South Sumatra Forest Fire Management Project
Jl. Jendral Sudirman No. 2837 Km 3,5
Lokakarya Perencanaan Tata Guna Lahan Desa
Desa Talang Lubuk
Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin
01 – 03 Oktober 2005
Dendi Satria Buana dan Pokja-3 Banyuasin
TIM PRODUKSI
Penyusun : Dendi Satria Buana, Amir Hamzah dan Adios Syafri Desain dan Layout : Dendi Satria Buana
©
S O U T H S U M A T R A F O R E S T F I R E M A N A G E M E N T P R O J E C T ( S S F F M P )Proyek Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Sumatera Selatan
Jl. Jenderal Sudirman No. 2837 KM 3,5 – PO. Box 1229 Palembang 30129 – Sumatera Selatan Indonesia
Telp: (62) 711-377821, Fax: (62) 711-353176
Email: ssffmp.eu@telkom.net
Penyusunan laporan
Lokakarya perencanaan tata guna lahan ini
didedikasikan untuk “masyarakat Desa Talang Lubuk
Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin.
DAFTAR ISI
TIM PRODUKSI i
LEMBAR PERSEMBAHAN ii
DAFTAR ISI iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR GAMBAR v
I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
II. METODOLOGI KEGIATAN 3
2.1. Metode dan Pendekatan 3
2.2. Peserta Lokakarya 5
2.3. Pelibatan Perempuan 6
2.4. Waktu dan Tempat 6
2.5. Fasilitator dan Tim Pendukung 6
2.6. Bahan dan Alat 6
III. PELAKSANAAN LOKAKARYA DAN HASIL 7
3.1. Persiapan Pelaksanaan Lokakarya 7
3.2. Proses Pelaksanaan Lokakarya 7
3.3. Hasil Lokakarya 10
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto-Foto Proses Lokakarya 17
Lampiran 2. Profil Desa Talang Lubuk 19
Lampiran 3. Sketsa Desa Talang Lubuk 20
Lampiran 4. Matrik Kajian Kondisi Desa Talang Lubuk 21 Lampiran 5. Matrik Skala Prioritas Rencana Penggunaan Lahan dan Pembangunan 48 Lampiran 6. Sketsa Rencana Tata Guna Lahan Desa Talang Lubuk 55 Lampiran 7. Matrik Rencana Penggunaan Lahan Desa Talang Lubuk 56
Lampiran 8. Rekomendasi 62
Lampiran 9. Peta Desa Talang Lubuk 63
Lampiran 10. Daftar Hadir 64
KATA PENGANTAR
Penulisan laporan l
okakaryaPerencanaan Tata Guna Lahan Desa ini merupakan salah satu bentuk pendokumentasian rangkaian kegiatan Participatory Land Use Planning dalam rangka mencari model pendekatan yang efektif untuk mengendalikan kebakaran hutan dan lahan hampir setiap tahun terjadi pada beberapa wilayah dalam provinsi Sumatera Selatan.
Ide yang melandasi konsep ini berangkat dari pengalaman dan pembelajaran di beberapa tempat yang memperlihatkan cerminan bahwa pengendalian kebakaran hutan dan lahan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik kalau hanya ditangani oleh instansi pemerintah saja. Keterlibatan dan peran serta masyarakat lokal merupakan sesuatu yang penting dalam upaya melestarikan hutan dan lahan dari bencana kebakaran.
L
okakaryaperencanaan tata guna lahan desa merupakan salah satu pendekatan yang bertolak dari pengembangan pengetahuan masyarakat setempat terhadap potensi, kebutuhan dan pengelolaan sumber daya hutan dan lahan di tingkat desa dengan memperhatikan prinsip kesesuaian lahan, dampak terhadap sosial-ekonomi dan kaidah hukum yang berlaku.
Laporan l
okakaryaini memuat tahapan-tahapan proses perencanaan tata guna lahan desa yang diawali dengan pengkajian kondisi desa secara partisipatoris menggunakan alat-alat Participatory Rural Appraisal seperti sketsa desa, sejarah penggunaan ruang desa, kalender musim dan bagan kelembagaan desa. Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam l
okakaryaadalah menentukan skala prioritas rencana yang terangkum dalam 5 kategori yakni: 1) rencana penggunaan lahan desa untuk keperluan ekonomi, 2) rencana penggunaan lahan desa untuk pengembangan fisik desa, 3) rencana penggunaan lahan desa untuk kepentingan konservasi, 4) rencana penyusunan aturan dan kesepakatan desa dan 5) rencana pengembangan kapasitas kelembagaan desa serta masyarakat. Skenario rencana penggunaan lahan desa ini melalui proses partisipatoris digambarkan ke dalam sketsa rencana tata guna lahan desa yang meliputi:
a) kawasan pemukiman dan fasilitas umum, b) kawasan pengembangan tanaman pangan, c) kawasan pengembangan perkebunan dan d) kawasan untuk konservasi, semuanya dalam skope wilayah desa.
Terima kasih kepada Pokja – 3 Multi Stakeholders Forum Kabupaten Banyuasin dan semua pihak yang telah membantu terlaksananya l
okakaryaperencanaan tata guna lahan desa Talang Lubuk. Semoga dokumen ini memberikan manfaat dan dapat membantu misi South Sumatra Forest Fire Management Project untuk meyakinkan berbagai pihak khususnya masyarakat dan aparat pemerintahan desa di Sumatera Selatan untuk mulai menata pemanfaatan kawasan hutan dan lahan di desa mereka secara lebih baik dan minim dari kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Palembang, Desember 2005
Tim Penyusun
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 1. Sketsa Dusun I Talang Lubuk 10
2. Gambar 2. Sketsa Dusun II Talang Lubuk 11
3. Gambar 3. Sejarah Penggunaan Lahan Desa Talang Lubuk 12 4. Gambar 4. Bagan Kalender Musim Desa Talang Lubuk 13
5. Gambar 5. Bagan Kelembagaan Desa Talang Lubuk 14
6. Gambar 6. Sketsa Skenario Rencana Tataguna Lahan Desa Talang Lubuk 16
7. Gambar 7. Penjelasan Proses Lokakarya PTGLD 17
8. Gambar 8. Masyarakat dalam pengkajian potensi sumberdaya alam desa 17 9. Gambar 9. Peran Serta Kelompok Perempuan (gender) Dalam Lokakarya 17 10. Gambar 10. Kajian Bagan Kelembagaan Desa Bersama Masyarakat 18
11. Gambar 11. Small Group Discussion 18
12. Gambar 12. Proses Penyusunan Rencana Tataguna Lahan Desa
1.1. Latar Belakang
Penatagunaan lahan desa selama ini telah terabaikan, walau jelas-jelas hal tersebut sangat penting dan dibutuhkan. Adanya rencana tata guna lahan desa yang baik sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pedoman dalam pemanfaatan lahan, baik dari aspek kesesuaian, fungsi dan status lahan, serta dalam urusan kejelasan dan kepastian hukum akan batas dan kepemilikan.
Penatagunaan lahan desa akan memetakan kawasan-kawasan yang potensial dan bernilai tinggi ataupun kawasan rawan bencana dan kerusakan, seperti kebakaran hutan dan lahan. Selain itu tata guna lahan desa yang terencana dengan baik dapat pula mencegah terjadinya konflik antara masyarakat di dalam satu desa atau antara satu desa dengan desa yang lain, terutama yang menyangkut batas-batas kepemilikan.
Kebakaran hutan dan lahan, kerusakan habitat dan kepunahan spesies endemik bisa jadi bermula dari penggunaan lahan yang tidak terencana dengan baik, hanya mengakomodir kepentingan sekelompok orang saja dan mengabaikan kebutuhan banyak pihak terhadap pemanfaatan sumber daya alam. Untuk meminimalkan hal tersebut makan upaya pelibatan berbagai kelompok kepentingan (stakeholders) dalam merencanakan kebutuhan penggunaan lahan merupakan jalan keluar yang perlu untuk dilakukan.
Ide dari Perencanaan Tata Guna Lahan adalah memberdayakan masyarakat untuk merencanakan, mengelola dan memanfaatkan serta memonitor pengunaan lahan desa dengan pola-pola yang bijaksana dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan mereka. Konsep partisipatif dalam perencanaan tata guna lahan bertumpu pada proses yang dibangun lewat dialog para pihak (pemerintah, masyarakat, swasta, NGO) yang melahirkan kesepakatan tentang zona serta pola pemanfaatan sumber daya alam berlandaskan potensi dan kebutuhan masyarakat setempat, tentu saja dengan tetap berpedoman kepada hukum dan peraturan yang berlaku.
Keterlibatan masyarakat pada perencanaan tata guna lahan partisipatif sangat menjadi penting pada tahapan verifikasi data dan pencapaian kesepakatan tentang skenario tata guna lahan desa. Konsep tata guna lahan yang telah disepakati oleh masyarakat desa selanjutnya dapat menjadi salah satu acuan dalam penyusunan rencana tata ruang desa dan rencana pembangunan desa. Pada tahapan yang lebih tinggi rencana tata guna lahan ditingkat desa dapat menyediakan data yang komprehensif bagi penyusunan rencana tata ruang makro di tingkat kabupaten dan propinsi.
