• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI INDRAMAYU TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI INDRAMAYU TAHUN 2020"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

62

KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI INDRAMAYU TAHUN 2020

Diah Warastuti

1

, Yulia Herawati

2

, Evi Kurniasih

2

1. Program Studi Profesi Bidan, STIKes Mitra RIA Husada Jakarta 2. Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan, STIKes Mitra RIA Husada Jakarta

Email : diahcary@gmail.com, herawati.yulia1007@gmail.com Evikurniasih@gmail.com

ABSTRAK

Tingginya angka pernikahan remaja merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan karena menimbulkan berbagai dampak negatif baik terhadap kesehatan reproduksi maupun kehidupan sosial. Perceraian di usia muda yang masih baru akhir akhir ini juga mengalami peningkatan penyebabnya dapat dapat dikarenakan usia pernikahan yang belum siap, dan Dikecamatan Indramayu setiap tahunya kejadian pernikahan dini selalu meningkat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan Tingkat Pengetahuan, Lingkungan Dan Sumber Informasi Pada Kejadian Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Tahun2020. Penelitian menggunakan jenis pendekatan kuantitatif desain cross-sectional. Sampel kasus dan kontrol menggunakan teknik sampel Purposive Sampling dengan sampel 88 responden.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa sebagian besar (54,5%) melakukan pernikahan dini di Kecamatan Indramayu, dari pengetahuan sebanyak 56,8% dengan kategori kurang, 46,6 % responden memiliki lingkungan negatif , Sumber informasi yang didapat tentang bahaya pernikahan dini 59,1 % adalah dari Non Nakes. Kesimpulam menunjukan adanya perbedaan tingkat pengetahuan, lingkungan dan sumber informasi pada kejadian pernikahan dini masing-masing(p Value 0,000).Saran diharapkan pada tenaga kesehatan dan lintas sektoral yang terkait kejadian pernikahan dini untuk dapat meningkatkan kegiatan edukasi kepada remaja dan orangtua serta masyarakat tentang resiko pernikahan diusia dini.

Kata kunci: Pernikahan Dini, Lingkungan, Sumber Informasi

EARLY MARRIAGE EVENTS IN INDRAMAYU 2020

ABSTRACT

The high number of adolescent marriages is a very worrying phenomenon because it causes various negative impacts both on reproductive health and social life. Divorce at a young age which is still new recently has also experienced an increase because it can be due to the age of the marriage that is not ready, and in Indramayu District every year the incidence of early marriage always increases.

This study aims to determine differences in the level of knowledge, environment and sources of information on the incidence of early marriage in Indramayu District, Indramayu Regency in 2020.

This research uses a quantitative and cross-sectional design. Sample cases and controls using purposive sampling technique with a sample of 88 respondents.

Based on the results of statistical tests, it was found that the incidence of early marriage in Indramayu District was 54.5% of respondents, the level of knowledge of respondents was 56.8, with a low level of knowledge, 46.6% of respondents had a negative environment, Sources of information obtained about the dangers of early marriage 59.1% are from Non Nakes. The conclusion shows that there are differences in the level of knowledge on the incidence of early marriage (P value 0.00), there are differences in the environment in the incidence of early marriage (P valur 0.000), there are differences

(3)

63

in the sources of information on the incidence of early marriage (P value 0.000). sectors related to early marriage practices to be able to increase educational activities to adolescents and parents and the community about the risks of early marriage.

Keywords:

Early Marriage, Environment, Source of information

PENDAHULUAN

Tingginya angka pernikahan remaja merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan karena menimbulkan berbagai dampak negatif baik terhadap kesehatan reproduksi maupun kehidupan sosial. Perceraian di usia muda yang masih baru akhir akhir ini juga mengalami peningkatan penyebabnya dapat dapat dikarenakan usia pernikahan yang belum siap.

Tingginya kejadian pernikahan dini di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.Pada tahun 2019 ada 305 orang hal ini meningkat dibandingkan Tahun 2018 sebanyak 296 dan tahun 2017 sebanyak 285 orang.

Berdasarkan hasil survey di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Indramayu Kabupaten

Indramayu. Kecamatan Indramayu kejadian yang menikah usia dibawah 20 tahun banyak

ditemukan, dari 10 responden yang berasal dari 18 Desa di bawah wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Indramayu sebesar 80% yang menikah dini, jika dilihat dari pengetahuan tentang

dampak pernikahan pada wanita menikah usia dini lebih banyak karena lingkungan, yang

akhirnya terpaksa menikah usia dini. Wanita yang menikah usia dini di kecamatan indramayu

kabupaten Indramayu rata-rata dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pengetahuan, dan sumber

informasi.

