• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITHING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITHING"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITHING SECARA VOLUNTARY (STUDI EMPIRIS PADA

PERUSAHAAN JASA SUBSEKTOR PROPERTY DAN REALESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2014)

OLEH

BERNADETTE NATASHA 120503267

DEPARTEMEN AKUNTANSU PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ―Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching Secara Voluntary (Studi Empiris pada Perusahaan Jasa Subsektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014‖ adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan bebanm akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku

Medan, Maret 2016

Bernadette Natasha NIM. 120503267

(3)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITCHING SECARA VOLUNTARY (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN JASA SUBSEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2014)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching secara voluntary. Variabel-variabel yang diduga mepengaruhi yaitu ukuran KAP, ukuran klien, financial distress, dan pergantian manajemen.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan jasa subsektor property dan real estate yang listing di BEI pada periode 2012-2014. Metode untuk menentukan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014, perusahaan yang melakukan auditor switching dikarenakan peraturan No. 17/PMK.01/2008 dan perusahaan yang telah menyajikan laporan keuangan dengan lengkap dan dapat diakses. Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh 29 perusahaan selama tiga tahun pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan variabel ukuran KAP, ukuran klien, financial distress, dan pergantian manajemen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap auditor switching secara voluntary.

Kata Kunci : Auditor switching, voluntary, Bursa Efek Indonesia, Purposive Sampling, ukuran KAP, ukuran Klien, financial distress, dan pergantian manajemen.

(4)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF FACTORS THAT AFFECTING AUDITOR SWITCHING VOLUNTARILY (EMPIRICAL STUDY ON PROPERTY AND

REAL ESTATE COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA EXCHANGE STOCK 2012-2014)

This study aimed to examine the factors that affect the auditor switching voluntarily. Variables that considered to affect are audit firm size, client size, financial distress, and management changing.

The population in this study are all property dan real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange, periode 2012-2014. The method used to determine sample is purposive sampling. The criteria are property and real estate companies listed in IDX period 2012-2014, companies which switching auditor due to regulation No. 17/PMK.01/2008, and firm serving the complete financial statement and accessible. Based on those criteria, 29 companies acquired during three years observation.

The analysis showed that audit firm size, client size, financial distress, and management changing not significantly influence to the auditor switching voluntarily.

Keywords : Auditor switching, voluntary, Indonesia Exchange Stock, audit firm size, client size, financial distress, management exchange.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji, syukur, dan hormat bagi Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus atas segala anugerah dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih ya Allah untuk segala penyertaan, berkat, dan kasih yang Engkau berikan bagiku.

Skripsi ini berujudul, ―Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor Swithing secara Voluntary (Studi Empiris pada Perusahaan Jasa Subsektor Property dan Realestate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012- 2014)‖ disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyusunan dan penulisan, penulis telah begitu banyak menerima bantuan baik secara matrial maupun moril. Oleh, sebab itu, pebulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., C.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Firman Syarif, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

(6)

4. Bapak Fahmi Natigor Nasution, S.E., M. Acc., Ak. selaku dosen pembimbing saya, yang telah memberikan waktu dan perhatiannya untuk membimbing, mengarahkan, dan memperbaiki penulisan skripsi saya.

5. Ibu Dra. Mutia Ismail M.M., Ak., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran yang membangun, serta Ibu Dra.

Nurzaimah, M.M., Ak., selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Kepada seluruh dosen Akuntansi yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran selama perkuliahan penulis di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

7. Kedua orang tua penulis, Yuster Saragi Turnip dan Mesti Sihaloho yang tetap setia dalam doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang mendorong penulis untuk terus memberikan yang terbaik bagi diri sendiri, Tuhan, dan keluarga.

8. Kepada kakak dan adik-adik penulis, Yessica Hannauli, Martina Putri, dan Juli Patricia, terima kasih untuk perhatian, candaan, dan semangatnya!

9. Sahabat-sahabatku, Audrey, Cynthia, Devi, Helena, Nia, Rimmaniar, Yose, yang sama-sama berjuang dan menyemangati. Terima kasih untuk semua kegilaan, perhatian, dan keanehan selama masa kuliah ini.

10. Cinthya, Jelita, Unita, Sarah, dan semua teman-teman Akuntansi 2012, terima kasih untuk tahun-tahun yang boleh dijalani bersama. Terima kasih juga untuk Intan, adikku tersayang Akuntansi 2013.

(7)

11. KTB-ku Naova Solas, Kak Dinar, Kak Yosi, Anggreni, dan Junita, terima kasih untuk dukungan lewat doa dan sharing yang boleh membuat penulis semakin dekat dengan Dia.

12. Ines, dan semua teman-teman Marturia maupun Sarmine Limo yang mengisi hari-hari di Gg. Sarmin.

13. Karyawan di Jurasan Akuntansi, Bagian Akademik, Perpustakaan FEB USU, yang membantu dalam hal administrasi. Kepada supir Linus, yang selalu mengantar dan menjemput setiap hari.

14. Dan kepada pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Biar kiranya Tuhan yang memberikan berkat dan yang membalaskan kebaikan dan setiap bantuan yang diberikan kepada penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu peneliti sangat mengharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Biar kiranya skripsi ini bermanfaat bagi dunia auditing dan bagi kita semua.

Medan, Maret 2015

Bernadette Natasha 120503267

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori... 11

2.1.1 Teori Agensi... 11

2.1.2 Peraturan Menteri Keuangan RI No. 17/PMK.01/ 2008.. 12

2.1.3 Auditor Switching... 14

2.1.4 Ukuran KAP... 15

2.1.5 Ukuran Klien... 16

2.1.6 Financial Distress... 16

2.1.7 Pergantian Manajemen... 17

2.2 Penelitian Terdahulu... 18

2.3 Kerangka Konseptual... 23

2.4 Hipotesis Penelitian... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 28

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 28

3.3 Jenis Data dan Sumber Data... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data... 31

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian... 31

3.5.1 Variabel Terikat... 31

3.5.2 Variabel Bebas... 32

3.6 Metode Analisis Data... 36

3.6.1 Statistik Deskriptif... 36

3.6.2 Pengujian Hipotesis Penelitian... 37

3.6.2.1 Uji Multikolinearitas... 37

3.6.2.2 Overall Model Fit... 38

3.6.2.3 Koefisien Determinasi... 38

3.6.2.4 Menguji Kelayakan Model Regresi... 39

3.6.2.6 Model Regresi Logistik yang Terbentuk... 40

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Penelitian...

