2 Landasan Teori
2.1. Konsep Virtual Laboratory
Simulasi komputer untuk menyajikan fenomena alam memegang peranan penting di dalam proses pembelajaran sains. Virtual Laboratory merupakan suatu solusi untuk menanggulangi keterbatasan atau ketiadaan perangkat laboratorium, memudahkan pengguna untuk melakukan percobaan tanpa khawatir akan terjadinya kecelakaan dan tanpa perlu adanya pengawasan dari ahli
2.2 Konsep Kimia yang dipakai 2.2.1. Eksperimen Kimia
Eksperimen Kimia yang dipakai dalam Skripsi ini antara lain:
1. Pemampatan Gas
Pada eksperimen ini, dalam suhu yang sama tekanan gas dalam syringe akan berbanding terbalik dengan volumenya, ini dikenal dengan hukum Boyle:
P1V1 = P2V2
Contoh Prosedur (Brent, 1969):
1) Diambil syringe 60 ml dengan alat ukurnya, volumenya diatur menjadi 50 ml dan tekanannya dicatat
2) Volumenya dikurangi lagi sebesar 10 ml dan dicatat hasilnya, percobaan diulangi 3 kali.
2. Titrasi asam basa
Pada eksperimen ini dilakukan penetesan asam pada basa, sambil mengukur perubahan pH dangan zat indikator misalnya bromtimol biru. Pada percobaan ini asam yang dapat dipakai adalah HCl, HBr, HI, HCIO4 dan CH3COOH, sedangkan basa yang dapat dipakai adalah NaOH, KOH dan NH3 (Brent, 1969).
Contoh Prosedur (Brent, 1969):
1) Labu erlenmeyer diisi dengan 35 ml HCL 2M
3) Buret diisi dengan NaOH 2M
4) Volume awal buret dicatat dan NaOH diteteskan sampai larutan HCl berwarna merah muda dan catat volume akhir dari buret dicatat
3. Reaksi kinetik dalam oksidasi ion yodium dengan hidrogen peroksida Dalam eksperimen ini, reaksi kinetik antara ion yodium dengan hidrogen peroksida akan diteliti (Brent, 1969).
H
2O
2+ 2I
-+ 2H
+-> I
2+ 2H
2O
Contoh Prosedur (Brent, 1969):
1) 250mg Na2S2O3 dimasukkan ke dalam tabung reaksi, 20 ml air ditambahkan dan Na2S2O3 dilarutkan
2) 100mg KI dimasukkan ke dalam tabung reaksi, 20 ml air ditambahkan dan KIdilarutkan
3) Tabung reaksi 600 ml diambil, larutan pada langkah 1) dan 2) dimasukkan ke dalamnya, lalu 60 ml HCl 1M ditambahkan
4) 50 ml H2O2 1 M ditambahkan dan waktu reaksinya langsung diukur. Pengukuran dihentikan bila larutan berubah warna
2.2.2. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi menggambarkan reaksi kimia yang terdiri atas rumus kimia pereaksi dan hasil reaksi disertai dengan koefisien masing-masing (Brown, 2000). Persamaan reaksi atau persamaan kimia adalah penulisan simbolis dari sebuah reaksi kimia. Rumus kimia pereaksi ditulis di sebelah kiri persamaan dan rumus kimia produk dituliskan di sebelah kanan. Koefisien yang ditulis di sebelah kiri rumus kimia sebauh zat adalah koefisien stoikiometri, yang menggambarkan jumlah zat tersebut yang terlibat dalam reaksi relatif terhadap zat yang lain.
Persamaan reaksi yang pertama kali dibuat oleh ahli iatrokimia Jean Beguin pada 1615.
Dalam sebuah persamaan reaksi, pereaksi dan produk dihubungkan melalui simbol yang berbeda-beda. Simbol → digunakan untuk reaksi searah, ⇆ untuk reaksi dua arah, dan ⇌ untuk reaksi kesetimbangan. Misalnya, persamaan reaksi pembakaran metana (suatu gas pada gas alam) oleh oksigen dituliskan sebagai berikut
CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
Prosedur untuk menuliskan dan menyetarakan persamaan reaksi adalah sebagai berikut:
1. Menuliskan Persamaan Reaksi.
Reaksi kimia mengubah zat-zat asal (pereaksi = reaktan) menjadi zat baru (produk). Jenis dan jumlah atom yang terlibat dalam reaksi tidak berubah, tetapi ikatan kimia di antaranya berubah. Ikatan kimia dalam pereaksi diputuskan dan membentuk ikatan baru dalam produknya. Atom ditata ulang membentuk produk reaksi.
Contoh :
) ( 2O H 2 ) 2( O ) 2( H
2 g + g → l
Keterangan :
1) Tanda panah menunjukkan arah reaksi (artinya = membentuk atau bereaksi menjadi).
2) Huruf kecil dalam tanda kurung menunjukkan wujud atau keadaan zat yang bersangkutan (g = gass, l = liquid, s = solid dan aq = aqueous / larutan berair).
3) Bilangan yang mendahului rumus kimia zat disebut koefisien reaksi (untuk menyetarakan atom-atom sebelum dan sesudah reaksi).
4) Koefisien reaksi juga menyatakan perbandingan paling sederhana dari partikel zat yang terlibat dalam reaksi.
2. Menyetarakan Persamaan Reaksi.
Langkah-langkah untuk menyetarakan persamaan reaksi :
1) Koefisien salah satu zat ditetapkan , biasanya zat yang rumusnya paling kompleks = 1, sedangkan zat lain diberikan koefisien sementara dengan huruf.
2) Unsur yang terkait langsung dengan zat yang diberi koefisien 1 itu disetarakan lebih dulu.
3) Unsur lainnya disetarakan. Biasanya akan membantu jika atom O2
disetarakan paling akhir.
2.2.3. Massa Atom Relatif ( Ar )
Massa atom relatif adalah perbandingan massa antar atom yang 1 (satu) terhadap atom yang lainnya. Pada umumnya, unsur terdiri dari beberapa isotop maka pada penetapan massa atom relatif (Ar) digunakan massa rata-rata dari isotop-isotopnya.Menurut IUPAC, sebagai pembanding digunakan atom C-12 yaitu
12
1 dari massa 1 atom C-12; sehingga dirumuskan (Brown, 2000):
Ar unsur X =
12 C atom 1 massa 12
1
X unsur atom 1 rata rata massa
−
−
Karena : 12
1 massa 1 atom C-12 = 1 sma ; maka :
Ar unsur X =
sma 1
X unsur atom 1 rata rata
massa −
2.2.4. Massa Molekul Relatif ( Mr )
Massa molekul relatif adalah perbandingan massa antara suatu molekul dengan suatu standar. Besarnya massa molekul relatif (Mr) suatu zat = jumlah massa atom relatif ( Ar) dari atom-atom penyusun molekul zat tersebut. Khusus untuk senyawa ion digunakan istilah Massa Rumus Relatif (Mr) karena senyawa ion tidak terdiri atas molekul. Mr dirumuskan sebagai berikut (Brown, 2000):
Mr = Σ Ar
Contoh :
Diketahui : massa atom relatif ( Ar ) H = 1; C = 12; N = 14 dan O = 16.
Berapa massa molekul relatif ( Mr ) dari CO(NH2)2
Jawab :
Mr CO(NH2)2 = (1 x Ar C) + (1 x Ar O) + (2 x Ar N) + (4 x Ar H)
= (1 x 12) + (1 x 16) + (2 x 14) + (4 x 1)
= 60
2.2.5. Titrasi Asam Basa 2.2.5.1. pH.
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. pH bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam larutan akuatik.
Sedangkan untuk menghitung derajat kebasaan (pOH) yang merupakan kebalikan dari pH maka: pOH = pKW − pH, dimana pKW=14.
Contoh:
Diketahui molaritas HCl 0,1 M, maka pH HCl adalah:
pH= -log[0,1]
pH=-(-1)=1
2.2.5.2. Kurva Titrasi
Kurva titrasi adalah kurva yang menunjukkan perubahan pH pada eksperimen titrasi asam basa. Pada sumbu y terdapat pH dari larutan sedangkan pada sumbu x terdapat volume asam atau basa yang ditambahkan.