BAB I
PENDAHULUAN
South Sumatra Forest Fire Management Project (SSFFMP) mencoba mengemas model pendekatan Perencanaan Tata Guna Lahan tersebut kedalam konsep “Perencanaan Partisipatif Penatagunaan Lahan Desa” yang disingkat dengan P3LD. Konsep ini diharapkan menjadi sesuatu yang efektif dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan serta mudah untuk di replikasi oleh instansi pemerintah setempat sesuai dengan Tupoksinya.
Melalui konsep ini South Sumatera Forest Fire Management Project bersama pokja-3 MSF Banyuasin membantu memfasilitasi masyarakat Desa Talang Lubuk Kecamatan Muara Telang dalam menyusun skenario perencanaan tata guna lahan desa dengan tetap memperhatikan aspek kesesuaian lahan, sosial ekonomi dan hukum. Proses ini dilangsungkan melalui workshop di tingkat desa yang melibatkan berbagai kelompok kepentingan yang ada di desa.
1.2. Tujuan
Lokakarya Perencanaan Tata Guna Lahan Desa ini bertujuan untuk :
1. Membantu proses pemberdayaan masyarakat desa prioritas dalam merencanakan konsep pengembangan desa untuk menyongsong masa depan.
2. Membantu desa prioritas dalam menyusun rencana pembangunan desa secara partisipatif.
3. Membantu desa prioritas dalam menyusun draft skenario rencana tata
guna lahan desa yang diharapkan mengakomodir kebutuhan
masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam yang
berkelanjutan di masa depan.
Perencanaan tata guna lahan desa dilakukan melalui pendekatan partisipatif dengan mengadopsi beberapa alat kajian Participatory Rural Appraisal yang penggalian informasinya disesuaikan untuk kerangka Perencanaan Tata Guna Lahan.
Partisipasi masyarakat yang merupakan keunggulan dari model perencanaan ini dikemas dalam metode dan pendekatan berikut:
2.1. Metode dan Pendekatan
Lokakarya ini dalam proses pelaksanaannya berpedoman pada prinsip-prinsip partisipatoris dimana masyarakat desa merupakan subjek pelaku perencanaan dengan fasilitasi dari fasilitator. Pada tahap pengkajian kondisi desa digunakan alat kajian yang mempedomani modul perencanaan partisipatif penatagunaan lahan desa, terdiri dari:
A. Sketsa Desa
Alat kajian sketsa desa digunakan untuk menghasilkan informasi tentang tipe lahan desa, penggunaan lahan desa, jumlah pengguna lahan, potensi sumber daya alam, potensi sumber daya buatan, lokasi-lokasi yang rawan dengan kebakaran hutan dan lahan, lokasi sumber-sumber air yang bisa digunakan untuk pengendalian kebakaran, dan gambaran umum tentang kondisi desa saat ini. Informasi yang ditampilkan dalam sketsa desa menjadi acuan bagi 3 alat kajian lainnya.
B. Sejarah Penggunaan Ruang Desa
Alat kajian sejarah penggunaan ruang desa digunakan untuk mengkaji informasi tentang kecenderungan perubahan penggunaan lahan desa dari waktu ke waktu hingga saat sekarang, apa saja yang mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan dan pola pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat. Hal paling penting dari penggunaan alat ini adalah untuk mengajak masyarakat mengamati dengan seksama tentang apa saja sumber daya alam desa yang berkurang atau hilang/punah, apa penyebab kepunahannya dan upaya apa yang bisa dilakukan untuk merehabilitasi kembali sumber daya alam tersebut jika termasuk dalam golongan sumber daya alam yang terbaharukan.
BAB II
METODOLOGI
C. Kalender Musim
Alat kajian kalender musim digunakan untuk mengkaji aktifitas penting yang dilakukan oleh masyarakat desa, sumber-sumber penghasilan masyarakat, kapan saat memulai sonor, kapan saat berlebung dan kapan waktu-waktu tertentu di desa yang rawan dengan bencana kebakaran hutan dan lahan sehubungan dengan meningkatnya aktivitas masyarakat menggarap lahan pertanian atau perkebunan. Informasi tentang pola tanam dan cara pembukaan atau pembersihan lahan pertanian biasanya muncul dari alat kajian ini.
D. Bagan Kelembagaan Desa
Bagan kelembagaan desa digunakan untuk mengkaji berapa jumlah kelembagaan yang ada didesa, bagai mana hubungan antar kelembagaan dan lembaga apa saja di desa yang bisa fokus untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di wilayah desa.
Kajian kondisi desa menggunakan keempat alat PRA tersebut di atas menghasilkan Usulan Rencana untuk Pengembangan Kawasan Perdesaan yang dikelompokkan menjadi 5 kategori yakni:
1. Rencana penggunaan lahan desa untuk kepentingan pengembangan ekonomi
2. Rencana penggunaan lahan desa untuk pengembangan pusat perdesaan dan fasilitas umum
3. Rencana penggunaan lahan desa untuk kepentingan konservasi dan pelestarian alam desa
4. Rencana peraturan-peraturan yang dibutuhkan desa khususnya dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan
5. Rencana kebutuhan pengembangan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan di desa
Untuk memvisualkan rencana tata guna lahan desa melalui proses partisipatif dibuat sketsa rencana tata guna lahan desa berdasarkan kajian dan kebutuhan rencana pengembangan kawasan perdesaan. Dalam proses ini kawasan perdesaan dibagi menjadi 2 kategori yakni:
1. Kawasan Budidaya
Yakni kawasan perdesaan yang diperuntukkan sebagai tempat pengembangan ekonomi masyarakat. Kawasan budidaya ini meliputi:
- Pemukiman, fasilitas umum, sarana-prasarana
- Kawasan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan 2. Kawasan Non Budidaya
Yakni kawasan perdesaan yang diperuntukkan guna kepentingan konservasi dan pelestarian alam. Kawasan non-budidaya ini meliputi:
- Kawasan hutan lindung - Rawa dalam
- Buffer zone
- Gambut dengan kedalaman di atas 2.5 meter
Berdasarkan kategori diatas dilakukan perencanaan pengembagan kawasan
perdesaan melalui proses partisipatif
2.2. Peserta Lokakarya
Peserta workshop perencanaan tata guna lahan desa merupakan perwakilan masyarakat dan kelompok kepentingan yang ada di Desa Talang Lubuk sebagai berikut:
Tabel 1. Peserta Lokakarya Perencanaan Partisipatif Penatagunaan Lahan di Desa Talang Lubuk
Jenis Kelamin No. Nama Peserta
Lk. Pr. Jabatan/Status Tempat
Tinggal/Dusun
01 Fauzi Ketua BPD/ Anggota KP-
P3LD
Dusun 2
02 Sanusi Anggota BPD/Anggota tim
teknis P3LD
Dusun 2
03 Nanang Tokoh Masyarakat/Anggota
tim teknis P3LD
Dusun 1
04 Suwi Nungcik Kepala Desa Dusun 1
05 Sofyan Sahibul Sekretaris Desa Dusun 2
06 Ilyas Tokoh Masyarakat/ Ketua
KP-P3LD
Dusun 2
07 Joni Tokoh Pemuda/Anggota Tim
Teknis P3LD
Dusun 1
08 Sumarni Tokoh perempuan/Bidan
Desa
Dusun 2
09 Neneng Anggota BPD/anggota KP-
P3LD
Dusun 1
10 Munir Kaur Pemerintahan/anggota
tim teknis P3LD
Dusun 1
11 Sarni Tokoh Masyarakat/ Anggota
KP-P3LD
Dusun 1
12 Kori Anggota masyarakat Dusun 1
13 Sakina Tokoh perempuan/Ketua
PKK
Dusun 1
14 Maryadi Anggota masyarakat Dusun 1
15 Efendi Anggota masyarakat Dusun 1
16 Hamdani Anggota masyarakat Dusun 1
17 Erni Sekretaris PKK/ anggota tim
teknis P3LD
Dusun 1
18 Nedi Kaur Pembangunan Dusun 1
19 Jahar Anggota masyarakat Dusun 1
20 Wan Nur Anggota masyarakat Dusun 1
21 Samadi Anggota tim Teknis P3LD Dusun 2
22 Saldi Anggota masyarakat Dusun 2
23 Zakaria Anggota masyarakat Dusun 2
24 Suryadi Anggota tim teknis P3LD Dusun 2
25 A. Zazili Anggota masyarakat Dusun 2
26 Suryati Sekretaris KP-P3LD Dusun 2
27 Siti Aisya Sekretaris BPD/anggota tim
teknis P3LD
Dusun 2
28 Rusli Anggota masyarakat Dusun 2
29 Adam Kadus 2/ Anggota Tim
Teknis P3LD
Dusun 2 Jumlah 23 6 Total Peserta : 29 orang
2.3. Pelibatan Perempuan
Lokakarya perencanaan tata guna lahan desa juga memperimbangkan aspek sensitif gender. Perempuan dilibatkan dalam seluruh rangkaian workshop mulai dari mengkaji kondisi, memilih prioritas rencana penggunaan lahan desa dan pembangunan desa. Perempuan yang ikut berpartisipasi pada workshop ini berjumlah 6 orang.
