TOMOK - AJIBATA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara OLEH:
RENALDI SIDABUTAR NIM. 170200497
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Renaldi Sidabutar NIM : 170200497
Judul : Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Pembelian Tiket Kapal Ferry Penyeberangan Tomok – Ajibata
Dengan ini menyatakan:
1. Bahwa skripsi ini adalah benar hasil dari penelitian saya sendiri dan tidak menjiplak ataupun mengambil hasil karya orang lain maupun dibuatkan orang lain. Skripsi ini telah melewati Uji Bersih Judul yang dilakukan oleh pihak Perpustakaan Fakultas Hukum USU.
2. Apabila terbukti bahwa saya melakukan kecurangan ataupun pelanggaran, maka saya bersedia untuk bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
Medan, April 2021
Renaldi Sidabutar
NIM. 170200497
ABSTRAK Renaldi Sidabutar
*Hasim Purba
**Idha Aprilyana
***Pelayanan jasa angkutan penyeberangan di Danau Toba bertujuan untuk mengatasi masalah masyarakat dalam melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Kehadirannya sebagai pendorong perkembangan perkonomian dan juga perkembangan Wilayah Samosir, sehingga dalam penyelenggaraannya perlu memperhatikan perlindungan dan keselamatan penumpang atas kerugian yang timbul dari pengoperasian kapal ferry penyeberangan Tomok-Ajibata. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa angkutan penyeberangan di Danau Toba khususnya di penyeberangan kapal ferry Tomok-Ajibata. Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini yaitu: 1) Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh pihak jasa angkutan kapal ferry dengan adanya pembelian tiket penyeberangan Tomok-Ajibata; 2)Bagaimana perlindungan hukum terhadap pengguna jasa angkutan kapal ferry penyeberangan di Tomok-Ajibata; 3) Bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan pengguna jasa angkutan kepada ferry penyeberangan di Tomok-Ajibata jika terjadi sengketa.
Metode Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Yuridis Normatif dan Yuridis Empiris. Penelitian Yuridis normatif dilakukan menggunakan kajian terhadap peraturan perundang-Undangan, seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, dan bahan-bahan hukum yang mempunyai hubungan dengan skripsi ini. Sedangkan penelitian Yuridis Empiris merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data primer, yaitu dengan melakukan wawancara kepada PT. Gunung Hijau Megah.
Hasil penelitian adalah bahwa KM Tao Toba lintas Tomok-Ajibata merupakan milik PT. Gunung Hijau Megah. Pengoperasian KM Tao Toba belum memenuhi persyaratan teknis yang telah di tentukan terkhusus mengenai kelengkapan peralatan keselamatan serta kondisi kapal yang sudah tua dan perlu untuk dilakukannya renovasi. Perlindungan hukum kepada konsumen telah diakomodir dengan baik melalui kententuan pemberian ganti rugi, pengawasan oleh pemerintah, dan pengenaan sanksi kepada pelaku usaha apabila terjadi pelanggaran. Penyelesaian sengketa dapat ditempuh dengan 2 cara yakni litigasi dan non-litigasi. PT. Gunung Hijau Megah biasanya menyelesaikan sengketa dengan cara non-litigasi atau diluar pengadilan yaitu diselesaikan secara langsung antara PT. Gunung Hijau Megah dengan pihak penumpang. Namun apabila tidak mendapatkan solusi, maka dapat dilanjutkan dengan cara litigasi (pengadilan).
Kata Kunci: Perlindungan, Konsumen, Tiket.
*)
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**)
Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***)
Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur sedalam-dalamnya penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang karena limpahan berkat dan rahmat-Nya, penulis masih diberikan kesehatan, kesempatan serta kemudahan dalam mengerjakan penulisan skripsi ini.
Adapun judul skripsi yang penulis angkat adalah “Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Pembelian Tiket Kapal Ferry Penyeberangan Tomok - Ajibata”.
Penulis sangat menyadari, bahwa penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
2. Prof. Dr. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
3. Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
4. Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
5. Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
6. Syamsul Rizal, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
7. Prof. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang
telah membimbing penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini;
8. Dr. Idha Aprilyana S, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini;
9. Rafiqoh Lubis, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasihat Akademik penulis yang telah membimbing penulis di setiap semester;
10. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar yang berada di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
11. Kepada teman-teman yang selalu menyemangati penulis dan membantu penulis disaat kesusahan, Romando Formasio, Thoby Rangkuti, Muhammad Syafrudin, Abraham Lambock, Simon Panjaitan, Calvin Pasaribu, Devi Amelia Purba, Agnes Sembiring, Kharisma Sitanggang, Marthin Siringo- Ringo, Bang Anes Ringo, Bang Sahat Debataraja, Bang Hendi, Bang Kael, Dendi Alberto, dan Dariel Marbun.
12. Kepada Doni Pandiangan selaku pemilik Brow Coffee yang selalu siap untuk membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya atas
kasih sayang yang diberikan dan restu dari orang-orang yang sangat berarti di
kehidupan penulis, terutama kepada kedua orang tua penulis, Mangiring Tua
Sidabutar dan Ety Heryati, yang sangat dicintai dan disayangi oleh penulis, karena
dengan tegar, jiwa besar, kesabaran dan kegigihan mereka telah memberikan
pendidikan dan perhatian yang terbaik kepada penulis selama ini dengan kasih
sayang yang tidak terhingga. Kepada abang penulis dan istrinya, Hengky
Sidabutar dan Putri Paramitha, terima kasih atas bimbingan dan semangat serta
dukungan materil maupun moril yang tiada taranya yang selalu ada disaat penulis
membutuhkannya. Kepada kakak penulis dan suaminya, Ervina Sidabutar dan Immanuel Siregar, terima kasih atas bimbingan dan memotivasi penulis untuk tetap menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna sehingga berbagai kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar tulisan ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembacanya dan dapat bermanfaat.