4.2 Analisis Hasil Penelitian...

4.2.1 Statistik Deskriptif...

4.2.2 Hasil Pengujian Hipotesis...

4.2.2.1 Hasil Uji Multikolinearitas...

4.2.2.2 Menguji Keseluruhan Model...

4.2.2.3 Menguji Koefisien Determinasi...

4.2.2.4 Menguji Kelayakan Model Regresi...

4.2.2.5 Menguji Regresi Logistik...

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...

4.3.1 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Auditor Switching secara Voluntary...

4.3.2 Pengaruh Ukuran Klien terhadap Auditor Switching secara Voluntary...

4.3.3 Pengaruh Financial Distress terhadap Auditor

Switching secara Voluntary...

4.3.4 Pengaruh Pergantian Manajemen terhadap

Auditor Switching secara Voluntary...

42 42 42 47 47 48 50 50 51 53 53 54 55 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan...

5.2 Saran...

58 59 DAFTAR PUSTAKA... 61 LAMPIRAN... 64

(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu... 21

3.1 3.2 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria... Definisi Operasional... 30 35 4.1 Statistik Deskriptif Variabel-variabel Penelitian... 43

4.2 Statistik Frekuensi Variabel Penelitian... 44

4.3 Statistik Frekuensi Variabel Auditor Switching... 44

4.4 Statistik Frekuensi Variabel Ukuran KAP... 45

4.5 Statistik Frekuensi Variabel Financial Distress... 45

4.6 Statistik Frekuensi Variabel Pergantian Manajemen... 46

4.7 Uji Multikolinearitas... 47

4.8 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Awal... 48

4.9 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Akhir... 49

4.10 Koefisien Determinasi... 50

4.11 Menguji Kelayakan Model Regresi... 50

4.12 Menguji Regresi Logistik... 51

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran... 23

(12)

No. Lampiran Judul Halaman 1

2 3 4 5 6 7

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria…...

Data Olahan Ukuran KAP...

Data Olahan Ukuran Klien (LnTA)...

Data Olahan Financial Distress...

Data Olahan Pergantian Manajemen...

Data Olahan Auditor Switching secara Voluntary...

Hasil Olahan SPSS...

64 67 68 69 70 71 72

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Independensi merupakan faktor yang sangat penting untuk memberikan keyakinan kepada pengguna laporan keuangan akan kualitas sebuah laporan keuangan. Independensi ini mutlak harus ada pada diri auditor. Berdasarkan Peraturan 101—Independesi dalam Kode Perilaku Profesional AICPA. Menurut Boyton et al. (2008: 106) dinyatakan bahwa

Seorang CPA yang berpraktik publik harus bersikap independen dalam melaksanakan jasa profesional sebagaimana disyaratkan oleh standar resmi yang diumumkan oleh badan-badan yang ditunjuk oleh Dewan.

Karena itu proses audit harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen (Arens et al., 2003). Sikap independensi bermakna bahwa auditor tidak mudah dipengaruhi, sehingga auditor dapat melaporkan apa saja yang ditemukannya selama proses auditing (Anderson et al, 2004).

Auditor yang tidak memiliki sikap objektivitas dan independensi dapat memicu terjadinya opinion shopping. Seperti kasus Enron yang terjadi pada tahun 2001 di Amerika Serikat, yang mana Anderson tidak dapat mempertahankan sikap independensinya. Akibat skandal tersebut pemerintah dan lembaga legislatif Amerika Serikat mengeluarkan Sarbanes Oxley Act (SOA) untuk mencegah terjadinya kasus yang serupa.

(14)

SOA bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan investor pasca skandal akuntansi dari kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat. Banyak negara yang menggunakan SOA untuk memperbaiki struktur pengawasan kinerja KAP, dengan cara menerapkan rotasi KAP maupun rotasi auditornya.

Di Indonesia, kasus mengenai auditor yang tidak dapat mempertahankan sikap independensinya terjadi pada PT Kimia Farma yang terjadi pada tahun 2002. Pada kasus PT Kimia Farma diketahui bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut diaudit oleh KAP Hans Tuanakotta dan Mu‘stofa (HTM). Auditor yang melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan PT Kimia Farma dianggap kurang professional karena tidak mampu mendeteksi adanya fraud dalam laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak manajemen perusahaan. Selain kasus yang terjadi di PT Kimia Farma, kasus serupa juga terjadi pada Bank Lippo.

Kasus yang terjadi pada Bank Lippo disebabkan oleh KAP Prasetyo, Sarwoko, dan Sandjaja terlembat penyampaian informasi mengenai adanya penurunan AYDA selama 35 hari dan memberikan ―opini wajar tanpa pengecualian‖ atas laporan keuangan Bank Lippo, dimana auditor belum melakukan pemeriksaan secara rinci dan belum diauditnya laporan keuangan.

Pemerintah Indonesia juga mewajibkan dilakukannya rotasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Auditor secara periodik. Kewajiban rotasi bagi auditor diatur di dalam Keputusan Menteri Keungan No.

(15)

423/KMK.06/2002 (pasal 6) yang di amandemen menjadi Keputusan Menteri Keuangan No. 359/KMK.06/2003 tentang, ‗Jasa Akuntan Publik‘

(pasal 2). Peraturan ini kemudian disempurnakan lagi oleh para regulator dan menghasilkan aturan yang baru, yaitu Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang ―Jasa Akuntan Publik‖ pada bagian kedua pasal 3. Peraturan ini mengatur bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan oleh KAP paling lama enam tahun buku berturut-turut dan bagi Akuntan Publik paling lama tiga tahun buku berturut-turut.

Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai rotasi auditor. Fenomena rotasi auditor pertama kali diteliti oleh American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) sekitar tahun 1970-an.

AICPA menyatakan bahwa rotasi auditor menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi oleh Certified Public Accountant (Ismail et al, 2008).

Oleh sebab itu, banyak yang tidak setuju dengan gagasan rotasi auditor yang dianjurkan oleh AICPA, karena mereka percaya bahwa cost dan fee audit pasti akan membengkak (dalam Priambardi, 2014). Menurut Siregar et al. (2011), rotasi auditor dapat menurunkan kualitas audit.

