133
PERAN TIPE INFORMASI MODAL INTELEKTUAL SEBAGAI
VARIABEL MODERASI PADA HUBUNGAN MODAL
INTELEKTUAL DAN NILAI PERUSAHAAN
Saring Suhendro1 Usep Syaipudin2
Mega Metalia3
1,2,3 Universitas Lampung, Indonesia *Korespondensi: [email protected]
ABSTRACT
Intellectual capital has been considered an important resource in assessing a company's ability to gain competitive advantage in a knowledge-based economy This paper empirically examines whether intellectual capital (IC) affects market value of the firm. This paper also examines whether the type of IC information which is voluntary disclosure of intellectual capital information will strengthen the effect of intellectual capital information to market value of the firm. The samples were the banking industry firm listed on the Indonesia Stock Exchange from 2017-2019. The variable of type of IC information measured by Intellectual Capital Disclosure Index (ICDI) by modifying the approach of García-Meca and Martínez (2007). The data analysis method used multiple linear regression with moderated (MRA). Research data includes annual reports and bank financial statements from 2017 to 2019. The study finds that IC positively effect on market value of the firms. Moreover, this study finds that IC information-especially voluntary disclosure also strengthen the IC effect on firm value.
Keywords : Intellectual capital; Type of Intellectual Capital Information; Voluntary
Disclosure of Intellectual Capital Information.
JEL Classification : M41, G23
Submission date: 25 Agustus 2021 Accepted date: 03 September 2021
PENDAHULUAN
Penelitian tentang modal intelektual telah mendapat perhatian kalangan akademisi dan praktisi (Ferdiansyah & Faisal (2020); Artati (2017); (Lestari & Sapitri, 2016); Ulum (2015); Hurwitz et al. (2002); dan Tan et al. (2007)). Modal intelektual telah dianggap sebagai sumber daya yang penting dalam menilai kemampuan
134
perusahaan untuk dapat meraih keunggulan bersaing dalam knowledge based economy (Pulic, 2012). Perusahaan yang menerapkan knowledge based economy harus dapat menciptakan nilai tambah atas aset tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan. Metode yang digunakan untuk menciptakan nilai tambah atas aset tidak berwujud menggunakan modal intelektual (Petty & Guthrie, 2000).
Modal intelektual adalah sumber daya tidak berwujud berupa pengetahuan, pengalaman, kemampuan mengelola hubungan, pengorganisasian teknologi informasi, keterampilan, dan profesionalitas yang dapat dikelola dan dimanfaatkan oleh manajemen untuk menciptakan nilai guna meraih keunggulan dalam bersaing yang berkelanjutan bagi perusahaan (Wang & Chang, 2005); (Istianingsih, 2011). Pengukuran kinerja modal intelektual pada penelitian ini menggunakan metode Pulic (2012) yaitu Value Added of Intellectual Capital (VAICTM) yang bersumber pada
human capital, structural capital, dan relational capital.
Kategori human capital terkait keunggulan/kekuatan dari karyawan perusahaan dengan indikator seperti usia rata-rata karyawan perusahaan, produktivitas karyawan yang diukur berdasarkan output per karyawan atau output per jam yang menunjukkan nilai tambah dan efisiensi karyawan. Kategori structural capital misalnya regulator dapat meminta emiten mengungkapkan tentang kekayaan intelektual yang mencakup paten, hak cipta, merek dagang, rahasia dagang, hak lisensi komersial dan bidang-bidang terkait lainnya. Penelitian dan Pengembangan (R&D) yang dapat mengacu pada kegiatan jangka panjang praktik bisnis yang berorientasi pada masa depan. Kategori
relational capital, tentang kebijakan dan program untuk membangun hubungan dengan
pelanggan misalnya survey kepuasan pelanggan dan inisiatif yang diambil untuk perbaikan, manajemen keluhan pelanggan, dan berbagai kegiatan atau indikator yang dapat meningkatkan hubungan dengan pelanggan, seperti pengiriman tepat waktu, kenyamanan layanan dan sebagainya. Bagaimana upaya perusahaan memperoleh pelanggan baru, bagaimana mempertahankan pelanggan yang sudah ada, dan informasi tentang pasar termasuk posisi perusahaan dalam kepemimpinan pasar (Istianingsih, 2011).
Manajemen perusahaan perlu memperhatikan pengungkapan modal intelektual guna menarik investor. Dengan bukti bahwa investor dapat memanfaatkan informasi tentang pengungkapan modal intelektual sebagai bahan penilaian atas kemampuan perusahaan, maka manajemen perusahaan perlu lebih memperhatikan pengungkapan modal intelektual sebagai sinyal atas kemampuan perusahaan di masa depan.
Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa modal intelektual berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (seperti Wang & Chang (2005); Belkaoui (2013); Tan et
al. (2007), Kartika & Payana (2021); Muasiri & Sulistyowati (2021); Svanadze &
Kowalewska (2015) dan Halim (2020)). Namun, hasil berlawanan juga ditunjukkan oleh Allan et al. (2020) bahwa intellectual capital berpengaruh negatif terhadap return
on equity pada perusahaan manufaktur. Pengujian terhadap pengaruh informasi modal
intelektual terhadap kinerja penting untuk dilakukan karena ada kemungkinan bahwa dua perusahaan mungkin memiliki nilai modal intelektual yang relatif sama, tapi karena
135 tingkat pengungkapan informasi modal intelektualnya berbeda maka nilai pasar kedua perusahaan tersebut juga berbeda.
