• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TAHFIDZ DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL QUR AN HADITS DI MAN 12 JAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TAHFIDZ DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL QUR AN HADITS DI MAN 12 JAKARTA SKRIPSI"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Mulyanah

NIM. 11150110000083

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/ 2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

Dosen Pembimbing : Drs. Abdul Haris, M.Ag

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui bagaimana implementasi program rumah tahfidz dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits, dan (2) untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat hasil belajar siswa program rumah tahfidz pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data dengan melakukan prosedur pengecekan ulang secara cermat, ketekunan pengamatan dan triangulasi. Proses analisis yang dilakukan yaitu dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) siswa yang mengikuti program rumah tahfidz dibagi menjadi dua kelompok, kegiatan dimulai setelah proses pembelajaran di madrasah selesai, dilanjutkan dengan muraja’ah, kemudian ba’da isya siswa mulai menghafal dan pukul 22.00 siswa mengantri untuk setoran hafalan kepada pembimbing dan alumni. Setelah setoran siswa diperbolehkan untuk istirahat atau mengerjakan tugas. Rata –rata hasil belajar siswa yang mengikuti program rumah tahfidz lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program rumah tahfidz. (2) faktor pendukung hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits yaitu dukungan orangtua, lingkungan dan latihan dan ulangan.

Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kerjasama orangtua dan tingkat kecerdasan.

Kata Kunci : Program Rumah Tahfidz, Hasil Belajar

(7)

Teacher Training, at Syarif Hidayatullah State University Jakarta, 2020.

Supervisor : Drs. Abdul Haris, M.Ag

This study aims (1) to determine how the implementation of the tahfidz house program in improving student learning outcomes in the Al Qur'an Hadith subject, and (2) to determine the supporting and inhibiting factors for student learning outcomes in the Tahfidz house program in the Al Qur'an subject. Hadith.

The method used in this research is descriptive qualitative method. Data collection techniques using observation, interviews, questionnaires and documentation.

Check the validity of the data by performing a careful rechecking procedure, persistence of observation and triangulation. The analysis process carried out is by collecting data, reducing data, presenting data and drawing conclusions. The results of this study indicate that (1) students who take part in the tahfidz house program are divided into two groups, the activities begin after the learning process at the madrasah is completed, continue with muraja'ah, then the students begin memorizing and at 22.00 the students queue for rote deposits. to supervisors and alumni. After the deposit, students are allowed to take a break or do assignments.

The average learning outcomes of students who took the tahfidz house program were higher than those who did not participate in the tahfidz house program. (2) factors supporting student learning outcomes in the subject of Al Qur'an Hadith, namely parental support, environment and exercises and tests. While the inhibiting factors are parental cooperation and intelligence level.

Keywords : Tahfidz House Program, learning outcomes

(8)

subhanahu wata’ala atas berkat kasih dan sayang-Nya yang senantiasa tercurah pada kita semua, terutama bagi penulis sendiri sehingga berhasil menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam sebagai panutan dan suri tauladan paling mulia bagi alam semesta.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Keluarga tercinta terutama kedua orangtua, Ibunda Aliyah, Ayahanda Manis Ratno, Ayahanda Khariruddin dan Ibunda Toipah, serta kedua kakakku Abdul Ronih dan Nur Jelani terima kasih atas semua dukungan baik moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Dr. Sururin, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

4. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., sebagai Sekretaris Prodi PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(9)

5. Marhamah Saleh, Lc., MA., sebagai dosen penasihat akademik yang sudah membimbing dan memberikan banyak arahan selama proses belajar di Jurusan Pendidikan Agama Islam.

6. Kepala Madrasah dan Wakil Kepala Madrasah MAN 12 Jakarta, Drs.

Rojali, M.Pd dan Dinar Inayah, S.Pd., yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di MAN 12 Jakarta.

7. Pembimbing Rumah Tahfidz MAN 12 Jakarta, Mukhobir, S.Pd.I dan Rachmad Subahan, S.Ag., terima kasih atas do’a, motivasi dan bantuannya.

8. Seluruh siswa MAN 12 Jakarta yang mengikuti Program Rumah Tahfidz, terima kasih atas bantuannya selama penulis melakukan observasi di rumah tahfidz dan kesediannya untuk menjadi responden.

9. Seluruh sahabat penulis yang selama ini selalu membersamai dalam suka maupun duka, terima kasih penulis ucapkan kepada Mirawati, Hani Pratiwi, Yuniar Prihatiningsih, Octavia Silvi Indriyati, Dhiya Hannyzar Suryadi, dan keluarga besar ASSA (Association of Class A) 2015 yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu.

10. Qori Hadi Pranoto yang senantiasa memberikan masukan dan support dalam penulisan skripsi ini.

Penulis berharap dan berdo’a semoga seluruh pengorbanan dan semangat yang telah diberikan oleh semua pihak yang telah membantu penulis semoga mendapatkan balasan yang terbaik dari-Nya. Terimakasih.

Jakarta, 26 Januari 2020 Penulis,

Mulyanah

(10)

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 9

C. Pembatasan Masalah 9

D. Rumusan Masalah 9

E. Tujuan Penelitian 10

F. Manfaat Penelitian 10

BAB II KAJIAN TEORI 12

A. Tahfidz Al Qur’an 12

1. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an 12

2. Perintah Menghafal Al-Qur’an 13

3. Hukum Menghafal Al-Qur’an 16

4. Urgensi Menghafal Al-Qur’an 17

5. Niat Menghafal Al-Qur’an 23

6. Metode dan Media Menghafal Al-Qur’an 24

7. Manfaat Menghafal Al-Qur’an 26

8. Etika Penghafal Al Qur’an 29

9. Faktor Pendukung dalam Menghafal Al Qur’an 32 10. Faktor Penghambat dalam Menghafal Al Qur’an 36

B. Hasil Belajar 38

1. Pengertian Belajar 38

2. Pengertian Hasil Belajar 38

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar 39

(11)

C. Mata Pelajaran Al Qur’an Hadits 42 1. Pengertian Mata Pelajaran Al Qur’an Hadits 42 2. Tujuan Mata Pelajaran Al Qur’an Hadits 42 3. Ruang Lingkup dan Materi Mata Pelajaran Al Qur’an Hadits 43 4. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Al Qur’an Hadits 44

D. Hasil Penelitian yang Relevan 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 48

A. Tempat dan Waktu Penelitian 48

B. Latar Penelitian 48

C. Jenis Penelitian 48

D. Teknik Pengumpulan Data 49

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data 55

F. Teknik Analisis Data 56

BAB IV PEMBAHASAN 59

A. Gambaran Umum MAN 12 Jakarta 59

B. Deskripsi Data 62

C. Pembahasan Hasil Penelitian 84

BAB V PENUTUP 92

A. Kesimpulan 92

B. Implikasi 93

C. Saran-saran 93

DAFTAR PUSTAKA 94

LAMPIRAN 98

(12)

Tahfidz MAN 12 Jakarta 50 3.2 Kisi-Kisi Wawancara untuk Guru Pembimbing Tahfidz di Rumah

