• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Dan Persepsi Akseptor KB NON MKJP Tentang Kontrasepsi Implan Di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Dan Persepsi Akseptor KB NON MKJP Tentang Kontrasepsi Implan Di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2016."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

PENGETAHUAN DAN PERSEPSI AKSEPTOR KB NON MKJP

TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS I

DENPASAR UTARA TAHUN 2016

NI LUH MADE MEGA KARYATI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

PENGETAHUAN DAN PERSEPSI AKSEPTOR KB NON MKJP

TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS I

DENPASAR UTARA TAHUN 2016

NI LUH MADE MEGA KARYATI NIM. 1420015029

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

UNIVERSITAS UDAYANA

PENGETAHUAN DAN PERSEPSI AKSEPTOR KB NON MKJP

TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS I

DENPASAR UTARA TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

NI LUH MADE MEGA KARYATI NIM. 1420015029

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(4)

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi KesehatanMasyarakat FakultasKedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 28 Juni 2016

Pembimbing

(5)

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikandan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi KesehatanMasyarakat FakultasKedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 28 Juni 2016

Tim Penguji Skripsi Ketua (Penguji 1)

(Ni PutuSuariyani, S.KM, MHlth&IntDev.) NIP. 198001132005012005

Anggota (Penguji II)

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ida Sang HyangWidhiWasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul“Pengetahuan dan Persepsi Akseptor KB Non MKJP tentang Kontrasepsi Implan di Puskesmas I

Denpasar Utara Tahun 2016” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan S1 di Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. dr. I Md. Ady Wirawan, MPH, Ph.D., selaku Ketua Program StudiKesehatan Masyarakat Universitas Udayana, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. 2. Ketut Hari Mulyawan, S.Kom, M.PH., selaku Kepala Bagian Peminatan

Kesehatan Ibu dan Anak Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.

3. Ibu Desak Nym. Widyanthini, S.ST, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telahmemberikan arahan serta masukan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu dr. A.A Ampera Prihatini, MM., selaku Kepala Puskesmas I Denpasar Utara yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi.

(7)

v

7. memberikan masukan dan arahan serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen, Staf dan Pegawai Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat atas dukungan dan kerjasamanya.

9. Keluarga, orang tua, teman yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

10. Semua teman-teman angkatan 2014 yang selalu memberikan saran, kritik dan selalu memberikan semangat kepada penulis.

11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan dan semoga skripsi penelitian ini bermanfaat.

Denpasar, Juni 2016

(8)

vi

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

PEMINATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) Skripsi, Juni 2016

Ni Luh Made Mega karyati

PENGETAHUAN DAN PERSEPSI AKSEPTOR KB NON MKJP TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS I

DENPASAR UTARA TAHUN 2016

ABSTRAK

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui program KB. Strategi dari pelaksanaan program KB adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti kontrasepsi implan. Puskesmas I Denpasar Utara merupakan salah satu puskesmas pemakaian kontrasepsi implan tergolong rendah yaitu 1,1%. Masalah rendahnya pemakaian kontrasepsi implan erat kaitannya dengan pengetahuan dan persepsi tentang kontrasepsi implan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan persepsi tentang kontrasepsi implan pada akseptor KB Non MKJP di Puskesmas I Denpasar Utara.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitaif dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah akseptor KB Non MKJP di Puskesmas I Denpasar Utara. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Data diperoleh melalui kuesioner dan kemudian dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 42% responden memiliki pengetahuan kurang dan sebanyak 37% responden memiliki persepsi negatif tentang kontrasepsi implan. Persepsi akseptor KB non MKJP tentang indikasi memakai kontrasepsi implan, bahaya pemakaian kontrasepsi implan, dan manfaat pemakaian kontrasepsi implan sebagian besar sudah positif namun persepsi negatif sevbagian besar masih terkait hambatan pemakaian kontrasepsi implan.