Equivalence point adalah titik dimana larutan berubah warna ketika volume asam dan basa yang dicampur seimbang.
Kurva titrasi pada Gambar 2.1 berasal dari penetesan asam kuat pada basa kuat menggunakan HCl 1 M sebagai asam dan NaOH 1 M sebagai basa dengan volume awal pada buret dan beaker 25 cm3 . Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kurva Titrasi Asam Kuat pada Basa Kuat
Kurva titrasi pada Gambar 2.2 berasal dari penetesan basa kuat pada asam kuat menggunakan HCl 1 M sebagai asam dan NaOH 1 M sebagai basa dengan volume awal pada buret dan beaker 25 cm3. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2. Kurva Titrasi Basa Kuat pada Asam Kuat
Kurva titrasi pada Gambar 2.3 berasal dari penetesan asam kuat pada basa lemah menggunakan HCl 1 M sebagai asam dan NH3 1 M sebagai basa dengan volume awal pada buret dan beaker 25 cm3. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.3. Kurva Titrasi Asam Kuat pada Basa Lemah
Kurva titrasi pada Gambar 2.4 ini berasal dari penetesan basa lemah pada asam kuat menggunakan HCl 1 M sebagai asam dan NH3 1 M sebagai basa dengan volume awal pada buret dan beaker 25 cm3. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4. Kurva Titrasi Basa Lemah pada Asam Kuat
Kurva titrasi pada Gambar 2.5 berasal dari penetesan asam lemah pada basa kuat menggunakan CH3COOH 1 M sebagai asam dan NaOH 1 M sebagai basa dengan volume awal pada buret dan beaker 25 cm3. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.5. Kurva Titrasi Asam Lemah pada Basa Kuat
Kurva titrasi pada Gambar 2.6 berasal dari penetesan basa kuat pada asam lemah menggunakan CH3COOH 1 M sebagai asam dan NaOH 1 M sebagai basa dengan volume awal pada buret dan beaker 25 cm3. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.6. Kurva Titrasi Basa Kuat pada Asam Lemah
Kurva titrasi pada Gambar 2.7 berasal dari titrasi asam lemah dan basa lemah menggunakan CH3COOH 1 M sebagai asam dan NaOH 1 M sebagai basa dengan volume awal pada buret dan beaker 25 cm3 .
Gambar 2.7. Kurva Titrasi Asam Lemah pada Basa Lemah
2.2.6. Hukum Boyle
Pada tahun 1662 Robert Boyle meneliti apa yang disebutnya sebagai “pegas udara”, sebuah frase yang menggambarkan hubungan antara tekanan dan volum.
Secara fisik, Boyle mengetahui bahwa merubah volum dari volum udara mempunyai efek pada tekanan seperti yang terjadi pada pegas, semakin jauh ia ditarik, semakin kuat tarikan baliknya untuk kembali ke posisi semula. Dengan bekerja pada suhu tetap, Boyle dapat mengukur perubahan pada volum yang diakibatkan peningkatan tekanan.
Gambar 2.8. Kurva Hukum Boyle
Meskipun data diambil lebih dari 300 tahun yang lalu dan tidak memakai satuan yang biasanya dipakai dalam percobaan ilmiah modern, hubungan antara tekanan dan volum dari data asli milik Boyle dapat dipastikan:“Tekanan berbanding terbalik secara proporsional dengan vlolumm pada suhu yang konstan” . Dengan menganalisa data milik Boyle dengan analisa grafis, memungkinkan untuk membuktikan ketepatan persamaan:
P1V1 = P2V2.
2.2.7. Laju Reaksi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi antara lain konsentrasi, sifat zat yang bereaksi, suhu dan katalisator.
2.2.7.1. Konsentrasi Zat
Dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi zat-zat yang bereaksi makin cepat reaksinya berlangsung. Makin besar konsentrasi makin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makinbesar kemungkinan terjadinya tumbukan dengan demikian makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.
2.2.7.2. Sifat Zat yang Bereaksi
Sifat mudah sukarnya suatu zat bereaksi akan menentukan kecepatan berlangsungnya reaksi.Secara umum dinyatakan bahwa reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara ion-ion yang muatannya berlawanan.
Contoh: Ca2+(aq) + CO32+(aq) → CaCO3(s).
Reaksi antara senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat. Hal ini disebabkan karena untuk berlangsungnya reaksi tersebut dibutuhkan energi untuk memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terdapat dalam molekul zat yang bereaksi.
Contoh: CH4(g) + Cl2(g) → CH3Cl(g) + HCl(g).
Reaksi ini berjalan lambat reaksinya dapat dipercepat apabila diberi energi misalnya cahaya matahari.
2.2.7.3. Suhu
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan.
Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar.
2.2.7.4.Katalisator
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap- tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
2.3. Entity Relationship Diagram
Entity Relationship Diargram (ERD) merupakan pemodelan data yang menggunakan entity, relasi dan atribut (University of Missouri - St. Louis, 2000).
2.3.1. Obyek – obyek dalam ERD
Obyek – obyek yang dipakai dalam ERD adalah:
1. Entity adalah obyek yang dapat dibedakan dalam dunia nyata.
Entity dapat berupa
• obyek secara fisik (contohnya customer)
• obyek secara konsep (contohnya transaksi penjualan).
•
Gambar 2.9. Entity
2. Atribut adalah karakteristik dari entity atau relasi yang menjelaskan entity atau relasi tersebut.
Gambar 2.10. Atribut.
3. Relasi adalah hubungan yang terjadi antar entity.
Gambar 2.11. Relasi.
2.3.2. Relasi
Ada 3 jenis relasi, yaitu : 1. One-to-One
Pada bentuk relasi One-to-One, tiap elemen pada entity A berelasi hanya satu elemen pada entity B, begitu juga sebaliknya. Simbol relasi One-to-One dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12. Relasi One to One
2. One-to-Many
Pada bentuk relasi One-to-Many, tiap elemen pada entity A dapat berelasi dengan banyak elemen pada entity B, namun tiap elemen pada entity B hanya dapat berelasi dengan satu elemen pada entity A. Simbol relasi One-to-Many dapat dilihat pada Gambar 2.13.
Gambar 2.13. Relasi One to Many
3. Many-to-Many
Pada bentuk relasi Many-to-Many, tiap elemen pada pada entity A dapat berelasi dengan banyak elemen pada entity B, begitu juga sebaliknya. Simbol relasi Many-to-Many dapat dilihat pada Gambar 2.14.
Gambar 2.14. Relasi Many to Many.
Hubungan antara entity juga mengenal participation, yaitu:
• Total participation: bila semua anggota dari suatu entity harus berpartisipasi atau memiliki hubungan dengan entity yang lain.
• Partial participation: bila tidak semua anggota dari suatu entity harus berpartisipasi atau memiliki hubungan dengan entity yang lain.
2.4. MySQL
MySQL adalah sebuah database server yang cukup handal. Aplikasi ini memiliki versi unix dan windows. Apabila akan dibuat aplikasi yang membutuhkan interface ke server mysql maka disediakan library dari mysql.
Layaknya database yang lain, mysql juga mengenal bahasa sql standar yang ditambah beberapa perintah administrasi. Untuk menghubungkan MySQL dengan Visual Basic dibutuhkan mysql-connector-odbc-5.1.4- win32.msi.
Secara umum, SQL (Structured Query Language) terdiri dari dua bahasa, yaitu Data Definition Language (DDL) dan Data Manipulation Language (DML). Implementasi DDL dan DML berbeda untuk tiap sistem manajemen basis data (SMBD), namun secara umum implementasi tiap bahasa ini memiliki bentuk standar yang ditetapkan ANSI.
2.4.1. Data Definition Language
Data Definition Language (DDL) digunakan untuk mendefinisikan, mengubah, serta menghapus basis data dan objek-objek yang diperlukan dalam basis data, misalnya tabel, view, user, dan sebagainya.
Secara umum, DDL yang digunakan adalah CREATE untuk membuat objek baru, USE untuk menggunakan objek, ALTER untuk mengubah objek yang sudah ada, dan DROP untuk menghapus objek. DDL biasanya digunakan oleh administrator basis data dalam pembuatan sebuah aplikasi basis data (dev.msql, 2008).
o CREATE
CREATE digunakan untuk membuat basis data maupun objek-objek basis data. SQL yang umum digunakan adalah:
CREATEDATABASE nama_basis_data
CREATE DATABASE membuat sebuah basis data baru.
CREATE TABLE nama_tabel
CREATE TABLE membuat tabel baru pada basis data yang sedang aktif.
Secara umum, perintah ini memiliki bentuk:
CREATE TABLE [nama_tabel]
(
nama_field1 tipe_data [constraints][, nama_field2 tipe_data,
...]
)
atau
CREATE TABLE [nama_tabel]
(
nama_field1 tipe_data [, nama_field2 tipe_data, ...]
[CONSTRAINT nama_field constraints]
)
dengan:
1. Nama_field adalah nama kolom (field) yang akan dibuat.
Beberapa sistem manajemen basis data mengizinkan penggunaan spasi dan karakter nonhuruf pada nama kolom.
2. Tipe_data tergantung implementasi sistem manajemen basis data. Misalnya, pada MySQL, tipe data dapat berupa VARCHAR, TEXT, BLOB, ENUM, dan sebagainya.
3. Constraints adalah batasan-batasan yang diberikan untuk tiap kolom. Ini juga tergantung implementasi sistem manajemen basis data, misalnya NOT NULL, UNIQUE, dan sebagainya. Ini dapat digunakan untuk mendefinisikan kunci primer (primary key) dan kunci asing (foreign key).
Satu tabel boleh tidak memiliki kunci primer sama sekali, namun sangat disarankan mendefinisikan paling tidak satu kolom sebagai kunci primer.
Contoh:
CREATE TABLE user (
username VARCHAR(30) CONSTRAINT PRIMARY KEY, passwd VARCHAR(20) NOT NULL,
tanggal_lahir DATETIME );
2.4.2. Data Manipulation Language
Data Manipulation Language (DML) digunakan untuk memanipulasi data yang ada dalam suatu tabel. Perintah yang umum dilakukan adalah (dev.msql, 2008):
o SELECT
SELECT adalah perintah yang paling sering digunakan pada SQL, sehingga terkadang istilah query dirujukkan pada perintah SELECT. SELECT digunakan untuk menampilkan data dari satu atau lebih tabel, biasanya dalam sebuah basis data yang sama. Secara umum, perintah SELECT memiliki bentuk lengkap:
SELECT [nama_tabel|alias.]nama_field1 [AS alias1] [, nama_field2, ...]
FROM nama_tabel1 [AS alias1] [INNER|LEFT|RIGHT JOIN tabel2 ON kondisi_penghubung]
[, nama_tabel3 [AS alias3], ...]
[WHERE kondisi]
[ORDER BY nama_field1 [ASC|DESC][, nama_field2 [ASC|DESC], ...]]
[GROUP BY nama_field1[, nama_field2, ...]]
[HAVING kondisi_aggregat]
dengan:
1. Kondisi adalah syarat yang harus dipenuhi oleh suatu data agar ditampilkan.
2. Kondisi_aggregat adalah syarat khusus untuk fungsi aggregasi.
3. Kondisi dapat dihubungkan dengan operator logika, misalnya AND, OR, dan sebagainya.
Beberapa SMBD memiliki fungsi aggregat, yaitu fungsi-fungsi khusus yang melibatkan sekelompok data (aggregat). Secara umum fungsi aggregat adalah:
1. SUM untuk menghitung total nominal data
2. COUNT untuk menghitung jumlah kemunculan data 3. AVG untuk menghitung rata-rata sekelompok data
4. MAX dan MIN untuk mendapatkan nilai maksimum/minimum dari sekelompok data.
Fungsi aggregat digunakan pada bagian SELECT. Syarat untuk fungsi aggregat diletakkan pada bagian HAVING, bukan WHERE (dev.msql, 2008).
