Panduan Evaluasi
DISEMINASI HAM & PENGUATAN HAM
Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia
Jl. H.R. Rasuna Said No. Kav 6 – 7, RT.16 RW 04,
Kuningan, Karet Kuningan, Kecamatan Setia Bud,i Kota Jakarta Selatan
Jakarta 12940
iii
Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM
KATA PENGANTAR
Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.
Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.
Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.
Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Kata pengantar ini adalah untuk mengantarkan buku pedoman agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.
Jakarta, November 2019
iv
Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
………iii
Daftar Isi
………iv
Daftar Tabel
………..……vi
Cara mempelajari dan menggunakan buku ini
………vii
Bab 1, Pendahuluan
……….1
Latar Belakang
………..……1
Maksud dan Tujuan
……….2
Sistematika Pedoman
……….2
Pengertian Umum
………..…….…3
Bab 2, Acuan Evaluasi & Metodologi
……….. ………..…….…Acuan Evaluasi
……….………..…….…6
Metodologi
………..…….………..…….………..…11
Ba3, Evaluasi Penyelenggaraan
____________________________________________18
3.1. Pengertian
……….………18
3.2. Maksud dan Tujuan
………18
3.3. Menyusun Kisi-kisi
……….………18
3.4. Menentukan Instrumen
……….….………21
3.5. Menentukan Sumber Data
………..……….23
3.6. Menyiapkan Tim Pelaksana
………23
3.7. Pengambilan Data
……….………24
3.8. Mengolah Data
……….………..………25
3.9. Analisis Data
……….………27
3.10. Kesimpulan dan Rekomendasi
………..………..29
3.11. Pelaporan
……….…31
Bab 4, Evaluasi Pembelajaran
_____________________________________4.1. Pengertian
……….………41
4.2. Maksud dan Tujuan
………41
4.3. Menyusun Kisi-kisi
……….………42
4.4. Menentukan Instrumen
……….….………44
4.5. Menentukan Sumber Data
………..……….45
4.6. Menyiapkan Tim Pelaksana
………46
4.7. Pengambilan Data
……….………47
4.8. Mengolah Data
……….………..………48
4.9. Analisis Data
……….………49
4.10. Kesimpulan dan Rekomendasi
………..………..52
4.11. Pelaporan
……….…54
Bab 5, Evaluasi Tindakan
__________________________________________________________________________________________________________5.1. Pengertian
……….………65
5.2. Maksud dan Tujuan
………65
v
Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM
5.4. Menentukan Instrumen
……….….………82
5.5. Menentukan Sumber Data
………..……….85
5.6. Menyiapkan Tim Pelaksana
………85
5.7. Pengambilan Data
……….………87
5.8. Mengolah Data
……….………..………88
5.9. Analisis Data
……….………89
5.10. Kesimpulan dan Rekomendasi
………..………..92
5.11. Pelaporan
……….…95
Bab 6, Evaluasi Hasil
_______________________________________________________________________________6.1. Pengertian
……….………116
6.2. Maksud dan Tujuan
………116
6.3. Menyusun Kisi-kisi
……….………116
6.4. Menentukan Instrumen
……….….………121
6.5. Menentukan Sumber Data
………..……….123
6.6. Menyiapkan Tim Pelaksana
………124
6.7. Pengambilan Data
……….………125
6.8. Mengolah Data
……….………..………125
6.9. Analisis Data
……….………126
6.10. Kesimpulan dan Rekomendasi
………..………..129
6.11. Pelaporan
……….…131
Lampiran
Instrumen bab 3
……….32
Format Laporan bab 3
………..39
Instrumen bab 4
……….55
Format Laporan bab 4
………..63
Instrumen bab 5
……….96
Format Laporan bab 5
………..114
Instrumen bab 6
……….132
Format Laporan bab 6
………..139
vi
Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM
vii
Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM
CARA MENGGUNAKAN PANDUAN INI
Buku ini memandu Anda untuk melakukan evaluasi, dan Anda idealnya mempelajari
keseluruhan terlebih dahulu pada saat akan menggunakan buku panduan ini agar dapat
memahami secara menyeluruh.
Buku ini disusun dengan lingkup materi mulai dari proses perencanaan, bukan sekedar pada
saat akan melakukan evaluasi (pengambilan data). Perencanaan ini ada di dalam setiap bab,
dari bab 3 sampai bab 6.
Oleh karenanya, jika Anda akan melaksanakan evaluasi, mulailah dengan mengkaji bagian 2
dari setiap bab yaitu ‘Menyusun Kisi-kisi’. Kisi-kisi ini masih bersifat tawaran dan bersifat
tentative, sehingga sangat dimungkinkan untuk disesuaikan dengan merevisi materi yang akan
Anda berikan atau perkembangan yang terjadi.
Setelah kisi-kisi selesai direvisi, maka lakukan revisi untuk instrumen yang sudah ada sesuai
dengan kisi-kisi yang telah direvisi tersebut. Jangan lupa, revisi juga perlu dilakukan pada
instrument dalam bentuk online.
Setelah instrument direvisi, tabel data pengolahan data dalam bentuk excel juga perlu direvisi,
yaitu jumlah item dan rumus untuk menentukan skor rata-rata serta rumus untuk pembuatan
diagram.
Setelah instrumen sudah selesai disusun, barulah pengambilan data dapat mulai dilakukan.
Di samping itu, pada setiap kisi-kisi dan instrumen menggunakan kode, hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah Anda dalam mencocokkan antara kisi-kisi dan instrumen. Sedangkan
nomor urut (ditulis dengan menggunakan #, dapat disesuaikan di setiap instrument. Tidak ada
hubungannya dengan kode.
1
Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Kemenkumham) wajib menyelenggarakan pelayanan publik. Hal ini menjadi bagian dari
target yang telah ditetapkan dalam Indikator Kinerja Utama (IKU). Pelayanan tersebut untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan dan tuntutan pelayanan bagi masyarakat yang lebih nyaman,
menjunjung tinggi prinsip keadilan, dan berbasiskan pada Hak Asasi Manusia (HAM).
UPT sebagai penyelenggara pelayanan publik wajib menyusun, menetapkan, dan menerapkan
standar pelayanan. Standar tersebut menjadi acuan bagi setiap pegawai di UPT tersebut tanpa
terkecuali. Standar tersebut pula yang menjadi acuan penilaian kualitas pelayanan yang
diberikan. Penyusunan, penetapan dan penerapan standar pelayanan tersebut dimaksudkan
sebagai bagian dari upaya mengurangi penyimpangan dalam penyelenggaraan pelayanan
publik dimaksud. Di samping itu, standar pelayanan juga menjadi alat manajemen untuk tetap
mempertahankan kinerja para pegawai.
UPT sebagai penyelenggara pelayanan publik perlu mendapatkan dukungan, baik dari sisi
kebijakan, teknis maupun pendanaan. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan adalah
dengan meningkatkan pengetahuan, pembentukan sikap positif dan peningkatan
keterampilan terkait HAM, yaitu dengan melakukan Diseminasi HAM dan Penguatan HAM.
Dua kegiatan tersebut diharapkan dapat mewujudkan UPT dalam memberikan pelayanan
publik berbasis HAM. Sehingga penyelenggaraan dua kegiatan tersebut harus dapat dipastikan
kualitasnya, dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta memperoleh hasil yang positif.
Guna memastikan hal tersebut dapat terjadi, maka diperlukan seperangkat alat evaluasi.
