• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN BUNYI BAHASA PROTO AUSTRONESIA KE BAHASA SIMALUNGUN ( KAJIAN LINGUSTIK HISTORIS KOMPARATIF ) SKRIPSI OLEH RIFKA NOVIANA SINAGA NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERUBAHAN BUNYI BAHASA PROTO AUSTRONESIA KE BAHASA SIMALUNGUN ( KAJIAN LINGUSTIK HISTORIS KOMPARATIF ) SKRIPSI OLEH RIFKA NOVIANA SINAGA NIM"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN BUNYI BAHASA PROTO AUSTRONESIA KE BAHASA SIMALUNGUN

( KAJIAN LINGUSTIK HISTORIS KOMPARATIF ) SKRIPSI

OLEH

RIFKA NOVIANA SINAGA NIM 140701068

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Rifka Noviana Sinaga NIM : 140701068

Jurusan : Sastra Indonesia Fakultas : Ilmu Budaya USU

Judul : “Perubahan Bunyi Bahasa Proto Austronesia Ke Bahasa Simalungun”

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, November 2019 Penulis,

Rifka Noviana Sinaga

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai perubahan dan pewarisan bunyi vokal dan konsonan PAN ke dalam BS. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Linguistik Historis Komparatif. Data yang digunakan adalah 200 kosa kata dasar swadesh dan metode yang digunakan dalam pengumpulan data tulis adalah metode simak yang dilanjutkan dengan teknik sadap. Data lisan diperoleh melalui metode cakap dengan teknik dasar berupa teknik pancing yang dilanjutkan dengan teknik catat. Dalam pengkajian data digunakan metode padan dengan teknik dasar berupa teknik pilah unsur tertentu. Berdasarkan analisiss ditemukan perubahan bunyi PAN ke BS, yaitu metatesis, aferesis, sinkop, apokop, protesis, epentesis dan paragog. Pewarisan bunyi vokal dan konsonan PAN ke BS terjadi secara linier dan inovasi. Pewarisan bunyi vokal PAN secara linier ke bahasa BS yaitu */a/ → /a/ . */i/ → /i/ , */u/ → /u/ ditemukan pada posisi terbuka dan tertutup. Sedangkan */o/ → /o/ hanya ditemukan pada posisi tertutup. Pewarisan bunyi konsonan PAN secara linear ke bahasa BS yaitu */k/ → /k/ , */m/ → /m/ , */n/ → /n/ , */ŋ/ → /ŋ/ , */r/ → /r/ , */t/ → /t/ ditemukan pada posisi terbuka dan tertutup, sedangkan */b/ → /b/ , */c/ → /c/ , */d/ → /d/ , */g/ → /g/ , */l/ → /l/ , */p/ → /p/ , */y/ → /y/ hanya ditemukan dalam posisi terbuka dan sebaliknya pada bunyi

*/s/ → /s/. Pewarisan bunyi vokal PAN ke bahasa BS secara inovasi yaitu */a/ → (o) , */∂/ → ( o ). Pewarisan bunyi konsonan PAN ke BS secara inovasi yaitu */d/ → ( t ) , */k/ → ( h, s ) ,

*/p/ → ( m ) , */s/ → ( c ) , */w/ → ( k, t ) , */z/ → ( j ).

Kata kunci : Perubahan Bunyi, Bahasa Proto Austronesia, Bahasa Simalungun, Pewarisan Linear dan Inovasi.

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Bunyi Bahasa Proto Austronesia ke Bahasa Simalungun ( Kajian Linguistik Historis Komparatif)”. Skripsi ini disusum untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia, , Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyka menerima bantuan, bimbingan, pengarahan, saran-saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa hormat dan trima kasih kepada :

1. Dr. Budi Agustono, M.S, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, dan juga Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, dan Wakil Dekan III.

2. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P , Sebagai Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu budaya, USU.

3. Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum, sebagai Sekretaris Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, USU, juga sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan, masukan, dan bimbingan yang sangat baik bagi penulis.

4. Dr. Dardanila, M.Hum, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, dukungan, dan waktu untuk mengoreksi serta memberi jalan keluar atas setiap permasalahan yang penulis hadapi demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Dr. Dwi Widayati, M.Hum. sebagai dosen penguji yang telah memberikan arahan, masukan dan kritik yang sangat berguna bagi penulis.

(6)

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, USU yang telah memberikan pengetahuan, baik dalam bidang linguistik, sastra, serta bidang yang lain.

Tidak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Slamet dan Bapak Joko yang telah membantu penulis dalam hal administrasi di Program Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya , USU.

7. Kedua orangtua saya, Ayahanda Tambah Jhonson Sinaga dan ibunda Jojor Hutasoit, yang sudah mendukung saya dalam perkuliahan ini dan selalu mendoakan saya sampai saya bisa menyelesaikan skripsi ini terima kasih selalu sabar dan memberi kasih sayang yang penuh.

8. Abang saya Rifky Agus Martua Sinaga Adek saya Riko Riadi Sinaga dan Sapudan Ridho Rafael Sinaga sudah mendukung dan mendokan saya sampai saya selesai skripsi.

9. Buat Abang, kakak, adek, bou, nantulang, Tulang, Amangboru Serta keluarga makasih sudah membantu saya menyelesaikan skripsi ini mendoakan saya memberi dukungan dan dorongan serta memberi motivasi.

10. Teman Saya Yoshua Simangunsong, Mangihut Simarmata makasih selalu mendoakan saya dan memberi dukungan walaupun lagi jauh dan selalu sabar hadapi sikap saya.

11. Sahabat Kecil Saya Ruth Navratilova Siahaan dan Riona Sepsa Nainggolan selalu memberi dukungan, dorongan. Saran serta motivasi kepada saya dan selalu mendoakan saya.

12. Seluruh angkatan 2014 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya USU yang tidak bisa disebut namamya satu persatu makasih selalu memberi dukungan, doa serta motivasi saya dalam pembuatan skripsi.

13. Buat Adek Saya Duma Yesica Pakpahan dan Sahabat Saya Lastiur Nani Veronica Pakpahan makasih selalu mendukung, mendoakan serta membantu dalam menyelesaikan

(7)

14. Semua informan yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi kepada penulis mengenai penelitian ini.

Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran membangun untuk menyempurnakan hasil penelitian ini.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, November 2019

Penulis

Rifka Noviana Sianga

(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

PRAKATA... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah... ... 4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian... .... 4

1.4.1 Tujuan Penelitian... ... 4

1.4.2 Manfaat Penelitian... ... 4

1.4.2.1 Manfaat Teoretis... .. 4

1.4.2.2 Manfaat Praktis... . 5

BAB II TEORETIS, KONSEPTUAL, BAHASA DAN PENELITIAN 2.1 Konsep... ... 6

2.1.1 Perubahan Bunyi... 6

2.1.2 Bahasa Proto Austronesia... .... 7

2.1.2.1 Rumpun Bahasa Austronesia... ... 7

2.1.2.2 Fonem Vokal Dan Konsonan Bahasa Proto Astronesia... 8

2.1.3 Bahasa Simalungun... 9

2.1.3.1 Fonem Vokal Bahasa Simalungun... 10

2.2 Landasan Teori... 10

2.3 Tinjauan Pustaka... 12

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian... 15

3.1.1 Lokasi Penelitian... 15

3.1.2 Waktu Penelitian... 15

3.2 Sumber Data... 15

3.3 Metode Penelitian... 15

3.3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 15

3.3.2 Metode dan Teknik Analisis Data... 17

3.3.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data... 18

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Bunyi Bahasa Proto Austronesia ke Bahasa Simalungun... 19

4.1.1 Perubahan Bunyi Metatesis... 19

4.1.2 Perubahan Bunyi Aferesis... 20

4.1.3 Perubahan Bunyi Sinkop... 21

4.1.4 Perubaahn Bunyi Apokop... 23

4.1.5 Perubahan Bunyi Protesis... 25

4.1.6 Perubahan Bunyi Epotesis... 25

4.1.7 Perubahan Bunyi Paragog... 26

4.2 Pewarisan Linear dan Inovasi Fonem Vokal dan Konsonan Bahasa Proto Autronesia ke Bahasa Simalungun... 27

4.2.1 Pewarisan Linear Fonem Vokal dalam BS... 27

4.2.1.1 PAN */a/ → /a/... 27

4.2.1.2 PAN */i/ → /i/... 29

4.2.1.3 PAN */u/ → /u/... 30

4.2.1.4 PAN */o/ → /o/... 32

4.2.2 Pewarisan Linear Fonem Konsonan PAN dalam BS... 32

(10)

