• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian akuntansi biaya

“Akuntansi biaya adalah suatu proses pengidentifikasian, pelaporan, pengukuran, dan analisis berbagai unsur biaya langsung dan biaya tidak langsung yang berhubungan dengan proses menghasilkan dan memasarkan produk”. (Riwayadi, 2014:25)

“Akuntansi biaya didefinikasikan sebagai proses pengukuran, penganalisisan, perhitungan dan pelaporan biaya, profabilitas dan kinerja operasi”. (Siregar, Baldric dkk, 2013:10)

Akuntansi biaya adalah suatu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi baya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Awal mula adanya akuntansi biaya yaitu hanya untuk penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan, tetapi dengan semakin pentingnya biaya non produksi, yaitu biaya pemasaran dan administrasi yang membuat akuntansi biaya ditunjukkan sebagai alat penyajian informasi biaya bagi manajemen baik biaya produksi maupun nonproduksi. Oleh karena itu akuntansi biaya dapat digunakan untuk perusahan manufaktur ataupun non mafaktur (Surjadi Lukman, 2013:12).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya merupakan suatu proses pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengevaluasian dan penyajianbiaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membuat produk itu jadi dan bisa dijual. Selain itu akuntansi biaya merupakan sistem akuntansi yang dapat mengendalikan, mengawasi dan menganalisis biaya-biaya dalam suatu proses produksi serta membahas mengenai perhitungan harga pokok produksi dengan tujuan membantu penentuan laba atau rugi dari barang yang diproduksi.

2. Tujuan akuntansi biaya

Tujuan akuntansi biaya yaitu menyajikan informasi bagi manajemen untuk menentukan harga pokok produksi.

Tujuan dari akuntansi biaya adalah sebagai berikut:

(2)

a. Penentuan biaya produksi

“Untuk memenuhi tujuan harga pokok produksi dilakukan pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengevaluasian dan penyajian biaya-biaya dari pengolahan bahan baku menjadi bahan produk jadi”. (Mulyadi, 2015:7)

b. Pengendalian biaya

“Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan untuk memproduksi satu satuan dengan produk yang sesungguhnya yang terjadi”. (Mulyadi, 2015:7)

c. Pengambilan keputusan khusus

“Untuk pengambilan keputusan, akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang masa yang akan datang karena pengambilan keputusan berhubungan dengan masa yang akan datang”. (Mulyadi, 2015:7)

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan akuntansi biaya adalah memberikan informasi bagi manajemen dalam melakukan analisis data sehingga akan membantu dalam perencanaan, pengawasan, dan pengendalian biaya yang diperlukan dalam membuat suatu produk dan juga bisa membantu dalam menghitung harga pokok produksi atau jasa yang dihasilkan secara cepat dan teliti.

3. Pengertian biaya

Biaya mempunyai arti yang sangat luas, yang disebabkan adanya perbedaan tujuan biaya maka pengertian biaya juga berbeda-beda.

“Biaya adalah pengorbanan ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau tidak terjadi untuk tujuan tertentu”. (Ony Widlestariningtyas, 2012:10)

Unsur-unsur pokok dalam definisi akuntansi biaya diatas sebagai berikut:

a. Biaya merupakan pengorbanan ekonomi

b. Alat pengukurannya dalam bentuk satuan uang

c. Yang telah terjadi atau tidak terjadi

(3)

d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. (Mulyadi ,2012:8)

“Biaya adalah biaya barang atau jasa yang telah memberikan manfaat yang digunakan untuk memperoleh pendapatan”. (Siregar, Baldric dkk, 2013:23)

4. Penggolongan biaya

Menurut Mulyadi penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang ingin dicapai melalui penggolongan tersebut.

Biaya digolongkan menjadi:

a. Objek pengeluaran

Maksudnya adalah dasar penggolongan biaya. Misalkan yang sederhana bahan bakar, maka apapun yang berbentuk pengeluaran tentang bahan bakar termasuk biaya bahan bakar. Golongan atas dasar objek pengeluaran ada tiga yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. (Mulyadi, 2015:13)

b. Fungsi pokok dalam perusahaan

Biaya dapat digolongkan menjadi tiga bagian:

1) Biaya Produksi : Biaya yang terjadi untuk pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang siap untul dijual. (Mulyadi, 2015:14) a) Biaya Bahan Baku diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu

biaya bahan baku langsung dan tidak langsung. Bahan baku langsung adalah bahan yang secara mudah dan akurat untuk ditelusuri ke barang jadi. Sedangkan biaya bahan baku tidak langsung adalah biaya untuk bahan baku tidak langsung yang dipakai, misalkan biaya overhead pabrik. (Riwayadi, 2014:48-49) Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku langsung:

BDP-Biaya Bahan Baku Rp xxx

Persediaan Bahan Baku Rp xxx

b) Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat secara mudah dan akurat ditelusuri ke produk. Misalkan Upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja langsung. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan untuk pembuatan barang jadi dan pembayaran upah berdasarkan unit penghasilan dan jumlah jam kerjanya.

