• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA TAHAN SEMEN CAIR BABI DALAM PENGENCER BTS YANG DISUPLEMENTASI KUNING TELUR PADA SUHU PENYIMPANAN BERBEDA SURYADI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAYA TAHAN SEMEN CAIR BABI DALAM PENGENCER BTS YANG DISUPLEMENTASI KUNING TELUR PADA SUHU PENYIMPANAN BERBEDA SURYADI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA TAHAN SEMEN CAIR BABI DALAM PENGENCER BTS YANG DISUPLEMENTASI KUNING TELUR

PADA SUHU PENYIMPANAN BERBEDA

SURYADI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Daya Tahan Semen Cair Babi yang Disuplementasi Kuning Telur pada Suhu Penyimpanan yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Suryadi

NIM D14120021

(4)
(5)

ABSTRAK

SURYADI. Daya Tahan Semen Cair Babi dalam Pengencer BTS yang Disuplementasi Kuning Telur pada Suhu Penyimpanan Berbeda. Dibimbing oleh SALUNDIK dan IIS ARIFIANTINI.

Keberhasilan IB dipengaruhi banyak hal, salah satunya adalah kualitas semen cair. Semen cair babi harus disimpan pada suhu 16-18

o

C. Penelitian bertujuan untuk mengkaji motilitas dan viabilitas spermatozoa semen cair babi yang disimpan selama 60 jam pada suhu 4-5

o

C dan 16-18

o

C dalam pengencer Beltsville Thawing Solution (BTS) dan BTS Kuning telur (BTSKT). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial. Hasil penelitian menunjukkan, karakteristik semen segar babi duroc cukup baik, dengan volume 250±5.77 mL dan pH 7.13±0.13. Motilitas dan viabilitas spermatozoa masing-masing 68.33±1.67% dan 82.28±8.30%. Konsentrasi spermatozoa 270.7±45.8 x10

6

sel mL

-1

dengan jumlah spermatozoa abnormal 11.35±2.23%.

Penelitian ini menunjukkan suhu penyimpanan (4-5

o

C dan 16-18

o

C) dan jenis pengencer (BTS dan BTS KT) yang digunakan tidak menunjukkan perbedaan kualitas. Motilitas spermatozoa setelah disimpan 24 jam pada suhu 4-5

o

C adalah 34.00±3.61% (BTS) dan 45.17±8.25% (BTSKT) Suhu 16-18

o

C menunjukkan 47.00±7.32% (BTS) dan 45.33±5.33% (BTSKT). Pengencer dan suhu penyimpanan tidak berbeda disebabkan karena pengaruh individu dari babi yang digunakan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengencer BTS pada suhu 16-18

o

C dan BTSKT dapat sama-sama digunakan.

Kata kunci: babi, kuning telur, semen, suhu

ABSTRACT

SURYADI. Boar Liquid Semen Quality in BTS Supplemented with Egg Yolk in Several Storage Temperature. Supervised by SALUNDIK and IIS ARIFIANTINI.

The success of Artificial Insemination (AI) influenced by several factors

such as the liquid semen quality. Boar liquid semen must be kept at 16-18

o

C

which is different compare to semen of bulls, bucks and rams. This research aim

to evaluate the quality (motility and viability) of boar liquid semen after stored at

4-5

o

C and 16-18

o

C in BTS (Beltsville Thawing Solution) and BTSEY (Beltsville

Thawing Solution and Egg Yolk) extender. The experimental design is complete

randomized factorial design. Fresh semen characteristics demonstated moderate

quality with the semen volume 250±5.77 mL and pH 7.13±0.13. The percentage

of sperm motility 68.33±1.67% and sperm viability 82.28±8.30%. The sperm

concentration was 270.7±45.8 x10

6

sel mL

-1

with the sperm abnormality

11.35±2.23%. This research showed that there were no significant difference

between storage temperature and extender. Motility of sperm after 24

th

hour

storage at 4-5

o

C were 34.00±3.61% (BTS) and 45.17±8.25% (BTSEY) and at 16-

18

o

C is 47.00± 7.32% (BTS) and 45.33±5.33% (BTSEY).

(6)
(7)

In conclusion, BTS at 16-18

o

C and BTSEY can be used for maintaining the quality of boar liquid semen.

Keywords: boar, egg yolk, semen, temperature

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DAYA TAHAN SEMEN CAIR BABI DALAM PENGENCER BTS YANG DISUPLEMENTASI KUNING TELUR

PADA SUHU PENYIMPANAN BERBEDA

SURYADI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skrips. Skripsi berjudul Daya Tahan Semen Cair Babi dalam Pengencer BTS yang Disuplementasi Kuning Telur pada Suhu Penyimpanan Berbeda sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Salundik MSi dan Ibu Prof Dr Dra Iis Arifiantini MSi selaku pembimbing yang telah membantu proses penulisan skripsi dan berlangsungnya penelitian. Ibu Ir Hj Komariah MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu proses perkuliahan. Bapak Dr Asep Gunawan SPt MScAgr dan Ibu Dr Ir Hj Komariah MSi selaku dosen penguji pada ujian akhir sarjana penulis. Staf Dosen IPTP yang telah membimbing dan memberikan ilmu selama perkuliahan berlangsung. Staf UPTD Balai Inseminasi Buatan Baturiti, Bedugul, Bali selaku penyedia objek penelitian.

Keluarga tercinta: Ayah Fam Djat Fo, Ibu Lili Susanti, Alex Pandi, Kris Kurniadi, Hendry dan keluarga besar lainnya atas kasih sayang dan doa untuk penulis.

Teman-teman kos dan teman-teman departemen atas dukungannya kepada penulis. Rekan tim penelitian: Fanny Priscella dan Ernawati atas kerja samanya.

Seluruh Angkatan 49 IPTP atas bantuannya. Teman-teman dari Keluarga Mahasiswa Buddhis IPB (KMB IPB) atas dukungan, bantuan dan doa kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, September 2016

Suryadi

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Bahan 2

Prosedur 2

Persiapan Bahan Pengencer 3

Koleksi Semen 3

Evaluasi Semen Segar 3

Evaluasi Makroskopis 3

Evaluasi Mikroskopis 3

Motilitas Spermatozoa 3

Viabilitas Spermatozoa 3

Konsentrasi Spermatozoa 4

Morfologi Spermatozoa 4

Pengenceran Semen 4

Pengamatan Harian 4

Rancangan Percobaan 4

HASIL DAN PEMABAHASAN 5

Karakteristik Semen Segar 5

Motilitas Semen Cair Babi dalam Pengencer BTS dan BTSKT pada

Suhu 4-5

o

C dan 16-18

o

C 6

Viabilitas Semen Cair Babi dalam Pengencer BTS dan BTSKT pada

Suhu 4-5

o

C dan 16-18

o

C 8

SIMPULAN DAN SARAN 9

DAFTAR PUSTAKA 9

LAMPIRAN 11

RIWAYAT HIDUP 13

(16)

DAFTAR TABEL

1. Tabel karakteristik makroskopis dan mikroskopis semen segar babi 5 2. Tabel motilitas spermatozoa semen cair babi duroc selama 60 jam

dalam pengencer BTS dan BTSKT pada suhu 4-5

o

C dan 16-18

o

C 6 3. Tabel delta penurunan motilitas spermatozoa semen cair babi duroc

setiap 12 jam pada pengencer BTS dan BTSKT pada suhu 4-5

o

C

dan 16-18

o

C 7

4. Tabel viabilitas spermatozoa semen cair babi duroc selama 60 jam

dalam pengencer BTS dan BTSKT pada suhu 4-5

o

C dan 16-18

o

C 8

DAFTAR LAMPIRAN

1. Semen segar babi duroc 11

2. Pengamatan viabilitas spermatozoa babi 11

3. Semen yang disimpan dalam pengencer BTSKT 12

4. Semen yang disimpan dalam pengencer BTS 12

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Babi merupakan salah satu ternak yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging untuk masyarakat-masyarakat tertentu. Populasi ternak babi di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 7 873 000 ekor (BPS 2014).

Ternak babi merupakan salah satu ternak yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, dengan persentase karkas yang memiliki nilai cukup besar yaitu 75%

dengan pemotongan yang dilakukan pada umur 12 bulan (Aberle et al. 2001).

Semakin lama umur babi yang akan dipotong akan semakin besar pula persentase karkas yang akan di dapat. Babi juga merupakan salah satu hewan ternak yang memiliki nilai litter size yang cukup tinggi berkisar dari 8-10 bahkan terkadang mencapai 12. Sampai saat ini, ada empat bangsa babi yang umumnya dipelihara oleh peternak babi di Indonesia yaitu; yorkshire, landrace, duroc, dan hampshire.

Babi yorkshire memiliki warna dominan putih dan persentase karkas yang cukup tinggi. Babi landrace memiliki warna dominan putih dengan badan yang panjang.

Babi duroc memiliki warna dominan merah dan dapat beradaptasi dengan lingkungan lebih baik dibandingkan dengan babi warna putih. Babi hampshire memiliki warna dominan hitam dengan bagian putih yang menyerupai selendang pada bagian bahu, babi hampshire juga memiliki kemampuan adaptasi yang baik.

Populasi babi terus meningkat dari tahun 2012 sampai dengan 2014 menjadikan pentingnya peningkatan produktivitas dan perbaikan mutu genetik babi dengan menggunakan teknologi Inseminasi Buatan (IB). Teknologi IB sudah pernah dilakukan secara umum pada ternak, terutama sapi perah atau potong.

Ternak lain seperti kambing, domba, kuda dan babi juga sudah diterapkan teknologi IB akan tetapi masih dalam skala kecil. Inseminasi buatan pada babi di Indonesia umumnya sudah dilakukan oleh beberapa peternakan babi yang besar.

Semen merupakan sekresi dari organ kelamin jantan yang terdiri dari spermatozoa dan plasma semen (Garner dan Hafez 2000). Seekor babi jantan dapat menghasilkan semen yang cukup banyak. Volume semen babi jantan yang dapat mencapai 250ml sebaiknya digunakan seefisien mungkin salah satunya dengan cara diolah menjadi semen cair. Kualitas semen cair untuk IB ditentukan beberapa faktor yaitu, suhu penyimpanan, bahan pengencer dan teknik pengenceran. Standar yang diterapkan dalam SNI Semen Cair Babi 8034:2014 yaitu, motilitas sperma minimal 40% setelah disimpan selama tiga hari, semen cair dikemas dengan tube 80 mL. Semen cair babi harus disimpan pada refrigerator suhu 16-18

o

C, berbeda dengan semen cair sapi, kambing dan domba yang dapat disimpan pada suhu lemari es 4-5

o

C. Karena refrigerator yang dibutuhkan untuk penyimpanan semen cair babi sulit ditemukan maka perlu dikembangkan pengencer untuk penyimpanan semen cair babi pada suhu 4-5

o

C.

Percobaan ini dilakukan mencoba menambahkan kuning telur pada pengenceran

semen babi yang kemudian disimpan pada suhu 4-5

o

C.

(18)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji motilitas dan viabilitas semen cair babi yang disimpan pada styrofoam box (16-18

o

C) dan refrigerator (4-5

o

C) dengan pengencer BTS dan pengencer BTS yang ditambahkan kuning telur sebagai anti cold shock.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membandingkan daya tahan hidup spermatozoa babi pada rumpun babi duroc di UPTD Balai Inseminasi Buatan Daerah Baturiti, Bedugul, Bali. Variabel yang diamati yaitu motilitas spermatozoa dan viabilitas spermatozoa.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 s.d Febuari 2016.

Penelitian ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Inseminasi Buatan Daerah, Jalan Raya Bedugul Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan, Bali.

Bahan

Sumber semen berasal dari 3 ekor babi jantan dewasa kelamin, dari rumpun duroc. Babi jantan dewasa kelamin yang digunakan diberikan pakan yang mengandung protein dan energi yang terdiri atas dedak padi, dedak jagung, pollard, konsentrat 152, mineral, dan starbio. Total pemberian pakan pada pejantan sebanyak 2 kg ekor

-1

hari

-1

. Pengambilan semen dilakukan sebanyak 3 kali. Semen disimpan selama 3 hari dengan menggunakan bahan pengencer BTS dan BTSKT (BTS dan Kuning Telur).

Prosedur Persiapan Bahan Pengencer

Bahan pengencer yang digunakan pada penelitian adalah BTS dan BTS

yang disuplementasi dengan kuning telur. Proses pengenceran BTS dilakukan

(19)

3

dengan melarutkan 50 g BTS dengan aquadest yang dituangkan perlahan hingga mencapai 1 000 mL. Pembuatan pengencer BTS yang disuplementasi kuning telur prosesnya sama dengan pembuatan BTS biasa tetapi setelah BTS diencerkan dengan 1 000 mL aquadest. Pengencer kemudian dituang sebanyak 20% pada tabung reaksi lalu ditambahkan dengan kuning telur kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 2 500 RPM selama 15 menit. Komposisi yang digunakan adalah 80% (dari 100 mL pengencer BTS) : 20% (kuning telur, 20% dari 100 mL). Kuning telur yang digunakan adalah kuning telur dari telur ayam komersil.

Koleksi Semen

Koleksi semen pada babi dilakukan dengan teknik masase pada bagian corpus penis. Koleksi semen dilakukan dengan menggunakan dummy sow.

Volume semen babi sangat banyak, oleh karena itu tabung penampung menggunakan gelas piala ukuran 250-500 mL. Cara memegang tabung koleksi semen babi dapat dilakukan modifikasi dengan menggunakan gelas piala yang dilindungi dengan paralon. Semen babi banyak mengandung gelatin, maka pada bagian permukaan tabung penampung dilapisi dengan kain kasa untuk menyaring gelatin tersebut agar tidak tercampur dengan semen (Arifiantini 2012).

Evaluasi Semen Segar

Evaluasi Makroskopis. Evaluasi semen dilakukan secara makroskopis yang terdiri dari pengukuran volume, warna, bau dan derajat keasaman (pH).

Pengukuran volume dilakukan dengan melihat skala pada tabung penampung berupa gelas ukur. Pemeriksaan warna dilakukan dengan mengamati warna secara visual dari semen yang sudah ditampung di tabung penampung berupa gelas ukur.

Pemeriksaan bau dilakukan dengan cara tangan dikibaskan di atas tabung.

Pengukuran derajat keasaman (pH) dilakukan dengan menggunakan pH special indicator paper (Dapawole 2014).

Evaluasi Mikroskopis. Evaluasi mikroskopis semen segar meliputi pengamatan terhadap motilitas, viabilitas, kosentrasi dan morfologi.

Motilitas Spermatozoa. Motilitas spermatozoa diamati dengan cara meneteskan di kaca objek sebanyak satu tetes lalu ditambahkan NaCl fisiologis satu tetes kemudian ditutup dengan cover glass dan diletakkan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x (10x40) (Dapawole 2014).

Motilitas spermatozoa =

∑ spermatozoa yang bergerak ke depan

total spermatozoa

× 100%

Viabilitas Spermatozoa. Viabilitas spermatozoa diamati dengan pewarnaan eosin nigrosin (Arifiantini 2012). Pembuatan preparat diawali dengan tiga kaca objek, meneteskan kaca objek pertama dengan semen cair dan eosin nigrosin kemudian dihomogenkan, kaca objek kedua digunakan untuk membuat ulasan dari campuran di kaca objek pertama pada kaca objek ketiga.

Viabilitas spermatozoa =

∑ spermatozoa hidup

total spermatozoa

× 100%

(20)

4

Kosentrasi Spermatozoa. Konsentrasi spermatozoa semen dihitung dengan menggunakan spermacue photometer minitube. Spermacue dioperasikan dengan cara memasukkan semen cair ke dalam microcuvette, kemudian dimasukkan ke dalam spermacue photometer minitube yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu.

Morfologi Spermatozoa. Morfologi spermatozoa diamati dengan pengamatan terhadap preparat yang dibuat pada saat perhitungan viabilitas tetapi yang diamati adalah bentuk spermatozoa.

% spermatozoa normal =

∑ spermatozoa normal

total spermatozoa

× 100%

Pengenceran Semen

Semen segar yang sudah melalui evaluasi dan memenuhi syarat kemudian diencerkan dengan pengencer BTS yang ditambahkan kuning telur dan tanpa kuning telur.

Volume total =vol. semen x konsentrasi spermatozoa x % spermatozoa motil dosis IB

Keterangan: *Dosis IB berdasarkan standar SNI Semen Cair Babi 8034:2014 adalah 2 500-3 000 juta sel dalam 80-100 mL. Penelitian ini mengkonversi dosis inseminasi buatan menjadi 30 juta sel mL-1.

Semen yang sudah diencerkan kemudian disimpan dalam dua tempat yang berbeda, styrofoam (18

o

C) dan lemari es (4-5

o

C).

Pengamatan Harian

Pengamatan harian yang dilakukan adalah pengamatan terhadap motilitas dan viabilitas semen cair. Pengamatan dilakukan setiap 12 jam sekali.

Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial dengan kombinasi perlakuan yang disusun dalam pola faktorial 2 x 2 (dua macam pengencer dan dua suhu penyimpanan). Setiap perlakuan terdiri atas tiga kali pengulangan. Pengamatan yang dilakukan mulai dari jam ke-0 sampai jam ke-60.

Parameter yang diamati meliputi motilitas dan viabilitas spermatozoa yang sudah diencerkan. Model matematikanya menurut Mattjik (2013) adalah sebagai berikut:

𝐘𝐢𝐣 = µ + ∆𝐢 + 𝐁𝐣 + (𝐀𝐁)𝐢𝐣 + Ƹ𝐢𝐣

Keterangan :

Yij : nilai pengamatan motilitas dan viabilitas spermatozoa babi yang dipengaruhi penambahan kuning telur ke-i (BTS dan BTSKT) dan suhu penyimpanan ke-j (t1 dan t2).

µ : nilai tengah motilitas dan viabilitas spermatozoa babi.

∆i : pengaruh penambahan kuning telur ke-i terhadap motilitas danviabilitas

(21)

5

Bj : pengaruh suhu penyimpanan ke-j (t1 dan t2).

(AB)ij : pengaruh interaksi penambahan kuning telur ke-i (BTS dan BTSKT) dan suhu penyimpanan ke-j (t1 dan t2) terhadap motilitas dan viabilitas Ƹij : pengaruh galat penambahan kuning telur ke-i (BTS dan BTSKT) dan

suhu penyimpanan ke-j (t1 dan t2) terhadap motilitas dan viabilitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisik Semen Segar

Hasil evaluasi semen segar merupakan pemeriksaan awal semen yang dijadikan dasar untuk menentukan kelayakan semen agar dapat diolah lebih lanjut.

Pemeriksaan semen dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Semen yang diperoleh dari tiga kali penampungan memiliki mutu semen yang cukup baik, yaitu motilitas spermatozoa 68.33±1.67% dan konsentrasi spermatozoa 270.7x10

6

±45.8 sel mL

-1

dengan volume total yang dihasilkan sebesar 250±5.77 mL seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Karakteristik semen segar tidak berbeda dengan laporan dari beberapa penulis sebelumnya. Robert (2006) dan Ax et al. (2000) yang melaporkan bahwa volume semen yang dihasilkan babi berkisar antara 200 sampai dengan 250 mL, berwarna putih susu, konsistensi encer dan pH rata-rata 7.40±0.2. Sifat konsistensi dan motilitas spermatozoa dari semen segar babi yang didapat pada penelitian ini juga sesuai dengan Johnson et al. (2000) yaitu sifat konsistensi semen segar babi adalah encer dengan motilitas spermatozoa lebih dari sama dengan 60%. Faktor yang mempengaruhi volume, warna, konsistensi, dan pH semen adalah umur, tingkat rangsangan, frekuensi ejakulasi, kualitas pakan (Johnson et al. 2000).

Tabel 1 Karakteristik makroskopis dan mikroskopis semen segar babi

Karakteristik Semen Segar Nilai

Volume (mL) 250.00±5.77

Bau Amis

Warna Putih-krem

pH 7.13±0.13

Konsistensi Encer

Motilitas Spermatozoa (%) 68.33±1.67

Viabilitas Spermatozoa (%) 82.28±8.30

Konsentrasi Spermatozoa (10

6

sel mL

-1

) 270.70±45.80

Abnormalitas Spermatozoa (%) 11.35±2.23

(22)

6

Motilitas Spermatozoa Semen Cair Babi Duroc dalam Pengencer BTS dan BTSKT pada Suhu 4-5

o

C dan 16-18

o

C

Motilitas spermatozoa adalah salah satu penilaian yang mempengaruhi keberhasilan proses IB. Motilitas spermatozoa dalam BTS suhu 16-18

o

C jam ke-0 adalah 65.67±2.46%. Motilitas spermatozoa setelah disimpan 24 jam dalam BTS suhu 4-5

o

C adalah 34.00±3.61%. Nilai motilitas spermatozoa dalam BTS suhu 16-18

o

C adalah 47.00±7.32%, sedangkan data yang diperoleh Sumardani et al.

(2008) untuk motilitas spermatozoa yang disimpan selama 24 jam pada suhu yang sama adalah 53.33±3.33%. Nilai motilitas spermatozoa dalam BTS suhu 4-5

o

C adalah 34.00±3.61%. Penelitian Chun dan Zeng (2000) nilai motilitas spermatozoa pada suhu 4

o

C adalah 36.9±6.8%. Nilai motilitas spermatozoa dalam BTSKT pada suhu 4-5

o

C di jam ke-24 adalah 45.17±8.25%.

Penurunan motilitas spermatozoa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu individu, rumpun ternak, umur (Sumardani et al. 2008) dan perubahan suhu yang cepat selama penyimpanan (Johnson et al. 2000). Motilitas spermatozoa dalam BTSKT pada suhu 16-18

o

C di jam ke-24 adalah 45.33±5.53% (Tabel 2). Nilai motilitas spermatozoa dalam BTS pada suhu yang sama adalah 47.00±7.32. Nilai motilitas spermatozoa dalam BTSKT suhu 4-5

o

C di jam ke-24 adalah 45.17±8.25% (Tabel 2). Motilitas spermatozoa yang disimpan dalam BTS pada suhu yang sama memiliki nilai 34.00±3.61. Motilitas spermatozoa tidak berbeda mulai dari jam ke-0 sampai jam ke-60 penyimpanan. Standar yang ditetapkan SNI Semen Cair Babi 8034:2014 salah satunya adalah nilai persentase motilitas spermatozoa, dimana persentase motilitas spermatozoa minimal adalah 40%

setelah disimpan selama tiga hari. Nilai motilitas spermatozoa pada penelitian ini sudah mencapai 40% pada jam ke-24 penyimpanan, hal ini tidak sesuai dengan SNI Semen Cair Babi 8034:2014. Variasi individu yang cukup tinggi diduga merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan nilai motilitas spermatozoa pada penelitian ini tidak sesuai dengan SNI. Variasi antar individu babi juga diduga mengakibatkan nilai standar deviasi jam ke-48 (Tabel 2) melebihi nilai dari rataan motilitas spermatozoanya.

Tabel 2 Motilitas spermatozoa semen cair babi duroc selama 60 jam dalam pengencer BTS dan BTSKT pada suhu 4-5

o

C dan 16-18

o

C

Waktu (jam)

Pengencer

BTS 4-5

o

C BTSKT 4-5

o

C BTS 16-18

o

C BTSKT 16-18

o

C 0 58.83±4.53 60.17±04.34 65.67±02.46 63.67±03.92 12 47.00±5.41 50.67±08.09 60.33±03.49 55.50±07.59 24 34.00±3.61 45.17±08.25 47.00±07.32 45.33±05.53 36 17.50±8.95 32.50±11.90 32.50±12.80 30.33±10.88 48 6.33±9.50 17.83±08.92 11.80±11.80 19.00±09.54 60 2.17±3.25 8.67±04.67 0.00 12.34±06.23

Keterangan: BTS: Beltsville Thawing Solution, BTSKT: Beltsville Thawing Solution yang disuplementasi kuning telur.

(23)

7

Penelitian menunjukkan terjadinya penurunan persentase motilitas spermatozoa setiap 12 jam (Tabel 3). Total delta penurunan motilitas spermatozoa babi selama 24 jam memiliki nilai yang lebih besar dibanding dengan hewan- hewan lain. Semen cair dalam pengencer BTS suhu 4-5

o

C memiliki total penurunan motilitas spermatozoa sebesar 24.83%, sedangkan pada BTS suhu 16- 18

o

C sebesar 18.67%. Semen cair dalam pengencer BTSKT suhu 4-5

o

C memiliki total penurunan motilitas spermatozoa sebesar 13.00% dan pada suhu 16-18

o

C sebesar 18.34%. Ternak kuda memiliki nilai delta penurunan motilitas spermatozoa yang lebih kecil dengan keadaan suhu dan waktu penyimpanan yang sama dengan BTS 4-5

o

C yaitu 17.91% (Judi 2006). Hewan rusa juga memiliki nilai delta penurunan motilitas yang lebih kecil daripada babi yaitu 8.57% dengan keadaan suhu dan waktu penyimpanan yang sama dengan BTS 4-5

o

C (Siswanto 2006). Delta penurunan motilitas spermatozoa yang dimiliki ternak sapi jauh lebih kecil dibandingkan dengan delta penurunan motilitas spermatozoa babi. Delta persentase motilitas spermatozoa sapi pada pengencer tris suhu 5

o

C adalah 3.5%

(Arifiantini dan Purwantara 2010).

Tabel 3 Delta penurunan motilitas spermatozoa semen cair babi duroc setiap 12 jam pada pengencer BTS dan BTSKT suhu 4-5

o

C dan 16-18

o

C

Suhu Pengencer Motilitas

Total

1 2

4-5

o

C BTS 14.16 10.67 24.83

BTSKT 7.00 6.00 13.00

16-18

o

C BTS 5.34 13.33 18.67

BTSKT 6.00 12.34 18.34

Keterangan: BTS: Beltsville Thawing Solution, BTSKT: Beltsville Thawing Solution yang disuplementasi kuning telur, 1: Selisih persentase motilitas dari jam ke-0 sampai ke-12, 2: Selisih persentase motilitas dari jam ke-12 sampai ke-24.

Penurunan persentase motilitas selama penyimpanan diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perubahan suhu yang cepat selama penyimpanan (Johnson et al. 2000). Menurut Watson (1996) terjadinya cold shock pada spermatozoa saat fase penyimpanan dapat merusak komposisi membran plasma spermatozoa yang salah satunya terdiri dari phospholipid. Kerusakan dari komposisi membran plasma spermatozoa ini akan menyebabkan keluarnya enzim aspartat-aminotransferase (AspAT) yang akan mengakibatkan berhentinya produksi adenine triphosphate (ATP) sehingga spermatozoa tidak dapat bergerak (Sumardani et al. 2008).

Nilai penurunan motilitas pada BTS suhu 4-5

o

C lebih tinggi dibandingkan dengan nilai penurunan motilitas pada BTSKT suhu 4-5

o

C. Pengencer BTSKT pada suhu 4-5

o

C merupakan pengencer modifikasi antara BTS dan kuning telur.

Salah satu dampak yang diperlihatkan dari kuning telur ini adalah lebih rendahnya

nilai penurunan motilitas setelah 24 jam penyimpanan semen. Rendahnya

penurunan motilitas tersebut sesuai dengan Kulaksiz et al. (2010) yang

menyatakan senyawa yang terdapat pada kuning telur yaitu phospholipid,

kolesterol dan low density lipoprotein membantu melindungi spermatozoa dari

cold shock selama proses penyimpanan dilakukan.

(24)

8

Viabilitas Spermatozoa Semen Cair Babi Duroc dalam Pengencer BTS dan BTSKT pada Suhu 4-5

o

C dan 16-18

o

C

Viabilitas spermatozoa semen cair adalah persentase hidup mati spermatozoa. Tabel 4 merupakan rata-rata dari data viabilitas yang didapat selama 60 jam pada dua media penyimpanan dan suhu yang berbeda. Persentase viabilitas spermatozoa tertinggi pada jam ke-0 adalah spermatozoa dalam BTSKT suhu 4-5

o

C dengan persentase sebesar 81.62±7.70%. Setelah disimpan selama 24 jam persentase viabilitas spermatozoa mengalami penurunan, dimana viabilitas terendah (Tabel 4) adalah spermatozoa pada BTS suhu 4-5

o

C dengan nilai sebesar 50.25±13.79%. Viabilitas spermatozoa dalam BTS suhu 16-18

o

C adalah 66.81±14.12% tidak jauh berbeda dari hasil penelitian Sumardani et al. (2008) viabilitas spermatozoa semen babi yang diencerkan pada pengencer BTS yang disimpan pada kotak styrofoam dengan suhu 18

o

C adalah 64.01±0.95%.

