PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP
FRAUD PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Rafny Hidayani Mokodompit NIM: 1113082000043
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP
FRAUD PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Rafny Hidayani Mokodompit NIM: 1113082000043
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Rafny Hidayani Mokodompit
NIM : 1113082000043
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Pribadi
1. Nama : Rafny Hidayani Mokodompit
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Inobonto, 4 Mei 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Perumnas Pobundayan Permai Blok A No.
146 RT 008/003 Pobundayan, Kotamobagu Sulawesi Utara. 5. Telepon Seluler : 081212837396 6. Email : rafny96@gmail.com B. Pendidikan 1. SDN 01 Kotamobagu 2001-2007 2. SMPN 04 Kotamobagu 2007-2010
3. MAN Insan Cendekia Gorontalo 2010-2013
4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-2017
C. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Drs. Hasairin Mokodompit
2. Ibu : Fonny Mewengkang S.Pd
INFLUENCE OF BANK SOUNDNESS LEVEL AGAINST FRAUD IN ISLAMIC BANKS IN INDONESIA
ABSTRACT
This study aims to examine the influence of bank soundness levelagainst fraud in Islamic banks. Independent variables used are risk profile with Non-Performing Financing as aproxy, Islamic Corporate Governance, Operational Efficiency Ratio, and Capital Adequacy Ratio. The dependent variable used is fraud in Islamic banks.
The population in this study are all Islamic Banks (BUS) which is registered in Bank Indonesia in the period 2013 to 2015. The sample was selected using purposive sampling method. Total sample used in this study were 10 Islamic Banks with 3-year study period. The analytical method used in this study is multiple regression.
The results of this study indicate that the Islamic Corporate Governance is significant positive effect on Islamic bank’s fraud, Capital Adequacy Ratio is significant negative effect on Islamic bank’s fraud while Non-Performing Financing and Operational Efficiency Ratio had no effect on fraud in Islamic banks.
PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP FRAUD PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap fraud pada bank syariah di Indonesia. Variabel independen pada penelitian ini adalah tingkat kesehatan bank dengan empat aspek kriteria, yaitu profil risiko (risk profile) yang dihitung menggunakan rasio
Non-Performing Finance (NPF), Islamic Corporate Governance (ICG), earning yang
dihitung menggunakan Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional, dan capital yang dihitung menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR).Variabel dependen yang digunakan ialah fraud pada bank syariah.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia pada periode 2013-2015. Sampel dipilih menggunakan metode
purposive sampling. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10
bank dengan 3 tahun periode penelitian. Metode analisis yang digunakan ialah metode regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Islamic Corporate Governance berpengaruh positif terhadap fraud, Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif terhadap fraud, Non-Performing Financing dan Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional tidak berpengaruh terhadap fraud pada bank syariah.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia di dunia.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap
Fraud pada Bank Syariah di Indonesia” ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat serta doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Kedua orang tua penulis, papa dan mama yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, bimbingan, nasihat, doa serta dukungan moril maupun materil yang tiada henti kepada penulis.
2. Kedua kakak penulis kak Rinny dan kak Ririn, serta seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis. 3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri SE., M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan SE., MM., Ak., CA., selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Reskino, SE., M.Si., Ak., CA, selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan memberikan waktu, bimbingan, arahan serta saran selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
7. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA, Ak, CPA selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan, saran, dan bimbingan selama masa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Seluruh dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh masa studi.
9. Fajar Budiman, yang selalu memberikan semangat, motivasi, nasihat, berbagi ilmu, dan selalu membantu selama masa studi penulis.
10. Sahabat-sahabat tercinta Eki, Mufti, Lanni, Mentari, Ishmi, Sasha, Iin, Marini, Mutia, Dinda, dan Ika yang selalu memberikan semangat, motivasi, nasihat dan doanya kepada penulis, berbagi suka duka, berbagi cerita, dan berbagi ilmu tanpa mengenal jarak masing-masing.
11. Sahabat-sahabat tersayang Kharensyah, Riri Magda, dan Dea Aprilia yang selalu siap sedia menjadi partner menyelesaikan urusan perkuliahan, memberikan motivasi, menjadi teman berbagi cerita dan partner in crime yang selalu menghibur.
12. Rekan-rekan seperjuangan Akuntansi 2013, terimakasih atas segala informasi, bantuan dan doanya selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Semua pihak yang telah mendukung serta membantu dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarekanan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.
Wassalamu ’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Jakarta, Juni 2017
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
ABSTRACT ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1. Tujuan Penelitian ... 8
2. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur ... 10
1. Agency Theory ... 10
2. Fraud ... 11
3. Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah ... 23
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 33
C. Kerangka Pemikiran ... 39
D. Perumusan Hipotesis ... 40
1. Pengaruh Non-Performing Financing terhadap Fraud ... 40
2. Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap Fraud ... 41
3. Pengaruh Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional terhadap Fraud ... 44
4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Fraud ... 46
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 50
B. Metode Penetuan Sampel ... 50
C. Metode Pengumpulan Data ... 51
D. Metode Analisis Data ... 52
1. Statistik Deskriptif ... 52
2. Uji Asumsi Klasik ... 52
a. Uji Normalitas ... 52
b. Uji Multikolonieritas ... 53
c. Uji Autokorelasi ... 54
3. Uji Hipotesis ... 56
a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda ... 56
b. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 57
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Signifikansi F) ... 57
d. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 58
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 59
1. Variabel Dependen (Y) ... 59
2. Variabel Independen (X) ... 59
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 65
B. Analisis Data Penelitian ... 67
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 67
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 69
a. Uji Normalitas ... 69
b. Uji Multikolonieritas ... 71
c. Uji Autokorelasi ... 72
d. Uji Heteroskedastisitas ... 74
3. Hasil Uji Hipotesis ... 75
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 75
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Signifikansi F) ... 76
c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 77
C. Pembahasan ... 79
1. Pengaruh Non-Performing Financing terhadap Fraud ... 79
2. Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap Fraud ... 80
3. Pengaruh Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional terhadap Fraud ... 81
4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Fraud ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah
di Indonesia Tahun 2009-2017... 2
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 34
Tabel 3.1 Bobot atas Tiap Faktor Penilaian GCG pada Bank Umum Syariah ... 62
Tabel 3.2 Predikat Komposit ... 63
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel ... 65
Tabel 4.2 Daftar Sampel Penelitian... 66
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 67
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov ... 71
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolonieritas ... 72
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi... 73
Tabel 4.7 Uji Durbin Watson ... 73
Tabel 4.8 Hasil Uji Glejser ... 75
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 76
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Fraud Tree ... 14
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ... 39
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram ... 70
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot ... 70
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel ... 94
Lampiran 2 Data Keuangan Bank... 95
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak (UU No. 10 Tahun 1998). Indonesia sendiri
memiliki dua jenis bank yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
operasionalnya secara konvensional dan bank yang menjalankan kegiatan
operasionalnya berdasarkan prinsip syariah atau yang sering disebut
dengan bank syariah.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Sedangkan definisi dari bank syariah sendiri adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah.