Tahfidz MAN 12 Jakarta 51

3.3 Kisi-kisi Wawancara untuk Siswa Penghafal Al Qur’an di Rumah

Tahfidz MAN 12 Jakarta 53

3.4 Kisi-Kisi Angket Kegiatan Menghafal Al Qur’an Rumah

Tahfidz MAN 12 Jakarta 54

4.1 Jumlah Guru 61

4.2 Jumlah Tenaga Kependidikan 61

4.3 Jumlah Siswa 61

4.4 Jumlah Siswa Yang Mengikuti Program Rumah Tahfidz 69

4.5 Daftar Nilai Al Qur’an Hadits Siswa 70

4.6 Tujuan Siswa Mengikuti Kegiatan Menghafal Al Qur’an 71 4.7 Manfaat Mengikuti Program Rumah Tahfidz 72

4.8 Waktu untuk Menghafal Al Qur’an 74

4.9 Media Untuk Menghafal Al Qur’an 75

4.10 Pendapat siswa tentang kegiatan menghafal Al Qur’an 76

4.11 Adab siswa ketika mengahfal Al Qur’an 77

4.12 Motivasi siswa 78

4.13 Pendapat siswa mengenai rumah tahfidz 79

4.14 Kompetensi Pembimbing 80

4.15 Urgensi Menghafal Al Qur’an 81

4.16 Hasil Belajar 82

4.17 Perbandingan Nilai Al Qur’an Hadits Siswa Rutaf dan Non Rutaf 88

(13)

di Rumah Tahfidz MAN 12 Jakarta 98 Lampiran 2 Angket Kegiatan Menghafal Al Qur’an di Rumah

Tahfidz MAN 12 Jakarta 99

Lampiran 3 Hasil Angket

102 Lampiran 4 Pedoman Wawancara untuk Guru Pembimbing

Tahfidz di Rumah Tahfidz MAN 12 Jakarta 106 Lampiran 5 Uraian Wawancara dengan Pembimbing Tahfidz

di Rumah Tahfidz MAN 12 Jakarta 108

Lampiran 6 Pedoman Wawancara untuk Siswa Penghafal Al-

Qur’an di Rumah Tahfidz MAN 12 Jakarta 113 Lampiran 7 Uraian Wawancara dengan Siswa Penghafal Al

Qur’an di Rumah Tahfidz MAN 12 Jakarta 114 Lampiran 8 Uraian Wawancara dengan Siswa Penghafal Al-

Qur’an di Rumah Tahfidz MAN 12 Jakarta 115 Lampiran 9 Uraian Wawancara dengan Siswa Penghafal Al-

Qur’an di Rumah Tahfidz MAN 12 Jakarta 116 Lampiran 10 Pedoman Observasi Kegiatan Menghafal Al

Qur’an di Rumah Tahfidz MAN 12 Jakarta 117 Lampiran 11 Hasil Observasi Kegiatan Menghafal Al Qur’an

di Rumah Tahfidz MAN 12 Jakarta 118

Lampiran 12 Hasil Observasi Kegiatan Menghafal Al Qur’an

di Rumah Tahfidz MAN 12 Jakarta 119

Lampiran 13 Hasil Observasi Kegiatan Menghafal Al Qur’an

di Rumah Tahfidz MAN 12 Jakarta 120

Lampiran 14 Pedoman Dokumentasi 121

Lampiran 15 Dokumentasi 122

(14)

Lampiran 16 Surat Bimbingan Skripsi 126

Lampiran 17 Surat Izin Penelitian 127

Lampiran 18 Surat Keterangan Penelitian 128

Lampiran 19 Lembar Uji Referensi 129

(15)

Latar Belakang Masalah

Agama Islam merupakan agama yang diwahyukan Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW, sebagai rasul, yang ajarannya diwahyukan dalam Al-Qur’an dan dijelaskan dalam Al Sunnah, berupa perintah, larangan, dan petunjuk yang mengarahkan umat Islam ke jalan yang Allah ridhoi untuk keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Al-Qur’an sebagai sumber hukum utama dari seluruh ajaran Islam, yang di dalamnya berisi garis besar syariat, dan hadits merupakan dasar hukum kedua, yang di dalamnya berisi penjabaran dan penjelasan Al-Qur’an.1 Hadits atau Al Sunnah adalah segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi.2

Al-Qur’anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal. Ia diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.

Rasulullah SAW menyampaikan Qur’an itu kepada para sahabatnya–orang-orang Arab asli–sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka, apabila mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat mereka menanyakannya kepada Rasulullah SAW.3 Para sahabat sangat antusias untuk menerima Al-Qur’an dari Rasulullah SAW, menghafalnya dan memahaminya.

Hal itu merupakan suatu kehormatan bagi mereka.4

Al-Qur’anul Karim turun di tengah-tengah umat yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis. Catatan mereka adalah hafalan dan daya ingatan.

1 M Agus Solahudin & Agus suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.

73

2Ibid., h. 15

3 Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Terj. Mudzakir AS, (Bogor:

Pustaka LIteraAntar Nusa, 2011), h. 1

4 Ibid., h. 2

(16)

Mereka tidak mengetahui pengetahuan tentang tata cara penulisan dan pembukuan yang dapat memungkinkan mereka menuliskan dan membukukannya, kemudian menghafal dan memahaminya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al Jumu’ah ayat 2:

uθèδ

“Ï%©!$#

y]yèt/

z↵Íh‹ÏiΒW{$# ’Îû Zωθß™u‘

öΝåκ÷]ÏiΒ (#θè=÷Ftƒ öΝÍκöŽn=tã

ϵÏG≈tƒ#u

öΝÍκŽÏj.t“ãƒuρ ãΝßγßϑÏk=yèãƒuρ

|=≈tGÅ3ø9$#

sπyϑõ3Ïtø:$#uρ βÎ)uρ

(#θçΡ%x.

ã≅ö6s% ÏΒ

’Å∀s9 9≅≈n=|Ê

&Î7•Β

∩⊄∪

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah) dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS Al-Jumu’ah:

2)5

Umat yang buta huruf itu tidaklah mudah untuk menghafal seluruh Al-Qur’an seandainya Al-Qur’an diturunkan sekaligus, dan tidak mudah pula bagi mereka untuk memahami maknanya dan memikirkan ayat-ayatnya. Jelasnya bahwa turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu merupakan bantuan terbaik bagi mereka untuk menghafal dan memahami ayat-ayatnya.6 Setiap kali turun satu atau beberapa ayat, para sahabat segera menghafalnya, memikirkan maknanya dan mempelajari hukum-hukumnya. Tradisi demikian ini menjadi suatu metode pengajaran dalam kehidupan para tabi’in.7

Usaha umat islam untuk menghafalkan Al-Qur’an terus berjalan, sebagai salah satu upaya untuk menjaga kemurniaan Al-Qur’an. Kendati dalam salah satu ayat Allah telah menegaskan, tentang kemurnian Al-Qur’an.

$ ¯ΡÎ) ßøtwΥ

$ uΖø9¨“tΡ tø.Ïe%!$#

$ ¯ΡÎ)uρ

…çµs9 tβθÝàÏ ≈ptm:

∩∪

5 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al Huda: 2005), h. 554

6 Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Terj. Mudzakir AS, (Bogor:

Pustaka LIteraAntar Nusa, 2011), h. 163

7 Ibid., h. 164

(17)

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS Al-Hijr: 9)8

Namun tetap menjadi kewajiban umat islam untuk menjaga dan memelihara Al-Qur’an, salah satunya dengan mempelajari dan menghafalkannya. Bagi orang Islam yang ingin mempelajari dan menghafalkan Al-Qur’an, Allah SWT telah menjamin kemudahan untuk itu. Berdasarkan firman Allah SWT:

ô‰s)s9uρ

$ tΡ÷Žœ£o„

tβ#uöà)ø9$#

̍ø.Ïe%#Ï9 ö≅yγsù 9Ï.£‰•Β ÏΒ

∩⊇∠∪

“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar : 17, 22, 32, 40)9

Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah, mengajarkan Al-Qur’an merupakan kegiatan yang sangat mulia, pahalanya pun akan terus mengalir selama orang-orang yang diajarkan masih terus mengamalkan ilmunya.