Masih banyak responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang kontrasepsi implan namun sebagian besar akseptor KB non MKJP sudah memiliki persepsi positif tentang kontrasepsi implan. Persepsi negatif yang paling besar tentang kontrasepsi implan adalah terkait hambatan pemakaian kontrasepsi implan. Sehingga perlu diupayakan peningkatan promotif dalam memberikan konseling dan penjelasan tentang kontrasepsi implanpada wanita pasangan usia subur.

(9)

vii SCHOOL OF PUBLIC HEALTH

FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY

MAINSTREAM OF MOTHER- CHILD AND REPRODUCTIVE HEALTH Mini Thesis, June 2016

Ni Luh Made Mega Karyati

KNOWLEDGE AND PERCEPTION OFACCEPTOR OF NON LONG TERM CONTRACEPTIVE METODS REGARDING THE CONTRACEPTIVE

IMPLAN IN PRIMARY HEALTH CENTER I DENPASAR UTARA 2016

ABSTRACT

One effort that can be performed to reduce the population growth is through the family planning program. The strategy of the implementation of family planning programs is the escalation of the utilization of long-term contraceptive metods (MKJP) such as implant. Primary health center I Denpasar Utara is one of the health center with low usage of contraceptive implant, with only around 1,1%. The issue toward low usage ofcontraception is closely related to knowledge and perception of community towards contraception.This study aimed to determine the knowledge and perception of acceptor of non long term contraceptive metodsregarding the contraceptive implant in primary health center I Denpasar Utara.

The study was a descriptive quantitative research with cross sectional design. The population in this research wasacceptor of non long term contraceptive metodsin primary health center I Denpasar Utara. Samples were derived consecutively. Data was obtained through questionnaires and then analyzed descriptively.

Result for this research indicates that as many as 42% of respondents have less knowledge and as much as 37% of respondents have negative perception about the contraceptive implant. Meanwhile, perception of acceptor of non long term contraceptive metodstowards the indication of implant, the risk of using contraceptive implants and the benefit of using contraceptive implants have already been positive but the perception of barriers towards implant contraception use remains largely negative.

There were many respondents who have less knowledge about contraceptive implants. Most of respondentshave had positive perception of the contraceptive implant. However, there was a 37% respondent who have negative perception, especially regarding the barriersof using contraceptive implant. Therefore,promotive counseling and adequate explanation of the implant contraceptives on women on reproductive age need to be intensified.

(10)

viii

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Keluarga Berencana ... 8

2.2 Alat Kontrasepsi ... 8

2.2.1 Metode kontrasepsi sederhana ... 9

2.2.2 Metode Kontrasepsi Modern ... 9

2.2.3 Metode Kontrasepsi Mantap ... 11

2.3 Implan ... 11

2.3.1 Pengertian Implan ... 11

2.3.2 Jenis kontrasepsi implan ... 11

2.3.3 Efektivitas implan ... 12

(11)

ix

2.3.5 Indikasi dan kontraindikasi implan ... 12

2.3.6 Efek samping ... 13

2.3.7 Cara pemasangan implan ... 13

2.3.8 Keuntungan penggunan implan ... 14

2.3.9 Kerugian penggunaan Implan ... 15

2.4 Pengetahuan ... 16

2.4.1 Definisi Pengetahuan ... 16

2.4.2 Tingkat Pengetahuan ... 17

2.4.3 Pengukuran Pengetahuan ... 17

2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 18

2.5 Persepsi akseptor KB tentang implan berdasarkan Teori Health Belief Model 21 BAB III KERANGKA KONSEP ... 24

3.1 Kerangka Konsep ... 24

3.2 Variabel dan Definisi operasional ... 25

BAB IV METODE PENELITIAN ... 27

4.1 Desain Penelitian ... 27

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

4.3.1 Populasi ... 27

4.3.2 Sampel ... 27

4.4 Teknik Sampling ... 28

4.5 Alat dan Cara Pengumpulan Data ... 29

4.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 29

BAB V HASIL PENELITIAN ... 32

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 32

5.2 Karakteristik Responden ... 33

5.3 Pengetahuan Akseptor KB non MKJP Tentang Kontrasepsi Implan ... 33

5.4 Persepsi Akseptor KB non MKJP Tentang Kontrasepsi Implan ... 36

BAB VI PEMBAHASAN ... 40

6.1 Pengetahuan Akseptor KB non MKJP Tentang Kontrasepsi Implan ... 40

(12)