Ada kalanya query dapat menjadi kompleks, terutama jika melibatkan lebih dari satu tabel dan/atau fungsi aggregat. Beberapa SMBD mengizinkan penggunaan subquery. Contoh:Tampilkan username pengguna yang memiliki jumlah transaksi terbesar.
SELECT username FROM user
WHERE jml_transaksi = (
SELECT MAX(jml_transaksi) FROM user
)
o INSERT
Untuk menyimpan data dalam tabel dipergunakan sintaks:
INSERT INTO [NAMA_TABLE] ([DAFTAR_FIELD]) VALUES ([DAFTAR_NILAI])
o UPDATE
Untuk mengubah data menggunakan sintaks:
o DELETE
Untuk menghapus data dipergunakan sintaks:
DELETE FROM [NAMA_TABLE] [KONDISI]
2.5. Flowchart
Flowchart adalah gambaran dalam bentuk diagram alir dari algoritma- algoritma dalam suatu program, yang menyatakan arah alur program tersebut (IBM-Flowchart, 1969). Berikut adalah beberapa simbol yang digunakan dalam menggambar suatu flowchart :
Tabel 2.1. Simbol – Simbol Flowchart
SIMBOL NAMA FUNGSI
TERMINATOR Permulaan/akhir program GARIS ALIR
(FLOW LINE) Arah aliran program
PREPARATION Proses inisialisasi/pemberian harga awal
PROSES Proses perhitungan/proses pengolahan data
INPUT/OUTPUT DATA
Proses input/output data, parameter, informasi PREDEFINED
PROCESS (SUB PROGRAM)
Permulaan sub program/proses menjalankan sub program
DECISION
Perbandingan pernyataan, penyeleksian data yang memberikan pilihan untuk
langkah selanjutnya ON PAGE
CONNECTOR
Penghubung bagian-bagian flowchart yang berada pada satu
halaman OFF PAGE
CONNECTOR
Penghubung bagian-bagian flowchart yang berada pada
halaman berbeda
2.6 Peralatan Laboratorium yang Dipakai 2.6.1. Beaker
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.15 ini, beaker adalah alat laboratorium berbentuk silinder dengan bibir di pinggiran yang berfungsi untuk menuangkan isinya. Beaker berfungsi untuk menampung zat – zat yang digunakan dalam eksperimen. Dalam titrasi asam basa alat ini dapat dipakai untuk menampung zat yang diteteskan oleh buret .
Gambar 2.15. Beaker
2.6.2. Buret
Buret adalah peralatan gelas laboratorium berbentuk silinder dan dilengkapi dengan keran pada bagian bawahnya. Buret dipakai dalam eksperimen titrasi asam basa, dimana zat yang akan diteteskan ditampung dalam buret dan kerannya dibuka untuk melakukan penetesan. Gambar 2.16 adalah buret.
Gambar 2.16. Buret
2.6.4. Labu Erlenmeyer
Erlenmeyer adalah peralatan gelas laboratorium yang berbentuk kerucut seperti yang terlihat pada Gambar 2.17, alat ini memiliki fungsi yang sama dengan beaker.
Gambar 2.17. Labu Erlemeyer
2.6.5. Tabung Reaksi
Tabung reaksi adalah peralatan gelas laboratorium dengan bentuk seperti jari dan memiliki lebar 10 – 20 mm dan panjang 50 – 200 mm. Tabung reaksi dipakai untuk melakukan pencampuran zat – zat yang berbeda atau reaksi kimia dalam jumlah yang kecil. Gambar 2.18 adalah gambar tabung reaksi.
Gambar 2.18. Tabung Reaksi
2.6.6. Syringe
Syringe adalah peralatan gelas laboratorium untuk memasukkan atau mengambil gas dari sistem yang tertutup, atau untuk mengukur volume gas hasil reaksi. Gambar 2.19 adalah gambar Syringe.
Gambar 2.19. Syringe