2.4. Waktu dan Tempat
Workshop Perencanaan Tata Guna Lahan Desa ini diselenggarakan selama tiga hari mulai tanggal 1 - 3 Oktober 2005 bertempat di kantor Kepala Desa Talang Lubuk Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin.
2.5. Fasilitator dan Tim Pendukung
Workshop perencanaan Tata Guna Lahan di Desa Talang Lubuk prosesnya difasilitasi empat orang fasilitator dan 2 orang panitia pendukung:
- Dendi Satria Buana (PLUP/SSFFMP): Fasilitator Utama - Adiosyafri (WBH/Pokja 3): Fasilitator Sketsa Desa
- Dedy Permana (WBH): Fasilitator Sejarah Penggunaan Ruang Desa - A. Samudra (LPH-PEM): Fasilitator Kalender Musim
- Zainal Fanani (Damar): Fasilitator Bagan Kelembagaan Desa
- Tim pendukung: Lidia K. (Solidaritas Perempuan): Notulensi dan Administrasi, Wasi Darmalono (Gema Sriwijaya/Pokja 3) : Dokumentasi
2.6. Bahan dan Alat.
a. Ruangan interaksi dan perlengkapan b. Alat-alat tulis, meta plan, kertas plano c. Zopp Board dan perlengkapan
d. Infokus + screen
3.1. Persiapan Pelaksanaan
Pengkajian secara cepat terhadap desa merupakan proses awal yang penting untuk dilakukan dengan maksud mendapatkan data-data mendasar tentang desa seperti data monografi, kecendrungan perubahan, sketsa desa, informasi konflik dan peran gender.
Pengumpulan data awal bisa dilakukan melalui survey sosial ekonomi, diskusi terfokus dengan petani pengguna lahan dan melakukan transek lintasan untuk mengamati dari dekat tipe dan penggunaan lahan di desa.
Pengembangan kapasitas kelembagaan desa untuk perencanaan tata guna lahan desa dilakukan melalui pelatihan komite pengarah P3LD yang juga diikuti oleh Kepala Desa Talang Lubuk. Pelatihan yang diselenggarakan di tempat yang sama (kantor Kepala desa Talang Lubuk) pada tanggal 9 - 11 Agustus 2005 tersebut telah memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta dari Talang Lubuk tentang kerangka pengkajian dan perencanaan tata guna lahan desa secara partisipatif.
Lokakarya yang telah difasilitasi ini merupakan manifestasi dari rencana tindak lanjut dari hasil pelatihan di atas dan juga merupakan bagian dari proses perencanaan tata guna lahan desa Talang Lubuk.
3.2. Proses Pelaksanaan Lokakarya
Pelaksanaan lokakrya perencanaan tata guna lahan desa berlangsung selama tiga hari, proses ini melibatkan 29 orang perwakilan masyarakat yang berasal dari dua dusun di desa Talang Lubuk.
Hari pertama, 1 Oktober 2005
Pengkajian Kondisi Desa Mengunakan Sketsa Desa
Fasilitator menjelaskan tujuan kajian sketsa desa kepada peserta workshop.
Ditekankan juga bahwa dalam membuat sketsa desa sangat penting sekali memunculkan informasi menyangkut: batas wilayah desa, batas dusun, tipe lahan, penggunaan lahan, sumber daya alam, lokasi rawan kebakaran, kawasan hutan dan sarana prasarana di desa.
Pada proses pengkajian kondisi desa melalui sketsa ini peserta workshop dibagi menjadi 3 kelompok yakni:
- Kelompok 1: mengkaji sketsa desa
- Kelompok 2: mengkaji sketsa dusun 1 Talang Lubuk - Kelompok 3: mengkaji sketsa dusun 2 Talang Lubuk
BAB III
PELAKSANAAN LOKAKARYA DAN HASIL
Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan sketsa desa dan sketsa dusun untuk memperkaya informasi maka fasilitator memfasilitasi diskusi dengan metode buzz group.
Pada tahap selanjutnya peserta difasilitasi untuk mendiskusikan sketsa desa dan dusun yang telah dibuat melalui matrik F1 tentang Tipe Lahan Desa, Deskripsi Tipe Lahan dan Luas. Proses ini dilanjutkan dengan matrik F2 yang menjelaskan Tipe Lahan Desa, Klasifikasi Pengggunaan dan Luas Lahan.
Setelah proses fasilitasi sampai pada matrik F2 maka peserta workshop kembali dibagi menjadi empat kelompok, yang akan melanjutkan pengkajian dengan topik yang berbeda.
Hari kedua, 2 Oktober 2005
Pengkajian kondisi desa menggunakan Sejarah Penggunaan Ruang Desa
Fasilitator menjelaskan tujuan pengkajian menggunakan sejarah penggunaan ruang desa kepada peserta, selanjutnya peserta mendiskusikan tahun dan rentang waktu untuk memulai kajian sejarah penggunaan ruang. Informasi tentang tipe dan penggunaan lahan dapat dipedomani dari hasil kajian sketsa desa. Peserta diajak mengilustrasikan perubahan penggunaan ruang desa dari waktu ke waktu, selanjutnya didiskusikan perubahan dan kecerderungan yang ada dari setiap series tahun.
Kajian sejarah penggunaan ruang desa Talang Lubuk disepakati mulai tahun 1955-an hingga tahun 2005 dengan rentang series waktu 1955 – 1970 – 1980 – 1990 - 2005. Pola ruang yang dikaji dan penggunaan lahan yang dikaji meliputi sungai, pemukiman, lahan dataran rendah kering, rawa-rawa dan hutan.
Dari kajian ini dihasilkan informasi tentang perubahan penggunaan lahan, pola pemanfaatan lahan desa, perubahan jumlah penduduk yang menggunakan lahan, kecenderungan perubahan usaha masyarakat, sumber daya alam yang hilang dan gambaran kondisi terkini dari pemanfaatan lahan di desa Talang Lubuk.
Pengkajian kondisi desa menggunakan Kalender Musim
Fasilitator memulai proses dengan menjelaskan tujuan pengkajian menggunakan kalender musim kepada peserta. Dalam kajian ini peserta menggunakan standar musim untuk menentukan penanggalan waktu seperti berikut:
- Musim Hujan: Oktober, November, Desember, Januari, Pebruari dan Maret - Musim Kemarau: April, Mei, Juni, Juli
- Musim Pancaroba: Agustus, September
Kegiatan rutin dan umum yang dilakukan masyarakat dalam untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi dalam rentang waktu satu tahun dikaji dengan memperhatikan tipe penggunaan lahan, pola penggunaan lahan, bentuk aktivitas dan intensitas kegiatan masyarakat.
Informasi penting yang muncul melalui kajian ini diantaranya terkait dengan kegiatan masyarakat dalam memanfaatkan lahan rawa, lahan kering lahan pasang surut serta sungai. Informasi dari masyarakat tentang cara pembukaan lahan juga digali untuk mendapatkan gambaran dalam pola pemanfaatan lahan yang ada.
Pengkajian kondisi desa menggunakan Bagan Kelembagaan Desa
Fasilitator memulai proses dengan menjelaskan tujuan kajian, yakni untuk melihat kelembagaan yang ada didesa, hubungan antar lembaga dan hubungan lembaga dengan masyarakat termasuk issu gender. Fokus penting kajian bagan kelembagaan desa ini adalah untuk melihat lembaga apa saja didesa yang bisa berperan untuk pencegahan serta pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Melalui kajian ini teridentifikasi sembilan belas lembaga yang ada di Desa
Talang Lubuk dengan rincian; pemerintahan desa, BPD, LPM, PKK, karang taruna,
kelompok tani, lembaga adat desa, komite pengarah P3LD, tim teknis P3LD, lembaga pendidikan dan kesehatan. Selain kelompok tani yang merupakan kelembagaan masyarakat dalam mengorganisasi para petani, di desa Talang Lubuk juga ada kelompok sabut, kelompok tempurung dan kelompok Virgin Coconut Oil (VCO) yang merupakan organisasi para petani kelapa.
Lembaga yang diharapkan berperan dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan dalam linkup desa Talang Lubuk adalah: pemerintah desa, BPD, LPM, komite pengarah P3LD, tim teknis P3LD dan kelompok.
Hari ketiga, 3 Oktober 2005
Pada hari ketiga, disepakati juga beberapa prioritas pemecahan masalah yang muncul saat dilakukan pengkajian kondisi desa. Seluruh masalah yang muncul, kemudian dicari solusi penyelesaian masalah serta dirumuskan menjadi 4 (empat) kategori rencana dalam pembangunan masyarakat desa yakni:
1. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kebutuhan pengembangan ekonomi.
2. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kebutuhan pembangunan fisik desa.
3. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kepentingan konservasi dan pelestarian sumber daya alam desa.