Di Indonesia, fenomena modal intelektual telah berkembang setelah munculnya PSAK No. 19 Revisi (IAI, 2012) tentang aktiva tak berwujud. Meskipun aktiva tetap tak berwujud tidak mengungkapkan secara eksplisit tentang modal intelektual, namun hal ini menunjukkan bahwa modal intelektual telah mendapatkan perhatian bagi regulator dan investor.
Penelitian dengan topik modal intelektual di Indonesia mulai berkembang sebagai topik penelitian di bidang akuntansi setelah beberapa penelitian yang menguji pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan. Beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian tentang modal intelektual adalah Ferdiansyah & Faisal (2020); Sudibya & Restuti (2014); Suryarahman & Wirama (2018); Artati (2017); Aida & Rahmawati (2015); Ulum (2015); (Syaipudin (2012); dan Istianingsih (2011).
Jika investor memanfaatkan informasi modal intelektual yang terdapat di dalam laporan tahunan perusahaan dalam pengambilan keputusannya, maka hal ini akan tercermin di dalam nilai pasar perusahaan. Perusahaan yang memiliki informasi modal intelektual lebih banyak akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi.
Dalam melakukan penelitian tentang nilai perusahaan, peneliti perlu mempertimbangkan informasi baik yang berasal dari laporan tahunan maupun dari laporan keuangan perusahaan. Informasi tahunan maupun laporan keuangan memiliki dampak terhadap nilai pasar perusahaan. Nilai modal intelektual sebuah perusahaan tidak tercantum di dalam laporan keuangan perusahaan. Namun, informasi mengenai aktivitas perusahaan atau keterangan-keterangan lain yang dapat diidentifikasi sebagai komponen modal intelektual dapat ditelusuri di dalam laporan tahunan perusahaan.
Investor juga perlu melihat informasi tentang modal intelektual yang dapat diakses dari laporan tahunan sebagai bahan penilaian atas kemampuan perusahaan di masa mendatang. Informasi dalam laporan tahunan berupa pengungkapan informasi modal intelektual, sedangkan informasi dari laporan keuangan merupakan perhitungan atas kinerja modal intelektual perusahaan. Informasi ini penting untuk bahan pengambilan keputusan investasi karena dalam hasil penelitian Istianingsih (2011) terbukti bahwa modal intelektual berperan dalam memberikan informasi atas kemampuan perusahaan.
Informasi tentang modal intelektual merupakan pengungkapan informasi mengenai aktivitas perusahaan atau keterangan-keterangan lain yang dapat diidentifikasi sebagai komponen modal intelektual. Pengukuran informasi tentang modal intelektual dilakukan dengan melakukan content analysis atas laporan keuangan tahunan perusahaan.
Penelitian terdahulu belum memisahkan item-item tipe informasi tentang modal intelektual yang sifatnya mandatory dan voluntary (Syaipudin, 2012) dan (Istianingsih, 2011). Penelitian ini mengembangkan penelitian yang dilakukan Syaipudin (2012) yang menguji pengaruh modal intelektual terhadap nilai pasar perusahaan perbankan di Indonesia. Penelitian ini memisahkan pengungkapan tipe informasi modal intelektual
136
yang sudah mandatory dengan yang voluntary. Terdapat kemungkinan beberapa item informasi modal intelektual sudah diwajibkan diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Pemisahan ini dilakukan untuk memberikan interpretasi dan manfaat yang lebih baik atas pengungkapan modal intelektual. Pemisahan ini dilakukan dengan membuat indeks pengungkapan.
Pembuatan indeks ini mengklasifikasikan setiap item pengungkapan informasi modal intelektual berdasarkan Garcia-Meca & Martinez (2007) yang terdiri dari 60 (enam puluh) item pengungkapan. Selain itu, kami melakukan pengelompokan indeks pengungkapan modal intelektual ke dalam indeks pengungkapan yang mandatory dan
voluntary berdasarkan Peraturan Bapepam VIII.G.7. dan X.6.K yang telah diperbarui
dengan Peraturan OJK (POJK) No.29/POJK.04/2016. Meskipun peraturan tersebut tidak secara langsung mengatur tentang pengungkapan modal intelektual, namun beberapa item terkait dengan pengungkapan modal intelektual diwajibkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah tipe informasi tentang modal intelektual yang sifatnya voluntary pada laporan tahunan akan memperkuat pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini memberikan beberapa kontribusi. Pertama, memberikan bukti empiris mengenai pentingnya perusahaan mengungkapkan informasi modal intelektual. Ada kemungkinan dua perusahaan memiliki nilai modal intelektual yang relatif sama, tapi salah satu perusahaan mengungkapkan lebih banyak informasi tentang modal intelektual yang dimilikinya tersebut sehingga investor memiliki informasi dan memberikan penilaian lebih besar terhadap perusahaan tersebut. Jika informasi tentang modal intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan, maka perusahaan perlu mempertimbangkan untuk semakin banyak mengungkapkan informasi mengenai modal intelektual yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan pentingnya perusahaan menyajikan tipe informasi mengenai modal intelektual yang sifatnya voluntary untuk meningkatkan nilai perusahaan. Kedua, kontribusi kepada manajamen perusahaan. Ketika manajemen perusahaan ingin menurunkan tingkat asimetri informasi dengan investor, maka manajemen perlu mengungkapkan modal intelektual berdasarkan item dari kategori modal intelektual yang sifatnya voluntary. Hal ini penting bagi manajemen untuk lebih memfokuskan pada informasi terkait dengan modal intelektual apa yang perlu disampaikan yang belum diwajibkan dan memberikan transparansi kepada investor. Pengungkapan ini diharapkan dapat menjadi acuan manajemen perusahaan guna mengelola informasi tentang modal intelektual pada laporan tahunan dengan lebih baik sehingga dapat meningkatkan nilai pasar perusahaan. Ketiga, kontribusi bagi regulator. Penelitian ini memberikan pertimbangan dalam membuat dan atau mengevaluasi kebijakan terkait dengan aturan pengungkapan informasi tentang modal intelektual yang sifatnya mandatory dan voluntary.
137 REVIU LITERATUR DAN HIPOTESIS
Teori Signalling
Manajer akan berusaha memberikan signal (sinyal) mengenai informasi tentang kinerja perusahaan yang dimilikinya kepada investor. Teori signalling menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi. Oleh karena itu, manajer perlu memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan melalui penerbitan laporan keuangan dan laporan tahunan.
Perusahaan yang melakukan publikasi laporan keuangan auditan akan memberikan informasi kepada pasar dan diharapkan pasar dapat merespon informasi sebagai suatu sinyal yang baik. Sinyal yang diberikan pasar kepada publik akan mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham perusahaan. Jika sinyal perusahaan menginformasikan kabar baik pada pasar, maka dapat meningkatkan harga saham sebaliknya, jika sinyal perusahaan menginformasikan kabar buruk maka harga saham perusahaan akan mengalami penurunan.
Modal intelektual diharapkan akan mendukung perusahaan dalam memenangkan persaingan melalui nilai tambah yang diberikan. Semakin tinggi kinerja modal intelektual yang merupakan nilai tambah dari modal intelektual, menunjukkan kemampuan manajer untuk mengelola dan memanfaatkan modal intelektual yang baik. Untuk menunjukkan kemampuannya ini manajer akan memberikan sinyal kepada investor guna menurunkan asimetri informasi. Hal ini konsisten dengan signalling
theory, dimana perusahaan akan memberikan sinyal positif tentang modal intelektual
kepada para investor melalui mekanisme laporan tahunan sehingga nilai pasar saham perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan (Sudibya & Restuti, 2014); (Belkaoui, 2013).
Resource Based Theory
Resource-based theory menyatakan bahwa sumber daya perusahaan yang unik
dan tidak mudah ditiru oleh pesaing akan membuat perusahaan lebih mampu untuk bersaing (Belkaoui (2013); dan Firer & Williams (2003)). Meskipun teori ini pada dasarnya berlaku untuk sumber daya perusahaan secara keseluruhan, namun memisahkan antara sumber daya dan kapabilitas. Sumber daya termasuk yang tangible,
intangible, dan personal-based resource. Berdasarkan teori ini ada kekurangan dari
pengukuran kinerja tradisional karena laporan keuangan tidak mencerminkan sepenuhnya sumber daya intangible yang dimiliki perusahaan. Dengan tidak memasukan berbagai sumber daya intangible dalam laporan keuangan, maka laporan keuangan secara umum gagal mencerminkan nilai perusahaan yang sebenarnya. Sehingga, pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan laporan keuangan tradisional menjadi kurang memadai.
Dengan mengadopsi resource-based theory ini, untuk meraih sustainable
competitive advantage maka modal intelektual merupakan personal-based resource
138
mudah ditiru, akan membantu perusahaan dalam meningkatkan daya saing yang berkelanjutan yang menciptakan nilai perusahaan (Belkaoui, 2013); (Firer & Williams, 2003).
Sejalan dengan resources based theory, penciptaan nilai perusahaan tergantung pada seefektif apa perusahaan mengelola sumber daya yang dimilikinya. Ada dua sumber daya utama pada model VAIC™ yaitu physical capital dan intellectual
resources. Sumber daya yang pertama mengacu pada tangible assets employed (CE)
dan yang kedua mengacu pada human capital (HC) dan structural capital (SC). Pengungkapan Informasi Modal Intelektual
Perusahaan dengan muatan modal intelektual yang tinggi, memerlukan pengungkapan modal intelektual yang lebih banyak untuk memberikan sinyal kepada investor (Istianingsih, 2011). Hal ini sejalan dengan teori signalling bahwa manajer ingin memberikan sinyal atas kemampuan perusahaan yang sesungguhnya yang tidak dapat diungkapkan melalui laporan keuangan perusahaan.
Salah satu cara untuk mengukur tingkat pengungkapan modal intelektual adalah dengan menggunakan metode content analysis atas laporan tahunan perusahaan (Petty & Guthrie, 2000). Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi kuantitatif maupun kualitatif ke dalam kategori yang telah ditentukan untuk mendapatkan pola dalam pelaporan informasi (Petty & Guthrie, 2000). Garcia-Meca & Martinez (2007) membuat klasifikasi informasi mengenai modal intelektual yang dibangun berdasarkan laporan analis dan menguji apakah informasi mengenai modal intelektual tersebut digunakan oleh analis keuangan dalam membuat keputusan rekomendasi bagi investor.
Penelitian ini mengukur tingkat pengungkapan informasi tentang modal intelektual berdasarkan item-item Garcia-Meca & Martinez (2007) yang terdiri dari 60 item untuk memperoleh Intellectual Capital Disclosure Index (ICDI). Selanjutnya penelitian ini juga mengelompokkan ICDI menjadi 2 tipe yaitu pengungkapan informasi modal intelektual yang item-item pengungkapan telah diwajibkan oleh OJK (ICDI_MAN) dan item pengungkapan informasi modal intelektual yang tidak diwajibkan (ICDI_VOL).
