• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokakarya Perencanaan Tata Guna Lahan Desa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Lokakarya Perencanaan Tata Guna Lahan Desa"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

South Sumatra Forest Fire Management Project

Jl. Jendral Sudirman No. 2837 Km 3,5

Lokakarya Perencanaan Tata Guna Lahan Desa

Desa Talang Lubuk

Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin

01 – 03 Oktober 2005

Dendi Satria Buana dan Pokja-3 Banyuasin

(2)

TIM PRODUKSI

Penyusun : Dendi Satria Buana, Amir Hamzah dan Adios Syafri Desain dan Layout : Dendi Satria Buana

©

S O U T H S U M A T R A F O R E S T F I R E M A N A G E M E N T P R O J E C T ( S S F F M P )

Proyek Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Sumatera Selatan

Jl. Jenderal Sudirman No. 2837 KM 3,5 – PO. Box 1229 Palembang 30129 – Sumatera Selatan Indonesia

Telp: (62) 711-377821, Fax: (62) 711-353176

Email: ssffmp.eu@telkom.net

(3)

Penyusunan laporan

Lokakarya perencanaan tata guna lahan ini

didedikasikan untuk “masyarakat Desa Talang Lubuk

Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin.

(4)

DAFTAR ISI

TIM PRODUKSI i

LEMBAR PERSEMBAHAN ii

DAFTAR ISI iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR GAMBAR v

I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 2

II. METODOLOGI KEGIATAN 3

2.1. Metode dan Pendekatan 3

2.2. Peserta Lokakarya 5

2.3. Pelibatan Perempuan 6

2.4. Waktu dan Tempat 6

2.5. Fasilitator dan Tim Pendukung 6

2.6. Bahan dan Alat 6

III. PELAKSANAAN LOKAKARYA DAN HASIL 7

3.1. Persiapan Pelaksanaan Lokakarya 7

3.2. Proses Pelaksanaan Lokakarya 7

3.3. Hasil Lokakarya 10

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto-Foto Proses Lokakarya 17

Lampiran 2. Profil Desa Talang Lubuk 19

Lampiran 3. Sketsa Desa Talang Lubuk 20

Lampiran 4. Matrik Kajian Kondisi Desa Talang Lubuk 21 Lampiran 5. Matrik Skala Prioritas Rencana Penggunaan Lahan dan Pembangunan 48 Lampiran 6. Sketsa Rencana Tata Guna Lahan Desa Talang Lubuk 55 Lampiran 7. Matrik Rencana Penggunaan Lahan Desa Talang Lubuk 56

Lampiran 8. Rekomendasi 62

Lampiran 9. Peta Desa Talang Lubuk 63

Lampiran 10. Daftar Hadir 64

(5)

KATA PENGANTAR

Penulisan laporan l

okakarya

Perencanaan Tata Guna Lahan Desa ini merupakan salah satu bentuk pendokumentasian rangkaian kegiatan Participatory Land Use Planning dalam rangka mencari model pendekatan yang efektif untuk mengendalikan kebakaran hutan dan lahan hampir setiap tahun terjadi pada beberapa wilayah dalam provinsi Sumatera Selatan.

Ide yang melandasi konsep ini berangkat dari pengalaman dan pembelajaran di beberapa tempat yang memperlihatkan cerminan bahwa pengendalian kebakaran hutan dan lahan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik kalau hanya ditangani oleh instansi pemerintah saja. Keterlibatan dan peran serta masyarakat lokal merupakan sesuatu yang penting dalam upaya melestarikan hutan dan lahan dari bencana kebakaran.

L

okakarya

perencanaan tata guna lahan desa merupakan salah satu pendekatan yang bertolak dari pengembangan pengetahuan masyarakat setempat terhadap potensi, kebutuhan dan pengelolaan sumber daya hutan dan lahan di tingkat desa dengan memperhatikan prinsip kesesuaian lahan, dampak terhadap sosial-ekonomi dan kaidah hukum yang berlaku.

Laporan l

okakarya

ini memuat tahapan-tahapan proses perencanaan tata guna lahan desa yang diawali dengan pengkajian kondisi desa secara partisipatoris menggunakan alat-alat Participatory Rural Appraisal seperti sketsa desa, sejarah penggunaan ruang desa, kalender musim dan bagan kelembagaan desa. Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam l

okakarya

adalah menentukan skala prioritas rencana yang terangkum dalam 5 kategori yakni: 1) rencana penggunaan lahan desa untuk keperluan ekonomi, 2) rencana penggunaan lahan desa untuk pengembangan fisik desa, 3) rencana penggunaan lahan desa untuk kepentingan konservasi, 4) rencana penyusunan aturan dan kesepakatan desa dan 5) rencana pengembangan kapasitas kelembagaan desa serta masyarakat. Skenario rencana penggunaan lahan desa ini melalui proses partisipatoris digambarkan ke dalam sketsa rencana tata guna lahan desa yang meliputi:

a) kawasan pemukiman dan fasilitas umum, b) kawasan pengembangan tanaman pangan, c) kawasan pengembangan perkebunan dan d) kawasan untuk konservasi, semuanya dalam skope wilayah desa.

Terima kasih kepada Pokja – 3 Multi Stakeholders Forum Kabupaten Banyuasin dan semua pihak yang telah membantu terlaksananya l

okakarya

perencanaan tata guna lahan desa Talang Lubuk. Semoga dokumen ini memberikan manfaat dan dapat membantu misi South Sumatra Forest Fire Management Project untuk meyakinkan berbagai pihak khususnya masyarakat dan aparat pemerintahan desa di Sumatera Selatan untuk mulai menata pemanfaatan kawasan hutan dan lahan di desa mereka secara lebih baik dan minim dari kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Palembang, Desember 2005

Tim Penyusun

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 1. Sketsa Dusun I Talang Lubuk 10

2. Gambar 2. Sketsa Dusun II Talang Lubuk 11

3. Gambar 3. Sejarah Penggunaan Lahan Desa Talang Lubuk 12 4. Gambar 4. Bagan Kalender Musim Desa Talang Lubuk 13

5. Gambar 5. Bagan Kelembagaan Desa Talang Lubuk 14

6. Gambar 6. Sketsa Skenario Rencana Tataguna Lahan Desa Talang Lubuk 16

7. Gambar 7. Penjelasan Proses Lokakarya PTGLD 17

8. Gambar 8. Masyarakat dalam pengkajian potensi sumberdaya alam desa 17 9. Gambar 9. Peran Serta Kelompok Perempuan (gender) Dalam Lokakarya 17 10. Gambar 10. Kajian Bagan Kelembagaan Desa Bersama Masyarakat 18

11. Gambar 11. Small Group Discussion 18

12. Gambar 12. Proses Penyusunan Rencana Tataguna Lahan Desa

(7)

1.1. Latar Belakang

Penatagunaan lahan desa selama ini telah terabaikan, walau jelas-jelas hal tersebut sangat penting dan dibutuhkan. Adanya rencana tata guna lahan desa yang baik sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pedoman dalam pemanfaatan lahan, baik dari aspek kesesuaian, fungsi dan status lahan, serta dalam urusan kejelasan dan kepastian hukum akan batas dan kepemilikan.

Penatagunaan lahan desa akan memetakan kawasan-kawasan yang potensial dan bernilai tinggi ataupun kawasan rawan bencana dan kerusakan, seperti kebakaran hutan dan lahan. Selain itu tata guna lahan desa yang terencana dengan baik dapat pula mencegah terjadinya konflik antara masyarakat di dalam satu desa atau antara satu desa dengan desa yang lain, terutama yang menyangkut batas-batas kepemilikan.

Kebakaran hutan dan lahan, kerusakan habitat dan kepunahan spesies endemik bisa jadi bermula dari penggunaan lahan yang tidak terencana dengan baik, hanya mengakomodir kepentingan sekelompok orang saja dan mengabaikan kebutuhan banyak pihak terhadap pemanfaatan sumber daya alam. Untuk meminimalkan hal tersebut makan upaya pelibatan berbagai kelompok kepentingan (stakeholders) dalam merencanakan kebutuhan penggunaan lahan merupakan jalan keluar yang perlu untuk dilakukan.

Ide dari Perencanaan Tata Guna Lahan adalah memberdayakan masyarakat untuk merencanakan, mengelola dan memanfaatkan serta memonitor pengunaan lahan desa dengan pola-pola yang bijaksana dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan mereka. Konsep partisipatif dalam perencanaan tata guna lahan bertumpu pada proses yang dibangun lewat dialog para pihak (pemerintah, masyarakat, swasta, NGO) yang melahirkan kesepakatan tentang zona serta pola pemanfaatan sumber daya alam berlandaskan potensi dan kebutuhan masyarakat setempat, tentu saja dengan tetap berpedoman kepada hukum dan peraturan yang berlaku.

Keterlibatan masyarakat pada perencanaan tata guna lahan partisipatif sangat menjadi penting pada tahapan verifikasi data dan pencapaian kesepakatan tentang skenario tata guna lahan desa. Konsep tata guna lahan yang telah disepakati oleh masyarakat desa selanjutnya dapat menjadi salah satu acuan dalam penyusunan rencana tata ruang desa dan rencana pembangunan desa. Pada tahapan yang lebih tinggi rencana tata guna lahan ditingkat desa dapat menyediakan data yang komprehensif bagi penyusunan rencana tata ruang makro di tingkat kabupaten dan propinsi.