4. Rencana Pembuatan Peraturan dan Kesepakatan Desa.
5. Rencana Pengembangan Kapasitas Masyarakat.
Dari usulan yang muncul berdasarkan kategori diatas kemudian susun skala prioritasnya dengan melalkukan scoring (penilaian) secara partisipatif bersama masyarakat yang menjadi peserta workshop. Adapun indikator yang digunakan dalam penentuan skala prioritas adalah:
a. Dampak kegiatan terhadap peningkatan ekonomi rumah tangga.
b. Dampak kegiatan terhadap upaya pengendalian kebakaran lahan dan hutan.
c. Kelayakan usulan kegiatan berdasarkan kondisi dan potensi desa.
d. Kelayakan usulan kegiatan berdasarkan waktu dan kebutuhan.
Pada sesi terakhir, dilakukan penyusunan skenario Draft Rencana Tata Guna Lahan Desa (RTGLD) Talang Lubuk . Hal ini merupakan tahap lanjutan dalam proses perencanaan tata guna lahan desa secara partisipatif yang berdasarkan kajian dan kebutuhan rencana pengembangan kawasan pedesaan. Dalam proses ini, kawasan perdesaan dibagi menjadi 2 kategori yakni :
a. Kawasan budidaya
Yakni kawasan perdesaan yang diperuntukkan sebagai tempat pengembangan ekonomi masyarakat. Kawasan budidaya ini meliputi :
- Pemukiman, fasilitas umum, sarana dan prasarana
- Kawasan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
b. Kawasan Non Budidaya
Yakni kawasan perdesaan yang diperuntukkan guna kepentingan konservasi dan pelestarian alam. Kawasan non budidaya ini meliputi :
- Kawasan hutan lindung - Rawa dalam
- Buffer Zone
- Gambut dengan kedalaman di atas 2,5 meter.
3.3 Hasil Lokakarya Perencanaan Tata Guna Lahan Desa Talang Lubuk 3.3.1. Hasil dari alat Kajian Sketsa Desa
Melalui kajian sketsa desa ini, dapat diketahui berbagai klasifikasi penggunaan lahan di desa Talang Lubuk, yang meliputi lahan rawa, lahan kering dan pasang surut.
Di desa Talang Lubuk, lahan rawa biasanya dijadikan sebagai areal sawah tadah hujan, sebagian ada juga yang ditumbuhi tanaman gelam dan sisanya merupakan semak belukar. Lahan kering biasanya diperuntukkan sebagai areal pemukiman penduduk dan areal perkebunan kelapa dan palawija, sedangkan areal pasang surut yang luasannya paling sedikit diperuntukkan sebagai lahan sawah pasang surut dan sistem surjan.
Definisi dari klasfikasi penggunaan lahan di desa Talang Lubuk ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sawah tadah hujan yakni areal yang dikelola penduduk yang berada di luar areal pemukiman dan perkebunan, terutama pada bulan Juli hingga Agustus. Areal ini biasanya ditanami padi varietas IR 64 yang berumur sekitar 100 hari.
Hutan gelam yakni areal hutan desa yang belum tergarap dan terletak di luar areal persawahan yang diidentifikasi masyarakat sebagai sarang babi. Areal ini didominasi oleh tumbuhan gelam.
Semak belukar yakni merupakan ladang yang tidak digarap atau sudah ditinggalkan oleh pemiliknya yang saat ini menjadi semak belukar.
Perkebunan kelapa/palawija/jeruk merupakan lahan rawa yang dibuat galangan untuk ditanami berbagai tanaman keras yang terletak di areal persawahan dan pemukiman masyarakat. Kebanyakan tanaman yang diusahakan masyarakat adalah kelapa.
Pemukiman adalah lahan kering yang berada di dekat jalan untuk membangun rumah dan tempat tinggal serta fasilitas umum lainnya.
Gambar 1.
Sketsa Dusun 1 Talang Lubuk
Areal padi pasang surut merupakan areal sawah yang dipengaruhi air pasang surut air laut yang berada di pinggiran sungai/parit. Biasanya tempat bertanam padi pada waktu pasang air naik dan waktu surut air kering. Sumber pengairannya berasal dari air pasang surut, yang ditanami padi jenis IR 64 pada bulan Juli- Pebruari (1 tahun 1 kali panen).
Surjan merupakan lahan yang digali masyarakat pada saat membuat kebun yang berada di pemukiman penduduk.
3.3.2. Hasil dari alat Kajian Sejarah Penggunaan Lahan Desa
Dalam kajian sejarah penggunaan ruang desa ini yang pertama yang perlu dikaji adalah gambaran pola pengunaan lahan dari dulu hingga kondisi terkini (Transek series). Gambaran pengunaan lahan dari tahun ke tahun hingga sekarang dapat dilihat pada bagan informasi berikut ini :
Sejarah desa tahun 1955
Ikan masih banyak dan sungai masih dalam
Pemukiman masih sepi dan jaraknya berjauhan
Tanaman kelapa masih berjumlah ratusan batang.
Hutan gelam masih sekitar 40 hektar
Hutan masih luas, sekitar 100 ha yang dihuni oleh banyak jenis kayu.
Sejarah desa tahun 1970
Sungai masih dalam dan jenis ikan masih banyak
Pemukiman bertambah namun penduduk masih jarang
Tanaman kelapa sekitar 1000 batang
Areal persawahan masyarakat masih ditanami dengan varietas lokal misalnya padi kuring dan bugis yang umurnya 7 bulan
Masyarakat mulai mengenal sistem sonor.
Gambar 2.
Sketsa Dusun 2 Talang Lubuk
Sejarah desa tahun 1980
Ikan berkurang dan sungai mulai dangkal
Pemukiman bertambah
Tanaman kelapa juga bertambah dan masyarakat mulai menanam tanaman rambai.
Saat ini, introduksi bibit unggul padi belum dikenal masyarakat, sehingga jenis yang ditanam masih lokal.
Hutan gelam mulai berkurang
Flora dan fauna di hutan desa mulai berkurang Sejarah desa tahun 1990
Ikan berkurang dan air mulai kering
Pemukiman semakin bertambah
Kelapa semakin bertambah, masyarakat juga sudah mengenal kolam atau sistem surjan.
Masyarakat sudah mengenal padi unggul yang umurnya genjah misalnya C4, IR 64 dan P42 yang umurnya 100 hari.
Kayu semakin berkurang Sejarah desa tahun 2005
Sungai dangkal dan berbagai jenis ikan mulai punah
Pemukiman penduduk semakin bertambah
Tanaman kelapa bertambah dan penduduk sudah mengenal tanaman sela.
Masyarakat sudah mengenal sawah tadah hujan, jenis padi IR 64 dan C4.
Hutan gelam tinggal 3 ha
Kayu di hutan terutama yang berdiameter 50 cm ke atas berkurang
Ada kecenderungan pengalihfungsian hutan menjadi areal sawah/ladang.
Gambar 3.
Sejarah Penggunaan Lahan Desa Talang Lubuk
3.3.3. Hasil dari alat Kajian Kalender Musim
Kalender Musim menjelaskan aktifitas masyarakat pada musim tertentu berdasarkan tipe Lahan. Tabel ini kemudian di analisis untuk membuat tabel masalah dan proses aktivitas. Dari sini kita dapat melihat masalah dan akibat yang terjadi pada aktivitas tersebut.
AKTIVITAS EKONOMI MASYARAKAT
HUJAN KEMARAU PANCA
ROBA
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A. LAHAN RAWA
Mengambil kayu bakar dan kayu
untuk kebutuhan perbaikan rumah **** **** *** **
Mencari ikan/tajur ikan *** **
B. LAHAN KERING
Merawat kebun dan memungut hasil **** *** **
Menanam tumbuhan palawija ****
Beternak itik, dll *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** ***
C. LAHAN PASANG SURUT
Menyemai bibit padi *** ****
Menanam padi **** **** ***
Menggarap sawah **** **** ****
Memelihara tanaman padi **** ****
Panen *** **** ***
D. SUNGAI
Membersihkan sungai untuk
pengairan sawah ****
Mencari ikan *** ***
Mengangkut padi dari sawah saat
musim panen *** **** ***
3.3.4. Hasil dari alat Kajian Kelembagaan Desa
Dalam kajian kelembagaan desa teridentifkasi beberapa Kelelembagaan di desa Muara Medak yang berpengaruh terhadap masyarakat. Diantara kelembagaan tersebut yang dapat berperan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di desa Talang Lubuk adalah:
- Pemerintahan Desa
- Badan Permusyawarahan Desa - Regu Pemadam Kebakaran - Tim P3LD
- RW/RT
- Lembaga Adat - Kelompok Tani - Karang Taruna
Gambar 4.
Bagan Kalender Musim Desa Talang Lubuk
Pada sesi terakhir dari workshop hari ketiga, disepakati juga beberapa prioritas pemecahan masalah yang muncul saat dilakukan pengkajian kondisi desa. Seluruh masalah yang muncul, kemudian dicari solusi penyelesaian masalah serta dirumuskan menjadi 4 (empat) kategori rencana dalam pembangunan masyarakat desa yakni:
1. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kebutuhan pengembangan ekonomi.