Menurut jenisnya, bank syariah terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS)
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia semakin pesat
paskah disahkannya UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
bank maupun jumlah kantor baik Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha
Syariah (UUS), maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2009-2017 Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Feb 2017 BUS 6 11 11 11 11 12 12 13 13 Jumlah Kantor 711 1.215 1.401 1.745 1.998 2.163 1.990 1.869 1.872 UUS 25 23 24 24 23 22 22 21 21 Jumlah Kantor 287 262 336 517 590 320 311 332 333 BPRS 138 150 155 158 163 163 163 166 166 Jumlah Kantor 225 286 364 401 402 439 446 453 451
Sumber: Statistika Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan
Tabel diatas menunjukkan perkembangan perbankan syariah yang
mengalami peningkatan dalam se-windu terakhir. BUS yang pada 2009
berjumlah 6 meningkat menjadi 13 pada Februari 2017. Perkembangan ini
ditunjukkan pula dengan peningkatan jumlah kantor BUS. Hal serupa juga
terlihat pada perkembangan UUS dan BPRS.
Perkembangan bank syariah berimplikasi pada tantangan yang
harus dihadapi bank syariah, di mana tantangan terbesar adalah untuk
mempertahankan citra dan nama baik di mata nasabah agar tetap menjaga
kepercayaan serta loyalitas nasabah kepada bank syariah (Falikhatun,
adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.
Akan tetapi, muncul pertanyaan apakah adanya unsur syariah
dalam suatu perbankan menjamin suatu lembaga terbebas dari tindak
kecurangan (fraud)?
Risiko yang dapat terjadi pada perbankan syariah adalah terjadinya
kecurangan pada laporan keuangan. Menurut Koroy (2008) kecurangan
dalam laporan keuangan menyebabkan informasi yang ada pada laporan
keuangan menjadi tidak valid dan tidak sesuai dengan mekanisme laporan
keuangan yang telah ditentukan, dimana seharusnya audit dapat
meyakinkan perusahaan bahwa laporan keuangan terbebas dari salah saji
(mistatement) yang material dan dapat memberikan keyakinan atas
akuntabilitas manajemen atas aktiva perusahaan.
Menurut Bank Indonesia dalam surat edaran untuk Bank Umum
Indonesia Nomor 13/28/DPNP, yang dimaksud dengan fraud adalah
tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk
mengelabui, menipu, atau memanipulasi bank, nasabah, atau pihak lain,
yang terjadi di lingkungan bank dan/atau menggunakan sarana bank
sehingga mengakibatkan bank, nasabah atau pihak lain menderita kerugian
dan/atau pelaku fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Menurut koroy (2008) diantara kasus-kasus kecurangan tersebut,
(85%), kemudian korupsi (13%) dan jumlah paling sedikit (5%) adalah
kecurangan laporan keuangan (fraudulent statement). Kecurangan laporan
keuangan adalah masalah sosial dan ekonomi. Hal ini akan mengakibatkan
pada menurunnya reputasi masyarakat mengenai perusahaan, sehingga
dapat mengarahkan perusahaan pada kebangkrutan
Tidak ada jaminan lembaga keuangan yang berbasis syariah bebas
dari kemungkinan kecenderungan perilaku fraud (Sula, 2014). Meskipun
bank dikenal sebagai lembaga yang memiliki regulasi yang ketat, namun
bank juga merupakan pelaku target dari fraud itu sendiri (Rahman, 2014)
Fraud terjadi karena kurangnya pemahaman yang menyeluruh
tentang konsep fraud termasuk mengetahui motivasi orang melakukan
fraud serta tanda-tanda (red flags) terjadinya fraud adalah penting. Semua
pemangku kepentingan khususnya manajemen perusahaan hendaknya
memahami bahwa dengan menerapkan tata kelola perusahan, termasuk
mempertimbangkan semua prinsip dan fungsi tata kelola itu sendiri serta
peran komite audit, dijangka akan dapat mencegah atau mengurangkan
terjadinya fraud (Anugerah, 2014)
Beberapa kasus fraud yang terjadi di lembaga syariah. Seperti,
kasus pada Bank Syariah Mandiri yang melibatkan pihak internal bank
yaitu penyaluran kredit fiktif pada BSM cabang Bogor sebesar 102 miliar
rupiah kepada 197 nasabah fiktif. Akibat penyaluran kredit tersebut BSM
berpotensi mengalami kerugian sebesar 59 miliar rupiah. Atas kasus
diantaranya merupakan pegawai BSM (Prabowo, 2013). Selain itu terdapat
beberapa kasus di mana nasabah melaporkan bank syariah, seperti yang
dialami oleh BRI Syariah dan Bank Mega Syariah, keduanya terkena kasus
terkait gadai emas. Kasus ini muncul atas gugatan nasabah BRI Syariah
dan Bank Mega Syariah yang merasa dirugikan terkait gadai emas yang
ada pada BRI Syariah dan Bank Mega Syariah (Wijaya, 2012; Djumena,
2014).