BAB I

PENDAHULUAN

(8)

South Sumatra Forest Fire Management Project (SSFFMP) mencoba mengemas model pendekatan Perencanaan Tata Guna Lahan tersebut kedalam konsep “Perencanaan Partisipatif Penatagunaan Lahan Desa” yang disingkat dengan P3LD. Konsep ini diharapkan menjadi sesuatu yang efektif dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan serta mudah untuk di replikasi oleh instansi pemerintah setempat sesuai dengan Tupoksinya.

Melalui konsep ini South Sumatera Forest Fire Management Project bersama pokja-3 MSF Banyuasin membantu memfasilitasi masyarakat Desa Talang Lubuk Kecamatan Muara Telang dalam menyusun skenario perencanaan tata guna lahan desa dengan tetap memperhatikan aspek kesesuaian lahan, sosial ekonomi dan hukum. Proses ini dilangsungkan melalui workshop di tingkat desa yang melibatkan berbagai kelompok kepentingan yang ada di desa.

1.2. Tujuan

Lokakarya Perencanaan Tata Guna Lahan Desa ini bertujuan untuk :

1. Membantu proses pemberdayaan masyarakat desa prioritas dalam merencanakan konsep pengembangan desa untuk menyongsong masa depan.

2. Membantu desa prioritas dalam menyusun rencana pembangunan desa secara partisipatif.

3. Membantu desa prioritas dalam menyusun draft skenario rencana tata

guna lahan desa yang diharapkan mengakomodir kebutuhan

masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam yang

berkelanjutan di masa depan.

(9)

Perencanaan tata guna lahan desa dilakukan melalui pendekatan partisipatif dengan mengadopsi beberapa alat kajian Participatory Rural Appraisal yang penggalian informasinya disesuaikan untuk kerangka Perencanaan Tata Guna Lahan.

Partisipasi masyarakat yang merupakan keunggulan dari model perencanaan ini dikemas dalam metode dan pendekatan berikut:

2.1. Metode dan Pendekatan

Lokakarya ini dalam proses pelaksanaannya berpedoman pada prinsip-prinsip partisipatoris dimana masyarakat desa merupakan subjek pelaku perencanaan dengan fasilitasi dari fasilitator. Pada tahap pengkajian kondisi desa digunakan alat kajian yang mempedomani modul perencanaan partisipatif penatagunaan lahan desa, terdiri dari:

A. Sketsa Desa

Alat kajian sketsa desa digunakan untuk menghasilkan informasi tentang tipe lahan desa, penggunaan lahan desa, jumlah pengguna lahan, potensi sumber daya alam, potensi sumber daya buatan, lokasi-lokasi yang rawan dengan kebakaran hutan dan lahan, lokasi sumber-sumber air yang bisa digunakan untuk pengendalian kebakaran, dan gambaran umum tentang kondisi desa saat ini. Informasi yang ditampilkan dalam sketsa desa menjadi acuan bagi 3 alat kajian lainnya.

B. Sejarah Penggunaan Ruang Desa

Alat kajian sejarah penggunaan ruang desa digunakan untuk mengkaji informasi tentang kecenderungan perubahan penggunaan lahan desa dari waktu ke waktu hingga saat sekarang, apa saja yang mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan dan pola pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat. Hal paling penting dari penggunaan alat ini adalah untuk mengajak masyarakat mengamati dengan seksama tentang apa saja sumber daya alam desa yang berkurang atau hilang/punah, apa penyebab kepunahannya dan upaya apa yang bisa dilakukan untuk merehabilitasi kembali sumber daya alam tersebut jika termasuk dalam golongan sumber daya alam yang terbaharukan.

BAB II

METODOLOGI

(10)

C. Kalender Musim

Alat kajian kalender musim digunakan untuk mengkaji aktifitas penting yang dilakukan oleh masyarakat desa, sumber-sumber penghasilan masyarakat, kapan saat memulai sonor, kapan saat berlebung dan kapan waktu-waktu tertentu di desa yang rawan dengan bencana kebakaran hutan dan lahan sehubungan dengan meningkatnya aktivitas masyarakat menggarap lahan pertanian atau perkebunan. Informasi tentang pola tanam dan cara pembukaan atau pembersihan lahan pertanian biasanya muncul dari alat kajian ini.

D. Bagan Kelembagaan Desa

Bagan kelembagaan desa digunakan untuk mengkaji berapa jumlah kelembagaan yang ada didesa, bagai mana hubungan antar kelembagaan dan lembaga apa saja di desa yang bisa fokus untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di wilayah desa.

Kajian kondisi desa menggunakan keempat alat PRA tersebut di atas menghasilkan Usulan Rencana untuk Pengembangan Kawasan Perdesaan yang dikelompokkan menjadi 5 kategori yakni:

1. Rencana penggunaan lahan desa untuk kepentingan pengembangan ekonomi

2. Rencana penggunaan lahan desa untuk pengembangan pusat perdesaan dan fasilitas umum

3. Rencana penggunaan lahan desa untuk kepentingan konservasi dan pelestarian alam desa

4. Rencana peraturan-peraturan yang dibutuhkan desa khususnya dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan

5. Rencana kebutuhan pengembangan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan di desa

Untuk memvisualkan rencana tata guna lahan desa melalui proses partisipatif dibuat sketsa rencana tata guna lahan desa berdasarkan kajian dan kebutuhan rencana pengembangan kawasan perdesaan. Dalam proses ini kawasan perdesaan dibagi menjadi 2 kategori yakni:

1. Kawasan Budidaya

Yakni kawasan perdesaan yang diperuntukkan sebagai tempat pengembangan ekonomi masyarakat. Kawasan budidaya ini meliputi:

- Pemukiman, fasilitas umum, sarana-prasarana

- Kawasan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan 2. Kawasan Non Budidaya

Yakni kawasan perdesaan yang diperuntukkan guna kepentingan konservasi dan pelestarian alam. Kawasan non-budidaya ini meliputi:

- Kawasan hutan lindung - Rawa dalam

- Buffer zone

- Gambut dengan kedalaman di atas 2.5 meter

Berdasarkan kategori diatas dilakukan perencanaan pengembagan kawasan

perdesaan melalui proses partisipatif

(11)

2.2. Peserta Lokakarya

Peserta workshop perencanaan tata guna lahan desa merupakan perwakilan masyarakat dan kelompok kepentingan yang ada di Desa Talang Lubuk sebagai berikut:

Tabel 1. Peserta Lokakarya Perencanaan Partisipatif Penatagunaan Lahan di Desa Talang Lubuk

Jenis Kelamin No. Nama Peserta

Lk. Pr. Jabatan/Status Tempat

Tinggal/Dusun

01 Fauzi  Ketua BPD/ Anggota KP-

P3LD

Dusun 2

02 Sanusi  Anggota BPD/Anggota tim

teknis P3LD

Dusun 2

03 Nanang  Tokoh Masyarakat/Anggota

tim teknis P3LD

Dusun 1

04 Suwi Nungcik  Kepala Desa Dusun 1

05 Sofyan Sahibul  Sekretaris Desa Dusun 2

06 Ilyas  Tokoh Masyarakat/ Ketua

KP-P3LD

Dusun 2

07 Joni  Tokoh Pemuda/Anggota Tim

Teknis P3LD

Dusun 1

08 Sumarni  Tokoh perempuan/Bidan

Desa

Dusun 2

09 Neneng  Anggota BPD/anggota KP-

P3LD

Dusun 1

10 Munir  Kaur Pemerintahan/anggota

tim teknis P3LD

Dusun 1

11 Sarni  Tokoh Masyarakat/ Anggota

KP-P3LD

Dusun 1

12 Kori  Anggota masyarakat Dusun 1

13 Sakina  Tokoh perempuan/Ketua

PKK

Dusun 1

14 Maryadi  Anggota masyarakat Dusun 1

15 Efendi  Anggota masyarakat Dusun 1

16 Hamdani  Anggota masyarakat Dusun 1

17 Erni  Sekretaris PKK/ anggota tim

teknis P3LD

Dusun 1

18 Nedi  Kaur Pembangunan Dusun 1

19 Jahar  Anggota masyarakat Dusun 1

20 Wan Nur  Anggota masyarakat Dusun 1

21 Samadi  Anggota tim Teknis P3LD Dusun 2

22 Saldi  Anggota masyarakat Dusun 2

23 Zakaria  Anggota masyarakat Dusun 2

24 Suryadi  Anggota tim teknis P3LD Dusun 2

25 A. Zazili  Anggota masyarakat Dusun 2

26 Suryati  Sekretaris KP-P3LD Dusun 2

27 Siti Aisya  Sekretaris BPD/anggota tim

teknis P3LD

Dusun 2

28 Rusli  Anggota masyarakat Dusun 2

29 Adam  Kadus 2/ Anggota Tim

Teknis P3LD

Dusun 2 Jumlah 23 6 Total Peserta : 29 orang

(12)

2.3. Pelibatan Perempuan

Lokakarya perencanaan tata guna lahan desa juga memperimbangkan aspek sensitif gender. Perempuan dilibatkan dalam seluruh rangkaian workshop mulai dari mengkaji kondisi, memilih prioritas rencana penggunaan lahan desa dan pembangunan desa. Perempuan yang ikut berpartisipasi pada workshop ini berjumlah 6 orang.

2.4. Waktu dan Tempat

Workshop Perencanaan Tata Guna Lahan Desa ini diselenggarakan selama tiga hari mulai tanggal 1 - 3 Oktober 2005 bertempat di kantor Kepala Desa Talang Lubuk Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin.

