HAM atau penguatan HAM sangat penting,

karena belum tentu pengetahuan dan pengalaman pembelajaran yang diperoleh dapat

diterapkan dalam pekerjaan, tetapi perilaku yang baik dalam pekerjaan merupakan

gabungan dari pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perilaku ini merupakan sebagai hasil

dari diseminasi HAM atau penguatan HAM. Hasil dimaksud berupa implementasi rencana

tindak lanjut yang telah disusun untuk instansi asal masing-masing. Jadi evaluasi ini

ditujukan untuk mengetahui sejauh mana rencana tindak lanjut yang telah disusun telah

dilaksanakan.

d.

Mengetahui pencapaian hasil diseminasi HAM atau penguatan HAM

Evaluasi hasil diseminasi HAM atau penguatan HAM tersebut berupa informasi tentang

hasil atau dampak kinerja peserta setelah menerapkan melaksanakan rencana tindak

lanjut. Hasil dimaksud adalah berupa kebiasaan dan budaya di UPT yang mencerminkan

sebagai Lembaga yang sudah menghormati, memenuhi dan melindungi HAM dari setiap

WBP atau Andikpas yang menjadi tanggung-jawabnya.

2.2.2. PENDEKATAN

Evaluasi diseminasi HAM atau penguatan HAM ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan

kualitatif. Pendekatan kuantitatif dipergunakan dalam evaluasi diseminasi HAM atau

penguatan HAM dipergunakan karena pendekatan ini akan menjamin proses evaluasi yang

sistematis dan terstruktur. Di samping itu, karena evaluasi yang dilakukan menggunakan

analisis angka-angka statistik.

Sedangkan pendekatan kualitatif juga dilakukan dalam evaluasi diseminasi HAM atau

penguatan HAM. Hal ini dikarenakan dalam evaluasi ini juga menggunakan analisis yang

bersifat deskriptif.

2.2.3. METODE

Evaluasi ini dilakukan dengan menerapkan kaidah-kaidah penelitian dengan berbagai

metode di dalamnya, baik dalam pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Metode-metode

yang akan dipergunakan dalam evaluasi ini terdiri dari:

a. Deskriptif, untuk menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam evaluasi baik berupa

orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta

yang tampak atau apa adanya. Metode ini biasa dipergunakan dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif ini adalah untuk

membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

b. Survei, untuk memperoleh data tentang karakteristik, tindakan, dan pendapat sumber

data. Survei dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Survei ini ditujukan untuk

mengetahui: siapa mereka, apa yang mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu

(20)

13

tindakan. Survei pada evaluasi jenjang penyelenggaraan dan pembelajaran dilakukan

dalam bentuk sensus, sedangkan untuk jenjang evaluasi tindakan dan hasil akan

menggunakan metode sampling yang diorentasikan untuk melakukan generalisasi.

c. Studi Kasus, untuk memberikan perhatian yang intensif terhadap satu objek tertentu,

dengan cara mempelajari sebagai suatu kasus. Berbagai unit sosial seperti seorang

peserta kegiatan, sebuah kelompok peserta, sebuah instansi dan lain-lain dapat dikaji

secara intensif, baik secara menyeluruh maupun mengenai aspek-aspek tertentu yang

mendapat perhatian khusus.

d. Desk Review, data dan informasi yang dikumpulkan melalui pemeriksaan dan analisis

data dan informasi yang menggunakan data sekunder, baik berupa dokumen-dokumen

internal, peraturan perundang-undangan, laporan.

2.2.4. INDIKATOR

a.

Kualitas Penyelenggaraan

Kualitas penyelenggaraan diseminasi HAM atau penguatan HAM dapat dilihat dengan

menilai tingkat kepuasan peserta terhadap kegiatan diseminasi HAM atau penguatan

HAM. Suatu penyelenggaraan diseminasi HAM atau penguatan HAM dapat dikatakan

berkualitas jika peserta meemberikan respon positif penyelenggaraan kegiatan

diseminasi HAM atau penguatan HAM. Beberapa indikator yang berkaitan dengan

kualitas penyelenggaraan kegiatan diseminasi HAM atau penguatan HAM, diantaranya

adalah sebagai berikut: -). Sarana dan prasarana kegiatan telah memadai; -).