Medan, Mei 2021
Renaldi Sidabutar
NIM. 170200497
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...………...……….…. i
KATA PENGANTAR ………..…..……...……….. ii
DAFTAR ISI ………...…. v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………...………….. 1
B. Perumusan Masalah ………. 13
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………. 13
D. Tinjauan Kepustakaan ……….. 14
E. Keaslian Penulisan ……….. 21
F. Metode Penulisan …….……… 22
G. Sistematika Penulisan ………...………... 25
BAB II FASILITAS-FASILITAS YANG DIBERIKAN PIHAK PENYEDIA JASA ANGKUTAN KAPAL FERRY PENYEBERANGAN TOMOK-AJIBATA A. Pengertian Pelaku Usaha ………..……... 27
B. Pengertian Pelaku Konsumen ……….. 30
C. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha ………. 34
D. Hak dan Kewajiban Konsumen ………... 40
E. Fasilitas-fasilitas dari pihak Penyediaan Angkutan Kapal
Ferry penyeberangan Tomok-Ajibata terhadap Konsumen
……….. 45
BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA ANGKUTAN KAPAL FERRY PENYEBERANGAN TOMOK-AJIBATA
A. Pengertian Jasa Angkutan ……….. 52
B. Klasifikasi Pengangkutan dan Pengaturannya …………... 58
C. Fungsi dan Tujuan Pengangkutan ……….……….. 68
D. Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Pengguna Jasa.. Angkutan Kapal Ferry Penyeberangan Tomok-Ajibata …. 71 BAB IV UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PENGGUNA JASA APABILA TERJADI SENGKETA A. Jenis-jenis Sengketa yang Terjadi dalam Penggunaan Jasa Angkutan ……….…..…….. 87
B. Pengaturan Hukum Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen ……….. 95
C. Upaya Hukum yang Dapat Dilakukan Konsumen Apabila Terjadi Sengketa ……… 100
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ….……….... 105
B. Saran ……….... 106
DAFTAR PUSTAKA ………...………..……….…… 108
LAMPIRAN ………. 111
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Transportasi merupakan pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sebuah wahana yang di gerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi di gunakan untuk memudahkan manusia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Pengertian transportasi adalah the means to reach the destination and also means of movement at the destination
yang artinya fungsi transportasi sebagai alat untuk mencapai daerah tujuan wisata dan alat bergerak selama beradadi daerah tujuan wisata tersebut.
1Transportasi memiliki posisi yang penting dan strategis dalam pembangunan bangsa untuk mencapai tujuan pembangunan nasional dan tercemin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar produk perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara. Pentingnya transportasi terlihat dari semakin tertentu keseluruh pelosok tanah air, bahkan dari tempat tertentu ke luar negeri.
Menyadari peranan transportasi maka pelayaran sebagai salah satu moda transportasi, penyelenggaraannya harus ditata dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang seimbang dengan tingkat kebutuhan dan tersedianya pelayanan angkutan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman, dan efisien dengan biaya yang wajar seta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Tidak hanya
1 Ismayanti, Pengantar Pariwisata, (Jakarta: Grasindo, 2005) hal 23.
itu saja penumpang maupun barang yang dibawanya diharapkan dapat selamat sampai dengan tujuan.
Secara garis besar, didalam sistem transportasi nasional terdapat tiga moda angkutan utama, terdiri angkutan darat, laut, serta udara. Dalam wilayah daratan, bukan Cuma angkutan jalan dan kereta api, namun juga terdapat angkutan perairan. Seperti kapal angkutan sungai, danau, kanal seta angkutan penyeberangan yang banyak di jumpai di berbagai daerah. Perairan daratan ialah perairan di daerah darat, seperti terusan dan danau. Pemerintah indonesia menggunakan istilah perairan pedalaman. Angkutan melalui air terdiri dari dua macam, yaitu :
1. Angkutan air pedalaman atau perairan darat (inland transport) menggunakan alat angkut berupa sampan, kano, motor boat, dan kapal.
Jalan yang dilalui adalah sungai, kanal, danau.
2. Angkutan laut (Ocean Transport) menggunakan alat angkut perahu, kapal uap, dan kapal mesin. Jalan yang digunakan adalah laut atau samudera dan teluk.
2Sebagai suatu jenis moda angkutan dalam suatu sistem transportasi, Angkutan Perairan Daratan memiliki karakter yang khas yang berbeda dengan moda angkutan lainnya. Angkutan perairan daratan umumnya memiliki rute yang tidak tetap dan jadwal yang tidak teratur meskipun juga pada tingkatan yang lebih berkembang juga terdapat angkutan dengan rute yang tetap dan dengan jadwal yang teratur maupun tidak teratur.
2 Sinta Uli, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut
Setiap kapal mempunyai suatu sistem manajemen keselamatan dalam rangka menciptakan suatu lingkungan kerja yang berwawasan keselamatan dalam mengoperasikan dan menjalankan pelayaran. Keselamatan pelayaran tidak hanya dilihat dari kondisi kapalnya, sebab banyak faktor lain yang memengaruhi. Salah satu faktor penting, yakni penerapan sistem perawatan terencana atau Planned Maintenance System (PMS) yang dapat dilakukan oleh operator ataupun galangan.
Sistem manajemen keselamatan harus memastikan : 1. Ketaatan pada aturan dan peraturan wajib, dan
2. Penerapan ketentuan, garis panduan dan rekomendasi standar dari Organisasi, Administrasi, lembaga klasifikasi, dan organisasi industri maritim dilakukan sebagai bahan pertimbangan.
Yang dimaksud dengan Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material konstruksi, bangunan, permesinan dan pelistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk radio dan elektronika kapal yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian yang pelaksanaan penilikannya dilakukan secara terus menerus sejak kapal dirancang bangun, dibangun, beroperasi sampai dengan kapal tidak digunakan lagi oleh Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal. Manajemen keselamatan ini sangat penting untuk di jalankan karena sebagai unsur utama keselamatan kapal, yang diharapkan untuk mengurangi Angka korban jiwa akibat dari kurangnya penyelenggaraan manajemen keselamatan ini.
3Angkutan perairan dapat berperan sebagai angkutan penyeberangan bagi penumpang maupun barang agar sampai ke suatu tujuan, terutama pada Danau
3https://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Angkutan_Sungai_Danau_dan_Penyeberanga n/Sitem_manajemen_keselamatan diakses pada tanggal 10 maret 2021
Toba yang sekarang sudah semakin maju,sehingga dari pada itu sangat dibutuhkannya transportasi perairan ini untuk mempermudah penyeberangan.
Berbicara tentang Danau Toba, Danau Toba adalah salah satu objek wisata yang ada di wilayah provinsi Sumatera Utara. Danau ini sangat dikenal dengan keindahan alam, pemandangannya yang dikelilingi oleh batuan dan dinding yang terjal yang merupakan dinding kaldera dari Danau Toba. Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Ditengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.
Letak Danau Toba sendiri berada di 7 kabupaten yang mengelilinginya, diantaranya; Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tobasa, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, dan Kabupaten Samosir. Selain keindahan Danau Toba, perairan Danau Toba juga berfungsi sebagai prasarana transportasi air yang menghubungkan antar daerah khususnya antar daerah Samosir dengan daerah Tobasa. Perjalanan menuju Danau Toba jika sudah berada di Medan, Sumatera Utara, dapat ditempuh dengan mobil sekitar 3 s.d 4 jam perjalanan via jalan tol Medan – Tebing Tinggi yang jaraknya sekitar 177 km. Menurut pandangan geologi yang umum ada selama ini, danau Toba terbentuk dari Supervulkano Toba atau yang dikenal juga dengan Gunung Toba Purba yang diperkirakan telah meletus sebanyak tiga kali. Letusan yang terbesar adalah letusan terakhir yaitu pada 74.000 tahun yang lalu. Pada letusan ini, diperkirakan 2.000 km kubik magma. Jumlah ini 4.000 kali lebih banyak dibandingkan letusan Gunung Pinatubo di Philippina pada tahun 1991 yang lalu.
