• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran (Depdiknas, 2006). Menurut National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training dalam pengembangan bahan ajar (2009), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.

b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran sekaligus substansi kompetensi yang seharusnya dikuasainya. c. Alat evaluasi pencapaian dan penguasaan hasil pembelajaran yang telah

(2)

Menurut jenisnya bahan ajar terdapat empat jenis kelompok yaitu: a. Bahan ajar cetak

Handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, model atau maket.

b. Bahan ajar dengar (audio)

Kaset atau piringan hitam atau compact disk, dan radio. c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual)

Video atau film, orang atau nara sumber pakar bidang studi. d. Bahan ajar interaktif

Diskusi, lingkungan atau pelajaran diluar kelas, praktek dari sebuah materi tertentu (Depdiknas, 2008).

Bahan ajar memiliki peranan penting dalam upaya merealisasikan pembelajaran yang optimal. Buku merupakan salah satu bahan ajar utama yang sering digunakan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, buku diharapkan dapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Berdasarkan dalam panduan pengembangan bahan ajar (Depdiknas, 2008) dijelaskan prinsip-prinsip pembuatan bahan ajar, yaitu:

(3)

b. Pengulangan akan memperkuat pemahaman. Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. c. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.

Jangan memberikan respon yang sekedarnya atas hasil kerja siswa.

d. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar.

e. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu. Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standar kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara.

f. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan.

(4)

Secara garis besar langkah-langkah pengembangan materi pembelajaran meliputi:

a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pengembangan materi pembelajaran.

b. Mengidentifikasi jenis materi pembelajaran.

c. Memilih materi pembelajaran yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

d. Memilih sumber materi pembelajaran dan selanjutnya mengemas materi pembelajaran tersebut.

Terdapat beberapa jenis pengembangan materi pembelajaran, yaitu penyusunan, pengadaptasian, pengadopsian, penerjemahan, dan perevisian.

a. Penyusunan

Penyusunan merupakan proses pembuatan materi pembelajaran yang dilihat dari segi hak cipta milik asli penyusun. Proses penyusunan itu dimulai dari identifikasi seluruh SK dan KD, menurunkan KD ke dalam indikator, mengidentifikasi jenis isi materi pembelajaran, mencari sumber-sumber materi pembelajaran, sampai menjadi naskah. Wujudnya dapat berupa modul, lembar kerja, buku, e-book, diktat, handout, dan sebagainya.

b. Pengadaptasian

(5)

pembelajaran yang berbeda dengan karya yang diadaptasi. Misalnya, materi pembelajaran IPA diadaptasi dari buku teks pelajaran IPA yang telah beredar di pasar (toko buku) yang disesuaikan dengan kepentingan mengajar guru. Penyesuaian itu dapat didasarkan atas SK dan KD, tingkat kesulitan, atau tingkat keluasan. Materi pembelajaran yang baru dibuat diwujudkan ke dalam bentuk modul.

c. Pengadopsian

Pengadopsian adalah proses mengembangkan materi pembelajaran melalui cara mengambil gagasan atau bentuk dari suatu karya yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, guru mengadopsi gagasan atau bentuk model buku pelajaran IPA yang telah dikembangkan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas menjadi materi pembelajaran IPA yang baru, baik ke dalam wujud modul, lembar kerja, buku, e-book, diktat, handout, dan sebagainya.

d. Perevisian

Perevisian adalah proses mengembangkan materi pembelajaran melalui cara memperbaiki karya yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, seorang guru IPA telah menulis buku pelajaran IPA yang dikembangkan dari Kurikulum 1994, dikarenakan kurikulum itu tidak berlaku lagi sehingga buku pelajaran IPA tersebut tidak relevan lagi. Guru tersebut kemudian memperbaikinya berdasarkan standar isi yang sekarang digunakan.

e. Penerjemahan

(6)

berjudul ”Science Interaction” yang dipandang cocok untuk pembelajaran IPA. Buku tersebut berbahasa Inggris, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (Direktorat PLP Dirjen Dikdasmen Depdiknas, 2004).

2.2 Buku Teks

Salah satu bentuk pengemasan materi pembelajaran adalah dalam bentuk buku teks atau buku pelajaran. Menurut Echols dan Sadely (1995), istilah buku teks atau buku pelajaran merupakan terjemahan dari kata textbook dalam bahasa Inggris. Buku teks merupakan salah satu sarana pembelajaran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran siswa di sekolah dan di rumah. Buku teks pelajaran dapat memberikan berbagai informasi dan pengetahuan. Oleh karena itu buku pelajaran yang bermutu merupakan suatu kebutuhan mutlak.

Berikut ini beberapa pengertian buku teks menurut para ahli (Tarigan dan Tarigan, 2009):

a. Menurut Hall Quest (1915), buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang disusun untuk maksud dan tujuan instruksional

b. Menurut Lange (1940), buku teks adalah buku standar atau buku setiap cabang khusus studi dan dapat terdiri atas dua tipe, yaitu buku pokok/utama dan suplemen/tambahan

(7)

atau para ahli dalam bidang itu dan dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi.

d. Menurut Buckingham (1958), buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran.

Berdasarkan pengertian yang disajikan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang tertentu untuk maksud dan tujuan instruksional, yang dilengkapi dengan sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang program pengajaran.

Menurut Pusat Perbukuan (2003), buku teks atau buku pelajaran merupakan salah satu sumber pengetahuan bagi siswa di sekolah yang merupakan sarana yang sangat menunjang proses kegiatan belajar mengajar. Buku teks memiliki fungsi yang sangat penting dalam bidang pendidikan. Buku teks memiliki beberapa fungsi, diantaranya (Tarigan dan Tarigan, 2009):

a. Mencerminkan suatu sudut pandangan.

b. Menyediakan suatu sumber yang teratur rapi dan bertahap. c. Menyajikan pokok masalah yang kaya dan serasi.

(8)

Bahan ajar cetak seperti buku disebut memiliki kualitas yang baik jika memiliki kelayakan isi, penyajian materi, bahasa atau keterbacaan dan grafika yang baik (BSNP, 2009).

2.3 Metode Analisis Buku Teks

Menurut Supriadi (2000) penilaian buku pelajaran meliputi aspek mutu isi buku, kesesuaian dengan kurikulum, bahasa yang digunakan, penyajian, keterbacaan, grafika, dan keamanan buku. Sedangkan menurut BSNP, untuk mengevaluasi suatu buku meliputi aspek kesesuaian isi dengan kurikulum, penyajian materi, keterbacaan, dan grafika.

2.3.1 Kesesuaian Isi dengan Kurikulum

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional, kesesuaian dengan kekhasan kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan siswa (BSNP, 2006).

(9)

perlu ditentukan, karena setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.

Pengembangan materi pembelajaran dalam sebuah bahan ajar harus relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Selain itu konsistensi dan kecukupan materi juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan dengan baik. Dengan demikian materi yang dikembangkan baik dalam sebuah buku teks maupun bahan ajar lainnya dapat memberikan dukungan terhadap berhasilnya pencapaian standar kompetensi yang harus dicapai siswa.

Prinsip dasar dalam menentukan materi pembelajaran dalam sebuah bahan ajar (Depdiknas, 2008) yaitu:

a. Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain.

b. Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

c. Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup

(10)

dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan KD).

Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator dan tujuan pembelajaran.

2. Penyajian Materi

Penyajian materi merupakan cara atau sistem yang ditempuh agar buku yang disusun menarik perhatian, mudah dipahami, dan dapat membangkitkan semangat siswa. Aspek penyajian materi ini merupakan aspek tersendiri yang harus diperhatikan dalam buku pelajaran yang diantaranya berkenaan dengan tujuan pembelajaran, latihan, soal, dan materi pengayaan (Mudzakir A. S, 2010). 3. Grafika

(11)

4. Keterbacaan

Keterbacaan (readability) merupakan kata turunan yang dibentuk oleh bentuk dasar readable, artinya dapat dibaca atau terbaca. Menurut McLaughin dalam Suherli, dkk (2006) bahwa keterbacaan berkaitan dengan pemahaman karena bacaannya itu memiliki daya tarik tersendiri yang memungkinkan pembacanya terus tenggelam dalam bacaan. Gilliland juga menyimpulkan bahwa keterbacaan berkaitan dengan tiga hal, yakni kemudahan, kemenarikan, dan keterpahaman.

Kemudahan membaca berhubungan dengan bentuk tulisan, yaitu tata huruf (tipografi) seperti besar huruf, lebar spasi, serta kejelasan tulisan (bentuk dan ukuran tulisan).