(4)

64

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode observasional analitik dengan desain penelitian

cross-sectional yang merupakan salah satu studi observasional untuk menentukan hubungan

antar faktor resiko dan penyakit dengan menggunakan pengukuran sesaat, penelitian ini dilakukan di seluruh Kecamatan Indramayu Data yang diambil menggunakan data primer dan sekunder.

Analisis data menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekwensi dan analisis bivariat dengan Chi Square.Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Juli 2020.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri yang melakukan pernikahan dini mulai dari januari sampai dengan desember 2019 yaitu sebanyak 305 orang. Besar sampel penelitian dengan menggunakan metode Cluster sampling didapatkan 88 responden

Analisis Univariat

Tabel I. Distribusi Kejadian Pernikahan Dini di Indramayu Tahun 2020

Variabel n (%)

Kejadian Pernikahan Dini Menikah Dini

Tidak Menikah Dini 48

40 54,5

45,5

Tingkat Pengetahuan Baik 38 43,2

Kurang 50 56,8

Lingkungan Positif 47 53,4

Negatif 41 46,6

Sumber Informasi Nakes 36 40,9

Non Nakes 52 59,1

Berdasarkan tabel I dapat di ketahui bahwa 54,5 % responden adalah menikah dini,

tingkat pengetahuan responden kurang sebanyak 56,8%, lingkungan negatif 46,6 % dan

sumber informasi yang didapat tentang bahaya pernikahan dini 59,1 % adalah dari Non

Nakes.

(5)

65

Analisis Bivariat

Tabel II Perbedaan Tingkat pengetahuan Pada Kejadian Pernikahan Dini di Indramayu Tahun 2020

Pernikahan Dini

Jumlah % p Value OR Menikah Dini Tidak Menikah

Dini Jumlah % Jumlah % Tingkat

Pengetahuan

Kurang Baik 44 4 10,5 88 34 6 89,5 12 50 38 100 100 0,000 62.333

Jumlah 48 54,5 40 45,5 88 100

Lingkungan

Negatif Positif 39 9 95,1 19,1 38 2 80,9 4,9 41 47 100 100 0,000 82.333

Jumlah 48 54,5 40 45,5 88 100

Sumber Informasi

Non Nakes Nakes 47 1 90,4 2,8 35 5 97,2 9,6 52 36 100 100 0,000 329.000

Jumlah 48 54,5 40 45,5 88 100

Berdasarkan tabel II Tingkat Pengetahun, diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang, sebanyak 44 responden (88%) menikah di usia dini dan responden yang memiliki pengetahuan baik, sebanyak 34 responden (89,5%) tidak menikah di usia dini.

Sedangkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan p value 0,000 < α 0,05 artinya Ho ditolak dan menerima Ha, kesimpulannya terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan pada kejadian pernikahan dini di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu.

Sedangkan dilihat dari nilai OR yaitu 62,333 berarti remaja yang memiliki pengetahuan Kurang tentang pernikahan dini dan dampaknya berisiko 62 kali lebih besar menikah dini dibandingkan dengan remaja yang memiliki pengetahuan baik tentang pernikahan dini dan dampaknya.

Berdasarkan tabel II Lingkungan, diketahui bahwa responden yang memiliki lingkungan negatif, sebanyak 39 responden (95,1%) menikah di usia dini dan responden yang memiliki lingkungan positif, sebanyak 38 responden (80,9%) tidak menikah di usia dini.

Sedangkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan p value 0,000 < α 0,05 artinya Ho ditolak

dan menerima Ha, kesimpulannya terdapat perbedaan yang bermakna antara lingkungan

dengan kejadian pernikahan dini di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu. Sedangkan

dilihat dari nilai OR yaitu 82,333 berarti remaja yang tinggal di lingkungan negatif berisiko

82 kali lebih besar menikah dini dibandingkan dengan remaja yang tinggal di lnigkungan

(6)

66

positif.