4
4 Eka Marito Simanjuntak, Danau Toba Sebagai wisata dari Medan Sumatera Utara,
Sebagai danau hasil volcano tektonik terbesar di dunia, dengan luas 1.145 kilometer persegi, dengan panjang danau 87 km dari baratdaya ke tenggara dan lebar 27 km, lokasi ketinggian 904 meter di atas permukaan laut dan kedalaman maksimal 505 meter, danau ini menjadi salah satu aset pariwisata yang penting bagi Indonesia. Keindahan alam Danau Toba telah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Perairan danau yang biru, penduduk yang sangat ramah dan budaya Batak yang sangat mempesona, yang menjadi daya tarik wisatawan dari seluruh dunia dengan tujuan menikmati pemandangan Danau.
Danau Toba merupakan bagian dari 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang diprioritaskan untuk dikembangkan oleh Kementrian Pariwisata.
Bagi para wisatawan bai dari dalam negeri maupun luar negeri. Danau Toba merupakan salah satu destinasi wisata favorit di Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Bahkan Danau Toba sudah dijadikan ikon Pariwisata Nasional setelah Bali seperti yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara.
5Di tingkat internasional, Danau Toba udah tercatat sebagai danau terbesar di dunia yang sudah tercatat dalam daftar Guinness World Records. Danau Toba juga sudah dijadikan “Pilot Project” pengelolaan wisata di Indonesia dengan dibentuknya Badan Otoritas Pariwisata yang bertujuan agar pengelolaan danau yang terletak di Sumatera Utara tersebut lebih terkoordinasi sehingga bisa lebih cepat berkembang. Bahkan menurut Sekretaris kabinet, Pramono Anung, mengatakan bahwa Danau Toba akan dijadikan tempat tujuan wisata yang memiliki standar internasional. Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa Danau
5Http://Www.Azwisata.Com/Wp-Content/Uploads/2016/01/Wisatadanautoba.Jpg Diakses 20 April 2021 Pukul 21.12
Toba akan dijadikan sebagai Bali yang “baru” seperti yang dimuat dalam situs British Business Centre milik pemerintah Inggris di Indonesia.
6Potensi Danau Toba dan Pulau Samosir membuat para pengunjung semakin ingin berkunjung menjelajahinya. Bagi yang ingin menikmati keindahan Danau Toba, beberapa tempat yang bisa dikunjungi saat sudah berada disana, antara lain: Pulau Samosir; Parapat; Pulau Sibandang; Tongging; Bakkara; Pantai Silintong Balige; Tomok; Tuk-Tuk Siadong dan lain sebagainya.
Peningkatan jumlah penumpang yang dari tahun ketahun yang mengalami jumlah yang bertambah secara signifikan sehingga perlu melihat bagaimana bentuk perlindungan terhadap penumpang muaupun, hal ini pun juga sering terjadi saat memasuki masa libur nasional maupun libur hari besar, sehingga dari pada ini mendorong peningkatan jumlah penumpang dan sehingga terkadang memuat penumpang dan yang jumlahnya melebihi kapasitas kapal tersebut, karena dari itu membuat menjadikan ketidakhirauan terhadap keselamatan penumpang.
Keselamatan penumpang, itu semua di pengaruhi oleh kelengkapan terhadap sarana dan prasarana pendukung keselamatan. Kekurangan sarana maupun perlengkapan peralatan navigasi memiliki kendala dalam penyelenggaraan angkutan penyeberangan kapal di malam hari yang sangat tidak mendukung kelancaran transportasi penyeberangan. Perihal tersebut sebagaimana ketentuan Pasal 61 Ayat(3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 20 Tahun 2010
6 Http://Simarmata.Or.Id/2016/04/Badan-Otorita-Danau-Toba-Akan-Bekerja-Selama-25
Tentang angkutan Perairan yang menyatakan bahwa setiap kapal yang melayani angkutan penyeberangan wajib :
1. Memenuhi persyaratan teknis kelautan dan persyaratan pelayanan minimal angkutan penyeberangan;
2. Memiliki spesifikasi teknis sesuai dengan fasilitas pelabuhan laut yang di gunakan untuk melayani angkutan penyeberangan atau terminal penyeberangan pada lintas yang dilayani;
3. Memiliki dan/ atau memperkerjakan awak kapal yang memenuhi persyaratan kualifikasi yang diperlukan untuk kapal penyeberangan;
4. Memiliki fasilitas bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang dan kendaraan beserta muatannya;
5. Mencantumkan identitas perusahaan dan nama kapal yang ditempatkan pada bagian sebelah samping kiri dan kanan kapal,dan;
6. Mencantumkan informasi atau petunjuk yang di perlukan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
7Sebelum menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu harus ada perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpang/pemilik barang.
Sebelum menggunakan transportasi kapal ferry dari Tomok menuju Ajibata penumpang diwajibkan membayar sejumlah uang untuk mendapatkan tiket. Tiket tersebut kemudian menjadi perjanjian pengangkutan antara penumpang selaku konsumen dan pelaku usaha kapal ferry. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Pasal 38 perjanjian pengangkutan dibuktikan dengan tiket dan/atau dokumen pengangkutan. Perjanjian pengangkutan yang terdapat
7 Pasal 61 ayat 3, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran.
didalam tiket kapal ferry tujuan Tomok – Ajibata berbentuk baku atau standar karena ketentuan tersebut telah dibuat terlebih dahulu oleh pihak kapal.
Terjadinya pengangkutan di perairan perlu diadakan perjanjian pengangkutan terlebih dahulu antara pengusaha pengangkutan perairan dan penumpang atau pemilik barang. Perusahaan pengangkutan di perairan wajib mengangkut penumpang dan/atau barang pos yang disepakati dalam perjanjian pengangkutan di perairan. Terjadinya perjanjian pengangkutan di perairan dimaksud dibuktikan dengan karcis atau tiket penumpang dan dokumen muatan (Pasal 38 Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008).
8Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menentukan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
9Dengan adanya undang-undang ini, maka Perlindungan hukum terhadap konsumen telah dijamin dengan segala upaya yang ada serta adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada penumpang atau konsumen yang menggunakan jasa dari para pelaku usaha. Jasa adalah pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak ke pihak lain yang di konsumsi secara bersamaan, interaksi pemberi dan penerima jasa dapat mempengaruhi hasil jasa dan dirancang untuk pemenuhan kepuasan konsumen.