x

6.3 Kelemahan Penelitian ... 47

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

7.1 Kesimpulan ... 48

7.2 Saran ... 48

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……… 25 Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik Responden……….. 33 Tabel 5.2 Pengetahuan Akseptor KB non MKJP tentang Kontrasepsi Implan … 34 Tabel 5.3 Aspek Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Implan………. 34

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengetahuan Dan Persepsi Akseptor KB Non

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Persetujuan

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat merupakan salah satu masalah bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.Perserikatan Bangsa bangsa (PBB) memproyeksikan bahwa populasi dunia pada tahun 2015 mencapai 7,5 milyar dan akan mencapai 9,7 milyar pada tahun 2050 yang didorong oleh pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang.Meningkatnya populasi penduduk dunia maka akan terjadi ledakan besar yang tidak hanya menurunkan

kualitas kehidupan manusia, namun juga dapat mengancam lingkungan hidup dan

kehidupan sehat (UN News Centre, 2015).

Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar

keempat di dunia dengan penduduk 237,6 juta jiwa. Laju Pertumbuhan Penduduk

(LPP) sebesar 1,49% dan jumlahnya akan terus bertambah sekitar 3,5 juta jiwa setiap

tahunnya (BKKBN, 2015). Tingginya laju pertambahan penduduk di Indonesia

pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan program

(17)

Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015-2019 adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Berdasarkan lamaefektivitasnya kontrasepsi dibagi menjadi dua metode yaitu MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) dengan jenis Implan/susuk, IUD (Intra Uterine Device), MOP (metode operasi pria), MOW (metode operasi wanita). Sedangkan

Non MKJP dengan jenis kondom, pil, suntik, dan metode lain yang tidak termasuk dalam MKJP. Program kontrasepsi yang digalakkan adalah metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan implanmerupakan salah satu metode unggulannya (BKKBN, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gebremariam&Addissie (2014) mengatakan bahwa MKJP implan (susuk) dinilai merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif dari segi kegunaan, biaya dan dengan tingkat keberhasilan mencapai 99%. Namun kenyataannya persentase penggunaan implan di Bali masih sangat rendah dibandingkan dengan metode MKJP lainnya.

(18)

keuntungan yang baik dan dapat bekerja dengan efektifitasnya, oleh karena itu penggunaan KB implan sangat penting dalam mendukung program KB.

Pemerintah mencanangkan cakupan peserta KB aktif Provinsi Bali sebesar 80%, dimana cakupan yang diharapkan untuk pencapaian peserta KB aktif MKJP sebesar 70% (Dinkes Kota Denpasar, 2015). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014 diperoleh bahwa terdapat 6.932.05 pasangan usia subur (PUS) , dimana 8,01% adalah peserta KB baru dan 83,87% adalah peserta KB aktif. Persentase peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi yang digunakan tahun 2014 adalah akseptor IUD sebesar 248.020 (42,7%), suntikan 219.947 (37,6%), pil 55.752 (9,6%), MOW 21.753 (3,7%), kondom 20.174 (3,5%), implan 12.420 (2,1 %), MOP 3.347 (0,6%). Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa keikutsertaan pasangan usia subur terhadap penggunaan KB implan tergolong rendah apabila dibandingkan dengan kepesertaan KB suntikan dan IUD (Dinkes Prov. Bali, 2015).

(19)

berkontribusi sebesar 1,2% terhadap cakupan pencapaian peserta KB aktif MKJP. Penggunaan MKJP di Bali masih sangat rendah jika dibandingkan dengan di daerah lain, salah satunya di Banyuwangi. Di Banyuwangi, angka pencapaian penggunaan kontrasepsi implan sebesar 17% dengan target yg ditetapkan 9,89% (Nuzula, 2015).