Berdasarkan tabel II Sumber Informasi, terlihat bahwa responden yang mendapatkan informasi mengenai pernikahan dini dari non tenaga kesehatan (nakes), sebanyak 47 responden (90,4%) menikah di usia dini dan responden yang mendapatkan informasi mengenai pernikahan dini dari tenaga kesehatan (nakes), sebanyak 35 responden (97,2%) tidak menikah di usia dini. Sedangkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan p value 0,000

< α 0,05 artinya Ho ditolak dan menerima Ha, kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan kejadian pernikahan dini di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu. Sedangkan dilihat dari nilai OR yaitu 329,000 berarti remaja yang mendapatkan informasi tentang pernikahan dini dan bahayanya dari tenaga non kesehatan berisiko 329 kali lebih besar menikah dini dibandingkan dengan remaja yang mendapatkan informasi yang benar dari tenaga kesehatan.

PEMBAHASAN

Kejadian Pernikahan Dini

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kejadian pernikahan dini sebagian besar sebanyak 48 responden (54,5 %) menikah di usia dini. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang ada di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu menikah di bawah usia 16 tahun untuk wanita dan di bawah 19 tahun untuk laki- laki sehingga berisiko menimbulkan berbagai dampak negatif dalam kehidupannya, Hal ini sesuai dengan pendapat Masnawi (2013) bahwa secara biologis alat - alat reproduksinya masih dalam proses pertumbuhan menuju kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seksual, apalagi sampai terjadi hamil dan melahirkan, jika dipaksakan justru akan terjadi trauma,robekan jalan lahir yang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya dan membahayakan jiwa.

Hal ini juga Sesuai dengan teori Menurut Kementrian Kesehatan RI (2014), bahwa akan banyak masalah-masalah yang mungkin terjadi selama kehamilan pada wanita yang menikah diusia dini.

Tingginya kejadian pernikahan dini pada penelitian ini tidak sejalan dengan aturan

yang tercantum dalam Undang undang RI nomor 16 tahun 2019 tentang Perkawinan pada

pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa : perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria dapat

mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun. Jadi jika

masih dibawah umur tersebut, maka dinamakan pernikahan dini. Menurut BKKBN (2010),

(7)

67

usia minimal menikah adalah 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki - laki.

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2014). Pernikahan adalah akad/janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan awal darikesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan (sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta dan kasih (mawaddah wa rahmah).

Asumsi peneliti, banyaknya remaja yang menikah dini ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang ada dimasyarakat, seperti budaya masyrakat tentang anggapan sebagai perawan tua, dan kondisi sosial ekonomi yang memaksa orangtua harus menikahkan ankanya diusia belia.

Perbedaan Tingkat Pengetahuan Pada Kejadian Pernikahan Dini

Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa dari 88 responden tingkat pengetahuan sebagian besar sebanyak 50 responden (56,8 %) memiliki pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang ada di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu memiliki pengetahuan yang kurang terutama tentang pernikahan dini dan juga dampaknya bagi kehidupannya, sehingga berisiko yang bersangkutan tidak memiliki informasi yang jelas mengenai bahaya pernikahan dini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Irne W. Desiyanti (2017) bahwa faktor pendidikan responden berpengaruh terhadap kejadian pernikahan dini pada remaja.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar sebanyak 47 responden (53,4%) lingkungannya positif. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang ada di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu tinggal di lingkungan yang baik. Lingkungan yang positif atau baik ini diharapkan membawa pengaruh yang baik juga bagi sehingga reaja tumbuh dan berkembang sesuai dengan norma yang berlaku. Namun adanya perilaku negatif tentunya berisiko membawa dampak buruk bagi remaja itu sendiri. Seperti diketahui bahwa masa remaja merupakan masa peralihan untuk melewati masa pubertas. Pada masa ini emosi mereka sangat labil karena terjadinya perubahan hormonal. Lain halnya jika mereka malah tidak diterima oleh lingkungan sekitar. Hal ini bisa menyebabkan remaja merasa tidak dipuaskan dalam sebuah lingkungan. Akibatnya, mereka pasti akan mencari lingkungan lain untuk mencari kepuasannya, diantaranya pergaulanbebas yang dapat berdampak pada pernikahan dini.

Terjadinya pergaulan bebas ini disebabkan karena individu mengalami frustasi,

seolah-olah individu mengalami beban yang berat dalam masalah, masalah dengan keluarga,

(8)

68

dan beban tugas kuliahnya. Hal tersebut membuat individu lari dijalan yang salah.