Materi/modul kegiatan berkualitas dan menjawab kebutuhan peserta; -). Akomodasi

yang tersedia mendukung pelaksanaan kegiatan; -). Makanan yang disediakan dalam

pelaksanaan kegiatan berkualitas; -). Media pembelajaran yang digunakan menarik; -).

Strategi pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan peserta; -). Kesigapan

dan keramahan panitia; dan -). Waktu pelaksanaan kegiatan yang tepat.

b.

Pencapaian Hasil Pembelajaran

Pencapaian hasil pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya pengetahuan dan

keterampilan ataupun perubahan pola pikir para peserta terkait dengan materi

pembelajaran yang disampaikan. Hasil pembelajaran yang positif dapat diidentifikasi dari

meningkatnya nilai atau skor para peserta ketika kegiatan diseminasi HAM atau

penguatan HAM selesai. Tes ini dapat berupa tes tertulis dengan bentuk pilihan ganda

atau essay yang terkait dengan materi pembelajaran. Evaluasi pada level ini

berhubungan dengan penilaian gukuran peningkatan kompetensi peserta, baik dari segi

pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan tujuan diadakannya kegiatan

diseminasi HAM atau penguatan HAM.

c.

Rencana Penerapan Pelayanan Publik Berbasis HAM

Evaluasi kegiatan diseminasi HAM atau penguatan HAM juga perlu menilai sejauh mana

pengetahuan atau sikap yang dipelajari dari kegiatan diseminasi HAM atau penguatan

HAM diterapkan di tempat kerja atau instansi peserta masing-masing. Rencana

penerapan pelayanan publik berbasis HAM dengan demikian dapat dilihat dengan

perilaku para peserta kegiatan diseminasi HAM atau penguatan HAM yang

memperhatikan nilai-nilai HAM ketika menjalankan tugas dan fungsinya dalam

melakukan pelayanan publik. Tindakan tersebut dilakukan dengan menilai perilaku kerja

yang muncul karena peserta tersebut telah mengikuti kegiatan diseminasi HAM atau

(21)

14

penguatan HAM. Evaluasi pada level ini berhubungan dengan penilaian kualitas rencana

tindak lanjut yang telah disusun oleh peserta dalam menerapkan pelayanan publik

berbasis HAM.

d.

Pelaksanaan Pelayanan Publik Berbasis HAM

Evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana pelayanan publik berbasis HAM sudah

dilaksanakan sesuai kriteria yang ada di Permenkumham Nomor 27 Tahun 2018 Tentang

Penghargaan Pelayanan Publik Berbasis HAM telah dipenuhi. Menurut Permenkumham

tersebut, kriteria pelayanan publik berbasis HAM mencakup 3 (tiga) kriteria, yaitu : -).

Aksesibilitas dan ketersediaan fasilitas; -). Ketersediaan petugas yang siaga; dan -).

Kepatuhan pejabat, pegawai, dan pelaksana terhadap standar pelayanan masing-masing

bidang pelayanan.

Penilaian terhadap aksesibilitas dan ketersediaan fasilitas dapat dilihat dari ada atau

tidaknya fasilitas di UPT yang dievaluasi. Selain itu, pada dasarnya fasilitas tersebut juga

harus memenuhi standar fasilitas yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

Pelayanan publik berbasis HAM juga dilihat dari tersedianya petugas yang siaga melayani

kelompok rentan dan petugas yang dibutuhkan sesuai dengan pelayanan di

masing-masing Unit Pelaksana Teknis (UPT).

Disamping itu, kriteria ketiga yaitu kepatuhan pejabat, pegawai, dan pelaksana terhadap

standar pelayanan masing-masing bidang pelayanan dapat diidentifikasi dari apakah

pejabat, pegawai, dan pelaksana patuh, cukup patuh, atau kurang patuh terhadap

standar pelayanan di masing-masing bidang pelayanan. Namun, kriteria ini juga perlu

mempertimbangkan nilai-nilai HAM apa yang harus diperhatikan oleh pejabat, pegawai,

dan pelaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di masing-masing bidang,

sehingga dapat dikategorikan sebagai pejabat, pegawai, dan pelaksana yang patuh

terhadap standar pelayanan.

