• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Petra"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Investasi pada dasarnya adalah pengorbanan sumber daya yang ada di masa sekarang untuk mendapatkan imbal balik atau keuntungan yang diharapkan di masa mendatang. Dalam keputusan berinvestasi biasanya investor memperhatikan besarnya risiko yang akan dihadapi dengan keuntungan yang diharapkan. Risiko-risiko ini dapat muncul dari pergolakan pasar, kondisi lingkungan usaha dan situasi ekonomi makro pada umumnya. Terlebih jika ingin berinvestasi di pasar modal, maka kondisi ekonomi makro harus diperhatikan jika tidak ingin mengalami kerugian. Hal ini diperlukan sebagai suatu faktor bagi investor mengambil keputusan investasinya.

Pasar saham Indonesia memiliki beberapa index saham sebagai indikator atau cerminan pergerakan saham yang dapat membantu investor dalam berinvestasi di pasar modal. Di Indonesia terdapat beberapa indeks, diantaranya:

IHSG, indeks Sektoral, indeks LQ45, Jakarta Islamic Index, indeks Kompas100 dan lain-lain. Namun indeks yang sering digunakan adalah indeks LQ45. Indeks LQ45 diluncurkan pada Februari 1997. Indeks LQ45 adalah indeks pasar kapitalisasi tertimbang yang tergolong dari 45 perusahaan dengan kinerja paling likuid yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks LQ45 mencakup setidaknya 70% dari kapitalisasi pasar saham dan nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham biasa paling likuid (LQ mengacu pada Liquid) yang terdaftar di BEI yang telah dipilih dan diteliti melalui kriteria sebagai berikut (LQ45 Index Methodology By IDX, 2011, p.1):

1. Proses seleksi dimulai dengan memilih top 60 saham biasa dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi di pasar regular selama 12 bulan terakhir.

2. Dari 60 saham, lebih lanjut 45 saham yang dipilih berdasarkan oleh nilai transaksi, kapitalisasi pasar, jumlah hari diperdagangkan dan frekuensi transaksi perdagangan di pasar regular selama 12 bulan.

3. Saham harus disertakan dalam perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

4. Saham harus tercatat di BEI selama minimal 3 bulan.

(2)

5. Saham harus memiliki kondisi keuangan yang baik, prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi perdagangan yang tinggi dan transaksi di pasar regular.

Menurut Suramaya (2012) kondisi ekonomi makro yang berpengaruh dengan pasar modal adalah inflasi, tingkat suku bunga, pertumbuhan PDB dan nilai tukar Rupiah terhadap US. Dollar. Secara teori, tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap investasi. Inflasi membuat tingkat risiko yang berkaitan dengan investasi dalam perekonomian meningkat. Mnenurut Case dan Fair (2006) peningkatan ketidakpastian mungkin membuat investor enggan berinvestasi dalam modal dan ragu melakukan komitmen investasi jangka panjang. Tingkat suku bunga Bank Indonesia atau B.I rate dapat menjadi acuan untuk suku bunga lainnya. B.I rate yang naik akan membuat suku bunga pinjaman meningkat. Case dan Fair (2006) mengatakan dengan meningkatnya suku bunga pinjaman akan membuat belanja investasi yang direncanakan akan turun. Tingkat bunga pinjaman yang naik juga akan membuat biaya untuk meminjam uang akan lebih mahal karena bunga kredit akan naik, sehingga perusahaan enggan untuk meminjam uang untuk investasi yang pada akhirnya berdampak berkurangnya investasi yang dijalankan. Ketika tingkat bunga simpanan naik, maka jumlah uang yang beredar akan turun. Banyak uang yang disimpan dalam bentuk tabungan, deposito, dan lain-lain. Dengan sedikitnya proyek investasi yang dijalankan maka perekonomian akan melambat sehingga akan mempengaruhi pasar modal. Nilai tukar IDR/USD juga mempengaruhi keputusan investor di pasar modal. Ketika IDR/USD mengalami apresiasi, Dollar akan menjadi lebih murah. Ketika Dollar lebih murah, banyak spekulator yang melakukan spekulasi dengan membeli Dollar sebanyak-banyaknya dengan harapan akan terjadi depresiasi kurs IDR/USD sehingga membuat Dollar menjadi lebih mahal. Dengan semakin banyaknya investor yang sebelumnya berinvestasi di pasar modal dan kemudian beralih melakukan spekulasi di pasar valuta asing, pasar modal akan terlihat turun kinerjanya.