Evaluasi merupakan cara untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan yang
telah terlaksana. Evaluasi juga diperlukan untuk memperbaiki kualitas dan efektifitas dari
suatu kegiatan. Demikian pula dalam pelaksanaan kegiatan Diseminasi HAM atau Penguatan
HAM. Tanpa evaluasi, maka tidak dapat diketahui bagaimana kondisi dan sampai pada tingkat
apa keberhasilan pelayanan publik berbasis HAM yang telah dilaksanakan.
Sejauh ini, evaluasi pelayanan publik berbasis HAM di UPT dilakukan dengan
pedoman/standar evaluasi yang kurang rinci. Meskipun sudah ada Peraturan Menteri Hukum
dan HAM Nomor 27 Tahun 2018 tentang Penghargaan Pelayanan Publik Berbasis HAM yang
di dalamnya terdapat kriteria penilaiannya, tetapi dalam pelaksanaannya hanya didasarkan
pada pedoman/standar secara umum. Akibatnya terjadi perbedaan pandangan tentang
standar penilaian yang benar di masing-masing UPT. Hal tersebut berdampak pada penilaian
dan pelaksanaan pelayanan publik berbasis HAM di masing-masing UPT yang tidak maksimal.
2
Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM
Oleh sebab itu perlu disusun suatu pedoman untuk melakukan penilaian pelayanan publik
berbasis HAM. Dengan demikian, pelaksanaan penilaian/evaluasi di semua UPT memiliki
standar yang sama dan baku berdasarkan dasar hukum yang ada.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
1.2.1. MAKSUD
Maksud yang ingin dicapai oleh buku ini adalah sebagai pedoman dan acuan dalam
pemantauan dan evaluasi terhadap setiap pelaksanaan kegiatan pelayanan publik berbasis
HAM.
Diperlukannya Standar Kerja sebagai tolak ukur penilaian dalam setiap kegiatan pemantauan
dan evaluasi terhadap pelayanan publik berbasis HAM sehingga diharapkan dapat mencapai
target yang telah ditetapkan.
Di samping itu, buku pedoman ini menjadi acuan bagi Direktorat Diseminasi dan Penguatan
HAM mengetahui sejauh-mana UPT telah menindaklanjuti hasil Diseminasi HAM dan
Penguatan HAM dalam bentuk pelayanan publik berbasis HAM.
1.2.2. TUJUAN
Penyusunan Buku Pedoman Pemantauan dan Evaluasi ini hendak menjawab kebutuhan terkait
pelaksanaan pelayanan publik yang mesti harus diselaraskan dan sejalan dengan prinsip dan
norma hak asasi manusia. Berdasarkan hal ini, penyusunan pedoman ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pemahaman dalam melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
pelayanan publik berbasis HAM. Di samping itu juga untuk membangun perspektif dan
kesadaran bahwa tugas pelayanan publik berbasis HAM berkaitan erat dengan
penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM
2. Meningkatkan kualitas pelaporan dan rekomendasi terkait pelaksanaan kegiatan
Diseminasi HAM dan Penguatan HAM di segal lini baik ditingkat daerah maupun ditingkat
pusat sehingga dapt menghasilkan output/tindak lanjut yang berkaitan dengan
penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM.
1.3. SISTEMATIKA PEDOMAN
Pedoman ini berisi enam bab dan lampiran.
Bab satu berisi pendahuluan yang di dalamnya melingkupi latar belakang; maksud & tujuan;
sasaran; sistematika dan pengertian umum.
Bab dua berisi tentang acuan evaluasi dan metodologi. Acuan evaluasi di dalamnya
menjelaskan tentang pelayanan publik: pengertian, prinsip dan penyelenggaraan pelayanan
publik. Sedangkan jenjang evaluasi di dalamnya berisi tentang evaluasi penyelenggaraan;
evaluasi pembelajaran; evaluasi tindakan dan evaluasi hasil. Metodologi di dalamnya berisi
tentang tujuan; kisi-kisi; instrumen; sumber data; sampai pelaporan.
3
Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM
Bab tiga, berisi tentang teknis pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan yang di dalamnya
menjelaskan tentang pengertian; maksud dan tujuan; menyusun kisi-kisi; menentukan
instrumen; menentukan sumber data; menyiapkan tim pelaksana; pengambilan data;
mengolah data; analisis data; kesimpulan dan rekomendasi; dan pelaporan.
Bab empat, berisi tentang teknis pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan yang di dalamnya
menjelaskan tentang pengertian; maksud dan tujuan; menyusun kisi-kisi; menentukan
instrumen; menentukan sumber data; menyiapkan tim pelaksana; pengambilan data;
mengolah data; analisis data; kesimpulan dan rekomendasi; dan pelaporan.
Bab lima, berisi tentang teknis pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan yang di dalamnya
menjelaskan tentang pengertian; maksud dan tujuan; menyusun kisi-kisi; menentukan
instrumen; menentukan sumber data; menyiapkan tim pelaksana; pengambilan data;
mengolah data; analisis data; kesimpulan dan rekomendasi; dan pelaporan.
Bab enam, berisi tentang teknis pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan yang di dalamnya
menjelaskan tentang pengertian; maksud dan tujuan; menyusun kisi-kisi; menentukan
instrumen; menentukan sumber data; menyiapkan tim pelaksana; pengambilan data;
mengolah data; analisis data; kesimpulan dan rekomendasi; dan pelaporan.
1.4. PENGERTIAN UMUM
Pengertian dari beberapa istilah yang dipergunakan dalam pedoman ini berdasarkan pada
referensi-referensi terkait. Namun untuk menyederhanakan penulisan, referensi tidak
dituliskan secara langsung. Berikut ini adalah pengertian dari istilah-istilah dimaksud.
a.
Diseminasi HAM
Diseminasi HAM adalah
kegiatan proses penyebaran inovasi yang telah direncanakan dan
dikelola untuk disampaikan kepada pegawai UPT agar mereka memperoleh informasi
terkait HAM dan pelayanan publiks, muncul kesadaran dan penerimaan serta akhirnya
memanfaatkan informasi tersebut dalam pelayanan publik berbasis HAM.
b.
Masyarakat
Masyarakat adalah seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai orang
perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima
manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
c.
Penguatan HAM
Penguatan HAM adalah
proses, cara, perbuatan menguati atau menguatkan dalam bentuk
pengetahuan dan keterampilan sebagai bentuk
dorongan agar peserta mampu
melaksanakan pelayanan publik berbasis HAM yang berkualitas sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
d.
Pelayanan publik
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
4
Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM
e.
Standar Pelayanan
Standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewaji-ban
dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas,
cepat, mudah, terjangkau, dan teratur.
f.
Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses dan cara mengetahui tingkat kualitas penyelenggaraan,
kualitas pembelajaran dari kegiatan diseminasi HAM dan penguatan HAM, dan status
keberhasilan dari pelaksanaan pelayanan publik berbasis HAM, dan sejauh mana hasil atau
dampaknya sebagai tindak lanjut dari diseminas HAM dan penguatan HAM yang telah
diberikan.
g.
Sumber Data
Sumber Data adalah pemilik data, atau subyek di mana data menempel, yaitu petugas yang
menjadi peserta kegiatan, petugas UPT secara keseluruhan, pimpinan UPT di mana
pegawainya menjadi peserta kegiatan, warga binaan pemasyarakatan; anak didik
pemasyarakatan; pengunjung, dan mantan warga binaan pemasyarakatan; serta anak didik
pemasyarakatan. Sumber data juga termasuk juga situasi, proses atau dinamika yang
terjadi di UPT yang terekam oleh CCTV.
h.
Survei
Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif. Survei yang dilakukan
dalam melakukan penelitian itu biasanya dilakukan dengan menyebarkan kuesioner atau
wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui : siapa mereka, apa yang mereka pikir,
rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan. Survei lazim dilakukan dalam penelitian
kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan
pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam
dengan pertanyaan terbuka.