2.2.5. SUMBER DATA

Sumber data sama dengan subyek data, sama dengan responden atau informan, yaitu

mereka yang memberikan data yang digali melalui instrument yang telah disiapkan. Evaluasi

saat ini akan lebih terfokus kepada dua Unit Pelaksana Teknis, yaitu Lembaga

Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah Tanahan Negara (Rutan), Balai Pemasyarakatan (Bapas),

dan Balai Harta Peninggalan. Mereka inilah yang menjadi penentu apakah UPT yang sedang

dievaluasi sudah melakukan pelayanan publik berbasis HAM atau belum. Di samping mereka,

evaluasi juga akan mendapatkan sebagian kecil data dari tim pelaksana kegiatan.

a.

Peserta, yaitu Pegawai UPT yang mengikuti kegiatan diseminasi HAM atau penguatan

HAM. Mereka menjadi sumber data untuk evaluasi pada jenjang semua jenjang evaluasi,

mulai dari penyelenggaraan sampai hasil dari kegiatan diseminasi HAM dan penguatan

HAM.

b.

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) atau Anak Didik Pemasyarakatan (Andikpas),

yaitu orang atau anak yang sedang menjalani masa pidana sesuai keputusan hakim.

Mereka akan menjadi sumber data utama untuk mengetahui kualitas dan hasil dari

pelayanan publik berbasis HAM yang diberikan oleh UPT. Mereka menjadi sumber data

evaluasi pada jenjang evaluasi tindakan dan evaluasi hasil.

(22)

15 c.

Pengunjung, yaitu orang atau masyarakat mengunjungi WBP atau mengunjungi UPT. Kita

dapat memberikan quesioner ataupun melakukan wawancara secara langsung kepada

mereka mengenai pelayanan publik berbasis HAM yang diberikan. Mereka adalah pihak

yang turut merasakan apakah tiap-tiap UPT sudah memberikan pelayanan berbasis HAM

yang berkualitas atau belum.

a. Tim Pelaksana, yaitu tim yang melakukan kegiatan diseminasi HAM atau penguatan HAM,

baik yang berasal dari Kementerian maupuan Kantor Wilayah.

d.

CCTV, di mana data yang diambil dari CCTV (kamera pengintai) merupakan data akurat

guna memastikan sejauh mana pelayanan publik berbasis HAM di UPT. CCTV dapat

membantu untuk mengamati apa yang terjadi dan dilakukan oleh para WBP, pengunjung

maupun para petugas atau pegawai yang berwenang di UPT.

2.2.6. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGAMBILAN DATA

Teknik dan instrument pengumpulan data ini terdiri dari sebagai berikut:

a.

Wawancara, untuk mendapatkan informasi yang akurat dari sumber data dengan

menyampaikan beberapa pertanyaan yang sudah disiapakan sebelumnya. Di samping itu,

wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang dikumpulkan dari teknik pengumpulan

data lainnya sebagai bentuk konfirmasi dari hasil pengumpulan data lainnya.

Wawancara akan dilakukan dalam bentuk wawancara terpimpin, di mana pewawancara

sudah memiliki daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci untuk diajukan kepada

narasumber. Pemilihan jenis ini dengan pertimbangan para pewawancara belum

semuanya mendapatkan orientasi yang mencukupi, di samping untuk memastikan semua

data yang digali dapat diperoleh.

Wawancara akan dilakukan untuk semua jenjang evaluasi, yaitu mulai dari

penyelenggaraan, sampai hasil dari diseminasi HAM atau penguatan HAM.

b.

Kuesioner, dilakukan dengan menggunakan pertanyaan tertutup dan terbuka. Kuesioner

akan dilakukan untuk semua jenjang evaluasi, mulai dari penyelenggaraan sampai

evaluasi jenjang hasil.

c.