Hal tersebut berdasarkan Hadits:

ُ َ ﱠ َ َو َنآْ ُ ْ ا َ ﱠ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ

ير ا هاور )

(

“Sebaik-baik dari kamu sekalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak harus dimulai sejak dini, diawali dengan pembelajaran di lingkungan keluarga, oleh orangtua. Diperkuat juga dengan pembelajaran Al-Qur’an di lembaga pendidikan formal. Mata pelajaran dalam lembaga pendidikan formal yang mengajarkan Al-Qur’an adalah Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam

8 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al Huda: 2005), h. 263

9Ibid., h. 530

(18)

mengamalkan ajaran agamanya. Dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.10

Struktur kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab dalam kurikulum Madrasah meliputi: 1) Al-Qur’an Hadis, 2) Akidah Akhlak, 3) Fikih, 4) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), dan 5) Bahasa Arab. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait dan melengkapi.

Al-Qur’an Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti keduanya merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut.11

Pentingnya mempelajari Al-Qur’an selain sebagai pedoman hidup umat muslim, juga karena membaca Al-Qur’an adalah salah satu ibadah yang agung.

Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

َ ِ ُ!َ"َ#َ$ْ ا َو ٌ!َ"َ#َ& ِ ِ ُ َ َ' ِﷲ ِب َ*ِ ْ ِ ً 'ْ َ& َأَ َ- ْ َ ْ ِ.َ َو ٌفْ َ& ا ُلْ1ُ-َأ َ2 َ3ِ َ4ْ َأ ِ ْ5

ٌف ْ َ& ٌ ْ ِ َو ٌف ْ َ& ٌم َ2 َو ٌف ْ َ& ٌ7ِ َأ .

“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya. Aku tidak mengatakan ‘Alif Lam Mim’ satu huruf, melainkan ‘Alif’

satu huruf, ‘Lam’ satu huruf, dan ‘Mim’ satu huruf”. (HR. At-Tirmidzi)12

Hari ini kita menjumpai umat Islam, khususnya di Indonesia, begitu meminati dan mengagungkan Al-Qur'an. Di antara ekspresi mencintai al-Qur'an adalah dengan menghafalnya. Karena itu, kita bisa menemukan pusat pendidikan yang

10 Zainuddin Ali, dkk. Pendidikan Agama Islam Kontemporer, (YAMIBA, 2015), h. 1

11 Lampiran Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2004, h.

37

12 Cece Abdulwaly, 40 Alasan Anda Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Al-Kautsar, 2017), h. 29

(19)

secara khusus mencetak anak didiknya menjadi seorang hafiz. Umumnya, pusat kegiatan semacam ini berada di pesantren-pesantren tradisional.13

Menurut Dr. Ahmad Fathoni, Lc. MA, dalam artikelnya “Sejarah dan Perkembangan Pengajaran Al-Qu’an di Indonesia” yang dikutip oleh Nurul Hidayah dalam penelitiannya, bahwa semangat menghafal Al-Qur’an mulai bermunculan saat sering diadakannya Musabaqah Hifdzil Qur’an tahun 1981.

Menurutnya, perkembangan pengajaran tahfidz Al-Qur’an di Indonesia pasca MHQ 1981 bagaikan air bah yang tidak dapat dibendung lagi. Sebelumnya hanya eksis dan berkembang di pulau Jawa dan Sulawesi, maka sejak 1981 hingga kini hampir semua daerah di nusantara, kecuali Papua hidup subur bak jamur di musim hujan, dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, baik formal maupun non formal.14

Pembangunan rumah tahfidz pun mulai menjamur di negara mayoritas muslim ini, kegiatan Dauroh Tahfidzul Qur’an juga mulai banyak dilaksanakan. Maraknya sekolah maupun program-program Tahfidzul Qur’an yang terjadi saat ini, mesti dibarengi dengan kualitas serta pemahaman yang baik. Alangkah sempurnanya jika para hafiz dan hafizah tak hanya sekedar menghafal Al-Qur’an, tapi juga dapat memahami makna dan kandungan di balik firman Allah dengan baik. Oleh karena itu, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah tutor atau pengajaranya merupakan hafiz atau hafizah yang bersanad.

Usaha untuk meningkatkan semangat menghafal Al-Qur'an masyarakat muslim di Indonesia juga terdapat pada sebuah program religi di televisi, yaitu Hafiz Indonesia yang ditayangkan selama di bulan Ramadhan. Acara ini merupakan salah satu program unggulan RCTI yang menampilkan kemampuan anak-anak dalam menghafalkan al-Qur'an. Program ini memperoleh penghargaan dari KPI sebagai program acara ramadhan terbaik pada tahun 2014. Hafiz Indonesia juga memenangkan Panasonic Gobel Award untuk kategori Program

13Ali Romdhoni, Tradisi Hafalan Qur'an di Masyarakat Muslim Indonesia, (Jakarta:

Journal of Qur'an and Hadith Studies - Vol. 4, No. 1, 2015, h. 14.

14 Nurul Hidayah, Strategi Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Lembaga Pendidikan, TA’ALLUM, Vol 04, No 01, Juni 2016, h. 64

(20)

Anak Terbaik selama 2 tahun berturut-turut (2014 dan 2015).15 Selain itu, stasiun televisi Trans 7 juga menyajikan program Hafizh Qur’an setiap bulan Ramadhan.

Program ini dikhususkan untuk penghafal Al-Qur’an cilik, mulai dari usia 3-7 tahun.16

Berdasarkan data Kementerian Agama, bahwa angka hafiz Al-Qur'an di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 30.000 hafiz/ah dari 240 juta warga Indonesia. Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia sebenarnya angka ini tidak lebih baik dari negara-negara muslim lainnya yang justru penduduknya lebih sedikit. Pakistan misalnya, mempunyai 7 juta hafiz, Palestina 60 ribu hafiz, Libya 1 juta hafiz, sementara Saudi Arabia lebih sedikit dengan jumlah 6 ribu hafiz.17 Namun kini sudah banyak daerah-daerah di Indonesia yang menghasilkan penghafal Al-Qur’an baru, melalui lembaga khusus tahfidz maupun program- program di masyarakat.

Alih-alih meningkatkan jumlah hafiz di Indonesia, kondisi yang memprihatinkan juga terlihat. Berdasarkan hasil riset IIQ, sekitar 65 persen masyarakat Indonesia masih buta aksara Al-Qur'an. Tingginya angka itu terutama terdapat di daerah pedesaan atau di wilayah pelosok.18

Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) RI, Muhammadiyah Amin menuturkan salah satu penyebabnya adalah belum banyaknya hafiz Al- Qur'an yang menyentuh hingga wilayah pelosok untuk mengajarkan Al-Qur'an.

Umumnya, menurutnya, para hafiz Al-Qur’an tidak kembali ke kampung halaman mereka untuk mengajar Al-Qur'an setelah menjadi penghafal Al-Qur'an di kota.

Alasan ekonomi ataupun upah yang kecil, bisa jadi alasan mereka tidak kembali

15 https://id.wikipedia.org/wiki/Hafiz_Indonesia. Diakses pada 24 Juli 2019 pukul 12:15

16 https://hot.detik.com/tv-news/d-2935029/ini-sajian-program-spesial-ramadan-trans-7.

Diakses pada 22 Agustus 2019 pukul 03:55

17M. Hanafiah Lubis, Efektifitas Pembelajaran Tahfizhil Quran dalam Meningkatkan Hafalan Santri di Islamic Centre Sumatera Utara, (Sumatera Utara: Jurnal ANSIRU PAI Vol. 1 No.

2, 2017), h. 69

18 https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/18/01/18/p2r28k396- buta-aksara-alquran-tinggi-ini-penyebabnya-kata-kemenag. Diakses pada 24 Juli 2019 pukul 12:24

(21)

ke kampung. Disamping itu, biasanya penghafal Al-Qur'an mendapatkan tempat atau masjid di kota yang ditempati untuk menjadi imam disana.19

Usaha untuk meningkatkan semangat menghafal masyarakat muslim Indonesia masih sangat dibutuhkan, khususnya dari bidang pendidikan. Salah satu usaha untuk menciptakan generasi Qur’ani melalui bidang pendidikan yaitu, pada madrasah DKI Jakarta yang sejak tahun 2013 sudah menjadikan Tahfidz Al- Qur’an sebagai muatan lokal (mulok). Sebagaimana yang telah disampaikan oleh H. Murtado selaku Kepala Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta.

“Muatan lokal hafalan Al Quran merupakan kurikulum wajib bagi pendidikan di setiap jenjang pada seluruh madrasah di DKI Jakarta yang akan diterapkan mulai tahun pelajaran 2013/2014, minimal 2 jam pelajaran per minggu. Siswa MI minimal menghafal 1 juz, siswa MTs hafal 2 juz, dan siswa MA hafal 3 juz. Juz yang wajib dihafal meliputi juz 28, 29, dan 30. Kurikulum muatan lokal hafalan Al Quran bermanfaat bagi peserta didik untuk memperkuat bekal ruhaniyah, juga dapat menjadikan pikiran lebih jernih, kekuatan memori, dan dapat meningkatkan IQ.”20

Madrasah Aliyah Negeri 12 Jakarta mengadakan kegiatan-kegiatan keagaaman yang wajib diikuti oleh seluruh siswa, seperti tadarus, shalat sunnah berjamaah, dan tahfidz Al-Qur’an sebagai mulok. Terdapat juga kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, salah satunya adalah program rumah tahfidz.

Kegiatan Rumah tahfidz ini selain untuk mendidik siswa agar lebih dekat dengan Al Qur’an dan menjadi ahli Qur’an, juga dapat diarahkan kepada kegiatan pengayaan dan penguasaan terhadap materi dalam mata pelajaran Al Qur’an Hadits khususnya dan umumnya untuk penambahan pengetahuan dan hafalan Al Qur;an siswa. Berdasarakan hasil wawancara pada studi pendahuluan, siswa yang mengikuti program rumah tahfidz dikelompokkan, kemudian secara bergilir menginap di rumah tahfidz untuk menghafal dan setoran, setelah setoran siswa baru bisa mengerjakan tugas dari sekolah. Tak jarang siswa terjaga hingga larut untuk meyelesaikan tugasnya, dan beberapa siswa tidak hadir di rumah tahfidz

19Ibid

20 Siswa Madrasah Wajib Hafal Al-Qur’an, http://kabarwashliyah.com/2013/07/05/siswa- madrasah-wajib-hafal-al-quran/. Diakses pada 27 Juli 2020 pukul 13.30

(22)

ketika Penilaian Akhir Semester (PAS) sedang berlangsung, karena khawatir kurangnya waktu untuk belajar. Terdapat juga sebagian siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal) pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits, karena beberapa faktor.

Berdasarkan KMA I65 Tahun 2014, target dari kurikulum pada mata pelajaran Al-Qur'an Hadits selain memahami materi, juga dapat menghafalkan ayat beserta artinya, yang relevan dengan materi.21 Jadi kemampuan menghafal merupakan salah satu poin yang penting, dan untuk mendapatkan kemampuan menghafal yang baik, diperlukan latihan sebagai pembiasaan.

Menurut Mustofa Kamal, berdasarkan hasil penelitiannya mengenai pengaruh pelaksanaan program menghafal Al-Qur’an di lembaga pendidikan, bahwa dengan mengikuti program menghafalkan Al-Qur’an, dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, bahkan menghafal dapat dikatakan menjadi faktor yang penting dalam peningkatan prestasi belajar anak.22

Beberapa program di atas merupakan suatu bentuk usaha ulama, para asatidz, guru dan masyarakat muslim pada umumnya untuk menciptakan generasi- generasi muslim yang cinta dan dekat dengan Al-Qur’an. Apapun profesi yang mereka impikan, apabila sudah kuat aqidahnya dan dekat dengan Al-Qur’an semata-mata untuk mendapatkan ridho Allah SWT, niscaya Allah akan membimbing langkahnya untuk mendapatkan kesuksesan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Dari latar belakang itulah penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam bagaimana “Implementasi Program Rumah Tahfidz Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al Qur’an Hadits Di MAN 12 Jakarta”.

21Lampiran Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2004, h.

165

22 Mustofa Kamal, Pengaruh Pelaksanaan Program Menghafal Al-Qur’an Terhadap Prestasi Belajar Siswa, Tadarus: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 2, 2017, h. 16

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Tingginya angka buta aksara Al-Qur’an di Indonesia

2. Belum banyaknya Hafidz Qur’an yang menyentuh wilayah pelosok Indonesia

3. Angka Hafidz Al-Qur’an di Indonesia belum sebanding dengan jumlah penduduk muslimnya

4. Pretasi belajar sebagian siswa di MAN 12 Jakarta pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits yang masih rendah

5. Kegiatan menghafal Al-Qur’an di Rumah Tahfidz kurang efektif

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, pada penelitian ini penulis membatasi masalahnya pada pelaksanaan program Rumah Tahfidz dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits di MAN 12 Jakarta. Dengan fokus penelitian untuk menganalisis dan mendeskripsikan materi, metode, media, pelaksanaan evaluasi di Rumah Tahfidz dan implementasi rumah tahfidz dalam meningkatakan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits serta faktor pendukung dan penghambatnya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana implementasi Rumah Tahfidz dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits?

2. Faktor pendukung dan penghambat hasil belajar siswa program rumah tahfidz pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits?

(24)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Implementasi Rumah Tahfidz dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits

2. Faktor pendukung dan penghambat hasil belajar siswa program rumah tahfidz pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan berbagai pihak yang terkait

1. Secara teoritis

Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya kajian mengenai Pendidikan Agama Islam.

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman baru mengenai program rumah tahfidz sehingga dapat menjadi pembelajaran untuk mempersiapkan diri sebagai generasi penerus dalam dunia pendidikan.

b. Bagi Orang Tua

Diharapkan dapat memberikan masukan bagi orang tua yang memiliki anak yang juga mengikuti program rumah tahfidz, agar dapat selalu memberikan dukungan atas kegiatan positif yang ingin anak lakukan.

c. Bagi Guru

Diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan agar dapat meningkatkan sistem kegiatan menghafal di Rumah Tahfidz agar lebih efektif.

(25)

d. Bagi Pembaca

Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai program rumah tahfidz, serta dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian yang serupa.

(26)

Tahfidz Al Qur’an

1. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an

Kata tahfiz merupakan bentuk masdar dari haffaza, asal dari kata hafiza- yahfazu yang artinya “menghafal”.1Al-Hafiz menurut Quraisy Shihab terambil dari tiga huruf yang mengandung makna memelihara dan mengawasi.Dari makna ini kemudian lahir makna menghafal karena yang menghafal memelihara dengan baik ingatannya.Juga makna tidak lengah karena sikap ini mengantar kepada keterpeliharaan, dan menjaga karena penjagaan adalah bagian dari pemeliharaan dan pengawasan.2

Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang menjadi pedoman hidup bagi umat muslim. Dari seluruh buku bacaan yang ada di dunia, Al-Qur’an adalah buku terpenting yang harus dibaca oleh umat muslim, sebab di dalamnya terdapat tuntunan bagi umat muslim dalam menjalani kehidupan yang fana ini.

Tidak heran jika umat muslim berlomba lomba untuk menghafalkan perkataan paling mulia tersebut.

Menurut Farid Wadji yang dikutip oleh Nurul Hidayah, tahfiz al-Qur’an dapat didefinisikan sebagai proses menghafal al-Qur’an dalam ingatan sehingga dapat dilafadzkan/diucapkan di luar kepala secara benar dengan cara- cara tertentu secara terus menerus. Orang yang menghafalnya disebut al-hafiz dan bentuk pluralnya adalah al-huffaz. Definisi tersebut mengandung dua hal pokok, yaitu: pertama seorang yang menghafal dan kemudian mampu melafadzkannya dengan benar sesuai dengan mushaf al-Qur’an. Kedua, seorang penghafal senantiasa menjaga hafalannya secara terus menerus dari

1 Ibrahim Anis, dkk., Al-Mu’jam Al-Wasit, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1392 H), h. 185

2 M. Quraisy Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi Al-Asma Al-Husna dalam Perpektif Al- Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 64

(27)

lupa, karena hafalan al-Qur’an itu sangat cepat hilangnya.3Jadi, seseorang tidak bisa dikatakan al-hafiz apabila ia tidak senantiasa menjaga hafalannya dari bencana lupa.

Menghafal Al-Qur’an merupakan perbuatan yang mulia, baik di hadapan manusia, maupun di hadapan Allah SWT. Banyak keutamaan yang diperoleh para penghafal Al-Qur’an, baik keutamaan di dunia maupun di akhirat.4 2. Perintah Menghafal Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan cara hafalan. Begitu pula ketika Nabi Muhammad SAW mengajarkan Al-Qur’an kepada para sahabat, bukan dengan tulisan, melainkan dengan hafalan, di samping menyuruh para sahabat untuk menuliskannya. Para sahabat pun tidak mengalami kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an. Kemungkinan disebabkan oleh keadaan bangsa Arab pada saat itu yang mayoritas tidak mengenal baca tulis, sehingga apa yang mereka pelajari direkam dalam pikiran. Akhirnya, tanpa disadari daya ingat mereka menjadi sangat tinggi.5

Membaca Al-Qur’an, bagi umat Islam, bernilai ibadah1 yang pahalanya tidak terkira. Pahala membaca Al-Qur’an tidak hanya diberikan kepada orang yang sudah mahir membaca aksara Arab (Al-Qur’an). Bahkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata pun tidak luput dari pahala tersebut.6 Dan orang yang mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an pun mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT:

#sŒ Î)uρ

˜Ìè%

ãβ#uöà)ø9$#

(#θãèÏϑtGó™$$sù

…çµs9 (#θçFÅÁΡr&uρ öΝä3ª=yès9

tβθçΗxqöè?

∩⊄⊃⊆∪

3 Nurul Hidayah, Strategi Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Lembaga Pendidikan, (TA’ALLUM, Vol. 04, No. 01, Juni 2016), h. 66

4 Nurul Qomariah & Mohammad Irsyad, Metode Cepat & Mudah Agar Anak Hafal Al- Qur’an, (Klaten: Semesta Hikmah, 2016), h. 1

5 Ibid., h. 13

6 Fitriana Firdausi, Optimasi Kecerdasan Majemuk Sebagai Metode Menghafal Al- Qur’an, Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an dan Hadits, Vol. 18, No. 2, Juli 2017.

(28)

“Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-A’raf:

204)7

Al-Qur’an adalah sumber hukum dalam Islam. Dengan menghafalkan Al Qur’an, seseorang lebih mudah dalam mempelajari ilmu agama. Ketika menghadapi suatu permasalahan ia dapat mengeluarkan ayat-ayat yang menjadi dalil terhadap masalah tersebut langsung dari hafalannya. Yang kemudian ia perjelas lagi dengan penjelasan para ulama mengenai ayat tersebut. Tentu saja bukan hanya hafal, tetapi juga harus memahami apa yang dihafal, dengan mempelajari tafsir, asbabun nuzul dan ‘ulumul Qur’an lainnya.

Firman Allah SWT dalam surah Al-Qamar, Allah sudah menjamin kemudahan Al-Qur’an untuk dipelajari.

ô‰s)s9uρ

$tΡ÷Žœ£o„

tβ#uöà)ø9$#

̍ø.Ïe%#Ï9 ö≅yγsù 9Ï.£‰•Β ÏΒ

∩⊇∠∪

“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar : 17, 22, 32, 40)8

Ayat tersebut terulang sebanyak 4 kali dalam Al-Qur’an di surah yang sama.

Seakan Allah meyakinkan kita bahwa Al-Qur’an itu benar-benar mudah untuk dipelajari, namun terkadang kita yang justru tidak meyakini itu. Jika kita meyakini ayat tersebut, kemudian mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meniatkan Lillahi Ta’ala, maka Allah akan memudahkan bagi kita untuk mempelajari Al-Qur’an termasuk menghafalkannya.

Allah Ta’ala memuliakan para penghafal Al-Qur’an dengan memberikan mereka kedudukan bersama para malaikat yang mulia. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW:

7 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al Huda: 2005), h. 177

8Ibid., h. 530

(29)

َﻣ َﺜ ُﻞ َﻮُﻫَو َنآْﺮُﻘْﻟا ُأَﺮْﻘَـﻳ يِﺬﻟا ِﻓﺎَﺣ

َﻟ ٌﻆ َﻣ َﻊ ُﻪ ﺴﻟا َﻔ َﺮ ِة ْﻟا َﺮ ِما ِﻜ ْﻟا َـﺒ َﺮ َر َو َﻣ َﺜ ِة ُﻞ ﻟا َـﻳ ي ِﺬ ْﻘ َﺮ ُأ َنآْﺮُﻘْﻟا َو ُﻫ َﻮ َـﻳ َـﺘ َﻌ َﻫﺎ ُﺪ ُﻩ َو ُﻫ َﻮ َﻋ َﻠ ْﻴ ِﻪ

ِﺪ ْﻳ َﺷ ٌﺪ َـﻓ َﻠ ُﻪ َأ ْﺟ َﺮ ِنا .

٩

Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mampu menghafalnya, maka ia bersama para malaikat yang mulia lagi taat, dan perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata (dalam membaca hafalannya), yaitu merasa kesulitan, maka bagina dua pahala”. (HR.

Bukhari)

Sebagaimana dikatakan banyak ulama yang menjelaskan hadits ini – termasuk salah satunya oleh Imam An-Nawawi- bukan berarti bahwa pahala orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata itu lebih banyak dari yang mahir. Jika yang terbata-bata hanya disebutkan mendapat dua pahala, yaitu pahala membaca dan pahala kesulitannya, maka yang mahir justru diberi pahala tidak terhitung, karena kedudukan mereka bersama para malaikat. 10 Banyaknya jumlah hafalan Al-Qur’an akan menentukan tinggi dan rendahnya kedudukan seorang muslim di surga. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

ْﻞﺗَرَو ِﻖَﺗْراَو ْأَﺮْـﻗا ِنآْﺮُﻘْﻟا ِﺐِﺣﺎَﺼِﻟ ُلﺎَﻘُـﻳ َﺎﻫُأَﺮْﻘَـﺗ ٍﺔَﻳآ ِﺮِﺧآ َﺪْﻨِﻋ َﻚَﻟِﺰْﻨَﻣ نِﺈَﻓ َﺎﻴْﻧُﺪﻟا ِﰲ ُﻞﺗَﺮُـﺗ َﺖْﻨُﻛ َﺎﻤَﻛ

١١

“Akan dikatakan kepada para penghafal Al-Qur’an: ‘Bacalah, naiklah, dan bacalah dengan tartil sebagaimana dahulu di dunia engkau membaca dengan tartil, sebab kedudukanmu adalah tergantung pada ayat terakhir yang engkau baca (hafal)”. (HR. Abu Dawud)12

ا٩

أ م ،ّير ا إ ّ ير ا

، د) تو" - ،" #$ اراد: ١٤٢٣

ه ٢٠٠٢/ م ط ،( .

١ .ص ، ١٢٥٤

10 Cece Abdulwaly, 40 Alasan Anda Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Al-Kautsar, 2017), h. 91

ا١١ ا ./ ا م ،01 2343 ا 5678ا ن : دواد

دواد 0 أ ; ) ،

تو"

ن ;

< :6 ا =2> اراد : ،

١٤١٦ / ه ١٩٩٦ ( م

، .ط ١

، A4 ا

،لّو8اء ص ٤٣٣ .

12 Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani, Negeri-Negeri Penghafal Al-Qur’an, (Solo:

Al-Wafi, 2018)., h. 73

(30)

Rasulullah SAW juga telah memperingatkan umatnya agar memiliki hafalan Al-Qur’an. Beliau menjelaskan rendahnya kedudukan seorang muslim yang tidak memiliki hafalan Al-Qur’an, walau hanya beberapa ayat dan surat pendek. Rasulullah SAW bersabda:

نِإ َﻞُﺟﺮﻟا ِبِﺮَْﳋا ِﺖْﻴَـﺒْﻟﺎَﻛ ِنآْﺮُﻘْﻟا ﻦِﻣ ٌءْﻲَﺷ ِﻪِﻓْﻮَﺟ ِﰲ َﺲْﻴَﻟ يِﺬﻟا

١٣

“Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya tidak memiliki hafalan Al- Qur’an sama sekali, adalah seperti sebuah rumah yang roboh (kosong dari kebaikan). (HR. Ahmad no. 1947).14

Al-Qur’an merupakan kitab yang sangat mulia, pedoman hidup bagi umat muslim. Berdasarkan dalil-dalil di atas, Allah SWT beserta Rasul-Nya sangat menganjurkan umat muslim untuk menghafalkan kitab yang paling mulia tersebut. Karena banyaknya kebaikan dan kemuliaan yang akan didapatkan oleh para penghafal Al-Qur’an, baik di dunia maupun di akhirat.

3. Hukum Menghafal Al-Qur’an

Mayoritas ulama sependapat bahwa hukum menghafal Al-Qur’an, yakni fardhu kifayah. Artinya, apabila dalam suatu masyarakat tidak ada seorang pun yang hafal Al-Qur’an, maka berdosa semuanya. Namun, jika sudah ada maka gugurlah kewajiban dalam masyarakat tersebut.

Syaikh Nashiruddin Al-Albani pun sependapat dengan mayoritas ulama mengenai hukum menghafal Al-Qur’an. Begitu pula mengenai hukum mengajarkan Al-Qur’an. Jika di dalam suatu masyarakat tidak ada seorang pun yang mau mengajarkan Al-Qur’an, maka berdosalah satu masyarakat tersebut.

ا١٣

، ;D ّ Dأ م ;3 ا

Dأ م E

;D )، ،ة"ھ H ا IJ اراد ١٤١٦

/ه ١٩٩٥ (م

، .ط ١

،

K1 # اءA4 ا

، .ص ٤٥٩

14 Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani, op.cit., h.74

(31)

Akan tetapi perlu diketahui bahwa mengajarkan Al-Qur’an merupakan amalan yang sangat mulia.15 Berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

ُﻪَﻤﻠَﻋَو َنآْﺮُﻘْﻟا َﻢﻠَﻌَـﺗ ْﻦَﻣ ْﻢُﻛُﺮْـﻴَﺧ

١٦

“Orang yang paling baik di antara kamu adalah seorang yang belajar Al- Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)17

Salah satu yang dapat memberikan syafaat bagi kaum muslimin di hari akhir adalah Al-Qur’an. Betapa pentingnya mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an, karena di hari akhir nanti tidak ada yang dapat menolong kita, kecuali karna amalan-amalan baik kita.

4. Urgensi Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an merupakan kegiatan yang sangat mulia. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi pendorong untuk kita agar dapat menghafalkan Al-Qur’an:

a. Membaca Al-Qur’an adalah ibadah yang agung

Membaca Al-Qur’an adalah ibadah, setiap satu huruf yang dibaca akan dibalas dengan satu pahala kebaikan bagi yang membacanya.18

َﻟَو ٌفْﺮَﺣ ﱂا ُلْﻮُـﻗَأ َﻻ ﺎَِﳍﺎَﺜْﻣَأ ِﺮْﺸَﻌِﺑ ُﺔَﻨَﺴَْﳊا َو ٌﺔَﻨَﺴَﺣ ِﻪِﺑ ُﻪَﻠَـﻓ ِﷲا ِبﺎَﺘِﻛ ْﻦِﻣ ًﺎﻓْﺮَﺣ َأَﺮَـﻗ ْﻦَﻣ ٌفْﺮَﺣ ٌﻒِﻟَأ ْﻦِﻜ

َﻻَو ٌفْﺮَﺣ ٌﻢْﻴِﻣ َو ٌفْﺮَﺣ ٌم

١٩

.

15Rofiul Wahyudi dan Ridhoul Wahidi, Sukses Menghafal Al-Qur’an Meski Sibuk Kuliah, (Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016), Cet.1, h . 14

ا١٦

م أ ،ّير ا إ ّ ير ا

) ، - د تو"

،" #$ اراد: ١٤٢٣

/ه ٢٠٠٢ (م ،

.ط ١ .ص،

١٢٨٤

17 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits 2; Shahih al- Bukhari 2, Terj. dari Shahih Al-Bukhari oleh Subhan Abdullah, dkk. (Jakarta: Al-Mahira, 2012), h.

319

18 Tanzil Khaerul Akbar dan Ardi Gunawan, Menghafal Al-Qur’an dengan Otak Kanan, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2018), h. 28

و ا١٩ ،هروَ ن س ن دّ س

يذ ر ا ن ا ا

) ، ن نود ،ر نود:

١٣٩٨ /ه ١٩٧٨ م

،( ط ٢ .

، ص ،ل ّو)ا ءز ا ١٧٥ .

(32)

“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya. Aku tidak mengatakan ‘Alif Lam Mim’ satu huruf, melainkan ‘Alif’ satu huruf, ‘Lam’ satu huruf, dan ‘Mim’ satu huruf”.

(HR. At-Tirmidzi)20

Inilah salah satu keutamaan yang akan didapatkan oleh seorang penghafal Al-Qur’an. Apabila membaca 1 huruf dari Al-Qur’an akan mendapatkan 10 kebaikan. Maka tiada terkira kebaikan yang akan didapatkan oleh seorang penghafal Al-Qur’an, yang berulang kali mengulang ayat-ayat Al-Qur’an, sampai benar-benar dihafal, dan setelah hafal, setiap harinya penghafal Al-Qur’an akan terus muroja’ah untuk menjaga hafalannya.

b. Modal utama dalam berdakwah

Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam. ia menjadi rujukan yang paling pertama dalam berbagai persoalan hidup umat Islam, bahkan menjadi petunjuk umat manusia ke jalan yang Allah ridhoi.

Berdakwah merupakan suatu usaha untuk menyeru atau mengajak orang lain kepada kebaikan, dan mencegah dari kemunkaran. Berdasarkan pedoman hidup umat muslim yakni Al-Qur’an. Umat muslim butuh untuk mendengarkan dakwah untuk me-recharge kembali imannya yang sudah melemah dan untuk menjemput hidayah.

Menurut para ulama, hidayah ada 2 macam yaitu: Hidayah taufik yang ada di tangan Allah dan Hidayah al irsyad wal bayan, yaitu dakwah yang menjadi tugas para nabi, rasul dan juga kita. Al-Qur’an adalah sumber dari hidayah ini, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Isra ayat 9:

20 Cece Abdulwaly, 40 Alasan Anda Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Al-Kautsar, 2017), h. 29

(33)

#x‹≈yδ βÎ) tβ#uöà)ø9$#

“ωöκu‰

ÉL¯=Ï9 š†Ïφ ãΠuθø%r&

çŽÅe³u;ãƒuρ tÏΖÏΒ÷σßϑø9$#

tÏ%©!$#

tβθè=yϑ÷ètƒ

ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$#

¨βr&

öΝçλm;

# \ô_r&

# ZŽÎ6x.

∩∪

Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”.21

Berdakwah merupakan kewajiban bersama. Siapapun wajib menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. Namun, untuk dapat berdakwah di hadapan orang lain, tentunya kita harus terlebih dahulu memahami apa yang kita dakwahkan, dalam hal ini salah satunya adalah Al-Qur’an yang menjadi sumbernya.