Menurut Ely, dkk (2011)faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan KB implanadalah karena kurangnya pengetahuan responden tentang kontrasepsi tersebut, selain itu juga kurangnya informasi dari tenaga kesehatan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nuzula (2015) di Kabupaten Banyuwangi juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang kontrasepsiimplan, maka pemakaian kontrasepsi implansemakin tinggi.

Penggunaan alat kontrasepsi implan masih rendah juga dikarenakan adanya perasaan takut dalam menggunakan alat kontrasepsi implan. Perasaan takut tersebut merupakan faktor psikologis dari persepsi seseorang, dimana persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan (Walgito, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Ariyani (2005) mengatakan bahwa semakin positif persepsi seseorang terhadap KB maka semakin tinggi motivasi menjadi akseptor KB, sebaliknya jika semakin negatif persepsi seseorang terhadap KB maka semakin rendah motivasi menjadi akseptor KB. Penelitian lain juga mengatakan bahwa terdapat hubungan antara perspsi ibu tentang program KB dengan penggunaan kontrasepsi (Maryam, 2014).

(20)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengetahuan dan persepi akseptor KB non MKJP tentang kontrasepsi implan di Puskesmas I Denpasar Utara tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Program KB sangat besar peranannya dalam mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Penggunaan kontrasepsi implan sangat efektif dalam meningkatkan kepesertaan MKJP. Implan merupakan alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas cukup tinggi dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka panjang lainnya, namun jumlah akseptor implan di Puskesmas I Denpasar Utara rendah dibandingkan dengan alat kontrasepsi suntik dan pil. Penggunaan kontrasepsi implan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuandan persepsi masyarakat terhadap kontrasepsi implan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengetahuan dan persepsi akseptor

KB non MKJP tentang kontrasepsi Implan di Puskesmas I Denpasar Utara tahun 2016?”

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana tingkat pengetahuan dan persepsi akseptor KB non MKJP tentangkotrasepsiimplan di Puskesmas I Denpasar Utara tahun 2016.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

(21)

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahuipengetahuan akseptor KB nonMKJP tentangkontrasepsi implan di Puskesmas I Denpasar Utara.

2. Untuk mengetahui persepsi akseptor KB non MKJP tentangkontrasepsi implan di Puskesmas I Denpasar Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi institusi hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan dan dapat digunakan untuk pengembangan teori dan ilmu pengetahuan khususnya tentang kontrasepsi implan

2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti masalah ini, hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang terkait penelitian ini.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat di Puskesmas I Denpasar Utara untuk memperluas pengetahuannya mengenai kontrasepsi implandan dapat memberikan dorongan pada masyarakat untuk ikut serta dalam penggunaan kontrasepsi implan.

(22)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

(23)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

Keluarga berencana merupakan salah satu upaya untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan dengan tujuan membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2014). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga berencana, dan sistem informasi keluarga. Program keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Sasaran program KB adalah PUSpada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun (Kemenkes RI, 2014).

2.2 Alat Kontrasepsi

(24)

Alat kontrasepsi yang terbanyak digunakan di Bali adalah alat kontrasepsi suntikan dan pil, sedangkan alat kontrasepsi IUD, implan, MOW dan MOP masih sedikit digunakan di Bali. Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (IUD, implan) masih rendah di Bali, akan tetapi akseptor KB IUD lebih banyak dibandingkan dengan akseptor KB implan. Walaupun alat kontrasepsi IUD dan implanmerupakan metode kontrasepsi jangka panjang, akan tetapi penggunaan IUD dan implan tidak seimbang, dilihat dari penggunaan alat kontrasepsi IUD lebih banyak daripada penggunaan alat kontrasepsi implan(BKKBN, 2015).

Dalam melaksanakan upaya pencegahan kehamilan terdapat beberapa metode kontrasepsi yaitu metode kontrasepsi sederhana, metode kontrasepsi mantap, dan metode kontrasepsi modern.