Kemenarikan berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide pada bacaan, dan keindahan gaya tulisan, yang berkaitan dengan aspek penyajian materi. • Keterpahaman berhubungan dengan karakteristik kata dan kalimat, seperti

panjang-pendeknya dan frekuensi penggunaan kata atau kalimat, bangun kalimat, dan susunan paragraf. Hal ini berhubungan dengan bahasa. (Suherli, dkk: 2006)

Aspek keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana), bentuk tulisan atau tipografi, lebar spasi, serta aspek-aspek grafika lainnya. Buku teks pelajaran hendaknya mampu menyampaikan bahan ajar dalam bahasa yang baik dan benar (Depdiknas, 2003).

(12)

dua cara, yaitu melalui rumus atau formula keterbacaan dan melalui respons pembaca. Gilliland menyebutkan lima cara mengukur tingkat keterbacaan, yaitu penilaian subjektif, tanya jawab, formula keterbacaan, grafik dan Carta, dan teknik cloze. Penilaian subjektif dilakukan oleh sejumlah orang tertentu seperti guru, pustakawan, editor, dan kelompok pembaca berdasarkan pengamatan atas isi, pola, kosakata, format dan pengorganisasian suatu bacaan. Oleh karena sifatnya subjektif, keabsahan hasil penilaiannya bergantung pada kehandalan para penilai. Jika penilai memiliki pengetahuan yang memadai tentang aspek-aspek keterbacaan, maka hasil penilaian biasanya memiliki validitas yang baik.

Pengukuran keterbacaan berdasarkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan dan pertanyaan bacaan merupakan pengukuran yang realistis. Pengukuran jenis ini dianggap akan memperoleh hasil pengukuran yang paling sesuai, karena dilakukan secara langsung kepada siswa sebagai pemakainya.

2.4 Tabel Periodik

(13)

periodik dengan baik dan mengetahui segala informasi yang ada di dalamnya sehingga dapat menggunakannya dengan mudah.

2.4.1 Perkembangan Tabel Periodik Hukum oktav Newlands

Pada tahun 1864 kimiawan Inggris John Newlands memperhatikan bahwa jika unsur-unsur disusun menurut massa atom, maka setiap unsur ke-delapan memiliki sifat-sifat yang mirip. Newlands menyebut hubungan yang istimewa ini sebagai hukum oktaf. Akan tetapi, karya Newlands ini tidak diterima oleh masyarakat ilmiah.

Sistem Periodik Mendeleev

(14)

2.4.2 Sistem Periodik Modern

Sistem periodik modern mengelompokan unsur-unsur berdasarkan kenaikan nomor atom (Z) yang merupakan ciri khas untuk setiap unsur. Pengelompokkan ini ternyata juga sesuai dengan konfigurasi elektron dari setiap atom. Dari sistem periodik modern, tampak bahwa penyusunan unsur-unsur berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat, menghasilkan keteraturan pengulangan sifat berupa periode (baris) dan kemiripan sifat berupa golongan (kolom). Kemiripan sifat dari unsur-unsur dalam golongan yang sama, terkait dengan konfigurasi elektronnya. Unsur-unsur tersebut ternyata mempunyai jumlah elektron valensi yang sama. Hubungan konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam sistem periodik modern adalah sebagai berikut:

• Unsur-unsur dalam periode yang sama mempunyai jumlah kulit elektron yang sama. Jumlah kulit dinyatatakan dengan bilangan kuantum n (n = 1, 2, 3, …). Nomor periode menyatakan jumlah kulit (bilangan kuantum n).

• Unsur-unsur dalam golongan yang sama mempunyai jumlah elektron valensi yang sama. Nomor golongan menyatakan jumlah elektron valensi

Beberapa istilah khusus diberikan untuk golongan yang terdapat dalam tabel periodik:

• Golongan IA (kecuali H) terdiri dari unsur-unsur logam yang sangat reaktif dan disebut juga logam alkali.

(15)

• Unsur-unsur yang terletak pada golongan-golongan B, yaitu golongan IIIB sampai IIB (golongan3 sampai golongan 12) disebut unsur transisi.

• Golongan VIIA teridiri dari unsur-unsur non-logam yang sangat reaktif, dan disebut juga halogen.

• Golongan VIIIA tediri dari unsur-unsur non-logam yang tidak reaktif dan disebut juga gas mulia.

Tidak istilah khusus untuk golongan IIIA sampai VIA. 2.4.3 Sifat Periodik

Pengelompokan unsur-unsur dalam sistem periodik modern menghasilkan golongan yang memuat unsur-unsur dengan sifat yang mirip, serta periode di mana terjadi pengulangan sifat secara berkala atau periodik. Sifat-sifat unsur yang berhubungan dengan letak unsur dalam tabel periodik ini disebut sifat periodik. Salah satu sifat periodik adalah sifat atomik. Sifat atomik yaitu sifat yang berhubungan langsung dengan struktur atomnya. Sifat-sifat ini yaitu jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas elektron, dan keelektronegatifan.