Kebanyakan remaja lari pada narkoba, hubungan seks dan hal-hal yang membuat mereka senang dengan hidup foya-foya. Dengan hal tersebut mereka mehilangkan beban atau tidak frustasi kembali. Pengaruh positif melakukan pergaulan tentunya mereka mendapat pengalaman pengalaman, mengetahui banyak hal, mengetahui cara berkomunikasi yang baik namun di pengaruh negatif mereka mudah terhasut mengikuti jejak teman yang tidak baik, terjadinya perilaku yang menyimpang.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sumber informasi sebagian besar sebanyak 52 responden (59,1%) sumber informasinya dari non tenaga kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang ada di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu.

Sumber dari non kesehatan ini bisa jadi tidak semaksimal dari sumber tenaga kesehatan yang mampu menjelaskan secara detail dan jelas mengenai pernikahan dini dan bahayanya. Hal ini sesuai dengan penelitian Tri Indah Septianah, Tetti Solehati, Efri Widianti (2019) bahwa sumber informasi yang benar berhubungan dengan pernikahan dini pada wanita.

Perbedaan Tingkat Pengetahuan Pada Kejadian Pernikahan Dini

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan p value 0,000 < α 0,05 artinya Ho ditolak dan menerima Ha, kesimpulannya terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan pada kejadian pernikahan dini di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki pengetahuan baik, tidak menikah di usia dini dan sebaliknya remaja yang kurang memiliki pengetahuan akan menikah di usia dini. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Menurut laporan WHO kurangnya pengetahuan seksual dan perencanaan keluarga menyebabkan remaja berisiko hamil diusia remaja. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian dari Stang (2011) terdapat hubungan pengetahuan dengan pernikahan usia dini. Pengetahuan erat kaitannya dengan pedidikan responden. Selain itu menurut Atik Mawarni dkk (2019) bahwa pengetahuan responden yang kurang mempunyai risiko 11 kali untuk menikah dini dibandingkan yang pengetahuannya baik (p-value=0,0001);

Tingkat pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang, wanita dengan tingkat

pengetahuan kesehatan reproduksi baik akan mempertimbangkan pilihan usia untuk menikah,

sebelum mempertimbangan usia menikah mereka akan mempertimbangkan apa saja dampak

yang akan terjadi apabila menikah dini. Selain pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi,

(9)

69

pengetahuan mengenai dampak pernikahan dini terhadap sosial ekonomi, fisik dan kesehatan juga harus diketahui.Pernikahan dini di kalangan remaja berdampak negatif baik dari segi sosial ekonomi, mental/psikologis, fisik dan kesehatan. Dampak kesehatan yang bisa terjadi pada remaja yang melakukan pernikahan dini adalah remaja perempuan yang berumur kurang dari 15 tahun, berisiko lima kali meninggal saat melahirkan dan perempuan usia 15-19 tahun berisiko dua kali lebih besar meninggal saat melahirkan dibandingan yang berusia 20-25 tahun.

Pernikahan idealnya dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Akan tetapi,apabila hal diatas tidak terjadi misalnya karena kurangnya pengetahuan, maka berisiko pada: Kekerasan secara fisik (misal: memukul, menendang, menampar, menjambak rambut, menyudut dengan rokok, melukai), Kekerasan secara psikis (misal : menghina, mengeluarkan komentar-komentar yang merendahkan, melarang istri mengunjungi saudara atau teman - temannya, mengancam) dan an Penelantaran (misal : tidak memberi nafkah istri, melarang istri bekerja). Untuk itu penulis merekomendasikan pentingnya pengetahuan remaja tentang dampak dan bahaya pernikahan dini.

Perbedaan Lingkungan Pada Kejadian Pernikahan Dini

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan p value 0,000 < α 0,05 artinya Ho ditolak dan menerima Ha, kesimpulannya terdapat perbedaan yang bermakna antara lingkungan pada kejadian pernikahan dini di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu.

Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang tinggal di lingkungan positif, tidak menikah di usia dini dan sebaliknya remaja yang tinggal di lingkungan negatif akan menikah di usia dini. Hal ini sesuai dengen penelitian Atik Mawarni dkk (2019) bahwa budaya masyarakat yang kurang baik mempunyai risiko 5 kali untuk menikah dini dibandingkan dengan budaya masyarakat yang baik (p-value=0,026;

