• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kurangnya aktivitas fisik adalah faktor risiko utama keempat kematian di seluruh dunia (WHO, 2014). Sekitar 3,2 juta orang meninggal setiap tahun karena masalah kurangnya aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah sebuah faktor risiko kunci penyakit tidak menular, seperti kardiovaskuler, kanker, dan diabetes. Bahkan kurangnya aktivitas fisik memberi beban ekonomi yang besar bagi Cina, karena bertanggung jawab pada lebih dari 15% biaya tahunan medis dan non-medis penyakit tidak menular karenanya (Zhang & Chaaban, 2013).

Begitu pula halnya di Indonesia. Aktivitas fisik masih menjadi masalah kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa 1 dari 4 penduduk Indonesia melakukan perilaku sedenter lebih dari 6 jam per hari (Kemenkes RI, 2013). Terdapat 26,1% proporsi penduduk Indonesia yang melakukan aktivitas fisik kurang aktif, yaitu tidak melakukan aktivitas fisik sedang ataupun berat, dan penduduk dari 22 provinsi di antaranya masih berada di atas rata-rata Indonesia.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satunya. Meskipun telah menurun dari 45,3% proporsi penduduk yang melakukan aktivitas fisik kurang aktif pada Riskesdas 2007 (Kementerian Kesehatan RI, 2007), angka 20,8% proporsi penduduk pada Riskesdas 2013 masih memposisikan DIY berada di atas rata-rata nasional dalam hal kurangnya aktivitas fisik.

Masalah kurangnya aktivitas fisik berkaitan dengan berbagai penyakit, misalnya obesitas. Patrick & Lear (2014) menemukan bahwa ketertarikan tinggi terhadap teknologi memiliki hubungan yang kuat antara pola makan, jumlah energi yang masuk dalam tubuh, dan indeks massa tubuh. Hal tersebut dilihat pada hubungan yang kuat antara kepemilikan teknologi dengan aktivitas fisik.

Tingkat obesitas tumbuh seiring dengan tumbuhnya rasa malas beraktivitas dari manusianya sendiri (Susanto, 2013). Manusia cenderung untuk bergantung

(2)

dengan berbagai teknologi yang memudahkan yang dimilikinya atau yang berada di sekitar lingkungannya sehingga rasa malas untuk beraktivitas tersebut muncul dan manusia menjadi lebih banyak melakukan kegiatan sedenter.

Terlepas dari kenyataan bahwa banyak orang tidak mematuhi rekomendasi aktivitas fisik (WHO, 2010), aplikasi smartphone yang mempromosikan aktivitas fisik kian populer di kalangan masyarakat. Sebanyak 23.490 dari total 875.683 aplikasi aktif di iTunes (148Apps.biz, n.d.) dan 17.756 dari 696.527 aplikasi aktif di Google Play (AppBrain, n.d.) dikategorikan health and fitness.

Statistik tersebut berimplikasi pada meningkatnya minat masyarakat pada kesehatan dan kebugaran. Masyarakat semakin menggemari beberapa cabang olahraga yang didukung oleh aplikasi dalam smartphone mereka. Salah satu olahraga yang semakin diminati tersebut adalah olahraga lari. Hal ini terlihat dari pertumbuhan minat masyarakat terhadap olahraga lari. Bahkan banyak orang yang sering melaksanakan olahraga tersebut secara rutin.

Meningkatnya minat masyarakat terhadap olahraga lari tampaknya juga dipengaruhi oleh kemunculan media jejaring sosial. Bahkan kegiatan olahraga kini juga dapat dijadikan sebagai ajang untuk berbagi foto pribadi di dunia maya (Putra, 2013). Vickey, et al. (2013) juga menyebutkan bahwa teknologi dan jejaring sosial ternyata memiliki peran yang bisa dimainkan dalam meningkatkan kesehatan dan perilaku kebugaran. Untuk mendukung pelari, beberapa aplikasi smartphone bermanfaat dalam hal pemberian track (Takata et al., 2007), motivasi (Gil-Castineira et al., 2011), interaksi sosial (Mueller, O’Brien, & Thorogood, 2007), atau catatan hasil olahraga.

