• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MAKNA PAPPASANG DALAM SINRILIK BOSI TIMURUNG DI LINGKUNGAN MASYARAKAT GALESONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS MAKNA PAPPASANG DALAM SINRILIK BOSI TIMURUNG DI LINGKUNGAN MASYARAKAT GALESONG"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MAKNA PAPPASANG DALAM SINRILIK BOSI TIMURUNG DI LINGKUNGAN MASYARAKAT GALESONG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh M.Yusuf Larigau NIM 105331104716

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

(8)

viii

(9)

ix SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : M. Yusuf Larigau

NIM : 105331104716

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Studi : Strata Satu (S1)

Judul Skripsi : Analisis Makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung di Lingkungan Masyarakat Galesong Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapa pun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, April 2021 Yang Membuat Pernyataan

M. Yusuf Larigau

(10)

x SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : M.yusuf larigau

NIM : 105331104716

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Studi : Strata Satu (S1)

Judul Skripsi : Analisis Makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung di Lingkungan Masyarakat Galesong Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai skipsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapa pun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsiini 4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, April 2021 Yang Membuat Perjanjian

M.yusuf larigau

iv

(11)

xi MOTTO

Ilmu yang baik adalah ilmu yang diamalkan. Bukan ilmu yang susah payah dicapai hanya untuk dibanggakan. Serta pribadi yang baik adalah pribadi yang

memiliki arti dan bermanfaat untuk pribadi lainnya.

Setiap orang hanya diberikan satu kesempatan hidup.

Satu kesempatan itu adalah sebaik-baiknya kesempatan.

Hanya orang bodoh yang membuang-buang kesempatan pertama karena berpikir adanya kesempatan kedua.

Before something great happens, everything falls apart.

v

(12)

xii PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil‟ Alamin

Rasa penuh syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah Subhana wata‟ala, Rasulullah Muhammad Shalallahu „alaihi wasallam.

Kupersembahkan skripsi ini sebagai wujud rasa syukur dan terima kasihku keapada Ayahanda dan Ibunda serta Saudara-saudari kandungku tercinta. Untuk orang-orang yang berjasa selama perjalanan studiku, Nenek dan Kakekku, Paman dan Bibiku, serta

Saudara-saudari sepupuku, sahabt, dan teman-teman yang selalu menemani disetiap langkah dalam hidupku.

Untuk Guru-guru selama di bangku sekolah dan Dosen yang memegang peran penting dalam perubahan hidupku selama di perguruan tinggi.

Serta untuk orang yang pernah hadir disetiap perjalanan hidupku.

Terima kasih karena hadirnya kalian membuat hidupku lebih berharga.

vi

(13)

xiii ABSTRAK

M.YUSUF LARIGAU.2021. “Analisis Makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung di Lingkungan Masyarakat Galesong”.Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.Pembimbing I Tjoddin SB. dan Pembimbing II Asis Nojeng.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung di Lingkungan Masyarakat Galesong.

Penelitian ini bersifat deskrptif kualitatif.data penelitian ini adalah data tertulis berupa kutipan dari kalimat yang mengandung makna Pappasangdalam Sinrilik Bosi Timurung.Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan penelitian pustaka library research, yaitu mengumpulkan data dari referensi yang dianggap relevan dengan orientasi penelitian.

Hasil penelitian menunjukan bahwa analisis makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung di Lingkungan Masyarakat Galesong, menunjukan bahwa Terdapat 6 jenis kutipan yang mengandung makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung.pada halaman 208,210,211,213,214, dan 218.

Kata Kunci: Analisis Makna Pappasang, Sinrilik

vii

(14)

xiv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Serta tidak lupa pula salawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad Saw. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S-1 pada jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Begitu banyak pengalaman-pengalaman yang menjadi sebuah pelajaran bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini.Tidak sedikit kendala dan hambatan yang penulis hadapi, namun berkat ketabahan, kesabaran, dan keikhlasan serta kemauan dan kerja keras disertai bantuan dan do‟a dari berbagai pihak yang memberikan dukungan baik moril maupun material sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

Kedua orang tua, bapak Larigau dan ibu Hamsinah yang sangat berjasa dalam hidup saya, yang selalu memberi apapun yang anaknya inginkan.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasi kepada Drs.Tjoddin SB,M.Pd pembimbing I yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberi waktu serta ilmu pengetahuan dengan penuh kebijaksanaan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya kepada Dr. Asis Nojeng, M.Pd pembimbing II yang telah membimbing penulisdengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberi waktu serta ilmu

ii

iii

viii

(15)

pengetahuan dengan penuh kebijaksanaan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasi kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Prof Dr. H. Ambo Asse, M Ag yang memberikan fasilitas kepada penulis sehingga terlaksana sesuai dengan kehendak penulis.

Selanjutnya kepada Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

memberikan izin dalam melaksanakan penelitian. Selanjutnya kepada Dr.Munirah, M.Pd, sebagai ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga saran dan kritik pembaca tetap kami butuhkan.Semoga skripsi ini memberikan manfaat baik bagi para pembaca maupun bagi penulis secara pribadi.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Makassar, April 2021

Penulis

ix

(16)

xvi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………….………....i

PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

PENGESAHAN SKRIPSI...iii

SURAT PERNYATAAN ...iv

MOTTO...v

PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian pustaka...……….………..6

1. Penelitian relevan ……...………....6

2. Pengertian sastra.. ………...………..…8

3. Sastra Makassar ….……….11

4. Makna Pappasang………..………..23

5. Semantik………..25

B. KerangkaPikir………...28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….30

B. Desain Penelitian…….……….31

C. Fokus Penelitian ………...………...31

x

(17)

D. Definisi Istilah………..………...32

E. Data dan Sumber data……….….…32

F. Teknik Pengumpulan Data………..…33

G. Teknik Analisis Data………...……33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ...37

B. Pembahasan ...45

C. Temuan...57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...59

B. Saran ...60 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN KORPUS DATA

FOTO BUKU

v

xi

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Karya sastra pada hakikatnya merupakan replika kehidupan nyata,segala hal yang diceritakan dalam sebuah karya sastra tidak lepas dari aktivitas kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karya sastra juga berfungsi sebagai kritik sosial walaupun berbentuk fiksi, misalnya cerpen, novel, drama, persoalan yang disodorkan oleh pengarang tidak lepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Hanya saja dalam penyampaian pengarang sering mengemasnya dengan Gaya berbeda-beda dan syarat pesan moral bagi kehidupan manusia.

Sastra berkaitan dengan manusia dan kehidupannya,manusia menghidupi sastra dan kehidupannya sastra adalah kehidupan manusia.Kekuatan sastra yang dahsyat mampu mengubah moralitas dan karakter manusia kedalam persepsi kehidupan yang berbeda.Menurut Rahman(2017:1) “Sastra daerah merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa yangmengandung nilai penting,karena melalui sastra daerah dapat dilestarikan beraneka ragam budaya daerah yang ada”.

Keberadaan kebudayaan nasional yang bercorak Bhineka Tunggal Ika mustahil dapat terwujud tanpa landasananeka bahasa dan sastra daerah sebagai wahana penyanggah kebudayaan nasional.Salah satu sastra daerah di Indonesia yang sampai sekarang ini masih dibina dan dipelihara oleh masyarakat pendukungnya adalah sastra daerah Makassar.

iv

(19)

Pada kedudukannya sebagai salah satu sastra daerah di Indonesia, sastra Makassar masih memegang peranan penting dalam berbagai kegiatan dalam masyarakat di Sulawesi Selatan, khususnya terhadap suku Makassar.