Tingkat kinerja keuangan suatu bank dapat mempengaruhi
kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Karena pada dasarnya
penilaian masyarakat dilihat dari ukuran tersirat seperti fasilitas, pelayanan
dan tingkat keuntungan. Sehingga sebagai lembaga yang dalam kegiatanya
menggunakan dana dari masyarakat bank dituntut untuk mempertahankan
dan meningkatkan kinerjanya (Astutik, 2015)
Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang mengatur dan
mengawasi perbankan syariah di Indonesia menerbitkan peraturan
mengenai tata pelaksanaan tingkat kesehatan bank yang diatur dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah. Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank baik
secara individual maupun secara konsolidasi dengan cakupan penialaian
terhadap faktor-faktor profil risiko (risk profile), good corporate
governance, rentabilitas (earnings), dan permodalan (capital). Dalam
kesehatan bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen
risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha (Hardian, 2015)
Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada penelitian-penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Anugerah (2014), Astutik (2015.), Najib
(2016). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anugerah (2014) terletak pada populasi penelitian yang digunakan,
Anugerah (2014) meneliti peran Good Corporate Governance dalam
pencegahan fraud pada lembaga konvensional sedangkan penelitian ini
menguji pengaruh tata kelola perusahaan terhadap fraud pada bank
syariah. Selain itu, perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh
Astutik (2015) ialah pada variabel dependen yang digunakan, Astutik
(2015) menguji pengaruh tingkat kesehatan bank tehadap kinerja sebagai
variabel dependennya sedangkan dalam penelitian ini variabel dependen
yang digunakan ialah fraud. Selain itu periode penelitian yang digunakan
oleh Astutik (2015) di mulai dari tahun 2010 sampai dengan 2013
sedangkan pada penelitian ini menggunakan periode penelitian 2013
sampai dengan 2015.
Selanjutnya, perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Najib (2016) ialah terletak pada variabel independennya,
Najib (2016) menguji pengaruh sharia compliance dan Islamic corporate
governance sedangkan dalam penelitian ini variabel independen yang
risiko (risk profile), good corporate governance, rentabilitas (earnings),
dan permodalan (capital).
Berdasarkan uraian di atas peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian terkait dengan analisis tingkat kesehatan bank karena, tingkat
kesehatan bank yang didalamnya terdiri dari faktor profil risiko (risk
profile), Islamic corporate governance, rentabilitas (earnings), dan
permodalan (capital) merupakan unsur yang sangat penting dalam
operasional perbankan syariah itu sendiri, rendahnya tingkat kesehatan
bank dapat mempengaruhi kinerja bank dan memberikan peluang
terjadinya kecurangan pada bank syariah. Selain itu, peneliti ingin
mengetahui apakah tingkat kesehatan suatu bank memiliki pengaruh
terhadap tindak kecurangan yang terjadi dalam bank tersebut. Berdasarkan
hal tersebut maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Tingkat Kesehatan Bank terhadap Fraud pada Bank Syariah di Indonesia”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah Non-Performing Financing, Islamic Corporate
Governance, Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional, dan Capital Adequacy
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menguji secara empiris atas hal-hal sebagai berikut:
Pengaruh Non-Performing Financing, Islamic Corporate
Governance, Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional , dan Capital
Adequacy terhadap fraud pada bank syariah.
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan di bidang
audit, khususnya mengenai tingkat kesehatan bank terhadap
terjadinya fraud pada bank syariah.
2. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti
mengenai tingkat kesehatan bank terhadap terjadinya fraud pada
bank syariah.
3. Sebagai sarana untuk menambah wawasan di bidang audit,
terutama mengenai tingkat kesehatan bank terhadap terjadinya
fraud pada bank syariah sehingga diharapkan dapat bermanfaat
bagi penulis di masa yang akan datang.
b. Kontribusi Praktis
1. Bagi pemilik dan pegawai bank syariah, penelitian ini dapat
memberikan referensi sebagai upaya pencegahan terhadap
2. Bagi auditor, penelitian ini dapat memberikan wawasan dalam
upaya untuk memeriksa dan meneliti apakah terjadi dan terdapat
unsur kecurangan dalam bank syariah.
3. Bagi nasabah, penelitian ini dapat memberikan penilaian
kemungkinan terjadinya kecurangan dalam suatu bank syariah
yang akan memberikan referensi bagi nasabah dalam penggunaan
produk perbankan syariah.
4. Bagi regulator, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pembuatan regulasi yang terkait dengan kecurangan pada bank
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur
1. Agency Theory
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori agensi sebagai
hal dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara principle
dan agent. Dalam hal ini hubungan keagenan merupakan kontrak
antara satu orang atau lebih yang mempekerjakan orang lain untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan kepada agen tersebut.
Teori ini memaparkan bahwa terdapat pemisahan kepentingan
antara pemilik perusahaan yakni principal dengan pengelola
perusahaan (agent). Adanya pemisahan ini mengakibatkan munculnya
asimetri informasi, dimana agent memiliki akses atas
informasi-informasi perusahaan yang tidak dimiliki oleh principle. Menurut
Anugerah (2014), asimetri informasi muncul ketika agent lebih banyak
mengenal (mengetahui) informasi internal dan prospek masa yang
akan datang, dibandingkan pengetahuan tentang informasi yang di
kenal/diketahui oleh principal dan stakeholder lainnya.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) berdasarkan asumsi sifat
dasar manusia, setiap manusia memiliki kecenderungan untuk
bertindak dengan mengutamakan kepentingan pribadinya. Perbedaan
dalam penyampaian informasi kepada prinsipal dengan cara
memberikan atau menahan informasi yang diminta prinsipal bila
menguntungkan bagi agen (Jensen and Meckling, 1976).
Teori Agensi dan fraud pada bank syariah memiliki kaitan dimana
kecurangan yang terjadi pada entitas syariah ini merupakan dampak
yang mungkin muncul akibat adanya agency problem, yakni asimeri
informasi, dimana informasi yang dimiliki oleh agen digunakan untuk
mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri atau orang lain yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi prinsipal maupun perusahaan.
Prinsip-prinsip Islam yang diterapkan oleh bank syariah tidak
menjamin bank syariah terbebas dari adanya kecurangan dalam
kegiatan operasionalnya. Fraud dapat saja terjadi di lingkungan
internal bank syariah tersebut. Hal lain yang dapat muncul ialah
adanya conflict interest antara agent dan principal yang dapat
menimbulkan tekanan bagi bank syariah itu sendiri untuk dapat
meningkatkan kinerja perusahaan sehingga memberikan citra yang
baik bagi prinsipal dengan tujuan untuk mendapatkan apresiasi atas
kinerja yang dicapai.
2. Fraud
Fraud dapat diartikan sebagai suatu kecurangan. Menurut the
Institute of Internal Auditor (2013) Fraud, yaitu:
“Any illegal act characterized by deceit, concealment, or violation of trust. These acts are not dependent upon the threat of violence or physical force. Frauds are perpetrated by parties and organizations to
obtain: money, property, or services; to avoid payment or loss of services; or to secure personal or business advantage.”