Perlindungan hukum bagi penumpang adalah suatu masalah yang besar dengan persaingan global yang terus berkembang sehingga perlindungan hukum sangat dibutuhkan dalam persaingan global.
8 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2013), hal. 18 – 19.
9 Pasal 1 ayat 1, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Segala upaya ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi konsumen yang telah ada pada saat undang-undang ini diundangkan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan atau tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang ijni. Undang-undang perlindungan konsumen, sudah dijamin karena hukum perlindungan konsumen tidak diragukan lagi dalam tatanan hukum Nasional. Perlunya undang-undang perlindungan konsumen tidak lain karena lemahnya posisi konsumen dibandingkan posisi produsen. Kegiatan yang hendak dicapai dengan perlindungan konsumen adalah menciptakan rasa nyaman bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Terbukti bahwa semua norma perlindungan konsumen dalam undang-undang perlindungan konsumen memiliki sanksi pidana. Maka pengaturan dilakukan dengan:
101. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur keterbukaan akses informasi, serta menjamin kepastian hukum
2. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku usaha
3. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa
4. Memberikan perlindungan bagi konsumen dari praktik usaha yang menipu dan menyesatkan
5. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan konsumen lainnya.
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan, sebagaimana di tuangkan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
10 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Ctk. Pertama,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hal. 22.
Konsumen huruf (a), (b), dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan dalam penggunaan barang dan atau jasa uang diperolehnya, sehingga keamanan dapat terhindar dari kerugian (fisik maupun psikis). Hak untuk memperoleh keamanan penting ditempatkan pada kedudukan utama, karena berabad-abad berkembang suatu falsafah berfikir, bahwa konsumen adalah pihak yang wajib berhati-hati, bukan pelaku usaha. Konsumen berhak mendapatkan apa yang menjadi haknya ketika mengonsumsi suatu barang.
Konsumen yang begitu ramai sehingga memungkinkan pengangkutan yang melebihi kapasitas dari jumlah yang sebelumnya telah di tentukan. Hal ini mengingatkan penulis pada kecelakaan yang pernah terjadi pada tahun 1997 dimana Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Peldatari I di kabarkan membawa penumpang sekitar 200 penumpang dalam pelayaran dari pelabuhan Tigaraja ke Tomok Samosir. Sementara kapasitas muatannya hanya 70 penumpang. Hanya 85 orang yang berhasil selamat, 83 orang meninggal dunia, dan puluhan lainnya belum ditemukan. Saat itu, ketika kapal hendak mencapai dermaga, seluruh penumpang merasa tidak sabar untuk segera turun ke darat. Puluhan penumpang bertumbuk dari bagian kiri depan, kapal pun oleng ke kiri. Melihat kapal oleng ke kiri penumpang beramai-ramai berpindah ke kanan. Setelah itu kapal terbalik dan tenggelam ke dasar danau.
11Pada tanggal 08 November 2013 terjadi suatu kecelakaan, dimana kapal Ferry Tao Toba I menabrak Satu Kapal Motor (KM) Yola di perairan Danau Toba yang mengakibatkan kerusakan pada bagian belakang kapal dan menyebabkan 4 (empat) orang penumpang Kapal Motor (KM) Yola dikabarkan hilang dan tidak
11 Https://Wordpress.Com/2018/02/11/22.03w Wib/ Tentang Tragedy Peldatari 1997
di temukan. Tabrakan terjadi sekitar pukul 10.30 WIB di perairan Tomok.
Kecelakaan terjadi karena adanya ketidakdisiplinan daripada KM Yola, dimana kapal KM Yola yang datang dari daerah simalungun, KM Yola bermaksud untuk mendahului kapal Ferry Tao Toba I yang jalurnya berbeda. Yang seharusnya kapal harus selisih jika berpapasan, tetapi pada saat itu terjadi crossing. Padahal sangat jelas diketahui bahwa dalam lalu lintas perairan kapal tidak mengenal adanya rem ataupun dapat berhenti secara langsung. Oleh karena itu dengan terpaksa kapal Ferry Tao Toba I menabrak KM Yola yang sudah tidak pada jalurnya lagi.
12KM Sinar Bangun mengalami kecelakaan dan tenggelam sekitar 2 (dua) kilometer setelah meninggalkan pelabuhan Tiga Ras, Danau Toba pada pukul 17.20 WIB, Senin 18 Juni 2018. Ketika kecelakaan terjadi, kapal penumpang berukuran 35 Gross Tonage (GT) yang seharusnya hanya dapat menampung penumpang sebanyak 43 orang mengalami kelebihan muatan karena mengangkut penumpang sebanyak 188 orang dan 65 sepeda motor. Dari jumlah penumpang tersebut korban selamat diketahui sebanyak 18 (delapan belas) orang, meinggal 3 (tiga) orang, dan kurang lebih sekitar 164 (seratus enam puluh empat) orang dinyatakan hilang. Meskipun demikian, hingga kini belum ada keterangan resmi soal penyebab KM Sinar Bangun terbaik dan kemudian tenggelam. Selain kelebihan muatan, dugaan sementara penyebab tenggelamnya KM Sinar Bangun adalah cuaca buruk yang menyebabkan kapal terbalik kemudian tenggelam, serta
12 https://news.detik.com/berita/d-4076271/3-tragedi-maut-di-danau-toba-dalam-5-tahun- terakhir/ Diakses Pada Tanggal 20 Desember 2020 Pukul 22.08
tidak tersedianya perangkat keamanan dan keselamatan dalam pelayaran tersebut seperti safety jacket, safety ring, dan sekoci.
13Kecelakaan ini dapat memberikan rasa ketidaknyamanan terhadap pengguna jasa. Oleh karenanya jika mengacu pada keberadaan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tersebut, maka upaya perbaikan bagi pelayanan transportasi laut sebaiknya mulai dirancang dengan mengikutsertakan dan mengakomodir kepentingn konsumen. Selain itu sebagaimana diatur dalam pasal 40 ayat (1) Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang berbunyi: “perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan penumpang dan/atau barang yang diangkutnya”.
14Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan, sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen huruf (a), (b), dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan dalam penggunaan barang dan/atau jasa yang diperolehnya, sehingga keamanan dapat terhindar dari kerugian fisik maupun psikis.
Berdasarkan penjelasan di atas, angkutan penyeberangan di Danau Toba masih mengalami masalah dalam penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP), serta masih kurangnya penerapan peraturan sesuai dengan undang-undang pelayaran. Tingginya kebutuhan konsumen terhadap angkutan penyeberangan ini, sementara SOP serta kebijakan pemerintah masih belum terstruktur dengan baik.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut untuk dijadikan bahan kajian dalam bentuk skripsi dengan judul: “TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBELIAN TIKET KAPAL
13 Ibid
FERRY PENYEBERANGAN TOMOK – AJIBATA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi permasalahan dalam pembahasan selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Fasilitas – fasilitas yang diberikan oleh pihak jasa angkutan kapal ferry dengan adanya pembelian tiket penyeberangan Tomok – Ajibata?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pengguna jasa angkutan kapal ferry penyeberangan di Tomok – Ajibata?
3. Bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan pengguna jasa angkutan kepada ferry penyeberangan di Tomok – Ajibata jika terjadi sengketa?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui fasilitas – fasilitas yang diberikan oleh pihak jasa angkutan kapal ferry dengan adanya pembelian tiket penyeberangan Tomok – Ajibata.
b. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pengguna jasa angkutan kapal ferry penyeberangan di Tomok – Ajibata.
c. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan pengguna jasa angkutan kepada ferry penyeberangan di Tomok – Ajibata jika terjadi sengketa.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Diharapkan bermanfaat untuk memberikan wawasan atau masukan dan pemahaman kepada masyarakat terkait perlindungan konsumen terhadap perjanjian baku yang terdapat di dalam tiket kapal ferry tujuan Tomok – Ajibata.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini memberikan wawasan dan pengalaman secara praktis dalam bidang penelitian mengenai pelaksanaan perlindungan konsumen terhadap perjanjian baku oleh perusahaan penyedia jasa angkutan kapal ferry penyeberangan Tomok – Ajibata.
b. Memberi masukan kepada penumpang untuk menempuh upaya hukum yang tepat serta dapat membantu penumpang dapat mengetahui hak dan kewajiban selama dalam penggunaan jasa angkutan penyeberangan.
c. Untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran yuridis dan masukan-masukan yang bermanfaat demi perkembangan ilmu pengetahuan terhadap perlindungan hukum bagi pengguna jasa angkutan penyeberangan.
D. Tinjauan Pustaka
1. Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk
menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang merugikan konsumen
itu sendiri. Az. Nasution menjelaskan bahwa hukum perlindungan konsumen
“Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan dan masalah penyedia dan penggunaannya, dalam kehidupan bermasyarakat.”
15Sedangkan batasan hukum perlindungan konsumen, sebagai bagian khusus dari Hukum Perlindungan Konsumen dan dengan penggambaran masalah yang telah diberikan pengertian sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk (barang dan/ jasa) konsumen antara penyedia dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat.
16Menurut Janus Sidobalok mengartikan hukum perlindungan merupakan keseluruhan peraturan dan hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban- kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen.
17Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
18Perlindungan konsumen mempunyai cakupan itu dapat dibedakan dalam dua aspek, yaitu:
19a. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati,
15 Janus Sidobalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, Cetakan III,(
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2014), hal. 37.
16 Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Cetakan II,(Jakarta:
Diadit Media, 2002), hal. 22.
17 Janus Sidobalok, Op.Cit. hal. 39.
18 Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
19 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Cetakan II,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hal. 22.
b. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil kepada konsumen.
Segala upaya yang dimaksudkan dalam perlindungan konsumen tersebut tidak saja terhadap tindak preventif, akan tetapi juga tindakan represif dalam semua bidang perlindungan yang diberikan kepada konsumen. Maka pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan:
a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur keterbukaan akses informasi, serta menjamin kepastian hukum;
b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku usaha;
c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa;
d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yang menipu dan menyesatkan;
e. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-bidang lainnya.
2. Asas - Asas Perlindungan Konsumen
Upaya perlindungan konsumen di Tanah Air didasarkan pada sejumlah asas yang telah diyakini bisa memberikan arahan dalam implementasinya di tingkatkan praktis. Dengan adanya asas dan tujuan yang jelas, hukum perlindungan konsumen memiliki dasar pijakan yang benar – benar kuat.
20Menurut Pasal 2 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).
20 Happy Susanto, Hak – Hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta: Transmedia Pustaka,
Adapun asas – asas tersebut yaitu:
a. Asas Manfaat
Dalam memberikan perlindungan terhadap konsumen, upaya tersebut harus memiliki manfaat terhadap konsumen agar konsumen merasa terlindungi.
Manfaatnya tidak hanya bagi konsumen tetapi juga pelaku usaha.
b. Asas Keadilan
Demi menjaga rasa keadilan, kewajiban sebagai konsumen maupun pelaku usaha harus dilakukan secara adil.
c. Asas Keseimbangan
Memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen dengan kepentingan pelaku usaha.
d. Asas Keamanan dan Keselamatan
Rasa aman dan keselamatan termaksud salah satu faktor penting bagi konsumen, untuk itu pelaku usaha harus memberikan rasa nyaman dan keselamatan atas produk yang dipakai atau yang digunakan dan jasa yang diberikan.
e. Asas Kepastian Hukum
Asas ini bertujuan memberikan kepastian hukum terhadap konsumen agar tercipta rasa keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen.
21Kelima asas yang terdapat dalam pasal tersebut, jika diperhatikan substansinya, dapat dibagi menjadi 3 asas yaitu:
a) Asas kemanfaatan yang di dalamnya meliputi asas keamanan dan keselamatan konsumen;
21 Waldi Nopriansyah, Hukum Bisnis di Indonesia: Dilengkapi dengan Hukum Bisnis Dalam Perspektif Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), hal. 205.
b) Asas keadilan yang didalamnya meliputi asas keseimbangan; dan c) Asas kepastian hukum.
223. Prinsip Tanggung Jawab Perlindungan Konsumen
Prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalam hukum perlindungan konsumen. Dalam kasus – kasus pelanggaran hak konsumen, diperlukan kehati – hatian dalam menganalisis siapa yang bertanggung jawab dan seberapa jauh tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak – pihak yang terkait.
23Tanggung jawab merupakan kewajiban bagi pelaku usaha untuk menanggung segala sesuatu akibat yang telah merugikan konsumennya atas perbuatan yang telah dilakukannya baik sengaja maupun tidak sengaja.
24Dalam hal tanggung jawab pelaku usaha sebenarnya telah diatur dalam peraturan perundang – undangan. Peraturan perundang – undangan yang secara signifikan mengatur tentang tanggung jawab pelaku usaha ialah Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya yang disebut dengan UUPK.
25Pada dasarnya tanggung jawab harus memiliki suatu hal yang menyebabkan timbulnya hak hukum bagi seseorang untuk menuntut orang lain
22 Rosmawati, Pokok – Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hal. 35.
23 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Grasindo, 2000), hal.59.
24 Pratiwiningrat Manik Ayu, Anak Agung, Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Konsumen yang Mengalami Kerugian Akibat Produk Makan Kadaluarsa, Jurnal Kertha Semaya 3, No. 3 (2015), hal. 4 – 5.