Dengan semakin majunya teknologi informasi, kian banyak pilihan aplikasi atau media jejaring sosial yang berguna dalam meningkatkan kualitas hidup, termasuk dengan berolahraga. Aplikasi yang belakangan tengah diminati adalah aplikasi yang berkaitan dengan olahraga lari (running apps), seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggemari olahraga ini (Ngantung, 2014). Selain dapat melihat perkembangan latihan, pelari juga dapat berbagi program latihan dan mengunggah perkembangan pencapaian mereka di media sosial.

(3)

Berbagai penelitian mulai fokus pada fenomena tersebut. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Middelweerd, et al. (2014) yang mencari tahu peran sebuah aplikasi dalam smartphone terhadap aktivitas fisik. Hasil dari review tersebut adalah bahwa aplikasi memiliki potensi untuk mengembangkan umpan balik dan mengintegrasikan teknik perubahan perilaku. Smartphone dengan akses internet dan aplikasi menjadikan telepon seluler menjadi sebuah komputer personal yang portable.

Faktor motivasi dalam teori Dua Faktor dari Frederick Irving Herzberg dapat menjelaskan motivasi seseorang yang melakukan olahraga lari dan gemar mengunggah pencapaian olahraganya tersebut ke media sosial. Faktor motivasi tersebut mencakup keberhasilan (achievement), pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan, dan pertumbuhan dalam pekerjaan (Roen, 2012). Semakin terpenuhi faktor-faktor motivasi dalam berolahraga larinya, seseorang akan semakin senang melakukan olahraga lari tersebut. Dengan mengunggah pencapaian olahraga lari ke media sosial, menampilkan prestasi dan peningkatan kualitas olahraganya, mendapat pengakuan, dan semakin tertantang, seseorang tersebut akan semakin rutin melakukan olahraga lari.

Perkembangan dunia informasi dan teknologi (IT) membuat persoalan tersebut bukan lagi hal yang sulit. Aplikasi smartphone merupakan sebuah media yang dapat digunakan untuk mendukung perubahan jangka panjang sebuah perilaku kesehatan (Dennison, et al., 2013). Ada sangat banyak aplikasi yang dapat mendukung kegiatan olahraga menjadi menyenangkan dan menarik bagi masyarakat. Salah satunya adalah Endomondo Sports Tracker.

Endomondo merupakan aplikasi terdepan yang dapat diandalkan oleh pengguna di daerah perkotaan. Pada awalnya aplikasi ini berfungsi sebagai GPS yang memastikan pengguna tidak tersasar di setiap kota. Berikutnya adalah audio feedback, aplikasi yang akan memberi semangat di setiap meter jarak yang ditempuh. Endomondo juga mencatat jarak, waktu, dan kalori yang terbakar. Bagi pengguna yang kompetitif, bisa mencoba untuk mengalahkan rekor waktu tercepat yang pernah ditempuh teman lainnya (Deliusno, 2012). Endomondo mempertimbangkan aktivitas fisik, yang merupakan sebuah perilaku kompleks

(4)

yang bisa melibatkan setting yang luas dan beragam dan dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis, sosial, dan lingkungan (Lubans, et al., 2014).

Pertumbuhan pengguna Endomondo di Indonesia sangat mengesankan. Bukan hanya menciptakan individu-individu baru yang menggemari olahraga lari, Endomondo juga berperan dalam terbentuknya berbagai komunitas penggemar olahraga lari. Salah satunya adalah komunitas Indorunners. Indorunners adalah komunitas lari terbesar di Indonesia yang terbuka bagi setiap orang yang memiliki kepedulian terhadap olahraga lari. Dalam aplikasi Endomondo saja, Indorunners berhasil mengumpulkan 2.597 anggota dan selalu bertambah setiap hari.

Banyak pula anggota Indorunners di Endomondo yang berdomisili di DIY. Sering pula disaksikan di berbagai jalan raya masyarakat DIY berolahraga lari dan menyertakan ponsel cerdasnya, dan kebanyakan menggunakan aplikasi Endomondo. Berbagai kegiatan juga digelar untuk menghimpun penggemar olahraga lari di DIY, mulai dari perlombaan, gathering, hingga lari bersama di waktu-waktu tertentu.

