• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. signifikan pada keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu organisasi, sehingga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. signifikan pada keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu organisasi, sehingga"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, penggunaan aset tidak berwujud memiliki dampak yang signifikan pada keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu organisasi, sehingga menciptakan bidang studi dan penelitian baru dalam pengelolaan kegiatan bisnis di dalam organisasi. Salah satu aset tidak berwujud yang paling penting yang telah dipelajari adalah modal intelektual. Jadi, identifikasi, pengukuran dan manajemen dalam modal intelektual memiliki bagian yang penting.

(Emadzadeh et. Al, 2013) menyatakan bahwa pengukuran dan pengelolaan modal intelektual memiliki dua hal penting. Pertama, bahwa di dalam organisasi itu tujuannya adalah modal intelektual sebagai alokasi sumber daya yang lebih baik dalam rangka efisiensi dan meminimalkan biaya di dalam organisasi organisasi. Kedua, di luar organisasi yang tujuannya adalah mengakses informasi yang ada dan sebagai organisasi yang berpotensi dalam pendanaan untuk mengantisipasi pertumbuhan di masa depan dan perencanaan jangka panjang.

Hal yang menarik perhatian baik akademisi maupun praktisi adalah manfaat dari intellectual capital (IC) sebagai alat untuk menentukan nilai perusahaan (Stewart 1997; Edvinsson and Malone 1997; Sveiby 2001). Hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa IC merupakan landasan bagi perusahaan

1

(2)

untuk unggul dan bertumbuh. Kesadaran ini ditandai dengan semakin seringnya istilah knowledge based company muncul dalam wacana bisnis. Istilah tersebut ditujukan terhadap perusahaan yang lebih mengandalkan pengelolaan IC sebagai sumber daya dan longterm growth-nya. Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas yang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Ciri lainnya adalah perusahaan ini lebih mengandalkan pengetahuan dalam mempertajam daya saingnya, yaitu dengan lebih berinvestasi di bidang IC. Sebagai akibatnya, nilai dari knowledge based company utamanya ditentukan oleh IC yang dimiliki dan dikelolanya.

Berdasarkan sejarahnya, perbedaan antara intangible asset dan IC tidak jelas karena keduanya dihubungkan pada istilah goodwill (Accounting Standards Board 1997; Ikatan Akuntan Indonesia 2007). Hal ini dapat ditelusuri pada awal

tahun 1980-an ketika gagasan umum tentang nilai intangible asset selalu dinamai sebagai goodwill sejak praktik bisnis dan akuntansi diterapkan (International Federation of Accountants, 1998, dalam Kuryanto dan Syafruddin, 2008).

Praktek akuntansi tradisional tidak mengungkapkan identifikasi dan pengukuran intangible asset dalam organisasi, khususnya organisasi berbasis pengetahuan (Guthrie et. al., 1999; International Federation of Accountants, 1998; Society of Management Accountats of Canada, 1998). Jenis intangible asset baru seperti kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan, model- model simulasi, sistem administrasi dan komputer tidak diketahui dalam pelaporan manajemen dan keuangan tradisional (Steward, 1997). Menariknya,

(3)

intangible asset tradisonal seperti modal merk, paten dan goodwill jarang

dilaporkan di dalam laporan keuangan (IFA, 1998). Faktanya, International Accounting Standard (IAS) 38 tentang intangible asset melarang pengakuan

merk logo, judul publikasi dan daftar pelanggan (International Accounting Standards Board, 2004).

Di Indonesia, fenomena IC mulai berkembang terutama setelah munculnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 (revisi 2000) tentang aset tidak berwujud. Menurut PSAK No. 19, aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007).

Salah satu persoalan penting yang dihadapi adalah bagaimana mengukur IC. Hal ini berlawanan dengan meningkatnya kesadaran pengakuan IC dalam mendorong nilai dan keunggulan kompetitif perusahaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pengukuran yang tepat terhadap IC perusahaan belum dapat ditetapkan. Banyak konsep pengukuran modal intelektual yang dikembangkan oleh para peneliti saat ini, dan salah satunya adalah model yang dikembangkan oleh Pulic. Pulic (1998, 2000) dalam Tan et al. (2007) tidak mengukur secara langsung IC perusahaan, tetapi mengajukan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient - VAICTM).

Yuniasih, dkk (2010) menyatakan bahwa komponen utama dari VAIC™ dapat

(4)

dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA – value added capital employed), human capital (VAHU – value added human capital),

dan structural capital (STVA – structural capital value added).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain oleh Belkaoui (2003), Firer dan Williams (2003), Firer dan Stainbank (2003), dan Bollen (2005) menemukan IC berpengaruh positif pada kinerja perusahaan. Penelitian di Indonesia yang berkaitan dengan Intelectual Capital sendiri belum begitu banyak, khususnya penelitian yang secara khusus menggunakan VAIC™

sebagai instrumen IC. Akan tetapi, penelitian tentang IC layak dilakukan di Indonesia karena terdapat keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:

Kep-134/BL/2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik. Dimana salah satu ketentuannya adalah laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit. Hal tersebut menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan (corporate governance) telah menjadi perhatian dalam laporan tahunan perusahaan, yang sebelumnya merupakan laporan yang bersifat sukarela. Pengungkapan corporate governance mempengaruhi jumlah informasi sukarela mengenai IC (Puspitasari, 2011). Selain itu, ketentuan dalam peraturan tersebut juga mencakup pengukuran yang diperlukan untuk Model Pulic yang menginformasikan metodologi dalam penelitian ini. Abidin (2000) dalam

(5)

Yuniasih, dkk (2010) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual perusahaan. Penelitian mengenai modal intelektual menjadi penting karena merupakan salah satu aset vital perusahaan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mencapai keunggulan kompetitif.