Yang dapat diartikan sebagai perbuatan yang dicirikan dengan
pangelabuan atau pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan uang,
aset, jasa atau mencegah pembayaran atau kerugian atau untuk
menjamin keuntungan / manfaat pribadi dan bisnis. Perbuatan ini tidak
tergantung pada ancaman kekerasan oleh pelaku terhadap orang lain
(Priantara, 2013).
Selain itu menurut Black Law Dictionary (8th Ed), definisi fraud
yaitu:
“The intentional use of deceit, a trick or some dishonest means to
deprive another of his money, property or lega right, either as a cause of action or as fatal element in the action it self”
Definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai suatu perbuatan
sengaja untuk menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau
cara-cara yang tidak jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang,
harta, hak yang sah milik orang lain baik karena suatu tindakan atau
dampak yang fatal dari tindakan itu sendiri (Priantara, 2013)
Selanjutnya, International Standards on Auditing (ISA) seksi 240
yang membahas tentang tanggung jawab auditor untuk
mempertimbangkan fraud, mendefinisikan fraud sebagai; “…tindakan
yang disengaja oleh anggota manajemen perusahaan, pihak yang
berperan dalam governance, karyawan atau pihak ketiga yang
melakukan pembohongan atau penipuan untuk memperoleh
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP tentang
penerapan strategi anti fraud bagi bank umum dijelaskan bahwa fraud
adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan
untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Bank, nasabah, atau
pihak lain, yang terjadi di lingkungan Bank dan/atau menggunakan
sarana Bank sehingga mengakibatkan Bank, nasabah, atau pihak lain
menderita kerugian dan/atau pelaku fraud memperoleh keuntungan
keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan
definisi di atas, pengertian fraud adalah suatu tindakan illegal dalam
bentuk kecurangan atau penipuan secara sengaja, yang dilakukan
dengan mengelabui, menipu dan/atau memanipulasi untuk
memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok yang berdampak pada
kerugian orang lain.
Organisasi internasional yang merupakan asosiasi akuntan forensik
di Amerika Serikat (Association of Certified Fraud Examiner,
disingkat ACFE) menggambarkan fraud dalam sebuah bentuk fraud
tree atau pohon kecurangan dan pohon ini menggambarkan
cabang-cabang dari fraud dalam hubungan kerja, beserta ranting dan anak
Gambar 2.1
Fraud Tree
Fraud tree terdiri dari tiga cabang utama, yakni corupption, asset
misappropriation, dan fraudulent statements
a. Corruption
Berdasarkan fraud tree, korupsi terdiri dari empat
komponen yakni, conflict of interest atau benturan kepentingan,
yang sering kita jumpai dalam berbagai bentuk diantaranya
bisnis pelat merah atau bisnis pejabat (penguasa) dan keluarga
serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan
lembaga-lembaga pemerintah dan didunia bisnis sekalipun
(Tuanakotta, 2014: 196). Bribery atau penyuapan merupakan
hal yang sering dijumpai dalam kehidupan bisnis dan politik di
Indonesia untuk memuluskan rencana para elit pemegang
kepentingan tersebut. Iillegal gratuities adalah pemberian
hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan
kepada pihak yang berkaitan dalam suatu bisnis dan kegiatan
politik di Indonesia. Dan yang selanjutnya ialah, economic
extortion yang merupakan bentuk ancaman terhadap rekanan
dengan secara terselubung atau terbuka
b. Asset misappropriation
Asset misappropriation secara sederhana diartikan sebagai
bentuk penyalahgunaan/pencurian asset perusahaan atau pihak
lain, namun dalam istilah hukum diartikan, mengambil aset
seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau
mengawasi aset tersebut, disebut menggelapkan (Tuanakotta,
2014:199).
Terdapat dua bentuk fraud dalam cabang asset
misappropriation, yaitu cash dan non-cash (ACFE, 2014).
Asset misappropriation dalam bentuk penjarahan cash atau
cash misappropriation dilakukan dalam tiga bentuk yaitu
skimming, larceny, dan fraudulent disbusrsement, sedangkan
dalam bentuk non-cash dilakukan dalam bentuk misuse dan
larceny (Tuanakotta, 2014). Pada cash misappropriation
tindakan fraud bisa dilakukan pada saat uang tersebut belum
masuk ke perusahaan (skimming). Selain itu, jika uang tersebut
sudah masuk, fraud yang bisa dilakukan ialah dengan mencuri
atau pencurian (larceny). Arus uang yang masuk sudah terekam
oleh sistem akuntansi perusahaan, maka penjarahan uang
melalui pengeluaran yang tidak sah disebut (fraudulent
disbursements) (Tuanakotta, 2014).
Dalam fraud fraudulent disbursements terdapat beberapa
tindakan yang melingkupi fraud tersebut diantaranya melalui
pembebanan tagihan atau pembuatan supplier fiktif (billing
schemes), melalui pembayaran gaji dengan membuat karyawan
fiktif (payroll schemes), atau bisa juga melalui pembayaran
schemes). Selain itu ada juga yang melalui pemalsuan cek
untuk pembayaran (check tampering) dan penggelapan uang
pengembalian atau refund dari pelanggan (register
disbursement) (Tuanakotta, 2014).
Selanjutnya pada non-cash misappropriation tindakan yang
dapat terjadi adalah pencurian inventory (larceny) dan
penyalahgunaan jabatan menggunakan aset perusahaan untuk
kepentingan pribadi (misuse) (Tuanakotta, 2014).
c. Fraudulent statements
Fraud ini berupa salah saji (misstatement baik
overstatements maupun understatements) yang terdiri dari dua
ranting cabang yaitu financial dan non-financial. Pada financial
fraud tindakan yang terjadi dapat berupa penyajian aset atau
pendapatan yang lebih tinggi dari yang sebenarnya (Asset/
revenue overstatements) atau penyajian yang lebih rendah dari
yang sebenarnya (Asset/revenue understatements). Sedangkan
untuk non-finacial fraud tindakan yang terjadi dapat berupa
penyampaian laporan non-keuangan yang menyesatkan, laporan
yang lebih bagus dari yang sebenarnya atau pemalsuan atau
pemutarbalikan keadaan yang biasanya laporan tersebut
digunakan untuk keperluan intern maupun ekstern perusahaan
(Tuanakotta, 2014). Hal ini merupakan suatu tindakan yang
finansial yang sebenarnya dengan melakukan manipulasi dalam
penyajian laporan keuangannya untuk mendapatkan
keuntungan.
Misappropriation (penyalahgunaan aset) dan fradulent statement
(laporan yang dimanipulasi) merupakan bentuk fraud yang banyak
terjadi di perusahaan/organisasi swasta. Good corporate governance
merupakan tatakelola perusahaan yang dapat diandalkan untuk
mengurangi mencegah terjadinya dua jenis fraud tersebut (Anugerah,
2014)
Menurut Albrecht et.al, (2012), untuk mendeteksi fraud, manajer,
auditor, pegawai dan pemeriksa harus mempelajari
indikator/tanda-tanda atau red flags (symptons) dan mengejarnya (menindak
lanjutinya) sampai semua bukti terkumpul. Red flags sendiri
merupakan keadaan/kondisi yang tidak biasa atau janggal atau
berbeda dengan keadaan normal. Red flags merupakan indikator
(symptons) yang menunjukkan sesuatu yang tidak biasa telah terjadi
dan memerlukan penyidikan lebih lanjut. Namun red flags tersebut
tidak semestinya menunjukkan seseorang bersalah atau tidak, tetapi
merupakan tanda-tanda yang memperingatkan mungkin fraud telah
terjadi. Pemeriksa harus menemukan apakah tanda-tanda tersebut
merupakan hasil dari suatu tindakan fraud atau hal yang lain.
menjadi indikator yang dapat ditindaklanjuti untuk menemukan dan
membuktikan adanya fraud.
Berikut pengelompokkan tanda-tanda terjadinya fraud menurut
Albrecht et.al, (2012):
a. Accounting anomalies. Terdapat tiga area utama tempat
terjadinya accounting anomalies yaitu penyimpangan dalam
sumber dokumentasi, kesalahan dalam jurnal dan ketimpangan
dalam buku besar.
b. Internal control weaknesses. Meliputi kelemahan pada
lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, aktivitas
pengendalian dan prosedur. Misalnya tidak ada pemisahan
fungsi dan tanggung jawab yang jelas, kurangnya pengamanan
fisik aset, kurangnya otorisasi, kurangnya pencatatan dokumen
yang memadai serta sistem akuntansi yang tidak memadai.
c. Analytical anomalies, adalah prosedur-prosedur atau
hubunganhubungan, kejadian-kejadian yang tidak biasa dan
masuk akal, meliputi transaksi-transaksi atau kejadian yang
terjadi pada waktu dan tempat yang tidak biasa, yang
melibatkan orang-orang yang biasanya terlibat dalam transakasi
atau kejadian tersebut. Misalnya prosedur, kebijakan atau
praktik-praktik yang tidak biasa, kekurangan/kelebihan kas,
d. Extravagant lifestyle, adalah gaya hidup mewah. Perubahan
gaya hidup seseorang (pegawai atau pimpinan) yang
sebelumnya biasa-biasa saja, kemudian menjadi bergaya hidup
mewah dengan mobil baru, pergi ke luar negeri dan sebagainya,
merupakan pertanda/indikator yang perlu ditindaklanjuti
kemungkinan terjadinya fraud.
e. Unusual behavior, adalah perilaku yang tidak biasa. Penelitian
psikologi menunjukkan bahwa ketika seseorang melakukan
fraud (terutama untuk yang pertama kali) pelaku akan diliputi
rasa bersalah dan ketakutan dan akan menjadi stres. Seterusnya
si pelaku ini akan berkelakuan berbeda dari biasa, untuk
menutupi perasaan atau rasa stress tersebut.
f. Tips and complaints, meliputi informasi dan
pengaduan-pengaduan tentang kemungkinan terjadinya fraud (Najib, 2016)
Setiap lembaga keuangan baik yang konvensional maupun yang
syariah diwajibkan untuk menyusun dan menerapkan strategi anti
fraud dalam operasional entitas tersebut. Upaya ini didukung dengan
aturan yang berdasar hukum, salah satunya diatur dengan Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 13/28/DPNP Tanggal 9 Desember
2011 tentang Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum (Sula,
Strategi anti Fraud, sebagaimana yang terdapat dalam Surat Edaran
Bank Indonesia No. 13/28/DPNP yang dalam penerapannya berupa
sistem pengendalian Fraud, memiliki 4 (empat) pilar sebagai berikut:
a. Pencegahan
Pilar pencegahan merupakan bagian dari sistem
pengendalian fraud yang memuat langkah-langkah dalam
rangka mengurangi potensi risiko terjadinya fraud, yang paling
kurang mencakup anti Fraud awareness, identifikasi
kerawanan dan know your employee.
b. Deteksi
Pilar deteksi merupakan bagian dari sistem pengendalian
fraud yang memuat langkah-langkah dalam rangka
mengidentifikasi dan menemukan fraud dalam kegiatan usaha
Bank, yang mencakup paling kurang kebijakan dan mekanisme
whistleblowing, surprise audit dan surveillance system
c. Investigasi, Pelaporan dan Sanksi
Pilar investigasi, pelaporan dan sanksi merupakan bagian
dari sistem pengendalian fraud yang paling kurang memuat
langkah-langkah dalam rangka menggali informasi
(investigasi), sistem pelaporan dan pengenaan sanksi atas fraud
d. Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut
Pilar pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut merupakan
bagian dari sistem pengendalian fraud yang paling kurang
memuat langkah-langkah dalam rangka memantau dan
mengevaluasi fraud, serta mekanisme tindak lanjut.
Penelitian yang dilakukan oleh Sula (2014) menjelaskan bahwa
kecenderungan kecurangan yang umumnya ditemukan pada praktik
operasional entitas keuangan syariah adalah penggunaan metode
accrual basis dalam hal pengakuan dan penyusunan laporan keuangan.
Menurut Gumanti dan Ary (2003) dalam Sula (2014), penerapan
prinsip accrual basis dalam pencatatan akuntansi, menyebabkan
peluang terjadinya abused pada laporan keuangan. Penyalahgunaan ini
biasanya mengarah pada upaya earnings management sebuah entitas.
Manajemen laba, apapun alasannya dapat mengarah pada penyajian
laporan keuangan yang tidak benar (miss leading) dan akhirnya akan
mempengaruhi alokasi sumber-sumber yang ada.
Studi yang dilakukan oleh Maharani (2008) dalam Sula (2014),
berfokus pada permasalahan agency problem pada kontrak
mudharabah, dimana dalam pembiayaan ini kepercayaan dan
transparansi dari kedua belah pihak yang bermuamalah mutlak
diperlukan agar hubungan keagenan yang tercipta tidak menimbulkan
perilaku fraud. Dijelaskan dalam penelitian ini bahwa beberapa agency
kepentingan, dimana mudharib bertindak mengabaikan hubungan
kontraktual dan mendorong untuk bertindak tidak berdasarkan
kepentingan shahibul-maal.
