• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini merupakan anak yang berusia antara 0 sampai enam tahun (Masnipal, 2013). Usia dini merupakan usia emas bagi anak. Usia tersebut merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Pada usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Pada masa ini pula anak bisa mulai memperoleh proses pendidikan. Pada usia tersebut anak mengalami masa peka untuk menerima rangsangan atau stimulus, sehingga cara belajar seharusnya anak dibuat menyenangkan. Pendidikan anak usia dini menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 14 adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Ruang lingkup pendidikan anak usia dini ada tiga jalur yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal anak usia dini salah satunya adalah pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK). TK merupakan tempat yang menyenangkan, nyaman, aman dan menarik bagi anak untuk bereksplorasi, mengembangkan kreativitas serta mengembangkan aspek-aspek perkembangan yang meliputi aspek kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial-emosi, dan lain-lain.

Semua aspek perkembangan diharapkan dapat berkembang secara seimbang antara aspek yang satu dengan yang lain karena konsep diri dan harga diri seseorang akan turun kalau mereka tidak dapat melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik dan mereka akan mendapat kecaman dan celaan dari masyarakat sekelilingnya (Mönks,Knoers, &Haditono 2004). Kemampuan kognitif diperlukan oleh anak dalam rangka mengembangkan pengetahuannya

(2)

tentang apa yang anak lihat, dengar, rasa, raba, ataupun penciuman melalui panca indera yang dimilikinya. Sujiono (2007) menyatakan bahwa proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan masalah.

Ingatan merupakan kemampuan anak untuk menerima dan memasukkan informasi (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali informasi yang pernah dialami (remembering), serta mempunyai kemampuan memecahkan masalah. Suyadi (2014) yang mengutip revisi taksonomi Bloom, menyatakan bahwa kegiatan mengingat menggambarkan kerja otak dalam menyimpan informasi dan materi pembelajaran. Selain itu, kegiatan mengingat terjadi di semua tingkatan berpikir. Oleh karena itu, kemampuan mengingat sangat penting dalam proses kegiatan pembelajaran. Sesuai dengan Krathwohl (2002) mengingat merupakan kemampuan kognitif dasar yang dimiliki setiap manusia. Proses mengingat selalu akan digunakan pada tahap-tahap kemampuan kognitif selanjutnya. Ingatan manusia dan kemampuan otak manusia akan selalu kuat apabila digunakan dan distimulus dengan tepat.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 8 Januari sampai 15 Januari 2016 terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan pada kelompok B TK Masyitoh IV Surakarta diperoleh informasi bahwa kegiatan pembelajaran sudah sangat menarik. Guru mampu memberikan materi pembelajaran secara utuh dan sesuai dengan dunia anak, tetapi terdapat beberapa masalah yaitu anak sering kali hanya sebatas mendengarkan saat guru menjelaskan dan meniru gambar ataupun tulisan yang diberikan guru melalui papan tulis ke dalam buku anak. Hasil wawancara dengan guru kelompok juga menunjukkan bahwa kemampuan anak kelas B masih belum berkembang optimal terlihat ketika anak mengingat suatu hal atau mengingat tentang urutan sesuatu anak masih mengalami kesulitan. Anak- anak terkadang masih lupa tentang urutan suatu cerita atau yang lainnya. Hanya terdapat beberapa anak saja yang kemampuan mengingatnya bagus. Selain itu, jumlah anak dalam kelas yang lumayan banyak, yaitu 20 anak dengan 1 orang guru mengakibatkan kondisi kelas yang kurang kondusif karena guru kurang bisa mengkondisikan kelas dan membuat anak

(3)

menjadi sulit untuk berkonsentrasi. Anak mengalami kesulitan contohnya dalam mengurutkan langkah-langkah dalam melakukan sesuatu ataupun proses terjadinya sesuatu, apabila anak kurang memahami atau lupa tentang materi tersebut, maka kegiatan yang dilakukan menjadi kurang optimal.

Permasalahan lain yang muncul di TK Masyitoh IV pada kelompok B adalah kemampuan untuk mengingat cerita. Berdasarkan permasalahan yang ada peneliti melakukan pretest kemampuan mengingat cerita dengan indikator 1) menjawab pertanyaan lebih kompleks, 2) melanjutkan sebagian cerita/ dongeng yang talah diperdengarkan, dan 3) mulai membuat urutan dalam cerita (alur). Hasil pretest menunjukkan kemampuan mengingat cerita diperoleh hasil persentase tuntas 7 anak atau 35 % dan belum tuntas 13 anak atau 65 %. Kemampuan mengingat cerita anak masih belum maksimal terlihat saat guru melakukan review pada akhir pembelajaran atau cerita sebagian besar anak tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru tentang pembelajaran atau cerita yang telah disampaikan.

Anak dalam mengingat suatu hal ataupun cerita masih perlu dipancing seperti menyebutkan suku kata awal dari sebuah kata, dan saat anak diminta kembali menceritakan kembali cerita yang telah diperdengarkan, beberapa anak merasa kesulitan, kalaupun ada yang sudah bisa tetapi alur urutan ceritanya masih belum benar.