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Modal Intelektual terhadap Nilai Pasar Perusahaan
Modal intelektual merupakan isu strategik perusahaan dan bersifat jangka panjang. Modal intelektual ini bisa mengenai kebijakan atau strategi yang akan dan telah dilakukan perusahaan, produk baru yang sedang dikembangkan, program pengembangan sumber daya manusia, kegiatan riset dan pengembangan, rencana implementasi teknologi baru, dan langkah-langkah strategis lain yang akan atau telah dilakukan perusahaan. Berbagai informasi tersebut merupakan prospek perusahaan dimasa yang akan datang yang akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Investor yang mengetahui informasi tersebut tentunya akan memiliki harapan yang tinggi
139 terhadap perusahaan tersebut. Harapan atau ekspektasi ini akan mendorong investor untuk membeli saham perusahaan dengan harga yang tinggi, dan hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Sudibya & Restuti (2014), Suryarahman & Wirama (2018), Lestari & Sapitri (2016); Aida & Rahmawati (2015), Syaipudin (2012); Firer & Williams (2003) berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Firer & Williams (2003) menguji hubungan VAIC dengan kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Hasilnya menunjukkan bahwa hubungan modal intelektual dan kinerja perusahaan adalah positif. Syaipudin, (2012) menunjukkan bukti empiris bahwa variabel VAIC berpengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan pada perusahaan perbankan di Indonesia. Berdasarkan kajian terhadap penelitian terdahulu tersebut, hipotesis yang dirumuskan adalah:
H1: Modal intelektual berpengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan. Pengaruh Informasi tentang Modal Intelektual Voluntary pada Hubungan Modal Intelektual dan Nilai Perusahaan
Teori voluntary disclosure secara umum menyimpulkan bahwa salah satu keuntungan membuat pengungkapan voluntary adalah menurunkan asimetri informasi dan menurunkan cost of capital (Berzkalne & Zelgalve, 2014); (Syaipudin, 2012); (Istianingsih, 2011). Pengungkapan tipe informasi tentang modal intelektual yang
voluntary akan memperoleh respon positif dari investor untuk mengetahui kinerja
perusahaan dengan baik. Kami memprediksi bahwa informasi modal intelektual yang memperkuat pengaruh modal intelektual terhadap nilai pasar perusahaan disebabkan oleh informasi modal intelektual yang sifatnya voluntary daripada yang mandatory. Pengungkapan informasi modal intelektual mandatory dimana pengungkapan informasi telah diwajibkan dalam laporan tahunan sehingga nilai tambahnya tidak sebesar informasi yang tidak diwajibkan. Sedangkan informasi yang sifatnya voluntary akan mengungkapkan informasi yang menunjukkan aktivitas terkait modal intelektual yang memberikan informasi privat kepada investor. Dengan demikian, investor dapat merespon informasi tersebut dan menggunakannya dalam pengambilan keputusan.
Penelitian ini akan melihat apakah respon investor terhadap informasi tentang modal intelektual itu disebabkan oleh pengungkapan tipe informasi modal intelektual yang mandatory atau voluntary. Perusahaan yang lebih banyak mengungkapkan tipe informasi modal intelektual voluntary, maka pengaruh modal intelektual terhadap nilai pasar perusahaan akan lebih besar. Hal ini berarti bahwa jika ada dua perusahaan yang memiliki nilai modal intelektual relatif sama, maka perusahaan yang lebih banyak mengungkapkan tipe informasi modal intelektual voluntary yang nilai pasarnya akan lebih besar.
H2: Pengaruh positif modal intelektual terhadap nilai pasar perusahaan diperkuat oleh tipe informasi modal intelektual voluntary daripada tipe informasi modal intelektual mandatory
140
Kerangka konseptual dan pengembangan hipotesis dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1 Kerangka Konseptual METODE PENELITIAN
Sampel dan Data Penelitian
Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alasan pemilihan perusahaan sektor perbankan adalah karena bank merupakan perusahaan yang paling intensif tingkat modal intelektual nya. Sedangkan pemilihan bank yang go public karena bank tersebut mempublikasikan laporan tahunannya sehingga informasi mengenai modal intelektual dapat diakses oleh investor. Selain itu, salah satu variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai pasar perusahaan yang hanya dimiliki oleh perusahaan yang go public.
Penelitian ini menggunakan data-data kuantitatif yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan. Selain itu, untuk variabel informasi tentang modal intelektual, akan dilakukan content analysis terhadap laporan tahunan perusahaan. Data-data tersebut diperoleh dengan mengakses data base data stream dan laporan tahunan perusahaan yang dipublikasikan serta dapat di download melalui website BEI maupun
website perusahaan. Data-data penelitian yang meliputi laporan tahunan dan laporan
keuangan bank dari tahun 2017 sampai dengan 2019. Operasionalisasi Variabel
Variabel independen dalam penelitian ini adalah nilai pasar perusahaan. Nilai pasar perusahaan diukur dengan rasio harga pasar dibagi dengan nilai buku saham perusahaan (PBV). Nilai PBV yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai PBV pada tahun t+1 karena pengungkapan modal intelektual pada laporan tahunan
Intellectual Capital (VAIC™) : VACA VAHU Price to Book Value STVA H1 H2 IC Information (Voluntary)
141 perusahaan akan direspon oleh investor pada periode tahun berikutnya dan akan tercermin pada nilai pasar perusahaan tahun berikutnya.
Intellectual Capital merupakan kinerja modal intelektual yang dimiliki oleh
perusahaan. Pengukuran Intellectual Capital (VAICTM) dalam penelitian ini menggunakan metode yang dikembangkan oleh Pulic (2012). VAICTM terdiri dari tiga unsur yaitu Value Added Capital Asset (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added (STVA). Nilai VAICTM merupakan penjumlahan dari VACA, VAHU, dan STVA.