Menurut Widyanti(2017:2) “Sinrilik juga merupakan salah satu karya sastra daerah Makassar yang berupa nyanyian yang perlu dikaji dalam usaha pelestarian karya sastra, khususnya sastra lisan Suku-Makassar”. Sinrilik dipandang penting untuk dibahas karena merupakan suatu bentuk sastra yang hidup dalam masyarakat Makassar.Penelitian tentang Sinrilik sepanjang yang diketahui, belum dilaksanakan secara menyeluruh.

Sejauh ini penelitian tentang Sinrilik hanya membahas secara umum mengenai sinrilik itu sendiri, belum ada peneliti yang meneliti secara khusus mengenai Sinrilik Bosi Timurung.Jika dirunut ke belakang, dalam Widyanti (2017: 5) orang pertama yang membicarakan Sinrilikadalah B.F. Matthes dalam buku Makassaarsche Chrestomathie(1860).Pada buku tersebut, Matthes membicarakan hal-hal mengenai kesusastraan Makassar dan jenis-jenisnya dengan melakukan transkripsi dan terjemahan ke dalam bahasa Belanda. Buku Matthes tersebut menjadi sumber rujukan pada beberapa penelitian selanjutnya.Bahkan, buku ini pun menjadi sumber belajar bagi Pasinrilikyang beraksara.

Sekolah merupakan salah satu sarana yang sangat berperan penting dalam mengajarkan kesusastraan Makassar karena di sekolah adalah tempat dimana berkumpulnya generasi muda,

Sedangakan keluarga juga memiliki peran penting dalam mengajarkan serta mempertahankan suatu budaya.Selanjutnya, keluarga orangtualah yang

(20)

Berperan penting dalam mengajarkan anak keturunannya tentang budayanya sendiri yang kelak harus dia jaga dan lestarikan, serta mereka harus tahu apa saja yang dimaksud Sinrilik dan aspek-aspek apa saja yang terkandung dalam Sinrilik tersebut.

Adapun aspek dalam Sinrilik Bosi Timurung salahsatunya Pappasang ataupesan serta amanat yang disampaikan atau diungkapkan kepada khalayak umum pada saat acara tertentu.Namunpada saat ini Sinrilik kurang diminati kaum muda sehingga jarang dijumpai dimasyarakat karena keberadaanya kurang diketahui. Tujuan peneliti meneliti Sinrilik Bosi Timurung ini agar peneliti dapat membuat masyarakat yang ada di Desa Pa‟lalakkang ini khususnya remaja-remaja yang kelak akan menjadi penerus bisa sadar akan budayanya yang harus di jaga dan dilestarikan, jangan hanya petuah-petuah saja yang dapat membaca teks Sinrilik Bosi Timurung ini, akan tetapi remaja-remaja yang ada di Desa Pa‟lalakang ini juga bisa mempelajari dan membaca teks Sinrilik tersebut agar budaya kita akan tetap terjaga.

Adapun alasan memilih judul “Analisis Makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung dilingkungan masyarakat Galesong”, karena peneliti ingin mengkaji dan meneliti sesuatu yang bersangkutan dengan budaya atau kebudayaan, serta bertujuan untuk mempertahankan sastra klasik ini yang hampir jarang diteliti oleh mahasiswa untuk dijadikan sebuah penelitian. Peneliti juga ingin mempertahankan budaya yang sejak dulu ada di tempat peneliti lahir dan dibesarkan karena keadanSinrilik sekarang ini sudah jarang ditemui dan hampir tidak diketahui keberadannya oleh masyarakat setempat khusunyaremaja-remaja

(21)

yangadadiDesa Pa‟lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.Tidak banyak remaja yang tau apa itu Sinrilik Bosi Timurung, jangankan namanya, bentuk serta isinya saja mereka tidak tahu sama sekali tentang apa yang dikatakan Sinrilik Bosi Timurung ini, padahal Sinrilik ini yang harus dijaga serta dipertahankan oleh remaja-remaja yang akan menjadi generasi penerus. Sinrilik ini termasuk dalam sastra Makassar yang bersifat kebudayaan, sastra Makassar perlu dijaga dan dibina.Untuk mencapai hal itu, harus ada pemeliharaan dan pembinaan dari seluruh kalangan masyarakat khususnya di lingkup sekolah dan keluarga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diungkapkan, maka yang menjadi rumusan masalah yaitu; Bagaimanakah makna pappasangdalamSinrilikBosiTimurungdi lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkanrumusanmasalah yang dikemukakan,secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna PappasangdalamSinrilik BosiTimurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.

(22)

1. Manfaat Teoretis

a. Manfaat teoretis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah menambah khazana ilmu pengetahuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya disastra klasik,

b. Sebagai tambahan arsip untuk perpustakaan dan digunakan sebagai referensi pada pembelajaran sastra,

c. Memperkenalkan salah satu genre sastra lisan Makassar untuk meningkatkan apresiasi, pemahaman, penghayatan terhadap sastra daerah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian tentangBudaya Sinrilik dan makna Pappasang yang terkandung didalamnya, ini diharapkan dapat membantu pembaca, baik mahasiswa maupun masyarakat umum, terutama mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan Sinrilik dimasyarakat Galesong Kabupaten Takalar.

(23)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka memiliki kedudukan yang sangat penting dalam sebuah penilitian.Kajian pustaka juga dapat dikatakan sebagai variable yang menentukan dalam suatu peenelitian karena akan menentukan arah dari segi tujuan dan hasil penelitian.Disamping itu, kajian pustaka juga berfungsi memberikan landasanteori tentang mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan dalam kaitannya dengan kerangka pengetahuan.

MenurutRahim (2018:1) Tujuan utama kajian pustaka adalah untuk menyusun hasil penemuan-penemuan peneliti yang pernah dilakukan. Hal ini sangat penting kerena pembaca akan dapat memahami mengapa masalah atau tema tersebut diangkat dalam penelitiannya. Kajian pustaka dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana masalah tersebut dapat dikaitkan dengan hasil penelitian ke pengetahuan yang lebih luas. Oleh karena itu, kajian pustaka dapat dimaknai berupa ringkasan atau rangkuman serta teori yang telah ditemukan dari bacaan yang ada kaitannya dengan tema yang akan diangkat dalam penelitian.

1. Penelitian Relevan

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh widyanti saputri (2017) yang berjudul “nilai moral dalam Sinrilik BosiTimurung karyah Salmah Djirong”

dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai moral yang terdapat dalam teksSinrilikBosiTimurungkaryaSalmahDjarongaadalah nilai moral yang menyangkut hubungan manusia dengan diri sendiri (nilai moral rela berkorban,

(24)

nilai moral kesetiaan, nilai moral kejujuran, dan nilai moral baik budi pekerti), nilai moral yang menyangkut hubungan manusia dengan manusia yang lain dalam lingkup sosial (nilai moralsuka mendoakan orang lain dan nilai moral kasih sayang) dan yang terakhir nilai moral yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya (nilai moral berserah diri hanya kepada Tuhan (tawakkal)).

Kedua,penelitian dari Lewa (2015) berjudul “Sinrilik Kappalak Tallumbatua: suntingan teks, nilai-nilai, fungsi, dan resepsinya”. Hasil penelitian terhadap nilai-nilai, fungsi, dan resepsi SKT memperlihatkan bahwa Sinrilik tersebut digunakan sebagai alat untuk melegetimasi dan menyatukan budaya, suku, raja dan kerajaan serta kekuasaan yang telah menempatkan tokoh Sultan Hasanuddin dan Arung Palakka dengan kharismanya masing-masing sebagai tokoh dan pahlawan dalam pikiran masyarakat Makassar. Kata Kunci: Sinrilik, nilai-nilai, fungsi, dan resepsi.

Ketiga,penelitian dari Rahim (2018) dengan judul “Nilai-Nilai Sosial dalam Sinrilik Kappalak Tallumbatua: penelitiannya merujuk pada nilai-nilai sosial yang ada dalam sinrilik kappalak tallumbatua”.Perbedaan dari penelitian ini merajuk pada nilai analisisnya.