Kegiatan rutin yang dilakukan komunitas tersebut adalah Thursday Night Running (TNR) dan Sunday Morning Running (SMR) setiap minggunya. Selain 2 kegiatan tersebut, anggota komunitas juga sering melakukan olahraga lari secara individu dan merekam catatan olahraganya dengan aplikasi Endomondo. Pada waktu tertentu, komunitas ini juga menggelar kegiatan khusus seperti maraton di sepanjang pantai Gunung Kidul, di kawasan Waduk Sermo, berbagai sponsored running, dan lain sebagainya.

Berdasarkan observasi peneliti, seiring berjalannya waktu, aplikasi Endomondo ini semakin populer di kalangan masyarakat yang melakukan olahraga lari, baik profesional maupun amatir. Endomondo membantu para penggemar olahraga lari menjaga kebiasaan olahraga larinya dan Endomondo juga menciptakan banyak individu baru yang mulai membiasakan diri untuk melakukan olahraga lari.

Dapat dikatakan, Endomondo adalah aplikasi sport tracker yang paling populer dan banyak digunakan di Indonesia saat ini. Tersedianya berbagai fitur yang digemari dari aplikasi tersebut, semakin menularkan kebiasaan olahraga lari

(5)

di DIY dan meningkatkan kebiasaan olahraga lari bagi yang sudah menggunakannya. Hal tersebut juga diakui oleh salah satu pengguna yang telah disurvei oleh peneliti. Oleh karena itu, menarik untuk diketahui motivasi penggunaan aplikasi Endomondo tersebut dengan kaitannya pada kebiasaan olahraga lari para pengguna.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana motivasi penggunaan aplikasi Endomondo dalam kebiasaan olahraga lari di kalangan pengguna?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui motivasi penggunaan aplikasi Endomondo dalam kebiasaan olahraga lari di kalangan pengguna.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui motivasi internal pengguna untuk menggunakan aplikasi Endomondo.

b. Untuk mengetahui motivasi eksternal pengguna untuk menggunakan aplikasi Endomondo.

c. Untuk mengetahui penggunaan aplikasi Endomondo di kalangan pengguna.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai referensi bagi promotor kesehatan tentang peran teknologi dalam upaya perubahan perilaku kesehatan masa kini, serta menjadikannya sebagai pilihan media promosi kesehatan.

2. Sebagai referensi bagi masyarakat dalam upaya peningkatan proporsi olahraga atau aktivitas fisik, khususnya olahraga lari.

3. Agar dapat dijadikan rujukan ilmiah bagi akademisi dalam mengkaji lebih lanjut peran teknologi dan media sosial terhadap aktivitas fisik.

(6)

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian berjudul "Smart Move - A Smartphone-Based Intervention to Promote Physical Activity in Primary Care: Study Protocol for A Randomized Controlled Trial" yang dilakukan oleh Glynn et al. (2013) bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas sebuah aplikasi smartphone yang digunakan sebagai intervensi untuk mempromosikan aktivitas fisik di layanan primer di barat Irlandia. Penelitian dilakukan dengan metode randomized controlled trial (RCT). Sebanyak 80 pengguna aktif smartphone android di atas 16 tahun yang mampu melakukan aktivitas fisik sedang dibagi secara acak pada kelompok intervensi dan kontrol dalam periode 8 minggu. Kemudian persepsi, pandangan, dan pengalaman partisipan dalam RCT secara kualitatif dibandingkan antar 2 grup tersebut. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut adalah bahwa sebuah aplikasi smartphone sederhana meningkatkan aktivitas fisik lebih dari 8 minggu di sebuah populasi layanan primer. Persamaan penelitian tersebut dengan yang dilakukan adalah topik penelitian tentang aplikasi smartphone dengan kebiasaan aktivitas fisik. Perbedaannya terletak pada aplikasi yang diteliti, disain, dan subjek penelitian.

2. Middelweerd, et al. (2014) melakukan penelitian berjudul "Apps To Promote Physical Activity among Adults:A Review and Content Analysis", yaitu sebuah review dan content analysis yang bertujuan untuk menjelaskan penggunaan teknik-teknik behavior change techniques (BCT) dalam aplikasi smartphone berkategori health and fitness dari iTunes dan Google Play. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata aplikasi yang direviu memuat 5 teknik BCT, seperti monitor diri, pemberian feedback, dan goal-setting adalah yang paling banyak. Tidak ada perbedaan jumlah BCT antara aplikasi gratis dan berbayar. Tema adalah kesamaan antara penelitian tersebut dengan yang dilakukan, yaitu tentang aplikasi smartphone yang mempromosikan aktivitas fisik. Perbedaannya terletak pada subjek dan variabel penelitian.

3. "Digital Health Communities: The Effect of Their Motivation Mechanisms" adalah penelitian yang dilakulan oleh Ba et al. (2013) yang bertujuan untuk

(7)

menganalisis efektivitas mekanisme motivasi yang digunakan dlaam sebuah komunitas fitness online. Penelitian tersebut adalah sebuah content analysis dengan uji regresi pada data-data dari jejaring sosial bernama DailyBurn. Hasilnya adalah aktivitas dalam jejaring sosial online dan dukungan dari jejaring tersebut memotivasi orang untuk berolahraga lebih banyak. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada tema dan variabel penelitian, yaitu teknologi (media sosial) dan aktivitas fisik berserta mekanisme motivasinya. Perbedaannya pada subjek dan metode penelitian. 4. Penelitian di University of Newcastle berjudul "Self-Monitoring of Dietary

Intake by Young Women Online Food Records Completed on Computer or Smartphone Are as Accurate as Paper-based Food Records but More Acceptable" (Hutchesson, et al., 2015) menunjukkan hasil bahwa catatan makanan menggunakan teknologi informasi (komputer atau smartphone) lebih dapat diterima oleh wanita muda daripada dengan metode catatan kertas tradisional, namun hasilnya sama-sama akurat. Penelitian menggunakan metode kuantitatif. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada tema penelitian, yaitu aplikasi smartphone dan aktivitas fisik. Perbedaannya pada variabel penelitian dan subjek penelitian. Penelitian ini memilih subjek berdasarkan satu gender dengan batasan usia.

5. "Opportunities and Challenges for Smartphone Applications in Supporting Health Behavior Change: Qualitative Study" adalah penelitian yang dilakukan oleh Dennison, et al. (2013) dengan tujuan untuk mengeksplor perspektif orang dewasa muda tentang aplikasi terkait perubahan perilaku. Hasil menunjukkan bahwa orang dewasa muda memiliki ketertarikan dalam aplikasi yang mendukung perubahan perilaku kesehatan. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada metode penelitian dan teknik pengumpulan data berupa DKT. Hanya saja penelitian yang akan dilakukan menggunakan triangulasi metode berupa wawancara mendalam dan observasi, serta membatasi aplikasi yang diteliti yaitu Endomondo, sehingga hal baru yang dituju oleh penelitian yang dilakukan adalah untuk menggali

(8)

pandangan dan pengalaman pengguna tentang motivasinya menggunakan aplikasi Endomondo dalam menjalankan kebiasaannya berolahraga lari.

Referensi

Dokumen terkait

Masalah utama yang akan dijawab dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : Apakah penerapan Metode pembelajaran Make a Match (Menjodohkan) dan MediaKartundapat

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

Pada proses injeksi molding untuk pembuatan hendel terjadi beberapa kekurangan, pada proses pembuatannya diantaranya terjadinya banyak kerutan dan lipatan pada

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

and you can see from the radar screen – that’s the screen just to the left of Professor Cornish – that the recovery capsule and Mars Probe Seven are now close to convergence..

Sumber data sekunder yang dimaksud berupa buku dan laporan ilmiah primer atau asli yang terdapat di dalam artikel atau jurnal (tercetak dan/atau non-cetak)

KWA’LIPP merupakan usaha penyedia layanan perencanaan acara, baik untuk acara pribadi ataupun acara kejutan.Jasa yang ditawarkan adalah membuat sebuah acara menjadi

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut