• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISI BILANGAN p(5n + 4), p(7n + 5) DAN p(11n + 6) SECARA BERTURUT-TURUT KONGRUEN MODULO 5, 7 DAN 11 ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PARTISI BILANGAN p(5n + 4), p(7n + 5) DAN p(11n + 6) SECARA BERTURUT-TURUT KONGRUEN MODULO 5, 7 DAN 11 ABSTRACT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISI BILANGAN p(5n + 4), p(7n + 5) DAN p(11n + 6) SECARA BERTURUT-TURUT KONGRUEN MODULO 5, 7 DAN 11

Abdul Akhyar1, Syamsudhuha2, Sri Gemawati2

1Mahasiswa Program Studi S1 Matematika

2Dosen Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru 28293, Indonesia

abdul.akhyar@yahoo.co.id

ABSTRACT

A partition of a positive integer is the representation of the positive integer its self or sums of the other positive integers, while the partition function is the number of partitions. This article disscusses a simple proof of partition numbers p(5n + 4), p(7n + 5) and p(11n + 6) consecutively congruent modulo 5, 7, and 11. The proof for modulo 5 and 7 are carried out via Jacobi identities, while for modulo 11 via Euler and Jacobi identities.

Keywords: Partition number, modulo, generating function, Euler and Jacobi identities

ABSTRAK

Partisi dari bilangan bulat positif merupakan suatu cara menuliskan bilangan tersebut sebagai dirinya sendiri ataupun juga sebagai jumlah dari bilangan bulat positif lainnya, sedangkan fungsi partisi adalah banyaknya partisi yang dimiliki oleh suatu bilangan. Artikel ini membahas tentang bukti sederhana dari partisi bilangan p(5n + 4), p(7n + 5) dan p(11n + 6) secara berturut-turut kongruen pada modulo 5, 7 dan 11. Untuk pembuktian pada modulo 5 dan 7 melalui identitas Jacobi, sedangkan untuk modulo 11 melalui identitas Euler dan identitas Jacobi.

Kata kunci: Partisi bilangan, modulo, fungsi pembangkit, identitas Euler dan identitas Jacobi

1. PENDAHULUAN

Berbicara tentang matematika tidak akan bisa lepas dari hal yang disebut dengan bilangan. Berdasarkan keanggotaannya, bilangan dibagi menjadi beberapa macam, salah satunya adalah bilangan bulat. Bilangan bulat positif dapat ditulis sebagai dirinya sendiri ataupun sebagai jumlah dari bilangan bulat positif lainnya yang dikenal sebagai partisi bilangan. Fungsi partisi menyatakan jumlah atau banyaknya partisi yang bisa dimiliki oleh suatu bilangan.

(2)

Dalam [12] dinyatakan bahwa pada tahun 1917 P.A MacMahon menemukan barisan partisi bilangan hingga n = 200, kemudian Ramanujan mengamati barisan tersebut dan menemukan bahwa terdapat fungsi partisi bilangan dengan jarak yang sama kongruen dengan nol modulo 5, 7 dan 11, yaitu p(5n + 4) ≡ 0 (mod 5), p(7n + 5)≡ 0 (mod 7) dan (p11n + 6) ≡ 0 (mod 11).

Bukti untuk partisi bilangan (p11n + 6)≡ 0 (mod 11) banyak ditemukan dalam banyak artikel diantaranya seperti dalam Atkin dan Swinnerton-Dyer[1], Ekin[6], Hardy et al.[7], Hirschhorn[9], [10], [11], tetapi pembuktian tersebut tidak sesederhana seperti yang ditulis disini. Karya tulis ini membahas tentang bukti partisi bilangan p(5n + 4)≡ 0 (mod 5), p(7n + 5) ≡ 0 (mod 7) dan (p11n + 6) ≡ 0 (mod 11) yang dilakukan melalui identitas Jacobi dan identitas Euler dengan me-review artikel yang berjudul ”A Short and Simple Proof of Ramanujans Mod 11 Partition Congruence” yang ditulis oleh Hirschhorn [12].

2. TEORI PENDUKUNG

Pada bagian ini dijelaskan mengenai partisi bilangan, fungsi partisi fungsi pembangkit partisi bilangan dan teorema binomial.

Definisi 1 [3, h. 1] Partisi dari bilangan bulat positif n adalah barisan turun yang terbatas dari bilangan bulat positif λ1, λ2, . . . , λr sehingga

r i=1

λi = n. λi disebut bagian dari partisi.

Definisi 2 [3, h. 2] Fungsi partisi p(n) menyatakan banyaknya partisi yang dimiliki oleh bilangan bulat n, atau disebut juga sebagai jumlah partisi dari n.