3. Tingkat Kesehatan Bank Syariah
Kesehatan keuangan bank dapat diartikan sebagai kemampuan
suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal seperti kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari
lembaga lain, dan dari modal sendiri, kemampuan mengelola dana,
kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat, karyawan,
pemilik modal, dan pihak lain, pemenuhan peraturan perbankan yang
berlaku dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik dengan
cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku
(Triandaru, 2006).
Penilaian tingkat kesehatan bank juga dapat diartikan sebagai hasil
penilaian kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
kondisi bank tersebut (Ade, 2004). Bank yang dapat menjalankan
fungsi-fungsinya dengan baik, yang dapat menjaga dan memelihara
kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi
pemerintah dalam melaksankan berbagai kebijakan, terutama
kebijakan moneter merupakan tingakat kesehatan bank (Veithzal,
2007).
Penilaian kesehatan bank, disamping untuk konvensional, juga
perkreditan syariah. Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan
metodelogi penelitian kondisi bank yang bersifat dinamis yang
mendorong pengaturan kembali sistem penilaian tingkat kesehatan
bank berdasarkan prinsip syariah (Kasmir, 2011).
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah, tingkat kesehatan bank adalah hasil
penilaian kondisi bank yang dilakukan berdasarkan risiko termasuk
risiko terkait penerapan prinsip syariah dan kinerja bank atau disebut
dengan Risk-based Bank Rating.
Tingkat kesehatan bank di Indonesia yang diatur dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 mewajibkan bank
umum syariah melakukan penilaian tingkat kesehatan bank baik secara
individual maupun secara konsolidasi dengan cakupan penialaian
terhadap faktor-faktor profil risiko (risk profile), good corporate
governance, rentabilitas (earnings), dan permodalan (capital).
1. Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan penilaian
terhadap Risiko inheren dan kualitas penerapan Manajemen Risiko
dalam aktivitas operasional Bank yang dilakukan terhadap sepuluh
risiko, yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko
Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan,
2. Penilaian faktor Good Corporate Governance bagi Bank Umum
Syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank
atas pelaksanaan lima prinsip Good Corporate Governance yaitu
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional, dan
kewajaran.
3. Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap
kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, dan stabilitas
rentabilitas (sustainability earnings) Bank Umum Syariah.
4. Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap
tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan Bank
Umum Syariah.
Penelitian ini menggunakan empat aspek penilaian kesehatan bank
umum syariah, yakni profil risiko yang dihitung menggunakan rasio
NPF (Triwahyuningtyas, 2014) (Astutik, 2015) (Kumalasari, 2016),
Islamic corporate governance yang diukur menggunakan nilai
komposit (Laela, 2012) (Asrori, 2014) (Najib, 2016), earning yang
diukur menggunakan rasio efisiensi kegiatan operasional (Falikhatun,
2012) (Astutik, 2015) (Hasanah, 2015), serta capital yang diukur
menggunakan rasio CAR (Widyaningrum, 2014) (Tutsaadiyah, 2015)
(Yacheva, 2016)
a. Non-Performing Financing (NPF)
Non-Performing Financing (NPF) adalah
pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan
pembiayaan macet (Dendawijaya, 2005)
Cakupan komponen dan kolektibilitas pembiayaan
berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku. Dimana yang
dihitung disini mencakup kolektibilitas kurang lancar, diragukan
dan macet (Setiawan, 2009).
Pembiayaan non performing merupakan kredit yang telah
disalurkan namun kurang lancar, diragukan dan macet atau
kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah
dapat ditunjukkan oleh rasio NPF, dimana semakin tinggi NPF
akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga dapat
mengakibatkan kebangkrutan. Bank Indonesia telah menetapkan
ketentuan NPF sebesar 5% apabila bank mampu menekan rasio
NPF dibawah 5% maka potensi keuntungan yang akan diperoleh
akan semakin besar (Adityantoro, 2013). NPF dapat dirumuskan
sebagai berikut:
NPF =
b. Islamic Corporrate Governance
Munculnya isu-isu kelemahan tata kelola perusahaan yang
sebagai lembaga keuangan Islami, mendorong para pakar
ekonomi dan keuangan Islam mengembangkan tata kelola
perusahaan bank syariah yang lebih Islami, dalam beberapa
literatur dikenal dengan istilah Islamic Corporate Governance
(ICG) (Lewis, 2005, Hasan, 2008; Abu Tapanjeh, 2009; Bhatti
dan Bhatti, 2010, dalam Asrori, 2014).
Bhatti dan Bhatti (2010) mendefinisikan tata kelola
perusahaan secara islami sebagai berikut:
“Islamic Corporate Governance seeks to devise ways in which economic agents, the legal system, and corporate governance can be directed by moral and social values based on Shariah laws. Its supporters believe that all economic, corporate, and business activities should be based on an ethoreligious paradigm, with the sole aim being the welfare of individuals and society as a whole. In many ways, ICG pursues the same objectives as conventional Corporate Governance, but within the religiousbased moral codes of Islam.”
Definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai tata kelola
secara Islam (ICG) berupaya untuk menemukan cara di mana
ekonomi, sistem hukum, dan tata kelola perusahaan dapat
diarahkan oleh nilai-nilai moral dan sosial dengan dasar hukum
syariah. Pendukungnya percaya bahwa hal-hal ekonomi,
perusahaan, dan kegiatan bisnis harus berdasarkan paradigma
ethareligiuos, dengan tujuan untuk mensejahterakan individu dan
masyarakat secara keseluruhan. ICG memiliki tujuan yang sama
dengan tata kelola perusahaan konvensional, akan tetapi ICG
Tata kelola perusahaan pada dasarnya merupakan suatu
sistem yang meliputi input, proses dan output dan seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara stakeholder terutama
dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan
komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.
Tata kelola perusahaan dimaksudkan untuk mengatur
hubungan-hubungan tersebut dan mencegah terjadinya penyimpangan dalam
menerapkan strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa
apabila terjadi kesalahan-kesalahan maka akan dapat diperbaiki
dengan segera (Faozan, 2013).
