• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk Indonesia cukup pesat. Jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak 233 juta jiwa dan 26,8% atau 63 juta jiwa adalah remaja (SKRRI, 2010). Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang mempunyai peran penting di masa yang akan datang dimana mereka diharapkan mampu berprestasi dan mampu menghadapi tantangan-tantangan yang ada pada masa sekarang dan yang akan datang. Remaja perlu dipersiapkan sejak dini baik secara mental maupun secara spiritual. Secara mental remaja diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi, diantaranya hambatan, kesulitan, kendala dan penyimpangan dalam kehidupan termasuk dalam kehidupan sosial sesuai dengan tugas perlembangan yang dilaluinya. Perkembangan pada hakekatnya adalah usaha penyesuaian diri yaitu untuk secara aktif mengatsi stres dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah (Sarwono, 2011).

Seiring dengan masa perkembangannya maka remaja memiliki tugas perkembangan yaitu dituntut untuk mempersiapkan diri dalam memasuki masa tersebut agar remaja dapat memiliki keutuhan pribadi dalam arti yang seluas-luasnya. Proses perubahan karena pengalaman dan usia merupakan hal yang terjadi karena dalam proses pematangan kepribadiannya, remaja demi sedikit memumculkan ke permukaan sifat-sifat yang sebenarnya, yang harus berbenturan dengan rangsangan-rangsangan dari luar. Berbagai bentuk benturan antara diri individu remaja dengan rangsangan dari luar ini merupakan bagian dari tugas perkembangan yang harus dijalani oleh remaja sebagai bagian dari lingkungannya (Sarwono, 2011).

Adanya tugas-tugas perkembangan bagi remaja tersebut dapat membuat remaja merasakan beban dalam kehidupannya. Sebagaimana dinyatakan oleh Sofia (2009) bahwa pertumbuhan fisik masa remaja akan diikuti oleh adanya gejolak dan permasalahan baik secara medis maupun psikososial. Gejolak dan permasalahan ini dapat disebabkan oleh kondisi

(2)

remaja yang sedang mencari jati diri terhadap norma-norma baru yang berlaku di dalam lingkungannya. Remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan peran barunya tersebut dapat membuat dirinya labil dan emosional bahkan dapat membuat frustasi dan depresi hingga berperilaku yang merugikan baik bagi diri sendiri maupun orang lain (Sofia, 2009).

Berkaitan dengan hal di atas maka untuk menghindarkan remaja agar tidak mengalami frustasi dan depresi dalam memikul tugas perkembangannya maka sangat diperlukan peran dan bantuan dari orangtua. Remaja yang sedang menjalankan tugas perkembangannya sangat membutuhkan rasa aman, rasa kasih sayang serta kebutuhan akan harga diri. Pemenuhan kkebutuhan remaja inilah yang mampu mengantarkan anaknya menjadi remaja yang siap dan mantap dalam menghadapi masa depannya yang hal ini tidak terlepas dari peran orang tua (Sarwono, 2011).

Peran orang tua dalam hal ini dapat berupa bentuk pola asuh yang diterapkan. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dengan anak dalam berinteraksi, serta berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam pengasuhannya, memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar (Monks, dkk, 2007).

Orang tua sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak. Bentuk pola asuh yang biasa diterapkan oleh orang tua ada tiga macam yaitu demokratis, otoriter dan permisif (Amalia, 2006). Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti dan pola asuh permisif atau pemanja biasanya meberikan pengawasan yang sangat longgar. Bentuk pola asuh yang diterapkan ini menjadi sarana belajar bagi anak di rumah (Amalia, 2006).

(3)

Kehidupan keluarga merupakan tempat anak belajar pertama kali dalam mempelajari emosi, berupa bagaimana mengenal emosi, merasakan emosi, menanggapi situasi yang menimbulkan emosi serta mengungkapkan emosi. Melalui wadah pendidikan dalam keluarga, individu belajar mengungkapkan emosinya. Individu melakukan tindakan seperti apa yang didemonstrasikan orangtuanya ketika mengasuhnya dengan mengungkapkan emosinya secara verbal maupun secara non verbal. Orang tua agar dapat membentuk karakter anak yang baik maka harus menerapkan pola asuh yang tepat (Retnowati 2005).

Pemilihan pola asuh yang tepat dari orangtua dapat membantu membentuk karakter remaja menjadi lebih baik, sebaliknya jika salah dalam memilih bentuk pola asuh pada remaja dengan tugas perkembangannya yang semakin berat dapat membuat remaja menjadi frustasi dan depresi. Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, merasa tidak berdaya, perasaan bersalah dan putus asa (Yosep, 2007).

Kejadian depresi ini banyak dialami oleh remaja. Di Amerika Serikat tahun 2010 ditemukan 18 juta penduduk mengalami permasalahan depresi dan 20% nya adalah dialami oleh remaja. Di Indonesia belum ada catatan pasti tentang jumlah remaja yang mengalami depresi. Berdasarkan data pada Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2010 ditemukan terdapat 91.700 (63,84%) dari 143.635 remaja yang memerlukan perawatan konseling yang disinyalir mengalami permasalahan kejiwaan yang salah satunya dalam bentuk depresi (Dinkes Kota Semarang, 2010).