Pengelolaan kawasan yang terlantar menjadi lahan pertanian
Pencadangan hutan gelam untuk hutan produktif, 1/3 bagian dari 50 ha 2. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kebutuhan pembangunan fisik
desa.
Pembangunan saluran primer
Usulan pembangunan fasilitas fisik, misalnya gorong-gorong jembatan dan pagar desa.
3. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kepentingan konservasi dan pelestarian sumber daya alam desa.
Budidaya kayu gelam di daerah rawa yang tidak dikelola
Penghuijauan areal terbakar dengan tanaman lokal
Gambar 5.Bagan Kelembagaan Desa Talang Lubuk
4. Rencana Pembuatan Peraturan dan Kesepakatan Desa.
Aturan desa tentang pembersihan lahan
Mengadakan pertemuan dengan desa tetangga untuk memperjelas tata batas desa yang melibatkan anggota KP P3LD sehingga dihasilkan draft kesepakatan batas antar desa
5. Rencana Pengembangan Kapasitas Masyarakat.
Penyuluhan dari PPL tentang cara penimbunan dan pemupukan serta perawatan tanaman kelapa
Pelatihan pemasaran dan membuat jaringan pemasaran
Lokakarya Perencanaan Partisipatif Penatagunaan Lahan Desa Talang Lubuk menghasilkan Draft Skenario Rencana Penggunaan Lahan Desa, yang meliputi:
A. Rencana penggunaan lahan desa untuk infrastruktur, diantaranya : 1. Usulan Pembangunan 6 unit sumur bor dan 6 unit jembatan 2. Usulan Tempat Pemakaman Umum
3. Usulan pembangunan Pasar desa 4. Usulan Penimbunan jalan baru 5. Usulan Saluran primer
B. Rencana penggunaan lahan desa untuk pengembangan kawasan pertanian dan perkebunan, di antaranya:
1. Usulan perkebunan dan pertanian di Parit Pak Udan S. Terentang Kecik, S.
Terentang Besak, S. Kemang.
2. Usulan perkebunan dan pertanian Simpang kiri, Simpang kanan, SDU/Inpres, P. Mak Sirol, S. Beluru, Jalur 06, S. Terentang, Sepanjang SDU dan TSM.
3. Usulan perkebunan dan pertanian Parit pak Ciknang, S. Beluru, S. Terentang Kecik, S. Terentang Besak, S. Kemang dan Lebak bakung.
C. Rencana penggunaan lahan desa untuk kepentingan konservasi dan pelestarian alam desa, di antaranya :
1. Usulan Penghijauan dengan tanaman lokal (Sengon, Sungkai, Meranti, dll) seluas 5 ha.
2. Usulan Kawasan lindung hutan gelam 10 ha (sebagai cadangan).
3. Usulan budidaya gelam di rawa yang tidak dikelola.
4. Usulan menaman tanaman yang mampu menahan erosi.
Rencana ini kemudian dimuat dalam Sketsa Skenario Rencana Tata Guna Lahan Desa Talang Lubuk. Setelah itu, draft skenario Rencana Tata Guna Lahan Desa yang telah disepakati masyarakat kemudian divisualisasikan dalam bentuk sketsa rencana penggunaan lahan desa.
Gambar 6.
Sketsa Draf SkenarioRencana Tata Guna
Lahan Desa Talang Lubuk
Talang Lubuk Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin
Gambar 7.
Penjelasan proses lokakarya PTGLD oleh Dendi Satria Buana (Participatory Land Use Planning Specialist).
Gambar 8.
Melalui sketsa desa, masyarakat melakukan kajian terhadai potensi dan peluang pemanfaatan sumber daya hutan dan lahan yang ada di desa.
Gambar 9.
Kelompok perempuan terlibat
aktif dalam lokakarya
perencanaan tata guna lahan
desa Talang Lubuk.
---
18 Gambar 10.Kajian “Bagan Kelembagan Desa” untuk mengidentifikasi lembaga-lembaga di desa yang mempunyai potensi untuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Gambar 11.
SMALL GROUPDISCUSSION merupakan salah satu teknik fasilitasi yang digunakan dalam workshop perencanaan tata guna lahan desa.
Gambar 12.
Secara partisipatif peserta
lokakarya mencermati substansi
usulan rencana penggunaan
lahan desa yang dihasilkan dalam
lokakarya
Profil Desa Talang Lubuk
Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin
Desa Talang Lubuk merupakan desa dengan topografi yang didominasi oleh dataran rendah dengan perairan musiman yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Sebagian daerah ini didominasi areal persawahan dan perkebunan kelapa yang diusahakan penduduk sendiri. Berdasarkan letak geografis desa ini berada pada koordinat 203’ 39’’ LS dan 10405’ 9” BT. Aksesibilitas dari dan menuju desa Talang Lubuk hanya melalui jalan sungai (Sungai Musi) dengan kendaraan utama speed boat. Jarak antara desa Talang Lubuk dengan pusat kecamatan Muara Telang dapat ditempuh dengan speed boat sekitar ½ jam, ke ibukota kabupaten sekitar 3 jam dan ke ibukota propinsi sekitar 2 jam.
Secara administratif Desa Talang Lubuk termasuk dalam wilayah Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin. Desa ini di sebelah utara berbatasan dengan Desa Panca Mukti, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Karang Anyar, sebelah barat berbatasan dengan Desa Terusan Dalam dan di bagian timur berbatasan dengan Desa Sumber Hidup.
Berdasarkan data monografi Desa Talang Lubuk diperkirakan luas desa mencapai 1600 ha. Desa Talang Lubuk memiliki 2 buah dusun yaitu dusun I dan dusun II yang letak masing-masing dusun berdampingan dengan akses yang lancar ke pusat desa. Jumlah penduduk desa berdasarkan data monografi tahun 2003 adalah sebanyak 2300 jiwa atau sekitar 630 KK.
Sarana dan prasarana umum yang sudah ada di desa saat ini berupa 3 unit tempat ibadah, 4 unit tempat olahraga dan 1 unit balai pertemuan. Fasilitas pendidikan yang ada di desa hanya 2 unit gedung SD dengan jumlah total murid mencapai 800 orang dan 8 orang guru. Sampai saat ini Talang Lubuk belum mempunyai kantor kepala desa, sehingga segala urusan administrasi pemerintahan desa dilaksanakan di rumah kepala desa. Sedangkan fasilitas air bersih relatif tidak ada, masyarakat memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, cuci, kakus, dan untuk air minum. Fasilitas penting yang belum ada didesa hingga saat ini adalah listrik, untuk penerangan masyarakat menggunakan diesel dan lampu petromak. Slain itu, di desa tidak ada fasilitas kesehatan, yang ada hanya 1 orang tenaga medis.
Mata pencaharian utama penduduk desa sangat mengandalkan sektor perkebunan kelapa, dan bersawah. Sebagian lahan masyarakat ada yang ditanami dengan jeruk. Selain bertani dan berkebun kelapa, ada juga masyarakat yang berprofesi sebagai PNS, buruh dan pedagang. Biasanya, di samping mereka mempunyai sawah masyarakat juga mempunyai kebun kelapa. Selain memanfaatkan buah kelapa untuk dijual, ada juga sebagian yang bergabung dalam kelompok tempurung dan kelompok sabut kelapa, yang merupakan kelompok masyarakat dalam memanfaatkan limbah kelapa. Baru-baru ini, difasilitasi oleh South Sumatra Forest Fire Managemen Project, membuat VCO (Virgin Coconut Oil), yakni minyak perawan yang diproduksi dari kelapa.
Lahan rawa yang mengelilingi desa pada musim kering dimanfaatkan masyarakat untuk bertanam padi. Saat ini varietas lokal misalnya padi Kuring dan padi Bugis sudah tidak ditanam petani lagi, saat ini yang banyak ditanam adalah varietas IR 64, C4 dan P42. Saat ini sekitar 600 hektar lahan rawa di daerah Talang Lubuk merupakan lahan produkrif yang setiap tahun menghasilkan padi.
Kelembagaan formal yang ada di desa adalah pemerintah desa yang dipimpin oleh kepala desa dibantu sekretaris desa, kaur desa, kepala dusun, ketua RT. Lembaga formal lainnya seperti Badan Perwakilan Desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, PKK, Karang Taruna, Komite Pengarah P3LD, Tim Teknis P3LD dan Regu Pemadam Kebakaran Hutan. Kelembagaan non formal yang ada seperti lembaga adat desa, kelompok tani, kelompok pengajian perempuan. Selain kelompok tani yang merupakan kelembagaan masyarakat dalam mengorganisasi para petani, di desa Talang Lubuk juga ada kelompok sabut, kelompok tempurung dan kelompok Virgin Coconut Oil (VCO) yang merupakan organisasi para petani kelapa
.
Lembaga yang diharapkan berperan dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan dalam linkup desa Talang Lubuk adalah: pemerintah desa, BPD, LPM, komite pengarah P3LD, tim teknis P3LD dan kelompok.Lampiran 3.
Sketsa Desa Talang Lubuk Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin.
(Sketsa ini dihasilkan melalui kegiatan Lokakarya Perencanaan Tata Guna Lahan
Desa Talang Lubuk yang berlangsung pada tanggal 01 – 03 Oktober 2005).