4.2.2.1 PAN */b/ → /b/... 32

4.2.2.2 PAN */c/ → /c/... 33

4.2.2.3 PAN */d/ → /d/... 34

4.2.2.4 PAN */g/ → /g/... 34

4.2.2.5 PAN */k/ → /k/... 35

4.2.2.6 PAN */l/ → /l/... 36

4.2.2.7 PAN */m/ → /m/ ... 37

4.2.2.8 PAN */ n/ → /n/... 38

4.2.2.9 PAN */ŋ/ → /ŋ/... 39

4.2.2.10 PAN */p/ → / p/... 40

.4.2.2.11 PAN */r/ → / r/... 41

4.2.2.12 PAN */s/ → / s/... 42

4.2.2.13 PAN */t/ → /t/... 42

4.2.2.14 PAN */y/ → / y/... 43

4.2.3. Pewarisan Inovasi Fonem Vokal PAN dalam BS... 44

4.2.3.1 PAN */a/ → /o/... 44

4.2.3.2 PAN */u/ → /o/... 45

4.2.3.3 PAN * /e/ → /o/……….. 46

4.2.3.4 PAN */∂/ → /o/... 46

4.2.4 Pewarisan Inovasi Fonem Konsonan PAN dalam Bs... 47

4.2.4.1 PAN */d/ → /t/ ... 47

4.2.4.2 PAN */k/... 48

4.2.4.3 PAN */p/ → /m/... 49

4.2.4.4 PAN */s/ → /c/... 50

4.2.4.5 PAN */w/... 51

4.2.4.6 PAN */z/ → /j/ ... 50

(11)

5.1 Simpulan... 53

5.1.1 Perubahan Bunyi Berdasarkan Tempat... 53

5.1. 2 Pewarisan Bunyi secara Linear dan Inovasi... 54

5.2 Saran... 54 DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN I...

LAMPIRAN II...

LAMPIRAN III...

SURAT KETERANGAN PENELITIAN...

(12)

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

A. LAMBANG

* = Proto

→ = berubah menjadi

/…./ = Pengapit lambang fonemis

„….‟ = Glos

ɳ = tanda fonemis nasal palatal (ny)

Ŋ = tandafonemis nasal velar (ng)

∂ = tanda fonemis vocal e lemah

B. SINGKATAN

PAN = Proto Austronesia BS = BahasaSimalungun

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah bahasa dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perkembangan sosial budaya masyarakat pemakainya. Bahasa proto (proto language) adalah bahasa tua yang menurunkan sejumlah bahasa-bahasa kerabat. (Keraf 1996:29). Bahasa Proto Austronesia (PAN) sebagai bahasa asal (induk) mengalami perubahan dalam bahasa turunanya. Bahasa- bahasa Indonesia termasuk dalam rumpun Austronesia yang terbagi atas dua sub-rumpun yaitu sub-rumpun Austronesia Barat (bahasa Malagasi, Aceh, Gayo, Batak, Melayu, Jawa, Sunda, Nias, Simalungun) dan sub-rumpun Austronesia Timur ( bahasa Timor-Ambon, Irian Barat) (Keraf, 1996:205).

Linguistik Historis Komparatif adalah suatu cabang dari ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut. Ia mempelajari data-data dari suatu bahasa atau lebih, sekurang-kurangnya dalam dua periode. Data-data dua periode atau lebih itu dibandingkan secara cermat untuk memperoleh kaidah-kaidah perubahan yang terjadi dalam bahasa itu.

Demikian pula hal yang sama dapat dilakukan terhadap dua bahasa atau lebih (Keraf, 1984:22).

Pada dasarnya perubahan bahasa merupakan suatu fenomena yang bersifat semesta dan universal. Perubahan bahasa sebagai fenomena yang bersifat umum dapat dilihat dari perubahan bunyi pada tataran fonologi yang merupakan tataran kebahasaan yang sangat mendasar dan penting dalam rangka telah di bidang linguistik historis komparatif (Fernandez, 1996). Perubahan bunyi merupakan tipe perubahan bunyi yang lebih meneropong perubahan

(14)

bunyi secara individual, yaitu semata-mata mempersoalkan bunyi proto itu tanpa mengaitkannya dengan fonem-fonem lain dalam lingkungan yang dimasukinya (Keraf 1996:85). Perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia berdasarkan macam-macam perubahan bunyi di antaranya, yaitu :

1) Perubahan bunyi metatesis merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berupa pertukaran tempat dua fonem. Contohnya, bahasa Austronesia Purba */k∂tip/ → /petik/ dalam bahasa Melayu „petik‟

2) Perubahan bunyi aferesis merupakan suatu proses perubahan bunyi penghilangan sebuah fonem atau lebih pada awal sebuah kata. Contohnya, bahasa Austronesia Purba

*/hatay/ → */ate/ dalam bahasa Polinesia Purba „hati‟.

3) Perubahan bunyi sinkop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih di tengah kata. Contohnya, bahasa Austronesia Purba */iya/ → */ia/

dalam bahasa Polinesia Purba „dia‟

4) Perubahan bunyi apokop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih pada akhir kata. Contohnya, bahasa Polinesia Purba */k∂lut/ →

*/kolu/ dalam bahasa Austronesia Purba „kerut‟

5) Perubahan bunyi protesis merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah fonem atau lebih pada awal kata. Contohnya, bahasa Autronesia Purba

*/nitu/ → */hanitu/ dalam bahasa Polinesia Purba „arwah‟.

6) Perubahan bunyi epentesis merupakan proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah fonem atau lebih di tengah kata. Contohnya, bahasa Autronesia Purba */kapak/ →

*/kampak/ dalam bahasa Melayu „kampak‟.

(15)

7) Perubahan bunyi paragog merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah fonem atau lebih di akhir kata. Contohnya, bahasa Autronesia Purba

*/tulak/ → */tulaki/ dalam bahasa Polinesia Purba „menolak‟

Pewarisan bahasa Proto Austronesia dapat dilihat dari perubahan sebuah fonem proto ke dalam fonem-fonem bahasa kerabat yang berlangsung dalam beberapa macam tipe, antara lain :

 Pewarisan linear, yaitu pewarisan sebuah fonem proto ke dalam bahasa

sekarang dengan tetap mempertahankan bunyi, bentuk, atau makna fonem protonya. Misalnya, bahasa Autronesia Purba kata */ikan/ menurunkan bunyi yang sama → /ikan/ dalam bahasa Simalungun „ikan‟

 Pewarisan inovasi, yaitu pewarisan dengan perubahan bunyi yang terjadi bila

suatu fonem proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang. Misalnya, bahasa Austronesia kata */abuan/ → /abu/ dalam bahasa Simalungun „abu‟.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian bahasa daerah sangat penting bila dihubungkan dengan usaha pelestarian dan pengembangan bahasa. Pengetahuan yang meluas serta pemahaman mengenai bahasa daerah tersebut secara benar dan tepat (objektif) akan menanamkan kesadaran masyarakat terhadap bahasa asal atau bahasa proto. Penulis memilih judul ini sebagai penelitian karena kajian ini sangat menarik.

Penulis ingin mengetahui apakah semua bahasa Proto Austronesia di turunkan ke dalam bahasa Simalungun mengalami perubahan bunyi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang pnelitian di atas, adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :

(16)

1) Perubahan bunyi apa saja yang terjadi pada bahasa Proto Austronesia ke bahasa Simalungun ?

2) Bagaimanakah pewarisan linear dan inovasi fonem vokal dan konsonan bahasa Proto Austronesia ke bahasa Simalungun ?

1.3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu adanya batasan agar penelitian ini dapat lebih terarah dan tercapai tujuannya dengan baik.

Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti terbatas pada macam-macam perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Simalungun di Desa Nagori Rambung Merah, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Mendeskripsikan perubahan bunyi yang terjadi pada bahasa Proto Austronesia ke bahasa Simalungun.

2) Mendeskripsikan pewarisan linear dan inovasi fonem vokal dan konsonan bahasa Proto Austronesia ke bahasa Simalungun.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1.4.2.1 Manfaat Teoritis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

(17)

1) Menambah pemahaman dan pengetahuan peneliti tentang penerapan konsep dan teori penelitian perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia ke bahasa Simalungun.

2) Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti dan menganalisis lebih lanjut mengenai perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia kebahasa daerah, khususnya bahasa Simalungun.

3) Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti maupun pembaca dalam memahami hasil penelitian perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia ke bahasa Simalungun.

1.4.2.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1) Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk tambahan referensi bagi pengajar maupun pelajar dalam bidang linguistik, khusunya dalam bidang Lingustik Historis Komparatif

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang perubahan bunyi berdasarkan tempat dalam sistem pewarisan bahasa Proto Austronesia ke bahasa Simalungun.

3) Melakukan pelestarian, pembinaan, dan pengembangan salah satu unsur bahasa yaitu bahasa Simalungun di Desa Nagori Rambung Merah.

(18)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang di gunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal yang lain (Kridalaksana,2008,106). Sebelum mengacu pada uraian teori, perlunya dijelaskan beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep-konsep yang fijelaskan adalah konsepmyang ada kaitannya dengan judul dari penelitian historis komparatif yaitu konsep perubahan bunyi, bahasa Proto Austronesia, bahasa Simalungun.

2.1.1 Perubahan Bunyi

Perubahan bunyi merupakan suatu proses dimana bunyi suatu bahasa berubah dari bunyi awal menjadi bunyi lain. Bunyi-bunyi yang berubah secara bertahap bergeser menuju bunyi lain dengan ada yang masih meninggalkan bukti berupa bunyi-bunyi yang sama sekali menjadi bunyi lain. Macam-macam perubahan bunyi dapat diuraikan dengan berbagai tipe perubahan bunyi yang lebih meneropong kepada perubahan bunyi secara individual, yaitu semata-mata mempersoalkan bunyi proto itu tanpa mengaitkannya dengan fonem-fonem lain dalam lingkungan yang dimasukinya. Sebaliknya, macam-macam perubahan bunyi didasarkan pada hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam sebuah segmen, atau dalam lingkungan yang lebih luas (Keraf,1996:85).

Perubahan-perubahan bunyi berdasarkan tempat di antaranya perubahan metatesis, aferesis (apheresis), sinkop (syncope), apokop (apocope), protesis, epentesis, paragog.

Pewarisan bahasa terbagi atas pewarisan linear dan inovasi. Perubahan bunyi (yang kemudian mengggambarkan pertalian-pertalian bunyi di antara bahasa-bahasa yang berkerabat)

(19)

bukanlah suatu peristiwa yang kebetulan. Pada dasarnya perubahan itu diatur dan ditentukan oleh suatu prinsip keteraturan (Bynon,1979:25).

2.1.2 Bahasa Proto Austronesia

Bahasa proto merupakan suatu rakitan teoretis yang dirancang dengan merangkaikan sistem bahasa-bahasa yang memiliki hubungan kesejarahan melalui rumusan kaidah-kaidah secara sangat sederhana dan dirancang bangun dan dirakit kembali sebagai gambaran tentang masa lalu suatu bahasa (Bynon, 1979:71). Dalam penyebaran bahasa, bahasa Proto mengalami perubahan-perubahan baik itu perubahan bahasa ataupun perubahan dalam pengucapan.

Austronesia dalam definisi umumnya mengacu pada suatu daerah yang dimana bahasa-bahasa Austronesia dituturkan. Daerah tersebut mencakup Pulau Taiwan, Kepulauan Nusantara (termasuk Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar.

Pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia dapat dilihat sebagai berikut : bahasa Austronesia Barat (di antaranya : Malagasi, Formesa, Filipina, Bisaya, Minahasa, Gayo, Batak, Nias, Jawa, Sunda, Madura, Dayak, Simalungun) dan bahasa Autronesia Timur ( di antaranya, bahasa Timor-Afrika, Sula-Bacan, Halmahera Selatan-Irian Barat) (Keraf,1996:206).

2.1.2.1 Rumpun Bahasa Autronesia

Rumpun bahasa-bahasa Autronesia dibagi dalam dua sub-rumpun besar (Salzner dalam yaitu Keraf, 1996:205) yaitu :

1. Bahasa-bahasa Indonesia (Autronesia Barat atau disebut juga bahasa-bahasa Melayu)

(20)

2. Bahasa-bahasa Oseania (Austronesia Timur atau disebut juga bahasa-bahasa Polinesia) yang biasanya dibagi lagi atas : bahasa-bahasa polinesia dan bahasa-bahasa Melanesia.

Dyen (1965) telah melakukan suatu penelitian yang mencakup dua ratus empat puluh lima bahasa Autronesia. Dyen mengelompokkan bahasa Autronesia menjadi dua kelompok besar. Dyen memilih bahasa Austronesia dengan pola dua kelompok yaitu kelompok Melayu- Polinesia dan Irian Timur-Melanesia. Pada tahapan kedua, dyen membagi masing-masing kelompok itu berdasarkan pola tripilah. Pola tripilah ini bisa dilihat pada pengelompokan Melayu Polinesia menjadi kelompok Hespersonesia, Maluku dan Heonesia. Kemudian kelompok Sula-Bacan, Ambon Timur, dan Halmahera Selatan-Irian Barat.

Bahasa yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini adalah bahasa Simalungun yang merupakan bagian dari bahasa Autronesia Barat. Kelompok Austronesia Barat meliputi bahasa-bahasa di sumatera (bahasa Batak Toba, mandailing, Karo, Dairi, Angkola,dll), Jawa, Bali dan NTB.

2.1.2.2 Fonem Vokal dan Konsonan Bahasa Proto Austronesia

Berdasarkan hasil rekonstruksi yang kemudian ditemukan pula sejumlah kata dasar bahasa Austronesia Purba memiliki sistem fonem vokal sebagai berikut (Blust, 1980 bandingkan Dahl, 1977 dan Mbete 1981: 24-26). Menurut Blust (1978:32), Fonem vokal PAN dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Posisi Lidah Depan Tidak Bundar

Tengah Tidak Bundar

Belakang Bundar

Tinggi *i *u

Sedang *∂

Rendah *a e

(21)

Fonem konsonan PAN terdiri atas 23 buah, yaitu : */p/ , */b/ , */m/ , /w/ , */t/ , */d/ ,

*/n/ , */l/ , */T/ , */D/ , */r/ , */s/ , */z/ , */ɳ/ , */y/ , */c/ , */j/, */k/ , */g/ , */ŋ/ , */R/ , */q/ ,

*/h/ (Blust, 1978:32).

Tabel Artikulasi

Cara Artikulasi

Bilabial Labiodental Dental/

Alveolar

Palatal Velar Glotal

Hambat Tb *p *t / *T *c *k

B *b *d / *D *j *g

Frikatif Tb *s *h

B *z

Nasal B *m *n *ɳ *ŋ

Lateral B *l

Getar/Tril B *r *R

Semivokal B *w *y

2.1.3 Bahasa Simalungun

Bahasa Simalungun adalah bahasa daerah yang digunakan oleh penutur asli bahasa Simalungun. Bahasa Simalungun merupakan bahasa yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara bagian Selatan, Sumatera Barat dan Riau bagian Utara, yang merupakan varian dari bahasa Sansekerta yang banyak dipengaruhi bahasa Arab. Mayoritas penggunaannya di daerah Kabupaten Simalungun,mdengan orang-orang Kabupaten Simalungun pada umumnya.

(22)

2.1.3.1 Fonem Vokal Bahasa Simalungun

Adelaar mendaftarkan sebanyak lima fonem vokal. Untuk lebih jelas dapat dilihat di bawah ini.

Posisi Lidah Depan Tidak Bundar

Tengah Tidak Bunda

Belakang Bundar

Tinggi i *∂ u

Sedang e o

Rendah a

2.2.1 Landasan Teori

Penelitian ini dilandasi oleh teori Linguistik Historis Kompratif. Lingusitik Historis Komparatif bermula ketika seorang tokoh ilmu perbandingan bahasa Franz Bopp, membandingkan akhiran-akhiran kata kerja dalam bahasa Sansekerta, Yunani, Persia, dan Jerman pada tahun 1816. Lingustik Historis Komparatif adalah cabang ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu tertentu, serta mengkaji perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tertentu. Linguistik Historis Komparatif mempelajari data-data dari suatu bahasa atau lebih, sekurang-kurangnya dalam dua periode.

Data-data tersebut diperbandingkan secara cermat untuk memperoleh kaidah-kaidah perubahan yang terjadi dalam bahasa itu (Keraf, 1991:22).