Pasar saham Indonesia memiliki beberapa index saham sebagai indikator

atau cerminan pergerakan saham yang dapat membantu investor dalam

berinvestasi di pasar modal. Di Indonesia terdapat beberapa indeks diantaranya:

(3)

IHSG, indeks Sektoral, indeks LQ45, Jakarta Islamic Index, indeks Kompas100 dan lain-lain. Namun indeks yang sering digunakan adalah indeks LQ45. Indeks LQ45 diluncurkan pada Februari 1997 adalah pasar indeks kapitalisasi tertimbang yang tergolong atas 45 perusahaan dengan kinerja paling likuid yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks LQ45 mencakup setidaknya 70% dari kapitalisasi pasar saham dan nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham biasa paling likuid (LQ mengacu pada Liquid) yang terdaftar di BEI yang telah dipilih dan diteliti melalui kriteria sebagai berikut (LQ45 Index Methodology By IDX, 2011, p.1):

1. Proses seleksi dimulai dengan memilih top 60 saham biasa dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi di pasar regular selama 12 bulan terakhir.

2. Dari 60 saham, lebih lanjut 45 saham yang dipilih berdasarkan oleh nilai transaksi, kapitalisasi pasar, jumlah hari diperdagangkan dan frekuensi transaksi perdagangan di pasar regular selama 12 bulan.

3. Saham harus disertakan dalam perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

4. Saham seharusnya tercatat di BEI selama minimal 3 bulan

5. Saham harus memiliki kondisi keuangan yang baik, prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi perdagangan yang tinggi dan transaksi di pasar regular.

Berdasarkan data Bank Indonesia pada awal tahun 2007 BI rate berada pada posisi 9,50% (www.bi.go.id) sedangkan volume perdagangan IHSG mencapai 327.844.100 lembar saham. BI rate terus turun hingga Agustus 2008 pada posisi 5,75%. Penurunan ini ternyata juga diikuti dengan volume perdagangan yang meningkat hingga mencapai 2.626.268.400 lembar saham.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia pada 3 Desember 2007 inflasi berada di 6,59% dan hingga September 2012 turun menjadi 4,31%

(www.bi.go.id). Puncak tertinggi berada di 12,14% pada September 2008.

Penurunan inflasi ini juga diikuti dengan meningkatnya volume perdagangan

IHSG. Begitu juga dengan suku bunga Bank Indonesia (B.I rate). Pada 1 Juni

2009, inflasi mengalami penurunan yang signifikan menjadi 3,65% dari bulan

(4)

sebelumnya 6,04%. Hal ini juga diikuti dengan melonjaknya volume perdagangan IHSG yang mencapai 5.556.872.500 lembar saham yang diperdagangkan. Angka itu adalah angka tertinggi hingga tahun 2012. Selama tahun 2012 nilai inflasi mengalami kecenderungan meningkat dari 3 Januari 2012 sebesar 3,65% sampai September 2012 sebesar 4,31%. Volume perdagangan saham ternyata juga mengikuti kenaikan inflasi tersebut dengan menurunnya angka volume perdagangan saham yang pada Januari 2012 sebesar 2.954.255.900 dan turun pada September 2012 sebesar 2.106.506.800.

Bank Indonesia juga mencatat nilai tukar IDR/USD mengalami depresiasi dari awal Januari 2007 yang berada di Rp 8.950/Dollar US sampai pada tanggal 3 Desember 2012 berada di level Rp 9.598/Dollar US (www.bi.go.id). Hal ini juga diikuti volume perdagangan IHSG yang semakin meningkat sampai Desember 2012 dengan angka 2.626.268.400 lembar saham yang diperdagangkan.

