• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus Daerah Persebaran Kisaran Inang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus Daerah Persebaran Kisaran Inang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus Daerah Persebaran

Kutu putih pepaya Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink merupakan hama yang berasal dari Meksiko. Kutu putih pepaya pertama kali dikoleksi di Meksiko pada tahun 1955 dan dideskripsikan pada tahun 1992 oleh Williams dan Granara de Willink (Muniappan et al. 2008). Sejak tahun 1992 hingga 2000, hama tersebut telah menyebar ke Amerika Tengah, Kepulauan Karibia, Florida, dan Amerika Selatan tropis. Hama tersebut ditemukan telah berkembang di wilayah Pasifik antara lain di Guam pada tahun 2002, di Republik Palau pada tahun 2003, dan di Kepulauan Hawaii pada tahun 2004 (Walker et al.

2003; Tanwar et al. 2010).

Kutu putih pepaya telah dilaporkan menyebar di Asia Tenggara dan Selatan antara tahun 2007 dan 2010. Pada tahun 2007, hama tersebut telah ditemukan di India (Tanwar et al. 2010). Pada tahun 2008, hama tersebut dilaporkan ditemukan pertama kali di Indonesia, tepatnya di Kebun Raya Bogor pada bulan Mei (Muniappan et al. 2008). Pada tahun 2010, hama tersebut ditemukan di Kamboja, Thailand, dan Filipina (Muniappan 2010).

Menurut Sartiami et al. (2009a) pertanaman pepaya di Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Tangerang, termasuk Propinsi DKI Jakarta telah terinfestasi hama kutu putih pepaya. Sementara itu, dua kabupaten di sekitar Bogor yang belum terinfestasi hama tersebut adalah Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Lebak.

Kisaran Inang

Menurut Miller & Miller (2002) dan Walker et al. (2003) P. marginatus memiliki lebih dari 25 genus tanaman inang, diantaranya tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti pepaya, jeruk, alpukat, terong, kembang sepatu, dan kamboja. Di Indonesia, hama tersebut dilaporkan menyerang 21 spesies tanaman dari beberapa famili seperti Caricaceae, Fabaceae, Aracaceae (talas-talasan), Cucurbitaceae (labu-labuan), Malvaceae (kapas-kapasan), Convolvulaceae

(2)

(kangkung-kangkungan), Myrtaceae (jambu-jambuan), Moraceae, Rubiaceae, dan Apocynaceae (Sartiami et al. 2009a).

Selain menyerang tanaman pertanian, kutu putih pepaya juga menyerang gulma, yaitu Abutilon indicum, Achyranthus aspera, Cleome viscosa, Commelina benghalensis, Convolvulus arvensis, Euphorbia hirta, Phyllanthus niruri, Leucas aspera, Ocimum sanctum, Parthenium hysterophorus, Tridax procumbens, Trianthema portulacastrum, dan Canthium inerme (Tanwar et al. 2010).

Morfologi

Kutu putih pepaya memilliki telur berwarna kuning kehijauan di dalam kantung telur (ovisac) yang panjangnya dua kali lipat atau lebih daripada panjang tubuhnya. Keseluruhan kantung telur ditutupi oleh lilin putih (Miller & Miller 2002).

Nimfa kutu putih pepaya instar pertama disebut crawler dan belum dapat dibedakan jenis kelaminnya. Panjang tubuh nimfa instar pertama adalah rata-rata 0,4 mm dengan kisaran 0,3-0,5 mm dan lebar tubuh rata-rata 0,2 mm dengan kisaran 0,2-0,3 mm (Miller & Miller 2002).

Nimfa kutu putih pepaya instar kedua sudah dapat dibedakan jenis kelaminnya dengan melihat warna tubuhnya. Nimfa instar dua jantan tubuhnya berwarna merah muda, sedangkan yang betina berwarna kuning. Kutu putih pepaya instar kedua memiliki panjang tubuh rata-rata 0,7 mm dengan kisaran 0,5- 0,8 mm dan lebar tubuh rata-rata 0,4 mm dengan kisaran 0,3-0,5 mm (Miller &

Miller 2002).

Kutu putih pepaya instar ketiga betina memiliki panjang rata-rata 1,1 mm dengan kisaran 0,7-1,8 mm dan lebar tubuh rata-rata 0,7 mm dengan kisaran 0,3- 1,1 mm (Miller & Miller 2002). Secara umum kutu putih pepaya instar ketiga betina ukuran tubuhnya lebih besar dan lebih lebar dibandingkan dengan yang jantan (Friamsa 2009).