Linguistik Historis Komparatif adalah cabang linguistik yang mempelajari dan mengkaji bahasa dalam dimensi waktu, khususnya masa lalu. Dengan dimensi waktu ini, bahasa yang dikaji bersifat diakronis, berbeda dengan linguistik deskriptif yang bersifat sinkronik. Linguistik Historis Komparatif bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan

(23)

kekerabatan, kesejarahan dan perubahan bunyi bahasa-bahasa di suatu kawasan tertentu (Mbete 2009:1).

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah macam-macam perubahan bunyi. Keraf (1996:90) membagi perubahan-perubahan bunyi menjadi beberapa macam antara lain :

1. Metatesis yaitu suatu proses perubahan bunyi yang berwujud pertukaran tempat dua fonem. Metatesisi sering memperlihatkan gejala yang teratur yang mempengaruhi suatu urutan tertentu dalam bahasa. Misalnya dalam bahasa Austronesia Purba *ka∂tip → p∂tik dalam bahasa Melayu. Proses metatesis bekerja terus dalam bahasa yang sama sehingga dihasilkan bentuk ganda untuk suatu pengertian yang sama atau mirip seperti dalam kata-kata Indonesia atau Melayu berikut : rontal – lontar, peluk –pekul, beting –tebing, apus –usap.

2. Aferesis adalah suatu proses perubahan bunyi antara bahasa kerabat berupa penghilangan sebuah atau beberapa fonem pada awal kata sebuah kata. Contoh bahasa Autronesia Purba dan bahasa Melayu seperti pada kata *hubi → ubu, dan *hudan → udang.

3. Perubahan bunyi sinkop merupakan bunyi yang berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih di tengah kata. Contohnya, bahasa Austronesia Purba */iya/ → */ia/ salam bahasa Polinesia Purba „dia‟.

4. Perubahan bunyi apokop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih pada akhir kata. Contohnya, bahasa Polinesia Purba */k∂lut/ → /kolu/ dalam bahasa Autronesia Purba „kerut‟.

5. Perubahan bunyi protesis merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah fonem atau lebih pada awal kata. Contohnya, bahasa Austronesia Purba

*/nitu/ → */hanitu/ dalam bahasa Polinesia Purba „arwah‟.

(24)

6. Perubahan bunyi epentesis merupakan proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah fonem atau lebih di tengah kata. Contohnya, bahasa Autronesia Purba *kapak/ → /kampak/ dalam bahasa melayu „kampak‟.

7. Perubahan bunyi paragog merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah fonem atau lebih di akhir kata. Contohnya, bahasa Autronesia Purba

*/tulak/ → */tulaki/ dalam bahasa Polinesia Purba „menolak‟.

2.3 Tinjauan Pustaka

Alwi (2005 :11998) mengatakan bahwa tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, sependapat (sesudah menyelidiki atau mempelajari), sedangkan pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (Alwi, 2005:912). Tinjauan pustaka berisi penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan judul penelitian yang kita kaji. Berikut beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan judul penelitian ini.

Susi (2014) dalam skripsinya meneliti “ Perubahan Bunyi Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Karo (Kajian Linguistik Historis Komparatif). Penelitian ini membahas tentang perubahan bunyi fonem vokal dan konsonan, serta menganalisis perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Karo. Penelitian ini menggunakan data lisan dan tulisan.

Pengumpulan data lisan dilakukan dengan metode cakap yaitu percakapan peneliti dengan narasumber. Hasil penelitian menyatakan bahwa perubahan bunyi bahasa Proto Autronesia dalam bahasa Karo memiliki macam-macam perubahan bunyi berdasarkan tempat yaitu perubahan ,metatesis, aferesis (aphresis), sinkop (syncope), apokop (apocope), protesis, epentesis, paragog serta pewarisan linear dan inovasi. Penelitian ini memberikan sumbangan terhadap tulisan penulis mengenai bahasa PAN terutama mengenai rumpun bahasa Proto Autronesia serta pembahasan mengenai fonem vokal dan konsonan bahasa PAN.

(25)

Erliana (2010) dalam tesisnya berjudul “Beberapa Perubahan Bunyi Vokal Proto Autronesia Dalam Bahasa Mandailing Dan Toba ( Suatu Kajian Linguistik Historis Komparatif). Dalam penelitiannya dia mengkaji beberapa perubahan bunyi Vokal Proto Austronesia dalam bahasa Mandailing (BBM) dan bahasa Batak Toba (BBT). Penelitian ini menggunakan beberapa konsep untuk dasar analisinya, yaitu konsep perubahan bunyi, syarat- syarat lingkungannya dan pendekatan dari atas ke bawah dengan menggunakan metode padan. Hasil analisis penelitian ini menyebutkan bahwa refleksi fonem vokal bahasa Proto Autronesia dalam bahsa Mandailing dan bahasa Batak Toba mengalami perubahan secara linear dan inovasi. Penelitian ini memberikan sumbangan bagi penulis dengan pembahasan mengenai fonem vokal bahasa Mnadailing.

Siregar (2015) dalam skripsinya “Perubahan Bunyi Proto Austronesia ke dalam bahasa Melayu Riau Dialek Kampar” mendeskripsikan perubahan dan pewarisan bunyi vokal dan konsonan PAN ke dalam BMRDK. Data yang digunakan adalah 200 kosakata daftar Swadesh dan menggunakan metode cakap dengan teknik dasar berupa teknik pancing yang dilanjutkan dengan teknik catat. Dalam pengkajian data digunakan metode padan dengan teknik dasar berupa teknik pilah unsur penentu. Hasil penelitian ditemukan perubahan bunyi PAN ke dalam BMRDK, yaitu metatesis, aferesis, sinkop, apokop, protesis, epentesis, dan paragog. Pewarisan bunyi vokal dan konsonan PAN ke dalam BMRDK terjadi secara linier dan inovasi. Pewarisan bunyi vokal PAN ke dalam BMRDK secara linier yaitu : : */a/ → /a/,

*/i/ → /i/, dan */u/ → /u/ ditemukan pada posisi terbuka dan tertutup, sedangkan */∂/ → /∂/

hanya ditemukan pada posisi terbuka. Pewarisan bunyi konsonan PAN ke dalam BMRDK secara linier yaitu : */b/ → /b/, */d/ → /d/, */k/ → /k/, */m/ → /m/ dan */n/ → /n/ ditemukan pada posisi terbuka dan tertutup. Sedangkan, */l/ → /l/ dan */?/ → /?/ hanya ditemukan pada posisi tertutup dan sebaliknya pada bunyi */p/ → /p/ dan */t/ → /t/. pewarisan bunyi vokal ke dalam BMRDK secara inovasi yaitu : */a/ → (i, o, u), */u/ → (o, i, a), */i/ → (a,o,e,u), dan

(26)

*/e/ → (a, o). pewarisan bunyi konsonan PAN ke dalam BMRDK secara ivasi yaitu : */b/ → (k, m), */d/ → (j, s, ?), */k/ → (n, t, p), */l/ → (t, ?), */m/ → (?), */n/ → (h), */p/ → (?), */r/

→ (n), */t/ → (l, m, p, ?), */w/ → (l), dan */ɣ/ → (R, h, b).

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Nagori Rambung Merah, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitan ini direncanakan dalam waktu seminggu, yang dilaksanakan pada tanggal 31 Mei sampai 07 Juni 2019 .

3.2 Sumber Data

Menurut KBBI (2011:503), sumber adalah asal, sedangkan data adalah keterangan atau bahan-bahan (2011:118). Jadi, sumber data adalah asal keterangan atau bahan-bahan yang berhubungan dengan judul penelitian, yang dapat digunakan sebagai dasar kajian.

Sumber data penelitian ini adalah data lisan. Data lisan adalah yang diperoleh dari tiga informan yang digunakan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini. Informan tersebut merupakan penutur asli bahasa Simalungun yang berada di Desa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 kosa kata daftar Swadesh. Peneliti tertarik memilih daftar swadesh, karena 200 kosa kata daftar swadesh merupakan kata-kata umum yang mudah dipahami semua orang.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

(28)

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni Linguistik Historis Komparatif. Dalam penelitian ini metode yang diguanakan dalam pengumpulan data adalah metode simak dan metode cakap (Sudaryanto,1993:133-137). Metode simak adalah metode tang digunakan untuk menyimak yang dituturkan oleh narasumber. Dalam pengumpulan data lisan menggunakan teknik dasar sadap yang bertujuan untuk menyadap pembicaraan antara penutur dengan teliti dan cermat. Selanjutnya, menggunakan teknik lanjutan yaitu teknik simak dan teknik cakap yaitu peneliti terlibat langsung dalam dialog dengan informan (Sudaryanto,1993:133).