Observasi, dilakukan dengan tujuan untuk mengamati, memahami sehingga dapat

menggambarkan suatu obyek evaluasi, yaitu berupa proses atau dinamika, baik dari para

peserta, petugas, WBP atau Andikpas atau pengunjung. Observasi umumnya dilakukan

dalam bentuk non partisipasi dan observasi sistematis. Observasi non-partisipasi

dilakukan tanpa adanya keterlibatan langsung peneliti sebagai observer. Observasi

sistematis sendiri merupakan observasi berkerangka di mana kerangka tersebut terdapat

faktor-faktor yang akan diobservasi berdasarkan kategorinya.

Observasi pada evaluasi ini dilakukan dalam lembar daftar cek, tes, rekaman gambar dan

rekaman suara. Guna melaksanakan observasi dengan bentuk-bentuk tersebut, observer

dibekali dengan pedoman observasi. Pedoman disusun dalam format yang berisi

item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Setelah itu,

peneliti sebagai seorang pengamat tinggal memberikan tanda ceklist atau centang (

√)

pada kolom yang dikehendaki pada format tersebut.

(23)

16

2.2.7. TEKNIK ANALISIS DATA

a.

Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif adalah analisis yang dilakukan untuk menilai karakteristik dari sebuah

data. Karakterisitik itu antara lain : nilai Mean, Median, Sum, Variance, Standar error,

standar error of mean, mode, range atau rentang, minimal, maksimal, skewness dan

kurtosis. Analisis ini bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian

berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti.

Penyajian hasil analisis deskriptif biasanya berupa frekuensi dan persentase, tabulasi

silang, serta berbagai bentuk grafik dan chart pada data yang bersifat kategorikal, serta

berupa statistik-statistik kelompok (antara lain mean dan varians) pada data yang bukan

kategorikal.

Analisis deskriptif akan dilakukan untuk melaukan evaluasi pada tingkat penyelenggaraan,

pembelajaran, perilaku dan hasil atau dampak diseminasi HAM atau penguatan HAM.

b.

Analisis Komparatif

Analisis komparatif digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih

dari suatu variabel tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan

dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan

kerangka pemikiran tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi untuk

sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda.

Diharapkan dengan analisis ini akan diketahui persamaan dan perbedaan dua atau lebih

fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu;

menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih; dan menyelidiki

kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap

akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui

data tertentu.

Analisis deskriptif akan dilakukan untuk melaukan evaluasi pada tingkat pembelajaran,

perilaku dan hasil atau dampak diseminasi HAM atau penguatan HAM.

c.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi dipergunakan dalam evaluasi ini untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan linear antar variabel. Apabila terdapat hubungan maka perubahan-perubahan

yang terjadi pada salah satu variabel X akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada

variabel lainnya (Y). Istilah tersebut dikatakan istilah sebab akibat, dan istilah tersebut

menjadi ciri khas dari analisis korelasi.

Analisis korelasi dapat didefinisikan sebagai metode statistika yang digunakan untuk

menilai keeratan hubungan antara dua variabel. Kata variabel sendiri dapat diartikan

sebagai karakteristik dari objek yang diteliti. Pada analisis korelasi peneliti menilai

keeratan hubungan antara dua variabel saja tanpa memperhatikan variabel yang

dipengaruhi atau variabel yang mempengaruhi dan berapa besar pengaruh suatu variabel

terhadap variabel yang lain.

Analisis deskriptif akan dilakukan untuk melaukan evaluasi pada tingkat pembelajaran,

perilaku dan hasil atau dampak diseminasi HAM atau penguatan HAM.

(24)

17 d.

Uji Kualitas Data

Uji kualitas data khusus dilakukan untuk tes pada evaluasi level 2, yaitu evaluasi

pembelajaran. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat tes yang digunakan

valid dan reliable. Uji validitas digunakan untuk menilai sah atau valid tidaknya suatu alat

tes. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mempu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini

menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara skor

masing butir pertanyaan dengan total skor. Jika korelasi antara skor

masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0,05

maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya (Ghozali, 2009:49).

Sedangkan uji reliabilitas data dilakukan untuk menilai suatu alat tes yang merupakan

indikator dari suatu variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau

handal jika jawaban seseorang dalam kuesioner konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Suatu kuesioner dikatakan relaibel atau handal jika memberikan nilai cronbach

alpha di atas 0,6 (Ghozali, 2009:45).

2.2.8. MENYUSUN KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Setelah data dianalisis, kemudian dibuat draft penyimpulan data. Penyimpulan data

dilakukan untuk mengetahui kinerja unit penyelenggara dalam melakukan

pelayanan publik yang berbasis HAM.

Setelah dibuatkan simpulan, maka disusunlah rekomendasi terhadap setiap unit

penyelenggara pelayanan publik yang berbasis HAM kepada Tim Penilai ditingkat

Pusat sebagai acuan dalam pemberian penghargaan pelayan publik berbasis HAM.

2.2.9. PENYUSUNAN LAPORAN

Hasil dari evaluasi penilaian kinerja unit penyelenggara pelayanan publik dituangkan

dalam Laporan Hasil Penilaian (LHP) yang memuat hasil pengisian instrumen

penilaian.

(25)

18

Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM

BAB III

EVALUASI PENYELENGGARAAN

Evaluasi penyelenggaraan merupakan evaluasi kegiatan Diseminasi HAM atau Penguatan HAM

yang dilakukan pertama kali, yaitu pada saat dan sesaat setelah kegiatan tersebut

dilaksanakan. Evaluasi ini dilakukan agar setiap pelaksanaan kegiatan dapat ditingkatkan

kualitasnya. Evaluasi ini dilakukan oleh tim pelaksana, baik yang ada di Direktorat Jenderal

HAM maupun Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenkumham di mana kegiatan tersebut

dilaksanakan.

Penjelasan lebih lanjut tentang evaluasi ini dapat dijelaskan seperti pada uraian berikut ini.

3.1. PENGERTIAN

Evaluasi penyelenggaraan merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui tingkat

kualitas penyelenggaraan kegiatan Diseminasi HAM atau Penguatan HAM yang dapat dilihat

dengan mengukur tingkat kepuasan para peserta.

Kegiatan Diseminasi HAM atau Penguatan HAM dapat dikatakan berhasil jika peserta

memberikan tanggapan atau penilaian positif terhadap penyelenggaraan tersebut.

3.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari evaluasi penyelenggaraan ini adalah untuk mendapatkan umpan balik dari

peserta terkait kegiatan yang telah dilaksanakan. Umpan balik ini akan dijadikan sebagai dasar

untuk melakukan perbaikan dan perencanaan kegiatan serupa di masa yang akan datang.

Sedangkan tujuan dari evaluasi penyelenggaraan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

kualitas penyelenggaraan Diseminasi HAM atau Penguatan HAM. Kualitas dimaksud terkait

dengan aspek-aspek yang ada di dalam pelaksanaan kegiatan Diseminasi HAM atau Penguatan

HAM.

3.3. MENYUSUN KISI-KISI

Indikator yang dipergunakan untuk menentukan tingkat kualitas penyelenggaraan Diseminasi

HAM atau Penguatan HAM merupakan respon atau tanggapan dari para peserta terhadap

pelaksanaan kegiatan Diseminasi HAM atau Penguatan HAM. Indikator tersebut terdiri dari

seperti pada tabel 3.1. di bawah.

Tabel 3.1. Kisi-kisi Evaluasi

Dimensi Indikator Deskriptor Kode

Tingkat kepuasan peserta Peserta memberikan penilaian ‘baik’ terhadap penyelenggaraan diseminasi.

Performa narasumber baik A

Moderator dapat berperan dan berfungsi dengan baik

B Fasilitator dapat berperan dengan baik C Sarana dan prasarana kegiatan telah memadai. D

(26)

19

Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM

Dimensi Indikator Deskriptor Kode

Materi/modul kegiatan memenuhi kebutuhan peserta dan terkait dengan Permenkumham tentang Penghargaan pelayanan publik berbasis HAM

E

Akomodasi dan konsumsi layak F

Media pembelajaran yang digunakan menarik. G

Panitia sigap dan ramah H

Waktu pelaksanaan tepat I

Dinamika proses pelaksanaan Metode pembelajaran mengaktifkan peserta

Terjadi komunikasi dua arah dan saling memberikan pendapat antar moderator dan peserta.