Rotasi auditor dapat terjadi secara mandatory (wajib) atau secara voluntary (sukarela). Pergantian auditor secara mandatory merupakan pergantian auditor dikarenan telah berakhir masa penugasan audit. Pada perusahaan yang belum melampaui batas audit tenure yang ditentukan, namun perusahaan telah melakukan rotasi auditor disebut pergantian

(16)

auditor secara sukarela. Keputusan untuk merotasi auditor didasarkan pada keinginan perusahaan itu sendiri bersifat voluntary. Pergantian auditor secara voluntary dapat berasal baik dari sisi klien (misalnya kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering, dan sebagainya) maupun dari sisi auditor (misalnya fee audit, kualitas audit, dan sebagainya) (dalam Netti, 2014). Rotasi auditor secara voluntary dapat menimbulkan pertanyaan bagi pengguna laporan keuangan sehingga penting untuk diketahui faktor penyebabnya. Keputusan perusahaan untuk melakukan rotasi auditor secara voluntary menarik untuk diteliti, karena banyak faktor yang melatarbelakanginya. Faktor- faktor penyebabnya dapat dipengaruhi dari internal perusahaan maupun dari auditor itu sendiri.

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai rotasi KAP, dengan bebagai faktor dan hasil yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan oleh Hudaib dan Cooke (2005) pada perusahaan listed di United Kingdom (UK) yang kesulitan keuangan dan mengalami perubahan pada manajemennya memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (qualified audit opinion). Kesulitan keuangan lebih penting dalam menentukan opini audit bila dibandingkan dengan perubahan dalam manajemen. Selain itu, pada penelitian tersebut juga dihasilkan bahwa auditee memiliki kecenderungan untuk melakukan rotasi auditor setelah menerima opini wajar dengan pengecualian.

(17)

Damayanti dan Sudarma (2007) juga melakukan penelitian mengenai auditor switching. Namun, hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan hasil yang berbeda, yang mana tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pergantian manajemen, opini akuntan, kesulitan keuangan, dan persentase perubahan ROA terhadap keputusan rotasi audit, sedangkan untuk variabel ukuran KAP dan fee audit memiliki pengaruh yang signifikan.

Penelitian Chadegani, et al. (2011) yang dilakukan di Iran, menunjukkan bahwa dari enam variabel yang diteliti hanya variabel ukuran KAP yang berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan rotasi audit. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas opini audit dengan rotasi auditor.

Dan juga, opinion shopping tidak perlu menjadi perhatian di Tehran Stick Exchange (TSE).

Yanwar Titi Pratitis (2012) juga melakukan penelitian mengenai auditor switching. Pratitis menggunakan tiga variabel yaitu ukuran kap, ukuran klien, dan financial distress. Hasil penelitian yang dilakukan Pratitis menunjukkan bahwa hanya variabel ukuran KAP yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan auditor switching, sementara variabel ukuran klien dan financial distress tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan rotasi auditor.

(18)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek Puspa (2015) digunakan variabel audit delay, opini audit, reputasi auditor, dan pergantian manajemen. Variabel audit delay, reputasi auditor dan pergantian manajemen berpengaruh signifikan pada voluntary auditor switching secara voluntary. Sementara variabel opini audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan untuk melakukan auditor switching secara voluntary.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Pratitis (2012). Adapun variabel yang digunakan pada penelitian Pratitis (2012) adalah ukuran KAP, ukuran klien, dan financial distress. Pada penelitian ini digunakan variabel ukuran KAP, ukuran klien, financial distress, dan pergantian manajemen. Peneliti menambahkan variabel pergantian manajemen berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek Puspa Pratiwi (2015).

Motivasi penelitian ini adalah untuk menguji penelitian dari Pratitis (2012) dan Ni Kadek Puspa (2015) atas faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching secara voluntary pada perusahaan jasa subsektor property dan realestate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan motivasi peneliti menggunakan perusahaan Jasa Subsektor Property dan Real Estate adalah pertumbuhan dan perkembangan perusahaan pada sektor ini sangat baik dan terdapat perusahaan yang baru melakukan IPO pada awal hingga pertengahan tahun 2015 ini, seperti PT Binakarya Jaya Abadi Tbk, PT Puradelita Lestari Tbk, PT Mega Manunggal Property Tbk,

(19)

dan PT PP Properti Tbk. Selain itu, penghilangan pajak berganda untuk dana investasi real estate atau Real Estate Investment Trust (REIT) dianggap mampu mendorong perkembangan industri property, dikarenakan meningkatnya pendapatan perusahaan property. Hal ini ditandai dengan maraknya pembangunan perumahan, apartemen, perkantoran, dan perhotelan. Penelitian ini mengambil sampel penelitian yaitu laporan keuangan perusahaan jasa subsektor property dan real estate tahun 2012-2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa rotasi auditor dapat terjadi secara mandatory ataupun voluntary, dan terdapat peraturan yang mengatur tentang dilakukannya rotasi auditor, yaitu dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 17/PMK.01/2008 yang berisi tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling lama enam tahun buku berturut- turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama tiga tahun buku berturut-turut dan bersifat mandatory. Namun, terdapat faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan rotasi audit secara voluntary.

Adapun faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran KAP, ukuran klien, financial distress, dan pergantian manajemen.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pratitis (2012) variabel ukuran KAP berpengaruh secara signifikan. Variabel ukuran klien dan

(20)

financial distress tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada penelitian yang dilakukan Pratitis (2012), namun pada penelitian yang dilakukan oleh Hudaib dan Cooke (2005) berpengaruh secara signifikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penilitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switching secara voluntary pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014?

2. Apakah ukuran klien berpengaruh terhadap auditor switching secara voluntary pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014?

3. Apakah financial distress berpengaruh terhadap auditor switching secara voluntary pada perusahaan propery dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014?

4. Apakah pergantian manajemen berpengaruh terhadap auditor switching secara voluntary pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pada bagian ini akan dipaparkan tujuan dilakukannya penelitian serta manfaat yang ingin diberikan.

(21)

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Menguji dan memperoleh bukti empiris apakah ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switching secara voluntary pada perusahaan yang listing di BEI.

2. Menguji dan memperoleh bukti apakah ukuran klien berpengaruh terhadap auditor switching secara voluntary pada perusahaan yang listing di BEI.

3. Menguji dan memperoleh bukti empiris apakah financial distress berpengaruh terhadap auditor switching secara voluntary pada perusahaan yang listing di BEI.

4. Menguji dan memperoleh bukti empiris apakah pergantian manajemen berpengaruh terhadap auditor switching secara voluntary pada perusahaan yang listing di BEI.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi Profesi Akuntan Publik

Sebagai informasi untuk profesi akuntan publik tentang praktik auditor switching secara voluntary yang dilakukan oleh

(22)

perusahaan.