Survei (survey) atau lengkapnya self-administered survey adalah metode pengumpulan
data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu. Jadi
bisa disimpulkan survei adalah metode untuk mengumpulkan informasi dari kelompok
yang mewakili sebuah populasi: -). Sejumlah besar responden; -). Bertanya ke orang; -).
Menggunakan kuesioner; -). Tempo yang relatif singkat; -). Sangat kuantitatif.
i.
Studi kasus
Proses dan upaya mempelajari untuk memperoleh pemahaman yang utuh dan terintegrasi atas fenomena, kejadian atau fakta khusus yang ada dalam suatu konteks yang ditentukan, bagaimana saling keterkaitan berbagai fakta dan dimensi dari kasus yang diteliti tersebut.
Studi kasus adalah salah satu metode pengambilan data di mana data yang digali terbatas
pada waktu tertentu, atau pada subyek dalam jumlah sedikit.
j.
Standar pelayanan
Standar Pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan
janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat,
mudah, terjangkau, dan terukur
5
Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM
l.
Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah unit yang melaksanakan tugas
teknis operasional kegiatan teknis penunjang di lingkungan Kementerian Hukum dan HA
m.Desk Review
Desk review atau kajian pustaka adalah proses mengumpulkan, mengorganisir,
menganalisis dan mensintesis informasi yang tersedia pada data sekunder dan literatur
yang relevan. Desk review dilakukan pada data dan referensi dalam bentuk data digital
maupun data tercetak (printed).
n.
Mystery guest
Mystery guest adalah seseorang yang sedang melakukan cara, proses dan seni
pengambilan data terkait pelayanan publik berbasis HAM diselenggarakan oleh UPT
melalui observasi, wawancara dan diskusi informal. Pengambilan data tanpa
sepengetahuan petugas dan pimpinan UPT.
o.
Pelaksana
Pelaksana adalah tim yang menyelenggarakan, mulai dari merencanakan dan
melaksanakan kegiatan diseminasi HAM dan penguatan HAM, yang terdiri dari sub
direktorat pada direkorat jenderal HAM, dan dari unsur kantor wilayah.
p.
Peserta
Peserta adalah petugas UPT orang yang terdaftar dan mengikuti kegiatan diseminasi HAM
dan penguatan HAM
q.
Petugas Unit PelaksanaTeknis
Petugas Unit PelaksanaTeknis adalah pegawai yang bertugas di Lapas dan LPKA, baik yang
menjadi peserta kegiatan diseminasi HAM atau penguatan HAM maupun tidak.
r.
Warga Binaan atau Anak Didik Pemasyarakatan
Warga Binaan atau Anak Didik Pemasyarakatan adalah seseorang (dewasa/anak) yang
menjalani pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap. Anak Didik Pemasyarakatan sendiri di dalamnya termasuk Anak Pidana (anak
yang berdasarkan putusan pengadilanmenjalani pidana di LPKA paling lama sampai
berumur 18 (delapan belas) tahun; Anak Negara (anak yang berdasarkan putusan
pengadilan diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di LPKA paling lama
sampai berumur 18 (delapan belas) tahun; dan Anak Sipil (anak yang atas permintaan orang
tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di LPKA paling lama
sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.
s.
Closed Circuit Television (CCTV)
CCTV merupakan alat rekam yang terpasang di UPT, yang merekam proses dan dinamika
yang terjadi sehari-hari di UP. CCTV dipergunakan sebagai instrumen untuk pengambilan
data.
BAB II
ACUAN DAN METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang acuan teori dan metodologi yang dipergunakan. Acuan teori
dimaksud bukan teori dasar, namun lebih merujuk kepada teori praktis. Sedangkan
metodologi merujuk kepada penyelenggaraan evaluasi itu sendiri, mulai dari menetapkan
tujuan, obyek evaluasi sampai ke pelaporan.
2.1. ACUAN EVALUASI
2.1.1. PELAYANAN PUBLIK BERBASIS HAM
Pelayanan publik yang menjadi obyek dalam pedoman ini mengikuti aturan yang ada di
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 96 Tahun 2012 dan Permenkumham Nomor 27
Tahun 2018. Pelayanan publik sebagai sebuah obyek sekaligus sebagai kewajiban bagi
penyelenggara negara di dalamnya memiliki ruang lingkup penyelenggara, sistem pelayanan
terpadu, pedoman penyusunan Standar Pelayanan, proporsi akses dan kategori kelompok
Masyarakat dalam Pelayanan Berjenjang, dan pengikutsertaan Masyarakat dalam
penyelenggaraan Pelayanan Publik (PP 96, tahun 2012). Sedangkan HAM itu sendiri adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi, oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Sehingga pelayanan Publik Berbasis HAM adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan prinsip HAM bagi setiap warga negara dan penduduk atas jasa dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM.
Pedoman ini disusun dengan mengikuti peraturan tersebut namun bagian terkait proporsi
akses dan kategori kelompok Masyarakat dalam Pelayanan Berjenjang tidak menjadi bagian
dari pedoman ini. Materi-materi tersebut dapat dijelaskan secara ringkas seperti berikut.
a. Lingkup Pelayanan Publik
Pelayanan publik yang menjadi mandate bagi penyelenggaran negara di dalamnya
meliputi pelayanan barang publik, jasa publik dan administrasi. Dari ruang lingkup
tersebut, yang relevan dengan pelayanan publik berbasis HAM adalah pelayanan jasa
publik dan administrative.
Pelayanan jasa publik disediakan oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah. Sedangkan untuk pelayanan administrative merupakan
pelayanan oleh penyelenggara yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang
dibutuhkan oleh Masyarakat. Pelayanan administrative ini di dalamnya meliputi tindakan
administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan
7
perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi dan/atau
keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga negara.
b. Sistem Pelayanan Terpadu
Sistem pelayanan terpadu merupakan satu kesatuan proses pengelolaan pelayanan
terhadap beberapa jenis pelayanan yang dilakukan secara terintegrasi dalam satu
tempat baik secara fisik maupun virtual sesuai dengan Standar Pelayanan.
Sistem pelayanan terpadu diselenggarakan dengan tujuan: a). memberikan perlindungan
dan kepastian hukum kepada Masyarakat; b). mendekatkan pelayanan kepada
Masyarakat; c). memperpendek proses pelayanan; d). mewujudkan proses pelayanan
yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti, dan terjangkau; dan dan ). memberikan
akses yang lebih luas kepada Masyarakat untuk memperoleh pelayanan.
Sistem pelayanan terpadu tersebut dilaksanakan dengan prinsip: keterpaduan;
ekonomis; koordinasi; pendelegasian atau pelimpahan wewenang; akuntabilitas; dan
aksesibilitas. Di samping prinsip tersebut, terdapat pula prinsip-prinsip lain yang dapat
dijadikan sebagai acuan, antara lain: a). Kesederhanaan, prosedur pelayanan publik tidak
berbelit- belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan; b). Kejelasan, Persyaratan
teknis dan administrative pelayanan publik; unit kerja atau pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau
persoalan dan sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik; rincian biaya pelayanan
publik dan tata cara pembayaran. c). Kepastian waktu, pelaksanaan pelayanan publik
dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan; d). Akurasi, produk
pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah; d). Keamanan, proses dan
produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum; e). Tanggung
jawab, pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau
persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik; f). Kelengkapan sarana dan prasarana,
tersedianya sarana dan prasarana kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika; g). Kemudahan akses,
tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh
masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika; h).