Pada penelitian ini, “Analisis Makna Pappasang dalam Sinrilik BosiTimurung di lingkungan masyarakat Galesong” peneliti akan meneliti sebuah teks Sinrilik BosiTimurung dengan menggunakan teori semantik, dan akan meneliti di Desa Pa‟lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, dengan demikian kehadiran penelitian yang dilakukan ini amat diperlukan guna menjawab problematika kebudayaan yang telah dikemukakan dan diharapkan

(25)

dapat menambah kajian yang telah ada sebelumnya, serta bertujuan mempertahan sebuah warisan budaya yang ada di Desa Pa‟lalakkang, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.

2. Pengertian Sastra

Sastra berasal dari kata sas (ajaran) dan tra(alat).Sastra adalah alat untuk memberikan ajaran filsafat hidup.EndraSwara (dalamYusniar, 2019:12).Membaca karya sastra berarti ibaratkan berusaha menyelami diri pengarang (sastrawan).Hal ini, tentu bergantungpada kemampuan mengartikan makna kalimat serta ungkapan dalam karya sastra itu sendiri.Mesti menempatkan diri sebagai sastrawan yang menciptakan karya sastra tersebut.Jadi, dituntut adanya hubungan timbal balik antara seorang pencipta dan penikmatnya.

Esten (dalam Haslinda, 2019: 19) Mengemukakan bahwa sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Sastra menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Edisi V (2016) adalah “bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari)”.Sedangkan karya sastra berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan carayang khas.

Menurut Sumarjo (dalam Solichah, 2019:7) Sastra merupakan produk masyarakat, karena sastra berada ditengah-tengah masyarakat dan dibentuk oleh

(26)

anggota-anggota masyarakat yang berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dari masyarakat, jelas bahwa sastra bisa dipelajari berdasarkan disiplin ilmu sosial juga.Hal senada dengan pendapat dari Wahyudi (dalam Annisha, 2019:2) yang memandang sastra sebagai suatu karya yang hadir sebagai hasil aktivitas manusia yang hidup derkat ditengah-tengah masyarakat dengan berbagai persoalan hidup serta perjuangan yang dilakukan dalam menghadapi persoalan hidupnya.Semakin kuat dan besar perjuangan yang dilakukannya, maka semakin besar kemampuannya dalam menghadapi serta menanggapi segala sesuatu.

Manurut Rimang (dalam Rahim, 2018:3), “Ilmu sastra merupakan ilmu yang secara khusus mempelajari teks-teks sastra secara sistematis sesuai dengan fungsi-fungsinya didalam masyarakat”.Karya sastra yang diciptakan tersebut dipakai sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan, pikiran gagasan, serta kepercayaan terdahulu. Oleh sebab itu, melalui sastra lisan Makassar dalam hal ini (Sinrilik) dapat dijajaki dan dipelajari sejumlah aspek kehidupan masyarakat Makassar yang selama ini membentuk, perilaku, nilai, pikiran, serta penghayatan terhadap nilai-nilai, yang pernah hidup dalam masyarakat tersebut, dianggap sebagai modal utama untuk melihat relevansi antara produk masa lampau, masa kini, dan masa depan. Soeratno (dalam Rahim, 2018:3).

Menurut Plato (dalam Nurfadillah, 2019:11). Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis).Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan.Endraswara (dlam Nurfadillah, 2019:12),“sastra merupakan guru efektif bagi penelusuran kehidupan social”.Keserakahan hidup dapat disaring lewat sastra.Pandangan

(27)

Burke (dalam Endraswara, 2013:126), kiranya dapat menguatkan pemahaman sastra sebagai wahana kehidupan.Tentu saja yang dimaksud kehidupan, tidak sekedar kehidupan lahiriah, melainkan yang paling penting adalah kebuTuhan batinia. Sastra akanmenjadi wahana pembangun batin, ikut menata kehidupa dan memperjuangkan suasana social.

Menurut Sumardjo(dalam Rahim, 2018:13), menyatakan bahwa “sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatau bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa”. Sehingga sastra memiliki unsur- unsur berupa pikiran, pengalaman, ide, perasaan, kepercayaan (keyakinan), ekspresi atau ungkapan, bentuk dan bahasa.

Sastra merupakan bagian dari kebudayaan.Bila dikaji kebudayaan, kita dapat melihatnya sebagai suatu yang statis yang tidak pernah berubah, tetapi merupakan yang dinamis yang selalu berubah.Keadaan karya sastra yang disajikan seseorang pengarang ditengah-tengah masyarakat menjadi suatu yang sangat diharapkan.

Karya sastra yang kritis dan imajinatif, menjadi semacam rujukan atau jawaban atas persoalan dalam kehidupan, disamping kitab suci agama.Jawaban yang disuguhkan sastra memiliki dua sisi yang saling melengkapi, yaitu kebenaran yang merupakan kata kunci dalam pengetahuan (sains) dan keindahan yang merupakan unsur sastra sendiri.

(28)

3. Sastra Makassar

Menerut Aulia (2017:17) Sastra daerah merupakan cerminan serta hasil perenungan dari realitas kehidupan masyarakat penduduknya. Sastra daerah merupakan warisan budaya masa lalu yang sarat dengan nilai-nilai budaya serta memiliki beberapa fungsi yaitu mereka menilai budaya daerah,mengekspresikan pengalaman kemanusiaan dan menumbuhkan solidaritas.(Rimang2012:2) menyatakan bahwa karya sastra, baik sebagai kreatifitas estetis maupun respon kehidupan sosial, mencoba mengungkapkan perilaku manusia dalam suatu komunitas yang dianggap berarti bagi aspirasi kehidupan seniman, kehidupan manusia pada umumnya.Zaidan (Aulia 2017:16) mengatakan bahwa “sastra daerah adalah gendre sastra yang ditulis dalam bahasa daerah bertema universal”.

Menurut Tuloli (dalam Aulia, 2017:18) sastra daerah mempunyai kedudukan sebagai berikut;

a. Sastra daerah adalah ciptaan masyarakat masa lampau atau mendahului penciptaan sastra Indonesia modern,

b. Sastra daerah dapat dimasukkan dalam salah satu aspek budaya Indonesia yang perlu digali untuk memperkaya budaya nasional,

c. Sastra daerah melekat pada jiwa, rohani, kepercayaan dan adat istiadat masyarakat suatu bangsa dan yang mereka pakai untuk menyampaikan nilai-nilai luhur bagi generasi muda.

d. Sastra daerah mempunyai kedudukan yang strategis dan kerangka pembangunan sumber daya manusia, yaitu untuk memperkuat kepribadiaan keindonesiaan yang Bhineka Tunggal Ika.

(29)

Sastra Makassar yang terekam dalam lontarak merupakan pencerminan pola pikir dan tingkah laku orangorang Makassar sejak berabad-abad yang lampau.Rasyid (2014: 488) mengatakan bahwa Lontarak adalah salah satu sumber nilai budaya Makassar yang diwariskan secaraturun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.Petuah dan nasihat termasuk didalam lontarak yang disebut rapang.Isi rapang itu berupapanngajak „nasihat‟, pappasang „wasiat‟, dan ulu kana „perjanjian‟.

Panngajakmenurut Rasyid (2014:489) adalah sesuatu yang dinasihatkan, kadang-kadang merupakan ungkapan berupa kata-kata hikmah, dan ada kalanya melalui cerita di dalamnya dituturkan beberapa buah ibarat. Sama sifat dalam tingkah laku yang ditampilkan memberikan kesan bahwa ia adalah terpuji dan mulia. Jikalau dalam bentuk cerita panngajak adalah yang baik dan benar, dan semacamnya, selalu unggul dan menang.Panngajak dituturkan oleh orang tua kepada anak cucu, oleh guru kepada muridnya, oleh kakak kepada adiknya, oleh suami kepada istrinya.Akan tetapi, tidak jarang pula raja sendiri yang meminta dinasihati sehingga berfungsi sebagai pengingat.Walaupun panngajak adalah netral, apabila seseorang melakukannya lalu orang yang melakukan itu tertimpa akibat buruk, dia dapat merasakan sendiri, yang dalam bahasa Makassar disebut napacikdak yang berarti „rasakan sendiri pelanggaranmu‟.