(Riwayadi, 2014:73)

Jurnal untuk mencatat Biaya Tenaga Kerja Langsung:

BDP-Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx

Gaji dan Upah Rp xxx

(4)

c) “Biaya Overhead Pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biya tenaga kerja langsung”. (Riwayadi, 2014:76)

Jurnal untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik:

BDP-Biaya Overhead Pabrik Rp xxx

Berbagai Rek. Yang dikredit Rp xxx

2) “Biaya Pemasaran : biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Misalkan biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan kegudang pembeli”.

(Mulyadi, 2015:14)

3) Biaya Administrasi dan umum : biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Misalkan biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntansi, biaya photocopy. (Mulyadi, 2015:14)

c. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Biaya erat hubungannya dengan produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Biaya yang terjadi dengan mudah ditelusur kesuatu produk dan ada yang sulit.

Golongan biaya ada dua bagian:

1) Biaya Langsung

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi karena adanya sesuatu yang dibiayai. Misalnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. (Mulyadi, 2015:15)

2) Biaya Tidak Langsung

“Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang ada dibiayai. Biaya tenaga kerja tidak langsung disebut juga dengan biaya overhead pabrik”. (Mulyadi, 2015:15)

d. Perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas

Volume kegiatan perusahaan dapat berubah-ubah sesuai dengan

permintaan pasar dan kemampuan yang dimiliki perusahaan. Jika

(5)

permintaan pasar meningkat dan sesuai dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan tersebut, maka perusahaan tersebut akan menaikkan volume produksinya.

Sebaliknya, jika permintaan turun maka perusahaan akan mengurangi volume produksinya.

Menurut Kautsar Riza Salman Penggolongan biaya ini dapat digolongkan menjadi:

1) Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara proporsional sesuai dengan volume kegiatan. Misal dari jenis biaya ini adalah bahan baku, biaya pekerja langsung, biaya bahan bakar, dan biaya overhead variabel lainnya. Dibawah ini adalah daftar biaya overhead pabrik yang sering diklasifikasikan sebagai biaya variabel:

a) Perlengkapan b) Bahan bakar c) Peralatan kecil

d) Kerusakan dan bahan reklamasi e) Biaya pemasaran

f) Royalti

g) Biaya komunikasi h) Upah lembur

i) Penanganan bahan baku 2) Biaya semivariabel

Biaya semivariabel adalah biaya yang terpengaruh dengan volume kegiatan tetapi dengan perubahan biaya yang tidak proporsional. Misalkan dari jenis biaya ini adalah biaya listrik, biaya telepon, dan biaya air. Dibawah ini adalah contoh-contoh lain dari biaya overhead semivariabel:

a) Inspeksi

b) Jasa departemen biaya

(6)

c) Jasa departemen penggajian d) Jasa departemen personalia e) Jasa kantor pabrik

f) Jasa bahan baku dan persediaan g) Air dan limbah

h) Pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin pabrik i) Asuransi kecelakaan dan kesehatan

j) Pajak penghasilan

k) Pemanasan, listrik dan generator 3) Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume kegiatan. Misal dari jenis biaya ini adalah biaya sewa, biaya asuransi, biaya depresiasi, biaya pelatihan karyawan dan biaya overhead tetap lainnya. Dibawah ini adalah biaya overhead pabrik yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya tetap:

a) Gaji eksekutif produksi b) Depresiasi

c) Pajak properti d) Amortsasi paten e) Gaji penyedia

f) Asuransi proferti dan kerugian g) Gaji satpam dan pegawai kebersihan

h) Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan i) Sewa. (Kautsar Riza Salman, 2013:25)

e. Jangka waktu manfaatnya

Biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya dibagi menjadi dua:

1) Pengeluaran modal

Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

2) Pengeluaran pendapatan

(7)

Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

Misalnya biaya iklan dan biaya tenaga kerja. (Mulyadi, 2015:16) 5. Pengertian Harga Pokok

“Harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dengan satuan uang untuk memperoleh aktiva atau dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi”. (Mulyadi, 2012:8)

6. Pengertian Harga Pokok Produksi

Suatu harga pokok dapat diketahui jumlahnya dari jumlah biaya produksi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk memproduksi suatu produk tersebut.

“Harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dari pengolahan ahan baku menjadi suatu produk”. (Mulyadi, 2015:17)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa harga pokok produksi yaitu meliputi biaya-biaya yang dikorbankan mulai dari pengadaan bahan baku samapai menjadi produk yang siap untuk dijual.

7. Unsur-unsur Biaya Produksi

Unsur-unsur biaya produksi dibagi menjadi tigas bagian, yaitu:

a. Biaya bahan baku

“Biaya bahan baku adalahbiaya yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi”. (Mulyadi, 2015:275)

b. Biaya tenaga kerja

“Tenaga kerja adalah biaya usaha fisik dari seorang karyawan untuk pembuatan produk dari bahan baku sampai produk jadi. Jadi, biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja dari manusia tersebut”. (Mulyadi, 2015:319)

c. Biaya overhead pabrik

“Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung”. (Mulyadi, 2015:194-195).

Biaya overhead pabrik digolongkan menjadi tiga cara penggolangan,

yaitu:

(8)

1) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya.

Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi beberapa golongan yaitu:

a) Biaya bahan penolong

Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.

b) Biaya reparasi dan pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang, biaya habis pakai dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaanaktiva- aktiva yang digunakan untuk keperluan pabrik.

c) Biaya tenaga tidak kerja langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Misalkan upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut.

d) Biaya yang timbul sebagai penilaian terhadap aktiva tetap Biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya yang depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin, perkakas labotarium, alat kerja dan aktiva tetap lainnya yang digunakan dipabrik.

e) Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu

Biaya yang termasuk adalah biaya asuransi gedung, asuransi mesin, asuransi kendaraan, kecelakaan karyawan dan biaya amortisasi kerugian

f) Biaya overhead pabrik lain yang langsung memerlukan pengeluaran uang tunai

Biaya overhead pabrik yang termasuk adalah biaya reparasi

yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik.

(9)

2) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi.

Ditinjau dari perilakunya, biaya overhead pabrik dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

a) Biaya overhead pabrik tetap

Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu.

b) Biaya overhead pabrik variabel

Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

c) Biaya overhead pabrik semivariabel

“Biaya overhead semivariabel adalah biaya overhead pabrik yang tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan”. (Mulyadi, 2015:194-195)

3) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen

Dilihat dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

a) Biaya overhead pabrik langsung departemen

Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah biayaoverhead yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya dapat dinikmati oleh departemen tersebut.

b) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen.

Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati lebih dari satu departemen. (Mulyadi, 2015:194-195)

8. Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi perhitungan harga pokok produk dalam akuntansi

biaya dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:

(10)

a. Metode full costing

Full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dengan demikian kos produksi menurut metode ini terdiri dari unsur biaya produksi sebagai berikut :

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik variabel xxx Biaya overhead pabrik tetap xxx +

Harga pokok produksi xxx

Harga Pokok Produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur biaya produksi ditambah dengan biaya nonproduksi variabel dan tetap.

b. Metode variabel costing

Variabel costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan harga pokok produksi yang berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.

Dengan demikian biaya produksi menurut metode variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik variabel xxx +

Harga pokok produksi xxx

Harga pokok produksi dihitung dengan pendekatan variabel

costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel ditambah

dengan biaya nonproduksi variabel dan biaya tetap. (Mulyadi,

2015:17)

(11)

9. Metode Pengumpulan Biaya Produksi

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam memperhitungkan unsur- unsur biaya yang pertama adalah metode harga pokok pesanan dan harga pokok proses. Untuk penerapan disetiap perusahaan berbeda-beda tergantung dengan kebijakan setiap perusahaan.

Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Dan utnuk perusahaan yang berproduksi masa mengumpulkan kos produksinya dengan menggunakan metode harga pokok produksi proses.