2.2.1 Metode kontrasepsi sederhana

Metode kontrasepsi sederhana dapat dibagi lagi menjadi metode sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat meliputi metode pantang berkala, metode suhu basal, metode lendir serviks, metode simtomtermal, koitus interuptus. Sedangkan metode sederhana dengan alat meliputi penggunaan kondom, barrier intravagina atau kondom untuk wanita, dan spermisida (Sulistyawati, 2014).

2.2.2 Metode Kontrasepsi Modern 1. Kontrasepsi oral (PIL)

(25)

2. Kontrasepsi suntik

Kontrasepsi suntik terdiri dari metode kontrasepsi suntik kombinasi merupakan metode kontrasepsi yang diberikan sebulan sekali. Kontrasepsi suntikan progestin ada dua jenis yaitu Depomendroksiprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan. Depo noretisteronenantat (Depo Noristrat), mengandung 200 mg noretindronenantat yang diberikan setiap satu bulan. Cara kerja kontrasepsi ini untuk mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menghambat transportasi gamet oleh tuba (Wiknjosastro, 2009). Kontrasepsi ini memiliki keuntungan seperti, tidak memiliki pengaruh pada hubungan suami istri, serta klien tidak perlu menyimpan obat suntik. Serta memiliki kekurangan seperti menimbulkan gangguan haid, tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu, klien bergantung pada sarana pelayanan kesehatan karena harus kembali untuk disuntik, sering menimbulkan efek samping masalah berat badan (Sulistyawati, 2014).

3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

(26)

kehamilan. Tingkat kegagalan AKDR sebesar 1-3 kehamilan pada 100 wanita pertahun (Kurniawati, 2013).

4. Implan

Implan atau susuk KB adalah alat kontrasepsi yang berisi hormon lovonorgestrel yang dipasang di bawah kulit lengan atas bagian dalam. Implan

dipakai selama lima tahun (Kurniawati, 2013). 2.2.3 Metode Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari metode operasi wanita (MOW) dan metode operasi pria (MOP). MOW adalah tindakan yang dilakukan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Sedangkan MOP adalah tindakan pengikatan dan pemotongan vas deferens agar sperma tidak keluar dari penis sehingga kedua metode kontrasepsi ini bersifat permanen (Kurniawati, 2013).

2.3 Implan

2.3.1 Pengertian Implan

Implan atau susuk KB adalah merupakan alat kontrasepsi yang terdiri dari hormon lovonorgestrel yang dipasang di bawah kulit lengan atas bagian dalam dan implan dipakai selama lima tahun (Kurniawati, 2013).

2.3.2 Jenis kontrasepsi implan

(27)

tahun.Jadenadan indoplantterdiri dari dua batang yang berisi 75 mg levonorgestreldengan lama kerjanya tiga tahun.

2.3.3 Efektivitas implan

Menurut sulistyawati (2014) kontrasepsi implan efektif lima tahun untuk norplant dan tiga tahun untuk jadena, indoplant atau implanon, nyaman untuk digunakan. Selain itu sangat efektif (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan) implan memberikan perlindungan yang sama atau lebih baik dari kebanyakan IUD (Mochtar, 2011).

2.3.4 Cara kerja kontrasepsi implan

Melepaskan sejumlah hormon yang dapat mencegah lepasnya ovum dari tuba fallopi dan mengentalkan lendir pada mulut uterus sehingga sel sperma tidak dapat masuk ke dalam uterus, menipiskan selaput lendir uterus sehingga hasil pembuahan tidak dapat tertanam di dalam uterus (Kurniawati, 2013).

2.3.5 Indikasi dan kontraindikasiimplan

Menurut Wiknjosastro (2009) yang diperkenankan menggunakan kontrasepsi implan adalah wanita pada usia reproduksi wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka panjang tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan IUD, wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen, wanita yang setelah keguguran dan setelah melahirkan serta menyusui atau tidak menyusui, wanita dengan tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg, wanita yang sering lupa meminum pil kontrasepsi.