Depresiasi IDR/USD terbesar berada di tahun 2008 membuat perdagangan saham turun drastis, bahkan pada bulan November hanya 199.721.600 lembar saham yang diperdagangkan. Hal tersebut dikarenakan krisis Sub prime Mortgage yang terjadi di Amerika dan krisis membuat Rupiah berfluktuatif dengan level terendah pada 2 Maret 2009 mencapai Rp 12.023/US dollar. Lalu apresiasi IDR/USD terbesar berada di tahun 2011 dengan nilai sebesar Rp 8.540/US Dollar dan pada saat itu volume perdagangan mengikuti dengan meningkatnya jumlah perdagangan mencapai 3.233.468.90 lembar saham.

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan Suramaya (2012) yang meneliti

pengaruh inflasi, suku bunga, kurs dan pertumbuhan PDB terhadap IHSG

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh tingkat inflasi, suku bunga SBI, kurs

rupiah, pertumbuhan PDB secara simultan terhadap IHSG di BEI. Namun secara

parsial, penelitian tersebut menemukan inflasi memiliki tingkat signifikansi lebih

dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial tingkat inflasi tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Penelitian tersebut juga

menemukan bahwa secara parsial suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap

IHSG. Sedangkan untuk kurs, penelitian tersebut menemukan bahwa kurs

IDR/USD memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap IHSG. Temuan

(5)

lain dari penelitian ini adalah pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG.

Karena hasil penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa faktor ekonomi makro yang terdiri dari inflasi, suku bunga, kurs IDR/USD dan pertumbuhan PDB bersama-sama mempengaruhi IHSG, juga belum adanya penelitian yang meneliti langsung dampak inflasi, suku bunga dan kurs terhadap keputusan investor yang tercermin dalam volume perdagangan maka peneliti berkeinginan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut yang lebih spesifik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar ulasan latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah nilai tukar IDR/USD berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan saham?

2. Apakah suku bunga berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan saham?

3. Apakah inflasi berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan saham?

4. Apakah nilai tukar IDR/USD, BI rate dan inflasi bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi nilai tukar IDR/USD terhadap volume perdagangan saham

2. Untuk mengetahui pengaruh signifikan suku bunga terhadap volume perdagangan saham

3. Untuk mengetahui pengaruh signifikan inflasi terhadap volume perdagangan saham

4. Untuk mengetahui secara simultan pengaruh signifikansi nilai tukar rupiah,

BI rate dan inflasi terhadap volume perdagangan saham

(6)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut ini:

1. Bagi investor, diharapkan dari hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan untuk menyimpan dananya di tabungan ataukah menanamkan modalnya di saham, untuk menganalisa fundamental saham yang pada akhirnya untuk membuat keputusan apakah lebih baik dijual atau dibeli.

2. Bagi emiten diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk membuat keputusan dalam perusahaan khususnya perusahaan

perdagangan luar negeri dalam rangka mempertimbangkan keputusannya

untuk melakukan lindung nilai (hedging)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan diterapkannya K3 di PT Ferron Par Pharmaceuticals untuk melindungi dan menjamin keselamatan dan kesehatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja,

P4 Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, mari kita bersyukur atas kehadiran Yesus, Sang Putera Kudus di tengah dunia ini. Prmpn Mari kita bersyukur atas penyertaan Allah

Ketika dosen memilih menu presensi, aplikasi akan menampilkan daftar mata kuliah yang diampu oleh dosen, ketika dosen memilih mata kuliah aplikasi akan

Berdasarkan hasil penelitian pengolahan limbah cair industri kertas dengan eleltrokoagulasi menggunakan elektroda Al-Al, dapat disimpulkan kondisi optimum untuk

Seminar tersebut terselenggara berkat kerjasama antara Universitas Negeri Padang dengan Universiti Kebangsaan Malaysia yang mengundang keynote speaker sebanyak 8 (delapan)

As we saw in Section 7.2, The Next Level with Responsive Design (@media queries) , on page 168 , and Section 7.3, Using Mobile-Specific Templates , on page 174 ,

Iklim organisasi juga berkenan dengan persepsi anggota organisasi, baik secara individual maupun kelompok, tentang sifat ± sifat dan karakteristik organisasi yang