2.5. Fasilitator dan Tim Pendukung

Workshop perencanaan Tata Guna Lahan di Desa Talang Lubuk prosesnya difasilitasi empat orang fasilitator dan 2 orang panitia pendukung:

- Dendi Satria Buana (PLUP/SSFFMP): Fasilitator Utama - Adiosyafri (WBH/Pokja 3): Fasilitator Sketsa Desa

- Dedy Permana (WBH): Fasilitator Sejarah Penggunaan Ruang Desa - A. Samudra (LPH-PEM): Fasilitator Kalender Musim

- Zainal Fanani (Damar): Fasilitator Bagan Kelembagaan Desa

- Tim pendukung: Lidia K. (Solidaritas Perempuan): Notulensi dan Administrasi, Wasi Darmalono (Gema Sriwijaya/Pokja 3) : Dokumentasi

2.6. Bahan dan Alat.

a. Ruangan interaksi dan perlengkapan b. Alat-alat tulis, meta plan, kertas plano c. Zopp Board dan perlengkapan

d. Infokus + screen

(13)

3.1. Persiapan Pelaksanaan

Pengkajian secara cepat terhadap desa merupakan proses awal yang penting untuk dilakukan dengan maksud mendapatkan data-data mendasar tentang desa seperti data monografi, kecendrungan perubahan, sketsa desa, informasi konflik dan peran gender.

Pengumpulan data awal bisa dilakukan melalui survey sosial ekonomi, diskusi terfokus dengan petani pengguna lahan dan melakukan transek lintasan untuk mengamati dari dekat tipe dan penggunaan lahan di desa.

Pengembangan kapasitas kelembagaan desa untuk perencanaan tata guna lahan desa dilakukan melalui pelatihan komite pengarah P3LD yang juga diikuti oleh Kepala Desa Talang Lubuk. Pelatihan yang diselenggarakan di tempat yang sama (kantor Kepala desa Talang Lubuk) pada tanggal 9 - 11 Agustus 2005 tersebut telah memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta dari Talang Lubuk tentang kerangka pengkajian dan perencanaan tata guna lahan desa secara partisipatif.

Lokakarya yang telah difasilitasi ini merupakan manifestasi dari rencana tindak lanjut dari hasil pelatihan di atas dan juga merupakan bagian dari proses perencanaan tata guna lahan desa Talang Lubuk.

3.2. Proses Pelaksanaan Lokakarya

Pelaksanaan lokakrya perencanaan tata guna lahan desa berlangsung selama tiga hari, proses ini melibatkan 29 orang perwakilan masyarakat yang berasal dari dua dusun di desa Talang Lubuk.

Hari pertama, 1 Oktober 2005

Pengkajian Kondisi Desa Mengunakan Sketsa Desa

Fasilitator menjelaskan tujuan kajian sketsa desa kepada peserta workshop.

Ditekankan juga bahwa dalam membuat sketsa desa sangat penting sekali memunculkan informasi menyangkut: batas wilayah desa, batas dusun, tipe lahan, penggunaan lahan, sumber daya alam, lokasi rawan kebakaran, kawasan hutan dan sarana prasarana di desa.

Pada proses pengkajian kondisi desa melalui sketsa ini peserta workshop dibagi menjadi 3 kelompok yakni:

- Kelompok 1: mengkaji sketsa desa

- Kelompok 2: mengkaji sketsa dusun 1 Talang Lubuk - Kelompok 3: mengkaji sketsa dusun 2 Talang Lubuk

BAB III

PELAKSANAAN LOKAKARYA DAN HASIL

(14)

Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan sketsa desa dan sketsa dusun untuk memperkaya informasi maka fasilitator memfasilitasi diskusi dengan metode buzz group.

Pada tahap selanjutnya peserta difasilitasi untuk mendiskusikan sketsa desa dan dusun yang telah dibuat melalui matrik F1 tentang Tipe Lahan Desa, Deskripsi Tipe Lahan dan Luas. Proses ini dilanjutkan dengan matrik F2 yang menjelaskan Tipe Lahan Desa, Klasifikasi Pengggunaan dan Luas Lahan.

Setelah proses fasilitasi sampai pada matrik F2 maka peserta workshop kembali dibagi menjadi empat kelompok, yang akan melanjutkan pengkajian dengan topik yang berbeda.

Hari kedua, 2 Oktober 2005

Pengkajian kondisi desa menggunakan Sejarah Penggunaan Ruang Desa

Fasilitator menjelaskan tujuan pengkajian menggunakan sejarah penggunaan ruang desa kepada peserta, selanjutnya peserta mendiskusikan tahun dan rentang waktu untuk memulai kajian sejarah penggunaan ruang. Informasi tentang tipe dan penggunaan lahan dapat dipedomani dari hasil kajian sketsa desa. Peserta diajak mengilustrasikan perubahan penggunaan ruang desa dari waktu ke waktu, selanjutnya didiskusikan perubahan dan kecerderungan yang ada dari setiap series tahun.

Kajian sejarah penggunaan ruang desa Talang Lubuk disepakati mulai tahun 1955-an hingga tahun 2005 dengan rentang series waktu 1955 – 1970 – 1980 – 1990 - 2005. Pola ruang yang dikaji dan penggunaan lahan yang dikaji meliputi sungai, pemukiman, lahan dataran rendah kering, rawa-rawa dan hutan.

Dari kajian ini dihasilkan informasi tentang perubahan penggunaan lahan, pola pemanfaatan lahan desa, perubahan jumlah penduduk yang menggunakan lahan, kecenderungan perubahan usaha masyarakat, sumber daya alam yang hilang dan gambaran kondisi terkini dari pemanfaatan lahan di desa Talang Lubuk.

Pengkajian kondisi desa menggunakan Kalender Musim

Fasilitator memulai proses dengan menjelaskan tujuan pengkajian menggunakan kalender musim kepada peserta. Dalam kajian ini peserta menggunakan standar musim untuk menentukan penanggalan waktu seperti berikut:

- Musim Hujan: Oktober, November, Desember, Januari, Pebruari dan Maret - Musim Kemarau: April, Mei, Juni, Juli

- Musim Pancaroba: Agustus, September

Kegiatan rutin dan umum yang dilakukan masyarakat dalam untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi dalam rentang waktu satu tahun dikaji dengan memperhatikan tipe penggunaan lahan, pola penggunaan lahan, bentuk aktivitas dan intensitas kegiatan masyarakat.

Informasi penting yang muncul melalui kajian ini diantaranya terkait dengan kegiatan masyarakat dalam memanfaatkan lahan rawa, lahan kering lahan pasang surut serta sungai. Informasi dari masyarakat tentang cara pembukaan lahan juga digali untuk mendapatkan gambaran dalam pola pemanfaatan lahan yang ada.

Pengkajian kondisi desa menggunakan Bagan Kelembagaan Desa

Fasilitator memulai proses dengan menjelaskan tujuan kajian, yakni untuk melihat kelembagaan yang ada didesa, hubungan antar lembaga dan hubungan lembaga dengan masyarakat termasuk issu gender. Fokus penting kajian bagan kelembagaan desa ini adalah untuk melihat lembaga apa saja didesa yang bisa berperan untuk pencegahan serta pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

Melalui kajian ini teridentifikasi sembilan belas lembaga yang ada di Desa

Talang Lubuk dengan rincian; pemerintahan desa, BPD, LPM, PKK, karang taruna,

(15)

kelompok tani, lembaga adat desa, komite pengarah P3LD, tim teknis P3LD, lembaga pendidikan dan kesehatan. Selain kelompok tani yang merupakan kelembagaan masyarakat dalam mengorganisasi para petani, di desa Talang Lubuk juga ada kelompok sabut, kelompok tempurung dan kelompok Virgin Coconut Oil (VCO) yang merupakan organisasi para petani kelapa.

Lembaga yang diharapkan berperan dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan dalam linkup desa Talang Lubuk adalah: pemerintah desa, BPD, LPM, komite pengarah P3LD, tim teknis P3LD dan kelompok.

Hari ketiga, 3 Oktober 2005

Pada hari ketiga, disepakati juga beberapa prioritas pemecahan masalah yang muncul saat dilakukan pengkajian kondisi desa. Seluruh masalah yang muncul, kemudian dicari solusi penyelesaian masalah serta dirumuskan menjadi 4 (empat) kategori rencana dalam pembangunan masyarakat desa yakni:

1. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kebutuhan pengembangan ekonomi.

2. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kebutuhan pembangunan fisik desa.

3. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kepentingan konservasi dan pelestarian sumber daya alam desa.

4. Rencana Pembuatan Peraturan dan Kesepakatan Desa.

5. Rencana Pengembangan Kapasitas Masyarakat.

Dari usulan yang muncul berdasarkan kategori diatas kemudian susun skala prioritasnya dengan melalkukan scoring (penilaian) secara partisipatif bersama masyarakat yang menjadi peserta workshop. Adapun indikator yang digunakan dalam penentuan skala prioritas adalah:

a. Dampak kegiatan terhadap peningkatan ekonomi rumah tangga.

b. Dampak kegiatan terhadap upaya pengendalian kebakaran lahan dan hutan.

c. Kelayakan usulan kegiatan berdasarkan kondisi dan potensi desa.

d. Kelayakan usulan kegiatan berdasarkan waktu dan kebutuhan.