Metode cakap adalah pemerolehan data lisan dengan melakukan percakapan antara peneliti dan informan. Teknik dasar yang digunakan dalam metode ini adalah teknik pancing.

Peneliti memancing informan berbicara untuk mendapatkan data yang diinginkan. Penerapan teknik pancing dilanjutkan dengan teknik cakap semuka didukung dengan teknik catat dan rekam.

Menurut Mahsun (1995:106), adapun syarat-syarat menjadi seorang informan dalam sebuah penelitian antara lain :

1. Berjenis kelamin pria dan wanita.

2. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun).

3. Jarang atau tidak pernah meningalkan desanya.

4. Berpendidikan minimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP).

5. Menguasai bahasa Simalungun dengan baik.

6. Memiliki kebanggaan terhadap bahasa Simalungun.

(29)

7. Pekerjaannya bertani dengan penghasilan menengah dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya atau buruh.

8. Dapat berbahasa Indonesia.

9. Sehat jasmani dan rohani (Mahsun, 1995:106).

Untuk data tulis digunakan metode simak (Sudaryanto 1993:133). Metode ini dikembangkan dengan teknik sadap, yaitu dengan meninjau dan mempelajari secara langsung daftar kata-kata yang diperoleh dari 200 kosakata daftar swadesh dalam kajian Linguistik Historis Komparatif. Selanjutnya, digunakan teknik catat dengan mencatat dat-data tulis yang di dapat dari 200 kosakata daftar seadesh dalam kajian Linguistik Historis Komparatif yang digunakan. Data-data berupa data tulis merupakan kata bahasa Proto Austronesia merupakan nama sebuah rumpun bahasa yang tedapat di dataran Asia Tenggara.

3.3.1 Metode dan Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode padan. Metode padan (Sudaryanto, 1993:13) yaitu memadankan atau menyelaraskan BS sebagai bahasa turunan dengan PAN sebagai unsur penentunya. Metode ini dikembangkan dengan metode padan fonetis artikulatoris yaitu segala tuturan manusia yang dihasilkan oleh aktivitas organ wicara berupa bunyi-bunyi bahasa yang dapat berbeda-beda dalam mengaktifkan bagian-bagiannya. Metode ini dilanjutkan dengan teknik hubung banding menyamakan (HBS) dan hubung banding membedakan (HBB). Peneliti berusaha mencari persamaan dan perbedaan antara PAN dan BS yang dibandingkan. Dengan demikian hasil perbandingan itu dijabarkan persamaan dan perbedaan antara unsur penentu dan unsur yang ditentukan.

(30)

Berikut deskripsi dan analisis perubahan bunyi yang terjadi pada bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Simalungun sebagai data awal.

 Protesis adalah suatu perubahan bunyi berupa penambahan sebuah fonem atau lebih

pada awal sebuah kata.

NO PAN BS GLOS

1. *bulu ambulu bulu

Kata */bulu/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /ambulu/ dalam BS „bulu‟. Bunyi vokal /o/ ditambahkan pada posisi awal kata.

 Apokop adalah perubahn bunyi yang berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih di

akhir sebuah kata.

NO PAN BS GLOS

1. *dilah dila lidah

Kata */dilah/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /dila/ dalam BS

„lidah‟. Bunyi konsonan /h/ dihilangkan pada posisi akhir kata.

3.3.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Metode dan teknik penyajian hasil analisis data dilakukan dengan dua cara, yakni metode informal dan formal. Metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, sedangkan metode formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang- lambang (Sudaryanto, 1993:145). Penyajian secara formal tampak dalam penggunaan tanda dan lambang. Tanda yang dimaksud adalah tanda bintang arterisk (*), tanda panah (→), tanda kurung miring (/..../) dan sebagainya. Sementara untuk lambang yang dimaksud adalah lambang, huruf dan singkatan.

(31)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perubahan Bunyi Bahasa Proto Austronesia Ke Bahasa Simalungun

Perubahan bunyi merupakan suatu proses dimana bunyi suatu bahasa berubah dari bunyi awal menjadi bunyi lain. Macam-macam perubahan bunyi dapat diuraikan dengan berbagai tipe perubahan bunyi yang lebih meneropong kepada perubahan bunyi secara individual, yaitu semata-mata mempersoalkan bunyi proto itu tanpa mengaitkannya dengan fonem lain dalam lingkungan yang dimasukinya.

Untuk menyelesaikan data yang terkumpul adalah dengan cara menganalisis macam- macam perubahan bunyi yang didasarkan pada hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam sebuah segmen atau dalam lingkungan yang lebih luas. Prosedur dalam analisis data ini adalah 1) Mengumpulkan 200 Kosakata Daftar Swadesh Dan Menerjemahkannya Ke Dalam Bahasa Simalungun. 2) Mendeskripsikan macam-macam perubahan bunyi. 3) Menganalisis perubahan bunyi Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Simalungun.

4.1.1 Perubahan Bunyi Metatesis

Metatesis adalah suatu proses perubahn bunyi yang berupa pertukaran tempat dua fonem.

NO PAN BS GLOS

1. *lidah dilah lidah

2. *b∂Rat borat berat

(32)

Kata */lidah/ mengalami perubahan bunyi secara metatesis → /dilah/ dalam BS

„lidah‟. Konsonan */t/ hambat, alveolar → konsonan /h/ hambat, velar, dan konsonan */h/

hambat, velar → konsonan /t/ hambat alveolar dalam BS.

Kata */b∂Rrat/ mengalami perubahan bunyi secara metatesis → /borat/ dalam BS

„berat‟. Vokal */r/ tinggi, belakang, bulat → Vokal /b/ sedang, belakang, bulat, dan Vokal

*/b/ sedang, belakang, bulat → /r/ tinggi, belakang, bulat dalam BS.

4.1.2 Perubahan Bunyi Aferesis

Merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penghilangan satu fonem atau lebih di awal kata.

NO PAN BS GLOS

1. *qabu abu abu

2. *hatay ate hati

3. *qasap imus asap

4. *hari ari Hari

5. *hujan udan hujan

6. *bi(t)uka(„) ituha Usus

Kata */qabu/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /abuan/ dalam BS „abu‟.

Konsonan */q/ hambat, glotal hilang pada posisi awal kata.

Kata */hatay/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /ate/ dalam BS „hati‟.

Konsonan */h/ frikatif, laringal, tak bersuara hilang pada posisi awal kata

(33)

Kata */qasap/ mengalami perubahn bunyi secara aferesis → /imus/ dalam BS „asap‟.

Konsonan */q/ frikatif, laringal, tak bersuara hilang pada posisi awal kata.

Kata */hari/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /ari/ dalam BS „ini‟.

Konsonan */h/ frikatif, laringal, tak bersuara hilang pada posisi awal kata diikuti dengan perubahan bunyi Vokal */ǝ/ sedang, tengah, tidak bulat → Vokal /a/ sedang, belakang bulat dalam BS.

Kata */hujan/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /udan/ dalam BS

„hujan‟. Konsonan */h/ plosif, dental/alveolar, tidak bersuara hilang pada posisi di awal kata.

Kata */bi(t)uka(„)/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /ituha/ dalam BS

„usus‟. Konsonan */b/ plosif, velar tidak bersuara hilang pada posisi awal kata.

4.1.3 Perubahan Bunyi Sinkop

Sinkop adalah suatu proses perubahan bunyi berupa penghilangan satu fonem atau lebih di tengah kata.

NO PAN BS GLOS

1. *bulan buan bulan

2. *jahit jait jahit

3 *duwa dua dua

4. *ma-kan maan makan

5. *gerger gerer merah

6. *tahun taun tahun

Kata */bulan/ mengalami perubahan bunyi secara sinkop →/buan/ dalam BS „api‟.

Konsonan */l/ plosif, velar, tidak bersuara hilang pada posisi tengah kata.

(34)

Kata */jahit/ mengalami perubahn bunyi secara sinkop → /jait/ dalam BS „jahit‟.

Fonem */h/ nasal, palatal, bersuara hilang pada posisi tengah kata dengan diikuti perubahan bunyi Vokal */u/ tinggi, belakang, bulat → Konsonan /h/ frikatif, laringal, tidak bersuara dan Konsonan */k/ plosif, Velar, tidak bersuara → Konsonan /t/ plosif, Velar. Tidak bersuara dalam BS.

Kata */duwa/ mengalami perubahan bunyi secara sinkop → /dua/ dalam BS „dua‟.

Konsonan */w/ semi Vokal. bilabial, bersuara hilang pada posisi tengah kata.

Kata */ma-kan/ mengalami perubahan bunyi secara sinkop → /man/ dalam BS

„makan‟. Konsonan */ka/ frikatif, laringal, tidak bersuara hilang pada pada posisi tengah kata.

Kata */gerger/ mengalami perubahan bunyi secara sinkop → /gerer/ dalam BS

„merah‟. Konsonan */g/ lateral, dental/alveolar, bersuara dan Vokal */r/ rendah, tengah, tidak bulat hilang pada posisi tengah kata.

Kata */tahun/ mengalami perubahn bunyi secara sinkop → /tan/ dalam BS „tahun‟.

Konsonan */hu/ nasal, bilabial. Bersuara hilang pada posisi tengah kata.

4.1.4 Perubahan Bunyi Apokop

Apokop adalah suatu proses perubahan bunyi berupa penghilangan satu fonem atau lebih di akhir kata.

NO PAN BS GLOS

1. *dilah dila lidah

2. *tanah tan tanah

3. *waRih wari hari

4. *abuk abu debu

(35)

5. *tali tal tali

6. *dabuh dabu jatuh

7. *mombur mombu lemak

8. *dilah dila lidah

9. *b∂rat bora berat

10. *babak baba mulut

Kata */dilah/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /dila/ dalam BS „lidah‟.

Konsonan */l/ frikatif, laringal, tidak bersuara hilang pada posisi akhir kata.

Kata */tanah/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /tan/ dalam BS „tanah‟.

Konsonan */ah/ plosif, velar, tidak bersuara hilang pada posisi akhir kata.

Kata *waRih/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → / wari/ dalam BS „hari‟.

Konsonan */i/ paduan, palatal, bersuara hilang pada posisi akhir kara dan terjadi perubahan bunyi Vokal */u/ tinggi, belakang, bulat → Vokal /g/ sedang, depan, tidak bulat dalam BS.

Kata */abuk/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /abu/ dalam BS „debu‟.

Konsonan */k/ plosif, velar, tidak bersuara hilang pada posisi akhir kata.

Kata */tali/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /tal/ dalam BS „tali‟.

Konsonan */i/ hambat, glotal hilang pada posisi akhir kata.

Kata */dabuh/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /madabu/ dalam BS

„jatuh‟. Konsonan */h/ frikatif, laringal, tidak bersuara hilang pada posisi akhir kata.

Kata */mombur/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /mombu/ dalam BS

„lemak‟. Konsonan */r/ frikatif, laringal, tidak bersuara hilang pada posisi akhir kata.

Kata */dilah/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /dila/ dalam BS „lidah‟.

Konsonan */h/ frikatif, laringal, tidak bersuara hilang pada posisi akhir kata.

(36)

Kata */b∂rat/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /bora/ dalam BS „berat‟.

Konsonan */t/ semi Vokal, palatal, bersuara hilang pada posisi akhir kata dan terjadi perubahan bunyi Vokal */a/ rendah, tengah, tidak bulat → Vokal /i/ sedang, depan, tidak bulat dalam BS.

Kata */babak/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /baba/ dalam BS

„mulut‟. Konsonan */k/ plosif, Velar, tidak bersuara hilang pada posisi akhir kata.

4.1.5 Perubahan Bunyi Protesis

Protesis adalah suatu proses perubahan bunyi berupa penambahan satu fonem atau lebih di awal kata.

NO PAN BS GLOS

1. *pat opat empat

2. *bulu mbulu bulu

3. *inum minum minum

4. *uda hudan hujan

Kata */pat/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /opat/ dalam BS „empat‟.

Vokal */o/ sedang, belakang, bulat bertambah pada posisi awal kata.

Kata */bulu/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /mbulu/ dalam BS „bulu‟.

Vokal */a/ tinggi, belakang, bulat bertambah pada posisi awal kata serta terjadi perubahan bunyi berupa pelesapan konsonan */m/ nasal, bilabial, bersuara dan vokal */a/ rendah, tengah, tidak bulat.

(37)

Kata */inum/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /minum/ dalam BS

„minum‟. Konsonan */m/ nasal, bilabial, bersuara bertambah pada posisi awal kata.

Kata */uda/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /hudan/ dalam BS „hujan‟.

Konsonan */h/ nasal, bilabial, bersuara bertambah pada posisi awal kata.

4.1.6 Perubahan Bunyi Epentesis

Epentesis adalah suatu proses perubahan bunyi berupa pertambahan satu fonem atau lebih di tengah kata.

NO PAN BS GLOS

1. *baba babah mulut

Kata */bab/ mengalami perubahan bunyi secara epentesis → /babah/ dalam BS

„mulut‟. Vokal */b/ tinggi, depan, tidak bulat bertambah pada posisi tengah kata.

4.1.7 Perubahan Bunyi Paragog

Paragog suatu proses perubahan bunyi berupa pertambahan satu fonem atau lebih di akhir kata.

NO PAN BS GLOS

1. *uda udan hujan

2. *taŋan taŋan tangan

3. *sa sada satu

Kata */uda/ mengalami perubahan bunyi secara paragog → /udan/ dalam BS „hujan‟.

Konsonan */n/ nasal, debtal/alveolar, bersuara bertambah pada posisi akhir kata.

(38)

Kata */ taŋan / mengalami perubahan bunyi secara paragog → / taŋan / dalam BS

„tangan‟. Konsonan */ n / plosif, velar, tidak bersuara bertambah pada posisi akhir kata.

Kata */sa/ mengalami perubahan bunyi secara paragog → /sada/ dalam BS „satu‟. */t/

plosif, velar, tidak bersuara dan vokal */a/ rendah, tengah, tidak bulat bertambah pada posisi akhir kata.

4.2 Pewarisan Linear dan Inovasi Fonem Vokal dan Konsonan Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Simalungun

Pewarisan linear adalah pewarisan sebuah sebuah atau beberapa fonem proto dalam bahasa sekarang dengan tetap mempertahankan ciri-ciri yang ada pada fonem tersebut.

Pewarisan inovasi merupakan bentuk pewarisan apabila terjadi perubahan dari bahasa proto ke dalam bahasa sekarang.

Untuk menyelesaikan masalah yang kedua dengan mengumpulkan 200 kosa kata daftar Swadesh dan menerjemahkannya ke bahasa Simalungun yang dilanjutkan dengan mendeskripsikan dan menganalisis pewarisan linier dan inovasi fonem vokal dan konsonan bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Simalungun.

4.2.1 Pewarisan Linier Fonem Vokal PAN dalam BS 4.2.1.1 PAN */a/ → /a/

NO PAN BS GLOS

1. *‟abu abu Abu

2. *bapak bapak Ayah

3. *pamate pamate Bunuh

4. *baggal baggal Besar

(39)

5. *anak anak Anak

6. *caciŋ caciŋ Cacing

7. *mata mata Mata

8. *ija Ija di mana

9 *manuk manuk Ayam

10. *bataŋ bataŋ Batang

11. *bapa bapa Bapak

12. * laŋit laŋit Langit

13. *lima lima Lima

14 *tawa tawa Tertawa

15. *bu‟ah buah Buah

16. *taŋan tangan Tangan

17. *tali tali Tali

Pewarisan Linier Fonem PAN *a → a pada Posisi Tertutup

NO PAN BS GLOS

1. *ana? ana? Anak

2.. *bataŋ bataŋ Batang

3. *bintaŋ bintaŋ Bintang

4 *buah buah Buah

5. *bulan bulan Bulan

6. *buŋa buŋa Bunga

7. * taŋan taŋan Tangan

(40)

Pewarisan linier dapat di lihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem vokal PAN */a/ pada posisi terbuka dan tertutup tetap → /a/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /a/

adalah rendah, tengah, dan tidak bulat.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/a/

/a/

4.2.1.2 PAN */i/ → /i/

Pewarisan Linear Fonem PAN *i → i pada posisi terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *bani bani di pada

2. *timus timus Asap

3. *holi-holi holi-holi Tulang

4. * iguŋ iguŋ Hidung

5. *lima lima Lima

6. *bodari bodari Malam

7. *tali tali Tali

8. *tipis tipis Tipis

Pewarisan Linear Fonem PAN *i → i pada Posisi Tertutup

NO PAN BS GLOS

(41)

1. * bintaŋ bintaŋ bintang

2. * caciŋ caciŋ Cacing

3. * ijai ijai di situ

4. * hulit hulit Kulit

5. * gorsiŋ gorsiŋ Kuning

6. * laŋit laŋit Langit

7. * banih banih di pada

8. *tipis tipis Tipis

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem vokal PAN */i/ pada posisi terbuka dan tertutup tetap → /i/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /i/

adalah tinggi, depan, dan tidak bulat.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/i/

/i/

4.2.1.3 PAN */u/ → /u/

Pewarisan Linear Fonem PAN */u/ → /u/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. * tutuŋ tutuŋ Bakar

2. *buah buah Buah

3. *buruk buruk Buruk

(42)

4. *bulan bulan bulan

5. *buru Buru Buru

6. * buluŋ buluŋ Daun

7 *ulu Ulu Kepala

8. *kulit kulit Kulit

9. *hutu Hutu Kutu

10. *au Au Saya

Pewarisan Linear Fonem PAN */u/ → /u/ pada Posisi Tertutup

NO PAN BS GLOS

1. *ihur Ihur Ekor

2. * tutuŋ tutuŋ Bakar

3. * buluŋ buluŋ Daun

4. * iguŋ Iguŋ Hidung

5. *kabut kabut Kabut

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem vokal PAN */u/ pada posisi terbuka dan tertutup tetap → /u/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /u/

adalah tinggi, belakang, bulat.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/u/

(43)

/u/

4.2.1.4 PAN */o/ → /o/

Pewarisan Linear Fonem PAN */o/ → /o/ pada Posisi Tertutup

NO PAN BS GLOS

1. *borgoh borgoh dingin

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem vokal PAN */o/ pada posisi tertutup tetap /o/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /o/ adalah sedang, belakang, dan bulat.

4.2.2 Pewarisan Linear Fonem Konsonan PAN dalam BS

4.2.2.1 PAN */b/ →/b/

Pewarisan Linear Fonem PAN */b/ → /b/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1 *bosot bosot Basah

2.. *borat borat Berat

3. * bintaŋ bintaŋ Bintang

4. *buah buah Buah

5. *bonih bonih Benih

6. *bulan bulan Bulan

7. *buru buru buru

(44)

8. * buluŋ buluŋ Daun

9. *kabut kabut Kabut

10. *bottar bottar Putih

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */b/ pada posisi terbuka tetap → /b/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /b/ adalah plosif, bilabial, bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/b/

/b/

4.2.2.2 PAN */c/ → /c/

Pewarisan Linear Fonem PAN */c/ → /c/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. * caciŋ caciŋ cacing

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */c/ pada posisi terbuka tetap /c/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /c/ adalah afrikatif, palatal, tidak bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

(45)

*/c/

/c/

4.2.2.3 PAN */d/ → /d/

Pewarisan Linear Fonem PAN */d/ → /d/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *dalan dalan Jalan

2. *danaw dano danau

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */d/ pada posisi terbuka tetap → /d/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /d/ adalah hambat, dental, bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut.

*/d/

/d/

4.2.3.4 PAN */g/ → /g/

(46)

Pewarisan Linear Fonem PAN */g/ → /g/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *borgoh borgoh Dingin

2. * iguŋ iguŋ hidung

Pewarisan Linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */g/ pada posisi terbuka tetap → /g/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /g/ adalah hambat, velar, bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/g/

/g/

4.2.2.5 PAN */k/ → /k/

Pewarisan Linear Fonem PAN */k/ → /k/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *mulak mulak Balik

2. *dekke dekke Ikan

3. *kabut kabut Kabut

4. *kulit kulit Kulit

5. *hurak hurak Gali

(47)

Pewarisan Linear Fonem PAN */k/ → /k/ pada Posisi Tertutup

NO PAN BS GLOS

1. *ana ana Anak

2. *manuk-manuk manuk-manuk burung

3. *pokkon pokkon Dengan

4. *hurak hurak Gali

Pewarisan linear dapat di lihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */k/ pada posisi terbuka dan tertutup tetap → /k/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /k/ adalah plosif, velar, tidak bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/k/

/k/

4.2.2.6 PAN */l/ → /l/

Pewarisan Linear Fonem PAN */l/ → /l/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *bulan bulan Bulan

2. * buluŋ buluŋ Daun

3. *dalan dalan Jalan

4. *bolak bolak Lebar

(48)

5. *ulu ulu Kepala

6 *kulit kulit Kulit

7. * laŋit laŋit Langit

8. *lima lima Lima

9. *tali tali tali

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */l/ pada posisi terbuka tetap → /l/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /l/ adalah lateral, dental/alveolar, bersuara.

Pewarisan digambarkan sebagai berikut :

*/l/

/l/

4.2.2.7 PAN */m/ → /m/

Pewarisan Linear Fonem PAN */m/ → /m/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *mutah mutah Muntah

2. *lima lima Lima

3. *milas milas Panas

4. *mata mata Mata

(49)

Pewarisan Linear Fonem PAN */m/ → /m/ pada Posisi Tertutup

NO PAN BS GLOS

1. *modom modom Tidur

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */m/ pada posisi terbuka dan tertutup tetap → /m/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /m/ adalah nasal, bilabial, bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/m/

/m/

4.2.2.8 PAN */n/ → /n/

Pewarisan Linear Fonem PAN */n/ → /n/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *ana ana Anak

2. *tutung tutung Bakar

3. *inang inang Ibu

4. *hantam hantam Hantam

(50)

Pewarisan Linear Fonem PAN */n/ → /n/ pada Posisi Tertutup

NO PAN BS GLOS

1. * bintaŋ bintaŋ Bintang

2. *bulan bulan Bulan

3. *dalan dalan Jalan

4. *andon andon Ini

5. *taŋan taŋan tangan

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */n/ pada posisi terbuka dan tertutup tetap → /n/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /n/ adalah nasal, dental/alveolar, bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebgai berikut :

*/n/

/n/

4.2.2.9 PAN */ŋ/ → /ŋ/

Pewarisan Linear Fonem PAN */ŋ/ → /ŋ/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *laŋit laŋit Langit

2. * gorsiŋ gorsiŋ Kuning

(51)

Pewarisan Linear Fonem PAN */ŋ/ → /ŋ/ pada Posisi Tertutup

NO PAN BS GLOS

1. * tutuŋ tutuŋ Bakar

2. * bataŋ bataŋ Tangan

3. * bintaŋ bintaŋ Bintang

4. * caciŋ caciŋ Cacing

5. * buluŋ buluŋ daun

6. * iguŋ iguŋ Hidung

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */ŋ/ pada posisi terbuka dan tertutup tetap /ŋ/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /ŋ/

adalah nasal, velar, bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/ŋ/

/ŋ/

4.2.2.10 PAN */p/ → /p/

Pewarisan Linear Fonem PAN */p/ → /p/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *bapa bapa Ayah

2. *apai apai Api

3. *tipis tipis Tipis

(52)

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */p/ pada posisi terbuka tetap → /p/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /p/ adalah plosif, labial, tidak bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/p/

/p/

4.2.2.11 PAN */r/ → /r/

Pewarisan Linear Fonem PAN */r/ → /r/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *borat borat Berat

2. *ratah ratah Hijau

3. *buru buru Buru

Pewarisan Linear Fonem PAN */r/ → /r/ pada Posisi Tertutup

NO PAN BS GLOS

1. *bottar bottar Putih

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */r/ pada posisi terbuka dan tertutup tetap → /r/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /r/

adalah trill, alveolar, bersuara.

(53)

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/r/

/r/

4.2.2.12 PAN */s/ →/s/

Pewarisan Linear Fonem PAN */s/ →/s/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *dos-dos dos-dos Lurus

2. *tipis tipis Tipis

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */s/ pada posisi tertutup tetap → /s/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /s/ adalah frikatif, alveolar, tidak bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/s/

/s/

(54)

4.2.2.13 PAN */t/ → /t/

Pewarisan Linear Fonem PAN */t/ → /t/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. * tutuŋ tutuŋ Bakar

2. *batu batu Batu

3. * bintaŋ bintaŋ Bintang

4. *rata rata Hijau

5. *mata mata Mata

6. *bottar bottar putih

7. *tali tali Tali

8. *tobal tobal Tebal

9. *tari tari Tarik

10. *tipis tipis Tipis

Pewarisan Linear Fonem PAN */t/ → /t/ pada Posisi Tertutup

NO PAN BS GLOS

1. *kabut kabut Kabut

2. *kulit kulit Kulit

3. *langit langit Langit

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */t/ pada posisi terbuka dan tertutup tetap → /t/ dalam BS. Ciri- ciri fonem /t/ adalah plosif, velar, tidak bersuara.