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa Pergaulan remaja saat ini sangat

didukung oleh fasilitas dunia maya atau internet. Hampir semua remaja di seluruh Indonesia

menggunakan facebook atau twitter atau sosial media lainnya, sebagai sarana untuk

berkomunikasi dengan sesamanya. Pergaulan remaja saat ini juga di warnai dengan

permainan-permainan ala dunia virtual. Permainan yang terdapat di internet atau playstation

dan sejenisnya bukanlah hal yang asing bagi mereka.Remaja saat ini sangat lihai dalam

mengoperasikan hal-hal yang demikian. Dengan bermain, mereka saling berkomunikasi dan

(10)

70

bersaing untuk memenangkan permainan. Namun sangat di sayangkan tidak semua permainan jenis ini dapat digunakan secara bersama-sama. Hal ini mengakibatkan kurang meluasnya sosialiasi mereka. Dalam sosial media sekarang kini lebih condong ke arah negatif dalam hal ini tentunya remaja lebih leluasa meniru apa yang dari sosial media.

Menurut asumsi peneliti bahwa Pergaulan remaja saat ini lebih bebas dibandingkan dengan remaja-remaja dari periode waktu sebelumnya. Jam malam sudah tidak berlaku efektif bagi remaja. Hal ini dapat dilihat dengan menjamurnya remaja-remaja yang menonton bioskop midnight atau hang out di cafe sampai larut malam.Hal inilah yang memicu kepada pergaulan bebas yang marak di siarkan dimana-mana. Pergaulan mereka tidak lagi hanya sebatas teman namun mulai mengarah kepada percintaan yang serius. Dimana percintan yang serius ini juga memicu prilaku seks bebas yang marak di saat-saat ini

Dampak dari pernikahan dini akibat lingkungan yang kurang baik adalah timbulnya Kekerasan seksual (misal : memaksa dan menuntut berhubungan seksual), juga Eksploitasi (misal: memanfaatkan, memperdagangkan, dan memperbudayakan orang). Untuk itu mengingat merubah lingkungan memerlukan waktu yang lama, penulis merekomendasikan agar remaja dikuatkan nilai nilai dan juga norma sosial yang baik sehingga bisa memilih, memilah dan mengambil keputusan untuk bergaul secara baik dengan teman sebayanya.

Perbedaan Sumber Informasi Pada Kejadian Pernikahan Dini

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan p value 0,000 < α 0,05 artinya Ho ditolak dan menerima Ha, kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan kejadian pernikahan dini di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang mendapatkan informasi yang benar dari tenaga kesehatan tentang pernikahan dini beserta dampaknya, tidak menikah di usia dini dan sebaliknya remaja yang tidak mendapatkan informasi yang benar tentang pernikahan dini beserta dampaknya akan menikah di usia dini.

Menurut Saracevic (1999), informasi mempunyai makna yang terdiri dari tiga arti, yaitu mencakup arti sempit, arti luas, dan arti paling luas. Informasi dalam arti sempit berhubungan dengan pesan untuk pengambilan keputusan. Informasi dalam arti luas berkaitan dengan proses kognitif dan pemahaman, penjabarannya adalah interaksi antar dua hal, contohnya interaksi pikiran seseorang ketika membaca buku atau tulisan (pikiran dan teks), proses tersebut memberikan pengaruh pada pikiran, karena adanya pemahaman.

Sedangkan informasi dalam arti yang paling luas berkaitan dengan konteks, informasi tidak

(11)

71

hanya sebuah pesan (arti sempit) dan proses kognitif (arti luas) namun juga harus sesuai dengan konteks (situasi, permasalahan, atau minat). Dengan kata lain, remaja yang memperoleh informasi yang jelas mengenai dampak pernikahan dini tentunya akan berfikir berkali kali untuk menikah di usia dini.

KESIMPULAN

Berdasarkan Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,maka hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut : sebanyak 56,8 adalah dengan tingkat pengetahuan kurang, 46,6 % responden memiliki lingkungan negatif, Sumber informasi yang didapat tentang bahaya pernikahan dini 59,1 % adalah dari Non Nakes.

Ada perbedaan yang bermakna tingkat pengetahuan pada kejadian pernikahan dini di Kecamatan Indramayu dengan nilai OR 62.333. Ada perbedaan yang bermakna lingkungan pada kejadian pernikahan dini di Kecamatan Indramayu dengan nilai OR 82.333. Ada perbedaan yang bermakna sumber informasi pada kejadian pernikahan dini di Kecamatan Indramayu dengan nilai OR 329.000.