Selanjutnya, Rasyid (2014:489)Pappasang berarti wasiat yang dipartaruhkan.Pappasang berisikan keharusan dan pantangan.Orang yang memelihara pappasangdapat selalu terpandang di masyarakatnya.Sebaliknya mereka yang tidak mengindahkannya dapat menanggung sanksi sosial yang amat

(30)

berat.Namanya tercemar dan kedudukan sosialnya menjadi rendah sehingga sukar sekali meraih kembali Nama baiknya.Ulu kana termasuk dalam pengertian ini, dengan catatan bahwa pelanggaran pada ulu kana dapat mengakibatkan perang, sekurang-kurangnya menimbulkan rusaknya hubungan persahabatan antarnegeri atau pemerintah.Ulu kana adalah perjanjian persahabatan antarnegeri baik dalam usaha mempersatukan negeri yang bersangkutan maupun sebagai penyelesaian dari suatu perang.Jika pappasang dilanggar, sanksinya terbatas dalam negeri yang bersangkutan.Akan tetapi, kedua-duanya mempunyai akibat yang berpengaruh kepada yang bersangkutan turun-temurun.

Oleh karena itu, baik panngajak maupun pappasang termasuk pappasang yang termuat di dalam ulu kana sengaja diangkat di sini dengan alasan bahwa apa yang terkandung di dalamnya pasti sesuatu yang menunjukkan nilai-nilai.

Lontarak Makassar berbicara kepada kita, cerita-cerita rakyat bertutur, dan kelong berdendang menyampaikan berbagai-bagai pesan.Jika hal itu dikaji dan diresapi lebih dalam, kita dapat menemukan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya yang hidup di kalangan masyarakat Makassar.

Menurut Basang (dalam Rahim, 2018:15) kesussastraan Makassar terbagi menjadi tiga, yaitu: puisi, prosa, dan bahasa berirama.

a. Puisi

Secara etimologi, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang berarti membuat atau poesis yang berarti “pembuatan”.Dalam bahasa Inggris disebut dengan poem atau poetry.Puisi berarti pembuatan karena menulis puisi berarti telah menciptakan sebuah dunia.Menurut Hutson (dalam Rahim, 2018: 15) puisi

(31)

adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai medium penyampain untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.Dengan demikian, sebenarnya, puisi merupakan ungkapan batin dan pikiran penyair dalam melahirkan sebuah dunia berdasarkan pengalaman batin yang digelutinya.

Ada beberapa hal penting yang tersirat dalam pengertian puisi itu, yakni;

1) Puisi merupakan ungkapan pemikiran gagasan ide dan ekspresi penyairnya.

2) Bahasa puisi bersifat konotatif, simbolis dan lambang karena itu penuh dengan imaji, metafora,khias, dengan bahasa piguratif yang ekstetis.

3) Penyusunan larik-larik puisi yang memanfaatkan pertimbangan bunyi dan rima semaksimalnya.

4) Dalam penulisan puisi terjadi pemadatan kata dengan berbagai bentuk kekuatan bahasa yang ada.

5) Sedang unsur pembangun puisi yang mencakup unsur batin dan lahir puisi membangun kekuatan yang padu.

6) Bahasa puisi tidak terikat oleh kada kebahasaan umumnya, karena itu, dia memiliki kebebasan untuk menyimpan kaidah kebahasaan yang ada, biasanya disebut dengan lisencia poetica.

Menurut Rimang(2011:31),“Puisi merupakan sebuah olahan pikiran seseorang, kehadiran puisi dalam menyampaikan pesan kepada orang lain untuk diberi makna sangat manjur”. Ketika seseorang sedang sedih, sedang

(32)

jatuh cinta dan lain sebagainya orang yang kaya dengan imajinasi tentu puisi adalah alatnya. Pada puisi terkadang mengandung beberapa unsur ekstrinsik berikut aspek pendidikan, aspek sosial budaya, aspek sosial masyarakat, aspek politik, aspek ekonomi, aspek adat dan sebagainya.

Puisi termasuk salah satu bentuk karya sastra, Karya sastra merupakan bentuk komunikasi antara sastraawan dengan pembacanya.Puisi merupakan keterarahan pesan demi pesan kepada penciptanya Roman Jacobson (Teeuw 2017:21).Apa yang ditulis sastrawan dalam karya sastranya adalah suatu yang ingin diungkapkan pada pembaca.Pada penyampaian idenya tersebut sastrawan tidak bisa dipisahkan dari latar belakang dan lingkungannya. Puisi sebagai bentuk komunikasi sastra tidak dapat terlepas dari peranan pengarang sebagai pencipta sastra.

b. Puisi Makassar

Menurut Basang(1997:14), Penggolongan puisi dalam kesusastraan Makassar antara lain;

1) Doangang 2)Paruntuk kana 3)Kelong

4)Pakkiok bunting 5)Dondo

6)Aru 7)Rapang

(33)

c. Prosa

Prosa merupakan karya sastra yang berbentuk karangan atau cerita bebas, tidak terikat oleh rima (bunyi yang berlangsung/berulang di dalam/akhir larik), irama, dan kemerduan bunyi (meliputi euphony/menggambarkan keriangan, cacophony/bernuansa ketertakanan batin,kebekuan dan kesedihan, nomatope/sugesti suara yang sebenarnya).Prosa juga memaparkan pemikiran dan perasaan melalui bentuk paragraf demi paragraf.

Prosa merupakan bentuk seni sastra yang diuraikan dengan menggunkan bahasa yang bebas dan cenderung tidak terikat oleh irama, diksi, rima, kemerduan bunyi atau kaidah serta pedoman kesusastraan lainnya.Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya prosa bisa digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa dibagi kedalam empat jenis, yaitu prosa naratif, prosa deskiptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentatif. (Kurniawan: 2019).

d. Prosa Makassar

Menurut Basang(1997:61), Penggolongan prosa dalam kesusastraan Makassar ialah;

1) Rupama (dongeng) 2) Pau-pau (ceritera)

3) Patturioloang (uraian silsilah) 4) Lontarak bilang

5) Kittak (sastra kitab)

(34)

e. Bahasa berirama

Menurut Basang(1997:71), Penggolongan bahasa berirama dalam kesusastraan Makassar ialah;

1) Royong

Menurut Mattes (dalam Basang, 1997:71), Royongsejenis nyanyian untuk anak-anak kecil (bayi) selama empat puluh hari pertama sesudah kelahirannya.Royong itu disebut juga pakjapa daengsesuai dengan permulaan lagu itu, juga biasa disebut turinaung ataupun tironaung yang berarti melihat dari tempat yang tinggi keummat manusia (terjemahan).

2) Sinrilik

Menurut Basang(1997:73), “Sinrilikialah sejenis bahasa berirama yang meukiskan suka duka dalam menghadapi hidup dan tantangan hidup”. Menggambarkan perjuangan dan kepahlawanan.Oleh sebab itu, kalau dilagukan ada yang cocok diiringi rebab dan ada pula yang tidak.

Menurut (Pradopo:2015),“Sinrilik merupakan jenis sastra lisan yang berasal dari suku Makassar di Sulawesi Selatan”. Salah satu Sinrilik yang memiliki kedudukan yang istimewa di antara Sinrilik lainnya adalah Sinrilik Kappalak Tallumbatua (SKT) karena di dalamnya terdapat

informasi tentang kebesaran raja dan kerajaan Gowa, sikap heroisme, ajaran moral, adat-istiadat,serta kepercayaan yang merupakan pencerminan masyarakatnya. Terdapat dua versi cerita, yakni yang dibawakan oleh pasinrilik yang melek huruf dan yang buta huruf latin, yang ceritanya menyatukan dalam ikatan kekerabatan (passibijang) tokoh-tokohnya

(35)

sekaligus juga mempertentangkan tokoh Sultan Hasanuddin, Karaeng Tu Nisombayya, dan Andi Patunru atau Arung Palakka yang bertujuan sebagai

pelegitimasi kekuasaan.

Karya sastra Makassar cukup memiliki arti dalam kehidupan penutur bahasa Makassar.Salah satu karya sastra diantara sekian banyak karya sastra adalah Sinrilik. Jadi, “Sinrilik adalah karya sastra Makassar yang berbentuk prosa yang cara penyampainnya dilagukan secara berirama baik dengan menggunakan alat musik maupun tanpa alat musik”. Pada umumnya Sinrilik dilantunkan oleh seorang pria, bisa diiringi alunan alat musik dan bisa juga tidak.Hingga saat ini, masih dipelihara dan diminati oleh manyarakat Makassar.Meskipun karya sastra ini diminati oleh masyarakat, namun orang yang dapat melagukannya atau membacakannya sudah sangat terbatas.Oleh karena itu, karya sastra jenis ini perlu mendapat pembinaan agar tetap lestari.

Menurut Rahim(2018:17) Orang yang membaca Sinrilik disebut PasinrilikSeorang Pasinrilik diharapkan memahami betul teks narasi yang akan disampaikannya bahkan menghafalnya diluar kepala, sehingga Pasinrilik sejatinya dituntut mempunyai daya ingat yang kuat dan kemampuan berimprovisasi yang baik. Dia sebaiknya pandai memainkan tinggi rendahnya suara atau inotasi nada yang dikeluarkannya, bahkan bila perlu diikuti oleh bahasa tubuh yang pas sehingga audiens atau pendengar dapat benar-benar hanyut dalam suasana dari cerita yang disajikan.Selama itu pula, seorang Pasinrilik wajib memiliki kemampuan dalam mengontrol

(36)

kata-kata yang dikeluarkannya dan menjaga agar tidak ada pihak-pihak dari pendengar yang merasa dirugikan atau dilecehkan. Memang seni Sinrilik hanyalah semata-mata menuturkan sebuah kisah saja, semangat patriotic, serta hal hal yang menyangkut kebudayaan manusia dan masyarakat, tidak dalam kapasitas menilai atau menghakimi seseorang tokoh sehingga seharusnya dapat terhindar dari masalah ketersingungan suatu pihak.

Sinrilik pula dapat dikatakan sebagai sebuah seni yang dinamis dan ceritanya dapat terus dikembangkan, dan juga sangat bergantung pada kemampuan seorang Pasinrilik dalam membuat gubuhan, sehingga dapat menghindari kebekuan sautu bentuk cerita. Tak jarang seorang Pasinrilik tidak mengikuti teks tertulis yang bakumengenai sebuah cerita namun lebih mengedepankan gaya bahasa dan cara berceritanya sendiri.

Menurut Rahim(2018:18)Sinrilik sebagai salah satu bentuk sastra lisan, sangat terkait dengan hal-hal sebagai berikut;

1) Pencerita dan penceritaan 2) Kesempatan bercerita 3) Tujuan bercerita

4) Hubungan cerita dengan lingkungannya 5) Jenis cerita yang disampaikan, dan 6) Pendengar.

Berdasarkan isi dancaramelagukannya, Sinrilikdibagi atas dua macam, yaitu SinrilikPakesok-Kesok dan Sinrilik Bosi Timurung.

(37)

1. Sinrilik Pakesok-Kesok

Sinrilik Pakesok-kesokadalah Sinrilik yang dilagukan dengan iringan Kesok- Kesok (rebab).Isinya melukiskan tentang sejarah perjuangan dan kepahlawanan seorang tokoh.Bunyi Kesok-Kesok(sejenis alat musik gesek) yang mengiringi Pakesok-kesok/pasinrilik (orang yang memainkan Kesok-Kesok atau melagukan Sinrilik) harus selaras dengan lagu dan isi serta suasana cerita yang dibawakan.

(Rahim2018:17).

Seiring dengan itu Basang(1997:74), mengatakan bahwa SinrilikPakesok- kesok melukiskan sejarah perjuangan dan kepahlawanan disela percintaan.Inilah yang disertai rebab (kesok-kesok).Ini pula rsebabnya dinamai demikian.Pakesok- kesok, artinya tukang gesek rebab.

Sinrilik Pakesok-kesok melukiskan sejarah perjuangan dan kepahlawanan disela percintaan.Inilah yang disertai rebab (kesok-kesok).Ini pula sebabnya dinamai demikian.Pakesok-kesok, artinya tukang gesek rebab.Bunyi rebabnya harus selaras dengan lagunya dengan ini dan suasana ceritanya.Misalnya kalau sampai kepada soal jawab antara laki-laki dan perempuan maka pemain harus pula pandai mengubah-ubah suaranya sesuai dengan soal jawab tadi.Kalau sampai kepada hal yang melukiskan perjuangan dan kepahlawanan, disinilah biasanya penonton dengan tak sadar menyingsingkan lengan baju dan membentakkan kakinya ketanah.Dengan ini dapatlah dikatakan bahwa sinrilik, disamping membakar semangat perjuangan memberikan pula hiburan.Sekarang sinrilik ini sedang dibina dan dikembangkan.Sehingga dapatlah didengar melalui siaran radio.Dengan demikian rakyat makin tertarik dan menaruh perhatian kepadanya.

(38)

Seorang pasinrilik yang telah banyak berjasa dalam usaha membinan dan mengambangkan sinrilik ialah M.M. DaengMaggau.Dia telah membukukan beberapa sinrilikdan memperbaiki beberapa susunan kalimatnya, sehingga lebih sesuai dengan pergerakan masa.

Bunyi rebabnya harus selaras dengan lagunya dengan ini dan suasana ceritanya.Misalnya kalau sampai kepada soal jawab antara laki-laki dan perempuan maka pemain harus pula pandai mengubah-ubah suaranya sesuai dengan soal jawab tadi.Kalau sampai kepada hal yang melukiskan perjuangan dan kepahlawanan, disinilah biasanya penonton dengan tak sadar menyingsingkan lengan baju dan membentakkan kakinya ke tanah.Dengan ini dapatlah dikatakan bahwa Sinrilik.Disamping membakar semangat perjuangan memberikan pula hiburan.Sekarang Sinrilik ini sedang dibina dan dikembangkan, sehingga dapatlah didengar melalui siaran radio.Dengan demikian rakyat makin tertarik dan menaruh perhatian kepadanya.

2. Sinrilik Bosi Timurung

Sinrilik BosiTimurung kebanyakan melukiskan rasa pilu seseorang oleh karena nasibnya yang malang, misalnya karena ditinggal kekasih atau kematian suami dan ditingallah ia sendiri dilamun derita. Basang(1997:73). Oleh sebab itu, kalau Sinrilik ini dilagukan tidaklah memakai rebab dan tidak pula di tempat ramai tetapi di tempat yang sunyi dikala orang sekeliling sedang tidur nyenyak.Biasanya ada dua orang khusus dipanggil untuk membaca dengan lagu yang sedih.Maka terbayanglah segala kisah yang lampau dikhayalan pendengarnya.Dengan tidak terasa meneteslah air mata melalui pipinya.Kalau orang mendirikan rumah atau

(39)

melepaskan nazar, bisa juga dilagukan sinrilik Bosi timurung yang sesuai dengan hal itu.

Menurut Marwati (2017:5), Sinrilik Bosi Timurung merupakan karya sastra yang lahir di tanah Makassar Sulawesi Selatan, berupa teks-teks leluhur yang syarat akan nilai-nilai kearifan. Pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya melekat erat dalam adat istiadat masyarakat Makassar dalam berperilaku.Sinrilik Bosi Timurung dalam karya Salmah Djirong ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi yang besar terkait dengan nilai-nilai moral kepada masyarakat dan generasi muda saat ini.Jadi, dalam upaya penanaman nilai-nilai moral bagi generasi muda tersebut, dalam penelitian ini mencoba mengidenitifikasi nilai-nilai moral dalam sinrilik Bosi Timurung karya Salmah Djirong sebagai bentuk apresiasi warisan leluhur. Bentuk apresisai tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra di sekolah, sebagai upaya penanaman nilai-nilai moral pada peserta didik ditinjau dari aspek yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial dan hubungan manusia dengan Tuhannya.

Sinrilik Bosi Timurungmerupakan salah satu warisan budaya yang ada dimasyarakat Galesong yang keberadaanya saat ini jarang sekali dijumpai. Tidak banyak remaja yang mengetahui apa yang dikatakan Sinrilikdikarenakan kurangnya rasa ingin tahu dari remaja tersebut, sangat disayangkan karena Sinrilik ini merupakan warisan budaya yang harus di jaga dan dilestarikan agar keberadaannya diketahui oleh masyarakat baik yang ada di daerah Galesong maupun yang ada diluar Galesong. Masyarakat Galesong mempercayai

(40)

bahwasanya sinrilik Bosi Timurung ini adalah sesuatu kejadian yang ada dimasa lalu dan akan terjadi dimasa yang akan datang, Sinrilik Bosi Timurung ini biasa dibacakan oleh petuah-petuah pada saat diadakan acara tertentu saja.

Adapun menurut petuah-petuah yang ada di masyarakat Galesong beranggapan bahwasanya, Sinrilik BosiTimurung merupakan kejadian atau amanat serta pesan-pesan yang terkandung dalam Sinrilik BosiTimurung dimasa lalu yang mereka percayai akan terjadi dimasa yang akan datang. Dan Sinrilik BosiTimurung ini biasa mereka membacanya pada acara-acara tertentu saja.

4. Makna Pappasang

MenurutSaleh(2017),Pappasang sebagai salah satu bentuk pernyataan yang mengandung nilai etis dan moral, baik sebagai sistem sosial, maupun sebagai sistem budaya dalam kelompok masyarakat Makassar.

Dalam Pappasang terkandung ide yang besar buah pikiran yang luhur, pengalaman jiwa yang berharga, dan pertimbangan-pertimbangan yang luhur tentang sifat-sifat yang baik dan buruk.

Pappasang sarat dengan makna dan pesan-pesan moral, karena di dalamnya

terkandung nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan pedoman hidup, sebagai pengatur tingkah laku pergaulan dalam masyarakat. Karena itu, perlu adanya upaya pengkajian secara serius guna mengungkap kembali nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya terutama nilai edukatif yang sangat diperlukan untuk pembinaan karakter generasi sekarang dan generasi yang akan dating.

Pada mulanya Pappasang diucapkan dan dituturkan.Akan tetapi setelah masyarakat Makassar mengenal tulisan, Pappasang itupun ditulis dengan huruf

(41)

lontarak di atas daun lontar‟.Karena kemajuan kebudayaan dan peradaban

masyarakat Makassar, akhirnya Pappasang tidak lagi hanya dapat dibaca melalui daun lontar tetapi sudah dituliskan atau dibukukan.Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mewariskan kepada generasi muda.

Pemahaman terhadap jenis susastra Pappasang perlu diimplementasikan dan di sebarluaskan agar ajaran-ajaran moral yang terkandung di dalamnya bukan hanya menjadi milik generasi nenek moyang kita atau masyarakat pendukungnya, melainkan juga ajaran tersebut dapat diserap oleh sebagian besar masyarakat, terutama bagi generasi sekarang dan generasi mendatang.

Pappasang berasal dari bahasa Makassar yaitu kata “pasang” yang berarti pesan yang harus dipegang teguh dalam masyarakat sebagai amanah, bahkan merupakan wasiat yang harus dipatuhi dan diindahkan dimanapun seseorang itu berada. Fachruddin (dalam Syaeba, 2013:5), mengatakan bahwa kalau kita ingkar terhadap pappasang maka kita mendapat peringatan dari yang maha kuasa yang dapat berupa kesulitan hidup, bahkan sering malah petaka.Jadi dengan demikian, pappasang adalah wasiat orang tua kepada anak cucunya sebagai amanah yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.

Pengertian lain dikemukakan Muthalib (dalam Syaeba, 2013:5), yang berpendapat bahwa pappasang merupakan petuah leluhur, petuah yang lekang oleh panas, tidak luput oleh hujan yang ada ditanah mandar, petuah leluhur ini sebagai perekat persatuan dan kesatuan rakyat banyak, mempererat tali persaudaraan dan kekerabatan, baik yang ada didalam maupun yang ada diluar wilayah mandar.

(42)

Sebagai salah satu produk budaya yang sangat diagungkan oleh masyarakat Mandar, pappasang mampu mengetahui hati dan pikiran yang memerintahkan supaya manusia dapat menggunakan akal sehatnya. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat berbuat, patuh terhadap peraturan atau normamaupun menjunjung tinggi moralitas yang kesemuanya diharapkan memberikan semangat hidup dalam kehidupan sehingga dapat menerjemahkannya kedalam usaha atau amal perbuatannya.

Makna yang terkandung dalam pappasang adalah petunjuk tentang apayang mesti, apa yang harus, apa yang boleh dikerjakan, apa yang digalakkan, dan apa yang dilarang untuk dikerjakan. Kalau kita cermati lebih lanjut pappasang ini merupakan ajaran moral yang sangat ideal mengenai bagaimana seseorang harus hidup, menjalin hubungan antara sesame manusia dan menjalin hubungan dengan pencipta- Nya, Nasruddin (dalam Syaeba, 2013:7).

Jadi tegasnya, Pappasang itu adalah wasiat orang tua kepada cucunya agar selalu diingat sebagai amanah yang perlu di patuhi dan dilaksanakan atas dasar percaya diri sendiri disertai rasa tanggung jawab.

5. Semantik

Semantik adalah telaah makna.Semantik menelaah lambang-lambang dan tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat.Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna kata, perkembangannya dan perubahannya (Aswan, 2018: 13).

(43)

Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bahwa semantik itu adalah bidang studi dalam linguistik yang mepelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis berbahasa fonoligi, pragmatik dan semantik.(Chaer 2009:2).

Semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”.Studi yang mempelajari makna merupakan bagian linguistik.Seperti halnya bunyi dan tata bahasa, kompenen makna dalam hal ini juga menduduki tingkat tertentu.Maksudnya apabila komponen bunyi menduduki pertama, tata bahasa pada tingkat kedua sedangkan komponen makna menduduki tingkat terakhir.Hubungan ketiga komponen tersebut karena bahasa pada awalnya merupakan bunyi-bunyi abstrak mengacu pada lambang-lambang yang memiliki bentuk dan hubungan yang mengasosiasikan adanya makna.Aminuddin (dalam Aswan, 2018:14).

Objek studi semantik adalah makna bahasa, Lebih tepatnya lagi, makna dari satuan-satuan bahasa seperti kata, frase, klausa, kalimat dan wacana.Bahasa memiliki tataran analisis, yaitu fonologi, morfoligi dan sintaksis maka bagian- bagian yang mengandung masalah semantik adalah leksikon dan morfologi (Chaer, 2009: 6).