2. Bagi Akademisi

Memberi pandangan dan wawasan terhadap pengembangan pengauditan khususnya mengenai pembahasan auditor switching secara voluntary.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis menganai pengaruh ukuran KAP, ukuran klien, financial distress, dan pergantian manajemen terhadap auditor switching secara voluntary sebagai kajian dalam bidang akuntansi, khususnya auditing.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan peneliti selanjutnya dan/atau mengembangkan mengenai pembahasan auditor switching secara voluntary.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

Teori agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara principal dan agent. Dalam Jansen dan Meckling (1976:5) dinyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah ―kotak hitam‖ yang beroperasi dimana satu atau lebih orang melibatkan orang lain untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka dan kemudian mendelegasikan sebagai kewenangan pengambilan keputusan kepada agen tersebut.

Hubungan antara principal dan agent sering kali bertolak belakang dan mengakibatkan pertentangan masing-masing pihak. Masalah agensi ini disebabkan oleh adanya perpedaan kepentingan dan informasi asimetris antara principal dan agent. Pihak shareholder yang digambarkan sebagai principal menginginkan hasil keuangan yang maksimal atas investasi yang dilakukan. Namun, pihak manajemen menginginkan adanya tambahan kompensasi sehingga dapat menambah kepuasan mereka.

Ketidakmampuan atau keengganan manajemen untuk mengoptimalkan kepentingan pemegang saham menimbulkan masalah keagenan (agency problem). Jensen (1986) menyatakan bahwa masalah keagenan timbul karena orang cenderung untuk mementingkan dirinya sendiri serta

(24)

munculnya konflik ketika beberapa kepentingan bertemu dalam suatu aktivitas bersama (dalam Frida, 2014).

Perbedaan kepentingan antara principal dan agent menyebabkan dibutuhkannya pihak independen yang mampu melakukan pengawasan dan pemariksaan terhadap aktivitas yang dilakukan kedua pihak yang berkepentingan tersebut. Pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak independen memerlukan biaya, yang merupakan bagian dari agency cost. Adapun agency cost merupakan hasil penjumlahan dari monitoring expenditures by the principal, bonding expenditures by the agent, dan residual loss (Jansen dan Meckling, 1976).

Monitoring cost yang digunakan oleh shareholder bertujuan untuk membiayai fee audit dari auditor independen yang melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan, melakukan prosedur audit terhadap kewajaran laporan keuangan, dan memberikan pendapat atas pekerjaan pengauditan berupa opini audit. Laporan keuangan auditan tersebut akan digunakan oleh principal sebagai informasi pengambilan keputusan.

2.1.2 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

17/PMK.01/2008

Pihak pemerintah sebagai regulator diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan dari semua pihak, baik pihak perusahaan, pihak akuntan, dan pihak eksternal. Wijayani et al. (2011) menyatakan bentuk campur tangan pemerintah dalam hal isu independensi adalah adanya peraturan-peraturan yang mewajibkan adanya rotasi auditor ataupun masa kerja audit.

(25)

Peraturan yang mengatur tentang rotasi auditor, diatur dalam Pertaturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang ―Jasa Akuntan Publik‖. Peraturan tersebut merupakan hasil amandemen dari Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang ―Jasa Akuntan Publik‖ dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 423/KMK.06/2002, yang mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa, pemberian jasa audit umum dapat dilakukan oleh KAP paling lama 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh Akuntan Publik paling lama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 17/PMK.01/2008 pasal 3 dinyatakan bahwa pemberian jasa audit atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Pada butir kedua pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 disebutkan bahwa Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan entitas. Pada butir ketiga dijelaskan bahwa Jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali kepada klien yang sama melalui KAP setelah 1 (satu) tahun buku tidak diberikan melalui KAP tersebut.

(26)

Regulasi mengenai rotasi kantor akuntan publik diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik, dimana pada pasal 4 pasal 1 disebutkan, ―Pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik dan/atau KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu‖ dan pada ayat 2, ―Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah‖.

Pada penelitian ini digunakan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 17/PMK.01/2008 tentang ―Jasa Akuntan Publik‖

pasal 3 sebagai dasarnya, karena periode waktu penelitian yang digunakan adalah tahun 2012-2014.

2.1.3 Auditor Switching

Auditor Switching merupakan perpindahan atau Rotasi KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien. Faktor yang menyebabkan rotasi KAP dapat terjadi dari internal klien maupun pihak auditor itu sendiri. Mardiyah (2002) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berganti KAP, yang pertama adalah faktor klien (client-related factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor auditor (auditor-related factors), yaitu: fee audit, ukuran KAP, dan kualitas audit.

Auditor switching dapat terjadi secara mandatory maupun voluntary. Pergantian auditor secara wajib (mandatory) bisa dibedakan

(27)

atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dan isu independsi auditor. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela (voluntary), maka yang perlu menjadi sorotan adalah pihak klien. Terdapat dua kemungkinan atas keputusan rotasi auditor secara voluntary, yaitu: perusahaan memberhentikan auditor atau auditor yang mengundurkan diri (dalam, Dwiyanti 2014). Yang perlu menjadi perhatian adalah alasan dibalik dilakukannya rotasi auditor. Jika alasan dilakukannya rotasi dipicu ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka dieskpektasikan klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien atau dengan kata lain selama melaksanakan tugasnya auditor dianggap tidak selaras dengan kebijakan dan pelaporan keuangan perusahaan klien.

2.1.4 Ukuran KAP

Perusahaan akan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan itu (Halim, 1997 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007).

Expertise KAP merupakan salah satu atribut dalam servis KAP besar (Mardiyah, 2002). Adanya faktor expertise itu akan menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih memilih KAP besar.