1) Jari-jari Atom

Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit terluar.

(16)

b. Dalam satu golongan jari-jari atom bertambah dari atas ke bawah karena meskipun muatan inti bertambah positif tetapi jumlah kulit atom semakin banyak. Keadaan ini menyebabkan gaya tarik menarik inti terhadap elektron semakin lemah sehingga jari-jari atom bertambah besar.

2) Energi Ionisasi

Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu elektron terluar dari atom atau ion dalam fase gas. Ada tiga faktor yang mempengaruhi besarnya energi ionisasi atom:

a. Jari-jari atom. Semakin besar jari-jari atom, semakin kecil energi ionisasi. b. Muatan inti positif. Semakin besar muatan inti, semakin besar energi ionisasi. c. Jumlah elektron di kulit dalam. Semakin banyak jumlah elektron di kulit

dalam, semakin kecil energi ionisasi. Hal ini dikarenakan elektron di kulit dalam akan mengurangi gaya tarik-menarik inti terhadap elektron terluar.

Secara umum, keteraturan energi ionisasi dalam sistem periodik adalah sebagai berikut:

a. Dalam satu periode energi ionisasi bertambah dari kiri ke kanan karena muatan inti bertambah positif dan nilai jari-jari atom berkurang. Keadaan ini menyebabkan gaya tarik menarik inti terhadap elektron semakin kuat sehingga energi ionisasi semakin bertambah.

(17)

besar. Keadaan ini menyebabkan gaya tarik menarik inti terhadap elektron semakin lemah sehingga energi ionisasi semakin berkurang.

3) Afinitas Elektron

Afinitas elektron adalah energi yang terlibat jika suatu atom atau ion dalam fase gas menerima satu elektron membentuk ion negatif. Energi yang terlibat dapat berupa pelepasan energi (AE negatif) atau penyerapan energi (AE positif). Pelepasan energi berarti ion negatif yang terbentuk akan memiliki energi lebih rendah sehingga bersifat lebih stabil. Sebaliknya, penyerapan energi berarti ion negatif yang terbentuk akan memiliki energi yang lebih tinggi sehingga bersifat kurang stabil.

Keteraturan afinitas elektron dari unsur-unsur dalam sistem periodik adalah:

a. Dalam satu periode afinitas elektron cenderung bertambah dari kiri ke kanan karena muatan inti bertambah positif dan jari-jari atom berkurang. Keadaan ini menyebabkan gaya tarik menarik inti terhadap elektron yang ditambahkan akan semakin kuat sehingga afinitas elektron semakin bertambah.

(18)

4) Keelektronegatifan

Keelektronegatifan adalah suatu ukuran kemampuan atom untuk menarik elektron dalam suatu ikatan kimia. Semakin besar keelektronegatifan suatu atom, semakin besar kecenderunganya untuk menarik elektron dari atom lain yang terikat secara kimiawi dengan atom tersebut.

Kecenderungan keelektronegatifan dalam tabel periodik adalah sebagai berikut:

a. Dalam satu periode keelektronegatifan bertambah dari kiri ke kanan karena muatan inti bertambah positif dan jari-jari atom berkurang. Keadaan ini menyebabkan gaya tarik menarik inti terhadap elektron semakin kuat sehingga kemampuan atom untuk menarik elektron menjadi semakin besar.

Referensi

Dokumen terkait

(1998) juga menyatakan bahwa persamaan allometrik dapat digunakan untuk menghubungkan antara diameter batang pohon dengan variabel yang lain seperti volume kayu, biomassa pohon,

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau

Standar harga barang/jasa di zona II, zona III dan zona IV dilakukan dengan menambah Standar harga barang/jasa di zona II, zona III dan zona IV dilakukan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran keterampilan menulis puisi pada kelas X Akuntansi 2 sebagai kelas eksperimen

Hasanudin adalah Kepala Kantor Kementerian Agama Kabu- paten Barito Selatan yang kesembilan, beliau lahir di Kalierang (Jawa Tengah) pada tanggal 10 bulan Juni tahun 1963,

Di area publik, apabila terdapat individu dengan gejala infeksi saluran nafas akut, atau individu yang merawat pasien dalam pemantauan COVID-19 dirumah, maka

Menunjukkan bahwa board ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional secara simultan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas belajar siswa yang menerapkan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB), untuk mengetahui