Agar perhitungan biaya berdasarkan pesanan,pesanan harus diidentifikasikan secara terpisah. Supaya perincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, agar terdapat pembedaan penting dalam biaya perunit suatu pesanan dengan pesanan lainnya. Misalkan suatu perusahaan Meubel “Sekawan” Barabai menerima pesanan seperti kusen 4x4m, pintu 2,5x2,5m, lemari 4x4mdan lain-lain.

Maka selain pesanan-pesanan tersebut dapat dengan mudah dipisahkan berdasarkan karakteristik dan biaya-biaya perunit dari barang pesanan tersebut. (Mulyadi, 2015:63)

10. Metode Pengumpulan Harga Pokok Pesanan

Metode harga pokok pesanan adalah suatu sistem akuntansi biaya perpetual yang menghimpun biaya menurut pekerjaan-pekerjaan pesanan tertentu. Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksi seperti meubel, kostruksi, percetakkan, pembuatan kapal dan lain-lain. (Firdaus Ahmad Dunia, 2012:54).

Dalam perusahaan yang menggunakan harga pokok pesanan, informasi perpesanan ini bermanfaat bagi manajemen untuk:

a. Menentukan harga jual yang dibebankan kepada pemesan

Dengan menggunakan metode ini biasanya biaya produksi yang

satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain. Formula

untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan

sebagai berikut:

(12)

Taksiran biaya produksi untuk pesanan Rp xxx Taksiran biaya non produksi yang

dibebankan kepada pesanan Rp xxx +

Taksiran total biaya pesanan Rp xxx

Laba yang diinginkan Rp xxx +

Taksiran harga jual yang

dibebankan kepada pemesan Rp xxx

Dari formula diatas terlihat bahwa taksiran biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi pesanan yang yang diinginkan oleh pemesan yang dipakai sehingga salah satu dasar untuk menentukan harga jual yang dibebankan kepada pemesan. Untuk menafsir biaya produksi pesanan tersebut maka perlu dihitung biaya sebagai berikut:

Taksiran biaya bahan baku Rp xxx Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx + Taksiran biaya produksi Rp xxx b. Memperimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan

Informasi harga pokok pesanan memberikan dasar perlindungan bagi manajemen agar dalam menerima pesanan perusahaan tidak mengalami kerugian. Jika perusahaan tidak memiliki informasi total harga pokok pesanan, manajemen tidak memiliki jaminan apakah harga yang diminta oleh pesanan, sehingga keputusan yang perlu dilakukan manajemen adalah menerima atau menolak pesanan. Total harga pokok pesanan dihitung dengan unsur biaya berikut ini:

Biaya produksi pesanan:

Taksiran biaya bahan baku Rp xxx Taksiran biaya tenaga kerja Rp xxx Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx Taksiran total biaya produksi Rp xxx Biaya non produksi:

Taksiran biaya administrasi dan umum Rp xxx

(13)

Taksiran biaya pemasaran Rp xxx Taksiran biaya non produksi Rp xxx Taksiran total harga pokok pesanan Rp xxx c. Memantau realisasi biaya produksi

Informasi taksiran biaya produksi pesanan tertentu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu dasar untuk menempatkan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. Informasi ini digunakan untuk mempertimbangkan diterima atau tidaknya suatu pesanan. Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu yang dilakukan dengan formula berikut ini:

Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xxx Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx Total biaya produksi sesungguhnya Rp xxx d. Menghitung laba atau rugi realisasi

Untuk mengetahui pesanan tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mendapatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi pesanan.

Laba atau rugi bruto bisa dihitung dengan cara sebagai berikut:

Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xxx Biaya produksi pesanan tertentu:

Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xxx Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya Rp xxx Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx Taksiran biaya produksi pesanan Rp xxx

Laba bruto Rp xxx

e. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi

Berdasarkan catatan biaya produksi tiap pesanan tersebut

manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada

pesanan yang telah selesai diproduksi, namun pada tanggal neraca

belum diserahkan kepada pemesan.disamping itu, berdasarkan catatan

(14)

tersebut, manajemen dapat pula menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan. (Mulyadi, 2015:39-42)

11. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan

Karakteristik usaha perusahaaan yang produksinya berdasarkan pesanan akan berpengaruh pada pengumpulan biaya produksi. Dibawah ini adalah karakteristik-karakteristik yang mempengaruhi pada pengumpulan biaya:

a. Memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk dihitung dengan harga pokok produksinya secara individual.

b. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut yaitu biaya produksi langsung dan tidak langsung.

c. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.

d. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjad, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan kedalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan.

e. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. (Mulyadi, 2015:38) 12. Kartu Harga Pokok

Kartu harga pokok merupakan catatan yang penting dalam metode

harga pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi sebagai buku rekening

pembantu yang digunakan sebagai pengumpulan biaya produksi tiap

pesanan produk.

(15)

13. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik

a. Alasan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka adalah sebagai berikut:

1) Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan yang satu ke bulan yang lainnya.

2) Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan, manajemen memerlukan informasi harga pokok produksi persatuan pada saat pesanan selesai dikerjakan. (Mulyadi, 2015:196-197)

b. Langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead pabrik

Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:

1) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik

Tiga cara kapasitas yang dapat dipakai untuk dasar pemuatan angaran biaya overhead pabrik:

a) Kapasitas Teoritis : Suatu departemen untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu.

b) Kapasitas Normal : Kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang.

c) Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan :kapasitas yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.

(Mulyadi, 2015:197-198)

2) Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalammemilih dasar pembebanan yang dipakai adalah:

a) Harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan

jumlahnya dalam departemen produksi.

(16)

b) Biaya overhead pabrik yang dominan dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan pembebanan yang dipakai.

3) Menghitung tarif biaya overhead pabrik

Setelah tingkat kapasitas yang akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan dan anggaran biaya overhead pabrik telah disusun.

14. Pencatatan Akuntansi Metode Harga Pokok Pesanan

Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan meliputi organisasi formulir, catatan-catatan dan laporan-laporan yang terkoordinasi dalam rangka melaksanakan kegiatan untuk melayani pesanan. (Mulyadi, 2015:46)

15. Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur

Laporan keuangan merupakan hasil proses akuntansi. Kegiatan perusahaan manufaktur terdiri dari pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi dan penjualan produk jadi tersebut kepada konsumen atau manufaktur lain. Dalam pendekatan full costing, berbagai pengorbanan sumber ekonomi ini disajikan dalam laporan laba rugi, yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

a. Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi.

b. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk jadi.

c. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan pemasaran produk. (Mulyadi, 2015:21)

16. Pengertian Depresiasi Aktiva Tetap

Sebagaimana yang dinyatakan menurut SAK yang dikutip oleh

(Samuel Mairuhu dan Jantje J. Tinangon, 2014:406), aktiva tetap adalah

aktiva yang berwujud, diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun

lebih dahulu, digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimasukkan untuk

dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari

satu tahun periode akuntansi.

(17)

a. Aset tersebut digunakan dalam operasi, hanya aset yang digunakan dalam operasi normal perusahaan saja yang dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap.

b. Aset tersebut memiliki masa manfaat yang panjang lebih dari 1 periode.

c. Aset tersebut memiliki substansi fisik. Aset tetap memiliki ciri substansi fisik kasat mata sehingga dibedakan dari aset tak berwujud seperti hak paten dan merek dagang.

17. Metode Perhitungan Depresiasi/penyusutan Aktiva Tetap

Menurut pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2012) no. 17 yang dikutip oleh (Windariyani Fitrima, 2013:168-169) penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria sebagai berikut:

a. Berdasarkan waktu 1) Metode garis lurus

Dalam metode garis lurus lebih melihat aspek waktu dari pada aspek kegunaan. Metode ini paling sering digunakan oleh perusahaan- perusahaan karena paling mudah. Perhitungan tarif penyusutan untuk metode garis lurus adalah sebagai berikut:

Rumus:

Penyusutan =

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑠𝑎

𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠

...(1) 2) Metode jumlah angka tahun

Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan yang menurun dengan dasar penurunan pecahan dari nilai yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan nilai sisa).

Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Rumus:

Penyusutan =

𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

x (harga perolehan – nilai residu)..(2) 3) Metode Saldo Menurun

Metode ini juga merupakan metode penurunan penyusutan yang

menggunakan tingkat penyusutan yang merupakan perkalian dari

(18)

metode garis lurus. Tingkat penyusutan metode ini selalu tetap dan diaplikasikan untuk mengurangi nilai buku pada setiap akhir tahun, dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak dikurangkan dari harga perolehan dalam menghitung nilai yang dapat disusutkan.

Rumus:

Penyusutan = Penyusutan %x(harga perolehan–akm. penyusutan)..(3) b. Berdasarkan penggunaan

1) Metode jam-jasa

Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya.