Pada sesi terakhir, dilakukan penyusunan skenario Draft Rencana Tata Guna Lahan Desa (RTGLD) Talang Lubuk . Hal ini merupakan tahap lanjutan dalam proses perencanaan tata guna lahan desa secara partisipatif yang berdasarkan kajian dan kebutuhan rencana pengembangan kawasan pedesaan. Dalam proses ini, kawasan perdesaan dibagi menjadi 2 kategori yakni :

a. Kawasan budidaya

Yakni kawasan perdesaan yang diperuntukkan sebagai tempat pengembangan ekonomi masyarakat. Kawasan budidaya ini meliputi :

- Pemukiman, fasilitas umum, sarana dan prasarana

- Kawasan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.

b. Kawasan Non Budidaya

Yakni kawasan perdesaan yang diperuntukkan guna kepentingan konservasi dan pelestarian alam. Kawasan non budidaya ini meliputi :

- Kawasan hutan lindung - Rawa dalam

- Buffer Zone

- Gambut dengan kedalaman di atas 2,5 meter.

(16)

3.3 Hasil Lokakarya Perencanaan Tata Guna Lahan Desa Talang Lubuk 3.3.1. Hasil dari alat Kajian Sketsa Desa

Melalui kajian sketsa desa ini, dapat diketahui berbagai klasifikasi penggunaan lahan di desa Talang Lubuk, yang meliputi lahan rawa, lahan kering dan pasang surut.

Di desa Talang Lubuk, lahan rawa biasanya dijadikan sebagai areal sawah tadah hujan, sebagian ada juga yang ditumbuhi tanaman gelam dan sisanya merupakan semak belukar. Lahan kering biasanya diperuntukkan sebagai areal pemukiman penduduk dan areal perkebunan kelapa dan palawija, sedangkan areal pasang surut yang luasannya paling sedikit diperuntukkan sebagai lahan sawah pasang surut dan sistem surjan.

Definisi dari klasfikasi penggunaan lahan di desa Talang Lubuk ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Sawah tadah hujan yakni areal yang dikelola penduduk yang berada di luar areal pemukiman dan perkebunan, terutama pada bulan Juli hingga Agustus. Areal ini biasanya ditanami padi varietas IR 64 yang berumur sekitar 100 hari.

 Hutan gelam yakni areal hutan desa yang belum tergarap dan terletak di luar areal persawahan yang diidentifikasi masyarakat sebagai sarang babi. Areal ini didominasi oleh tumbuhan gelam.

 Semak belukar yakni merupakan ladang yang tidak digarap atau sudah ditinggalkan oleh pemiliknya yang saat ini menjadi semak belukar.

 Perkebunan kelapa/palawija/jeruk merupakan lahan rawa yang dibuat galangan untuk ditanami berbagai tanaman keras yang terletak di areal persawahan dan pemukiman masyarakat. Kebanyakan tanaman yang diusahakan masyarakat adalah kelapa.

 Pemukiman adalah lahan kering yang berada di dekat jalan untuk membangun rumah dan tempat tinggal serta fasilitas umum lainnya.

Gambar 1.

Sketsa Dusun 1 Talang Lubuk

(17)

 Areal padi pasang surut merupakan areal sawah yang dipengaruhi air pasang surut air laut yang berada di pinggiran sungai/parit. Biasanya tempat bertanam padi pada waktu pasang air naik dan waktu surut air kering. Sumber pengairannya berasal dari air pasang surut, yang ditanami padi jenis IR 64 pada bulan Juli- Pebruari (1 tahun 1 kali panen).

 Surjan merupakan lahan yang digali masyarakat pada saat membuat kebun yang berada di pemukiman penduduk.

3.3.2. Hasil dari alat Kajian Sejarah Penggunaan Lahan Desa

Dalam kajian sejarah penggunaan ruang desa ini yang pertama yang perlu dikaji adalah gambaran pola pengunaan lahan dari dulu hingga kondisi terkini (Transek series). Gambaran pengunaan lahan dari tahun ke tahun hingga sekarang dapat dilihat pada bagan informasi berikut ini :

Sejarah desa tahun 1955

 Ikan masih banyak dan sungai masih dalam

 Pemukiman masih sepi dan jaraknya berjauhan

 Tanaman kelapa masih berjumlah ratusan batang.

 Hutan gelam masih sekitar 40 hektar

 Hutan masih luas, sekitar 100 ha yang dihuni oleh banyak jenis kayu.

Sejarah desa tahun 1970

 Sungai masih dalam dan jenis ikan masih banyak

 Pemukiman bertambah namun penduduk masih jarang

 Tanaman kelapa sekitar 1000 batang

 Areal persawahan masyarakat masih ditanami dengan varietas lokal misalnya padi kuring dan bugis yang umurnya 7 bulan

 Masyarakat mulai mengenal sistem sonor.

Gambar 2.

Sketsa Dusun 2 Talang Lubuk

(18)

Sejarah desa tahun 1980

 Ikan berkurang dan sungai mulai dangkal

 Pemukiman bertambah

 Tanaman kelapa juga bertambah dan masyarakat mulai menanam tanaman rambai.

 Saat ini, introduksi bibit unggul padi belum dikenal masyarakat, sehingga jenis yang ditanam masih lokal.

 Hutan gelam mulai berkurang

 Flora dan fauna di hutan desa mulai berkurang Sejarah desa tahun 1990

 Ikan berkurang dan air mulai kering

 Pemukiman semakin bertambah

 Kelapa semakin bertambah, masyarakat juga sudah mengenal kolam atau sistem surjan.

 Masyarakat sudah mengenal padi unggul yang umurnya genjah misalnya C4, IR 64 dan P42 yang umurnya 100 hari.

 Kayu semakin berkurang Sejarah desa tahun 2005

 Sungai dangkal dan berbagai jenis ikan mulai punah

 Pemukiman penduduk semakin bertambah

 Tanaman kelapa bertambah dan penduduk sudah mengenal tanaman sela.

 Masyarakat sudah mengenal sawah tadah hujan, jenis padi IR 64 dan C4.

 Hutan gelam tinggal 3 ha

 Kayu di hutan terutama yang berdiameter 50 cm ke atas berkurang

 Ada kecenderungan pengalihfungsian hutan menjadi areal sawah/ladang.

Gambar 3.

Sejarah Penggunaan Lahan Desa Talang Lubuk

(19)

3.3.3. Hasil dari alat Kajian Kalender Musim

Kalender Musim menjelaskan aktifitas masyarakat pada musim tertentu berdasarkan tipe Lahan. Tabel ini kemudian di analisis untuk membuat tabel masalah dan proses aktivitas. Dari sini kita dapat melihat masalah dan akibat yang terjadi pada aktivitas tersebut.

AKTIVITAS EKONOMI MASYARAKAT

HUJAN KEMARAU PANCA

ROBA

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

A. LAHAN RAWA

Mengambil kayu bakar dan kayu

untuk kebutuhan perbaikan rumah **** **** *** **

Mencari ikan/tajur ikan *** **

B. LAHAN KERING

Merawat kebun dan memungut hasil **** *** **

Menanam tumbuhan palawija ****

Beternak itik, dll *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** ***

C. LAHAN PASANG SURUT

Menyemai bibit padi *** ****

Menanam padi **** **** ***

Menggarap sawah **** **** ****

Memelihara tanaman padi **** ****

Panen *** **** ***

D. SUNGAI

Membersihkan sungai untuk

pengairan sawah ****

Mencari ikan *** ***

Mengangkut padi dari sawah saat

musim panen *** **** ***

3.3.4. Hasil dari alat Kajian Kelembagaan Desa

Dalam kajian kelembagaan desa teridentifkasi beberapa Kelelembagaan di desa Muara Medak yang berpengaruh terhadap masyarakat. Diantara kelembagaan tersebut yang dapat berperan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di desa Talang Lubuk adalah:

- Pemerintahan Desa

- Badan Permusyawarahan Desa - Regu Pemadam Kebakaran - Tim P3LD

- RW/RT

- Lembaga Adat - Kelompok Tani - Karang Taruna

Gambar 4.

Bagan Kalender Musim Desa Talang Lubuk

(20)

Pada sesi terakhir dari workshop hari ketiga, disepakati juga beberapa prioritas pemecahan masalah yang muncul saat dilakukan pengkajian kondisi desa. Seluruh masalah yang muncul, kemudian dicari solusi penyelesaian masalah serta dirumuskan menjadi 4 (empat) kategori rencana dalam pembangunan masyarakat desa yakni:

1. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kebutuhan pengembangan ekonomi.

 Pengelolaan kawasan yang terlantar menjadi lahan pertanian

 Pencadangan hutan gelam untuk hutan produktif, 1/3 bagian dari 50 ha 2. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kebutuhan pembangunan fisik

desa.

 Pembangunan saluran primer

 Usulan pembangunan fasilitas fisik, misalnya gorong-gorong jembatan dan pagar desa.

3. Rencana Penggunaan Lahan Desa untuk kepentingan konservasi dan pelestarian sumber daya alam desa.

 Budidaya kayu gelam di daerah rawa yang tidak dikelola

 Penghuijauan areal terbakar dengan tanaman lokal

Gambar 5.