KAP besar dianggap lebih mampu mempertahankan independensi auditor dibandingkan dengan KAP kecil, karena mereka telah berpengalaman dalam menyediakan berbagai layanan untuk klien dalam jumlah yang besar sehingga mereka tidak bergantung pada klien tertentu

(28)

saja (Dopuch dan Simunic, 1982 dalam Nasser et al., 2006). Selain itu, perusahaan audit yang lebih besar umumnya dianggap sebagai penyedia kualitas audit yang tinggi dan menikmati reputasi tinggi di lingkungan bisnis dan dengan demikian, akan berusaha untuk menjaga independensi mereka untuk menjaga citra mereka (DeAngelo, 1981; Dopuch, 1984;

Wilson dan Grimlund, 1990 dalam Nasser et al. ,2006)

2.1.5 Ukuran Klien

Auditee yang lebih besar mempunyai operasional yang kompleks, adanya pemisahan antara manajemen dan kepemilikan sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Nasser et al., 2006).Besar atau kecilnya ukuran klien dapat dilihat dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Terdapat anggapan bahwa perusahaan besar memerlukan KAP yang berkualitas untuk meningkatkan kredibiltas perusahaan. Oleh sebab itu, klien besar memiliki kecenderungan lebih rendah untuk berganti auditor dibandingkan klien yang kecil (Wijayani et al., 2011).

2.1.6 Financial Distress

Financial Distress meramalkan kegagalan keuangan usaha sebelum benar-benar terjadi (Choy et al., 2011), yang diawali dari kesulitan yang -ringan sampai keadaan yang lebih serius. Financial distress menyebabkan kerugian bagi shareholder, investors, kreditor, manajer, para pegawai, pihak pemasok, dan klien (Salehi et al., 2009).

(29)

Perusahaan mengalami financial distress yang ditandai dengan adanya perbehentian tenaga kerja atau hilangnya pembayaran dividen, serta arus kas yang lebih kecil daripada hutang jangka panjang (Whitaker, 1999).

Kesulitan keuangan mempengaruhi perusahaan yang terancam bangkrut untuk berpindah auditor (Schwartz dan Menon, 1985). Hudaib dan Cooke (2005) juga menyatakan bahwa perusahaan dengan tekanan finansial cenderung untuk mengganti KAP dibandingkan dengan perusahaan yang lebih sehat (Wijayani et al. 2011). Hal tersebut didorong oleh ketidakpastian bisnis pada perusahaan yang mengalami financial distress (Schwartz dan Soo, 1995).

2.1.7 Pergantian Manajemen

Pergantian manajemen disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau pihak manajemen berhenti karena kemauan sendiri sehingga pemegang saham harus mengganti manajemen yang baru (Wijayani et al., 2011). Berdasarkan penelitian sebelumnya, perubahan manajemen terdiri atas perubahan dalam tim manajemen seperti perubahan ketua direksi, pengawas keuangan, direktur dan ketua komite audit.

Manajemen yang baru mungkin akan melakukan beberapa perubahan seperti perubahan kebijakan akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Hal tersebut mendorong terjadinya pergantian auditor sesuai dengan kebijakan yang diterapkan oleh pihak manajamen yang baru.

(30)

Menurut Schartz dan Menon (1988) dalam Chadegani et al. (2011) bahwa keputusan manajemen untuk melakukan rotasi auditor adalah untuk memenuhi kebutuhan pihaknya. Yang mana, mereka lebih memilih untuk bekerja sama dengan auditor yang memiliki hubungan tertentu dengan pihak manajemen atau mencari auditor tertentu yang lebih akomodatif terhadap pilihan dan penerapan kebijakan akuntansi yang mereka gunakan (Chadegani et al., 2011).

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nasser et al. (2006) dinggunakan variabel ukuran klien, ukuran KAP, pertumbuhan perusahaan, dan finncial distress. Hasil penelitian Nasser et al. (2006) menemukan bahwa ukuran klien, ukuran KAP, dan financial distress mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan auditor switching, sementara variabel pertumbuhan klien tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap auditor switching.

Damayanti dan Sudarma (2007) melakukan penelitian dengan menggunakan variabel antara lain pergantian manajemen, opini akuntan, fee audit, financial distress¸ ukuran KAP, dan persentase perubahan ROA (Return on Assets). Dari penelitian tersebut diketahui bahwa fee audit dan ukuran KAP mempunyai pengaruh signifikan terhadap auditor switching, sementara pergantian manajemen, opini akuntan, financial distress, dan

(31)

presentase perubahan ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap auditor switching.

Sinarwati (2010) memfokuskan penelitiannya pada opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan financial distress.

Dari penelitin tersebut diketahui bahwa pergantian manajemen dan kesulitan keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan rotasi auditor, sedangkan reputasi auditor dan opini going concern tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap keputusan rotasi auditor.

Chadegani et al. (2011) menggunakan variabel qualified audit opinion, kualitas audit, fee audit, perubahan manajemen, financial distress, ukuran perusahaan sebagai fokus penelitiannya untuk mengetahui pengaruhnya terhadap auditor switching. Hasil penelitian Chadegani et al.

(2011) dinyatakan bahwa kualitas audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap auditor switching, sedangkan pergantian manajemen, qualified audit opinion, ukuran perusahaan, kualitas audit, financial distress, dan fee audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratitis (2012) menggunakan variabel ukuran KAP, ukuran klien, dan financial distress. Ditemukan bahwa ukuran KAP memiliki pengaruh yang sigifikan terhadap keputusan untuk melakukan auditor switching, sementara variabel ukuran klien dan

(32)

financial distress tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan untuk melakukan auditor switching.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Aprillia (2013) menggunakan variabel pergantian manajemen, kepemilikan publik, financial distress, dan ukuran KAP. Dimana dihasilkan hanya variabel ukuran KAP yang berpengaruh secara parsial terhadap auditor switching. Sedangkan variabel pergantian manajemen, kepemilikan publik, dan financial distress tidak berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching.

Ni Kadek Puspa Pratiwi (2015) menggunakan variabel audit delay, opini audit, reputasi auditor, dan pergantian manajemen. Dalam penelitian yang dilakukan Ni Kadek Puspa tersebut ditemukan bahwa variabel audit delay, reputasi auditor, dan pergantian manajemen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan melakukan auditor switching secara voluntary, sementara variabel opini audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Prima Sembiring (2015) menggunakan variabel ROA, Ukuran KAP, dan opini audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.

(33)

Tabel 2.1

Ringkasan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Auditor Switching

Tahun Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Nasser et al.

(2006)

Variabel Dependen:

Auditor Switching Variabel Independen:

 Ukuran Klien

 Ukuran Kap

 Pertumbuhan Perusahaan

 Financial Distress

ukuran klien, ukuran KAP, dan financial distress mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan auditor switching.

Variabel pertumbuhan klien tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penelitian.

Damayanti dan Sudarma (2007)

Variabel Dependen:

Auditor Switching Variabel Independen:

 Pergantian Manajemen

 Opini Akuntan

 Fee Audit

 Financial Distress

 Ukuran KAP

 Persentase Perubahan ROA

Fee audit dan ukuran KAP mempunyai pengaruh signifikan terhadap auditor switching.