Ada beberapa jenis semantik, yang dibedakan berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa penyelidikannya adalah leksikon dari bahasa itu, maka jenis

(44)

semantiknya disebut semantik leksikal. Semantik leksikal dari bahasa lain, maka jenis semantiknya disebut semantic leksikal. Semantik leksikal ini diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut.Oleh karena itu, maka yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal.Leksem adalah istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebut satuan-satuan bermakna.Istilah leksim ini kurang lebih dapat dipadankan dengan istilah kata yang lazim digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis, dan yang lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal bebas terkecil (Chaer, 2009: 8).

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Pateda (Nojeng, 2018:52) menyatakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (Nojeng, 2018:52) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Selanjutnya, pendapat dari bapak linguistik Ferdinand de Saussure (Chaer, 1994: 286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik. Kridalaksana, (2001: 132) dalam Kamus Linguistik menjabarkan pengertian makna menjadi;

a. Maksud pembicara

b. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia.

c. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya

(45)

d. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa Bloomfied (Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi ketika penutur mengujarnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan 53 bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti.

Makna adalah apa yang diartikan atau apa yang dimaksudkan Ullman dalam buku mansoer pateda “semantik leksikal” mengatakan, “ada hubungan antara nama dan pengertian” apabila seseorang membayangkan suatu benda ia akan segera mengtakan benda tersebut. Inilah hubungan antara timbal balik dan pengertian, dan inilah makna kata tersebut. Pateda (Aswan, 2018: 16).Secara umum makna dibedakan menjadi dua, yaitu makna denotative dan makna konotatssif (Keraf, 2007:29).

a. Makna Denotatif

Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah seperti makna denotasional yang merupakan kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan.Makna denotative disebut sebagai makna referensial, konseptual, dan ideasional karena makna itu merujuk (denote) kepada suatu referen, konsep atau ide dari suatu referen.Makna denotatif adalah makna yang disampaikan secara wajar dan eksplisit, Eko (2019:25).

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah kata. Misalnya, kata kurus

(46)

bermakna denotatif yang artinya keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal„. Kata bunga bermakna denotatif yaitu bunga yang seperti kita di taman bunga„. Nojeng ( 2018 :55)

b. Makna konotatif

Makna konotatif merupakan makna asosiatif, artinya, makna tersebuttercipta karena adanya akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikanakan pada sebuah makna konseptual, Eko (2019:14).Makna konotatif terkadang berisikan kiasan ataupun makna yang biasa timbul setelah disusun dalam kalimat dengan nilai-nilai emosi tertentu.

Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari seseorang atau kelompok yang menggunakan kata tersebut. Misalnya kata kurus pada contoh di atas, berkonotasi netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan. Tetapi ramping, yaitu sebenarnya bersinomin dengan kata kurus itu memiliki konotasi positif, nilai rasa yang mengenakkan, seseorang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata kerempeng, yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan ramping, mempunyai konotasi yang negatif, nilai rasa yang tidak enak, orang akan tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng. Nojeng (2018 :56).

(47)

B. Kerangka Pikir

Objek penelitian ini adalah makna pappasang dalam sinrilik bosi timurung di lingkungan masyarakat Galesong yang termasuk dalam sebuah karya sastra berjenis bahasa berirama. Penelitian ini terfokus pada sinrilik bosi timurungyang membahas pada makna pappasang dengan fokus kajian semantik antara makna denonatif dan makna konotatif.Adapun data yang diperoleh berupa bahasa berirama yang mengandung makna pappasangyang tergolong dalam sastra Makassar kemudian dianalisis sehingga menghasilkan temuan.

(48)

Tabel 2.1 Bagan Kerangka Pikir SASTRA MAKASSAR

BAHASA BERIRAMA PUISI

PROSA

SINRILIK SINRILIK BOSI TIMURUNG

KONOTATIF

MAKNA PAPPASANG

ANALISIS SEMANTIK

DENOTATIF

TEMUAN SASTRA

(49)

32 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian tentang riset atau data yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.Menurut (Saryono2010: 2), Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.

Menurut (Sugiyono2011: 1), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri- anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Sujarweni, 2014:19) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu keadaan konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

(50)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian pada hakikatnya merupakan strategi yang mengatur ruang atau teknis penelitian agar memperoleh data maupun kesimpulan penelitian.Menurut jenisnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, oleh karena, dalam desain penelitian ini harus dirancang berdasarkan pada prinsip metode deskriptif kualitatif, yang mengumpulkan, mengolah, mereduksi, menganalisis dan menyajikan data secara objektif dan cenderum menggunakan analisis.Landasan teori dimanfaatkan sebagai arah agar fokus penelitian sesuai dengan fakta.Selain itu, landasan teori juga bermanfaat untuk memberi gambaran umum tentang latar penelitian dan bahan pembahasan hasil penelitian.Pada penelitian kualitatif tidak bisa diperoleh atau diukur menggunakan prosedur- prosedur statistic.Penelitian kualitatif sering digunakan sebagai penelitian tentang kehidupan suatu masyarakat, Sujarweni (2014: 19) data yang dihasilkan pada penelitian ini adalah data deskriptif berupa teks (dalam bentuk tulisan) yang menggambarkan nilai pappasang yang terkandung dalam naskah atau teks sastra lisan Sinrilik Bosi Timurung.

C. Fokus Penelitan

Pada penelitian ini calon peneliti fokus menganalisis makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung di lingkungan masyarakat Galesongkabupaten Takalar.

(51)

D. Defenisi Istilah

Setiap istilah mengandung setiap pengertian, namun kita sering salah menafsirkan istilah tersebut.Untuk mencegah penafsiran tersebut, penulis perlu memberi pengertian dan batasan atas istilah-istilah yang dipakai dalam judul penelitian ini, agar ruang lingkup pembahasan dapat diketahui dengan jelas.

Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah:

1. Sinrilik merupakan penggambaran perjuangan baik suka maupun duka dalam menghadapi hidup.

2. Sinrilik Bosi Timurung merupakan kisah sedih seorang perempuan yang ditinggal oleh kekasih atau keluarga.

3. Pappasang berasal dari bahasa Makassar yaitu kata “pasang” yang berarti pesan yang harus dipegang teguh dalam masyarakat sebagai amanah.

E. Data Dan Sumber Data 1. Data

Data dalam penelitian ini merupakan data tertulis berupa kutipan dari kalimat yang mengandung makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah buku Sinrilik Bosi Timurung karya Misikin Dg. Tongke.

(52)

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam proses penelitian. Proses ini menjadi salah satu penentu berjalan lancar atau tidak nya sebuah penelitian.

Apabila pada tahap pengumpulan data tidak berjalan baik maka penelitian itu juga tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan carasebagai berikut:

1. Teknik Baca

Teknik baca dilakukan untuk memperoleh data tentang nilai Pappasang yang terkandung dalam Sinrilik BosiTimurung.

2. Teknik Catat

Teknik catat dilakukan untuk mencatat serta mengumpulkan hasil bacaan yang menggambarkan nilai Pappasang dalam Sinrilik BosiTimurung.

Menurut Rafiek (2013: 2) mengkaji sastra berarti menelaah karya sastra dengan menganalisis dan membahas data-data berupa kutipan kalimat atau paragraf yang mengandung masalah atau topik yang hendak kita jawab atau uraikan.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan cara mengutip semua teks (dalam bentuk tulisan) yang dianggap sebagai data yang menggambarkan nilai Pappasang yang terkandung dalam naskah atau teks sastra lisan Sinrilik

(53)

BosiTimurung yang disertai dengan penjelasan dari peneliti tentang keterangan kutipan tersebut.

Teknik anilisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif.