Bagan Kelembagaan Desa Talang Lubuk

(21)

4. Rencana Pembuatan Peraturan dan Kesepakatan Desa.

 Aturan desa tentang pembersihan lahan

 Mengadakan pertemuan dengan desa tetangga untuk memperjelas tata batas desa yang melibatkan anggota KP P3LD sehingga dihasilkan draft kesepakatan batas antar desa

5. Rencana Pengembangan Kapasitas Masyarakat.

 Penyuluhan dari PPL tentang cara penimbunan dan pemupukan serta perawatan tanaman kelapa

 Pelatihan pemasaran dan membuat jaringan pemasaran

Lokakarya Perencanaan Partisipatif Penatagunaan Lahan Desa Talang Lubuk menghasilkan Draft Skenario Rencana Penggunaan Lahan Desa, yang meliputi:

A. Rencana penggunaan lahan desa untuk infrastruktur, diantaranya : 1. Usulan Pembangunan 6 unit sumur bor dan 6 unit jembatan 2. Usulan Tempat Pemakaman Umum

3. Usulan pembangunan Pasar desa 4. Usulan Penimbunan jalan baru 5. Usulan Saluran primer

B. Rencana penggunaan lahan desa untuk pengembangan kawasan pertanian dan perkebunan, di antaranya:

1. Usulan perkebunan dan pertanian di Parit Pak Udan S. Terentang Kecik, S.

Terentang Besak, S. Kemang.

2. Usulan perkebunan dan pertanian Simpang kiri, Simpang kanan, SDU/Inpres, P. Mak Sirol, S. Beluru, Jalur 06, S. Terentang, Sepanjang SDU dan TSM.

3. Usulan perkebunan dan pertanian Parit pak Ciknang, S. Beluru, S. Terentang Kecik, S. Terentang Besak, S. Kemang dan Lebak bakung.

C. Rencana penggunaan lahan desa untuk kepentingan konservasi dan pelestarian alam desa, di antaranya :

1. Usulan Penghijauan dengan tanaman lokal (Sengon, Sungkai, Meranti, dll) seluas 5 ha.

2. Usulan Kawasan lindung hutan gelam 10 ha (sebagai cadangan).

3. Usulan budidaya gelam di rawa yang tidak dikelola.

4. Usulan menaman tanaman yang mampu menahan erosi.

(22)

Rencana ini kemudian dimuat dalam Sketsa Skenario Rencana Tata Guna Lahan Desa Talang Lubuk. Setelah itu, draft skenario Rencana Tata Guna Lahan Desa yang telah disepakati masyarakat kemudian divisualisasikan dalam bentuk sketsa rencana penggunaan lahan desa.

Gambar 6.

Sketsa Draf SkenarioRencana Tata Guna

Lahan Desa Talang Lubuk

(23)

Talang Lubuk Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin

Gambar 7.

Penjelasan proses lokakarya PTGLD oleh Dendi Satria Buana (Participatory Land Use Planning Specialist).

Gambar 8.

Melalui sketsa desa, masyarakat melakukan kajian terhadai potensi dan peluang pemanfaatan sumber daya hutan dan lahan yang ada di desa.

Gambar 9.

Kelompok perempuan terlibat

aktif dalam lokakarya

perencanaan tata guna lahan

desa Talang Lubuk.

(24)

---

18 Gambar 10.

Kajian “Bagan Kelembagan Desa” untuk mengidentifikasi lembaga-lembaga di desa yang mempunyai potensi untuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

Gambar 11.

SMALL GROUPDISCUSSION merupakan salah satu teknik fasilitasi yang digunakan dalam workshop perencanaan tata guna lahan desa.

Gambar 12.

Secara partisipatif peserta

lokakarya mencermati substansi

usulan rencana penggunaan

lahan desa yang dihasilkan dalam

lokakarya

(25)

Profil Desa Talang Lubuk

Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin

Desa Talang Lubuk merupakan desa dengan topografi yang didominasi oleh dataran rendah dengan perairan musiman yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Sebagian daerah ini didominasi areal persawahan dan perkebunan kelapa yang diusahakan penduduk sendiri. Berdasarkan letak geografis desa ini berada pada koordinat 203’ 39’’ LS dan 10405’ 9” BT. Aksesibilitas dari dan menuju desa Talang Lubuk hanya melalui jalan sungai (Sungai Musi) dengan kendaraan utama speed boat. Jarak antara desa Talang Lubuk dengan pusat kecamatan Muara Telang dapat ditempuh dengan speed boat sekitar ½ jam, ke ibukota kabupaten sekitar 3 jam dan ke ibukota propinsi sekitar 2 jam.

Secara administratif Desa Talang Lubuk termasuk dalam wilayah Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin. Desa ini di sebelah utara berbatasan dengan Desa Panca Mukti, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Karang Anyar, sebelah barat berbatasan dengan Desa Terusan Dalam dan di bagian timur berbatasan dengan Desa Sumber Hidup.

Berdasarkan data monografi Desa Talang Lubuk diperkirakan luas desa mencapai 1600 ha. Desa Talang Lubuk memiliki 2 buah dusun yaitu dusun I dan dusun II yang letak masing-masing dusun berdampingan dengan akses yang lancar ke pusat desa. Jumlah penduduk desa berdasarkan data monografi tahun 2003 adalah sebanyak 2300 jiwa atau sekitar 630 KK.

Sarana dan prasarana umum yang sudah ada di desa saat ini berupa 3 unit tempat ibadah, 4 unit tempat olahraga dan 1 unit balai pertemuan. Fasilitas pendidikan yang ada di desa hanya 2 unit gedung SD dengan jumlah total murid mencapai 800 orang dan 8 orang guru. Sampai saat ini Talang Lubuk belum mempunyai kantor kepala desa, sehingga segala urusan administrasi pemerintahan desa dilaksanakan di rumah kepala desa. Sedangkan fasilitas air bersih relatif tidak ada, masyarakat memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, cuci, kakus, dan untuk air minum. Fasilitas penting yang belum ada didesa hingga saat ini adalah listrik, untuk penerangan masyarakat menggunakan diesel dan lampu petromak. Slain itu, di desa tidak ada fasilitas kesehatan, yang ada hanya 1 orang tenaga medis.

Mata pencaharian utama penduduk desa sangat mengandalkan sektor perkebunan kelapa, dan bersawah. Sebagian lahan masyarakat ada yang ditanami dengan jeruk. Selain bertani dan berkebun kelapa, ada juga masyarakat yang berprofesi sebagai PNS, buruh dan pedagang. Biasanya, di samping mereka mempunyai sawah masyarakat juga mempunyai kebun kelapa. Selain memanfaatkan buah kelapa untuk dijual, ada juga sebagian yang bergabung dalam kelompok tempurung dan kelompok sabut kelapa, yang merupakan kelompok masyarakat dalam memanfaatkan limbah kelapa. Baru-baru ini, difasilitasi oleh South Sumatra Forest Fire Managemen Project, membuat VCO (Virgin Coconut Oil), yakni minyak perawan yang diproduksi dari kelapa.

Lahan rawa yang mengelilingi desa pada musim kering dimanfaatkan masyarakat untuk bertanam padi. Saat ini varietas lokal misalnya padi Kuring dan padi Bugis sudah tidak ditanam petani lagi, saat ini yang banyak ditanam adalah varietas IR 64, C4 dan P42. Saat ini sekitar 600 hektar lahan rawa di daerah Talang Lubuk merupakan lahan produkrif yang setiap tahun menghasilkan padi.

Kelembagaan formal yang ada di desa adalah pemerintah desa yang dipimpin oleh kepala desa dibantu sekretaris desa, kaur desa, kepala dusun, ketua RT. Lembaga formal lainnya seperti Badan Perwakilan Desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, PKK, Karang Taruna, Komite Pengarah P3LD, Tim Teknis P3LD dan Regu Pemadam Kebakaran Hutan. Kelembagaan non formal yang ada seperti lembaga adat desa, kelompok tani, kelompok pengajian perempuan. Selain kelompok tani yang merupakan kelembagaan masyarakat dalam mengorganisasi para petani, di desa Talang Lubuk juga ada kelompok sabut, kelompok tempurung dan kelompok Virgin Coconut Oil (VCO) yang merupakan organisasi para petani kelapa

.

Lembaga yang diharapkan berperan dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan dalam linkup desa Talang Lubuk adalah: pemerintah desa, BPD, LPM, komite pengarah P3LD, tim teknis P3LD dan kelompok.

(26)

Lampiran 3.

Sketsa Desa Talang Lubuk Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin.

(Sketsa ini dihasilkan melalui kegiatan Lokakarya Perencanaan Tata Guna Lahan

Desa Talang Lubuk yang berlangsung pada tanggal 01 – 03 Oktober 2005).

(27)

Lampiran 4.