Penelitian di Indonesia masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten.

Penelitian Ulum (2008) menemukan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Di sisi lain penelitian Kuryanto dan Syaffruddin (2008) menemukan bahwa tidak ada pengaruh positif antara IC sebuah perusahaan dengan kinerjanya.

Hasil penelitian di Indonesia yang tidak konsisten mungkin disebabkan adanya pengaruh dari variabel lain yang tidak dikontrol oleh peneliti sebelumnya. La Porta et al., (1998) menunjukan bahwa struktur kepemilikan di negara dengan perlindungan investor yang rendah cenderung terkonsentrasi. Hal ini karena investor ingin melindungi diri dengan memperbesar kepemilikannya pada perusahaan sehingga saham akan cenderung terkonsentrasi. Hal ini menggambarkan adanya kendali pemegang saham mayoritas atas kebijakan perusahaan. Pemegang saham pengendali mempunyai kekuatan mengendalikan tindakan manajemen termasuk dalam memanfaatkan modal intelektual yang dimiliki perusahaan. Oleh karena itu, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dengan menggunakan struktur kepemilikan sebagai variabel kontrol.

(6)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini dalam bentuk tesis dengan judul :

“ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP FINANCIAL PERFORMANCE, ECONOMIC PERFORMANCE, DAN STOCK MARKET PERFORMANCE PADA EMITEN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS LQ 45”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh intellectual capital terhadap financial performance pada emiten yang tergabung dalam Indeks LQ 45?

2. Apakah terdapat pengaruh intellectual capital terhadap economic performance pada emiten yang tergabung dalam Indeks LQ 45?

3. Apakah terdapat pengaruh intellectual capital terhadap kinerja pasar saham (stock market performance) pada emiten yang tergabung dalam Indeks LQ 45?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris:

1. Untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap financial performance pada emiten yang tergabung dalam Indeks LQ 45.

(7)

2. Untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap economic performance pada emiten yang tergabung dalam Indeks LQ 45.

3. Untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap kinerja pasar saham (stock market performance) pada emiten yang tergabung dalam Indeks LQ 45.

D. Manfaat Penelitian

Merujuk pada tujuan penelitian di atas, maka diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

1. Secara Teoritis

Agar memperkaya konsep atau teori yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan tentang intellectual capital, khususnya yang terkait dengan pengaruh intellectual capital terhadap financial performance, economic performance, dan stock market performance yang ada di Indonesia.

2. Secara Perusahaan

Agar memberikan masukan yang berarti bagi perusahaan dalam meningkatkan financial performance, economic performance, dan stock market performance, khususnya melalui pengelolaan intellectual capital agar

terus dapat bersaing di pasar global.

3. Secara Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para stakeholder untuk memahami akan pentingnya intellectual capital dalam menunjang proses

(8)

bisnis perusahaan agar dapat memberi value added yang nantinya menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.

4. Secara Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi dan bahan informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya dalam bidang intellectual capital.

Referensi

Dokumen terkait

meningkatkan keterampilan guru dalam pembuatan media pembelajaran berbasis Lectora Inspire 17 dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Tahap perencanaan yaitu: (1)

masih banyak juga anak-anak yang tidak patuh, gojek sendiri, suka ngomong kasar,dll. Kesimpulan Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan RPP

Kondisi wilayah kawasan Danau Mawang dan beragamnya topografi, kemiringan, iklim, keindahan alam, dan kondisi sosial budaya masyarakat sehingga kawasan ini memiliki

Terdapat kendala yang berbeda-beda bagi mahasiswa yang belum aktif dalam penulisan karya ilmiah, diantaranya adalah sibuk, mahasiswa kadang disibukan dengan tugas kuliah,

Resesi dan peningkatan harga yang terjadi pada tahun tersebut memang tidak sepenuhnya diakibatkan oleh pertumbuhan JUB yang mencapai 29.2 persen (M1) dan 71.7 persen (QM).

Aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan siklus II untuk aktifitas Kompetensi sikap Observer 1 memberikan penilaian 80 persen dan Observer 2 memberikan

Maju Bersama dapat mengetahui informasi penjualan melalui laporan penjualan berdasarkan barang, laporan penjualan berdasarkan pelanggan, informasi piutang yang harus ditagih

dengan  mikroskop  Keselamatan kerja   Sikap ilmiah  dalam  bekerja  Portofolio  Laporan  tertulis hasil  investigasi  berbagai  jamur  edibel/toksik 