25 Prema Satya Arjuna, Ketut, Tanggung Jawab Pelaku Usaha Laundry Tertarik dengan Klausula Eksonerasi Perjanjian Laundry Di Kecamatan Kediri, Jurnal Kertha Semaya 1, No. 12
sekaligus berupa hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain untuk memberi pertanggung jawaban.
26Beberapa sumber formal hukum, seperti peraturan perundang – undangan dan perjanjian standar di lapangan hukum keperdataan kerap memberikan pembatasan–pembatasan terhadap tanggung jawab yang dipikul oleh sis pelanggar hak konsumen.
27Secara umum, prinsip–prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai yaitu: kesalahan (liability based on fault), praduga selalu bertanggung jawab (presumption of liability), praduga selalu tidak bertanggung jawab (presumption of nonliability), tanggung jawab mutlak (strict liability), pembatasan tanggung jawab (limitation of liability).
284. Tiket
Tiket adalah suatu dokumen perjalanan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang berisi rute, tanggal, harga, data penumpang yang digunakan untuk melakukan suatu perjalanan. Menurut Rahmat Darsono, tiket adalah salah satu dokumen perjalanan yang dikeluarkan oleh perusahaan pengangkutan dan merupakan kontrak tertulis satu pihak yang berisikan ketentuan yang harus dipenuhi oleh penumpang selama memakai jasa pengangkutan dan data pengangkutan penumpang yang mempunyai masa periode waktu tertentu.
29Tiket merupakan dokumen pasasi yang berisi perjanjian kontrak antara perusahaan
26 Sukmawati Dewi, Made, Tanggung Jawab Hukum Pelaku Usaha Online Shop Terhadap Konsumen Akibat Peredaran Produk Kosmetik Palsu, Jurnal Kertha Semaya 7, No. 3 (2019): 6 – 7.
27 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008), hal. 92.
28 Ibid, hal. 94.
29 Darsono, Rahmat, Tarif DokumenPasasi,( Jakarta :Alfabeta, 2004), hal 5
dengan penumpang yang memuat ketentuan yang telah disepakati bersama dan ditaati oleh kedua belah pihak.
5. Perjanjian
Menurut Wirjono Prodjodikoro, Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antar dua pihak dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.
30Sutan Remi Sjahdeini mengartikan perjanjian standar sebagai perjanjian yang hampir seluruh klausul – klausulnya dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan. Adapun yang belum dibakukan hanya beberapa hal, misalnya yang menyangkut jenis, harga, jumlah, warna, tempat, waktu, dan beberapa hal yang spesifik dari objek yang diperjanjikan. Sjahdeini menekankan, yang dibakukan bukan formulir perjanjian tersebut, misalnya melaikan klausul – klausulnya.
31Suatu perjanjian adalah persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih yang masing – masing berjanji akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu.
32Perjanjian adalah peristiwa nyata dan dapat dilihat wujudnya karena dalam suatu perjanjian kita dapat melihat atau mendengar janji – janji yang diucapkan oleh para pihak yang mengadakan persetujuan atau dapat pula membacanya dalam kalimat yang berisi kata–kata janji yang telah
30 R. Wiryono Prodjodikoro, Asas – Asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Mandar Maju, 2004), hal 4.
31 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Institut Bankir Indonesia, 1993), hal 66.
32 R. Subekti, Aspek – Aspek Hukum Perikatan Nasional (Bandung: Alumni, 1980), hal.
dibuat dan disetujui oleh para pihak dalam suatu perjanjian tertulis. Perjanjian yang diadakan secara tertulis lebih dikenal dengan nama “kontrak”.
E. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini diajukan untuk melengkapi tugas guna memenuhi syarat dalam mencapai gelar Sarjana Hukum. Dalam pembuatan skripsi berdasarkan hasil penelitian sendiri dan memilih judul skripsi ini berdasarkan pengamatan sebelum formil. Keaslian penulisan skripsi ini hasil pemikiran sendiri dengan mengambil dari buku-buku sebagai sumber referensi. Judul skripsi telah dilakukan pengecekan dan penelusuran di perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Test uji bersih judul dari pegawai fakultas Hukum USU telah dilakukan dan disetujui oleh ketua departemen yang bersangkutan. Adapun judul skripsi ini adalah Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Pembelian Tiket Kapal Ferry Penyeberangan Tomok-Ajibata. Terhadap judul di atas tidak ada yang sama baik permasalahan, tujuan maupun metodenya. Namun ada beberapa judul yang hampir sama yaitu:
1) Nama : Lili Wahyuni NIM : 130200513
Judul : Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Dalam Pengangkutan Kapal Penyeberangan Di Kawasan Medan Belawan, Studi Kantor PT.
PELNI.
Permasalahan yang di angkat :
a. Bagaimana perlindungan penumpang terhadap jasa penyebrangan
kapal KM KELUD SUMUT Lintas Tg.Priok – P.Batam – B.Karimun
di Kawasan Belawan dan Regulasinya?
b. Bagaimana sarana dan prasarana serta pelaksanaan regulasi dalam penyelenggaraan jasa penyeberangan kapal KM KELUD SUMUT Lintas Tg.Priok – P.Batam – B.Karimun di Kawasan Belawan?
c. Bagaimana pertanggungjawaban pengangkutan terhadap penumpang jasa penyeberangan kapal KM KELUD SUMUT Lintas Tg.Priok – P.Batam – B.Karimun di Kawasan Belawan?
Titik fokus dan penekanan yang akan dilakukan penulis adalah mengenai bagaimana pengaturan dan pelaksanaannya atau penyelenggaraan jasa penyeberangan yang sebenarnya serta perlindungan terhadap penumpang angkutan penyeberangan. Pengangkatan judul ini adalah untuk mengetahui lebih dalam bagaimana bentuk perlindungan hukum dan bentuk pertanggungjawaban pengangkut terhadap penumpamg dan kendaraannya, sehingga dapat diketahui apakah penerapan hukum sudah sesuai dengan penyelenggaraan jasa penyeberangan kapal ferry Tomok-Ajibata di Danau Toba.
Selain mengambil dari buku-buku yang berhubungan dengan judul dan ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang masih berlaku, dan dilakukan riset maupun penelitian langsung ke PT. Gunung Hijau Megah, dinas perhubungan, dan beberapa konsumen. Sehingga dengan demikian judul skripsi ini asli dari hasil pemikiran sendiri.
F. Metode Penelitian
Penelitian pada dasarnya meupakan, “ suatu upaya pencarian “ dan
bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap sesuatu objek yang mudah
dipengang. Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu reseach ,
yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Dengan demikian secara logawiyah berarti “mencari kembali”.
33Adapun bersesuaian dengan fungsi dari penelitian adalah mendapatkan kebenaran.
34Adapun dalam hal tesebut dilakukan suatu penelitian dalam suatu locus yang sesuai dengan judul dalam penulisan ini, antara lain :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Yuridis Empiris dan Yuridis Normatif.