Banyak hal yang sebenarnya perlu diperhatikan oleh para dai terkait Al-Qur’an. Ada banyak hal penting yang sekaligus menunjukkan pentingnya Al-Qur’an untuk dihafal oleh seorang pendakwah. Di antaranya adalah perlu kehati-hatian ketika mengutip ayat-ayat Al-Qur’an.

Ketika berdakwah, jangan sampai terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam mengutip ayat Al-Qur’an. Mengingat Al-Qur’an adalah Kalamullah, ia adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT. Maka, jangan sampai kita malah berdosa karena salah mengutip, salah menulis, atau salah mengeja ketika berdakwah, baik lewat lisan maupun tulisan.22

Dengan memiliki hafalan Al-Qur’an, maka akan lebih mudah bagi seorang muslim untuk menyampaikan dan mengajak orang lain kepada kebaikan, berdasarkan ayat Al-Qur’an yang sudah dihafal. Dan juga dapat lebih mudah menyampaikan solusi-solusi atas suatu permasalahan yang ia ataupun orang lain sedang hadapi, berdasarkan kandungan dari ayat-ayat suci Al-Qur’an.

21 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al Huda: 2005), h. 284

22Cece Abdulwaly, Op.cit., h. 120

(34)

c. Menjaga keotentikan Al-Qur’an

Salah satu keistimewaan Al-Qur’an adalah keotentikannya terjaga. Al- Qur’an yang ada pada kita sekarang ini benar-benar terpelihara kemurniannya, tanpa ada perubahan, penambahan atau pengurangan sedikit pun. Sebagaimana Firman Allah SWT:

$ ¯ΡÎ) ßøtwΥ

$uΖø9¨“tΡ tø.Ïe%!$#

$ ¯ΡÎ)uρ

…çµs9 tβθÝàÏ ≈ptm:

∩∪

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al-Hijr: 9)23

Salah satu hal yang mendukung kesucian dan terpeliharanya kemurnian Al-Qur’an adalah adanya beberapa Negara Islam dan Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. di Negara-negara tersebut terdapat pusat-pusat studi Al-Qur’an, yang mempelajari dan mengkaji Al- Qur’an. Di Indonesia sendiri ada lembaga pentashih Al-Qur’an yang ditetapkan berdasarkan keputusan menteri Agama RI No. 37 tahun 1957.24 Selain itu, banyak kaum muslimin yang menghafalkan Al-Qur’an di dalam dada-dada mereka, sehingga tidak mudah bagi para penyeru kesesatan dan musuh-musuh Islam untuk menyelipkan pemikiran mereka lewat Al- Qur’an atau mengubahnya untuk menyesatkan umat Islam. 25

d. Menjadi tadabur dan tafakur

Salah satu tujuan diturunkannya Al-Qur’an tiada lain adalah agar ayat- ayatnya dapat kita tadabburi, kita hayati dan kita renungi setiap kandungannya.

23 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al Huda: 2005), h. 263

24 Abuddin Nata, Al-Qur’an Hadits dan Hadits, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), Cet. 7, h. 66

25 Ibid., h. 30

(35)

Mentadabburi Al-Qur’an sendiri- sebagaimana diungkapkan oleh Imam As-Suyuthi di dalam Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an- artinya memfokuskan hati untuk memikirkan makna ayat Al-Qur’an yang dilafalkan dengan lisan, sehingga dapat dimengerti maknanya, merenungkan perintah dan larangan yang terdapat di Al-Qur’an, dan meyakini serta menerimanya.26

Dengan menghafalkan Al-Qur’an, paling tidak, seseorang bisa lebih mudah dan lebih sering bertadabur dan bertafakur, yaitu merenungkan isi Al-Qur’an untuk mengoreksi keadaan dirinya apakah sudah sesuai dengannya ataukah belum dan juga memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah.27 Allah Ta’ala berfirman dalam surah Muhammad ayat 24:

ŸŸξsùr&

tβρã−/y‰tGtƒ šχ#uöà)ø9$#

ôΘr&

4’n?tã A>θè=è%

!$yγä9$x ø%r&

∩⊄⊆∪

“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”.28

Pada dasarnya Al-Qur’an ini memang untuk direnungkan. Sementara hafalan adalah sarana untuk bisa merenungkannya serta menjadi wirid (zikir) setiap hamba yang beriman.29

e. Mengobati

Setiap manusia pasti tidak luput dari suatu penyakit, apalagi penyakit jasmani, dari mulai penyakit yang ringan hingga penyakit yang berat. Tak sedikit pula yang meregang nyawa karena penyakit yang dideritanya walaupun memang hakikatnya telah tiba ajalnya. Ketika ditimpa penyakit, pasti yang pertama kali dilakukan adalah mencari obatnya.30

26Cece Abdulwaly, 40 Alasan Anda Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Al-Kautsar, 2017), h. 139

27 Abuddin Nata, op.cit., h.31

28 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al Huda: 2005), h. 510

29 Salafuddin, Ngaji Metal (Metode Talqin), (Jakarta: Wali Pustaka, 2018), h. 41

30 Cece Abdulwaly, 40 Alasan Anda Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Al-Kautsar, 2017),

(36)

Rasulullah SAW sendiri pernah mengatakan:

اَذِﺈَﻓ ٌءاَوَد ٍءاَد ﻞُﻜِﻟ ﻞَﺟ َو ﺰَﻋ ِﷲا ِنْذِﺈِﺑ َأَﺮَـﺑ ِءاﺪﻟا ُءاَوَد َﺐْﻴِﺻُأ

“Setiap penyakit pasti ada obatnya. Jika suatu obat sesuai dengan penyakitnya, maka ia akan sembuh dengan seizin Allah.” (HR. Muslim)

Maka sebagai seorang muslim, ketika ditimpa suatu penyakit, kita harus berikhtiar untuk dapat menyembuhkan penyakit tersebut dengan mencari obatnya. Namun yang Maha menyembuhkan hanyalah Allah SWT, obat yang kita konsumsi hanya sebagai perantara.

Di samping penyakit jasmani yang menimpa tubuh manusia, ada juga penyakit ruhani yang bisa saja menimpa batin seseorang. Penyakit ini sebagaimana dikemukakan oleh Fakhruddin Ar-Razi di dalam Mafatih Al- Ghaib yang dikutip oleh Cece Abdulwaly- terbagi menjadi dua macam;

penyakit yang menimpa aqidah dan penyakit yang menimpa akhlak.

Penyakit yang menimpa aqidah adalah penyakit yang berupa kepercayan yang batil dan menjadi penyakit yang paling berbahaya bagi seorang manusia. Adapun penyakit yang menimpa akhlak adalah penyakit yang menjadi sesbab rusaknya kepribadian dan perilaku seseorang.31

Al-Qur’an adalah obat bagi penyakit hati dan penyakit jasmani. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Isra ayat 82:

ãΑÍi”t∴çΡuρ zÏΒ Èβ#uöà)ø9$#

uθèδ $tΒ Ö!$x Ï©

×πuΗ÷qu‘uρ tÏΖÏΒ÷σßϑù=Ïj9   Ÿωuρ

߉ƒÌ“tƒ tÏϑÎ=≈©à9$#

āωÎ)

# Y‘$|¡yz

∩∇⊄∪

h. 94

31 Ibid., h. 95

(37)

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”32

Karena seorang penghafal Al-Qur’an senantiasa berada dalam lingkungan zikrullah dan selalu dalam kondisi keinsafan yang meningkat, maka ia selalu mendapat peringatan dari ayat-ayat yang dibacanya.33

5. Niat Menghafal Al-Qur’an

Niat merupakan maksud atau tujuan seseorang melakukan suatu perbuatan.

Sebagai seorang muslim, segala sesuatu yang kita lakukan di dunia, kelak akan dipertanggung jawabkan. Jika kita melakukan sesuatu hanya untuk mendapatkan keuntungan duniawi, maka hanya itu yang kita dapatkan. Tetapi akan berbeda jika kita melibatkan Allah dalam suatu perbuatan, maka Allah akan senang dengan kita dan memberikan yang lebih sempurna dari yang kita harapkan . Sebagaimana Hadits Rasulullah SAW:

ِﺮْﻣا ﻞُﻜِﻟ ﺎَﳕِإ َو ِتﺎﻴـﻨﻟﺎِﺑ ُلﺎَﻤْﻋَْﻷا ﺎَﳕِإ ﺎَﻬُﺤِﻜْﻨَـﻳ ٍةَأَﺮْﻣا َﱃِإ ْوَأ ﺎَﻬُـﺒْﻴِﺼُﻳ ﺎَﻴْـﻧُد َﱃِإ ُﻪُﺗَﺮْﺠِﻫ ْﺖَﻧ ﺎَﻛ ْﻦَﻤَﻓ ىَﻮَـﻧ ﺎَﻣ ٍءى

َﺟﺎَﻫ ﺎَﻣ َﱃِإ ُﻪُﺗَﺮْﺠِﻬَﻓ َﺮ ِإ

َﻟ ْﻴ ِﻪ

٣٤

“Semua perbuatan tergantung niatnya, dan balasan bagi tiap-tiap orang tergantung apa yang diniatkan. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya pada apa yang diniatkan”. (HR. Bukhari)

Para penghafal Al-Qur’an harus memurnikan niat dan tujuannya hanya karena Allah SWT, untuk meraih ridhho-Nya, bukan karena maksud-maksud duniawi. Dalam menghafal Al-Qur’an, jangan ada maksud untuk mendapatkan

32 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al Huda: 2005), h. 291

33 Ahsin W Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 36

ا٣٤

أ م ،ّير ا إ ّ ير ا

) ، - د تو"

،" #$ اراد: ١٤٢٣

/ه ٢٠٠٢ (م ،

ط ١ .

، ص ٧ .

(38)

kedudukan duniawi dan status sosial di masyarakat.35 Baik berupa harta, jabatan, kedudukan yang tinggi, sanjungan manusia atau semacamnya.36 Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:

َْﱂ ﺎﻴﻧ ﺪﻟا َﻦِﻣ ًﺎﺿَﺮَﻋ ِﻪِﺑ َﺐْﻴِﺼُﻴِﻟ ﻻِإ ُﻪُﻤﻠَﻌَـﺘَـﻳ َﻻ ِﷲا ُﻪْﺟَو ِﻪِﺑ ﻰَﻐَـﺘْﺒُـﻳ ﺎ ِﳑ ًﺎﻤْﻠِﻋ َﻢﻠَﻌَـﺗ ْﻦَﻣ ِﺔﻨَﳉا َفْﺮَﻋ ْﺪَِﳚ

ِﺔَﻣَﺎﻴِﻘﻟا َمْﻮَـﻳ

٣٧

“Barang siapa mempelajari ilmu yang dijadikan sarana untuk mencari keridhaan Allah, lalu dia mempelajarinya semata-mata untuk mencari keuntungan duniawi, maka dia tidak akan mendapatkan aroma surga pada hari kiamat”. (HR. Abu Dawud)38

Berdasarkan penjelasan di atas, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh seorang penghafal Al-Qur’an adalah meniatkan aktivitasnya ini semata-mata untuk mencari keridhaan Allah SWT. Bukan untuk urusan duniawi, bahkan Rasulullah SAW sudah mengingatkan ancaman bagi orang yang lalai meluruskan niatnya.

6. Metode dan Media Menghafal Al-Qur’an

Metode merupakan satu hal yang sangat penting dalam proses menghafal Al-Qur’an. Penggunaan metode yang efisien akan dapat membantu dan memudahkan proses menghafal. Faktor pendukung lain dalam menghafal Al- Qur’an adalah pemanfaatan media. Dengan memanfaatkan media yang ada secara konsisten, akan dapat membantu menguatkan hafalan. Berikut ini adalah beberapa metode dan media yang dapat digunakan dalam menghafal Al-Qur’an:

35 Salafuddin, Ngaji Metal (Metode Talqin), (Jakarta: Wali Pustaka, 2018), h. 188

36 Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, At-Tibyan Adab Penghafal Al- Qur’an, Terj. dari At-Tibyanu fi Adabi Hamalatil Qur’ani oleh Umniyyati Sayyidatul Hauro, dkk, (Sukoharjo: Al-Qowam, 2005), h.27

ا٣٧

م ا ./ ا ،01 2343 ا 5678ا ن : دواد

دواد 0 أ ; ) ،

تو"

ن ;

< :6 ا =2> اراد : ،

١٤١٦ / ه ١٩٩٦ ( م

، .ط ١

، A4 ا

،لّو8اء .ص ٥٢٨

38 Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Azdi as-Sijistani, Ensiklopedia Hadits 5; Sunan Abu Dawud, Terj. dari Sunan Abu Dawud oleh Muhammad Ghazali, dkk, (Jakarta: Al-Mahira, 2013), h. 772

(39)

a. Metode

Ada beberapa metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur’an, dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan dalam menghafal Al-Qur’an. Berikut ini metode menghafal Al-Qur’an menurut Ahsin W. Al-Hafidz:

1) Metode Wahdah

Menghafal satu per satu ayat yang hendak dihafal. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka. Selanjutnya membaca dan mengulang- ulang lembar tersebut hingga benar-benar lisan mampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut dengan alami.39

2) Metode kitabah

Kitabah artinya menulis. Pada metode ini, terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas. Kemudian ayat- ayat tersebut dibaca sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya. Menghafalnya bisa dengan metode wahdah, atau dengan berkali-kali menuliskannya sehingga dapat sambil memperhatikan dan sambil menghafalkannya dalam hati.

3) Metode Sima’i

Sima’i artinya mendengar. Maksudnya ialah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkan. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak di bawah umur.40

39 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), Cet. 3, h. 63

40 Ibid., h. 64

Gambar

Tabel 3.1  Kisi-Kisi Observasi
Tabel 3.4  Kisi-Kisi Angket
Tabel 4.12  Motivasi siswa
Tabel 4.16  Hasil Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Untuk golongan berpenghasilan teratas (golongan dengan penghasilan per bulan di atas Rp. 10 Juta), persentase responden yang memiliki masalah dengan ketidakmampuan membayar

Bahwa partai- partai politik yang dibentuk di Indonesia belum bisa lepas dari politik aliran yang menunjukkan tingginya pluralitas spektrum ideologi dan kultur

(KBRKN : 70) Pada contoh kalimat (1) dan (3) verba deru dan verba keluar, sama-sama dapat menyatakan makna pergerakan berpindah dari dalam ke luar, sehingga saat diterjemahkan

Karena fungsinya sebagai bahan aktif maka ABS mutlak ada pada pembuatan Karena fungsinya sebagai bahan aktif maka ABS mutlak ada pada pembuatan sabun colek (detergen).. Tanpa bahan

Metode pengelasan yang digunakan dalam pembuatan exhaust pipe adalah proses pengelasan GMAW dengan kawat las Ø 0.8 mm, material untuk pipa menggunkan STKM 11 A dan

Kemudian direaksikan dengan sumber eksterna berupa lampu katoda (sesuai dengan unsur yang akan ditentukan) sehingga atom-atom pada keadaan dasar membutuhkan energi

Isu tentang keagamaan memang lebih banyak berkaitan dengan simbolisasi yang mengarah kepada relasi sosial, yaitu terwujudnya kerukunan di antara umat beragama (M. Ridwan

Sedangkan pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran PPKn terhadap penguasaan kompetensi kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 5