Pergantian manajemen, opini akuntan, financial distress, dan presentase perubahan ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Sinarwati (2010) Variabel Dependen:

Auditor Switching Variabel Independen:

 Opini Going Concern

 Pergantian Manajemen

 Reputasi Auditor

 Financial Distress

Pergantian manajemen dan kesulitan keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap auditor switching.

Reputasi auditor dan opini going concern tidak

berpengaruh secara signifikan.

Chadegani et al.

(2011)

Variabel Dependen:

Auditor Switching Variabel Independen:

 Qualified Audit Opinion

 Kualitas Audit

 Fee Audit

 Perubahan Manajemen

 Financial Distress

Kualitas audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap auditor switching Pergantian manajemen,

qualified audit opinion, ukuran perusahaan, kualitas audit, financial distress, dan fee audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penelitian

(34)

 Ukuran Klien yang dilakukan.

Pratitis (2012) Variabel Dependen:

Auditor Switching secara voluntary

Variabel Independen:

 Ukuran KAP

 Ukuran Klien

 Financial Distress

Ukuran KAP memiliki pengaruh yang sigifikan terhadap keputusan untuk melakukan auditor switching.

Variabel ukuran klien dan financial distress tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ekka Aprillia (2013)

Variabel Dependen:

Auditor Switching secara Voluntary

Variabel Independen:

 Pergantian Manajemen

 Kepemilikan Publik

 Financial Distress

 Ukuran KAP

Ukuran KAP yang secara parsial berpengaruh terhadap auditor switching.

Variabel lain dalam penelitian seperti pergantian manajemen, kepemilikan publik, dan financial distress tidak berpengaruh secara parsial terhadap auditor switching.

Ni Kadek Puspa

Pratiwi (2015) Variabel Dependen:

Auditor Switching secara Voluntary

Variabel Independen:

 Audit Delay

 Opini Audit

 Reputasi Auditor

 Pergantian Manajemen

Variabel yang berpengaruh terhadap keputusan melakukan auditor switching secara voluntary adalah variabel audit delay, reputasi auditor,

danpergantian manajemen.

Variabel opini audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan auditor switching secara voluntary.

Prima Sembiring (2015)

Variabel Dependen:

Auditor Switching Variabel Independen:

 ROA

 Ukuran KAP

 Opini Audit

Tidak ada variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching.

Sumber: Review dari berbagai sumber.

2.3 Kerangka Konseptual

(35)

UkuranKlien

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini ialah ingin melakukan analisis pengaruh ukuran KAP, ukuran klien, financial distress, dan pergantian manajemen terhadap keputusan untuk melakukan auditor switching secara voluntary. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Pratitis (2012). Adapun gambar 2.1 akan menunjukkan kerangka konseptual untuk pengembangan hipotesis dalam penelitian ini. variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, ukuran KAP, ukuran klien, financial distress, dan pergantian manajemen. Sedangkan variabel dependen yang digunakan ialah pergantian kantor akuntan publik (auditor switching) secara voluntary.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

H1

H2

H3

H4

FinancialDistress

PergantianManajemen

Auditor Switching secara Volutary

Ukuran KAP

(36)

2.4 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Auditor Switching secara Voluntary

Perusahaan akan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan itu (Halim, 1997 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007).

Expertise KAP merupakan salah satu atribut dalam servis KAP besar (Mardiyah, 2002). Adanya faktor expertise itu akan menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih memilih KAP besar. Apabila perusahaan diaudit oleh KAP Big Four, maka perusahaan cenderung untuk mempertahankan KAP Big Four daripada perusahaan yang diaudit oleh KAP non Big Four. Artinya, bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four memliki kecendurungan untuk berpindah auditor lebih rendah daripada KAP non Big Four.

H1 : Ukuran KAP berpengaruh positif terhadap auditor switching secara voluntary.

2.4.2 Pengaruh Ukuran Klien terhadap Auditor Switching secara Voluntary

Ukuran klien menggambarkan besar kecilnya perusahaan tersebut yang dapat diukur dengan total aset atau pun total penjualannya.

Perusahaan yang lebih besar mempunyai operasional yang kompleks, adanya pemisahan antara manajemen, dan kepemilikan sangat memerlukan

(37)

KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Nasser et al., 2006).KAP yang berkualitas sangat diperlukan untuk meningkatkan kredibiltas perusahaan. Klien besar memiliki kecenderungan lebih rendah untuk berganti auditor dibandingkan klien yang kecil (Wijayani et al., 2011).

H2 : Ukuran klien berpengaruh negatif terhadap auditor switching secara voluntary.

2.4.3 Pengaruh Financial Distress terhadap Auditor Switching secara Voluntary

Financial distress merupakan kondisi di mana perusahaan mengalami kondisi yang tidak sehat ataupun kesulitan dalam keuangan sehingga dikhawatirkan akan mengalami kebangkrutan (dalam Dwiyanti, 2014). Menurut Schwartz dan Soo (1995) ketidakpastian bisnis pada perusahaan-perusahaan yang mengalami financial distress (kesulitan keuangan) menimbulkan kondisi yang mendorong perusahaan berpindah KAP (Wijayani et al., 2011). Kesulitan keuangan membuat klien cenderung melakukan pergantian KAP bila dibandingkan dengan perusahaan yang keuangannya sehat dengan alasan bahwa mereka perlu menyewa kualitas auditor yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya untuk menarik kepercayaan stakeholders dan menambah kepercayaan diri perusahaan (Chadegani et al., 2011). Menurut Schwartz dan Menon (dikutip dari Sinarwati, 2010) kesulitan keuangan signifikan

(38)

mempengaruhi perusahaan terancam bankrut untuk melakukan pergantian KAP.

H2 : Financial distress berpengaruh positif terhadap auditor switching secara voluntary.

2.4.4 Pengaruh Pergantian Manajemen terhadap Auditor Switching secara Voluntary

Pergantian manajemen terdiri atas perubahan dalam tim manajemen seperti perubahan ketua direksi, pengawas keuangan, direktur dan ketua komite audit. Perubahan manajemen dapat diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP (Damayanti dan Sudarma, 2007). Menurut Williams (1988) dalam Chadegani et al. (2011) manajemen berpengaruh terhadap keputusan pemilihan auditor dan memotivasi dilakukannya auditor switching untuk memenuhi keperluan manajemen. Manajemen cenderung memilih auditor yang sejalan dengan pilihan dan penerapan kebijakan akuntansi mereka yang baru (Chadegani et al¸ 2011). Jika manajemen tidak menemukan auditor yang sejalan dengan kebijakan yang mereka terapkan, kemungkinan besar perusahaan akan mengganti auditornya seperti pendapat Joher et al. (dalam Damayanti dan Sudarman, 2007).