DAFTAR PUSTAKA

1. Atik Mawarni dkk. 2019. Hubungan Pengetahuan, Budaya, Lingkungan Tempat Tinggal dan Sosial Ekonomi dengan Pernikahan Dini pada Wanita. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Volume 13, Issue 1, March 2019, pp. 11 ~ 15 ISSN: 1978 – 0575 2. Badan Pusat Statistik, 2017. Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia, Jakarta:

Badan Pusat Statistik.

3. BKKBN. 2010. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi bagi Remaja Indonesia, BKKBN, Jakarta

4. Green. 2000. Health Education: A Diagnosis Approach, The John Hopkins University, Mayfield Publishing Co.

5. Fajriyah dan Hermien L, 2014. Subjective Well-Being Pasangan Muda yang Menikah Karena Hamil Vol. 3 No. 2. Diakses dari http://ejournal.unesa.ac.id. 2014

6. Irne W. Desiyanti. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan Terhadap Pernikahan Dini Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Mapanget Kota Manado. Artikel Penelitian.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado

7. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon

(12)

72

Pengantin. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

8. Kemenkes RI. 2014. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang TenagaKesehatan.

Jakarta: Kemenkes RI.

9. KUA Kecamatan Indramayu. 2020. Data Pernikahan Dini Kecamatan Indramayu.

Indramayu: KUA Kecamatan Indramayu.

10. Kusmiran E. 2014. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:SalembaMedika.

11. Masnawi. 2013. Gambaran Faktor yang Menyebabkan Pernikahan Dini di Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. [Tugas Akhir]. Banda Aceh : Stikes U”Budiyah Banda Aceh.

12. Noorkasianidkk. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.

13. Notoatmojo. 2010. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.Notoatmojo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

14. Pemerintah Kecamatan Indramayu. 2020. Profil Kecamatan Indramayu. Indramayu:

Pemerintah Kecamatan Indrmayu

15. Permana Warjiman; Pramana, I Nyoman Adi, Luckyta Ibna; Warjiman, 2018. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Dini pada RemajaWanita

16. Saifudin.2010. Ilmu Kebidanan, edisi4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 17. Tri Indah Septianah, Tetti Solehati, Efri Widianti. 2019.Hubungan Pengetahuan, Tingkat

Pendidikan, Sumber Informasi, dan Pola Asuh dengan Pernikahan Dini pada Wanit. Vol 4, No 2 (2019).

18. Saracevic. 1999. Information science. Journal of the American society for information science, 1051-1063

19. Soekanto, Soerjono, 1999. Sosiologi Suatu Mengantar EdisiIV 20. Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo.

21. Subakti. 2009. Sudah Siapkah Menikah ? Panduan Bagi Siapa Saja yang Sedang dalam Proses Menentukan Hal Penting dalam Hidup. PT. Gramedia. Jakarta.

22. Sugiono. 2010.Statistika Untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta.

23. Undang - Undang RI Nomor 16 Tahun 2019 TentangPerkawinan. Jakarta: Sekretariat Negara.

24. Undang Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 TentangPerkawinan. Jakarta: Sekretariat

Negara.

(13)

Gambar

Tabel I. Distribusi Kejadian Pernikahan Dini di Indramayu Tahun 2020
Tabel II Perbedaan Tingkat pengetahuan Pada Kejadian Pernikahan Dini di Indramayu Tahun  2020

Referensi

Dokumen terkait

Hegemoni sanro dan relasi kuasanya terhadap ritus lokal ini juga terlihat ketika ritual magisnya dapat mengikat masyarakat Ujung, baik yang berdomisili di Desa Ujung sendiri,

Biaya tidak langsung didefinisikan sebagai biaya yang tidak secara langsung terhubung dengan sebuah kegiatan, tetapi masih penting dalam pelaksanaan. Contoh kegiatan dari biaya

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif untuk Belajar Membaca Al-Qur’an Metode Qira’ati di TPQ Raudlotut Thalibin Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, 2 (1), 74-82,

1) Diperlukan pengolahan pendahuluan untuk menurunkan kadar Fluor pada limbah. Kehadiran ion ini pada kadar yang tinggi dapat menyebabkan penurunan removal amonium

Di negara-negara yang organisasi pendidikannya desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintahan daerah dan

Adapun masalah yang dihadapi oleh praktikan yaitu: praktikan harus percaya diri untuk melakukan komunikasi dengan karyawan yang telah kembali dari pelatihan

[r]

Ideologi yang tampak dalam penelitian ini adalah cantik adalah perempuan dengan wajah yang berkulit putih, model rambut pendek; curly; kecoklatan, tubuh kurus, penggunaan