Kedisiplinan, kesopan dan keramahan, pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan
dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas; dan i). Kenyamanan,
lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman,
bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas
pendukung pelayanan seperti parker, toilet, tempat ibadah, dan lain- lain.
c. Pedoman Standar Pelayanan
Pelayanan publik sebagai suatu kualitas memerlukan standarisasi. Setiap pegawai juga
diharuskan untuk dapat melakukan pelayanan dengan standar tersebut.
Penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan sebagai jaminan
adanya kepastian bagi semua warga pemasyarakatan, termasuk para pengunjung. Oleh
karenanya, diperlukan adanya pedoman untuk menjamin standar kualitas tersebut.
Demikian juga dengan UPT sebagai penyelenggara pelayanan publik, wajib menyusun,
menetapkan, dan menerapkan Standar Pelayanan. UPT dalam proses penyusunan
Standar Pelayanan harus mengacu pada ketentuan teknis yang telah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Di samping itu dalam proses
penyusunannya juga wajib mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait lainnya.
8
Penyiapan rancangan Standar Pelayanan sebagaimana dimaksud harus berorientasi pada
peningkatan kualitas pelayanan dengan tidak memberatkan Penyelenggara. Di sisi lain,
rancangan Standar Pelayanan wajib dibahas oleh Penyelenggara dengan mengikut
sertakan Masyarakat dan Pihak Terkait untuk menyelaraskan kemampuan Penyelenggara
dengan kebutuhan Masyarakat dan kondisi lingkungan. UPT dalam melakukan pelayanan
publik tersebut idealnya memiliki kemampuan sumber daya yang dibutuhkan, antara
lain: a). dukungan pendanaan yang dialokasikan untuk penyelenggaraan pelayanan; b).
Pelaksana yang bertugas menyelenggarakan pelayanan dari segi kualitas maupun
kuantitas; dan c). sarana, prasarana, dan/atau fasilitas yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan.
Standar pelayanan perlu dibakukan dengan isi meliputi: a). Prosedur pelayanan,
prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk
pengadaan; b). Waktu penyelesaian, waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat
pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan c).
Biaya pelayanan, biaya atau tarif pelayanan termasuk rinciannya yang dititipkan dalam
proses pemberian pelayanan; d). Produk Pelayanan Hasil pelayanan yang akan diterima
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; e) Sarana dan prasarana, penyedia
sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik;
dan f). Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat
berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.
Prinsip dan standar pelayanan tersebut di atas merupakan pedoman dalam
penyelenggaraan pelayanan publik oleh instansi pemerintah dan juga berfungsi sebagai
indikator dalam penilaian serta evaluasi kinerja bagi penyelenggara pelayanan publik.
Dengan adanya standar dalam kegiatan pelayanan publik ini diharapkan masyarakat bisa
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan prosesnya memuaskan dan
tidak menyulitkan masyarakat.
d. Partisipasi Masyarakat dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik
Penyelenggara wajib mengikutsertakan Masyarakat dalam penyelenggaraan Pelayanan
Publik sebagai upaya membangun sistem penyelenggaraan Pelayanan Publik yang adil,
transparan, dan akuntabel. Pengikutsertaan Masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik mencakup keseluruhan proses penyelenggaraan Pelayanan Publik yang
meliputi: a). penyusunan kebijakan Pelayanan Publik; b). penyusunan Standar Pelayanan;
c). pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan Pelayanan Publik; dan dan e).pemberian
penghargaan
Pengikutsertaan Masyarakat dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik dimaksud
disampaikan dalam bentuk masukan, tanggapan, laporan, dan/atau pengaduan kepada
Penyelenggara dan atasan langsung Penyelenggara serta Pihak Terkait sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau melalui media massa. Di samping itu,
Penyelenggara wajib memberikan informasi kepada Masyarakat mengenai tindak lanjut
penyelesaian masukan, tanggapan, laporan, dan/atau pengaduan.
Agar proses pengikutsertaan Masyarakat dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik tidak
menimbulkan perasalahan, perlu mengacu pada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan,
antara lain: a). terkait langsung dengan Masyarakat pengguna pelayanan; b). memiliki
kompetensi sesuai dengan jenis pelayanan yang bersangkutan; dan c). mengedepankan
musyawarah, mufakat, dan keberagaman Masyarakat.
9
Sedangkan dari sisi subyeknya, pengikutsertaan Masyarakat dalam penyelenggaraan
Pelayanan Publik dapat dilakukan secara perorangan, perwakilan kelompok pengguna
pelayanan, perwakilan kelompok pemerhati maupun perwakilan badan hukum yang
mempunyai kepedulian terhadap Pelayanan Publik.
2.1.2. LINGKUP EVALUASI
Evaluasi sebagai bagian dari proses manajemen perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas
dan keberhasilan dalam penyelenggaran diseminasi HAM dan penguatan HAM yang telah
dilakukan. Evaluasi pada pedoman ini mengacu kepada The Kirkpatrick Four Levels, di mana
berdasarkan The Kirkpatrick Four Levels tersebut dalam proses evaluasi untuk kegiatan
diseminasi HAM dan penguatan HAM terdiri dari empat tingkat seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.1.: The Kirkpatrick Four Levels
Level 1 :
Reaksi
Sejauh mana tingkat kepuasan peserta terhadap penyelenggaraan
pelatihan
Level 2:
Pembelajaran
Sejauh mana tingkat pemahaman dan skill yang diperoleh peserta
dari penyelenggaraan pelatihan
Level 3:
Perilaku
Sejauh mana perubahan perilaku kerja peserta pelatihan setelah
mereka kembali ke dalam lingkungan kerjanya
Level 4:
Hasil
Sejauh mana target hasil terjadi (dampak perubahan perilaku kerja
peserta terhadap organisasi secara keseluruhan)
Model Kirkpatrick adalah adalah model evaluasi untuk mengevaluasi efektifitas dan dampak
dari suatu pelatihan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu pelatihan. Model
evaluasi ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1959 oleh Donald Kirkpatrick. Sejak
kemunculannya, model ini telah mengalami perkembangan sebanyak dua kali,
masing-masing di tahun 1975 dan 1994. Model evaluasi ini terdiri dari 4 level evaluasi. Empat level
yang dimaksud adalah Reaction (Reaksi), Learning (Pembelajaran), Behavior (Tingkah laku),
dan Results.
Level 1 : Reaksi (Reaction)
Evaluasi level 1 untuk menilai reaksi atau tanggapan para peserta pelatihan terhadap
pelatihan yang diikuti, dalam hal ini diseminasi HAM dan penguatan HAM. Evaluasi pada
level ini bertujuan untuk menilai tingkat kepuasan peserta terhadap penyelenggaraan
pelatihan. Penyelenggaraan dimaksud berarti tidak hanya pada saat pelaksanaan, tetapi juga
sejak persiapan. Kualitas pelaksanaan suatu pelatihan dapat diukur melalui tingkat kepuasan
pesertanya.
Menilai reaksi ini relatif mudah karena bisa dilakukan dengan menggunakan instrumen yang
biasanya berbentuk kuesioner. Evaluasi ini sebenarnya dimaksudkan untuk mendapatkan
respon dari peserta terhadap kualitas penyelenggaraan pelatihan. Hasil dari evaluasi pada
level ini juga dapat menjadi bahan evaluasi kebutuhan materi bagi penyelenggara pelatihan.
Oleh karena itu, waktu yang paling tepat untuk menyebarkan kuesioner adalah pada setiap
sesi dari pelaksanaan pelatihan, setelah pelatihan berakhir atau beberapa saat sebelum
pelatihan itu berakhir. Reaksi perlu diukur untuk menjadi referensi ke depan agar program
pelatihan menjadi seefektif mungkin dan senantiasa berkembang, sekaligus mendeteksi
apakah ada materi yang tertinggal dan tidak disampaikan.
10
Beberapa metode evaluasi pada level ini adalah memberikan kuesioner kepada peserta, agar
peserta dapat memberikan rating atas: instruktur, topik, materi-materi, presentasi yang
telah diberikan, serta lokasi pelatihan.
Level 2: Pembelajaran (Learning)
Evaluasi level 2 menilai seberapa jauh para peserta belajar atau memperoleh pengetahuan
dan wawasan baru. Evaluasi pada level ini akan melihat apakah tingkat pengetahuan atau
kemampuan para peserta meningkat sebagai hasil dari pelatihan.
Hal yang sebaiknya dilakukan sebelum memulai sesi pelatihan adalah dengan menyiapkan
daftar tujuan pembelajaran, yang juga akan menjadi titik awal analisis nantinya. Pelatihan
dikatakan berhasil ketika aspek tersebut mengalami perbaikan dengan membandingkan hasil
pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan, atau ketika peserta mencapai nilai tertentu
pada saat kegiatan selesai dilakukan. Penilaian pada evaluasi level kedua ini relatif lebih sulit
dan lebih memakan waktu jika dibanding dengan menilai reaksi peserta.
Instrumen penilaian yang biasa digunakan adalah tes, baik tertulis maupun lisan, dan tes
kinerja. Tes ini dapat digunakan untuk menilai tingkat perbaikan pengetahuan dan sikap
peserta, sementara tes kinerja dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penambahan
keterampilan peserta. Untuk dapat mengetahui tingkat perbaikan aspek-aspek tersebut, tes
dilakukan sebelum dan sesudah program, atau hanya setelah kegiatan dilakukan. Evaluasi
untuk kegiatan diseminasi HAM dan penguatan HAM ini akan dilakukan hanya setelah
kegiatan selesai dilakukan.
Evaluasi tes untuk menilai pengetahuan ini mengikuti taksonomi Bloom, di mana alat tes
akan disusun pada jenjang berfikir tingkat tinggi, yaitu analisis, sintesis dan evaluasi.
Sedangkan untuk berfikir tingkat rendah, seperti pengeetahuan dan pemahaman akan
dihindari untuk digunakan.
Level 3: Perilaku (Behavior)
Evaluasi level 3 bertujuan untuk menilai perubahan perilaku peserta setelah mereka kembali
ke dalam UPT masing-masing. Perilaku dimaksud adalah pelaksanaan pekerjaan yang ada
hubungannya langsung dengan materi yang disampaikan pada saat pelatihan, dalam hal ini
rencana tindak lanjut. Di level ini, hal yang dapat di evaluasi adalah seberapa jauh kemajuan
sikap dan perilaku para peserta setelah menerima pelatihan. Hal ini dapat lebih spesifik
terlihat dalam bagaimana mereka mengaplikasikan informasi dan materi yang mereka
dapatkan.
Sikap dan perilaku akan berubah sejalan dengan perubahan kondisi lingkungan sekitar,
demikian juga dengan para petugas yang menjadi peserta. Perubahan tersebut sangat
mungkin tidak tampak secara jelas, misalnya, dua level sebelumnya tidak diaplikasikan dan
diukur dengan benar. Jika dua level evaluasi sebelumnya tidak dilakukan, dan perubahan
sikap dan perilaku tidak terjadi, maka kecenderungan yang terjadi adalah asumsi bahwa
pelatihan tidak berhasil. Padahal, tidak adanya perubahan tidak selalu berarti para peserta
tidak mempelajari apa-apa; sangatlah mungkin atasan atau lingkungan kerja menghalangi
mereka mengaplikasikan apa yang sudah mereka pelajari, atau dari diri mereka sendiri
memang tidak ada niatan untuk menerapkannya.
Evaluasi perilaku ini dapat dilakukan melalui observasi langsung ke UPT di mana peserta
bertugas, dengan menggunakan kuesioner atau daftar cek. Di samping itu bisa juga melalui
wawancara dengan atasan maupun rekan kerja peserta. Dari sini diharapkan dapat
mengetahui perubahan perilaku kerja peserta sebelum dan setelah mengikuti
programpelatihan. Karena terkadang ada kesulitan untuk mengetahui kinerja peserta
11
sebelum mengikuti pelatihan, disarankan juga untuk melakukan dokumentasi terhadap
catatan kerja peserta sebelum mengikuti pelatihan.
Level 4: Hasil (Result)
Evaluasi pada level 4 bertujuan untuk mengetahui dampak perubahan perilaku kerja peserta
pelatihan terhadap tingkat keberhasilan UPT dalam menyelenggarakan pelayanan public
berbasis HAM. Pada level ini, hasil akhir dari sesi pelatihan tersebut dapat dianalisa dan
diukur. Pengukuran ini termasuk hasil akhir yang menjadi target dari UPT. Dalam prakteknya,
metode yang dapat dilakukan untuk memulai analisa dan pengukuran adalah dengan
membagikan kuisioner berisi pertanyaan-pertanyaan evaluasi untuk para peserta. Para tim
evaluator dapat terjun langsung dan mengamati perubahan-perubahan pada para peserta
yang terjadi sesudah diseminasi HAM dan penguatan HAM diberikan. Dengan begitu, sesi
pelatihan akan turut berkembang menjadi lebih efektif dan menjadi pembelajaran yang baik
sesuai dengan tujuan awalnya.
2.2. METODOLOGI EVALUASI
Metodologi perlu dipersiapkan dengan baik karena evaluasi merupakan proses sistematis
untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi sebagai bukti
tingkat keberhasilan dari suatu program. Di samping itu, evaluasi merupakan proses yang
memfokuskan pada hasil atau pencapaian dan tujuan atau target dari program yang
direncanakan. Oleh sebab itu, evaluasi memerlukan data, dan data tersebut perlu diolah,
dianalisis dan disimpulkan dengan benar.
Metodologi dimaksud di dalamnya menjelaskan tentang tujuan, pendekatan, metode,
indikator, sumber data, teknik dan instrument pengambilan data, teknik analisis data, dan
pelaporan. Masing-masing dijelaskan sebagai berikut.
2.2.1. TUJUAN
Tujuan evaluasi diseminasi HAM atau penguatan HAM secara umum adalah untuk
mengetahui tingkat keberhasilan penyelenggaraan diseminasi HAM atau penguatan HAM.
Secara khusus, tujuan evaluasi diseminasi HAM atau penguatan HAM merupakan rangkaian
perubahan awal setelah mengikuti diseminasi HAM atau penguatan HAM, sampai pada
perubahan lanjutan yang merupakan dampak dari kegiatan yang sudah dilakukan, yaitu:
a.Meningkatkan kualitas penyelenggaraan diseminasi HAM atau penguatan HAM
Evaluasi diseminasi HAM atau penguatan HAM dilaksanakan agar kegiatan diseminasi
HAM atau penguatan HAM dapat diukur tingkat keberhasilan dan kualitasnya, baik dari
proses pelaksanaan, pemahaman hingga dampak yang dihasilkan dari kegiatan diseminasi
HAM atau penguatan HAM tersebut.
Informasi hasil evaluasi penyelenggaranaan dapat memberikan umpan balik kepada
pelaksana program tentang berbagai aspek dalam setiap pelaksanaan diseminasi HAM
atau penguatan HAM. Umpan balik ini akan dipergunakan dalam perbaikan dan
penyesuaian aspek-aspek yang tidak maksimal dalam pelaksanaan kegiatan.
b.