Penelitian hukum Normatif dilakukan menggunakan kajian terhadap peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan hukum yang mempunyai hubungan dengan skripsi ini. Penelitian Empiris merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data Primer, yaitu dengan melakukan wawancara kepada PT.
Gunung Hijau Megah, Dinas Perhubungan, dan beberapa penumpang.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah pada PT. Gunung Hijau Megah.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian dibedakan menjadi data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama, misalnya hasil wawancara dan data sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan,dan sebagainya dan data sekunder mengenal beberapa jenis data (bahan hukum) antara lain bahan hukum primer,bahan hukum sekunder,dan bahan hukum tersier. Dalam penulisan sumber data yang akan digunakan antara lain :
33 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003), hal. 27-28.
34 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana,2005), hal. 20.
1) Bahan hukum primer, yaitu berupa peraturan perundang-undangan yang sifatnya mengikat dan telah dipisahkan oleh pihak yang berwenang, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran dan perturan-peraturan lain yang saling berkaitan dengan hal-hal tersebut.
2) Bahan hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang dapat menunjang bahan hukum primer misalnya rancangan Undang-Undang, hasil-hasil penelitian, atau pendapat pakar hukum.
3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus bahasa Indonesia dan kamus hukum dan Ensiklopedia.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data yang dibutuhkan untuk skripsi mini, penulis melakukan suatu teknik pengumpulan data yakni meliputi:
1) Library research (studi kepustakaan) yaitu mempelajari dan juga menganalisis secara sistematis perturan perundang-undangan, buku-buku, catatan kuliah,maupun sumber lainya yang terdapat hubungan dengan skripsi ini.
2) Field Research (studi lapangan) yaitu penelitian yang dilaksanakan
langsung kelapangan, perolehan data pada skripsi ini dilakukan dengan
melakukan wawancara langsung kepada PT. Gunung Hijau Megah selaku
penyelenggara angkutan penyeberangan kapal ferry penyeberangan Tomok-Ajibata.
5. Analisis Data Analisis data
Skrispi ini adalah dengan menggunakan data kualitatif, yaitu suatu anaisis data yang secara jelas serta diuraikan kedalam bentuk kalimat sehingga dapat diperoleh gambaran jelas yang berhubungan dengan skripsi ini
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan di dalam memahami isi dan tujuan dari penelitian, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk mempermudah penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur dan terbagi dalam bab perbab yang saling berangkaian satu sama lain.
Adapun yang merupakan sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Berisikan Pendahuluan yang menggambarkan data – data bersifat umum seperti, Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Didalam Bab ini membahas mengenai pengertian pelaku usaha dan
pelaku konsumen, dan juga membahas mengenai hak dan
kewajiban dari pelaku usaha dan konsumen. selain itu juga
membahas mengenai fasilitas – fasilitas yang diberikan pihak
penyedia jasa angkutan kapal ferry penyeberangan Tomok –
Ajibata.
BAB III : Pada bab ini, didalamnya membahas mengenai pengertian dari jasa angkutan, klasifikasi pengangkutan dan pengaturannya, fungsi dan tujuan dari pengangkutan, dan pada bab ini juga membahan mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa angkutan kapal ferry tujuan Tomok – Ajibata.
BAB IV : Didalam Bab ini akan dipaparkan mengenai jenis – jenis sengketa yang terjadi dalam penggunaan jasa angkutan, Pengaturan Hukum berdasarkan UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dan upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen apabila terjadi sengketa.
BAB V : Merupakan bagian Penutup . Didalam nya menguraikan mengenai
Kesimpulan dan Saran dari Permasalah yang dibahas dalam
penelitian ini.
BAB II
FASILITAS – FASILITAS YANG DIBERIKAN PIHAK PENYEDIA JASA ANGKUTAN KAPAL FERRY PENYEBERANGAN TOMOK - AJIBATA
A. PELAKU USAHA
Didalam peraturan perundang – undangan di Indonesia, tepatnya dalam pasal 1 angka 3 UU Nomor 1999 tentang perlindungan konsumen menentukan bahwa “pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama – sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.
35Menurut UU Nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat menentukan pengertian “setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama – sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.
36Sementara itu ruang lingkup yang diberikan Sarjana Ekonomi yang tergabung dalam Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) mengenai pelaku usaha adalah sebagai berikut:
35 Pasal 1 ayat 3, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
36 Pasal 1 huruf (e) Undang-Undang Nomor 5 Tentang Larangan Praktek Monopoli.
a. Investor, yaitu pelaku usaha penyedia dana untuk membiayai berbagai kepentingan seperti perbankan, usaha leasing, tengkulak, penyedia dana dan lain sebagainya.
b. Produsen, yaitu pelaku usaha yang membuat, memproduksi barang dan/atau jasa dari barang-barang dan atau jasa lain (bahan baku, bahan tambahan/penolong dan bahan-bahan lainnya). Pelaku usaha dalam kategori ini dapat terdiri dari orang/badan usaha yang berkaitan dengan pangan, orang/badan yang memproduksi sandang, orang/badan usaha yang berkaitan dengan pembuatan perumahan, orang/badan yang berkaitan dengn jasa angkutan, perasuransian, perbankan, orang/badan yang berkaitan dengan obat-obatan, kesehatan dan sebagainya.
c. Distributor, yaitu pelaku usaha yang mendistribusikan atau memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut kepada masyarakat. Pelaku usaha pada kategori ini misalnya pedagang retail, pedagang kaki lima, warung, toko, supermarket, rumah sakit, usaha angkutan (darat, laut, udara), kantor pengacara, dan sebagainya.
37Adapun Jenis – Jenis Pelaku Usaha antara lain:
1. Badan Usaha yang berbadan hukum 2. Badan Usaha yang tidak berbadan hukum
37 Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen suatu Pengantar, Cetakan ke II, (
Perbedaan dari keduanya yaitu badan usaha yang bukan merupakan badan hukum tidak akan dipersamakan kedudukannya sebagai orang sehingga tidak memiliki kekayaan para pendirinya.
38Perbedaan badan hukum dan bukan berbadan hukum terletak pada pemesahan hart kekayaan. Badan usaha yang berbadan hukum, contohnya adalah Perseroan Terbatas (PT). Pada Perseroan Terbatas (PT), badan usaha PT memiliki harta kekayaan tersendiri. Harta kekayaan PT tersebut terpisah dengan harta kekayaan PT tersebut terpisah dengan harta kekayaan para pemegang saham PT.
dalam artian jika PT tersebut mengalami kerugian, maka tanggung jawab para pemegang saham tersebut terbatas pada nilai saham yang dimilikinya. Berbeda dengan badan usaha yang tidak berbadan hukum yang harta kekayaan pendirinya tidak terpisah dengan harta kekayaan badan usaha tersebut. Sehingga jika badan usaha yang berbadan hukum tersebut mengalami kerugian, maka berakibat pada pertanggungjawaban pemilik badan usaha tersebut. Dalam penggantian kerugian badan usaha tersebut, harta kekayaan pemiliknya dapat disita atau diambil hingga pertanggung jawaban kerugian tersebut lunas atau selesai.