Nilai viabilitas spermatozoa yang disimpan selama 24 jam dalam BTSKT suhu 16-18

o

C (Tabel 4) adalah 53.58±14.50%, sedangkan nilai viabilitas spermatozoa dalam BTS suhu 16-18

o

C adalah 66.81±14.1%. Nilai viabilitas spermatozoa dalam BTSKT suhu 4-5

o

C setelah disimpan 24 jam (Tabel 4) adalah 52.76±13.46% sedangkan nilai viabilitas spermatozoa dalam BTS suhu 4-5

o

C adalah 50.25±13.79%. Nilai viabilitas spermatozoa tidak memiliki perbedaan mulai dari jam ke-0 sampai jam ke-60 penyimpanan. Nilai standar deviasi dari yang terdapat pada Tabel 4 memiliki nilai yang cukup besar, hal ini diduga diakibatkan oleh besarnya variasi antar individu dari babi yang digunakan.

Menurut Sumardani et al. (2008) penurunan viabilitas spermatozoa selama penyimpanan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu motilitas dan konsentrasi spermatozoa, serta derajat keasaman (pH). Menurut Susilawati (2011) bahwa proses pendinginan juga mengakibatkan stres fisik dan kimia pada membran sel yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan viabilitas spermatozoa.

Tabel 4 Viabilitas spermatozoa semen cair babi duroc selama 60 jam dalam pengencer BTS dan BTSKT pada suhu 4-5

o

C dan 16-18

o

C

Waktu (jam)

Pengencer

BTS 4-5

o

C BTSKT 4-5

o

C BTS 16-18

o

C BTSKT 16-18

o

C 0 74.80±10.70 81.62±07.70 79.58±08.66 79.38±06.80 12 67.26±12.32 63.01±14.02 73.84±11.30 71.06±08.99 24 50.25±13.79 52.76±13.46 66.81±14.10 53.58±14.50 36 44.19±14.73 41.22±14.74 51.30±17.30 40.84±15.26 48 29.58±11.31 22.52±12.48 39.60±14.60 17.16±12.61 60 22.38±11.42 13.38±09.70 23.18±12.10 13.12±13.12

Keterangan: BTS: Beltsville Thawing Solution, BTSKT: Beltsville Thawing Solution yang disuplementasi kuning telur.

(25)

9

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pengencer BTSKT dan BTS pada suhu 16-18

o

C sampai jam ke-24 dapat mempertahankan motilitas spermatozoa sampai 40%. Viabilitas spermatozoa tertinggi pada penyimpanan suhu 4-5

o

C di jam ke-24 adalah BTSKT, pada penyimpanan suhu 16-18

o

C di jam ke-24 adalah BTS.

Saran

Penambahan kuning telur saja tidak dapat mempertahankan persentase motilitas dan viabilitas pada suhu 4-5

o

C. Penambahan bahan lain seperti sumber gula dan sumber lemak disarankan untuk penelitian selanjutnya. Penyimpanan semen cair pada suhu 4-5

o

C sebaiknya diletakkan dalam styrofoam box juga.

DAFTAR PUSTAKA

Aberle ED, Forrest JC, Gerrard DE, Mills EW. 2001. Principles of Meat Science.

Ed ke-4. Iowa (USA): Kendall/Hunt Publishing Company.

Arifiantini RI. 2012. Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen Pada Hewan. Bogor (ID): IPB Pr.

Arifiantini RI, Purwantara B. 2010. Motility and viability of Friesian Holstein spermatozoa in three different extender stored at 5

o

C. J Trop Anim Agric.

35(4):222-226.

Ax RL, Dally M, Didion BA, Lenz RW, Love CC, Varner DD, Hafez B, Bellin ME

.

2000. Semen Evaluation. In: Hafez B dan Hafez ESE, editor.

Reproduction in farm Animals. Ed ke-7. Philadelphia (US): Lippincott Williams and Wilkins.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Populasi Babi Menurut Provinsi, 2009-2015.

Jakarta (ID): BPS 2015.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2014. SNI Semen Cair Babi Nomor 8034.

Jakarta (ID): BSN 2014.

Chun XZ, Zeng MY. 2000. Evaluation on sperm quality of freshly ejaculated boar semen during in vitro storage under different temperatures. Theriogenology.

53:1477 – 1488.

Dapawole RR. 2014. Preservasi dan kriopreservasi semen babi dalam pengencer BTS dan MIII yang disuplementasi dengan dan tanpa trehalosa [tesis].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(26)

10

Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and seminal plasma. In: Hafez B, Hafez EZE, editor. Reproduction in Farm Animals. Ed ke-7. Philadelphia (US): Lippincott Williams and Wilkins.

Johnson LA, Weitze KF, Fiser P, Maxwell WMC. 2000. Storage of boar semen. J Anim Reprod Sci. 62:143-172.

Judi. 2006. Daya tahan spermatozoa kuda dalam pengencer dimitropoulos yang disuplementasi dengan fruktosa, trehalosa atau rafinosa [tesis]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Kulaksiz R, Cebi C, Akcay E, Daskin A. 2010. The protective effect of egg yolk from different avian species during the cryopreservation of Karayaka ram semen. Small Rum Res. 88:12-15.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2013. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press.

Robert V K. 2006. Semen Processing, Extending & Storage for Artificial Insemination in Swine. Champaign (US): UIUC.

Siswanto. 2006. Kualitas semen di dalam pengencer tris dan natrium sitrat dengan berbagai sumber karbohidrat dan level gliserol pada proses kriopreservasi semen Rusa Timor (Cervus timorensis) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sumardani NLG, Tuty LY, Pollung HS. 2008. Viabilitas spermatozoa babi dalam pengencer BTS (Beltsville Thawing Solution) yang dimodifikasi pada penyimpanan berbeda. Med Petern. 31(2):81-86.

Susilawati T. 2011. Spermatology. Malang (ID): UB Pr.

Watson PF. 1996. Cooling of spermatozoa and fertilizing capacity. Reprod Domes

Anim. 31:135-140.

(27)

11

LAMPIRAN

Lampiran 1 Semen segar babi duroc

Lampiran 2 Pengamatan viabilitas spermatozoa babi

(28)

12

Lampiran 3 Semen yang disimpan dalam pengencer BTSKT

Lampiran 4 Semen yang disimpan dalam pengencer BTS

(29)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 28 April 1994. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Fam Djat Fo dan Lili Susanti. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Sang Timur Ciledug tahun 1999 hingga 2000 kemudian melanjutkan ke SDK Sang Timur Ciledug dari tahun 2000 hingga tahun 2006, tahun 2006 hingga 2009 melanjutkan studi ke SMPK Sang Timur Ciledug dan tahun 2009 melanjutkan pendidikan di SMA Katolik Ricci II hingga 2012. Penulis diterima sebagai Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Angkatan 49, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi, yaitu sebagai

Anggota Divisi Hubungan Masyarakat (HUMAS) Keluarga Mahasiswa Buddhis

IPB (KMB IPB) periode 2012/2013. Periode 2013/2014 penulis menjadi Ketua

Divisi Hubungan Masyakarat (HUMAS) Keluarga Mahasiswa Buddhis IPB

(KMB IPB) dan Wakil Hubungan Masyarakat dari KMB IPB untuk KMB

Jabodetabek. Periode 2014/2015 menjadi Bendahara Keluarga Mahasiswa

Buddhis IPB (KMB IPB). Penulis juga mendapat beasiswa PPA periode

2013/2016.

Gambar

Tabel  2  Motilitas  spermatozoa  semen  cair  babi  duroc  selama  60  jam  dalam  pengencer BTS dan BTSKT pada suhu 4-5  o C dan 16-18  o C
Tabel  3  Delta  penurunan  motilitas  spermatozoa  semen  cair  babi  duroc  setiap  12  jam pada pengencer BTS dan BTSKT suhu 4-5  o C dan 16-18  o C
Tabel  4  Viabilitas  spermatozoa  semen  cair  babi  duroc  selama  60  jam  dalam  pengencer BTS dan BTSKT pada suhu 4-5  o C dan 16-18  o C

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil dari kajian luasan perubahan fisik spasial Kecamatan Ampenan dari tahun 2010 sampai tahun 2017 adalah +80,49 Ha atau 8,59% dari total luas wilayahnya, dimana

Informasi yang dibutuhkan dari tiap responden sebagai sampel penelitian adalah tentang struktur pengetahauan ekologi masyarakat lokal yaitu: jenis dan distribusi spesies

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu penyimpanan semen burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) dalam pengencer fosfat kuning telur yang disimpan pada suhu

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kualitas semen segar babi dan membandingkan kualitas spermatozoa babi dalam pengencer MIII ® ditambah dengan kuning

UNTUK KEGUNAAN PEJABAT **DILULUSKAN / TIDAK DILULUSKAN (**potong yang mana tidak berkenaan) ULASAN : TANDATANGAN DAN COP RASMI TARIKH MAKLUMAT PEMULANGAN (Diisi Oleh

Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu tahap dalam pendidikan Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Sentimen positif juga datang dari laporan WEO IMF terbaru yang mem- perkirakan Indonesia ditahun 2020 terkontraksi lebih rendah ketimbang perkiraan beberapa eko- nom dan