Mengetahui pencapaian hasil pembelajaran pada diseminasi HAM atau penguatan HAM
Evaluasi terkait pencapaian hasil belajar dilaksanakan guna mendeskripsikan perubahan
hasil belajar masing-masing peserta, mengetahui perubahan belajar secara keseluruhan,
12
menentukan kelulusan peserta dan keberhasilan penyelenggaraaan, dan tindak lanjut
hasil penilaian.
c.
Mengetahui tingkat perubahan perilaku setelah dilakukan diseminasi HAM atau
penguatan HAM
Evaluasi perubahan perilaku pada diseminasi HAM atau penguatan HAM sangat penting,
karena belum tentu pengetahuan dan pengalaman pembelajaran yang diperoleh dapat
diterapkan dalam pekerjaan, tetapi perilaku yang baik dalam pekerjaan merupakan
gabungan dari pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perilaku ini merupakan sebagai hasil
dari diseminasi HAM atau penguatan HAM. Hasil dimaksud berupa implementasi rencana
tindak lanjut yang telah disusun untuk instansi asal masing-masing. Jadi evaluasi ini
ditujukan untuk mengetahui sejauh mana rencana tindak lanjut yang telah disusun telah
dilaksanakan.
d.
Mengetahui pencapaian hasil diseminasi HAM atau penguatan HAM
Evaluasi hasil diseminasi HAM atau penguatan HAM tersebut berupa informasi tentang
hasil atau dampak kinerja peserta setelah menerapkan melaksanakan rencana tindak
lanjut. Hasil dimaksud adalah berupa kebiasaan dan budaya di UPT yang mencerminkan
sebagai Lembaga yang sudah menghormati, memenuhi dan melindungi HAM dari setiap
WBP atau Andikpas yang menjadi tanggung-jawabnya.
2.2.2. PENDEKATAN
Evaluasi diseminasi HAM atau penguatan HAM ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Pendekatan kuantitatif dipergunakan dalam evaluasi diseminasi HAM atau
penguatan HAM dipergunakan karena pendekatan ini akan menjamin proses evaluasi yang
sistematis dan terstruktur. Di samping itu, karena evaluasi yang dilakukan menggunakan
analisis angka-angka statistik.
Sedangkan pendekatan kualitatif juga dilakukan dalam evaluasi diseminasi HAM atau
penguatan HAM. Hal ini dikarenakan dalam evaluasi ini juga menggunakan analisis yang
bersifat deskriptif.
2.2.3. METODE
Evaluasi ini dilakukan dengan menerapkan kaidah-kaidah penelitian dengan berbagai
metode di dalamnya, baik dalam pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Metode-metode
yang akan dipergunakan dalam evaluasi ini terdiri dari:
a. Deskriptif, untuk menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam evaluasi baik berupa
orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau apa adanya. Metode ini biasa dipergunakan dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
b. Survei, untuk memperoleh data tentang karakteristik, tindakan, dan pendapat sumber
data. Survei dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Survei ini ditujukan untuk
mengetahui: siapa mereka, apa yang mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu
13
tindakan. Survei pada evaluasi jenjang penyelenggaraan dan pembelajaran dilakukan
dalam bentuk sensus, sedangkan untuk jenjang evaluasi tindakan dan hasil akan
menggunakan metode sampling yang diorentasikan untuk melakukan generalisasi.
c. Studi Kasus, untuk memberikan perhatian yang intensif terhadap satu objek tertentu,
dengan cara mempelajari sebagai suatu kasus. Berbagai unit sosial seperti seorang
peserta kegiatan, sebuah kelompok peserta, sebuah instansi dan lain-lain dapat dikaji
secara intensif, baik secara menyeluruh maupun mengenai aspek-aspek tertentu yang
mendapat perhatian khusus.
d. Desk Review, data dan informasi yang dikumpulkan melalui pemeriksaan dan analisis
data dan informasi yang menggunakan data sekunder, baik berupa dokumen-dokumen
internal, peraturan perundang-undangan, laporan.
2.2.4. INDIKATOR
a.
Kualitas Penyelenggaraan
Kualitas penyelenggaraan diseminasi HAM atau penguatan HAM dapat dilihat dengan
menilai tingkat kepuasan peserta terhadap kegiatan diseminasi HAM atau penguatan
HAM. Suatu penyelenggaraan diseminasi HAM atau penguatan HAM dapat dikatakan
berkualitas jika peserta meemberikan respon positif penyelenggaraan kegiatan
diseminasi HAM atau penguatan HAM. Beberapa indikator yang berkaitan dengan
kualitas penyelenggaraan kegiatan diseminasi HAM atau penguatan HAM, diantaranya
adalah sebagai berikut: -). Sarana dan prasarana kegiatan telah memadai; -).
Materi/modul kegiatan berkualitas dan menjawab kebutuhan peserta; -). Akomodasi
yang tersedia mendukung pelaksanaan kegiatan; -). Makanan yang disediakan dalam
pelaksanaan kegiatan berkualitas; -). Media pembelajaran yang digunakan menarik; -).
Strategi pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan peserta; -). Kesigapan
dan keramahan panitia; dan -). Waktu pelaksanaan kegiatan yang tepat.
b.
Pencapaian Hasil Pembelajaran
Pencapaian hasil pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan ataupun perubahan pola pikir para peserta terkait dengan materi
pembelajaran yang disampaikan. Hasil pembelajaran yang positif dapat diidentifikasi dari
meningkatnya nilai atau skor para peserta ketika kegiatan diseminasi HAM atau
penguatan HAM selesai. Tes ini dapat berupa tes tertulis dengan bentuk pilihan ganda
atau essay yang terkait dengan materi pembelajaran. Evaluasi pada level ini
berhubungan dengan penilaian gukuran peningkatan kompetensi peserta, baik dari segi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan tujuan diadakannya kegiatan
diseminasi HAM atau penguatan HAM.
c.
Rencana Penerapan Pelayanan Publik Berbasis HAM
Evaluasi kegiatan diseminasi HAM atau penguatan HAM juga perlu menilai sejauh mana
pengetahuan atau sikap yang dipelajari dari kegiatan diseminasi HAM atau penguatan
HAM diterapkan di tempat kerja atau instansi peserta masing-masing. Rencana
penerapan pelayanan publik berbasis HAM dengan demikian dapat dilihat dengan
perilaku para peserta kegiatan diseminasi HAM atau penguatan HAM yang
memperhatikan nilai-nilai HAM ketika menjalankan tugas dan fungsinya dalam
melakukan pelayanan publik. Tindakan tersebut dilakukan dengan menilai perilaku kerja
yang muncul karena peserta tersebut telah mengikuti kegiatan diseminasi HAM atau
14
penguatan HAM. Evaluasi pada level ini berhubungan dengan penilaian kualitas rencana
tindak lanjut yang telah disusun oleh peserta dalam menerapkan pelayanan publik
berbasis HAM.
d.
Pelaksanaan Pelayanan Publik Berbasis HAM
Evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana pelayanan publik berbasis HAM sudah
dilaksanakan sesuai kriteria yang ada di Permenkumham Nomor 27 Tahun 2018 Tentang
Penghargaan Pelayanan Publik Berbasis HAM telah dipenuhi. Menurut Permenkumham
tersebut, kriteria pelayanan publik berbasis HAM mencakup 3 (tiga) kriteria, yaitu : -).
Aksesibilitas dan ketersediaan fasilitas; -). Ketersediaan petugas yang siaga; dan -).
Kepatuhan pejabat, pegawai, dan pelaksana terhadap standar pelayanan masing-masing
bidang pelayanan.