Lampiran 4.
Matrik Kegiatan Kajian Kondisi Desa Dalam Workshop Perencanaan Tata Guna Lahan Desa Talang Lubuk
MATRIK KAJIAN KONDISI DESA :
Sketsa Desa
Sejarah Penggunaan Lahan Desa
Kalender Musim
Bagan Kelembagaan Desa
Tipe Lahan Desa, Deskripsi Tipe Lahan dan Luas
Desa : TALANG LUBUK
Kelompok : SKETSA DESA
Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005
Tabel F1. Tipe Lahan Desa, Deskripsi Tipe Lahan dan Luas
Tipe Lahan Deskripsi Tipe Lahan Luas
Lahan Rawa Lahan di musim hujan tergenang air (nov-des) setiap tahun dan pada musim kemarau kering 645,5 ha Lahan Kering Rawa yang ditimbun kemudian dibuat guludan yang digunakan untuk kebun kelapa dan pemukiman 492 ha Lahan Pasang Surut Lahan yang berada di sepanjang pinggir sungai dan anak sungai serta parit dipengaruhi oleh pasang
surut setiap hari sepanjang tahun
225 ha
Total 1.362,5 ha
Matrik Kajian Sketsa Desa
Tipe Lahan Desa, Klasifikasi Penggunaan dan Luas
Desa : TALANG LUBUK
Kelompok : SKETSA DESA
Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005
Tabel F2. Tipe Lahan Desa, Klasifikasi Penggunaan dan Luas
Tipe lahan Klasifikasi penggunaan lahan saat ini Luas (ha) Jumlah Pengguna (KK) Status kepemilikan
Sawah (padi rawa) 616,5 580 Milik pribadi
Hutan Gelam 50 650 Hutan Desa
Lahan Rawa
Semak belukar 29 25 Milik pribadi
Perkebunan Palawija, kelapa 160 240 Milik pribadi
Lahan Kering
Pemukiman 160 240 Milik pribadi
Padi 104,5 632 Milik pribadi
Lahan Pasang Surut
Surjan 120 617 Milik pribadi
Klasifikasi Penggunaan Lahan, Deskripsi Kondisi, Potensi Lahan, Masalah, Penyebab Masalah
Desa : TALANG LUBUK
Kelompok : SKETSA DESA
Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005
Tabel F3 a. Klasifikasi Penggunaan Lahan, Deskripsi Kondisi, Potensi Lahan, Masalah, Penyebab Masalah
Klasifikasi Penggunaan lahan
Deskripsi/
kondisi Potensi lahan Masalah dalam pengelolaan
lahan Penyebab masalah
Lahan yang dikelola penduduk yang berada di luar areal pemukiman dan perkebunan
Lahan cukup luas (645,5 ha) Masih tenaga manual dan kurangnya modal
Cara pengelolaan masih
tradisional dan tergantung dengan keadaan alam
Tidak ada pembinaan dari PPL
Tanah kurang subur dan zat asam
Lahan masyarakat yang dikelola untuk tanam padi yang dikerjakan pada bulan Juli s/d Agustus
Pengairan cukup banyak
Penduduk yang mengelola banyak
Memerlukan alat dan pengelolaan masih tradisonal
Pengelolaan masih manual dan tradisional
Tidak adanya traktor Sawah Tadah Hujan
Hutan belukar yang ditebas pada bulan Juli-Agustus, lalu
dikeringkan, dibakar, lalu ditumbuhkan kembali, disemprot dengan racun herbisida. Baru ditanam benih padi unggul (IR 64) dan umur 100 hari siap panen
Panen 1 kali dalam setahun Belum adanya SPH (Surat Pengakuan Hak)
Tidak adanya irigasi/saluran sekunder/tersier pada lahan pasang surut
Masyarakat belum mengerti tentang SPH
Masyarakat tidak mampu membangun saluran irigasi
Hutan yang berada dalam kawasan desa yang belum tergarap yang terletak di luar areal persawahan dan menjadi tempat hama babi
Kayu gelam cukup banyak Penebangan kayu yang masih liar Masyarakat belum menyadari manfaat manfaat kayu gelam
Penebangan masih liar Hutan Gelam
Hutan masih sangat luas dan sebagian bermanfaat bagi
Jalan dan sungai untuk transportasi ada
Pembakaran kayu gelam Tidak adanya penyuluhan dan pembinaan dari pemerintah (Dephut)
Klasifikasi
Penggunaan lahan kondisi Potensi lahan Masalah dalam pengelolaan
lahan Penyebab masalah
masyarakat
Hutan yang ditumbuhi oleh tumbuhan gelam tinggi di daerah lebakyang tanahnya mengandung zat asam dan pada saat ini mulai berkurang.
Masyarakat belum menyadari fungsi dan guna hutan
Tidak adanya penyuluhan dan pembinaan dari pemerintah (Dephut
Ladang yang berpindah-pindah Lahan cukup luas
Masyarakat yang ingin menggarap banyak
Ada hama babi dan monyet Lahan sawah masyarakat yang tidak terkelola karena mempunyai lebih dari satu lahan
Semak Belukar
Lahan sawah yang tidak digarap, ditinggalkan 1-2 tahun
Tidak menunjang perekonomian
Menjadi sarang hama babi dan tikus
Ditanami padi
Sumber air ada sepanjang tahun
Masyarakat hanya mengakui hak saja, tapi tidak ada SPH dan beranggapan hak leluhurnya
Belum ada keinginan masyarakat untuk bertani lebih maju dan moderen
Tanaman yang menghasilkan nilai ekonomis yang ditanami di lingkungan tempat tinggal penduduk
Tanaman kelapa penduduk cukup luas (320 ha)
Hasil buah kelapa Rp 100 ribu/bulan
Kurangnya modal untuk pengelolaan dan pengadaan bibit
Banyak hama babi dan monyet
Masyarakat kurang menyadari tentang pengelolaan perkebunan secara baik
Masih banyak semak dan hutan belukar
Lahan rawa yang dibuat galangan untuk ditanami berbagai tanaman keras yang terletak di areal persawahan dan pemukiman
Transportasi lancar
Pemasaran lancar
Kendaraan pengangkut ada
Belum adanya SPH (Surat Pengakuan Hak)
Masyarakat belum mengerti tentang SPH
Perkebunan (Kelapa, jeruk, palawija, dll)
Tumbuhan rerumputan dan berbagai jenis kayu yang masih kecil
Lahannya teratur dan cukup luas (320 ha)
Hasil panen cukup memuaskan, namun harga masih rendah
Pembelinya banyak
Hasil penjualan sangat murah Kurangnya perhatian pemerintah tentang kelapa dalam pemasaran internasional
Pemasaran terlalu jauh ke Palembang
Pemukiman Lahan kering yang berada di dekat jalan untuk membangun rumah dan tempat tinggal
Jarak rumah berjauhan
Lokasi lahan cukup
Jumlah penduduk banyak
Jalan masih lumpur/becek
Jembatan masih banyak yang putus
Penimbunan kurang tinggi pada waktu hujan
Kurangnya kesadaran masyarakat dlm bergotong royong
Belum adanya bantuan pembuatan jembatan
Bahan baku untuk membuat jembatan jauh didapat
Klasifikasi
Penggunaan lahan kondisi Potensi lahan Masalah dalam pengelolaan
lahan Penyebab masalah
Sarana pendidikan, keagamaan,pemerintahan, industri desa, jalan desa dan jembatan
Transportasi lancar
Lahan untuk membangun rumah dan sarana lain ada
Minat belajar anak tinggi
Sumber air sungai banyak
Di sekitar pemukiman masih banyak semak-semak
Listrik belum ada
Air bersih belum ada
SMP belum ada
Pemiliknya tidak di tempat
Pemerintah belum
mengalokasikan pengadaan listrik dan air bersih
Masyarakat kurang mengerti tentang air bersih
Kurangnya perhatian pemerintah dalam membangun sarana pendidikan
Banyak anak putus sekolah Sawah (Padi pasang
surut)
Sawah yang dipengaruhi air pasang surut yang berada di pinggiran sungai/parit
Tempat bertanam padi pada waktu pasang air naik dan waktu surut air kering
Sawah yang berada di pinggiran sungai, sumber pengairannya air pasang surut,yang ditanami padi jenis IR 64 pada bulan Juli- Pebruari (1 tahun 1 kali panen)
Lahan cukup luas
Bisa ditanami padi
Pengelola banyak
Pengairan cukup tersedia
Saluran air ada dan lahan banyak
Banyak hama kepik dan tikus
Pada waktu pasang padi hanyut
Harga racun tidak terjangkau
Karena tergenang air
Tidak adanya KUD sehingga harga murah
Tidak adanya lumbung desa
Harga racun meningkat
Pendapatan rendah
Kurangnya modal
Bantuan dana tidak ada
Tidak adanya koperasi simpan pinjam
Surjan (kolam) Lahan yang digali masyarakat pada saat membuat kebun yang berada di pemukiman penduduk
Lahan banyak, setiap yang mempunyai kebun mempunyai surjan
Sumber air ada
Banyak ikan gabus, betok dan sepat
Hasil pertanian padi kurang hasilnya
Panen 1 kali setahun
Terlalu luas lahan yang akan dibuat surjan
Bibit ikan belum banyak
Ikan banyak yang hilang dan mati
Belum adanya pengolahan pertanian moderen dan menggunakan alat hand traktor (Alsintan)
Belum ada modal dalam membuat surjan
Bibit sulit dicari