H4 : Perubahan manajemen berpengaruh positif terhadap auditor switching secara voluntary.

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian sebab akibat (casual research). Yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel. Hubungan sebab akibat dapat dibuktikan melalui ex post facto. Penelitian ex post facto merupakan tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya fakta atau peristiwa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis yang digunakan dan menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti yaitu ukuran KAP, ukuran klien, financial distress, dan pergantian manajemen sebagai variabel independen dan auditor switching secara voluntary sebagai variabel dependen.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Erlina (2011:81) populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan jasa subsektor property dan

(40)

realestate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012 sampai dengan 2014 yang berjumlah 50 perusahaan.

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina, 2011). Metode pengumpulan sampel (sampling method) yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu penentuan sampel dari populasi yang ada berdasarkan kriteria tertentu.

Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan publik yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2014.

2. Perusahaan yang tidak melaporkan laporan tahunan auditan selama tahun 2012-2014.

3. Perusahaan yang melakukan praktik audit dikarenakan peraturan No.17/PMK.01/2008 untuk menghindari perusahaan yang berpindah KAP yang bersifat mandatory.

4. Perusahaan yang menyajikan informasi keuangan lengkap berupa informasi mengenai informasi manajemen perusahaan, nama kantor akuntan publik, total utang, total ekuitas, dan total aset.

(41)

Tabel 3.1

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No. Kriteria Sampel Jumlah

1.

2.

3.

4.

Perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014

Tidak menerbitkan dan mempublikasikan laporan tahunan auditan selama periode 2012- 2014

Perusahaan yang melakukan praktik audit dikarenakan peraturan No.17/PMK.01/2008 atau perusahaan yang melakukan perpindah KAP yang bersifat mandatory.

Perusahaan yang tidak menyajikan informasi keuangan lengkap berupa informasi mengenai informasi manajemen perusahaan, nama kantor akuntan publik, total utang, total ekuitas, dan total aset.

50 (9)

(12)

0

Jumlah Perusahaan Sampel 29

Jumlah Sampel Penelitian Selama Tahun Pengamatan (3 tahun)

87 Sumber: Diolah oleh peneliti

Sampel yang diperoleh berdasarkan kriteria tersebut adalah sebanyak 29 perusahaan jasa subsektor property dan realestate. Sehingga total sampel penelitian ini berjumlah 87 sampel.

3.3 Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan tahunan auditan perusahaan pada periode 2012- 2014 yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

(42)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan cara studi pustaka dan pengumpulan data sekunder. Cara pengumpulan data dengan studi pustaka adalah melakukan studi pustaka dengan mengumpulkan jurnal, buku-buku, serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian. Dan cara pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara dokumentasi data perusahaan yang melakukan pergantian KAP diperoleh dari laporan tahunan yang dipublikasi oleh BEI selama periode penelitian.

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama penelitian (Sekaran, 2006:116). Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variebel bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor switching secara voluntary. Auditor switching secara voluntary adalah perpindahan KAP yang dilakukan secara sukarela.

Variabel auditor switching secara voluntary menggunakan variabel dummy. Penggunaan variabel dummy dalam mengukur auditor switching secara voluntary mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Chadegani et al. (2011), Pratitis (2012), dan Aprilia (2013). Yang mana, bila perusahaan melakukan auditor switching akan diberikan nilai 1, sedangkan

(43)

bagi perusahaan yang tidak melakukan auditor switching, maka akan diberikan nilai 0.

3.5.2 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, entah secara positif atau negatif (Sekaran, 2006:117). Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran KAP (KAP), ukuran klien (SIZE), financial distress (FINIDS), dan Pergantian Manajemen (CEO).

3.5.2.1 Variabel Ukuran KAP

KAP besar (Big Four) dianggap lebih mampu mempertahankan independensi auditor dibandingkan dengan KAP kecil (Non Big Four), karena mereka telah berpengalaman dalam menyediakan berbagai layanan untuk klien dalam jumlah yang besar sehingga mereka tidak bergantung pada klien tertentu saja (Dopuch dan Simunic, 1982 dalam Nasser et al., 2006). Selain itu, perusahaan audit yang lebih besar umumnya dianggap sebagai penyedia kualitas audit yang tinggi dan menikmati reputasi tinggi di lingkungan bisnis dan dengan demikian, akan berusaha untuk menjaga independensi mereka untuk menjaga citra mereka (DeAngelo, 1981; Dopuch, 1984; Wilson dan Grimlund, 1990 dalam Nasser et al., 2006)

(44)

Variabel ukuran KAP ini menggunakan variabel dummy.

Pengukuran variabel ini telah dilakukan oleh Nasser et al. (2006), Damayanti dan Sudarman (2007), dan Pratitis (2012). Perusahaan klien yang diaudit oleh KAP Big Four maka akan diberikan nilai 1 dan diberikan nilai 0 jika perusahaan klien diaudit oleh KAP Non Big Four.

3.5.2.2 Variabel Ukuran Klien

Ukuran klien menggambarkan besar kecilnya perusahaan tersebut yang dapat diukur dengan total aset atau pun total penjualannya. Perusahaan yang besar memiliki operasional yang lebih kompleks bila diabandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Sehingga, KAP yang berkualitas sangat diperlukan untuk meningkatkan kredibiltas perusahaan. Oleh sebab itu, klien besar memiliki kecenderungan lebih rendah untuk berganti auditor dibandingkan klien yang kecil (Wijayani et al., 2011). Ukuran klien diukur dengan menggunakan logaritma natural (LnTA) atas total aset perusahaan. Pengukuran variabel menggunakan logaritma natural atas total aset telah dilakukan sebelumnya oleh Nasser et al.

(2006), Chadegani et al. (2012), dan Pratitis (2012).

3.5.2.3 Variabel Financial Distress

Financial distress adalah keadaan dimana perusahaan mengalami kondisi keuangan yang tidak sehat sehingga

(45)

dikhawatirkan akan mengalami kebangkrutan. Dalam penelitian ini variabel financial distress diproksikan dengan rasio DER (Debt to Equity Ratio) yang mengacu pada penelitian yang dilakukan Sinarwati (2010). Cara menghitung DER adalah sebagai berikut:

DER=

Tingkat rasio DER yang aman adalah 100%. Rasio DER di atas 100% merupakan salah satu indikator memburuknya kinerja keuangan sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress (Wijayani et al, 2011). Variabel kesulitan keuangan menggunakan variabel dummy. Dalam penelitian ini kesulitan keuangan diproksikan dengan rasio total utang dengan modal sendiri/ekuitas (Debt To Equity Ratio/ DER) mengacu pada penelitian Ismail (2008) dan Sinarwati (2010). Bagi perusahaan klien yang memiliki rasio DER di atas 100%, maka diberikan nilai 1, sedangkan perusahaan yang memiliki rasio DER di bawah 100%, maka diberikan nilai 0 (Sinarwati, 2010).

3.5.2.4 Pergantian Manajemen

Pergantian manajemen disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau pihak manajemen berhenti karena kemauan sendiri sehingga pemegang saham harus mengganti manajemen yang baru (Wijayani et al., 2011). Pergantian manajemen dapat berupa peruabahan ketua direksi, pengawas

(46)

keuangan, direktur dan ketua komite audit. Variabel pergantian manajemen menggunakan variabel dummy. Pengukuran ini telah digunakan sebelumnya oleh Damayanti dan Sudarma (2007), Sinarwati (2010), dan Chadegani (2011). Nilai 1 akan diberikan bagi perusahaan yang mengganti direksi perusahaan dalam satu tahun laporan tahunan, dan nilai 0 diberikan bagi perusahaan yang tidak melakukan pergantian direksi.

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Pengukuran Skala

Variabel Dependen 1.Auditor

Switching Secara Voluntary

Perpindahan KAP yang dilakukan secara sukarela

Perusahaan melakukan auditor switching akan diberikan nilai 1, jika tidak maka diberikan nilai 0

Nominal

Variabel Independen 1. UkuranKAP

Besar kecilnya ukuran KAP yang dapat dilihat berdasarkan KAP yang berafiliasi dengan Big Four dan jika tidak

Diberikan nilai 1 bila perusahaan

menggunakan KAP Big Four, jika tidak diberikan nilai 0

Nominal

2. Ukuran Klien Besar kecilnya perusahaan klien dilihat dari total aset yang dimilikinya

Ln Total Aset (LnTA) Rasio

3. Financial Distress

Keadaan dimana perusahaan

mengalami kondisi keuangan yang tidak sehat sehingga dikhawatirkan akan mengalami

Jika perusahaan klien memiliki rasio DER di atas 100%, maka diberikan nilai 1. Jika tidak, maka diberikan nilai 0

Nominal

(47)

kebangkrutan 4. Pergantian

Manajemen

Pergantian manajemen yang dilihat dari sisi CEO

Nilai 1 diberikan bagi perusahaan yang mengganti direksi perusahaan, dan nilai 0 diberikan bagi

perusahaan yang tidak melakukan pergantian

Nominal

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasikan data-data dalam penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression). Analisis regresi logistik digunakan karena variabel dependennya merupakan data kualitatif yang menggunakan variabel dummy, (Sumodiningrat, 2001 dalam Sinarwari, 2010). Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2013).

3.6.1 Statistik Deskriptif

Ghozali (2011) menyatakan statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Standar

(48)

deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum menggambarkan persebaran data. Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata- rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel.

Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi.

3.6.2 Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis biasanya menjelaskan sifat hubungan tertentu, menentukan perbedaan antar kelompok atau kebebasan dua atau lebih faktor dalam suatu situasi (Sekaran, 2006:162).

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan alat uji Regresi Logistik.

3.6.2.1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang terbentuk ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2011).

Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya (Damayanti

(49)

dan Sudarma, 2007). Gejala multikolinearitas terjadi bila nilai korelasinya diatas 0.95 atau 95%. Bila nilai multikolinearitas dibawah 0.95, maka dapat dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas (Ghozali, 2013).

3.6.2.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit adalah:

H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data H1 : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan

data

Dari hipotesis akan diketahui bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol agar modal fit dengan dara. Statstik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood.

Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatrif, L ditransformasikan menjadi -2LL (Ghozali, 2011). Penurunan likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.

3.6.2.3 Koefisien Determinasi (Negelkerke R Square) Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Negelkerke R Square (Damayanti dan Sudarma, 2007). Cox dan Shell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada

(50)

multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression (Ghozali, 2013). Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen menyediakan seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2011).

3.6.2.4 Menguji Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosemer and Lemeshow’s of Fit Test (Damayanti dan Sudarma, 2007). Goodness of Fit Test menunjukkan seberapa cocok model dengan data (Cooper dan Schindler, 2003: 588). Jika nilai statistic Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit

(51)

model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2013).

3.6.2.6 Model Regresi Logistik yang Terbentuk

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), dengan cara melihat pengaruh ukuran KAP, ukuran klien, financial distress, dan pergantian manajemen terhadap auditor switching secara voluntary pada perusahaan jasa subsektor property dan realestate. Model logistic regression dengan metode enter pada tingkat signifikansi (α) 5% (0,05).

Apabila tingkat signifikansi < 0,05, maka hipotesis diterima, jika tingkat signifikansi > 0,05, maka hipotesis tidak dapat diterima.

Adapun model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

SWITCHt = b0 + b1KAP + b2SIZE + b3FININDS + b4CEO + e

Dimana:

SWITCH : auditor switching

(52)

b0 : konstanta b1-b4 : koefisien regresi KAP : ukuran KAP SIZE : ukuran klien FININDS : financial distress CEO : pergantian manajemen e : residual error

Referensi

Dokumen terkait

Kata kunci: auditor switching, pergantian manajemen, opini audit, financial distress, persentase ROA, ukuran KAP, dan ukuran perusahaan

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat financial distress, pergantian manajemen, opini audit,

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh opini going concern, pergantian

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression) yaitu dengan melihat pengaruh Pergantian Manajemen, Financial

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh pergantian manajemen, opini wajar

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik ( logistic regression ), yaitu dengan melihat pengaruh reputasi auditor, pergantian manajemen,

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh audit tenure, reputasi KAP, financial

Digunakannya teknik analisis regresi logistik menjadikan peneliti dapat menyimpulkan dari beberapa variabel diantaranya variabel opini audit, ukuran KAP, pergantian manajemen, financial