Matrik Kegiatan Kajian Kondisi Desa Dalam Workshop Perencanaan Tata Guna Lahan Desa Talang Lubuk

MATRIK KAJIAN KONDISI DESA :

 Sketsa Desa

 Sejarah Penggunaan Lahan Desa

 Kalender Musim

 Bagan Kelembagaan Desa

(28)

Tipe Lahan Desa, Deskripsi Tipe Lahan dan Luas

Desa : TALANG LUBUK

Kelompok : SKETSA DESA

Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005

Tabel F1. Tipe Lahan Desa, Deskripsi Tipe Lahan dan Luas

Tipe Lahan Deskripsi Tipe Lahan Luas

Lahan Rawa Lahan di musim hujan tergenang air (nov-des) setiap tahun dan pada musim kemarau kering 645,5 ha Lahan Kering Rawa yang ditimbun kemudian dibuat guludan yang digunakan untuk kebun kelapa dan pemukiman 492 ha Lahan Pasang Surut Lahan yang berada di sepanjang pinggir sungai dan anak sungai serta parit dipengaruhi oleh pasang

surut setiap hari sepanjang tahun

225 ha

Total 1.362,5 ha

Matrik Kajian Sketsa Desa

(29)

Tipe Lahan Desa, Klasifikasi Penggunaan dan Luas

Desa : TALANG LUBUK

Kelompok : SKETSA DESA

Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005

Tabel F2. Tipe Lahan Desa, Klasifikasi Penggunaan dan Luas

Tipe lahan Klasifikasi penggunaan lahan saat ini Luas (ha) Jumlah Pengguna (KK) Status kepemilikan

Sawah (padi rawa) 616,5 580 Milik pribadi

Hutan Gelam 50 650 Hutan Desa

Lahan Rawa

Semak belukar 29 25 Milik pribadi

Perkebunan Palawija, kelapa 160 240 Milik pribadi

Lahan Kering

Pemukiman 160 240 Milik pribadi

Padi 104,5 632 Milik pribadi

Lahan Pasang Surut

Surjan 120 617 Milik pribadi

(30)

Klasifikasi Penggunaan Lahan, Deskripsi Kondisi, Potensi Lahan, Masalah, Penyebab Masalah

Desa : TALANG LUBUK

Kelompok : SKETSA DESA

Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005

Tabel F3 a. Klasifikasi Penggunaan Lahan, Deskripsi Kondisi, Potensi Lahan, Masalah, Penyebab Masalah

Klasifikasi Penggunaan lahan

Deskripsi/

kondisi Potensi lahan Masalah dalam pengelolaan

lahan Penyebab masalah

Lahan yang dikelola penduduk yang berada di luar areal pemukiman dan perkebunan

Lahan cukup luas (645,5 ha)  Masih tenaga manual dan kurangnya modal

 Cara pengelolaan masih

tradisional dan tergantung dengan keadaan alam

 Tidak ada pembinaan dari PPL

 Tanah kurang subur dan zat asam

Lahan masyarakat yang dikelola untuk tanam padi yang dikerjakan pada bulan Juli s/d Agustus

 Pengairan cukup banyak

 Penduduk yang mengelola banyak

 Memerlukan alat dan pengelolaan masih tradisonal

 Pengelolaan masih manual dan tradisional

 Tidak adanya traktor Sawah Tadah Hujan

Hutan belukar yang ditebas pada bulan Juli-Agustus, lalu

dikeringkan, dibakar, lalu ditumbuhkan kembali, disemprot dengan racun herbisida. Baru ditanam benih padi unggul (IR 64) dan umur 100 hari siap panen

 Panen 1 kali dalam setahun  Belum adanya SPH (Surat Pengakuan Hak)

 Tidak adanya irigasi/saluran sekunder/tersier pada lahan pasang surut

 Masyarakat belum mengerti tentang SPH

 Masyarakat tidak mampu membangun saluran irigasi

Hutan yang berada dalam kawasan desa yang belum tergarap yang terletak di luar areal persawahan dan menjadi tempat hama babi

Kayu gelam cukup banyak Penebangan kayu yang masih liar  Masyarakat belum menyadari manfaat manfaat kayu gelam

 Penebangan masih liar Hutan Gelam

Hutan masih sangat luas dan sebagian bermanfaat bagi

Jalan dan sungai untuk transportasi ada

Pembakaran kayu gelam Tidak adanya penyuluhan dan pembinaan dari pemerintah (Dephut)

(31)

Klasifikasi

Penggunaan lahan kondisi Potensi lahan Masalah dalam pengelolaan

lahan Penyebab masalah

masyarakat

Hutan yang ditumbuhi oleh tumbuhan gelam tinggi di daerah lebakyang tanahnya mengandung zat asam dan pada saat ini mulai berkurang.

Masyarakat belum menyadari fungsi dan guna hutan

Tidak adanya penyuluhan dan pembinaan dari pemerintah (Dephut

Ladang yang berpindah-pindah  Lahan cukup luas

 Masyarakat yang ingin menggarap banyak

Ada hama babi dan monyet Lahan sawah masyarakat yang tidak terkelola karena mempunyai lebih dari satu lahan

Semak Belukar

Lahan sawah yang tidak digarap, ditinggalkan 1-2 tahun

 Tidak menunjang perekonomian

 Menjadi sarang hama babi dan tikus

 Ditanami padi

 Sumber air ada sepanjang tahun

Masyarakat hanya mengakui hak saja, tapi tidak ada SPH dan beranggapan hak leluhurnya

Belum ada keinginan masyarakat untuk bertani lebih maju dan moderen

Tanaman yang menghasilkan nilai ekonomis yang ditanami di lingkungan tempat tinggal penduduk

 Tanaman kelapa penduduk cukup luas (320 ha)

 Hasil buah kelapa Rp 100 ribu/bulan

 Kurangnya modal untuk pengelolaan dan pengadaan bibit

 Banyak hama babi dan monyet

 Masyarakat kurang menyadari tentang pengelolaan perkebunan secara baik

 Masih banyak semak dan hutan belukar

Lahan rawa yang dibuat galangan untuk ditanami berbagai tanaman keras yang terletak di areal persawahan dan pemukiman

 Transportasi lancar

 Pemasaran lancar

 Kendaraan pengangkut ada

Belum adanya SPH (Surat Pengakuan Hak)

Masyarakat belum mengerti tentang SPH

Perkebunan (Kelapa, jeruk, palawija, dll)

Tumbuhan rerumputan dan berbagai jenis kayu yang masih kecil

 Lahannya teratur dan cukup luas (320 ha)

 Hasil panen cukup memuaskan, namun harga masih rendah

 Pembelinya banyak

Hasil penjualan sangat murah  Kurangnya perhatian pemerintah tentang kelapa dalam pemasaran internasional

 Pemasaran terlalu jauh ke Palembang

Pemukiman Lahan kering yang berada di dekat jalan untuk membangun rumah dan tempat tinggal

 Jarak rumah berjauhan

 Lokasi lahan cukup

 Jumlah penduduk banyak

 Jalan masih lumpur/becek

 Jembatan masih banyak yang putus

 Penimbunan kurang tinggi pada waktu hujan

 Kurangnya kesadaran masyarakat dlm bergotong royong

 Belum adanya bantuan pembuatan jembatan

 Bahan baku untuk membuat jembatan jauh didapat

(32)

Klasifikasi

Penggunaan lahan kondisi Potensi lahan Masalah dalam pengelolaan

lahan Penyebab masalah

Sarana pendidikan, keagamaan,pemerintahan, industri desa, jalan desa dan jembatan

 Transportasi lancar

 Lahan untuk membangun rumah dan sarana lain ada

 Minat belajar anak tinggi

 Sumber air sungai banyak

 Di sekitar pemukiman masih banyak semak-semak

 Listrik belum ada

 Air bersih belum ada

 SMP belum ada

 Pemiliknya tidak di tempat

 Pemerintah belum

mengalokasikan pengadaan listrik dan air bersih

 Masyarakat kurang mengerti tentang air bersih

 Kurangnya perhatian pemerintah dalam membangun sarana pendidikan

 Banyak anak putus sekolah Sawah (Padi pasang

surut)

 Sawah yang dipengaruhi air pasang surut yang berada di pinggiran sungai/parit

 Tempat bertanam padi pada waktu pasang air naik dan waktu surut air kering

 Sawah yang berada di pinggiran sungai, sumber pengairannya air pasang surut,yang ditanami padi jenis IR 64 pada bulan Juli- Pebruari (1 tahun 1 kali panen)

 Lahan cukup luas

 Bisa ditanami padi

 Pengelola banyak

 Pengairan cukup tersedia

 Saluran air ada dan lahan banyak

 Banyak hama kepik dan tikus

 Pada waktu pasang padi hanyut

 Harga racun tidak terjangkau

 Karena tergenang air

 Tidak adanya KUD sehingga harga murah

 Tidak adanya lumbung desa

 Harga racun meningkat

 Pendapatan rendah

 Kurangnya modal

 Bantuan dana tidak ada

 Tidak adanya koperasi simpan pinjam

Surjan (kolam) Lahan yang digali masyarakat pada saat membuat kebun yang berada di pemukiman penduduk

 Lahan banyak, setiap yang mempunyai kebun mempunyai surjan

 Sumber air ada

 Banyak ikan gabus, betok dan sepat

 Hasil pertanian padi kurang hasilnya

 Panen 1 kali setahun

 Terlalu luas lahan yang akan dibuat surjan

 Bibit ikan belum banyak

 Ikan banyak yang hilang dan mati

 Belum adanya pengolahan pertanian moderen dan menggunakan alat hand traktor (Alsintan)

 Belum ada modal dalam membuat surjan

 Bibit sulit dicari

 Tanahnya lumpur dan berlobang- lobang

 Belum ada empang

(33)

Klasifikasi Penggunaan Lahan, Model Pengelolaan Yang Diharapkan, Target

Penggunaan Lahan Berdasarkan Kebutuhan, Rencana Penggunaan Lahan Berdasarkan Kebutuhan

Desa : TALANG LUBUK

Kelompok : SKETSA DESA

Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005

Tabel F3 b. Klasifikasi Penggunaan Lahan, Model Pengelolaan Yang Diharapkan, Target Penggunaan Lahan Berdasarkan Kebutuhan, Rencana Penggunaan Lahan Berdasarkan Kebutuhan

No Klasifikasi

penggunaan lahan Model pengelolaan yang diharapkan Target penggunaan lahan berdasarkan kebutuhan