Value Added Capital Asset merupakan rasio dari Value Added (VA) terhadap Capital Employed (CE). Value Added adalah selisih antara output dan input, dengan
formula VA=OUT–IN. Output (OUT) adalah total penjualan atau pendapatan perusahaan sedangkan input (IN) adalah total beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan). CE adalah nilai buku bersih aktiva perusahan. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added perusahaan, dengan formula VACA = VA/CE
Value Added Human Capital (VAHU) adalah rasio VA terhadap Human Capital (HC). HC adalah beban karyawan (gaji). Rasio ini menunjukkan kontribusi
yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added perusahaan. Formula untuk menghitung VAHU adalah VAHU = VA/HC
Structural Capital Value Added (STVA) adalah rasio Structural Capital (SC)
terhadap VA. Structural Capital (SC) adalah selisih antara value added (VA) dengan
human capital (HC). Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk
menghasilkan satu rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. STVA dihitung dengan formula STVA = SC/VA
Variabel moderasi adalah Informasi IC (Intellectual Capital Disclosure Index-ICDI) yang diukur menggunakan pendekatan yang dilakukan oleh Garcia-Meca & Martinez (2007). Garcia-Meca & Martinez (2007) membuat pengukuran Analyst
Disclosure Index (ADI) dengan menghitung banyaknya item modal intelektual yang
diungkap dalam laporan analis. Namun, karena keterbatasan laporan analis di Indonesia, dilakukan modifikasi dengan mengubah sumber informasi modal intelektual dari laporan analis menjadi laporan tahunan perusahaan. ICDI merupakan ukuran banyaknya informasi modal intelektual yang diungkap oleh perusahaan. Nilai ICDI dihitung dengan cara membagi jumlah informasi modal intelektual yang sifatnya voluntary yang dimiliki sebuah perusahaan dengan total informasi yang terdapat dalam ADI (60 item).
Variabel ICDI_MAN merupakan ukuran banyaknya informasi modal intelektual
mandatory yang diungkapkan perusahaan. Item yang wajib diungkapkan mengacu pada
Peraturan OJK (POJK) No.29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Meskipun peraturan tersebut secara khusus tidak membahas tentang informasi tentang modal intelektual, namun ada beberapa item yang disebutkan oleh (Garcia-Meca & Martinez, 2007) wajib disajikan dan diungkapkan berdasarkan peraturan tersebut. Nilai ICDI_MAN dihitung dengan cara membagi total jumlah
142
informasi modal intelektual wajib yang diungkapkan perusahaan pada laporan tahunan dengan total informasi modal intelektual yang diwajibkan (12 item).
Variabel ICDI_VOL merupakan ukuran banyaknya informasi modal intelektual
voluntary yang diungkapkan perusahaan pada laporan tahunan. Nilai ICDI_VOL
dihitung dengan cara membagi total jumlah informasi modal intelektual voluntary yang diungkapkan perusahaan dengan total informasi modal intelektual yang voluntary berdasarkan Garcia-Meca & Martinez (2007) dikurangi dengan pengungkapan yang wajib menurut peraturan OJK (48 item). Selain dua variabel bebas di atas, penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu size perusahaan. Size diukur dengan log natural total aset perusahaan.
Model Empiris
Untuk menguji hipotesis H1 dan H2, maka digunakan estimasi regresi linear berganda dengan model sebagai berikut:
PBVit+1 = β0 + β1VAICit + β2ICDI_MANit + β3ICDI_VOLit + β4VAIC*ICDI_MAN+ β5VAIC*ICDI_VOL + β6SIZEit + ɛ (1)
dimana:
PBVit+1 = rasio nilai pasar dibagi nilai buku saham bank i pada tahun t+1 VAICit = nilai modal intelektual bank i pada tahun t yang dihitung menggunakan metode Pulic (2012)
ICDI_MANit = Informasi modal intelektual mandatory bank i pada tahun t yang dihitung berdasarkan metode Garcia-Meca & Martinez (2007)
ICDI_VOLit = Informasi IC voluntary bank i pada tahun t yang dihitung berdasarkan metode Garcia-Meca & Martinez (2007)
SIZEit = Ukuran perusahaan bank i pada tahun t yang dihitung dengan log total asset perusahaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta menyediakan semua data perusahaan yang diperlukan untuk pengujian empiris. Data diambil dari laporan keuangan dan laporan tahunan periode tahun 2017-2019. Tabel 1 melaporkan ringkasan statistik deskriptif mean, median, max, min, dan standar deviasi dari keseluruhan sampel.
Variabel dependen PBV menunjukkan nilai mean lebih besar daripada median dengan variasi yang rendah yaitu 1,24. Nilai VAIC menunjukkan bahwa perbankan tersebut memiliki besaran yang tidak bervariasi dengan standar deviasi sebesar 1,95. Sedangkan nilai rata-rata dari ICDI, ICDI_MAN, dan ICDI_VOL juga menunjukkan variasi yang sangat kecil antar perusahaan sampel dalam kurun waktu 2017-2019. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata-rata tingkat pengungkapan informasi modal intelektual relatif menjadi sesuatu yang penting. Ukuran perusahaan antar sampel penelitian menunjukkan jumlah yang sangat bervariasi ditunjukkan dengan standar
143 deviasi rendah yaitu sebesar 175.000.000 dengan kategori sebagian besar perusahaan adalah perusahaan besar.
Tabel 1 Statistik Deskriptif
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. PBV 1,861 1,365 6,070 0,460 1,242 VAIC 3,077 2,854 14,719 2,356 1,953 ICDI 0,290 0,250 0,583 0.,117 0,138 ICDI_MAN 0,639 0,613 0,917 0,333 0,145 ICDI_VOL 0,220 0,146 0,750 0,021 0,183 SIZE 136.000 65.454 733.000 1.561 175.000
PBV diukur dengan rasio harga pasar saham dibagi nilai buku ekuitas persaham
bank pada akhir tahun t+1. VAIC merupakan nilai IC bank yang dihitung dengan metode Pulic (2012). ICDI merupakan Informasi IC yang dihitung berdasarkan metode Garcia-Meca & Martinez (2007). ICDI_MAN merupakan Informasi IC yang sifatnya
mandatory dihitung berdasarkan metode Garcia-Meca & Martinez (2007) dan
diwajibkan dalam peraturan OJK. ICDI_VOL merupakan Informasi IC yang sifatnya
voluntary dihitung berdasarkan metode Garcia-Meca & Martinez (2007) namun tidak
diwajibkan dalam peraturan OJK. SIZE merupakan ukuran perusahaan bank i pada tahun t yang dihitung dengan total asset perusahaan (dalam ribuan rupiah).
Tabel 2 melaporkan matriks korelasi pearson (ρ) antara PBV, VAIC, ICDI,
ICDI_MAN, ICDI_VOL dan LNSIZE. Korelasi antara nilai modal intelektual (VAIC)
dan nilai pasar perusahaan (PBV) adalah positif dan signifikan (ρ=0,126, p-value = 0,042). Hal ini mengindikasikan bahwa modal intelektual merupakan faktor penentu nilai pasar perusahaan. Korelasi antara informasi tentang modal intelektual (ICDI) dan nilai pasar perusahaan positif mengindikasikan bahwa indeks pengungkapan informasi modal intelektual berdampak positif terhadap nilai pasar perusahaan. ICDI_MAN tidak berkorelasi dengan PBV, sedangkan ICDI_VOL berpengaruh positif signifikan.
Tabel 2
Pearson Correlation
Variabel PBV VAIC ICDI ICDI_MAN ICDI_VOL LNSIZE
PBV 1 VAIC 0,126 (0,042) 1 ICDI 0,360 (0,026) 0,086 (0,029) 1 ICDI_MAN 0,641 (0,522) 0,319 (0,099) ,634 (0,633) 1 ICDI_VOL 0,172 (0,000) 0,117 (0,009) ,844 0,000) 0,604 (0,000) 1 LNSIZE 0,439 (0,117) 0,147 (0,184) 0,282 0,289) 0,321 (0,386) 0,242 (0,827) 1
144
PBV diukur dengan rasio harga pasar saham dibagi nilai buku ekuitas persaham
bank pada akhir tahun t+1. VAIC merupakan nilai IC bank yang dihitung dengan metode Pulic (2012). ICDI merupakan Informasi IC yang dihitung berdasarkan metode Garcia-Meca & Martinez (2007). ICDI_MAN merupakan Informasi IC yang sifatnya
mandatory dihitung berdasarkan metode Garcia-Meca & Martinez (2007) dan
diwajibkan dalam peraturan OJK. ICDI_VOL merupakan Informasi IC yang sifatnya
voluntary dihitung berdasarkan metode Garcia-Meca & Martinez (2007) namun tidak
diwajibkan dalam peraturan OJK. SIZE merupakan ukuran perusahaan bank i pada tahun t yang dihitung dengan log total asset perusahaan. Nilai signifikansi dalam kurung.
Hasil Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis 1dan hipotesis 2 dilakukan pengujian dengan regresi linear berganda menggunakan Eviews 11. Hasil pengujian ditampilkan pada tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa modal intelektual (VAIC) berpengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan pada level 5% dengan koefisien β1 sebesar 0,323 dengan
p-value=0,028. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan
bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan terdukung. Kemudian, informasi modal intelektual (ICDI) berpengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan pada level 1% (koefisien β2=0,741 dengan p-value=0,001). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak informasi modal intelektual yang diungkapkan perusahaan di dalam laporan tahunannya maka nilai pasar perusahaan tersebut semakin tinggi.
Tabel 3
Hasil Pengujian Hipotesis
** signifikan pada level 0,01; *signifikan pada level 0,1 Variabel Prediksi
Tanda
Nilai
Koef. Hasil Kesimpulan
Intersep ? 0,673 (0,830) VAIC + β1 (0,063) 0,126 * * H1 Terdukung ICDI_MAN + β 2 2,619 (0,218) ICDI_VOL + β 3 0,206 (0,000) * VAIC*ICDI_MAN + β 4 0,294 (0,450) VAIC*ICDI_VOL + β 5 4,834 (0,013) * ** H2 Terdukung LNSIZE + β 6 0,111 (0,588) R-squared 0,548 Adjusted R-squared 0,520 F-statistic 14,433 Prob (F-statistic) 0,002
145
PBV diukur dengan rasio harga pasar saham dibagi nilai buku ekuitas persaham
bank pada akhir tahun t+1. VAIC merupakan nilai IC bank yang dihitung dengan metode Pulic (2012). ICDI merupakan Informasi IC yang dihitung berdasarkan metode Garcia-Meca & Martinez (2007). ICDI_MAN merupakan Informasi IC yang sifatnya
mandatory dihitung berdasarkan metode Garcia-Meca & Martinez (2007) dan
diwajibkan dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan. ICDI_VOL merupakan Informasi IC yang sifatnya voluntary dihitung berdasarkan metode Garcia-Meca & Martinez (2007) namun tidak diwajibkan dalam peraturan OJK. SIZE merupakan ukuran perusahaan bank i pada tahun t yang dihitung dengan log total asset perusahaan. Nilai
p-value ditunjukkan dalam tanda kurung.