Kejadian depresi pada remaja ini akan sangat berbahaya karena dapat berakibat pada sulitnya remaja untuk konsentrasi atau penurunan daya ingat, hilangnya semangat, perasaan senang dan minat yang tentunya dapat berimplikasi pada pelajaran di sekolahnya (Yosep, 2007). Upaya untuk menetralisir kejadian depresi pada remaja ini maka perlu dukungan dari orang tua dan keluarga besar remaja mampu melewatinya dengan baik.

(4)

Penelitian yang dilakukan oleh Maentiningsih (2008) yang meneliti tentang hubungan secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja mendapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja. secure attachment merupakan hubungan keterikatan antara orangtua dan anak dalam hubungan yang nyaman dan aman, dan salah satu bentuk depresi pada remaja adalah adanya penurunan prestasi belajar remaja.

Penelitian lain dilakukan oleh Alifiati Fitrikasari dan Ismed Yusuf (2008) yang meneliti tetang determinan depresi pada anak dan remaja yang menemukan bahwa kondisi orang tua memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kejadian depresi pada remaja. Kondisi orang tua disini meliputi keharmonisan, status ekonomi dan pendidikan yang mempengaruhi pola pengasuhan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada Bulan Januari 2012 di SMK 10 Nopember Semarang yang terdiri dari 4 kelas pada kelas 1 dengan jumlah sisiwa 130 anak. Wawancara yang dilakukan terhadap 20 (15,38%) siswa secara accidental didapatkan bahwa para siswa ini sering merasakan gangguan jiwa seperti sering murung (30,4%), sedih (37,4%), tidak bersemangat (41,2%) dan terkadang muncul perasaan putus asa apalagi jika sedang mengalami suatu permasalahan (16,1%). Permasalahan ini dapat berkaitan dengan mata pelajaran di sekokah maupun permasalahan yang berkaitan dengan pubertas. Kedua puluh siswa ini mengaku sangat jarang membicarakan permasalahan tersebut kepada orang tua apalagi jika permasalahan tersebut berkaitan dengan permasalahan-permasalahan khas remaja seperti percintaan. Jarangnya komunikasi antara orang tua dengan anaknya ini menunjukkan bahwa kedekatan orang tua dengan anak kurang terbentuk dengan baik. Berdasarkan wawancara dengan guru BK menyebutkan terdapat 20 (15,38%) anak yang bermasalah dengan kedisiplinan, 8 (6,15%) siswa dari keluarga yang broken home, dan dari siswa-siswa yang bermasalah ini menurut guru BK, mereka mengalami penurunan prestasi belajar.

(5)

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK 10 Nopember Semarang”.

B. Rumusan masalah

Kejadian depresi yang dialami oleh remaja sangat berkaitan dengan tugas tumbuh kembangnya. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan seiring dengan pertambahan usianya menyebabkan remaja harus mampu menyesuikan diri dengan nilai-nilai baru dalam lingkungannya. Remaja yang tidak mampu menyesuikan diri dengan baik terhadap lingkungan dapat menyebabkan rasa frustasi. Peran orangtua akan sangat dibutuhkan pada masa ini. Peran orangtua ini diwujudkan dalam bentuk pemilihan pola asuh yang tepat untuk menjaga jarak dan komunikasi yang baik sehingga remaja merasa mendapat perhatian, kasih sayang serta penghargaan harga diri. Berkaitan dengan hal tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Adakah hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK 10 Nopember Semarang?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK 10 Nopember Semarang.

2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan tingkat depresi siswa SMK 10 Nopember Semarang. b. Mendeskripsikan bentuk pola asuh orang tua siswa SMK 10 Nopember

Semarang.

c. Menganalisis hubungan bentuk pola asuh orang tua dengan tingkat depresi siswa SMK 10 Nopember Semarang.

(6)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi remaja

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi remaja dalam menjalani tugas perkembangannya agar terhindar dari depresi.

2. Bagi orangtua

Sebagai dasar pertimbangan bagi orangtua dalam menerapkan pola asuh bagi perkembangan remaja sehingga mampu menjadi remaja yang baik. 3. Institusi sekolah

Institusi sekolah melalui guru BK diharapkan dapat mengarahkan dan membimbing remaja supaya kebutuhannya terpenuhi dan kepribadiannya berkembang kearah yang lebih baik

4. Perawat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi perawat khususnya berkaitan dengan ilmu keperawatan keluarga.

E. Bidang ilmu

Penelitian ini berkaitan dengan ilmu keperawatan khususnya keperawatan jiwa.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 5 aspek pelayanan keluarga berencana (prosedur, petugas, biaya, sarana prasarana, dan informasi) yang memiliki hubungan

pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.. Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja yang mereka lakukan. •

2. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan rumus-rumus trigonometri, hasil belajar yang diperoleh siswa

Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan perilaku konsumsi minuman beralkohol antara remaja yang memiliki

TT 001 TATA LINGKUNGAN Pelaksana Plambing / Pekerjaan Plambing TT 002 TATA LINGKUNGAN Pengawas Plambing / Pekerjaan Plambing TT 003 TATA LINGKUNGAN Juru gambar / Draftman -

Berdasarkan 17 (tujuh belas) data kasus yang digunakan untuk pengujian, sistem menghasilkan 5 (lima) data kasus yang memiliki urutan nilai akhir terbesar

Chapman (1984) mengatakan bahwa Avecinnia spp merupakan jenis pionir di bagian depan yang menghadap ke laut dan dapat mentoleransi salinitas hingga 35 ppt, hal tersebut juga

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan strategi bermain aktif untuk meningkatkan kemampuan kosakata bahasa Inggris anak, saran-saran yang dapat digunakan