Imago betina memiliki permukaan tubuh yang dilapisi oleh lilin putih tipis, memiliki rangkaian filamen lilin di sekitar tepi tubuh bagian posterior yang berukuran 1/4 kali panjang tubuhnya dan tidak memiliki sayap (Gambar 1A).

Panjang tubuh imago betina rata-rata 2,2 mm dengan kisaran 1,5-2,7 mm dan

(3)

lebar tubuh rata-rata 1,4 mm dengan kisaran 0,9-1,7 mm (Miller & Miller 2002).

Imago betina biasanya meletakkan 100-600 telur dalam satu kantung telur (ovisac). Peletakan telur biasanya berlangsung dalam 10 hari, dan pada hari kesepuluh nimfa instar satu atau crawler sudah mulai aktif mencari makan (Walker et al. 2003).

Imago jantan berwarna merah muda, terutama pada masa pra pupa dan pupa, sedangkan pada saat instar pertama dan kedua berwarna kuning. Panjang tubuh imago jantan rata-rata 0,6 mm dengan kisaran 0,5-1,0 mm dan lebar tubuh 0,3 mm dengan kisaran 0,2-0,6 mm (Gambar 1B). Imago jantan memiliki antena dengan 10 segmen, aedagus terlihat jelas, memiliki sejumlah pori lateral dan sayap berkembang dengan baik (Miller & Miller 2002).

A B

Gambar 1 Imago Paracoccus marginatus (A, betina; B, jantan; Sumber:

Walker et al. 2003)

Siklus Hidup

Kutu putih pepaya betina dan jantan memiliki tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 2). Kutu putih pepaya betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis bertahap), yaitu terdiri dari stadium telur, stadium nimfa yang terdiri dari instar pertama hingga ketiga, dan stadium imago yang

(4)

tidak memiliki sayap. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu generasi adalah sekitar satu bulan dan bergantung pada temperatur. Kutu putih pepaya jantan mengalami metamorfosis holometabola (metamorfosis sempurna), yaitu terdiri dari stadium telur, stadium nimfa yang terdiri dari instar pertama, instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa, dan instar keempat berupa pupa, dan stadium imago yang memiliki sepasang sayap (Tanwar et al. 2010).

Gambar 2 Siklus hidup Paracoccus marginatus (Sumber: Tanwar et al. 2010)

Gejala Kerusakan

Koloni kutu putih pepaya biasanya ditemukan di permukaan bawah daun dan terdapat di sekitar tulang daun. Kutu putih pepaya merusak tanaman inang dengan cara menghisap cairan tanaman yang terdapat pada pembuluh floem. Daun tanaman yang terserang P. marginatus pada umumnya menjadi berkerut, dan jika serangannya berat menyebabkan daun menjadi kuning, kering, dan akhirnya gugur. Selain daun, P. marginatus juga menyerang bagian batang, pucuk, dan buah. Serangan kutu putih pepaya pada pucuk menyebabkan daun menjadi mengkerut dan keriting dan akhirnya mati (Gambar 3). Serangan kutu putih

Waktu penetasan 10 hari

Instar 1

Instar 2

Instar 3

Instar 4 Betina Jantan

Ovisac 150-600 telur

Siklus hidup Betina 24-26 hari Jantan 27-30 hari Pada 25ºC & RH 65%

(5)

pepaya mengakibatkan bunga dan buah pepaya gugur sebelum waktunya. Selain menyebabkan kerusakan pada daun, batang, buah, dan bunga, kutu putih pepaya menghasilkan embun madu yang dapat memicu tumbuhnya cendawan jelaga.

Cendawan jelaga tumbuh dan berkembang menutupi permukaan daun sehingga menghambat proses fotosintesis (Miller & Miller 2002; Muniappan et al. 2010).

Gambar 3 Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan Paracoccus marginatus pada daun papaya (Sumber: Walker et al. 2003)

Musuh Alami Paracoccus marginatus

Menurut Muniappan et al. (2006), musuh alami untuk kutu putih pepaya di daerah asalnya di Meksiko adalah Acerophagus papayae Noyes and Schauff, Anagyrus loecki Noyes and Menezes, Pseudoleptomastix mexicana Noyes and Schauff. Coccinellid predator yang digunakan untuk mengendalikan kutu putih adalah Cryptolaemus montrouzieri (Coleoptera: Coccinellidae).