Tabel 3 menunjukkan pemisahan informasi modal intelektual yang mandatory (ICDI_MAN) dan voluntary (ICDI_VOL) untuk mengetahui mana yang lebih berpengaruh terhadap hubungan antara modal intelektual dan nilai pasar perusahaan. Hasil pengujian regresi atas interaksi antara VAIC dengan ICDI_MAN menunjukkan nilai koefisien yang positif namun tidak signifikan (koefisien β4=0,294 dengan
p-value=0,450). Informasi modal intelektual yang mandatory tidak signifikan
mempengaruhi nilai pasar perusahaan maupun memperkuat pengaruh positif antara modal intelektual dan nilai pasar perusahaan. Hal ini karena pengungkapan informasi tentang modal intelektual oleh perusahaan telah diwajibkan oleh peraturan Otoritas Jasa Keuangan tidak dipandang sebagai informasi yang privat bagi investor.
Namun sebaliknya, interaksi antara VAIC dengan ICDI_VOL menunjukkan hasil yang positif dan signifikan pada level 5% (koefisien β5=4,834 dengan
p-value=0,013). Sesuai dengan prediksi bahwa informasi modal intelektual yang voluntary memperkuat pengaruh modal intelektual terhadap nilai pasar perusahaan
(sebagai variabel moderasi). Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh positif ICDI terhadap nilai pasar perusahaan (PBV) disebabkan oleh informasi modal intelektual yang sifatnya voluntary (ICDI_VOL).
Pembahasan
Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengungkapan tipe informasi modal intelektual secara voluntary di dalam laporan tahunan perusahaan akan memperkuat pengaruh modal intelektual terhadap nilai pasar perusahaan. Perusahaan yang lebih banyak mengungkapkan tipe informasi modal intelektual voluntary, maka modal intelektualnya akan lebih besar dalam mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Hal ini berarti bahwa jika ada dua perusahaan yang memiliki nilai modal intelektual relatif sama, maka perusahaan yang lebih banyak mengungkapkan tipe informasi modal intelektual voluntary nilai pasarnya akan lebih besar. Hasil ini menunjukkan bahwa informasi modal intelektual yang diungkapkan dalam laporan tahunan oleh perusahaan akan direspon oleh investor dengan menilai tinggi perusahaan tersebut sebagai wujud dari ekspektasi atau harapan investor terhadap kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Investor perlu melihat informasi tentang modal intelektual yang dapat diakses
146
dari laporan tahunan sebagai bahan penilaian atas kemampuan perusahaan di masa mendatang.
Modal intelektual diharapkan akan mendukung perusahaan dalam memenangkan persaingan melalui nilai tambah yang diberikan. Semakin tinggi kinerja modal intelektual yang merupakan nilai tambah dari modal intelektual, menunjukkan kemampuan manajer untuk mengelola dan memanfaatkan modal intelektual yang baik. Untuk menunjukkan kemampuannya ini manajer akan memberikan sinyal kepada investor guna menurunkan asimetri informasi. Hal ini konsisten dengan signalling
theory, dimana perusahaan akan memberikan sinyal positif tentang modal intelektual
kepada para investor melalui mekanisme laporan tahunan sehingga nilai pasar saham perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan (Sudibya & Restuti (2014); Belkaoui (2013)).
Perusahaan dengan muatan modal intelektual yang tinggi, memerlukan pengungkapan modal intelektual yang lebih banyak untuk memberikan sinyal kepada investor (Istianingsih, 2011). Hal ini sejalan dengan teori signalling bahwa manajer ingin memberikan sinyal atas kemampuan perusahaan yang sesungguhnya yang tidak dapat diungkapkan melalui laporan keuangan perusahaan. Teori Sinyal menyatakan bahwa manajer akan berusaha memberikan sinyal (informasi) mengenai sumber daya perusahaan yang dimilikinya kepada investor. Teori signalling menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi. Oleh karena itu, manajer perlu memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan melalui penerbitan laporan keuangan dan laporan tahunan. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan makna bahwa upaya manajer untuk memperkecil asimetri informasi melalui pengungkapan tipe informasi IC
voluntary direspon oleh investor. Respon pasar atas informasi yang diungkapkan
perusahaan tercermin dari perubahan harga saham yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pengaruh informasi modal intelektual terhadap nilai pasar perusahaan dipengaruhi oleh informasi yang sifatnya
mandatory atau voluntary. Penghitungan informasi modal intelektual dilakukan dengan content analysis pada laporan tahunan perusahaan perbankan.
Hasilnya penelitian menunjukkan bahwa model intelektual berpengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan (hipotesis 1 diterima). Sedangkan hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh positif antara modal intelektual dan nilai pasar perusahaan lebih dipengaruhi oleh tipe informasi modal intelektual voluntary daripada
mandatory terbukti dalam penelitian ini. Hal ini terbukti pada hasil regresi yang
menunjukkan bahwa interaksi antara modal intelektual dan nilai pasar perusahaan disebabkan oleh ICDI-VOL (hipotesis 2 diterima).
147 Setidaknya ada dua implikasi hasil penelitian ini. Pertama, pentingnya perusahaan menyajikan informasi tentang modal intelektual. Perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak informasi tentang modal intelektual yang dimilikinya akan memberikan penilaian lebih besar terhadap perusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya perusahaan menyajikan tipe informasi mengenai modal intelektual yang sifatnya voluntary untuk meningkatkan nilai perusahaan. Kedua, mengungkapkan modal intelektual berdasarkan item dari kategori modal intelektual yang sifatnya voluntary akan menurunkan tingkat asimetri informasi dengan investor. Manajemen perlu lebih memfokuskan pada informasi terkait dengan modal intelektual apa yang perlu disampaikan yang belum diwajibkan dan memberikan transparansi kepada investor.
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu jumlah sampel terbatas pada sektor perbankan sehingga hasilnya belum bisa digeneralisir untuk sektor industri yang lain. Selain itu, Proses check list item informasi modal intelektual hanya dilakukan oleh satu orang saja, yang memungkinkan terjadi misintepretasi atas item check list.
Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dalam memisahkan item informasi modal intelektual, sebaiknya item check list disusun kembali berdasarkan jenis industri. Apabila di peraturan dinyatakan sebagai mandatory, ternyata di perusahaan tersebut tidak diungkap, maka bisa jadi karena di industri tersebut tidak sesuai dengan jenis industrinya. Selain itu, proses melakukan check list item informasi modal intelektual dilakukan oleh lebih dari satu orang untuk menyamakan persepsi atas item check list. Bila terjadi perbedaan maka harus didiskusikan perbedaan persepsi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Aida, R. N., & Rahmawati, E. (2015). Pengaruh Modal Intelektual dan Pengungkapannya Terhadap Nilai Perusahaan: Efek Intervening Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi & Investasi, 16(2), 96–109. https://doi.org/10.18196/JAI-2015.0035
Allan, F., Sondakh, J. J., & Gamaliel, H. (2020). Pengaruh Intellectual Capital, Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Riset Akuntansi Dan Auditing, 11(1), 44–58. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/goodwill/article/view/29034
Artati, D. (2017). Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Dan Nilai Pasar. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan, 6(01), 59–74. https://doi.org/10.15294/aaj.v1i1.710
Belkaoui, R. (2013). Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational Firms: a Study of the Resource-Based and Stakeholder Views. Journal of
148
Berzkalne, I., & Zelgalve, E. (2014). Intellectual Capital and Company Value.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 110, 887–896.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.12.934
Ferdiansyah, M. A., & Faisal, F. A. (2020). Faktor-Faktor Nilai Perusahaan: Kajian Berdasarkan Modal Intelektual, Pertumbuhan dan Kinerja Perusahaan. E-Jurnal
Akuntansi, 30(4), 911. https://doi.org/10.24843/eja.2020.v30.i04.p09
Firer, S., & Williams, S. M. (2003). Intellectual Capital and Traditional Measures of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital, 4(3), 348–360. https://doi.org/10.1108/14691930310487806
Garcia-Meca, E., & Martinez, I. (2007). The Use of Intellectual Capital Information in Investment Decisions: An Empirical Study Using Analyst Reports. The
International Journal of Accounting, 42, 57–81.
Halim, K. I. (2020). Pengaruh Intellectual Capital, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Jurnal Revenue, 01(2), 227–232.
Hurwitz, J., Lines, S., Montgomery, B., & Schmidt, J. (2002). The Linkage Between Management Practices, Intangibles Performance and Stock Returns. Journal of
Intellectual Capital, 3(1), 51–61. https://doi.org/10.1108/14691930210412845
Istianingsih. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Modal Intelektual dan Pengaruhnya terhadap Keterprediksian Laba. In Ringkasan
Disertasi.
Kartika, I., & Payana, E. D. (2021). Good Corporate Governance dan Intellectual Capital sebagai Determinan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Indonesia, 10(1), 61. https://doi.org/10.30659/jai.10.1.61-79
Lestari, N., & Sapitri, R. C. (2016). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi, Ekonomi Dan Manajemen Bisnis, 4(1), 28–33. Muasiri, A. H., & Sulistyowati, E. (2021). Pengaruh Intellectual Capital Dan Corporate
Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis (EK&BI), 4(1), 426–436. https://doi.org/10.37600/ekbi.v4i1.255
Petty, R., & Guthrie, J. (2000). Intellectual Capital Literature Review Measurement, Reporting and Management Richard. Intellectual Capital Literature Review, 1(2), 155–176. https://doi.org/10.1007/978-3-540-71496-5_54
Pulic, A. (2012). An Accounting Tool for Intelectual Capital Management.
International Journal of Technology Management, 20, 702–714.
Sudibya, D. C. N. A., & Restuti, M. M. D. (2014). Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening. BENEFIT Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 18(1), 14–29.
Suryarahman, E., & Wirama, D. G. (2018). Pengaruh Modal Intelektual Pada Rasio Price To Book Value. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 22(2), 1085– 1111.
Svanadze, S., & Kowalewska, M. (2015). The Measurement of Intellectual Capital by VAIC Method–Example of WIG20. Online Journal of Applied Knowledge
149
Management, 3(2), 36–44.
Syaipudin, U. (2012). Analisis Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja
Perusahaan.
Tan, H. P., Plowman, D., & Hancock, P. (2007). Intellectual Capital and Financial Returns of Companies. Journal of Intellectual Capital, 8(1), 76–95. https://doi.org/10.1108/14691930710715079
Ulum, I. (2015). Intellectual Capital Disclosure: an Analysis With Four Way Numerical Coding System. Jurnal Akuntansi Dan Auditing Indonesia, 19(1), 39–50.
Wang, W. Y., & Chang, C. (2005). Intellectual Capital and Performance in Causal Models. Evidence from the Information Technology Industry in Taiwan. Journal
of Intellectual Capital, 6(2), 222–236.