Penilaian terhadap aksesibilitas dan ketersediaan fasilitas dapat dilihat dari ada atau
tidaknya fasilitas di UPT yang dievaluasi. Selain itu, pada dasarnya fasilitas tersebut juga
harus memenuhi standar fasilitas yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Pelayanan publik berbasis HAM juga dilihat dari tersedianya petugas yang siaga melayani
kelompok rentan dan petugas yang dibutuhkan sesuai dengan pelayanan di
masing-masing Unit Pelaksana Teknis (UPT).
Disamping itu, kriteria ketiga yaitu kepatuhan pejabat, pegawai, dan pelaksana terhadap
standar pelayanan masing-masing bidang pelayanan dapat diidentifikasi dari apakah
pejabat, pegawai, dan pelaksana patuh, cukup patuh, atau kurang patuh terhadap
standar pelayanan di masing-masing bidang pelayanan. Namun, kriteria ini juga perlu
mempertimbangkan nilai-nilai HAM apa yang harus diperhatikan oleh pejabat, pegawai,
dan pelaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di masing-masing bidang,
sehingga dapat dikategorikan sebagai pejabat, pegawai, dan pelaksana yang patuh
terhadap standar pelayanan.
2.2.5. SUMBER DATA
Sumber data sama dengan subyek data, sama dengan responden atau informan, yaitu
mereka yang memberikan data yang digali melalui instrument yang telah disiapkan. Evaluasi
saat ini akan lebih terfokus kepada dua Unit Pelaksana Teknis, yaitu Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah Tanahan Negara (Rutan), Balai Pemasyarakatan (Bapas),
dan Balai Harta Peninggalan. Mereka inilah yang menjadi penentu apakah UPT yang sedang
dievaluasi sudah melakukan pelayanan publik berbasis HAM atau belum. Di samping mereka,
evaluasi juga akan mendapatkan sebagian kecil data dari tim pelaksana kegiatan.
a.
Peserta, yaitu Pegawai UPT yang mengikuti kegiatan diseminasi HAM atau penguatan
HAM. Mereka menjadi sumber data untuk evaluasi pada jenjang semua jenjang evaluasi,
mulai dari penyelenggaraan sampai hasil dari kegiatan diseminasi HAM dan penguatan
HAM.
b.
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) atau Anak Didik Pemasyarakatan (Andikpas),
yaitu orang atau anak yang sedang menjalani masa pidana sesuai keputusan hakim.
Mereka akan menjadi sumber data utama untuk mengetahui kualitas dan hasil dari
pelayanan publik berbasis HAM yang diberikan oleh UPT. Mereka menjadi sumber data
evaluasi pada jenjang evaluasi tindakan dan evaluasi hasil.
15 c.
Pengunjung, yaitu orang atau masyarakat mengunjungi WBP atau mengunjungi UPT. Kita
dapat memberikan quesioner ataupun melakukan wawancara secara langsung kepada
mereka mengenai pelayanan publik berbasis HAM yang diberikan. Mereka adalah pihak
yang turut merasakan apakah tiap-tiap UPT sudah memberikan pelayanan berbasis HAM
yang berkualitas atau belum.
a. Tim Pelaksana, yaitu tim yang melakukan kegiatan diseminasi HAM atau penguatan HAM,
baik yang berasal dari Kementerian maupuan Kantor Wilayah.
d.
CCTV, di mana data yang diambil dari CCTV (kamera pengintai) merupakan data akurat
guna memastikan sejauh mana pelayanan publik berbasis HAM di UPT. CCTV dapat
membantu untuk mengamati apa yang terjadi dan dilakukan oleh para WBP, pengunjung
maupun para petugas atau pegawai yang berwenang di UPT.
2.2.6. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGAMBILAN DATA
Teknik dan instrument pengumpulan data ini terdiri dari sebagai berikut:
a.
Wawancara, untuk mendapatkan informasi yang akurat dari sumber data dengan
menyampaikan beberapa pertanyaan yang sudah disiapakan sebelumnya. Di samping itu,
wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang dikumpulkan dari teknik pengumpulan
data lainnya sebagai bentuk konfirmasi dari hasil pengumpulan data lainnya.
Wawancara akan dilakukan dalam bentuk wawancara terpimpin, di mana pewawancara
sudah memiliki daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci untuk diajukan kepada
narasumber. Pemilihan jenis ini dengan pertimbangan para pewawancara belum
semuanya mendapatkan orientasi yang mencukupi, di samping untuk memastikan semua
data yang digali dapat diperoleh.
Wawancara akan dilakukan untuk semua jenjang evaluasi, yaitu mulai dari
penyelenggaraan, sampai hasil dari diseminasi HAM atau penguatan HAM.
b.
Kuesioner, dilakukan dengan menggunakan pertanyaan tertutup dan terbuka. Kuesioner
akan dilakukan untuk semua jenjang evaluasi, mulai dari penyelenggaraan sampai
evaluasi jenjang hasil.
c.
Observasi, dilakukan dengan tujuan untuk mengamati, memahami sehingga dapat
menggambarkan suatu obyek evaluasi, yaitu berupa proses atau dinamika, baik dari para
peserta, petugas, WBP atau Andikpas atau pengunjung. Observasi umumnya dilakukan
dalam bentuk non partisipasi dan observasi sistematis. Observasi non-partisipasi
dilakukan tanpa adanya keterlibatan langsung peneliti sebagai observer. Observasi
sistematis sendiri merupakan observasi berkerangka di mana kerangka tersebut terdapat
faktor-faktor yang akan diobservasi berdasarkan kategorinya.
Observasi pada evaluasi ini dilakukan dalam lembar daftar cek, tes, rekaman gambar dan
rekaman suara. Guna melaksanakan observasi dengan bentuk-bentuk tersebut, observer
dibekali dengan pedoman observasi. Pedoman disusun dalam format yang berisi
item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Setelah itu,
peneliti sebagai seorang pengamat tinggal memberikan tanda ceklist atau centang (
√)
pada kolom yang dikehendaki pada format tersebut.
16
2.2.7. TEKNIK ANALISIS DATA
a.
Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif adalah analisis yang dilakukan untuk menilai karakteristik dari sebuah
data. Karakterisitik itu antara lain : nilai Mean, Median, Sum, Variance, Standar error,
standar error of mean, mode, range atau rentang, minimal, maksimal, skewness dan
kurtosis. Analisis ini bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian
berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti.
Penyajian hasil analisis deskriptif biasanya berupa frekuensi dan persentase, tabulasi
silang, serta berbagai bentuk grafik dan chart pada data yang bersifat kategorikal, serta
berupa statistik-statistik kelompok (antara lain mean dan varians) pada data yang bukan
kategorikal.
Analisis deskriptif akan dilakukan untuk melaukan evaluasi pada tingkat penyelenggaraan,
pembelajaran, perilaku dan hasil atau dampak diseminasi HAM atau penguatan HAM.
b.Analisis Komparatif
Analisis komparatif digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih
dari suatu variabel tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan
dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan
kerangka pemikiran tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi untuk
sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda.
Diharapkan dengan analisis ini akan diketahui persamaan dan perbedaan dua atau lebih
fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu;
menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih; dan menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap
akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui
data tertentu.
Analisis deskriptif akan dilakukan untuk melaukan evaluasi pada tingkat pembelajaran,
perilaku dan hasil atau dampak diseminasi HAM atau penguatan HAM.
c.
Analisis Korelasi
Analisis korelasi dipergunakan dalam evaluasi ini untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan linear antar variabel. Apabila terdapat hubungan maka perubahan-perubahan
yang terjadi pada salah satu variabel X akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada
variabel lainnya (Y). Istilah tersebut dikatakan istilah sebab akibat, dan istilah tersebut
menjadi ciri khas dari analisis korelasi.