(28)

2.3.6 Efek samping

Efek samping dalam penggunaan implan adalah gangguan pola haid terutama pada 6-12 bulan pertamaseperti terjadinya perdarahan bercak (spotting), perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah, mual-mual, pening atau sakit kepala, perubahan perasaan atau kegelisahan, penurunan atau peningkatan berat badan. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan pil KB (Wiknjosastro, 2009). 2.3.7 Cara pemasangan implan

Pemasangan dilakukan pada waktu menstruasi atau selambat-lambatnya hari ke-7 sejak dimulainya menstruasi. Peralatan dan instrumen untuk pemasangan implanyaitu sebagai berikut: meja periksa (tempat tidur), batang implan, doeklobang

steril, mangkok tempat kapsul norplant, sarung tangan DTT, larutan anti septik, obat anasthesi(konsentrasi satu persen), spuit 5-10 ml, trokar 10 dan mandrin, skapel 11

atau 15, verban band aid atau plaster, kasa steril, lidocain, forcep mosquito, bak instrumen, cairan chlorin0,5%, cairan DTT, waslap, tempat sampah (basah, kering, benda tajam), tempat cuci tangan, sabun untuk cuci tangan, template, dan sarung tangan rumah tangga (Saifuddin, 2006).

Persiapan pelaksanaan pemasangan implanyaitu: bersihkan lengan dengan sabun dan sudah dibilas sampai bersih, persiapkan tempat tidur klien, baringkan akseptor dengan lengan yang jarang digunakan. Kemudian letakkan pada meja samping (penyangga lengan), tentukan lokasi pemasangan (delapan cm di atas lipat siku dan gunakan template), siapkan alat-alat (buka dan letakkan dalam bak steril), dan masukkan kapsul implandalam mangkok steril (Saifuddin, 2006).

(29)

pembersihan lokasi insersi dengan larutan anti septik dari arah dalam keluar secara melingkar 8-13 cm dan biarkan dua menit sampai kering. Pergunakan doeksteril berlubang pada lengan yang akan di insersi, lakukan anastesi dengan dosis tiga ml (Saifuddin, 2006).

Proses pemasangan kapsul implandimulai dari melakukan insisi dangkal dengan sudut 45º. Perhatikan dua tanda (garis) pada trokar yang masuk dibawah kulit kemudian berikan tanda dua pada batas trokar yang berada dibawah kulit setelah memasang kapsul. Langkah selanjutnya masukkan trokar dengan sudut yang kecil dan angkat trokarkeatas sehingga kulit terangkat dan masukkan kapsul kemudian dorong perlahan. Saat trokar masuk sampai batas tanda satu, cabut pendorong trokar, masukkan kapsul dalam trokar dengan menggunakan pinset atau ibu jari-jari telunjuk dengan membentuk kipas (sesuai template), melakukan pendorongan kapsul secara perlahan-lahan, tarik tabung trokar dengan ibu jari serta telunjuk kearah luka. Setelah ada tanda-tanda yang muncul dari tepi luka insisi, keluarkan kapsul dari trokar dan pastikan kapsul telah masuk dibawah kulit, tanpa mengeluarkan trokar putar ujung trokar kearah lateral kanan, kembali seperti semula, geser 15º mengikuti pola kipas. Untuk mengurangi resiko ekspulsipastikan ujung kapsul yang terdekat lima mm dari luka insisi, jangan mengeluarkan trokar sebelum seluruh kapsul terpasang, memastikan seluruh kapsul telah terpasang, pastikan seluruh ujung kapsul tidak berada pada sisi luka insisi (lima mm), keluarkan trokar perlahan-lahan, tekan tepat insisi dengan jari yang memegang kasa selama satu menit kemudian bersihkan dan tutup luka dengan kasa steril, bereskan alat dan cuci tangan (Saifuddin, 2006).