Menurut Sartiami et al. (2009b), musuh alami untuk kutu putih pepaya yang ditemukan di wilayah Bogor untuk golongan predator terdiri dari Ordo Diptera dari Famili Syrphidae; Ordo Coleoptera dari Famili Coccinellidae; dan Ordo Neuroptera dari Famili Chrysopidae. Dari golongan parasitoid yang ditemukan adalah Ordo Hymenoptera dari Famili Encyrtidae, Braconidae, Scelionidae, dan

(6)

Eulophidae. Predator yang ditemukan dari wilayah Bogor sama dengan yang ditemukan di Sukabumi yaitu Scymnus sp., Curinus coeruleus, Chilocorus sp. dan Cryptolaemus montrouzieri.

Selain parasitoid dan predator, ditemukan juga cendawan yang menyerang kutu putih pepaya. Cendawan yang ditemukan menginfeksi kutu putih pepaya merupakan cendawan Ordo Entomophthorales (Keller dan Petrini 2007; Sartiami et al. 2009a).

Acerophagus pepayae Noyes & Schauff

Parasitoid Acerophagus pepayae Noyes & Schauff termasuk ke dalam Ordo Hymenoptera, Super Famili Chalcidoidea dan Famili Encyrtidae. Parasitoid A.

papayae dinamai berdasarkan inang kutu putih tersebut yaitu tanaman pepaya.

Parasitoid ini awalnya ditemukan pada P. marginatus di Meksiko dan dideskripsikan untuk pertama kalinya oleh Noyes dan Schauff (2003).

Menurut Amarasekare (2007), parasitoid A. papayae dapat berkembang pada nimfa kutu putih pepaya instar kedua, instar ketiga betina, dan imago betina kutu putih pepaya. Tidak ada keturunan parasitoid yang muncul pada nimfa instar pertama kutu putih pepaya. Parasitoid menyeleksi instar nimfa kutu putih pepaya pada saat melakukan oviposisi ketika parasitoid diberikan pilihan. Tingkat parasitisasi A. papayae tertinggi terjadi pada nimfa kutu putih instar kedua.

Imago A. papayae secara umum berwarna oranye pucat dengan sayap yang transparan. Parasitoid A. papayae memiliki tipe telur encyrtiform, tipe larva hymenopteriform dan tipe pupa eksarata. Persentase kemunculan tertinggi imago parasitoid A. papayae, baik betina, jantan maupun keduanya yaitu pada kisaran jam 06.00-09.00 dengan nilai persentase lebih dari 85 %. Lama hidup imago betina yang diberi madu yaitu 7,55 hari dan lama hidup imago jantan yaitu 7,25.

Lama hidup imago betina dan jantan yang dipelihara tanpa madu berkisar antara 1-3 hari (Sutardi 2011). Siklus hidup A. papayae berkisar antara 13-15 hari dengan siklus hidup parasitoid jantan yang lebih pendek bila dibandingkan dengan siklus hidup parasitoid betina (Amarasekare 2007).

Imago jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan bentuk antena, warna abdomen, dan alat kelamin. Imago betina memiliki antena yang terdiri dari 10

(7)

ruas (skapus, pedisel, 5 ruas funikel, dan 3 ruas klava) yang menggada pada ujungnya, sedangkan imago jantan 8 ruas (skapus, pedisel, 5 ruas funikel, dan klava yang tidak beruas). Abdomen imago betina umumnya mempunyai warna yang lebih terang, sedangkan imago jantan berwarna lebih gelap pada bagian dorsal tubuhnya. Alat kelamin imago parasitoid dibedakan dengan adanya ovipositor pada imago betina di bagian ventral ujung abdomennya, sedangkan imago jantan tidak (Sutardi 2011). Imago betina A. papayae memiliki ukuran tubuh 0,85 mm, sedangkan imago jantan memiliki ukuran yang lebih kecil dari imago betina yaitu 0,44-0,66 mm (Noyes dan Schauff 2003).

Parasitoid A. papayae merupakan serangga asli Meksiko, diperkenalkan sebagai pengendali hayati kutu putih pepaya ke berbagai negara termasuk USA (Florida, Peurto Riko, Hawaii), Palau, Sri Lanka, dan lain-lain. Secara tidak sengaja parasitoid ini dimasukkan dan menetap di Maldives Asia Selatan. Telah dilaporkan juga bahwa secara tidak sengaja parasitoid ini masuk dan menetap di Bogor, Indonesia. Parasitoid ini diperkenalkan di India dan dilepas di lapangan pada bulan Juli 2010 setelah dikarantina di Andhra Pradesh, Karnataka, Kerala, Tamil Nadu, Maharashtra, dan Tripura (Muniappan 2010).

Anagyrus loecki Noyes & Menezes

Parasitoid Anagyrus loecki Noyes & Menezes merupakan parasitoid yang berasal dari Ordo Hymenoptera dan famili Encyrtidae. Imago betina A. loecki memiliki tubuh dengan ukuran antara 1,45-1,75 mm, sedangkan imago jantan memiliki tubuh dengan ukuran antara 0,95-1,10 mm. Imago betina A. loecki memiliki tubuh berwarna jingga dan antena berwarna hitam dengan warna putih pada bagian 1/3 distal. Imago jantannya berwarna coklat kehitaman hingga hitam.

Parasitoid A. loecki dideskripsikan dari spesimen yang berasal dari Costa Rica.

Penyebaran A. loecki termasuk ke wilayah Saint Kitts dan Nevis, Meksiko, Florida, dan Texas. Inang A. loecki adalah P. madeirensis, Dysmicoccus dan Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink. Dilaporkan bahwa parasitoid A. loecki digunakan sebagai pengendali biologi. Parasitoid A. loecki telah berhasil dilepaskan sebagai musuh alami kutu putih pepaya di Republik

(8)

Dominika dan Peurto Rico dan dilaporkan bahwa A. loecki telah menurunkan populasi kutu putih pepaya sebanyak 97% (Noyes 2000).

Pseudleptomastrix mexicana Noyes & Schauff

Parasitoid Pseudleptomastrix mexicana Noyes & Schauff merupakan parasitoid yang berasal dari Ordo Hymenoptera dan famili Encyrtidae. Imago betina P. mexicana memiliki tubuh dengan ukuran 1 mm, sedangkan imago jantan memiliki tubuh dengan ukuran antara 0,6-0,85 mm. Imago jantan maupun betina parasitoid P. mexicana memiliki tubuh berwarna coklat kehitaman hingga hitam mengkilat dan tegula berwarna krem hingga kekuningan. Di negara asalnya, inang parasitoid P. mexicana adalah P. marginatus. Parasitoid P. mexicana lebih menyukai inang P. marginatus nimfa instar dua. Penyebaran parasitoid P.

mexicana telah dilakukan ke beberapa negara, antara lain Costa Rica, Meksiko, Amerika Serikat (Florida), Republik Kepulauan Palau, Hawaii, Sri Lanka, dan India (Amarasekare 2007).

Cryptolaemus montrouzieri Mulsant

Kumbang Cryptolaemus montrouzieri adalah kumbang predator yang berasal dari Ordo Coleoptera dan Famili Coccinellidae. Tidak seperti kumbang lainnya, kumbang ini hidup tidak berkelompok. Kumbang C. montrouzieri memiliki tubuh berwarna hitam mengkilap dengan kepala berwarna jingga tidak mengkilap (Gambar 4). Kumbang C. montrouzieri merupakan serangga yang menguntungkan karena dapat memakan hama seperti kutu putih. Beberapa hama yang menjadi mangsa kumbang C. montrouzieri adalah Planacoccus citri, Pseudococcus comstocki, P. obscurus, Phenacoccus solenopsis, P. gossypii, dan P. longispinus (Kalshoven 1981).

Kumbang C. montrouzieri memiliki panjang 4-4,5 mm dan lebar 3 mm.

Siklus hidup kumbang tersebut adalah 4-5 minggu untuk daerah Bogor. Jika makanannya berkurang maka ukuran tubuh kumbang tersebut juga akan berkurang (Kalshoven 1981).

(9)

Gambar 4 Imago kumbang Cryptolaemus montrouzieri (Sumber: Tanwar et al.

2010) Scymnus spp.

Kumbang Scymnus spp. merupakan predator dari Ordo Coleoptera famili Coccinellidae. Scymnus spp. merupakan kumbang predator pada beberapa kutu tanaman atau serangga lain yang lebih kecil. Kumbang tersebut memiliki tubuh dengan panjang kurang dari 2 mm (Kalshoven 1981).

Curinus coeruleus Mulsant

Kumbang Curinus coeruleus Mulsant merupakan kumbang predator dari Ordo Coleoptera dan famili Coccinellidae. Kumbang dewasa memiliki elitra berwarna biru pekat. Kumbang jantan memiliki karakteristik yang khas yaitu klipeus, labrum, dan gena berwarna oranye, sedangkan pada kumbang betina, bagian-bagian tersebut berwarna biru pekat seperti sayap depannya (elitra).

Kumbang C. coeruleus memiliki telur yang berwarna putih mengkilap, yang berbentuk lonjong atau memanjang. Larva instar pertama berwarna abu-abu kemudian pada instar yang lebih besar warnanya menjadi biru kehitaman dengan bulu-bulu kasar. Biasanya ukuran tubuh imago jantan kumbang C. coeruleus sedikit lebih kecil dibandingkan yang betina dan memiliki siklus hidup antara 25- 37 hari. Imago jantan C. coeruleus memiliki ciri khusus, yaitu bagian klipeus, gena, dan labrum berwarna jingga, demikian juga bagian front. Imago betina C.

coeruleus meletakkan telur pada celah-celah atau lipatan tanaman. Serangga ini memiliki sifat kanibalisme, baik antar larva, larva terhadap telur maupun serangga dewasa terhadap telur dan larva (Mahrub 1987).

(10)

Chilocorus sp.

Kumbang Chilocorus sp. merupakan kumbang predator dari Ordo Coleoptera, famili Coccinellidae. Kumbang Chilocorus sp. memiliki panjang sekitar 5 mm dengan siklus hidup antara empat sampai delapan pekan. Kumbang Chilocorus sp. lebih suka pada lingkungan yang terlindungi dari panas yang ekstrim, kelembaban udara rendah, bebas debu, dan bebas pestisida (Crawford 2011).

Cendawan Entomophtorales

Ordo Entomophthorales termasuk ke dalam kelas Zygomycetes. Bagian terpenting dari cendawan Entomophthorales adalah kemampuannya dalam menyebabkan epizootics (menginfeksi banyak hewan atau serangga pada satu daerah dalam waktu bersamaan secara cepat) dan mengurangi populasi serangga pada inang dalam waktu singkat. Oleh karena itu, jenis cendawan ini sangat penting sebagai musuh alami dan efisien dalam mengendalikan serangga yang menyerang tanaman inang. Fakta yang ada menyebutkan bahwa ada sekitar 70 jenis cendawan yang telah dilaporkan menjadi musuh alami pada serangga hama dan tungau (Humber 1989).

Cendawan Entomophthorales yang ditemukan menginfeksi pada P.

marginatus adalah Neozygites fumosa (Keller dan Petrini 2005). Kutu putih pepaya yang diduga terinfeksi Cendawan Entomophthorales akan mengalami perubahan warna menjadi kehitaman (Shylena 2011). Infeksi cendawan pada kutu putih pepaya terjadi di pertanaman pepaya di Kota dan Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Cianjur, dan Tanggerang dengan persentase infeksi yang beragam (Sartiami et al. 2009b).

Gambar

Gambar 2  Siklus hidup Paracoccus marginatus (Sumber: Tanwar et al. 2010)
Gambar  3  Gejala  kerusakan  yang  ditimbulkan  oleh  serangan  Paracoccus  marginatus pada daun papaya (Sumber: Walker et al
Gambar 4  Imago kumbang Cryptolaemus montrouzieri (Sumber: Tanwar et al.

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi insektisida dengan bahan aktif imidakloprid secara tunggal dapat menurunkan populasi hama kutu putih pepaya hingga 40% setelah empat kali aplikasi,

Judul penelitian ini adalah Biologi Perkembangan dan Neraca Hayati Kutu Putih Pepaya, Paracoccus marginatus (Williams & Granara de Willink) (Hemiptera: Pseudococcidae) pada

Dengan ini saya me nyatakan bahwa tesis “ Neraca Hayati dan Pemangsaan Curinus coeruleus Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae) pada Kutu Putih Pepaya, Paracoccus

Biologi dan neraca hayati kutu putih pepaya Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) pada tiga jenis tumbuhan inang.. Kutu

Aplikasi sereh wangi konsentrasi 2 mL/L dapat menyebabkan kematian 100% kutu putih nimfa instar 3 pada 4 jam setelah aplikasi dengan menggunakan metode semprot serangga pada

sehingga dilakukan kajian awal tentang penyebaran hama kutu putih pepaya Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae)

Nimfa kutu putih pepaya instar kedua dicirikan oleh warna tubuh nimfa kutu putih jantan yang berwarna merah muda atau nimfa telah berumur sekitar 5 hari setelah telur

Biologi dan neraca hayati kutu putih pepaya Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) pada tiga jenis tumbuhan inangP. Kutu