Tanahnya lumpur dan berlobang- lobang
Belum ada empang
Klasifikasi Penggunaan Lahan, Model Pengelolaan Yang Diharapkan, Target
Penggunaan Lahan Berdasarkan Kebutuhan, Rencana Penggunaan Lahan Berdasarkan Kebutuhan
Desa : TALANG LUBUK
Kelompok : SKETSA DESA
Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005
Tabel F3 b. Klasifikasi Penggunaan Lahan, Model Pengelolaan Yang Diharapkan, Target Penggunaan Lahan Berdasarkan Kebutuhan, Rencana Penggunaan Lahan Berdasarkan Kebutuhan
No Klasifikasi
penggunaan lahan Model pengelolaan yang diharapkan Target penggunaan lahan berdasarkan kebutuhan
Rencana penggunaan lahan berdasarkan kebutuhan
1. Sawah tadah hujan Adanya percetakan sawah, seperti adanya saluran irigasi, adanya penataan
penggunaan sawah secara teratur
Pengelolaan menggunakan alat pertanian moderen dan panen dua kali setahun
350 Ha
2 x panen setahun
Sawah yang beririgasi
Adanya traktor
Tata guna air teratur
Pembangunan irigasi primer, sekunder dan tersier
2. Hutan Gelam Dalam pengelolaan dibagi 3 yakni hutan gelam, hutan produktif dan hutan yang dijadikan lahan pertanian dan perkebunan
Menjaga kelestarian alam
Cara pengambilan kayu diatur
Dari luas hutan 50 ha, dibagi 1/3 bagian hutan lindung, 1/3 bagian hutan produktif dan 1/3 bagian dijadikan lahan lahan pertanian dan perkebunan
3. Semak belukar Harus dihilangkan Dijadikan kebun dan sawah
Target pengelolaan : 29 ha, 15 ha pertanian dan 14 ha perkebunan
Sawah dan kebun kelapa, sawit dan jeruk
4. Perkebunan kelapa, jeruk dll
Perkebunan kelapa dll tanpa galangan melalui pengaturan saluran air di sekitar lahan
Adanya saluran pengaturan air
Dapat menunjang perekonomian RT
Target 14 ha
Kebun kelapa sawit dusun I 10 dan dusun II 4 ha
Setiap KK mengembangkan kebun secara bertahap min. ¼ ha per tahun
5. Pemukiman Adanya sarana dan prasarana lengkap
Ada pasar desa
Adanya penerangan listrik
Adanya SMP (1 unit)
No Klasifikasi
penggunaan lahan Model pengelolaan yang diharapkan Target penggunaan lahan berdasarkan kebutuhan
Rencana penggunaan lahan berdasarkan kebutuhan
Adanya jalan darat Adanya air bersih (35 unit)
Adanya jalan aspal
Adanya jembatan besi
Lahan pekuburan umum (1,5 ha)
Adanya sarana komunikasi 6. Surjan (kolam) Kebun kangkung
Membuat tambak udang
Memakai empang
20 ha kebun kangkung
40 ha kolam
Menggunakan bibit ikan unggul
SEJARAH PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN ZONASI DARI TAHUN KE TAHUN
Desa : TALANG LUBUK
Kelompok : SEJARAH PENGGUNAAN LAHAN DESA Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005
Tahun Sungai Pemukiman Perkebunan/kolam Sawah Semak belukar- Hutan gelam Hutan
1955
Ikan banyak dan sungai dalam
Air tidak asam
Jenis ikan masih banyak
Sungai masih banyak lubuk dan belum ada transmigrasi
75 unit rumah
150 KK
350 jiwa penduduk
Rumah berkelompok
Jalan setapak
Ada SR (1956)
150 batang kelapa
berkelompok 10 batang di pekarangan
Sudah ada kolam di sela kelapa
Banyak pohon nangka, jambu, jengkol dan rambutan
Sawah banyak tapi tidak seluruhnya
Membayar sewa
Berkelompok 50 Ha
Masih banyak jenis kayu
Berada di pinggiran sawah, pemukiman, sekitar hutan dan tebat
20 Ha berada di sekitar rawa-rawa dan pinggiran hutan lebat
Hutan Rimba 100 ha
Banyak jenis kayu
Tahun 1960 terjadi kebakaran karena musim kemarau selama 9 bulan
Binatang/pauna masih banyak
1970
Ikan masih banyak
Air tidak asam
Jenis ikan banyak
Ada 150 unit rumah
175 KK
1000 jiwa penduduk
Kelapa 1000 batang
Banyak tanaman seperti embacang, jengkol, pelam
250 ha sawah
Jenis padi kuring dan bugis yang umurnya 7 bulan
Masyarakat mengenal sistem sonor
Semak belukar, alang-alang dan belidang mulai berkurang
Luas hutan gelam sekitar 10 ha
Hutan rimba sekitar 50 ha
Masih banyak hewan liar harimau, babi hutan dll
Matrik Kajian Sejarah Penggunaan Lahan Desa
Tahun Sungai Pemukiman Perkebunan/kolam Sawah Semak belukar- Hutan gelam Hutan
1980
Ikan berkurang
Sungai mulai dangkal
Air mulai asam
275 unit rumah
250 KK
1500 jiwa penduduk
kelapa 1500 batang
Ada pohon rambai
Sawah padi 300 ha jenis padi kuning umur 7 bulan langsung panen
Rumput, ilalang, belidang dan senayan mulai berkurang
Hutan gelam tinggal 7,5 ha
Hewan mulai berkurang, harimau sedikitrusa dan babi hutan masih ada
Hutan masih sekitar 10 ha
1990
Ikan berkurang
Air mulai kering
360 unit rumah
540 KK
1950 jumlah penduduk
kelapa 2700 batang
Ada kolam
Sudah ada pohon manggis, embacang, pelam dll
Sawah padi 450 ha
Jenis padi Sanapi dan padi 42
Sawah tadah hujan semakin luas
Rumput sudah berkurang dan tidak tinggi lagi
Hutan gelam semakin berkurang berubah menjadi sawah
Babi hutan masih ada, monyet dll masih ada
Kayu semakin berkurang
2005
Sungai lebih dangkal
Jenis ikan punah
400 unit rumah
630 KK
2300 jumlah penduduk
kelapa 3500 batang
Jumlah meningkat dan jenis kelapa meningkat
Ada tanaman sela
Sawah 600 ha
Jenis padi C4, P42,IR 64 umur 100 hari
Sudah ada sawah tadah hujan
Rumput berkurang
Hanya sedikit yang menjadi semak belukar
Hutan gelam tinggal 3 ha
Kayu besar habis
Babi hutan berkurang
Rusa berkurang
Hutan menjadi sawah
* angka yang ada dalam tabel di atas hanya berdasarkan perkiraan dari peserta workshop perencanaan tata guna laha desa Talang Lubuk
Inventarisasi Masalah dan Peringkat Masalah
Desa : TALANG LUBUK
Kelompok : SEJARAH PENGGUNAAN LAHAN DESA Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005
Tabel F1. Inventarisasi Masalah dan Peringkat Masalah
No Topik bahasan Detil masalah yang ada Skor
Sungai sudah sangat dangkal 4
1. Sungai
Jumlah dan jenis ikan sudah berkurang 4
2. Pemukiman Jalan rusak, jembatan putus 3
3. Kebun Hasil buah kelapa kurang banyak 3
4. Kolam Tidak dirawat dan kurang dimanfaatkan 3
5. Sawah Padi yang ditanam banyak yang rusak 4
6. Semak belukar Semak menjadi sumber hama penyakit 3
7. Hutan gelam Hutan gelam semakin sedikit 2
8. Hutan Hutan di kawasan desa sudah habis 2
Inventarisasi Masalah, Penyebab Masalah dan Potensi
Desa : TALANG LUBUK
Kelompok : SEJARAH PENGGUNAAN LAHAN DESA Pelaksanaan : 01 - 03 Oktober 2005
Tabel F2. Inventarisasi Masalah, Penyebab Masalah dan Potensi
No Detil masalah Penyebab masalah Potensi Skor
1. Sungai sudah sangat dangkal Ada jalur transmigrasi
Erosi di pinggir sungai
Banyak sampah
Sungainya ada
Pasang surut
4
Jumlah dan jenis ikan sudah berkurang Lebak2 di darat banyak yg kering
Pestisida/insektisida sudah banyak yang digunakan
Disetrum/diracun
Sungainya ada
Pasang surut
4
2. Jalan rusak, jembatan putus Jalannya tanah, jembatan kayu Gotong royong 3
3. Hasil buah kelapa kurang banyak Kurang pemeliharaan
Ada hama
Banyak kebun kelapa
Ada pengelolaan hasil kelapa (VCO,sabut dll)
3
4. Tidak dirawat dan kurang dimanfaatkan Tidak ada modal Kolamnya banyak
Tenaga kerja
3
5. Padi yang ditanam banyak yang rusak Masih banyak hama
Air asam
Saluran belum banyak dibuat
Adanya kelompok tani
Sawah luas
4
6. Semak menjadi sumber hama penyakit Tidak digarap dan dibersihkan
Sering ditinggalkan selama 1-2 tahun
Ada pemburu babi
Gotong royong bersama
Ada kelompok tani
3
7. Hutan gelam semakin sedikit Sering ditebang orang
Sering dijual masyarakat
Aparat desa
Lahan rawa2 masih luas
2
Gotong royong 8. Hutan di kawasan desa sudah habis Dibuat kayu balok, dijual atau kebakaran Lahan masih luas
Rawa2 dan dataran kering
2
* Peserta sepakat masalah yang dibahas adalah yang mendapat skor 3 dan 4 Catatan;
Setiap masalah diberi penilaian sendiri kemudian diambil kesepakatan masalah apa saja yang akan diteruskan pembahasannya untuk mencari pemecahannya berdasarkan nilai masalah.
Nilai masalah;
4 = sangat penting 2 = kurang penting
3 = penting 1 = tidak penting
Inventarisasi Masalah dan Usulan Pemecahan Masalah berdasarkan Potensi
Desa : TALANG LUBUK
Kelompok : SEJARAH PENGGUNAAN RUANG DESA Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005
Tabel F3. Inventarisasi Masalah dan Usulan Pemecahan Masalah berdasarkan Potensi
No Detil masalah yang ada Usulan pemecahan masalah berdasarkan potensi
desa Pengelompokan usulan pemecahan masalah
1. Sungai sudah sangat dangkal Pembuatan papan peringatan pelarangan pembuangan sampah di sungai
Pembuatan tempat sampah di tempat tertentu
Penghijauan di pinggir sungai
2. Jumlah dan jenis ikan sudah berkurang Papan peringatan jangan memakai setrum/racun
Pengembangan perikanan darat/kolam 3. Jalan rusak, jembatan putus Bantuan perbaikan jalan
Gotong royong untuk pengerasan tanah dan penimbunan lobang2 (aturan desa)
4. Hasil buah kelapa kurang banyak Penimbunan dan perawatan dan diadakan penyuluhan PPL
Melakukan promosi produk dari kelapa
5. Kolam Tidak dirawat dan kurang dimanfaatkan Pengusulan modal untuk pengelolaan kolam (bibit dll) 6. Padi yang ditanam banyak yang rusak Bantuan pupuk dan racun dari pemerintah
Penyuluhan oleh PPL
Membuat saluran air
7. Semak menjadi sumber hama penyakit Gotong royong pembersihan semak belukar di desa
Melakukan pemagaran di sekeliling sawah
8. Hutan gelam semakin sedikit Melakukan pengaturan (aturan desa) tentang pengambilan pohon gelam
Budidaya kayu gelam
A. Kategori Pertama; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk ATURAN DESA/ADAT
Pembuatan papan peringatan pelarangan pembuangan sampah di sungai
Papan peringatan jangan memakai setrum/racun
Gotong royong untuk pengerasan tanah dan penimbunan lobang2 (aturan desa)
Gotong royong pembersihan semak belukar di desa
Melakukan pengaturan (aturan desa) tentang pengambilan pohon gelam
B. Kategori Kedua; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk kegiatan PENGEMBANGAN EKONOMI
Pengembangan perikanan darat/kolam
Melakukan promosi produk dari kelapa
Pengusulan modal untuk pengelolaan kolam (bibit dll)
Bantuan pupuk dan racun dari pemerintah
Pengelolaan kawasan menjadi lahan pertanian
C. Kategori Ketiga; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk kegiatan PEMBANGUNAN FISIK DESA (SARANA dan PRASARANA)
No Detil masalah yang ada
desa Pengelompokan usulan pemecahan masalah
9. Hutan di kawasan desa sudah habis Penghijauan di daerah rentan terbakar dengan tanaman lokal seperti sengon, sungkai, meranti dll
Pengelolaan kawasan menjadi lahan pertanian
Pembuatan tempat sampah di tempat tertentu
Bantuan perbaikan jalan
Membuat saluran air
Melakukan pemagaran di sekeliling sawah
D. Kategori Keempat; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk kegiatan PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT
penyuluhan PPL
Penyuluhan oleh PPL
E. Kategori Kelima; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk kegiatan KONSERVASI
Penghijauan di pinggir sungai
Budidaya kayu gelam
Penghijauan di daerah rentan terbakar dengan tanaman lokal seperti sengon, sungkai, meranti dll
Kalender Musim Talang Lubuk Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir
Desa : TALANG LUBUK
Kelompok : KALENDER MUSIM Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005
MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU TRANSISI
AKTIFITAS KEGIATAN
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A. Lahan Rawa
Mengambil kayu bakar dan kayu untuk kebutuhan
perbaikan rumah xxxx xxxx xxx
Mencari ikan/tajur ikan xxx xx
B. Lahan Kering
Merawat kebun dan memungut
hasil kebun xxxx xxx xx
Menanam palawija xxxx
Beternak itik, dll xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
C. Lahan Pasang Surut
Menyemai bibit padi xxxx
Menanam padi xxxx xxxx xxx
Menggarap sawah xxxx xxxx xxxx
Memelihara tanaman padi xxxx xxxx
Panen xxx xxxx xxx
Matrik Kajian Kalender Musim
MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU TRANSISI AKTIFITAS KEGIATAN
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
D. Sungai
Membersihkan sungai untuk
pengairan sawah xxxx
Mencari ikan xxx xxx
Mengangkut padi dari sawah
saat musim panen xxx xxxx xxx
Inventarisasi Masalah dan Peringkat Masalah
Desa : TALANG LUBUK
Kelompok : KALENDER MUSIM Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005
Tabel F1. Inventarisasi Masalah dan Peringkat Masalah
No Topik Pembahasan Masalah yang ada Skor
Musim hujan air tergenang sehingga tanaman padi sukar hidup 4
1. Lahan Rawa
Tanaman gelam tidak bisa tumbuh 3
Lahan dan kebun mudah terbakar 4
Banyak hama babi, tikus dan monyet 4
Bibit padi banyak yang mati 3
2. Lahan kering
Perkampungan ada masalah kesehatan 2
Banyak hama babi dan tikus dll 4
Sistem pengairan kurang baik 3
Tanaman padi tergantung hujan 3
3. Lahan Pasang Surut
Potensi tanaman palawija kurang bagus 2
Banyak sampah 3
Musim kering sungai tak bisa dimanfaatkan 4
Sering banjir 2
Sungai semakin dangkal 3
4. Sungai
Pada musim tertentu mengganggu kesehatan 4
* Peserta sepakat masalah yang dibahas adalah yang mendapat skor 3 dan 4 Catatan;
Setiap masalah diberi penilaian sendiri kemudian diambil kesepakatan masalah apa saja yang akan diteruskan pembahasannya untuk mencari pemecahannya berdasarkan nilai masalah.
Nilai masalah;
4 = sangat penting 2 = kurang penting
3 = penting 1 = tidak penting
Inventarisasi Masalah, Penyebab Masalah dan Potensi
Desa : TALANG LUBUK
Kelompok : KALENDER MUSIM Pelaksanaan : 01 - 03 Oktober 2005
Tabel F2. Inventarisasi Masalah, Penyebab Masalah dan Potensi
No Masalah Penyebab masalah Potensi
1. Musim hujan air tergenang sehingga tanaman padi sukar hidup
Saluran pembuangan air tidak ada dan tidak ada sumber air Banyak tenaga kerja untuk membuat saluran untuk membuang air
2. Tanaman gelam tidak bisa tumbuh Terus menerus tergenang air Semangat gotong royong
3. Lahan dan kebun mudah terbakar Semak belukar kering Kesadaran masyarakat
4. Banyak hama babi, tikus dan monyet Banyak semak belukar Kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan
semak belukar
5. Bibit padi banyak yang mati di musim kemarau Kurang air Ada jenis tanaman lain sebagai alternatif
6. Perkampungan ada masalah kesehatan Pada musim kemarau air asin masuk Ada beberapa bak penampung air hujan
7. Banyak hama babi dan tikus dll Banyak semak belukar Kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan
semak belukar
8. Tanaman padi tergantung hujan Kurangnya air hujan Ada tanaman lain yang lebih cocok dengan potensi
wilayah
9. Potensi tanaman palawija kurang bagus Sering terendam air pasang Ada tenaga/alat untuk membuat galangan
10. Pada musim surut sungai tak bisa dimanfaatkan Sungai dangkal Ada pengaruh pasang surut
11. Banyak sampah Karena sebagian besar membuang sabut kelapa ke sungai Ada tempat sampah
12. Pada musim tertentu mengganggu kesehatan Pada musim kemarau air asin masuk Ada sumur
13. Sering banjir Pasang tinggi dan hujan terus menerus Kehendak alam
14. Sungai semakin dangkal Sampah dan erosi Gotong royong