Analisis korelasi dapat didefinisikan sebagai metode statistika yang digunakan untuk
menilai keeratan hubungan antara dua variabel. Kata variabel sendiri dapat diartikan
sebagai karakteristik dari objek yang diteliti. Pada analisis korelasi peneliti menilai
keeratan hubungan antara dua variabel saja tanpa memperhatikan variabel yang
dipengaruhi atau variabel yang mempengaruhi dan berapa besar pengaruh suatu variabel
terhadap variabel yang lain.
Analisis deskriptif akan dilakukan untuk melaukan evaluasi pada tingkat pembelajaran,
perilaku dan hasil atau dampak diseminasi HAM atau penguatan HAM.
17 d.
Uji Kualitas Data
Uji kualitas data khusus dilakukan untuk tes pada evaluasi level 2, yaitu evaluasi
pembelajaran. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat tes yang digunakan
valid dan reliable. Uji validitas digunakan untuk menilai sah atau valid tidaknya suatu alat
tes. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mempu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini
menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara skor
masing butir pertanyaan dengan total skor. Jika korelasi antara skor
masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0,05
maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya (Ghozali, 2009:49).
Sedangkan uji reliabilitas data dilakukan untuk menilai suatu alat tes yang merupakan
indikator dari suatu variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau
handal jika jawaban seseorang dalam kuesioner konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Suatu kuesioner dikatakan relaibel atau handal jika memberikan nilai cronbach
alpha di atas 0,6 (Ghozali, 2009:45).
2.2.8. MENYUSUN KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Setelah data dianalisis, kemudian dibuat draft penyimpulan data. Penyimpulan data
dilakukan untuk mengetahui kinerja unit penyelenggara dalam melakukan
pelayanan publik yang berbasis HAM.
Setelah dibuatkan simpulan, maka disusunlah rekomendasi terhadap setiap unit
penyelenggara pelayanan publik yang berbasis HAM kepada Tim Penilai ditingkat
Pusat sebagai acuan dalam pemberian penghargaan pelayan publik berbasis HAM.
2.2.9. PENYUSUNAN LAPORAN
Hasil dari evaluasi penilaian kinerja unit penyelenggara pelayanan publik dituangkan
dalam Laporan Hasil Penilaian (LHP) yang memuat hasil pengisian instrumen
penilaian.
18
Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM
BAB III
EVALUASI PENYELENGGARAAN
Evaluasi penyelenggaraan merupakan evaluasi kegiatan Diseminasi HAM atau Penguatan HAM
yang dilakukan pertama kali, yaitu pada saat dan sesaat setelah kegiatan tersebut
dilaksanakan. Evaluasi ini dilakukan agar setiap pelaksanaan kegiatan dapat ditingkatkan
kualitasnya. Evaluasi ini dilakukan oleh tim pelaksana, baik yang ada di Direktorat Jenderal
HAM maupun Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenkumham di mana kegiatan tersebut
dilaksanakan.
Penjelasan lebih lanjut tentang evaluasi ini dapat dijelaskan seperti pada uraian berikut ini.
3.1. PENGERTIAN
Evaluasi penyelenggaraan merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
kualitas penyelenggaraan kegiatan Diseminasi HAM atau Penguatan HAM yang dapat dilihat
dengan mengukur tingkat kepuasan para peserta.
Kegiatan Diseminasi HAM atau Penguatan HAM dapat dikatakan berhasil jika peserta
memberikan tanggapan atau penilaian positif terhadap penyelenggaraan tersebut.
3.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari evaluasi penyelenggaraan ini adalah untuk mendapatkan umpan balik dari
peserta terkait kegiatan yang telah dilaksanakan. Umpan balik ini akan dijadikan sebagai dasar
untuk melakukan perbaikan dan perencanaan kegiatan serupa di masa yang akan datang.
Sedangkan tujuan dari evaluasi penyelenggaraan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kualitas penyelenggaraan Diseminasi HAM atau Penguatan HAM. Kualitas dimaksud terkait
dengan aspek-aspek yang ada di dalam pelaksanaan kegiatan Diseminasi HAM atau Penguatan
HAM.
3.3. MENYUSUN KISI-KISI
Indikator yang dipergunakan untuk menentukan tingkat kualitas penyelenggaraan Diseminasi
HAM atau Penguatan HAM merupakan respon atau tanggapan dari para peserta terhadap
pelaksanaan kegiatan Diseminasi HAM atau Penguatan HAM. Indikator tersebut terdiri dari
seperti pada tabel 3.1. di bawah.
Tabel 3.1. Kisi-kisi Evaluasi
Dimensi Indikator Deskriptor Kode
Tingkat kepuasan peserta Peserta memberikan penilaian ‘baik’ terhadap penyelenggaraan diseminasi.
Performa narasumber baik A
Moderator dapat berperan dan berfungsi dengan baik
B Fasilitator dapat berperan dengan baik C Sarana dan prasarana kegiatan telah memadai. D
19
Pedoman Evaluasi Diseminasi HAM & Penguatan HAM
Dimensi Indikator Deskriptor Kode
Materi/modul kegiatan memenuhi kebutuhan peserta dan terkait dengan Permenkumham tentang Penghargaan pelayanan publik berbasis HAM
E
Akomodasi dan konsumsi layak F
Media pembelajaran yang digunakan menarik. G
Panitia sigap dan ramah H
Waktu pelaksanaan tepat I
Dinamika proses pelaksanaan Metode pembelajaran mengaktifkan peserta
Terjadi komunikasi dua arah dan saling memberikan pendapat antar moderator dan peserta.
J
Penggunaan berbagai metode K
Tingkat efisiensi Anggaran dipergunakan sesuai, baik dari sisi jumlah maupun peruntukkannya
Tidak terjadi belanja silang L
Pembelanjaan sesuai mata anggaran M
Semua transaksi dilengkapi dengan bukti pendukung yang sesuai dan cukup.
N
Berdasarkan tabel 3.1. tersebut di atas nampak jika terdapat tiga dimensi dengan
masing-masing satu indikator untuk mengetahui tingkat kualitas pelaksanaan Diseminasi HAM atau
Penguatan HAM. Dari tiga indikator tersebut terdapat 14 deskriptor, yang terdiri dari 9
deskriptor untuk indikator pertama, 2 deskriptor untuk indikator ke dua, dan 3 deskriptor
untuk indikator ke tiga.
Dari setiap indikator dan deskriptor tersebut kemudian dijabarkan ke dalam butir-butir
pertanyaan atau pernyataan yang mencerminkan isi dari setiap deskriptor pada
masing-masing dimensi. Masing-masing-masing pertanyaan atau pernyataan tersebut seperti pada tabel
berikut.
Tabel 3.2. Deskriptor & Pernyataan/Pertanyaan
Deskriptor Kode # Butir Pernyataan/Pertanyaan
Performa narasumber baik
A A.1. 1 Mampu menjelaskan materi dengan baik, menarik dan mudah dipahami
A.2. 2 Mampu meningkatkan keaktifan peserta A.3. 3 Mampu memanfaatkan waktu secara efektif A.4. 4 Mampu berkomunikasi dengan peserta A.5. 5 Mampu menjawab pertanyaan peserta A.6. 6 Mampu menguasai kelas
Moderator dapat berperan dan berfungsi dengan baik
B B.1. 7 Kemampuan mengelola waktu
B.2. 8 Mampu mendorong/ memotivasi peserta untuk berkomentar (pertanyaan, sanggahan, dan lain-lain. B.3. 9 Mampu mengatur lalu lintas komunikasi
B.4. 10 Mampu menyimpulkan hasil diskusi C C.1. 11 Mampu mencairkan suasana kelas