Metode ini menggunakan jumlah jam kerja sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk setiap periode.

2) Metode jumlah unit produksi

Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya.

Metode penyusutan ini menggunakan hasil produksi sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode.

c. Berdasarkan kriteria lainnya

1) Metode berdasarkan jenis dan kelompok

Metode penyusutan biasanya digunakan untuk satu aktiva tetap.

Dalam keadaan tertentu bagaimanapun juga ada berbagai macam aktiva yang disusutkan dengan menggunakan satu tarif penyusutan.

2) Metode anuitas

Dalam metode ini beban penyusutan yang dihasilkan pada tahun/periode awal adalah rendah dan akan meningkat jumlah tiap periode berikutnya.

3) Sistem persediaan

Metode penyusutan ini biasanya untuk menilai aktiva berwujud

yang nilainya kecil.

(19)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penulis memaparkan hasil penelitian terdahulu karena mempunyai informasi dan buku yang sama dan sebagai bahan acuan atau pertimbangan untuk pembaharuan tugas akhir ini. Adapun hasil penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Aspek Syahadat (2018) Dewi (2018) Siti Halisya Aulia Fitri

(2019) Judul Penentuan Harga Pokok

Produksi Sofa Per Set dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Pesanan Full Costing pada Meubel Roby

Banjarmasin

Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan

Menggunakan Metode Harga Pokok Pesanan pada UD Asia Jaya Aluminium Banjarmasin

Perhtungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Pesanan Pada Meubel “Sekawan”

Barabai Institusi yang

Diteliti Meubel Roby Banjarmasin UD Asia Jaya Aluminium Banjarmasin

Meubel “Sekawan”

Barabai

Periode Analisis Januari – Maret 2018 Oktober – Desember 2017 Januari – Maret 2019 Rumusan

Masalah

Bagaimana perhitungan harga pokok produksi yang sesuai dengan konsep Akuntan Biaya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan Full Costing pada Meubel Roby Banjarmasin

Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan harga pokok pesanan yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya pada UD Asia Jaya Aluminium Banjarmasin

Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan yang sesuai dengankonsep akuntansi biaya pada Meubel “Sekawan”

Barabai Tujuan Penelitian Mengetahui perhitungan harga

produksi per set yang sesuai dengan konsep Akuntansi Biaya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan Full Costing pada Meubel Roby Banjarmasin

Mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya pada UD Asia Jaya Aluminium Banjarmasin

Mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya pada Meubel “Sekawan”

Barabai Metode

Penelitian

Studi Kasus Studi Kasus Studi Kasus

Hasil Penelitian Perhitungan harga pokok produksi menurut penulis lebih besar untuk produk sofa 211 minimalis, sofa 211 cangkir, sofa 211 italoano dan sofa mbelimbing

dibandingkan dengan perhitungan perusahaan yang mengakibatkan kepenentuan harga jual.

Perhitungan harga pokok produksi menurut penulis lebih besar untuk produk kanopi 4x4m, kusen aluminium 4x4m, dan pintu rolling dorr 2,5x2,5m dibandingkan dengan perhitungan-perhitungan perusahaan yang

menyebabkan terpengaruhnya penentuan harga jual

-

Sumber: (Syahadat, 2018) dan (Dewi, 2018).

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan maksud dan tujuan penelitian ini adalah menerapkan metode two stage least square (2 SLS) dalam mengatasi permasalahan endogenitas pada analisis regresi

Gelatin sebesar 512,233 mg dan gliserin sebesar 687,767 mg (32:43) merupakan kombinasi optimal untuk menghasilkan sediaan chewable lozenges dengan sifat fisik yang baik

1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif. 2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan. 3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas. 4)

Hal ini bisa dilihat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan saham sebelum, saat, dan sesudah dimana sebelum peristiwa rata-rata aktivitas volume

5. Bila mahasiswa menerima tamu selain tamu dari akademik akan diberi sanksi berupa scorsing. Bila mahasiswa meninggalkan praktek selama praktek belum berakhir

spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual. b) Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya

Dalam menggunakan metode hands on learning diperlukan beberapa bahan dan perlu memperhatikan beberapa hal dalam mengajari anak yaitu, yang pertama keamanan untuk anak

kemitraan antara pemerintah, usaha swasta dan masyarakat lokal. Pengembangan ekonomi lokal juga memerlukan kerjasama antara aktor-aktor yang terlibat. Aktor-aktor