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2012)
mengungkapkan 5 prinsip dalam pelaksanaan good corporate
governance, yaitu:
1) Transparansi
Transparansi (transparency) mengandung unsur
pengungkapan (disclosure) dan penyediaan informasi secara
tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat
diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku
kepentingan dan masyarakat. Transparansi diperlukan agar
bank menjalankan bisnis secara objektif, profesional, dan
2) Akuntabilitas
Akuntabilitas (accountability) mengandung unsur kejelasan
fungsi dalam organisasi dan cara mempertanggung
jawabkannya. Bank sebagai lembaga dan pejabat yang
memiliki kewenangan harus dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan akuntabel. Untuk itu bank
harus dikelola secara sehat, terukur dan professional dengan
memperhatikan kepentingan pemegang saham, nasabah, dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
3) Responsibilitas
Responsibilitas mengandung unsur kepatuhan terhadap peraturan perundang‐undangan dan ketentuan internal bank serta tanggung jawab bank terhadap masyarakat dan
lingkungan. Responsibilitas diperlukan agar dapat menjamin
terpeliharanya kesinambungan usaha dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai warga korporasi yang baik
atau dikenal dengan good corporate citizen.
4) Independensi
Independensi mengandung unsur kemandirian dari
dominasi pihak lain dan objektifitas dalam melaksanakan
independensi (independency), Bank harus dikelola secara independen agar masing‐masing organ Perusahaan beserta seluruh jajaran dibawahnya tidak boleh saling mendominasi
dan tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun yang dapat
mempengaruhi obyektivitas dan profesionalisme dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
5) Kewajaran dan kesetaraan (fairness)
Kewajaran dan kesetaraan (fairness) mengandung unsur
perlakuan yang adil dan kesempatan yang sama sesuai
dengan proporsinya. Dalam melaksanakan kegiatannya, bank
harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang
saham, konsumen dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan dari masing‐masing pihak yang bersangkutan.
Kelima prinsip-prinsip pokok GCG di atas sesuai dengan
norma dan nilai Islami dalam aktivitas dan kehidupan seorang
muslim. Islam sangat intens mengajarkan diterapkannya prinsip
'adalah (keadilan), tawazun (keseimbangan), mas'uliyah
(akuntabilitas), akhlaq (moral), shiddiq (kejujuran), amanah
(pemenuhan kepercayaan), fathanah (kecerdasan), tabligh
(transparansi, keterbukaan), hurriyah (independensi dan kebebasan
yang bertanggung jawab), ihsan (profesional), wasathan
(pengelolaan), khilafah (kepemimpinan), aqidah (keimanan),
ijabiyah (berfikir positif), raqabah (pengawasan), qira'ah dan
ishlah (organisasi yang terus belajar dan selalu melakukan
perbaikan) (El Junusi, 2012).
Bank Umum Syariah diwajibkan secara berkala
melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara komprehensif
terhadap pelaksanaan tata kelola perusahaan secara Islami.
Berdasarkan surat edaran OJK Nomor 10/SEOJK.03/2014 tentang
penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha
syariah didalamnya menjelaskan mengenai self assessment bagi
BUS meliputi 11 (sebelas) faktor penilaian pelaksanaan tata kelola
perusahaan sebagai berikut:
a) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
b) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
c) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite
d) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah
e) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
f) Penanganan benturan kepentingan
g) Penerapan fungsi kepatuhan
h) Penerapan fungsi audit intern
j) Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD); dan
k) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS,
laporan pelaksanaan Good Corporate Governance serta
pelaporan internal.
c. Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional (REO)
Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional digunakan untuk
mengukur efisiensi kegiatan operasional bank syariah. REO
didapatkan dengan membagi biaya operasional dengan pendapatan
operasional. Data biaya operasional yang digunakan adalah beban
operasional termasuk kekurangan PPAP. Sedangkan data
pendapatan operasional yang digunakan adalah data pendapatan
operasional setelah distribusi bagi hasil (Setiawan, 2009)
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak
sebagai perantara, yaitu penghimpun dan menyalurkan dana
(misalnya dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan
operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga)
(Dendawijaya, 2008).
Rasio efisiensi kegiatan operasional dapat dirumuskan
sebagai berikut:
d. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Dendawijaya (2005) CAR merupakan indikator
terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya
sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh
aktiva yang beresiko.
Faktor permodalan (Capital) dapat dinilai dengan
menggunakan rasio keuangan yakni Capital Adequecy Ratio
(CAR). Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi kecukupan
modal dan pengelolaan modal tersebut dibandingkan dengan
jumlah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Berdasarkan SE
BI No. 26/2/BPPP mengatur bahwa rasio kecukupan modal
minimum atau CAR dari persentase tertentu terhadap ATMR
adalah sebesar 8% (Widyaningrum, 2014).
CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:
CAR =
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel berikut merupakan penelitian-penelitian yang menjadi
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO Peneliti (Tahun) Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Haifa Najib dan Rini (2016)
Analisis Faktor yang mempengaruhi Fraud di Bank Syariah
1. Menggunakan variabel dependen yang sama, yakni fraud pada ank syariah
1. Penelitian terdahulu menggunakan shariah
compliance dan Islamic coroporate governance
sebagai variabel
independen, sedangkan variabel independen pada penelitian ini menggunakan tingkat kesehatan bank
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
shariah compliance dengan proksi Profit Sharing Ratio memiliki
pengaruh negatif terhadap fraud padabank syariah sedangkan
Islamic Income Ratio, Islamic Investment Ratio dan Islamic corporate governance tidak
memiliki pengaruh terhadap fraud pada bank syariah
2. Nora Yacheva,
Muhammad Saifi, dan Zahroh Z.A
(2016)
Analisis tingkat kesehatan bank dengan metode
RBBR (risk-based bank rating) (Studi pada Bank
Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014)
1. Menggunakan variabel penelitian yang sama, yakni tingkat kesehatan bank.
1. Objek penelitian terdahulu menggunakan Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan penelitian ini menggunakan bank umum syariah.
2. Penelitian terdahulu tidak menggunakan faktor GCG untuk melihat tingkat kesehatan bank.
Tingkat kesehatan BUSN Devisa tahun 2012-2014 berdasarkan rasio NPL, LDR, ROA, NIM dan CAR menunjukkan bahwa seluruh bank dapat dikategorikan sangat sehat meskipun ada beberapa bank yang juga dapat dikategorikan sehat.