Contoh 1 (4,2,2,1) adalah partisi dari 9 karena 4+2+2+1=9, sedangkan 1, 2 dan 4 disebut bagian partisi dari 9. Fungsi partisi untuk 9 adalah p(9) = 30 [8].

Teorema 3 Fungsi pembangkit untuk p(n) adalah

n=0

p(n)qn=

n=1

1

1− qn , dimana|q| < 1. (1)

Bukti. Dapat dilihat pada [4, h. 5]. 2

Jika dimisalkan E(q) =

n=1

(1− qn), maka persamaan (1) dapat ditulis menjadi

n=0

p(n)qn = 1

E(q). (2)

(3)

Teorema 4 (Teorema Binomial)Misalkan x dan y adalah bilangan real dan n adalah bilangan bulat tak negatif, maka

(x + y)n=

n i=0

(n i

)

xn−iyi.

Bukti. Dapat dilihat pada [13, h. 167]. 2

3. IDENTITAS EULER DAN IDENTITAS JACOBI

Pada bagian ini diberikan teorema mengenai identitas Euler dan identitas Jacobi sebagai berikut.

Teorema 5 (Identitas Euler) Untuk|q| < 1 maka

E(q) =

n=−∞

(−1)nqn(3n−1)/2. (3)

Bukti. Dapat dilihat pada [2, h:177]. 2

Dari persamaan (3) jika diuraikan dengan n = 0, 1,−1, 2, −2, 3, . . . maka diperoleh

E(q) = 1− q − q2+ q5+ q7− q12− q15± · · · . (4)

Teorema 6 (identitas Jacobi) Untuk|q| < 1 maka

E(q)3 =

n=0

(−1)n(2n + 1)q(n2+n)/2. (5)

Bukti. Dapat dilihat pada [5, h:14]. 2

Dari persamaan (5) jika diuraikan diperoleh

E(q)3 = 1− 3q + 5q3− 7q6+ 9q10− 11q15+ 13q21− 15q28

+ 17q36− 19q45± · · · . (6)

(4)

4. PARTISI BILANGAN p(5n + 4), p(7n + 5) DAN p(11n + 6) SECARA BERTURUT-TURUT KONGRUEN MODULO 5, 7 DAN 11 4.1. FUNGSI PARTISI BILANGAN KONGRUEN NOL MODULO 5 Pada bagian ini dibahas mengenai bukti dari partisi bilangan p(5n + 4)≡ 0 (mod 5) yang dilakukan melalui identitas Jacobi.

Teorema 7 Untuk setiap bilangan bulat tak negatif n maka p(5n + 4)≡ 0 (mod 5).

Bukti. Perhatikan pangkat q dari deret E(q)3 pada persamaan (6), yaitu 0, 1, 3, 6, 10, 15, 21, 28, 36, 45, . . . . Diperoleh bahwa bilangan - bilangan tersebut kongruen dengan 0, 1 atau 3 (mod 5). Jika dimisalkan i = 0, 1 atau 3, dan Ji adalah suku - suku dimana pangkat dari q kongruen dengan i (mod 5) maka diperoleh

E(q)3 = J0+ J1+ J3. (7)

Tetapi karena (2n + 1) ≡ 0 (mod 5) jika (n2 + n)/2 ≡ 3 (mod 5), maka J3 ≡ 0 (mod 5), sehingga persamaan (7) menjadi

E(q)3 ≡ J0+ J1. Berdasarkan Teorema 4 diperoleh

(1− q)5 ≡ (1 − q5) (mod 5), sehingga

E(q)5 = (1− q)5(1− q2)5(1− q3)5· · · ,

≡ (1 − q5)(1− q10)(1− q15)· · · (mod 5),

E(q)5 ≡ E(q5) (mod 5). (8)

Dari persamaan (2) diperoleh bahwa

n=0

p(n)qn= 1

E(q) = (E(q)3)3 (E(q)5)2. Dari kekongruenan (8), diperoleh

n=0

p(n)qn (E(q)3)3

E(q5)2 (mod 5)

= (J0+ J1)3

E(q5)2 (mod 5)

= J03+ 3J02J1+ 3J0J12 + J13

E(q5)2 (mod 5), (9)

(5)

dari pembilang N (q) = J03 + 3J02J1 + 3J0J12 + J13 pada persamaan (9) diperoleh beberapa suku pertama sebagai berikut.

J03 = 1 + 15q10+ . . . , 3J02J1 =−q(9 + 21q5+ . . . ), 3J0J12 = q2(27 + 126q5 + . . . ),

J13 =−q3(27 + 189q5+ . . . ),

sehingga diperoleh bahwa pangkat dari q dalam J03 kongruen 0 (mod 5), dalam 3J02J1 kongruen 1 (mod 5), dalam 3J0J12 kongruen 2 (mod 5), dalam J13 kongruen 3 (mod 5), dan tidak terdapat pangkat dari q yang kongruen dengan 4 (mod 5), sehingga koefisien q5n+4 adalah 0 (mod 5). Dengan demikian maka

n≥0

p(5n + 4)q5n+4 ≡ 0 (mod 5),

dan

p(5n + 4)≡ 0 (mod 5).

2

4.2. FUNGSI PARTISI BILANGAN KONGRUEN NOL MODULO 7 Pada bagian ini dibahas mengenai bukti dari partisi bilangan p(7n + 5)≡ 0 (mod 7) yang dilakukan melalui identitas Jacobi.

Teorema 8 Untuk setiap bilangan bulat tak negatif n maka p(7n + 5)≡ 0 (mod 7).

Bukti. Dengan memperhatikan kembali pangkat q dari suku-suku pada deret E(q)3 dalam persamaan (6) diperoleh bahwa bilangan - bilangan pangkat tersebut kongruen dengan 0, 1, 3 atau 6 (mod 7). Jika dimisalkan i = 0, 1, 3 atau 6, dan Ji adalah suku - suku dimana pangkat dari q kongruen dengan i (mod 7) maka diperoleh

E(q)3 = J0+ J1+ J3+ J6. (10) Tetapi karena (2n + 1) ≡ 0 (mod 7) jika (n2 + n)/2 ≡ 6 (mod 7), maka J6 ≡ 0 (mod 7), sehingga persamaan (10) menjadi

E(q)3 ≡ J0 + J1+ J3. Berdasarkan Teorema 4 diperoleh bahwa

(1− q)7 ≡ (1 − q7) (mod 7),

(6)

sehingga

E(q)7 = (1− q)7(1− q2)7(1− q3)7· · · ,

≡ (1 − q7)(1− q14)(1− q21)· · · (mod 7),

E(q)7 ≡ E(q7) (mod 7). (11)

Dari persamaan (2) diperoleh bahwa

n=0

p(n)qn= 1

E(q) = (E(q)3)2 E(q)7 .

Dari kekongruenan (11), diperoleh

n=0

p(n)qn (E(q)3)2

E(q7) (mod 7),

= (J0+ J1+ J3)2

E(q7) (mod 7),

= J02+ J12+ J32+ 2J0J1+ 2J0J3 + 2J1J3

E(q7) (mod 7). (12)

dari pembilang N (q) = J02+ J12+ J32+ 2J0J1+ 2J0J3+ 2J1J3 pada persamaan (12) diperoleh beberapa suku pertama debagai berikut.

J02 = 1 + 26q21+· · · , J12 = q2(9 + 66q14+· · · ), J32 = q6(25 + 90q7+· · · ), 2J0J1 = q(−6 − 22q14+· · · ), 2J0J3 = q3(10 + 18q7+· · · ), 2J1J3 = q4(−30 − 54q7+· · · ).

Dapat dilihat bahwa pangkat dari q dalam J02 kongruen 0 (mod 7), dalam J12 kongruen 2 (mod 7), dalam J32 kongruen 6 (mod 7), dalam 2J0J1 kongruen 1 (mod 7), dalam 2J0J3 kongruen 3 (mod 7), dalam 2J1J3 kongruen 4 (mod 7), dan tidak terdapat pangkat dari q yang kongruen dengan 5 (mod 7), sehingga koefisien q7n+5 adalah 0 (mod 7). Dengan demikian maka

n=0

p(7n + 5)q7n+5 ≡ 0 (mod 7),

dan

p(7n + 5)≡ 0 (mod 7).

2

(7)

4.3. FUNGSI PARTISI BILANGAN KONGRUEN NOL MODULO 11 Pada bagian ini dibahas mengenai bukti dari partisi bilangan p(11n + 6) ≡ 0 (mod 11). Pembuktian dilakukan melalui identitas Euler dan identitas Jacobi.

Teorema 9 Untuk setiap bilangan bulat tak negatif n maka p(11n + 6)≡ 0 (mod 11).

Bukti. Dari persamaan (4) diperoleh bahwa bilangan pangkat q dari suku-suku pada deret E(q) kongruen dengan 0, 1, 2, 4, 5 atau 7 (mod 11). Jika dimisalkan i = 0, 1, 2, 4, 5 atau 6, dan Ei adalah suku - suku dimana pangkat dari q kongruen dengan i (mod 11) maka diperoleh

E(q) = E0+ E1+ E2+ E4+ E5 + E7,

dan dari persamaan (6) diperoleh bahwa bilangan pangkat q dari suku-suku pada deret E(q)3 kongruen dengan 0, 1, 3, 4, 6 atau 10 (mod 11). Jika dimisalkan i = 0, 1, 3, 4, 6 atau 10, dan Ji adalah suku - suku dimana pangkat dari q kongruen dengan i (mod 11), diperoleh

E(q)3 = J0 + J1+ J3+ J4+ J6+ J10. (13) Tetapi karena (2n + 1) ≡ 0 (mod 11) jika (n2 + n)/2 ≡ 4 (mod 11), maka J4 ≡ 0 (mod 11), sehingga persamaan (13) menjadi

E(q)3 = J0+ J1+ J3+ J6+ J10. Berdasarkan Teorema 4 diperoleh bahwa

(1− q)11 ≡ (1 − q11) (mod 11), sehingga

E(q)11 = (1− q)11(1− q2)11(1− q3)11· · · ,

≡ (1 − q11)(1− q22)(1− q33)· · · (mod 11),

E(q)11 ≡ E(q11) (mod 11). (14)

Dari persamaan (2) diperoleh bahwa

n=0

p(n)qn = 1

E(q) = (E(q)3)7 (E(q)11)2. Dari kekongruenan (14), diperoleh

n=0

p(n)qn (E(q)3)7 E(q11)2

= (J0+ J1+ J3+ J6+ J10)7

E(q11)2 (mod 11). (15)

(8)

Dari pembilang N (q) = (J0+ J1 + J3+ J6+ J10)7 pada persamaan (15) jika dicari pangkat dari q yang kongruen dengan 6 (mod 11) diperoleh

n=0

p(11n + 6)q11n+6= P E(q11)2, dimana

P ≡ 7J06J6+ 10J05J32+ J04J1J6J10+ 8J03J13J3+ 2J03J1J32J10+ 8J03J63J10 + 3J02J12J3J62+ 3J02J12J6J102 + J02J32J62J10+ 2J02J3J6J103 + 10J02J105 + 7J0J16+ J0J14J3J10+ 2J0J12J32J6+ 3J0J12J32J102 + J0J1J3J64 + 2J0J1J63J102 + J0J34J6J10+ 8J0J33J103 + 10J15J62+ 2J13J3J62J10

+ 8J13J6J103 + 10J12J35+ 8J1J33J63+ 3J1J32J62J102 + J1J3J6J104 + 7J1J106 + 7J36J10+ 7J3J66+ 10J65J102 ,

maka harus ditunjukkan bahwa P ≡ 0 (mod 11) sebagai berikut.

Perhatikan bahwa

(E(q)3)4 = E(q)12= E(q)11E(q) ≡ E(q11)E(q)

≡ E(q11)(E0+ E1+ E2+ E4+ E5+ E7), sehingga

(J0+ J1+ J3+ J6 + J10)4 ≡ E(q11)(E0+ E1+ E2+ E4+ E5+ E7). (16) Di ruas kanan dari persamaan (16) diperoleh bahwa tidak terdapat suku - suku dimana pangkat dari q kongruen dengan 3, 6, 8, 9, dan 10 (mod 11), karena persamaan (16) kongruen maka hal ini juga terjadi diruas kiri. Sehingga jika ruas kirinya dikalikan atau diekspansikan, akan diperoleh lima polinomial berderajat empat yang kongruen dengan nol modulo 11. Sebagai contoh,

4J03J3+ 4J0J13+ 24J0J1J3J10+ 6J12J62 + 12J1J62J10+ 4J6J103 ≡ 0. (17) Jika persamaan (17) dikali 3, lalu dalam modulo 11 diperoleh

J03J3+ J0J13+ 6J0J1J3J10+ 7J12J62+ 3J1J62J10+ J6J103 ≡ 0. (18) Dengan cara yang sama diperoleh

J03J6+ 7J02J32+ 6J0J1J6J10+ J13J3+ 3J1J32J10+ J63J10≡ 0, (19) 3J0J12J6+ 6J0J3J6J10+ J0J103 + 7J12J32+ J1J63+ J33J10≡ 0, (20) 3J02J3J6+ 7J02J102 + J0J33+ 6J1J3J6J10+ J13J6+ J1J103 ≡ 0, (21) J03J10+ 6J0J1J3J6+ 3J0J1J102 + J1J33 + J3J63+ 7J62J102 ≡ 0. (22) Jika kelima polinomial (18) sampai (22) secara berturut-turut dimisalkan sebagai Q , Q , Q , Q , Q , dan juga sudah diketahui bahwa P berderajat tujuh, maka akan

(9)

dicari pengali berderajat tiga katakanlah M1, M2, M3, M4, M5 sedemikian hingga P ≡ M1Q1+ M2Q2+ M3Q3+ M4Q4+ M5Q5. Karena suku-suku di P mengandung q yang pangkatnya kongruen dengan 6 (mod 11), maka pangkat dari q di suku-suku dalam M1, M2, M3, M4, M5 haruslah kongruen dengan 3, 0, 9, 8 dan 7 (mod 11).

Dengan demikian diperoleh

M1 = 7J1J3J10 + 5J02J3+ 7J13, M2 = 7J0J1J10+ 5J62J10+ 7J03, M3 = 7J0J3J6+ 5J0J102 + 7J33, M4 = 7J3J6J10+ 5J12J6+ 7J103, M5 = 7J0J1J6+ 5J1J32 + 7J63, sehingga

P ≡ 0 (mod 11).

2

5. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada artikel ini, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi partisi bilangan p(5n + 4), p(7n + 5) dan p(11n + 6) untuk bilangan bulat tak negatif n secara berturut-turut akan selalu kongruen pada modulo 5, 7 dan 11. Untuk fungsi partisi p(11n + 6) dibuktikan dengan menggunakan identitas Euler dan identitas Jacobi, sedangkan untuk fungsi partisi p(5n + 4) dan p(7n + 5) dapat dibuktikan hanya dengan menggunakan identitas Jacobi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] A. O. L. Atkin dan P. Swinnerton-Dyer, Some properties of partitions, Proceedings of the London Mathematical Society, 3 (1953), 84-106.

[2] G. E. Andrews, Number Theory, W. B. Saunders Company, Philadelphia, 1971.

[3] G. E. Andrews, The Theory of Partitions, Cambridge University Press, London, 1984.

[4] Z. S. Aygin, Ramanujan’s Congruences for the Partition Function, Tesis Magister, Bilkent University, 2009.

[5] B. C. Berndt, Number Theory in the Spirit of Ramanujan, American Mathematical Society, Providence, Rhode Island, 2006.

[6] A. B. Ekin, Inequalities for the crank, Journal of Combinatorial Theory Series A, 83 (1998), 283-289.

(10)

[7] G. H. Hardy, P. V. S. Aiyar dan B. M. Wilson, Collected papers of Srinivasa Ramanujan, Cambridge University Press, London, 1927.

[8] A. Hassen dan T. J. Osler, Playing With Partitions On The Computer, pMathematics and Computer Education, 35 (2001), 5-17.

[9] M. D. Hirschhorn, A birthday present for Ramanujan, American Mathematical Monthly, 97 (1990), 398400.

[10] M. D. Hirschhorn, A generalisation of Winquists identity and a conjecture of Ramanujan, Journal of the Indian Mathematical Society, 51 (1987), 49-55.

[11] M. D. Hirschhorn, Ramanujans partition congruences, Discrete Mathematics, 131 (1994), 351-355.

[12] M. D. Hirschhorn, Short and simple proof of Ramanujan’s mod 11 partition congruence, Journal of Number Theory, 00 (2014), 1-4.

[13] J. J. Siang, Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer, Andi, Yogyakarta, 2002.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menghasilkan blueprint data architecture yang dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan sistem informasi akademik untuk mendukung dan

Akan tetapi, apabila wajib pajak tersebut sering melakukan pinjaman dari pihak luar yang biasa diperoleh dari keluarga, teman, maupun bank, dapat dikatakan bahwa

Although the 2005 E-Class has a V-8 just like the rest, four-doors like the rest, and rear drive like the rest, it’s a different animal. In its door pockets, a valet might notice,

SADIS yang menggunakan becak mempunyai fungsi sebagai alat transportasi wisata ramah lingkungan di Kota Batu akan menjadi semakin ramah lingkungan karena menggunakan

Gambar.5 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang menopause di Dusun Ngepoh Badran Kranggan Temanggunng Jawa Tengah didapatkan hasil tingkat pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas tomat berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman mulai dari 2 sampai dengan 7 MST, rataan berat buah (g), jumlah tandan

Semenjak kecil kita sudah diajarkan untuk berkterampilan mengolah pelastik botol bekas menjadi sebuah mainan plastik yang mempunyai nilai jual Mengurangi penggunaan bahan baku

$ila ada diplopia pende!ita akan meli#at lampu me!a# dan puti# ja!ak kedua lampu akan be!tamba# bila mata dige!akkan ke a!a# ge!akan otot !ektus late!alis yang mengalami