(55)

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/t/

/t/

4.2.2.14 PAN */y/ → /y/

Pewarisan Linear Fonem PAN */y/ → /y/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *poyon poyon rumput

Pewarisan linear dapat dilihat pada kata di atas yang membuktikan bahwa fonem konsonan PAN */y/ pada posisi terbuka tetap /y/ dalam BS. Ciri-ciri fonem /y/ adalah semi vokal, palatal, bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/y/

/y/

Pewarisan bunyi linear fonem vokal */e/ → /e/, dan konsonan */f/ → /f/, */h/ → /h/,

*/j/ → /j/, */q/ → /q/, */v/, */w/ → /w/, */x/ → /x/, */z/ → /z/ tidak ditemukan dalam BS.

4.2.3 Pewarisan Inovasi Fonem Vokal PAN dalam BS 4.2.3.1 PAN */a/ → /o/

(56)

Pewarisan Inovasi Fonem PAN */a/ → /o/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *pakon pakon Dan

Pewarisan Inovasi Fonem PAN */a/ → /o/ pada Posisi Tertutup

NO PAN BS GLOS

1. *lao lao Pergi

Pewarisan inovasi dapat dilihat pada di atas yang menjelaskan bahwa fonem vokal PAN */a/ → /o/ pada posisi terbuka dan tertutup Fonem vokal /a/ memiliki ciri-ciri yaitu rendah, tengah, tidak bulat. Vokal /o/ memiliki ciri-ciri yaitu sedang, belakang, bulat.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/a/

/o/

4.2.3.2 PAN */u/ → /o/

Pewarisan Inovasi Fonem PAN */u/ → /o/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *kuniŋ gorsiŋ kuning

(57)

Pewarisan inovasi dapat dilihat pada kata di atas yang menjelaskan bahwa fonem vokal PAN */u/ → /o/ pada posisi terbuka. Fonem vokal /u/ memiliki ciri-ciri yaitu tinggi, belakang, bulat. Vokal /o/ memiliki ciri-ciri yaitu sedang, belakang, bulat.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*u/

/o/

4.2.3.3 PAN */e/ → /o/

Pewarisan Inovasi Fonem PAN */e/ → /o/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *b∂lah bolah Belah

Pewarisan inovasi dapat dilihat pada kata di atas yang menjelaskan bahwa fonem vokal PAN */e/ → /o/ pada posisi terbuka. Fonem vokal /e/ memiliki ciri-ciri yaitu sedang, depan, tidak bulat. Vokal /o/ memiliki ciri-ciri yaitu sedang, belakang, bulat.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/e/

/o/

(58)

4.2.3.4 PAN *∂ → /o/

Pewarisan Inovasi Fonem PAN *∂ → /o/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *∂mbun ombun Awan

2. *b∂lah bolah Belah

3. *b∂rat borat Berat

4.. *k∂riŋ koriŋ Kering

5. *t∂lu tolu Tiga

6. *∂mbus ombus Tiup

Pewarisan Inovasi Fonem PAN *∂ → /o/ pada Posisi Tertutup

NO PAN BS GLOS

1. *s∂mpit sompit Sempit

Pewarisan inovasi dapat dilihat pada kata di atas yang menjelaskan bahwa fonem vokal PAN *∂ → /o/ pada posisi terbuka dan tertutup. Fonem vokal /∂/ memiliki ciri-ciri yaitu sedang, tengah, tidak bulat. Vokal /o/ memiliki ciri-ciri yaitu sedang, belakang, bulat.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/∂/

/o/

4.2.4 Pewarisan Inovasi Fonem Konsonan PAN dalam BS

(59)

4.2.4.1 PAN */d/ → /t/

Pewarisan Inovasi Fonem PAN */d/ → /t/ pada Posisi Tertutup

NO PAN BS GLOS

1. *laud laut Laut

Pewarisan inovasi dapat dilihat pada kata di atas yang menjelaskan bahwa fonem konsonan PAN */d/ → /t/ pada posisi tetutup, dan pewarisan bunyi tersebut pada posisi terbuka tidak ditemukan dalam BS. Fonem konsonan /d/ memiliki ciri-ciri yaitu hambat, dental, bersuara. Konsonan /t/ memiliki ciri-ciri yaitu plosif, velar, tidak bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/d/

/t/

4.2.4.2 PAN *k A. PAN */k/ → /h/

Pewarisan Inovasi Fonem PAN */k/ → /h/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *kutu hutu Kutu

2. *kepala uluh Kepala

(60)

Pewarisan inovasi dapat dilihat pada di atas yang menjelaskan bahwa fonem konsonan PAN */k/ →/h/ pada posisi terbuka, dan pewarisan bunyi tersebut pada posisi tertutup tidak ditemukan dalam BS. Fonem konsonan /k/ memiliki ciri-ciri yaitu plosif, velar, tidak bersuara. Konsonan /h/ memiliki ciri-ciri yaitu frikatif, laringal, tidak bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/k/

/h/

B. PAN */k/ → /s/

Pewarisan Inovasi Fonem PAN */k/ → /s/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *kamu Lape Kamu

Pewarisan inovasi dapat dilihat di atas yang menjelaskan bahwa fonem konsonan PAN */k/ → /s/ pada posisi terbuka, dan pewarisan bunyi tersebut pada posisi tertutup tidak ditemukan dalam BS. Fonnem konsonan /k/ memiliki ciri-ciri yaitu plosif, velar, tidak bersuara. Konsonan /s/ memiliki ciri-ciri yaitu frikatif, alveolar, tidak bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/k/

(61)

4.2.4.3 PAN */p/ → /m/

Pewarisan Inovasi Fonem PAN */p/ → /m/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *paŋan Mangan Makan

Pewarisan inovasi dapat dilihat di atas yang menjelaskan bahwa fonem konsonan PAN */p/ → /m/ pada posisi terbuka, dan pewarisan bunyi tersebut pada posisi tertutup tidak ditemukan dalam BS. Fonem konsonan /p/ memiliki ciri-ciri yaitu plosif, labial, tidak bersuara. Konsonan /m/ memiliki ciri-ciri yaitu nasal, bilabial, bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/p/

/m/

4.2.4.4 PAN */s/ → /c/

Pewarisan Inovasi Fonem PAN */s/ → /c/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *busu bucu Busuk

Pewarisan inovasi dapat dilihat pada kata di atas yang menjelaskan bahwa fonem konsonan PAN */s/ → /c/ pada posisi terbuka, dan pewarisan bunyi tersebut pada posisi

(62)

tertutup tidak ditemukan dalam BS. Fonem konsonan /s/ memiliki ciri-ciri yaitu plosif, labial, tidak bersuara. Konsonan /c/ memiliki ciri-ciri yaitu afrikatif, palatal, tidak bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/s/

/c/

4.2.4.5 PAN *w A. PAN */w/ → /k/

Pewarisan Inovasi Fonem PAN */w/ → /k/ pada Posisi Terbuka

NO PAN BS GLOS

1. *wulit kulit Kulit

Pewarisan inivasi dapat dilihat pada kata di atas yang menjelaskan bahwa fonem konsonan PAN */w/ → /k/ pada posisi terbuka, dan pewarisan bunyi tersebut pada posisi tertutup tidak ditemukan dalam BS. Fonem konsonan /w/ memiliki ciri-ciri yaitu semi vokal, bilabial, bersuara. Konsonan /k/ memiliki ciri-ciri yaitu plosif, velar, tidak bersuara.

Pewarisan ini digambarkan sebagai berikut :

*/w/

/k/

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hal ini ditunjukkan dari beragam penghargaan yang diterima bank bjb di tahun 2016 ini baik dari sisi kinerja perbankan, aset, dan komitmennya untuk membangun Indonesia

Pokja ULPD Kepulauan Riau akan melaksanakan E-lelang Umum untuk paket pekerjaan Rehabilitasi/Renovasi Rumah Dinas Meral pada Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan

Pokja ULPD Kepulauan Riau akan melaksanakan E-lelang Umum untuk paket pekerjaan Rehabilitasi/Renovasi Rumah Dinas Bukit Galang pada Kantor Wilayah DJBC Khusus

[r]

Dalam evaluasi teknis, persyaratan yang harus dipenuhi adalah spesifikasi teknis barang yang ditawarkan berdasarkan contoh, gambar, brosur atau katalog asli yang

Tahapan upload Dokumen Penawaran dan Kualifikasi dilaksanakan selambat-lambatnya tanggal 25 April 2017 jam 08.00 WIB,5. Tidak ada Penyedia Barang yang memasukkan

[r]