Rencana penggunaan lahan berdasarkan kebutuhan

1. Sawah tadah hujan  Adanya percetakan sawah, seperti adanya saluran irigasi, adanya penataan

penggunaan sawah secara teratur

 Pengelolaan menggunakan alat pertanian moderen dan panen dua kali setahun

 350 Ha

 2 x panen setahun

 Sawah yang beririgasi

 Adanya traktor

 Tata guna air teratur

Pembangunan irigasi primer, sekunder dan tersier

2. Hutan Gelam Dalam pengelolaan dibagi 3 yakni hutan gelam, hutan produktif dan hutan yang dijadikan lahan pertanian dan perkebunan

 Menjaga kelestarian alam

 Cara pengambilan kayu diatur

Dari luas hutan 50 ha, dibagi 1/3 bagian hutan lindung, 1/3 bagian hutan produktif dan 1/3 bagian dijadikan lahan lahan pertanian dan perkebunan

3. Semak belukar Harus dihilangkan  Dijadikan kebun dan sawah

 Target pengelolaan : 29 ha, 15 ha pertanian dan 14 ha perkebunan

Sawah dan kebun kelapa, sawit dan jeruk

4. Perkebunan kelapa, jeruk dll

Perkebunan kelapa dll tanpa galangan melalui pengaturan saluran air di sekitar lahan

 Adanya saluran pengaturan air

 Dapat menunjang perekonomian RT

 Target 14 ha

 Kebun kelapa sawit dusun I 10 dan dusun II 4 ha

 Setiap KK mengembangkan kebun secara bertahap min. ¼ ha per tahun

5. Pemukiman  Adanya sarana dan prasarana lengkap

 Ada pasar desa

 Adanya penerangan listrik

 Adanya SMP (1 unit)

(34)

No Klasifikasi

penggunaan lahan Model pengelolaan yang diharapkan Target penggunaan lahan berdasarkan kebutuhan

Rencana penggunaan lahan berdasarkan kebutuhan

 Adanya jalan darat  Adanya air bersih (35 unit)

 Adanya jalan aspal

 Adanya jembatan besi

 Lahan pekuburan umum (1,5 ha)

 Adanya sarana komunikasi 6. Surjan (kolam)  Kebun kangkung

 Membuat tambak udang

 Memakai empang

 20 ha kebun kangkung

 40 ha kolam

 Menggunakan bibit ikan unggul

(35)

SEJARAH PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN ZONASI DARI TAHUN KE TAHUN

Desa : TALANG LUBUK

Kelompok : SEJARAH PENGGUNAAN LAHAN DESA Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005

Tahun Sungai Pemukiman Perkebunan/kolam Sawah Semak belukar- Hutan gelam Hutan

1955

 Ikan banyak dan sungai dalam

 Air tidak asam

 Jenis ikan masih banyak

 Sungai masih banyak lubuk dan belum ada transmigrasi

 75 unit rumah

 150 KK

 350 jiwa penduduk

 Rumah berkelompok

 Jalan setapak

 Ada SR (1956)

 150 batang kelapa

 berkelompok 10 batang di pekarangan

 Sudah ada kolam di sela kelapa

 Banyak pohon nangka, jambu, jengkol dan rambutan

 Sawah banyak tapi tidak seluruhnya

 Membayar sewa

 Berkelompok 50 Ha

 Masih banyak jenis kayu

 Berada di pinggiran sawah, pemukiman, sekitar hutan dan tebat

 20 Ha berada di sekitar rawa-rawa dan pinggiran hutan lebat

 Hutan Rimba 100 ha

 Banyak jenis kayu

 Tahun 1960 terjadi kebakaran karena musim kemarau selama 9 bulan

 Binatang/pauna masih banyak

1970

 Ikan masih banyak

 Air tidak asam

 Jenis ikan banyak

 Ada 150 unit rumah

 175 KK

 1000 jiwa penduduk

 Kelapa 1000 batang

 Banyak tanaman seperti embacang, jengkol, pelam

 250 ha sawah

 Jenis padi kuring dan bugis yang umurnya 7 bulan

 Masyarakat mengenal sistem sonor

 Semak belukar, alang-alang dan belidang mulai berkurang

 Luas hutan gelam sekitar 10 ha

 Hutan rimba sekitar 50 ha

 Masih banyak hewan liar harimau, babi hutan dll

Matrik Kajian Sejarah Penggunaan Lahan Desa

(36)

Tahun Sungai Pemukiman Perkebunan/kolam Sawah Semak belukar- Hutan gelam Hutan

1980

 Ikan berkurang

 Sungai mulai dangkal

 Air mulai asam

 275 unit rumah

 250 KK

 1500 jiwa penduduk

 kelapa 1500 batang

 Ada pohon rambai

 Sawah padi 300 ha jenis padi kuning umur 7 bulan langsung panen

 Rumput, ilalang, belidang dan senayan mulai berkurang

 Hutan gelam tinggal 7,5 ha

 Hewan mulai berkurang, harimau sedikitrusa dan babi hutan masih ada

 Hutan masih sekitar 10 ha

1990

 Ikan berkurang

 Air mulai kering

 360 unit rumah

 540 KK

 1950 jumlah penduduk

 kelapa 2700 batang

 Ada kolam

 Sudah ada pohon manggis, embacang, pelam dll

 Sawah padi 450 ha

 Jenis padi Sanapi dan padi 42

 Sawah tadah hujan semakin luas

 Rumput sudah berkurang dan tidak tinggi lagi

 Hutan gelam semakin berkurang berubah menjadi sawah

 Babi hutan masih ada, monyet dll masih ada

 Kayu semakin berkurang

2005

 Sungai lebih dangkal

 Jenis ikan punah

 400 unit rumah

 630 KK

 2300 jumlah penduduk

 kelapa 3500 batang

 Jumlah meningkat dan jenis kelapa meningkat

 Ada tanaman sela

 Sawah 600 ha

 Jenis padi C4, P42,IR 64 umur 100 hari

 Sudah ada sawah tadah hujan

 Rumput berkurang

 Hanya sedikit yang menjadi semak belukar

 Hutan gelam tinggal 3 ha

 Kayu besar habis

 Babi hutan berkurang

 Rusa berkurang

 Hutan menjadi sawah

* angka yang ada dalam tabel di atas hanya berdasarkan perkiraan dari peserta workshop perencanaan tata guna laha desa Talang Lubuk

(37)

Inventarisasi Masalah dan Peringkat Masalah

Desa : TALANG LUBUK

Kelompok : SEJARAH PENGGUNAAN LAHAN DESA Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005

Tabel F1. Inventarisasi Masalah dan Peringkat Masalah

No Topik bahasan Detil masalah yang ada Skor

Sungai sudah sangat dangkal 4

1. Sungai

Jumlah dan jenis ikan sudah berkurang 4

2. Pemukiman Jalan rusak, jembatan putus 3

3. Kebun Hasil buah kelapa kurang banyak 3

4. Kolam Tidak dirawat dan kurang dimanfaatkan 3

5. Sawah Padi yang ditanam banyak yang rusak 4

6. Semak belukar Semak menjadi sumber hama penyakit 3

7. Hutan gelam Hutan gelam semakin sedikit 2

8. Hutan Hutan di kawasan desa sudah habis 2

(38)

Inventarisasi Masalah, Penyebab Masalah dan Potensi

Desa : TALANG LUBUK

Kelompok : SEJARAH PENGGUNAAN LAHAN DESA Pelaksanaan : 01 - 03 Oktober 2005

Tabel F2. Inventarisasi Masalah, Penyebab Masalah dan Potensi

No Detil masalah Penyebab masalah Potensi Skor

1. Sungai sudah sangat dangkal  Ada jalur transmigrasi

 Erosi di pinggir sungai

 Banyak sampah

 Sungainya ada

 Pasang surut

4

Jumlah dan jenis ikan sudah berkurang  Lebak2 di darat banyak yg kering

 Pestisida/insektisida sudah banyak yang digunakan

 Disetrum/diracun

 Sungainya ada

 Pasang surut

4

2. Jalan rusak, jembatan putus Jalannya tanah, jembatan kayu Gotong royong 3

3. Hasil buah kelapa kurang banyak  Kurang pemeliharaan

 Ada hama

 Banyak kebun kelapa

 Ada pengelolaan hasil kelapa (VCO,sabut dll)

3

4. Tidak dirawat dan kurang dimanfaatkan Tidak ada modal  Kolamnya banyak

 Tenaga kerja

3

5. Padi yang ditanam banyak yang rusak  Masih banyak hama

 Air asam

 Saluran belum banyak dibuat

 Adanya kelompok tani

 Sawah luas

4

6. Semak menjadi sumber hama penyakit  Tidak digarap dan dibersihkan

 Sering ditinggalkan selama 1-2 tahun

 Ada pemburu babi

 Gotong royong bersama

 Ada kelompok tani

3

7. Hutan gelam semakin sedikit  Sering ditebang orang

 Sering dijual masyarakat

 Aparat desa

 Lahan rawa2 masih luas

2

(39)

 Gotong royong 8. Hutan di kawasan desa sudah habis Dibuat kayu balok, dijual atau kebakaran  Lahan masih luas

 Rawa2 dan dataran kering

2

* Peserta sepakat masalah yang dibahas adalah yang mendapat skor 3 dan 4 Catatan;

Setiap masalah diberi penilaian sendiri kemudian diambil kesepakatan masalah apa saja yang akan diteruskan pembahasannya untuk mencari pemecahannya berdasarkan nilai masalah.

Nilai masalah;

4 = sangat penting 2 = kurang penting

3 = penting 1 = tidak penting

(40)

Inventarisasi Masalah dan Usulan Pemecahan Masalah berdasarkan Potensi

Desa : TALANG LUBUK

Kelompok : SEJARAH PENGGUNAAN RUANG DESA Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005

Tabel F3. Inventarisasi Masalah dan Usulan Pemecahan Masalah berdasarkan Potensi

No Detil masalah yang ada Usulan pemecahan masalah berdasarkan potensi

desa Pengelompokan usulan pemecahan masalah

1. Sungai sudah sangat dangkal  Pembuatan papan peringatan pelarangan pembuangan sampah di sungai

 Pembuatan tempat sampah di tempat tertentu

 Penghijauan di pinggir sungai

2. Jumlah dan jenis ikan sudah berkurang  Papan peringatan jangan memakai setrum/racun

 Pengembangan perikanan darat/kolam 3. Jalan rusak, jembatan putus  Bantuan perbaikan jalan

 Gotong royong untuk pengerasan tanah dan penimbunan lobang2 (aturan desa)

4. Hasil buah kelapa kurang banyak  Penimbunan dan perawatan dan diadakan penyuluhan PPL

 Melakukan promosi produk dari kelapa

5. Kolam Tidak dirawat dan kurang dimanfaatkan  Pengusulan modal untuk pengelolaan kolam (bibit dll) 6. Padi yang ditanam banyak yang rusak  Bantuan pupuk dan racun dari pemerintah

 Penyuluhan oleh PPL

 Membuat saluran air

7. Semak menjadi sumber hama penyakit  Gotong royong pembersihan semak belukar di desa

 Melakukan pemagaran di sekeliling sawah

8. Hutan gelam semakin sedikit  Melakukan pengaturan (aturan desa) tentang pengambilan pohon gelam

 Budidaya kayu gelam

A. Kategori Pertama; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk ATURAN DESA/ADAT

 Pembuatan papan peringatan pelarangan pembuangan sampah di sungai

 Papan peringatan jangan memakai setrum/racun

 Gotong royong untuk pengerasan tanah dan penimbunan lobang2 (aturan desa)

 Gotong royong pembersihan semak belukar di desa

 Melakukan pengaturan (aturan desa) tentang pengambilan pohon gelam

B. Kategori Kedua; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk kegiatan PENGEMBANGAN EKONOMI

 Pengembangan perikanan darat/kolam

 Melakukan promosi produk dari kelapa

 Pengusulan modal untuk pengelolaan kolam (bibit dll)

 Bantuan pupuk dan racun dari pemerintah

 Pengelolaan kawasan menjadi lahan pertanian

C. Kategori Ketiga; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk kegiatan PEMBANGUNAN FISIK DESA (SARANA dan PRASARANA)

(41)

No Detil masalah yang ada

desa Pengelompokan usulan pemecahan masalah

9. Hutan di kawasan desa sudah habis  Penghijauan di daerah rentan terbakar dengan tanaman lokal seperti sengon, sungkai, meranti dll

 Pengelolaan kawasan menjadi lahan pertanian

 Pembuatan tempat sampah di tempat tertentu

 Bantuan perbaikan jalan

 Membuat saluran air

 Melakukan pemagaran di sekeliling sawah

D. Kategori Keempat; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk kegiatan PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT

 penyuluhan PPL

 Penyuluhan oleh PPL

E. Kategori Kelima; Usulan Pemecahan masalah yang berbentuk kegiatan KONSERVASI

 Penghijauan di pinggir sungai

 Budidaya kayu gelam

 Penghijauan di daerah rentan terbakar dengan tanaman lokal seperti sengon, sungkai, meranti dll

(42)

Kalender Musim Talang Lubuk Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir

Desa : TALANG LUBUK

Kelompok : KALENDER MUSIM Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005

MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU TRANSISI

AKTIFITAS KEGIATAN

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

A. Lahan Rawa

 Mengambil kayu bakar dan kayu untuk kebutuhan

perbaikan rumah xxxx xxxx xxx

 Mencari ikan/tajur ikan xxx xx

B. Lahan Kering

 Merawat kebun dan memungut

hasil kebun xxxx xxx xx

 Menanam palawija xxxx

 Beternak itik, dll xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

C. Lahan Pasang Surut

 Menyemai bibit padi xxxx

 Menanam padi xxxx xxxx xxx

 Menggarap sawah xxxx xxxx xxxx

 Memelihara tanaman padi xxxx xxxx

 Panen xxx xxxx xxx

Matrik Kajian Kalender Musim

(43)

MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU TRANSISI AKTIFITAS KEGIATAN

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

D. Sungai

 Membersihkan sungai untuk

pengairan sawah xxxx

 Mencari ikan xxx xxx

 Mengangkut padi dari sawah

saat musim panen xxx xxxx xxx

(44)

Inventarisasi Masalah dan Peringkat Masalah

Desa : TALANG LUBUK

Kelompok : KALENDER MUSIM Pelaksanaan : 01 – 03 Oktober 2005

Tabel F1. Inventarisasi Masalah dan Peringkat Masalah

No Topik Pembahasan Masalah yang ada Skor

Musim hujan air tergenang sehingga tanaman padi sukar hidup 4

1. Lahan Rawa

Tanaman gelam tidak bisa tumbuh 3

Lahan dan kebun mudah terbakar 4

Banyak hama babi, tikus dan monyet 4

Bibit padi banyak yang mati 3

2. Lahan kering

Perkampungan ada masalah kesehatan 2

Banyak hama babi dan tikus dll 4

Sistem pengairan kurang baik 3

Tanaman padi tergantung hujan 3

3. Lahan Pasang Surut

Potensi tanaman palawija kurang bagus 2

Banyak sampah 3

Musim kering sungai tak bisa dimanfaatkan 4

Sering banjir 2

Sungai semakin dangkal 3

4. Sungai

Pada musim tertentu mengganggu kesehatan 4

* Peserta sepakat masalah yang dibahas adalah yang mendapat skor 3 dan 4 Catatan;

Setiap masalah diberi penilaian sendiri kemudian diambil kesepakatan masalah apa saja yang akan diteruskan pembahasannya untuk mencari pemecahannya berdasarkan nilai masalah.

Nilai masalah;

4 = sangat penting 2 = kurang penting

3 = penting 1 = tidak penting

(45)

Inventarisasi Masalah, Penyebab Masalah dan Potensi

Desa : TALANG LUBUK

Kelompok : KALENDER MUSIM Pelaksanaan : 01 - 03 Oktober 2005

Tabel F2. Inventarisasi Masalah, Penyebab Masalah dan Potensi

No Masalah Penyebab masalah Potensi

1. Musim hujan air tergenang sehingga tanaman padi sukar hidup

Saluran pembuangan air tidak ada dan tidak ada sumber air Banyak tenaga kerja untuk membuat saluran untuk membuang air

2. Tanaman gelam tidak bisa tumbuh Terus menerus tergenang air Semangat gotong royong

3. Lahan dan kebun mudah terbakar Semak belukar kering Kesadaran masyarakat

4. Banyak hama babi, tikus dan monyet Banyak semak belukar Kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan

semak belukar

5. Bibit padi banyak yang mati di musim kemarau Kurang air Ada jenis tanaman lain sebagai alternatif

6. Perkampungan ada masalah kesehatan Pada musim kemarau air asin masuk Ada beberapa bak penampung air hujan

7. Banyak hama babi dan tikus dll Banyak semak belukar Kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan

semak belukar

8. Tanaman padi tergantung hujan Kurangnya air hujan Ada tanaman lain yang lebih cocok dengan potensi

wilayah

9. Potensi tanaman palawija kurang bagus Sering terendam air pasang Ada tenaga/alat untuk membuat galangan

10. Pada musim surut sungai tak bisa dimanfaatkan Sungai dangkal Ada pengaruh pasang surut

11. Banyak sampah Karena sebagian besar membuang sabut kelapa ke sungai Ada tempat sampah

12. Pada musim tertentu mengganggu kesehatan Pada musim kemarau air asin masuk Ada sumur

13. Sering banjir Pasang tinggi dan hujan terus menerus Kehendak alam

14. Sungai semakin dangkal Sampah dan erosi Gotong royong

Referensi

Dokumen terkait

Kini, tawaran syukur Natal bagi kita semua adalah membangun sebuah perjuangan bersama agar Sukacita Sejati itu selalu tumbuh dan bersinar di dalam diri kita dan keluarga kita.. Rasul

Pada awal keberadaan usaha konveksi di Tingkir Lor, bahan baku yang digunakan adalah kain limbah industri konveksi Damatex. Kain limbah ini diperoleh atas

Contoh praktek baik untuk keterlibatan mahasiswa atau dosen muda dalam berbagai kegiatan akademik, mulai dari asistensi/responsi mata kuliah sampai menjadi “grader”

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan (1) terdapat hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan timbulnya penyakit skabies di

Dari tabel 5 diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden setelah penyuluhan mengenai penularan skabies tidak berbeda bermakna dengan karakteristik responden

Hal tersebut dapat menyebabkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan santri mengenai pencegahan skabies dengan karakteristik demografi santri yang meliputi

Penelitian oleh Ruthdiah Aprilia dengan judul Kontrol Kualitas Hasil Pengukuran Pihak Ketiga Pada PTSL Tahun 2017 di Kabupaten Semarang adalah bagaimana Kontrol

Setelah penjualan dan bagi hasil panen pertama selesai, pemilik lahan hanya mengeluarkan biaya bibit, pemeliharaan, keamanan, dan asuransi untuk periode berikutnya