Bentuk badan usaha yang tidak berbadan hukum adalah:
1. Usaha Dagang (UD) atau kadang juga dikenal dengan istilah PD (Perusahaan Dagang).
2. Persekutuan Perdata (.Maatsc hap) yang diatur dalam pasal 1618 – 1652 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPer).
3. Firma/Fa (Vennootschap onder firma), yang diatur dalam pasal 16 – 35 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD).
38 Irma Devita, “Kiat-Kiat Cerdas, Mudah dan Bijak Mendirikan Badan Usaha”, (Bandung: Kafia, 2010), hal 2.
4. Persekutuan Komanditer/CV (Comanditaire Vennootschap), yang diatur dalam pasal 19 KUHD.
5. Perkumpulan yang tidak berbadan hukum, yang diatur dalam pasal 1653 – 1665 KUHPer.
39Perbedaan pada pemisahaan harga kekayaan, perbedaan berikutnya juga terletak pada posisi badan usaha sebagai subjek hukum di dalam pengadilan.
Badan usaha yang berbadan hukum merupakan subjek hukum yang juga dapat dituntut serta melakukan penuntutan dimuka pengadilan atas nama badan usaha itu sendiri secara langsung, melainkan orang yang dikuasakan untuk melakukan perbuatan hukum tersebut. Hal ini, dikarenakan badan hukum merupakan aggregate theory yang berarti kumpulan – kumpulan manusia/orang yang terkait
dengan badan hukum tersebut. Sementara badan usaha yang tidak melakukan kumpulan penuntutan dimuka pengadilan atas nama badan usaha tersebut. Akan tetapi, didalam badan usaha yang tidak berbadan hukum yang dituntut dimuka pengadilan adalah pendiri dari badan usaha tersebut serta yang melakukan penuntutan dimuka pengadilan juga pendiri tersebut yang juga bertindak atas namanya sendiri.
B. KONSUMEN
Istilah Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian tersebut secara harfiah diartikan
sebagai “orang atau perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu” atau “sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan
atau sejumlah barang”.
40Amerika Serikat mengemukakan pengertian “konsumen”
yang berasal dari consumer berarti “pemakai”, namun dapat juga diartikan lebih luas lagi sebagai “korban pemakaian produk cacat”, baik korban tersebut pembeli, bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan korban yang bukan pemakai, karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula oleh korban yang bukan pemakai.
Kamus umum Bahasa Indonesia memberikan pengertian konsumen sebagai berikut, “konsumen adalah pemakai (barang-barang hasil industri, bahan makanan dan sebagainya) lawan dari produsen”.
41Resolusi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) Nomor 39 Tahun 1985 tentang perlindungan konsumen (Guidelines of consument protection) menyebutkan, “konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat untuk kepentingan pribadi, keluarga dan/atau rumah tangganya, tidak untuk diperdagangkan kembali”.
Di dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, istilah konsumen sebagai defenisi yuridis formal ditemukan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) yang menyatakan bahwa konsumen adalah “setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia didalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhlukhidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999, Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan
40 Abdul Hakim Barakatullah, Hukum Perlindungan Konsumen (kajian teoritis dan perkembangan pemikiran), (Bandung: Nusa Media, 2008), hal 7.
41 N. H. T Siahaan, Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, (Bogor:
Grafika Mardi Yuana, 2005), Cet. Ke-I, hal 23.
tidak untuk diperdagangkan. Pengertian konsumen dapat terdiri dari 3 pengertian.
421. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu.
2. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk diperdagangkan, komersial.
3. Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadinya, keluarga, dan/atau rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali.
Konsumen tidak hanya diartikan haya individu (orang) tetapi juga suatu perusahaan yang menjadi pembeli atau pemakai terakhir.
43Pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan bahwa para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa. Pengertian pemakai dalam defenisi yang terdapat dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dapat menunjukkan bahwa barang dan/atau jasa dalam rumusan pengertian konsumen tidak harus sebagai hasil dari transaksi jual beli.
44Dari pengertian konsumen tersebut dapat ditemukan unsur-unsurnya sebagai berikut:
a. Setiap orang
42 Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau Dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya,(Jakarta: Kenaca Prenada Media Group, 2008), hal. 62.
43 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), hal. 60.
44 N. H. T Siahaan, Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab
Adalah subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan/atau jasa.
b. Pemakai
Istilah pemakai dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan ketentuan tersebut sekaligus menunjukkan barang dan/atau jasa yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli.
c. Barang dan/atau jasa
Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengartikan barang sebagai benda, baik berwujud maupun tidak berujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang dihabiskan maupun yang tidak dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
d. Yang tersedia dalam masyarakat berarti barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia di pasaran.
e. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lainnya. Unsur yang diletakkan dalam defenisi itu mencoba untuk memperluas pengertian kepentingan yang tidak sekedar diajukan untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga barang dan/atau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain bahkan untuk makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan.
f. Barang dan/atau jasa tidak untuk diperdagangkan.
45Pengertian konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini dipertegas, yakni hanya konsumen akhir. Perlindungan konsumen sendiri adalah segala upaya yang menjamin kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Salah satu bagian dari hukum konsumen adalah aspek
45 Shidarta op.cit, hal 5-10.
perlindungannya, misalnya bagaimana cara mempertahankan hak-hak konsumen terhadap gangguan pihak lain.
C. HAK DAN KEWAJIBAN PELAKU USAHA
Dalam menjalankan kegiatan usahanya pelaku usaha tidak terlepas dibebani hak dan kewajiban serta tanggung jawab. Apabila di alam demokrasi khususnya dalam bidang ekonomi menghendaki adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi didalam proses produksi dan pemasaran barang dan atau jasa, dalam iklim usaha yang sehat, efektif dan efisien sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar.
46Pelaku usaha menurut UU Perlindungan Konsumen pasal 1 ayat 3 yaitu,
“Setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.
Untuk memberi kepastian hukum sebagai bagian dari tujuan hukum perlindungan konsumen dan untuk memperjelas hak-hak dan kewajiban- kewajiban masing-masing pihak yang saling berinteraksi, penjelasan dan penjabaran hak dan kewajiban pelaku usaha tak kalah pentingnya dibandingkan dengan hak dan kewajiban konsumen itu sendiri. Adanya hak dan kewajiban
46 Dr. Sukarmi, S.H., M.H., CYBER LAW: Kontrak Elektronik dalam bayang-bayang