J

Penggunaan berbagai metode K

Tingkat efisiensi Anggaran dipergunakan sesuai, baik dari sisi jumlah maupun peruntukkannya

Tidak terjadi belanja silang L

Pembelanjaan sesuai mata anggaran M

Semua transaksi dilengkapi dengan bukti pendukung yang sesuai dan cukup.

N

Berdasarkan tabel 3.1. tersebut di atas nampak jika terdapat tiga dimensi dengan

masing-masing satu indikator untuk mengetahui tingkat kualitas pelaksanaan Diseminasi HAM atau

Penguatan HAM. Dari tiga indikator tersebut terdapat 14 deskriptor, yang terdiri dari 9

deskriptor untuk indikator pertama, 2 deskriptor untuk indikator ke dua, dan 3 deskriptor

untuk indikator ke tiga.

Dari setiap indikator dan deskriptor tersebut kemudian dijabarkan ke dalam butir-butir

pertanyaan atau pernyataan yang mencerminkan isi dari setiap deskriptor pada

masing-masing dimensi. Masing-masing-masing pertanyaan atau pernyataan tersebut seperti pada tabel

berikut.

Tabel 3.2. Deskriptor & Pernyataan/Pertanyaan

Deskriptor Kode # Butir Pernyataan/Pertanyaan

Performa narasumber baik

A A.1. 1 Mampu menjelaskan materi dengan baik, menarik dan mudah dipahami

A.2. 2 Mampu meningkatkan keaktifan peserta A.3. 3 Mampu memanfaatkan waktu secara efektif A.4. 4 Mampu berkomunikasi dengan peserta A.5. 5 Mampu menjawab pertanyaan peserta A.6. 6 Mampu menguasai kelas

Moderator dapat berperan dan berfungsi dengan baik

B B.1. 7 Kemampuan mengelola waktu

B.2. 8 Mampu mendorong/ memotivasi peserta untuk berkomentar (pertanyaan, sanggahan, dan lain-lain. B.3. 9 Mampu mengatur lalu lintas komunikasi

B.4. 10 Mampu menyimpulkan hasil diskusi C C.1. 11 Mampu mencairkan suasana kelas

Gambar

Tabel 3.1. Kisi-kisi Evaluasi
Tabel 3.2. Deskriptor & Pernyataan/Pertanyaan
Tabel 3.3. Instrumen Pengambilan Data
Tabel 3.4. Bentuk Penggunaan Instrumen
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil ANAREG linear berganda terdapat hubungan yang signifikan secara simultan antara fakor fisik kimia lingkungan (suhu, salinitas, pH dan tingkat kecerahan

Dapatan kajian menunjukkan guru bahasa arab menguasai Dokumen Standard Kandungan dan Pentaksiran (DSKP) dengan jelas dan dapat mengolahnya untuk menghasilkan

Variabel BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi), adanya perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional yang berarti kemampuan bank dalam

Rumah sakit sebagai “orang” dalam bentuk badan hukum akan bertanggung jawab terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh organ-organ yang menjalankan tugas rumah sakit dan

Tetapi jika sudah habis maka selanjutnya menjalankan perintah mengisi ulang register R6 dengan 2 kemudian memeriksa status bit Sensor_Input atau gerbang P3.2 jika

Berdasarkan hal diatas, Direktorat Diseminasi dan Penguatan Hak Asasi Manusia melalui Subdirektorat Perencanaan Teknis Diseminasi dan Penguatan HAM membuat Kegiatan

JUMLAH 1 Kondisi Jumlah Provinsi Nomor JAWA BARAT Satuan Ukuran Spesifikasi Barang BUKU INVENTARIS Sampai dengan Tahun 2012...

¤ Standar Pelayanan Publik  suatu tolok ukur yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji