• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII TEKNIK INVENTARISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VII TEKNIK INVENTARISASI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

TEKNIK INVENTARISASI DAN PEMETAAN HUTAN

BAB VII

TEKNIK INVENTARISASI

DR IR DRS H ISKANDAR MUDA PURWAAMIJAYA, MT

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

2017

(2)

1

BAB VII INVENTARISASI HUTAN

(Sumber :

https://unhas.ac.id/fahutan/index.php/id/buku-ajar.html?download=5%3Ainventarisasi-hutan)

Ilmu Inventarisasi hutan adalah salah satu cabang ilmu kehutanan yang membahas tentang metode penaksiran potensi hutan. Metode penaksiran adalah cara pengukuran sebagian atau seluruh elemen dari suatu obyek yang menjadi sasaran pengamatan untuk mengetahui sifat-sifat dari obyek yang bersangkutan.

Potensi hutan adalah nilai kekayaan yang terkandung dalam suatu lahan hutan, baik yang secara nyata ada pada saat pengamatan maupun prakiraan pengembangan / pertumbuhannya pada masa mendatang. Potensi hutan meliputi potensi fisik dan potensi hayati (biologis). Potensi fisik terkait dengan kondisi tanah, kondisi iklim dan kondisi topografi lahan hutan. Sedang potensi hayati meliputi stuktur dan komposisi vegetasi (khususnya pohon), serta diversitas dan jumlah satwa dalam lahan hutan yang bersangkutan.

Sebagai cabang ilmu, inventarisasi hutan dapat didefenisikan sebagai suatu cabang ilmu kehutanan yang membahas tentang cara pengukuran sebagian atau seluruh elemen-elemen dari suatu lahan hutan untuk mengetahui sifat-sifat dan / atau nilai kekayaan yang ada di atas lahan hutan yang bersangkutan. Istilah lain yang sama pengertiannya dengan inventarisasi hutan antara lain adalah :

1. Bosch Inventarisatie (Bahasa Belanda) 2. Forest Inventory

3. Timber Cruising 4. Cruising

5. Timber Estimation

(3)

2

Peranan Inventarisasi Hutan

Peranan Inventarisasi Hutan adalah :

1. Inventarisasi hutan berperan dalam penyiapan data yang akurat, melalui upaya-upaya yang efisien dan efektif

2. Inventarisasi hutan berperan dalam menentukan tersusunnya rencana pemanfaatan kekayaan hutan secara optimum

3. Inventarisasi hutan berperan sebagai suatu langkah awal yang sangat menentukan dalam pendayagunaan sumberdaya hutan secara lestari.

Ruang Lingkup Inventarisasi Hutan

Kekayaan yang terdapat pada suatu lahan hutan tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan hutan pada saat pengamatan (saat inventarisasi) dilakukan, tetapi juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor lain. Faktor-faktor tersebut berperan dalam proses terciptanya keadaan hutan yang ada pada saat pengamatan dan juga kemungkinan akan terus mempengaruhi proses pertumbuhan / perkembangan hutan tersebut pada masa mendatang.

Keseluruhan faktor-faktor tersebut merupakan elemen-elemen yang perlu diamati atau dicatat melalui inventarisasi hutan. Secara garis besar, elemen-elemen tersebut dapat digolongkan atas tiga kelompok, yaitu :

1. Keadaan lahan hutan, yang antara lain meliputi jenis tanah, kondisi fisik, biologi dan kimia tanah, kondisi iklim, serta kondisi topografi. Faktor-faktor inilah yang telah, sedang dan akan terus mempengaruhi kondisi pertumbuhan / perkembangan vegetasi (khususnya pohon-pohon) yang ada pada suatu lahan hutan.

2. Keadaan tegakan, antara lain meliputi : luas areal (yang produktif dan tidak produktif), struktur tegakan dan komposisi jenis, penyebaran kelas umur, penyebaran ukuran pohon, keadaan pertumbuhan, keadaan permudaan, kerapatan tegakan, penyebaran kelas bonita, dan keadaan tempat tumbuh.

(4)

3

3. Keterangan yang bersangkut-paut dengan pemanfaatan, yang meliputi aksesibilitas dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar hutan, termasuk pola penggunaan lahan.

Gambar . Elemen tanah dalam inventarisasi hutan

(Sumber :

http://mongabaydotorg.wpengine.com/wp-content/uploads/2014/09/long5-1512852_336678726487193_2361955836827258150_n.jpg)

Gambar . Keadaan tegakan dalam inventarisasi hutan (Sumber :

http://1.bp.blogspot.com/-FNAGy8qzdK8/UFI3FmWDbEI/AAAAAAAABOg/zBM1cqsOoT4/s1600/tegakan-hutan.jpg)

Elemen tanah akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sesuatu jenis pada sesuatu lahan tertentu. Demikian pula halnya dengan elemen iklim. Selanjutnya,

(5)

4

pertumbuhan potensil yang merupakan hasil dari kedua elemen tersebut akan menjadi dasar bagi pihak pengelola dan atau pengguna hutan dalam pemilihan dan penentuan jenis yang dapat dikembangkan, serta dalam penentuan dan pengaturan tindakan-tindakan pembinaan yang dapat diterapkan.

Elemen aksesibilitas akan sangat mempengaruhi dapat tidaknya nilai potensil hutan berubah menjadi nilai ril, yang secara langsung akan mendukung peningkatan pendapatan pihak pengelola dan peningkatan kesejahteraan anggota masyarakat yang terkait dengan pendayagunaan hutan yang bersangkutan. Demikian pula halnya dengan elemen kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar hutan, tidak akan dapat dipisahkan dengan keberhasilan dan atau kegagalan upaya pengelolaan hutan.

Gambar . Aksesiblitas dalam inventarisasi hutan

(Sumber :

https://1.bp.blogspot.com/-DkVRNdT97IY/V1ufIybhgzI/AAAAAAAAA-I/-feWmd3o6q0MTZzLtKQfd4KOMXxbl-pMgCLcB/s1600/IMG_20160401_150742.jpg)

Tingkat keakuratan data dan informasi dari keseluruhan elemen-elemen tersebut di atas akan menentukan lengkap tidaknya gambaran tentang potensi hutan (termasuk potensi pengembangan / perkembangannya) yang dapat diperoleh untuk melandasi penyusunan rencana pemanfaatan hutan yang bersangkutan.

Inventarisasi hutan dalam pengertian sempit dapat diartikan sebagai penaksiran massa tegakan atau penaksiran volume kayu yang terdapat pada suatu lahan hutan. Pada

(6)

5

pengertian ini, penekanan atau perhatian hanya diarahkan pada potensi kayu yang terdapat dalam hutan pada saat pelaksanaan pengamatan.

Beberapa macam inventarisasi hutan berdasarkan pada tujuannya dan penekanan elemen yang diamati, dikenal :

1. Inventarisasi Hutan Nasional

2. Inventarisasi Pendahuluan / Pengenalan 3. Inventarisasi untuk Penyusunan Rencana Karya 4. Inventarisasi untuk penyusunan Rencana Penebangan

5. Inventarisasi untuk Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Kehutanan 6. Inventarisasi untuk Penaksiran Nilai Tegakan

7. Inventarisasi untuk Penyusunan Tata Guna Lahan Hutan 8. Inventarisasi untuk Pembangunan Hutan Rekreasi

9. Inventarisasi untuk Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Tabel . Pendekatan relatif elemen-elemen yang diperlukan dalam Inventarisasi Hutan menurut tujuannya.

Informasi yang diperlukan Tujuan Inventarisasi Keadaan Lahan

Kondisi

Pemanfaatan Keadaan Tegakan Luas Topografi

Transportas i Sosek

Volum

e Riap Etat Pendataan Hutan Nasional 2 2 2 2 2 2 2 Penyusunan Rencana Karya 1 2 2 2 1 1 1 Inventarisasi Pendahuluan 2 3 2 / 3 2 2 / 3 3 3 Penyusunan Rencana

Pembalakan 2 1 1 3 1 3 3 Penyusunan Rencana PIK (*) 2 2 1 2 1 1 1

Penaksiran Nilai Tegakan 1 2 1 3 1 3 3 Penyusunan Tata Guna Lahan

Hutan 1 1 1 1 1 2 3 Pembangunan Hutan

(7)

6

Pengelolaan Watershed 1 1 2 1 2 2 2

Sumber : Hush (1971) dalam Simon (1993)

Keterangan : PIK(*) = Pembangunan Industri Kehutanan

1 = Sangat penting, diperlukan informasi yang akurat dan rinci 2 = Diperlukan Informasi Secara Umum

3 = Tidak terlalu penting (dapat diabaikan)

Pengukuran Pohon dan Tegakan

Dasar-Dasar Pengukuran Batang

Batang pada dasarnya diarahkan pada pengukuran diameter dan panjang batang, sedangkan besaran volume bukan hasil langsung dari suatu pengukuran tetapi merupakan hasil perhitungan. Untuk tujuan pengukuran tersebut dikena beberapa alat ukur sebagai berikut :

1. Alat ukur panjang, seperti meteran atau gala (tongkat ukur) yang diberi skala atau

notasi-notasi ukuran.

2. Alat ukur diameter, yang terdiri dari meteran, pita ukur (pita pi atau pita diameter),

garpu ukur dan calipper.

Pengukuran dengan meteran biasa menghasilkan ukuran keliling dan diameter harus dihitung dengan menggunakan rumus 2.1.

d = k / ...atau d = 7. k /22 ...2.1. d dan k adalah notasi untuk diameter dan keliling.

Pengukuran dengan pita diameter secara langsung menghasilkan ukuran diameter oleh karena skala pada pita diameter telah disesuaikan dengan hasil konversi dari keliling ke diameter.

Pembacaan ukuran diameter secara langsung juga diperoleh melalui pengukuran dengan Calliper dan garpu ukur. Pengukuran dilakukan dengan cara menjepit pohon yang diukur dengan alat ukur. Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 memperlihatkan Calliper dan Garpu Ukur.

(8)

7

Gambar2.1.Calipper Gambar2.2.GarpuUkur

Kedua alat ukur lebih praktis digunakan di lapangan, namun penggunaannya biasanya terbatas pada batang-batang yang relatif kecil. Pengukuran pada batang yang tidak terlalu bulat membutuhkan pengukuran lebih dari 1 kali, dengan mengubah posisi jepitan atau posisi pembacaan skala pada alat ukur.

Berdasarkan hasil pengukuran diameter, dapat dihitung luas bidang dasar atau luas penampang batang(B) dengan menggunakan Rumus 2.2.

B=(π/4)d2atau B=r2..………..……2.2

Dimana B adalah luas bidang dasar,sedang d dan r masing- masing adalah diameter dan radius penampang batang

Berhubung karena bentuk batang umumnya tidak selindris, maka untuk perhitungan volume batang, biasanya diperlukan pengukuran diameter pada beberapa tempat, atau paling tidak pada tiga tempat, yaitu pada pangkal (dp), tengah(dt) dan ujung (du). Dengan demikian, dapat diperoleh tiga nilai bidang dasar yaitu bidang dasar pangkal (Bp), bidang dasar tengah (Bt) dan bidang dasar ujung (Bu). Selanjutnya, volume pohon diperoleh dari hasil perkalian antara rata-rata bidang dasar pada penampang yang diukur dengan panjang batang (l). Untuk jelasnya,ukuran-ukuran batang secara skhematis diperlihatkan pada Gambar 2.3.

(9)

8

dP dT dU

(10)

9

(11)

10 Berdasarkannilai-nilaihasilpengukuranyangtelahdisebutkandiatasmakadapatdihitungvolumeba tangantaralaindengantigarumuspendekatansepertiyangterterapadarumus2.3 ,2.4,dan2.5. 1.RumusSmallian : V = ½(Bp+Bu)

l

;………...… 2.3 2.RumusHuber : V = Bt

l

;………...….... 2.4 3.RumusNewton : V = 1/6(Bp+4Bt +Bu)

l

; …....….. 2.5

(12)

11

Dasar-Dasar Pengukuran Pohon Berdiri Teknik-Teknik Pengukuran Tinggi Pohon Pengukuran Volume Tegakan

Teori Sampling dan Penerapannya dalam Inventarisasi Hutan

Berdasarkan kemungkinan ada/tidaknya semua anggota populasi terpilih lebih dari 1 x - Sampling Tanpa Pemulihan

- Sampling dengan Pemulihan

Berdasarkan objektivitas dan subjektivitas dalam sampling : - Random Sampling

- Purposive Sampling

Berdasarkan keteraturan unit-unit contoh yang terpilih : - Random Sampling

- Systematic Sampling

Berdasarkan efisiensi dan pemanfaatan prasarana dan sarana yang sudah ada atau informasi pendahuluan yang sudah ada :

- Double Sampling - Cluster Sampling

Metode-Metode Sampling

Prosedur pemilihan satuan contoh Analisis data

Penentuan jumlah satuan contoh

Tabel Volume dan Penggunaannya

Pengertian dan Landasan Pemikiran

Fungsi-Fungsi Volume dan Metode Kuadrat Terkecil Penyusunan Tabel Volume

(13)

12

Riap Tegakan serta Penaksiran dan Permodelannya Pengertian dan Jenis-Jenis Riap

Riap atau pertumbuhan pohon didefinisikan sebagai pertambahan dimensi pohon (diameter, tinggi, bidang dasar dan volume) dalam suatu periode waktu tertentu. Dari sudut pandang finansil riap identik dengan bunga modal yang ditanamkan dalam suatu pengusahaan hutan. Riap akan menentukan besar-kecilnya dan cepat-lambatnya pengembalian modal yang diinvestasikan dalam suatu pengusahaan hutan. Sehubungan dengan itulah, maka riap merupakan salah satu faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan dan pendayagunaan potensinya.

Pengetahuan tentang riap akan memungkinkan pengelola hutan untuk menetapkan prakiraan luas tebangan dan volume produksi secara lebih tepat. Selain itu, informasi riap atau pertumbuhan merupakan dasar dalam penentuan frekuensi dan intensitas tindakan-tindakan pengelolaan hutan, khususnya kegiatan penebangan, secara tepat dalam rangka lebih mengoptimumkan hasil dan manfaat hutan.

Dikenal beberapa istilah terkait dengan riap, seperti : total riap, riap rata-rata tahunan, riap setahun dan persen riap.

1. Total riap atau jumlah riap; adalah pertumbuhan yang dicapai oleh pohon atau tegakan sampai pada umur tertentu. Total riap secara umum dituliskan dengan notasi : Gt. 2. Riap rata-rata tahunan atau riap rata-rata; adalah riap rata-rata per tahun dari pohon

atau tegakan sampai pada umur tertentu. Dengan kata lain, riap rata-rata adalah total riap pohon atau tegakan sampai pada umur tertentu dibagi umurnya. Riap rata-rata tahunan, dituliskan dengan notasi: MAIt, yaitu singkatan dari Mean Annual Increment, yang dapat dihitung dengan rumus : MAIt = Gt / t

3. Riap jalan atau riap setahun; adalah pertumbuhan pohon atau tegakan dari tahun ke tahun. Riap jalan atau riap setahun, dituliskan dengan notasi : CAIt, yaitu singkatan dari Current Annual Increment, dan dapat dihitung dengan rumus : CAIt = Gt – Gt-1. Jika fungsi Gt diketahui maka CAI merupakan turunan pertama dari fungsi tersebut (CAI = ∂Gt / ∂t).

4. Riap periodik; adalah riap atau pertumbuhan pohon selama periode tertentu, misalnya selama periode lima tahunan atau sepuluh tahunan. Berhubung karena pertumbuhan pohon atau tegakan sangat lambat,

(14)

13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Riap atau Pertumbuhan Tegakan Metode-Metode Penaksiran Riap

Gambar

Gambar . Elemen tanah dalam inventarisasi hutan
Gambar . Aksesiblitas dalam inventarisasi hutan
Tabel . Pendekatan relatif elemen-elemen yang diperlukan dalam Inventarisasi  Hutan menurut tujuannya

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat pelaksanaan kerja praktek, penulis belajar membuat konsep suatu produk, merancang strategi pemasaran, melakukan survei penerimaan masyarakat terkait kesukaan terhadap

Pada tafsir Jalalayn menjelaskan bahwa (Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan) dalam ayat ini terkandung iltifat dari orang yang ketiga menjadi

yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan- pertimbangan atau kriteria tertentu. Penulis menggunakan metode ini guna mendapatkan data dari para

kebun pohon ( tree garden ) untuk lahan yang didominasi oleh pohon buah-buahan, pohon serbaguna ( multipurpose trees ) yang didominasi pohon buah-buahan atau pohon

Padahal, sesungguhnya desa yang terting- gal lebih banyak berada di luar kedua pulau ini sehingga dana desa seharusnya lebih banyak terdistribusi di luar

(1982), bioteknologi merupakan penerapan asas-asas sains (ilmu pengetahuan alam) dan rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu bahan dengan melibatkan aktivitas jasad hidup

pembangunan rumah berbasis keswadayaan masyarakat belum terbangun Terbentuknya pola pembiayaan untuk perbaikan dan pembangunan rumah baru yang berbasis

Pengukuran aset tetap diakui sebesar harga perolehan dimana harga perolehan itu meliputi semua biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut mulai