Faktor yang menyebabkan kurangnya kemampuan mengingat cerita pada anak disebabkan media yang digunakan kurang menarik, sehingga anak kurang tertarik dan mudah bosan dengan pembelajaran yang disampaikan. Ketika memberikan cerita guru sering menggunakan buku cerita atau dongeng terkadang hanya dengan menggambar di papan tulis, anak pun mudah bosan dan tidak memperhatikannya. Media pembelajaran yang digunakan masih kurang bervariasi hanya menggunakan buku cerita dan gambar, sehingga anak harus diberi rangsangan dengan media yang tepat agar kemampuan mengingat cerita anak dapat meningkat.

Terdapat bermacam-macam jenis metode pembelajaran dalam bercerita yang dicetuskan oleh para ahli, tetapi di TK Masyitoh IV metode yang sering digunakan adalah metode pemberian tugas dan benyanyi, sehingga anak merasa

(4)

bosan dengan metode yang sering digunakan. Metode yang ingin peneliti gunakan untuk meningkatkan kemampuan mengingat cerita yaitu metode bercerita berbantuan media boneka tangan. Boneka tangan merupakan alat bantu visual yang sangat baik. Boneka tangan dapat mempertahankan perhatian dan mendorong partisipasi anak. Boneka tangan juga mendorong anak bercakap-cakap dengan orang lain (Brits, J., Potgieter, A, dan Potgieter, M.,2014). Selain itu boneka tangan dapat digunakan langsung oleh anak. Pada saat anak menceritakan kembali cerita yang dibawakan guru, boneka tangan ini dapat merangsang dan dapat membantu mengingat kembali isi cerita. Kegiatan ini pun akan dilakukan dengan pendekatan yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Bachri (2005) mengatakan bahwa bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.

Melalui metode bercerita dengan boneka tangan sebagai media pembelajaran, anak dapat mendengarkan cerita sambil melihat berbagai macam karakter boneka tangan yang digunakan guru dalam menyampaikan cerita. Boneka tangan yang digunakan saat kegiatan bercerita pun bervariasi disesuaikan dengan materi cerita yang akan disampaikan. Gunawan (2010) berpendapat bahwa boneka sebagai media cerita memiliki banyak kelebihan dan keuntungan. Anak-anak pada umumnya menyukai boneka, sehingga cerita yang dituturkan lewat karakter boneka jelas akan mengundang minat dan perhatiannya. Anak-anak juga bisa terlibat dalam permainan boneka dengan ikut memainkan boneka. Hal ini berarti, boneka bisa menjadi pengalih perhatian anak sekaligus media untuk berekspresi atau menyatakan perasaannya. Bahkan boneka bisa mendorong tumbuhnya fantasi atau imajinasi anak. Ketertarikan anak pada boneka tangan akan membuat anak memperhatikan cerita yang disampaikan dan membuat cerita tersebut lebih berkesan untuk anak. Cerita yang berkesan tersebut biasanya akan diingat oleh anak. Kemampuan mengingat anak pun akan menjadi lebih kuat dengan penggunaan media tersebut.

Peneliti menggunakan boneka tangan karena boneka tangan adalah media visual yang merupakan sarana dalam menyampaikan pesan atau materi dalam

(5)

kegiatan pembelajaran. Boneka tangan sangat membantu komunikasi menjadi efektif, maka diharapkan dapat memberi kontribusi positif pada kemampuan mengingat cerita pada anak didik.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan kemampuan mengingat cerita melalui metode bercerita dengan media boneka tangan pada anak kelompok B TK Masyitoh IV Surakarta tahun pelajaran 2015/2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut “Apakah melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan mengingat cerita pada anak kelompok B TK Masyitoh IV Surakarta tahun ajaran 2015/2016?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut “Untuk meningkatkan kemampuan mengingat cerita melalui metode bercerita dengan media boneka tangan pada anak kelompok B TK Masyitoh IV Surakarta tahun ajaran 2015/2016”.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang penerapan metode bercerita dengan media boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan mengingat cerita pada anak kelompok B TK Masyitoh IV Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 diharapkan memiliki manfaat, yaitu :

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini digunakan sebagai acuan kegiatan pembelajaran di TK khususnya dan pendidikan anak usia dini pada umumnya, serta menambah pengembangan kegiatan pembelajaran tentang kemampuan mengingat cerita dan metode bercerita dengan media boneka tangan.

(6)

2. Manfaat Praktis a. Bagi anak

1) Meningkatnya kemampuan anak dalam mengingat cerita .

2) Memberikan suasana belajar yang lebih menyenangkan, sehingga anak lebih semangat dalam belajar.

b. Bagi guru

1) Meningkatnya profesionalisme guru.

2) Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran tentang kemampuan mengingat urutan cerita dan metode bercerita dengan media boneka tangan di TK.

3) Memberikan motivasi kepada guru untuk lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di TK.

c. Bagi sekolah

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan rujukan dalam menetukan program atau kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan mengingat cerita pada anak melalui metode bercerita dengan media boneka tangan.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Pramudiarta (2015) Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi, serta berperan penting dalam

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien RS... AMI untuk wilayah luar Jawa dan Bali (Malaria klinis per

Dari identifikasi permasalahan di atas, PT AMSI hanya menggunakan satu kriteria saja dalam melakukan pemilihan supplier yaitu harga barang termurah sehingga bahan mentah

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

Syarat dalam pemberian MP-ASI menurut Nasar (2010) yaitu: Tepat waktu (Timely): MP-ASI mulai diberikan saat kebutuhan energi dan nutrien melebihi yang didapat

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN PT BANK MANDIRI (PERSERO), Tbk