Langkah langkah analisis sebagai berikut:

1. Membaca dengan teliti teksSinrilik BosiTimurung

2. Mengidentifikasi makna Pappasang yang terkandung dalam Sinrilik BosiTimurung.

3. Mengklasifikasi kutipan Sinrilik BosiTimurung yang mengandung makana Pappasang.

4. Analisis data yang dilakukan dengan menginterpretasi dan menjelaskan makna Pappasang yang terkandung dalamSinrilik BosiTimurung.

5. Menarik kesimpulan makna Pappasang yang terdapat dalam teks Sinrilik BosiTimurung.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data.

2. Melakukan analisis awal bila sudah memperoleh data.

3. Melagukan pendalaman data bila ternyata dalam mengalisis data, datanya kurang lengkap.

(54)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna pappasang dalam sinrilik Bosi timurung, makna pappasang yaitu sebuah pesan-pesan atau petuah-petuah yang terkandung dalam Sinrilik Bosi Timurung, juga bertujuan untuk menyadarkan masyarakat Galesong yang kebanyakan sudah lupa akan adanya Sinrilik Bosi Timurungyang mengandung pesan-pesan atau petuah-petuah yang dulunya sangat di pegang teguh dan sekarang sudah mulai dilupakan seiring berkembangnya zaman.Sinrilik Bosi Timurung ini merupakan karya sastra klasik yang di tulis oleh Misikin Daeng Tongke pada tanggal 20 Februari 1975, dengan segala keterbatasan penulis maka objek dalam penelitian ini bukanlah naskah asli melainkan salinan dari teks asli naskah Sinrilik Bosi Timurung.

A. Hasil Penelitian

Menurut Saleh (2017), Pappasang sebagai salah satu bentuk pernyataan yang mengandung nilai etis dan moral, baik sebagai sistem sosial, maupun sebagaisistembudayadalam kelompokmasyarakatMakassar.Dalam Pappasang terk andung ide yang besar buah pikiran yang luhur, pengalaman jiwa yang berharga, dan pertimbangan-pertimbangan yang luhur tentang sifat-sifat yang baik dan buruk.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai Pappasangdalam Sinrilik Bosi timurung yang ada di lingkungan masyarakat Galesong Kabupaten Takalar, ditemukan hasil sebagai berikut:

(55)

Data I Hal : 208 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Nikellaiki manakkuk rikananna tupanritaya, dinging palate, nisuroki manngukrangi ripanngajarakna Gurua, tani pabbianngaki ia takkaluppa rimatea. Pasayu ri padatari, nikana-kanai anne niak teknena anjaya, nipuli- puli panraka ri padatari, tena bedeng gauk tasitungka-tungka. Masarroki ia gauk tanigaukang masuliki ia kana ki pilanngeri pappasang lakigaukang, kella-kellataji ia masarro kipakalompo, kikaliangimi ia bori laki kajannangia.

Barang mabajiki ia makkutaknang ri Gurua, nakituntungi kananna tupanritaya, baji na passuroanga Allahu Taala.

Terjemahan: 208 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kita diharapkan untuk merindukan nasihat-nasihat para cerdik cendekia, dingin yang sampai ke tulang, kita diminta untuk mengingat ajaran para guru ulama, kita tidak dibiarkan untuk melupakan kematian. Yang melalaikan di padang mahsyar, dikatakanlah bahwa ada kenikmatan di akhirat, akan impaslah segala kerusakan di padang mahsyar, konon tak ada perbuatan yang tak terbalaskan. Amat banyak perbuatan yang tak dilakukan, terdengar mahal perkataan, pesan yang didengar dan akan dilakukan, hanya ambisi dan harapan yang selalu diutamakan, sementara tempat kekal kita nanti kita kesampingkan.

Semoga ada baiknya kita bertanya kepada para ulama, dan kita ikuti pesan dan kata-kata para cerdik cendekia, kebaikan segala perintah Allah taala.

(56)

Makna Denotatif: 208 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kita diinginkan untuk memegang teguh pada pesan-pesan Guru dan Senantiasa mengingat mati dan hari akhirat tidak ada perbuatan yang tidak mempunyai balasan. Sehingga kita dituntut senantiasa melakukan perbuatan yang sesuai dengan pesan-pesan Guru jika keinginan yang terlalu kita kedepankan maka terkadang kita lalai dan melupakan tujuan kita sesungguhnya. Sehingga mungkin kita perlu untuk senantiasa bertanya kepada Guru dan menuntut apa yang menjadi pesan-pesan Guru, kepada jalan yang di ridhoi oleh Allah.

Makna konotatif: 208 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data pertama dari enam Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar, yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang tersebut dapat dijelaskan, bahwa kebaikan atau keburukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah, menjadi manusia adalah keharusan untuk senantiasa mengingat hari akhir agar mempersiapkan diri menghadapi kematian. Tetaplah berada di jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama islam. Sebagai manusia sebaiknya mempunyai tujuan hidup dan keyakinan agar tetap berada pada kebaikan.

Data II Hal : 210 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Battupi sallang pamallokinna matea. Ala nisaremako pakrisik talomo-lomo, bussang taklalo-lalo, nakale-kalennu mamo.

(57)

Terjemahan: 210 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Bila kelak datang ajal menjemput. Maka akan diberikanlah engkau sakit tiada taranya, susah yang demikian payahnya, dan tiada seorang pun menemanimu.

Makna denotatif: 210 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Akan ada suatu masa dimana kita akan menghadapi kematian, Jangan terlambat menyesali perbuatan sebab jika sudah merasakan sakitnya sakratul maut maka pintu taubat sudah tutup.

Makna konotatif: 210 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data kedua dari enam Pappasang dalam Sinrilik BosiTimurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar, yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang tersebut dapat dijelaskan bahwasanya, dalam hidup kita harus tetap berbuat baik jangan sekali-kali melakukan suatu tindakan yang melanggar ajaran agama kita yang menjadi kerugian untuk diri sendiri, cepatlah menyadari kesalahan dan meminta ampunan kepada Allah Swt, karena sesungguhnya Allah maha pengampun, jangan sampai kau tidak sempat menyesali perbuatanmu selama hidupmu dan Allah Swt telah memanggilmu.

Data III Hal : 211 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Ia iannamo tau anngassengi kalenna naasseng tommi antu karaenna.

Kamappilajarakjako numaklalo tamanrapik kamannuntungijako numasirikmakkutaknang tanu gappami ikau agamana tumakrif billah.

Gambar

Tabel 2.1 Bagan Kerangka Pikir SASTRA MAKASSAR  BAHASA BERIRAMA PUISI PROSA SINRILIK SINRILIK BOSI TIMURUNG
FOTO BUKU

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian, dengan pemberian tepung kunyit pada pakan ayam kampung super tanpa kunyit (P0) menunjukan feses yang dihasilkan dominan bertekstur padat dan

Sektor yang paling rendah pencapaian nilai efisiensinya adalah sektor industri mesin dan peralatannya (kode 29) yaitu 48,20 persen, namun pada tahun 2004 rata-rata pencapaian

Elemen arsitektural pada gerbang keberangkatan didaerah kerb tidak ada aspek lokal yang melekat pada struktur dan pelingkup pembatas antara kerb dan ruang check-in, bukan

Setelah empat kebutuhan dasar telah terpenuhi, kebutuhan yang berada pada tingkat paling tinggi dalam hierarki kebutuhan bertingkat adalah kebutuhan akan

untuk array yang berfungsi sebagai iterator yang akan menjejaki setiap iterator yang akan menjejaki setiap unsur pada array satu per satu..

Pengaruh Mediasi Oleh Variabel Penelitian Tabel 4 menunjukkan bahwa hanya variabel budaya organisasi yang mampu berperan sebagai mediator bagi variabel gaya

Berkoordinasi dengan Bidang Kajian Kebijakan Kesehatan dalam membangun sebuah metode gerakan yang fresh , esensial, dan dinamis bagi institusi maupun seluruh

Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 jo Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu dalam Pasal 27 Ayat (2) dengan ancaman