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya NO Peneliti (Tahun) Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 3. Mohammad In’airat (2015) The Role of Corporate Governance in Fraud Reduction - A Preception in the Saudi Arabia Business Environment 1. Menguji pengaruh corporate governance terhadap fraud. 2. Menggunakan metode
analisis yang sama yaitu regresi
1. Penelitian terdahulu menggunakan data primer, sedangkan pada penelitian ini menggunakan data sekunder. 2. Objek pada penelitian
terdahulu berupa 40 perusahaan yang listed di Saudi Security Market, sedangkan objek pada penelitian sekarang ialah Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia
Dari ketiga komponen tata kelola perusahaan, audit internal dianggap sebagai yang paling signifikan dalam
mengurangi tingkat penipuan. Investigasi terhadap komponen dimensi menunjukkan bahwa efektivitas adalah dimensi yang paling signifikan dalam mengurangi tingkat penipuan. Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa keberadaan dan penerapan GCG tidak cukup untuk mengurangi tingkat fraud
4. Dini Halimah Tutsaadiyah (2015)
Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah di Indonesia pada saat krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global (2008-2013)
1. Menggunakan variabel penelitian yang sama yaitu, tingkat kesehatan bank
1. Penelitian sebelumnya melakukan perbandingan objek penelitian sebelum dan setelah krisis keuangan global, periode penelitian tahun 2008-2013, sedangkan penelitian ini tidak
melakukan analisis perbandingan dan masa periode penelitian yakni tahun 2013-2015
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa tingkat kesehatan bank syariah, yaitu Bank Syariah Mandiri, bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Bank Bukopin Syariah
menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat kesehatan bank-bank tersebut ketika krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
NO Peneliti (Tahun) Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 5. R. Abdul Rahman (2014)
Types of Fraud among Islamic Banks in Malaysia
1. Menggunakan variabel penelitian yang sama, yakni fraud dalam penelitian
1. Penelitian terdahulu menggunakan data primer, sedangkan pada penelitian ini menggunakan data sekunder. 2. Objek pada penelitian
terdahulu dipilih menggunakan simple
random sampling dari
masing-masing pegawai yang terdapat pada Internal Audit Department, Risk Management Department dan Compliance Department
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
fraudulent financial statement
merupakan jenis kecurangan yang sering terjadi di bank syariah diikuti dengan adanya kecurangan kartu kredit.
6. Aldira Maradita (2014)
Karakteristik good
corporate governance pada
bank syariah dan bank konvensional
1. Menggunakan variabel penelitian yang sama, yakni good corporate
governance.
1. Penelitian terdahulu melakukan perbandingan antara bank umum syariah dengan bank konvensional sedangkan penelitian ini hanya menggunakan bank umum syariah sebagai objek penelitian.
Konsep GCG antara Bank
Konvensional dengan bank syariah pada dasarnya adalah sama, namun yang menjadi pembeda diantara keduanya ialah adanya syariah
compliance yaitu kepatuhan pada
syariah, kemudian DPS yang bertugas meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang
diawasinya serta melakukan pengawasan terhadap bank syariah
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
NO Peneliti (Tahun) Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 7. Puji Astutik (2015) Pengaruh tingkat
kesehatan bank menurut Risk Based Bank Rating terhadap kinerja keuangan (Studi pada Bank Umum Syariah di Indonesia)
1. Menggunakan variabel independen yang sama, yakni tingkat kesehatan bank.
2. Objek penelitian yang digunakan ialah Bank Umum Syariah
1. Penelitian terdahulu menggunakan kinerja keuangan sebagai variabel dependen, sedangkan penelitian ini
menggunakan fraud sebagai variabel dependen
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui uji F NPF, FDR, GCG, BOPO, NOM dan CAR berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA) sebesar 60,8%. Sedangkan melalui uji t hanya variabel FDR dan NOM yang berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Dari kedua variabel tersebut FDR adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi ROA 8. Rita Anugerah (2014) Peranan Good Corporate Governance dalam Pencegahan Fraud 1. Melakukan penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap fraud 1. Penelitian terdahulu membahas corporate
governance terhadap fraud
pada lembaga
konvensional sedangkan penelitian ini membahas mengenai corporate
governance terhadap fraud
pada bank syariah.
Pengimplementasian mekanisme internal dan eksternal Corporate
Governance dengan
memperhatikan
dan menjalankan semua prinsip dan
fungsi dapat mengurangi terjadinya
Tabel 2.1 (Lanjutan) NO Peneliti (Tahun) Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 9. Falikhatun dan Yasmin Umar Assegaf (2012) Bank Syariah di Indonesia: Ketaatan pada Prinsip Syariah dan Kesehatan Finansial
1. Menggunakan variabel yang sama, yakni tingkat kesehatan bank 2. Objek penelitian yang
digunakan ialah Bank Umum Syariah
1. Penelitian terdahulu menggunakan kesehatan finansial sebagai variabel dependen, sedangkan pada penelitian ini menggunakan fraud pada bank syariah sebagai variabel dependen 2. Periode penelitian terdahulu
tahun 2007-2011 sedangkan pada penelitian ini tahun 2013-2015.
Kepatuhan syariah memiliki pengaruh positif signifikasn terhadap kesehatan keuangan Bank Syariah.
10. Riccardo Tiscini dan Francesca di Donato (2006)
The relation between accounting frauds and corporate governance systems: an anaysis of recent scandals
1. Menggunakan variabel peneitian yang sama, yaitu fraud dan corporate governance
1. Penelitian terdahulu melakukan pengujian empiris terhadap kasus kecuarangan yang terjadi dalam skala internasional yang dipilih dari beberapa negara berbeda, sedangkan penelitian ini menggunakan objek penelitian yakni bank syariah yang ada di
Indonesia
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara “kekuasaan yang lebih” dalam kecurangan akuntansi dan”tekanan kinerja” yang secara intuitif dihipotesiskan, dan tata kelola perusahaan mempengaruhi tindakan kecurangan.
C. Kerangka Pemikiran D.
Prinsip-prinsip Islam sebagai dasar aktivitas operasional bank
syariah memungkinkan tidak terdapat fraud dalam BUS
Beberapa kasus fraud yang terjadi pada Bank Umum
Syariah di Indonesia
Basis Teori:
Agency Theory
Variabel Independen Variabel Dependen
Metode Analisis: Regresi Linear Berganda
Kesimpulan dan Saran
Non-Performing Financing (X1)
Fraud Islamic Corporate Governance
(X2)
Fraud yang terjadi pada Bank
Syariah mungkin dipengaruhi oleh tingkat kesehatan bank
Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional(X3)