2.3.8 Keuntungan penggunanimplan

(30)

setiap 100 wanita pertahun, perlindungan jangka panjang, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam, tidak mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu aktivitas, akseptor hanya perlu kembali ke pelayanan kesehatan hanya jika merasa ada keluhan, tidak mengganggu produksi ASI, dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan (Kurniawati, 2013).

2.3.9 Kerugian penggunaan Implan

Kerugian dari penggunaan implanyaitu gangguan menstruasi seperti siklus menstruasi sering memanjang atau memendek, akseptor perlu kembali ke klinik pelayanan kesehatan jika menginginkan pencabutan, serta tidak menjamin pencegahan penularan penyakit menular seksual atau HIV/AIDS (Kurniawati, 2013).

(31)

2.4 Pengetahuan

2.4.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasiltahu dari manusia dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku seringkali dipengaruhi oleh seberapa besar pemahaman kita atas sesuatu hal, karena hal itu maka pengetahuan seseorang sangat berkaitan erat dengan perilaku mereka dalam memutuskan tentang upaya untuk meningkatkan kesehatan mereka, pengetahuan memiliki pengaruh dalam memberikan putusan untuk menggunakan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,00 dan OR 2,224 (Mosha& Ruben, 2013).

Pengetahuan akseptor KB akan mempengaruhi penerimaan program KB. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dini (2014) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemakaian kontrasepsi implanpada WUS.Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Nuzula (2015) menemukan faktor yang berhubungan dalam pemakaian implan pada pasangan usia subur yaitu nilai budaya, pengetahuan tentang implan, dan informasi dari petugas kesehatan. Pengetahuan yang baik tentang implan akan mendorong wanita pasangan usia subur untuk memakai implan.

(32)

2.4.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Mubarak (2011) mempunyai enam tingkatan yaitu : Tahu (know)diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.Memahami (comprehension)diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara luas.Aplikasi (application)diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.Analisa (analysis)adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.Sintesis (synthesis)diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.Evaluasi (evaluation)diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada misanya dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB.

2.4.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Menurut Arikunto (2007), kategori penilaian dapat dibagi menjadi beberapa kriteria antara lain:

(33)

2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : 1. Umur

Umur adalah waktu mulai dari seseorang dilahirkan sampai saat ini. Semakin tinggi umur seseorang, semakin banyak informasi yang diperoleh. Dengan memperoleh komunikasi akan menguatkan keyakinan untuk mencapai tujuan. Semakin bertambah umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dimiliki (Notoadmojo, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nuzula (2015) mengatakan bahwa berdasarkan karakteristik responden pada variabel umur didapatkan OR= 0,82, yang artinya peluang umur < 20 tahun atau > 35 tahun untuk memakai implan 0,8 kali dibandingkan dengan yang umur 20-35 tahun. Penelitaian lain juga mengatakan bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan pemilihan jenis kontrasepsi di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen (Grestari, 2014).

2. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat di pungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai- nilai baru diperkenalkan (Mubarak, 2006).

(34)

dkk 2012). Penelitian lain juga mengatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsipenggunaan alat kontrasepsi di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu (Yustiani, dkk 2013).

3. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.Menurut penelitian sebelumnya mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pengetahuan tentang MKJP. (Fienalia, 2012).

4. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi minta ibu dalam penggunaan kontrasepsi implan yaitu pengetahuan, pendidikan, dan tingkat ekonomi.

5. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu. Paritas sangat berpengaruh terhadap penerimaan seseorang terhadap pengetahuan, dimana semakin banyak pengalaman seorang ibu maka penerimaan akan semakin mudah (Nursalam, 2008).

(35)

peluang 3,9 kali lebih besar untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang dibandingkan dengan yang mempunyai anak 0-2 orang.

6. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan maka psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

7. Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

8. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Cara memperoleh informasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui tenaga kesehatan, teman, dan media massa.

(36)

2.5 Persepsi akseptor KB tentang implanberdasarkan Teori Health Belief

Model

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannnya (Notoatmodjo, 2012). Teori health belief model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan mengambil tindakan yang berhubungan dengan kesehatan berdasarkan persepsi dan kepercayaan. Teori ini dituangkan dalam lima segi pemikiran dalam diri individu, yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam diri individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya yaitu :

1. Perceived susceptibility (Kerentanan yang dirasakan)

Perceived susceptibility yaitu kepercayaan akan kerentanan yang dirasakan

oleh seseorang yang mendorongnya untuk mengadopsi perilaku, dimana tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit yang akan timbul bila seseorang merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut. Atau merupakan persepsi tentang indikasi dan kontraindikasi pemakaian kontrasepsi terkait kerentanan yang dirasakan.

2. Perceived severity (Bahaya atau kesakitan yang dirasakan)

Perceived severity yaitu keyakinan seseorang tentang keseriusan atau

keparahan kejadian yang terjadi. Persepsi ini biasanya diperoleh dari informasi atau pengetahuan juga dari kepercayaannya tentang kesulitan yang didapat akibat penyakit tersebut.

3. Perceived benefits (manfaat yang dirasakan)

Perceived benefits yaitu manfaat yang dirasakan seseorang jika mengadopsi

(37)

4. Perceived barrier (hambatan yang dirasakan)

Perceived barrier yaitu hambatan-hambatan yang dirasakan untuk

melaksanakan perubahan perilaku. Unsur hambatan yang dirasakan memiliki nilai yang signifikan dalam menentukan apakah terjadi perubahan perilaku atau tidak. 5. Cues to Action ( isyarat untuk bertindak)

Cues to Action yaitu peristiwa, orang, ataupun hal-hal yang dapat menggerakan

seseorang untuk mengubah perilaku mereka, yakni dapat berupa informasi dari media masa, nasihat dari orang sekitar, maupun pengalaman pribadi atau keluarga (Priyoto, 2014).

Menurut penelitian Yustiani, dkk (2013) mengatakan bahwa ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki persepsi penggunaan alat kontrasepsi yang lebih baik dari pada ibu rumah tangga yang lebih rendah tingkat pendidikannya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Maryam (2014) menyatakan bahwa ada hubungan antara persepsi ibu tentang program keluarga berencana (KB) dengan penggunaan kontrasepsi. Persepsi responden tentang program KB dengan penggunaan kontrasepsi memang sejalan dengan pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan responden tergantung dari apa yang responden ketahui sehingga akan berdampak pada respon dan perilaku dalam penggunaan kontrasepsi tersebut.

Selain itu sebagian responden masih takut menggunakan implan, penyebabnya yaitu informasi yang salah bahwa kapsul implan dapat hilang ketika akan dicabut, dan implan dapat menyebabkan kenaikan berat badan.

(38)

Referensi

Dokumen terkait

Apakah Bapak/Ibu kesulitan mengingat sebuah daftar yang baru saja diberi.

Pada tabel 3.33 dan 3.40 akan menggambarkan mengenai hambatan waktu yang ditemui oleh lansia Kota Surabaya pada saat memenuhi kebutuhan informasinya, yang berisi

Buku Putih Utilisasi Reaktor Riset BATAN 22 Fasilitas iradiasi yang ada di dalam teras reaktor Irradition Position (IP).. dapat digunakan untuk memproduksi

Bahan hukum sekunder, adalah bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer, misalnya rancangan perundang-undang, hasil karya ilmiah para sarjana,

Tidak ada jawaban yang dianggap salah, semua jawaban adalah benar jika diisi dengan jujur sesuai dengan keadaan saat ini. Pilih salah satu dari empat jawaban yang ada dan yang

Siklus regeneratif menggunakan uap yang diekstraksi dari turbin untuk memanaskan fluida kerja pada tingkat keadaan cair jenuh yang dipompakan menuju boiler,

Perusahaan Daerah Air minum (PDAM) Surya Sembada Surabaya merupakan satu-satunya perusahaan yang mengelola air. minum

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Free Cash Flow , dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang