YANG GO PUBLIC DI BEI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
OLEH :
ARIF WAHYU KURNIAWAN
0512010053/FE/EM
YAYASAN KESEJAHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”, JAWA TIMUR
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN
KATA PENGANTAR………... i
DAFTAR ISI………iii
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
ABSTRAKSI………. ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………... 1
1.2. Perumusan Masalah………... 6
1.3. Tujuan Penelitian………... 6
1.4. Manfaat Penelitian………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu……… 8
2.2. Landasan Teori………... 11
2.2.1. Permodalan Bank……… 11
2.2.1.1. Pengertian Modal Bank………... 11
2.2.1.2. Fungsi Bank………... 14
2.2.2. Laporan Keuangan……….. 15
2.2.2.1. Tujuan Laporan Keuangan………... 15
2.2.3. Rasio Keuangan………... 16
2.2.4. Struktur Modal………... 24
2.2.4.1. Pengertian Struktur Modal…………... 24
2.2.4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Optimal perusahaan………... 25
2.2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal………... 29
2.2.5. Teori Yang Melandasi Pengaruh Profitabilitas (X1) Terhadap Struktur Modal ( Y )……… 31
2.2.6. Teori Yang Melandasi Pengaruh Likuiditas (X2) Terhadap Struktur Modal ( Y )……… 32
2.2.7. Teori Yang Melandasi Pengaruh Tangibility Of Asset (X3) Terhadap Struktur Modal ( Y ) ………... 35
2.2.8. Teori Yang Melandasi Pengaruh Resiko Bisnis (X4) Terhadap Struktur Modal ( Y )……… 36
2.2.9. Teori Yang Melandasi Pengaruh Firm Size (X5) Terhadap Struktur Modal ( Y )……… 37
2.3. KERANGKA PIKIRAN... 38
2.4. HIPOTESIS... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel…………... 40
3.2. Tehnik Penentuan sample………... 42
3.3. Tehnik Pengumpulan Data………... 44
3.3.1. Jenis Data……….. 44
3.4. Uji Asumsi Klasik………... 44
3.5. Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis………... 49
3.5.1. Tehnik Analisis……….... 49
3.5.1.1. Analisis Regresi Linier Berganda…... 49
3.5.2. Uji Hipotesis……….... 50
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 52
4.1.1. Pendirian dan Informasi Umum BEI... 52
4.1.2. Visi dan Misi BEI... 53
4.1.3. Maksud dan Tujuan Pembentukan BEI... 54
4.1.4. Persyaratan Untuk Go Public... 55
4.1.5. Struktur Organisasi BEI... 56
4.2. Deskripsi Singkat Perusahaan Sampel Penelitian... 57
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian... 57
4.3.1. Struktur Modal... 57
4.3.2. Profitabilitas... 59
4.3.3. Likuiditas... 60
4.3.4. Tangibility Of Asset... 61
4.3.5. Resiko Bisnis... 62
4.3.6. Firm Size... 63
4.4. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 64
4.4.2.1. Pengujian Autokorelasi... 65
4.4.2.2. Pengujian Multikolonieritas... 66
4.4.2.3. Pengujian Heterokedastisitas... 67
4.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda... 68
4.4.3.1. Koefisien Determinasi (R2)... 70
4.4.4. Pengujian Hipotesis... 71
4.4.4.1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial... 71
4.5. Pembahasan... 73
4.5.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal.. 73
4.5.2. Pengaruh Likuiditas Terhadap Struktur Modal... 74
4.5.3. Pengaruh Tangible Terhadap Struktur Modal... 75
4.5.4. Pengaruh Resiko Bisnis Terhadap Struktur Modal.. 76
4.5.5. Pengaruh Firm Size Terhadap Struktur Modal... 76
4.6. Keterbatasan Penelitian... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 78
5.2. Saran... 79
Tabel 4.1. Deskripsi 21 Bank yang Go Publik... 57
Tabel 4.2. Data Struktur Modal pada Bank-Bank yang Go Publik... 58
Tabel 4.3. Data ROA pada Bank-Bank yang Go Publik... 59
Tabel 4.4. Data LDR pada Bank-Bank yang Go Publik... 60
Tabel 4.5. Data Tangibility pada Bank-Bank yang Go Publik... 61
Tabel 4.6. Data NPL pada Bank-Bank yang Go Publik... 62
Tabel 4.7. Data Total Aktiva pada Bank-Bank yang Go Publik... 63
Tabel 4.8. Nilai Signifikan Uji Normalitas... 64
Tabel 4.9. Uji Multikolonieritas... 67
Tabel 4.10.Uji Heterokedastisitas... 68
Tabel 4.11.Data Uji t Analisis Regresi Linier Berganda... 69
Tabel 4.12.Pengaruh Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat... 71
YANG GO PUBLIC DI BEI
Oleh :
ARIF WAHYU KURNIAWAN
ABSTRAKSI
Dalam era petumbuhan ekonomi yang semakin berkembang pesat, menjadikan persaingan setiap perusahaan perbankan ( bank ) menjadi lebih ketat. Maka setiap bank dituntut untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dalam menghadapi persaingan. Salah satu caranya adalah mengatur siklus pembelanjaan dana oleh manager keuangan, dalam arti kadang-kadang bank menggunakan dana yang berasal dari hutang, kadang-kadang-kadang-kadang perusahaan menggunakan dana yang berasal dari modal sendiri atau laba ditahan. Dari beberapa teori diatas, maka penelitian ini mengambil obyek yaitu bank yang go public di BEI. Sejumlah bank-bank tersebut sedang mengalami masalah dengan tingkat suku bunganya yang tinggi padahal tingkat suku bunga BI rate sudah turun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara profitabilitas, likuiditas, tangible, resiko bisnis, firm size terhadap struktur modal bank-bank yang go public di BEI.
Variabel Independent (bebas) penelitian ini adalah profitabilitas ( X1), likuiditas (X2), tangible (X3), resiko bisnis (X4), firm size (X5) ; sedangkan variabel dependent (terikat) penelitian ini adalah struktur modal bank(Y). Tehnik pengambilan sampelnya menggunakan tehnik pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu tehnik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisis regresi linier berganda
Dari hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan, maka dapat diketahui hasil dari pengujian ini yaitu variabel profitabilitas, likuiditas, tangible, resiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal bank, sedangkan variabel firm size berpengaruh positif terhadap struktur modal bank. Berdasarkan hipotesis dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh bahwa variabel profitabilitas dan tangible berpengaruh signifikan terhadap struktur modal bank, sedangkan variabel likuiditas, resiko bisnis, dan firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal bank.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan perekonomian dewasa ini. Banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha, untuk tujuan tersebut maka perusahaan memerlukan dana yang relative besar. Pemenuhan kebutuhan dana tersebut diperoleh dengan melakukan pinjaman dalam bentuk hutang atau menerbitkan saham di pasar modal. Dengan menerbitkan saham di pasar modal berarti bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama ( founders ) tetapi juga dimiliki oleh masyarakat. Salah satu alternative pembiayaan yang dapat digunakan oleh perusahaan yang membutuhkan dana besar yaitu dapat dilakukan dengan cara menerbitkan saham baru dan menjualnya ke masyarakat. Peristiwa ini disebut go public atau penawaran umum. Go public juga merupakan awal kepercayaan masyarakat kepada perusahaan, sebab hanya perusahaan yang sehat dan memenuhi syarat yang dapat memenuhi yang dapat melakukan go public. Ketika perusahaan memutuskan untuk menerbitkan saham baru, perusahaan tersebut harus mengikuti prosedur penerbitan saham baru yang ditentukan oleh BAPEPAM, tetapi dalam laporan registrasi yang dibuat tidak berisi tentang berapa harga saham yang baru tersebut. Pengambilan langkah go public, dapat mendorong investor untuk melakukan investasi dalam perusahaan dengan cara membeli saham, sehingga kepemilikan saham tidak hanya didominasi oleh perusahaan dalam hal ini keluarga. Perusahaan yang go public
mempunyai hak untuk mengetahui secara detail yang berhubungan dengan perusahaan tersebut.
Semakin pesatnya perkembangan perekonomian semakin menjadikan persaingan yang sangat ketat serta semakin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan, telah menjadikan dunia usaha semakin bersifat kompetitif. Maka setiap perusahaan dituntut untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dalam menghadapi persaingan. Salah satu fungsi pokok dari manajemen adalah manajemen keuangan yang mengatur bagaimana sumber-sumber yang dimiliki perusahaan dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Dalam manajemen keuangan merupakan manajemen dana, baik yang berkaitan dengan usaha pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi. Manajemen keuangan memegang peran yang sangat penting dalam sebuah perusahaan karena semua fungsi yang ada dalam perusahaan baik pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan fungsi-fungsi yang lain selalu mempunyai implikasi keuangan Bringham & Houston ( 2004 : 6 ). Oleh karena itu, semua perusahaan menjalankan manajemen secara benar.
oleh manager keuangan perusahaan adalah berusaha menjaga perimbangan antara besarnya hutang dan modal sendiri. Dikemukakan oleh Weston & Brigham ( 1991 ) bahwa struktur keuangan mencerminkan cara bagaimana aktiva perusahaan mendapatkan belanja. Sedangkan Riyanto ( 1992 ) mengemukakan bahwa struktur keuangan adalah mencerminkan baik dalam artian absolute maupun relative perimbangan antara keseluruhan modal asing ( hutang ) dengan jumlah modal sendiri.
Pada kenyataan saat ini, pengusaha masih kesulitan dalam mendapatkan dana yang berasal dari hutang, hal tersebut bisa terjadi karena para pengusaha masih terbebani dengan suku bunga kredit sebesar 13-15 %, padahal saat ini BI rate atau bunga acuan sudah turun dari 7% menjadi 6,75 %. Hal tersebut seharusnya bisa menurunkan suku bunga kredit. Padahal dengan BI rate yang rendah membuat suku bunga kredit turun dan jika inflasi terus membaik, seharusnya rupiah menguat, harga produk lebih murah dan ujungnya membuat daya beli masyarakat tinggi. Jika pengusaha mempunyai persepsi lebih banyak masyarakat yang mampu membeli barang, para pengusaha pun mau meminjam kredit pada bank. Keadaan diatas dapat digambarkan dengan table berikut :
Bulan Tingkat BI Rate Tingkat Suku Bunga
Juli 2006 12,5 % 16,5 %
Juli 2007 8,50 % 15 %
Juli 2008 8,75 % 13 %
Juli 2009 6,75 % 12 %
Sumber : Jawa Pos, 2006-2009
Meskipun dampak ke Indonesia tidak sebesar ke negara tetangga, bank kini sangat pemilih dalam menyalurkan dana antar bank, apalagi tidak adanya jaminan pemerintah membuat biaya dana menjadi tetap tinggi, akhirnya bank lebih beroperasional dengan target tidak muluk. Yaitu mendapatkan keuntungan secara cepat dan membentuk struktur modal yang baik ( Jawa pos: 2009 ).
Kebijaksanaan struktur modal mencakup tindakan pemilihan antara resiko dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Perusahaan yang menggunakan hutang yang lebih besar akan lebih peka terhadap perubahan rentabilitas ekonomi. Bila rentabilitas ekonomi meningkat, perusahaan yang menggunakan hutang lebih besar akan memperoleh peningkatan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar. Sebaliknya jika rentabilitas ekonomi turun, perusahaan yang menggunakan hutang yang besar akan mengalami penurunan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar dari pada perusahaan yang menggunakan sedikit hutang ( Husnan, 1994:57 ). Pada kenyataannya, memang sulit bagi perusahaan untuk menentukan struktur modal yang tepat, tetapi paling tidak diharapkan perusahaan dapat menetapkan suatu target struktur modal yang optimal dalam suatu range tertentu yang menunjukkan berapa tingkat hutang yang tepat bagi perusahaan dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam suatu industri dimana perusahaan berada.
struktur modal ( Setiawan, 2006:139 ). Hubungan resiko bisnis dengan struktur modal yaitu perusahaan yang mempunyai resiko bisnis tinggi menyadari bahwa penggunaan hutang yang penuh resiko akan kurang menguntungkan dibanding dengan ekuitas, sehingga perusahaan dipaksa untuk menggunakan ekuitas untuk memenuhi pendanaan guna menghindari financial distress (Hamza et,al, 2008:152). Hubungan likuiditas dengan struktur modal yaitu perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi akan cenderung mempunyai tingkat hutang yang rendah dalam struktur modalnya, dalam Rahmad. S. Hubungan antara size dengan struktur modal yaitu size menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, yang dilihat dari besar nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki nilai total asset yang besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan ( Hamza et, al, 2008:147 ). Hubungan antara
tangibility dengan struktur modal yaitu perusahaan yang mempunyai rata-rata rasio struktur modal rendah, secara umum memiliki rasio rata-rata tangibility yang tinggi dan sebaliknya perusahaan yang mempunyai rata-rata rasio struktur modal yang tinggi, biasanya memiliki rasio rata-rata tangibility yang rendah ( Hamza et, al, 2008:152 ).
1.2.Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Apakah terdapat pengaruh parsial firm size, profitabilitas, likuiditas, business risk dan tangibility terhadap struktur modal bank-bank yang go public ?
b. Apakah terdapat pengaruh simultan firm size, profitabilitas, likuiditas, business risk dan tangibility terhadap struktur modal bank-bank yang go public ?
c. Manakah dari firm size, profitabilitas, likuiditas, business risk dan tangibility
yang berpengaruh paling dominant terhadap struktur modal bank-bank yang go public?
1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh parsial firm size, profitabilitas, likuiditas, business risk, dan tangibility terhadap struktur modal bank-bank yang go public.
2. Untuk mengetahui pengaruh simultan firm size, profitabilitas, likuiditas, business risk, dan tangibility terhadap struktur modal bank-bank yang go public.
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
b. Menambah referensi serta pemahaman tentang struktur modal pada bank-bank yang go public.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan struktur modal adalah sebagai berikut :
1. Rahmat Setiawan ( 2006 ) melakukan penelitian dengan judul “ Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal dalam Perspektif Pecking Order Theory studi pada perusahaan Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Jakarta”. Variabel bebas yang digunakan adalah Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Resiko Bisnis, Growth Opportunity,
sedangkan variabel terikat yang digunakan adalah Struktur modal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Setiawan dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat dan secara parsial profitabilitas, likuiditas, Firm Size, resiko bisnis,
Growth Opportunity berpengaruh negative terhadap struktur modal perbankan
penelitian yang dilakukan oleh Fitri Santi dapat disimpulkan bahwa
Tangibility of asset dan Firm size berhubungan positif terhadap semua tipe
ratio book and market value, growth opportunity berhubungan negatif terhadap semuanya kecuali untuk short term debt ratio in book value
berhubungan positif, profitabilitas berhubungan negatif terhadap semua tipe
ratio book and market value kecuali untuk book and market value of long term debt ratio. Koefisien dummy yang mewakilkan keadaan saat krisis ekonomi berhubungan positif terhadap semua tipe ratio book and market value kecuali untuk book and market value of long term debt ratio
berhubungan negatif.
asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal PT Boma Bisma Indra adalah meskipun aktiva perusahaan terus menurun, perusahaan masih dapat meningkatkan hutangnya. Hal ini disebabkan karena hutang-hutang yang digunakan untuk modal kerja, jaminannya bukan aktiva tetap, melainkan adalah tagihan-tagihan proyek yang modal kerjanya berasal dari hutang-hutang tersebut. Kemudian ketika perusahaan membutuhkan dana untuk biaya operasional dan biaya lay off karyawan, meskipun neraca perusahaan tidak layak untuk mendapatkan hutang, hal ini disebabkan karena hutang tersebut berasal dari pemerintah dalam hal ini PT BPIS dan PT Krakatau Steel.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Permodalan Bank
Dalam kegiatan perbankan, permodalan bank sangat penting karena merupakan salah satu pendukung kegiatan peningkatan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Bagian ini akan dijelaskan mengenai pengertian modal bank,fungsi modal.
2.2.1.1 Pengertian Modal Bank
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pengertian modal bank dibedakan antara:
1. Kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. 2. Bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia.
Namun hanya modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia yang akan diuraikan dalam permodalan disini. Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia ( Lukman Dendawijaya, 2003 : 46 ) : A. Modal inti
Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian sebagai berikut :
1. Modal disetor
2. Agio saham
Adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya. 3. Cadangan umum
Adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing-masing.
4. Cadangan tujuan
Adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.
5. Laba ditahan
Adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
6. Laba tahun lalu
7. Laba tahun berjalan
Adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan diperhitungkan sebagai modal inti hanya 50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang modal inti.
8. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan.
Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank ( LKBB ) lain yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.
B. Modal pelengkap
Modal pelengkap ini terdiri dari cadangan-cadangan yang tidak di bentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Secara terperinci modal pelengkap dapat berupa sebagai berikut :
1. Cadangan revalusi aktiva tetap
2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan
Adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Hal ini dimaksudkan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.
3. Modal kuasi
Adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal.
4. Pinjaman sub ordinasi
Adalah pinjaman yang harus memenuhi beberapa syarat seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, mendapat persetujuan dari bank Indonesia, minimal berjangka lima tahun dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus ada persetujuan bank Indonesia.
2.2.1.2. Fungsi Modal
Fungsi modal sangat penting bagi bank, antara lain ( Masyud Ali, 284 ) : 1. Untuk melindungi dana-dana masyarakat yang ditempatkan di
bank.
3. Untuk memenuhi ketentuan minimum modal bank yang ditetapkan oleh otoritas moneter ( Bank Indonesia ).
4. Untuk membiayai sebagian unsur dalam aktiva bank serta untuk menunjang kegiatan operasional bank.
2.2.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan dalam Ikatan Akuntansi Indonesia ( 2004 : 2 ) laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan ( yang dapat disajikan dalam berbagai arah misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana ), catatan dan pelaporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Sedangkan menurut baridwan, ( 2002 : 17 ), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
2.2.2.1. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia ( 2004 : 4 ) tentang tujuan dari laporan keuangan adalah untuk :
(2) Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai.
(3) Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
2.2.3. Rasio Keuangan
Untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan maka analisis keuangan harus melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang biasa digunakan dalam pemeriksaan ini adalah rasio keuangan atau indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu dengan angka lainnya ( Van Horn dan Wacowich, 1997 : 133 ).
2.2.3.1. Macam-Macam Rasio Keuangan
Macam-macam rasio keuangan banyak sekali karena dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa laporan keuangan. Menurut Bambang Rianto (2001 : 331) analisis rasio keuangan dikelompokkan dalam empat kelompok rasio :
1) Rasio likuiditas
a. Current ratio
Adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Aktiva lancar mekiputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Untuk menghitung current ratio dengan cara :
Lancar Hutang
Lancar Aktiva
b. Cash ratio
Adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aktiva lancar yan bisa segera menjadi uang kas adalah efek atau surat berharga. Dengan demikian untuk menghitung cash ratio dengan cara :
Lancar Hutang
berharga surat
Efek Kas+
2) Rasio leverage
kredit yang diberikan, ( 2 ) dengan menggunakan hutang, maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat, dan ( 3 ) dengan penggunaan hutang pemilik mendapatkan dana tanpa kehilangan pengendalian pada perusahaannya. Ada lima rasio leverage
yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan yakni sebagai berikut :
A. Total debt to total asset ratio
Rasio total hutang dengan total aktiva yang biasa disebut rasio hutang ( debt ratio ), mengukur prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang, baik hutang jangka pendek atau hutang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya semakin baik. Untuk mengukur besarnya debt ratio
adalah
% 100 Aktiva Total
Hutang Total
x
B. Debt to equity ratio
%
C. Time interest earned ratio
Merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya. Perhitungannya dengan cara :
bunga
D. Fixed change coverage ratio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa. Untuk menghitung rasio ini menggunakan perhitungan :
3) Rasio aktivitas
Mengukur seberapa besar efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas meliputi perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva, dan perputaran aktiva tetap.
I. Perputaran persediaan
Persediaan merupakan komponen utama dari barang yang dijual, oleh karena itu semakin tinggi persediaan berputar semakin efektif perusahaan dalam mengelola persediaan, perhitungannya adalah
persediaan rata
-Rata
HPP
• Perputaran piutang
Merupakan ukuran efektifitas pengelolaan piutang, perhitungan perputaran piutang adalah dengan cara :
piutang rata
-Rata
Kredit Penjualan
• Perputaran aktiva tetap
Perputaran aktiva tetap =
tetap Aktiva
Penjualan
II. Perputaran aktiva
Ukuran efektifitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Perhitungannya adalah penjualan dibanding total aktiva.
4) Rasio profitabilitas
Rasio ini untuk mengukur seberapa tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan.
1. Profit margin
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Perhitungannya adalah :
• GPM = 100%
%
3. Return On Equity
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, perhitungannya adalah
%
4. Return On Invesment
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan, perhitungannya adalah
% 100 Investasi
EAT
x
5. Earning Per Share
Ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik, perhitungannya adalah
%
2.2.3.2. Tujuan Analisis Rasio Keuangan
kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian ( Harahap, 2002 : 297 ).
Menurut Bambang riyanto ( 2001 : 25 ) rasio keuangan digunakan untuk meningkatkan likuiditas, solvabilitas, dan stabilitas dari suatu perusahaan.
1. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus dipenuhi kewajibannya tepat waktu, berarti perusahaan berada dalam keadaan likuid. Sebaliknya jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya tepat waktu berarti perusahaan berada pada keadaan invalid.
2. Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya. Perusahaan dikatakan solvabilitas bila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya.
3. Rentabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
2.2.4. Struktur Modal
2.2.4.1. Pengertian Struktur Modal
Menurut Weston dan Copeland ( 1992 : 4 ) memberikan definisi struktur modal, yaitu pembiayaan permanen dari hutang jangka panjang saham preferen dan modal pemegang saham. Nilai buku dari pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan, bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal pemegang saham.
Menurut Riyanto ( 2001 : 22 ) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Dalam menjalankan usahanya atau operasinya, setiap perusahaan akan dihadapkan pada masalah bagaimana usaha untuk memenuhi kebutuhan dana yang dibutuhkan dan bagaimana mengalokasikan dana yan diperoleh tersebut. Pemenuhan kebutuhan dana akan tercermin pada neraca sebelah kiri, yaitu pada sisi aktiva. Jadi pembelanjaan berarti mengadakan keseimbangan antara aktiva dan pasiva tersebut dengan sebaik-baiknya, yang mana akan menentukan struktur kekayaan dan struktur modal perusahaan.
pada masalah pembiayaan. Maka sebaiknya perusahaan menggunakan pembiayaan dari sumber internal terlebih dahulu, baru menggunakan utang dan terakhir menerbitkan saham baru. Pembiayaan melalui sumber internal laba ditahan mempunyai biaya modal paling rendah. Dari sudut pandang investor, utang relatif lebih tidak beresiko dibanding saham. Dengan demikian, biaya modal utang yang ditanggung perusahaan lebih rendah dibanding biaya modal saham yang dipandang lebih beresiko.
Menurut Riyanto ( 2001 : 22 ) struktur modal ini dibedakan dengan struktur finansiil ( struktur keuangan ). Struktur modal hanya merupakan sebagian dari struktur keuangan perusahaan. Pengertian ini sesuai dengan pendapat Weston and Copeland ( 1992 : 3 ), “ Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat dilihat dari sisi kanan neraca, ini terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Sedangkan struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang-hutang jangka panjang dan modal pemegang saham”. Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya merupakan sebagian dari struktur keuangannya(Weston and Copeland, 1992 : 4).
keuangan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modalnya dalam upaya meningkatkan nilai bank tersebut.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada struktur modal yang optimal menurut Baker ( 1989 ) yakni :
A. Perputaran kas, menganalisa terhadap kemampuan perputaran kas perusahaan untuk mengantisipasi berbagai kondisi ekonomi, merupakan sesuatu yang berguna untuk menentukan tingkat utang dengan tepat.
B. Kondisi pasar, dapat mempengaruhi baik waktu maupun kemampuan perusahaan dalam menarik berbagai sumber keuangan yang berbeda. C. Profitabilitas dan stabilitas, banyak perusahaan yang menguntungkan dan
mempunyai kestabilan dapat lebih aman bekerja pada leverage struktur modal yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang kurang menguntungkan dan kurang stabil. Hal ini sejalan dengan pendapat Sartono ( 1996 ) perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan menggunakan utang yang lebih kecil karena perusahaan mampu menyediakan dana yang cukup melalui laba ditahan. Selain itu karena pembayaran bunga merupakan pengurang pajak, maka semakin tinggi pajak perusahaan semakin besar leverage perusahaan.
D. Risiko bisnis, semakin besar perusahaan atau risiko operasi, semakin kecil utang yang seharusnya digunakan.
dari sisi aktiva maupun pasiva. Resiko tersebut meliputi ( Susilo, 2000 : 102-103 ) :
a. Liquidity Risk
Adalah resiko yang dihadapi oleh bank dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Kesulitan likuiditas dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang lain dapat menempatkan bank tersebut dalam posisi sulit sehingga tergolong bank kurang sehat, kurang dipercaya nasabah dan ada kemungkinan untuk bangkrut.
b. Credit Risk
Adalah resiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Tidak terpenuhinya kewajiban nasabah kepada bank menyebabkan bank menderita kerugian dengan tidak diterimanya penerimaan yang sebelumnya sudah diperkirakan.
c. Invesment Risk
d. Operating risk
Adalah resiko yang dihadapi bank yang berkaitan dengan kebijakan penghimpunan dana dan penggunaan dananya dalam rangka memperoleh penerimaan yang saling terkait. Resiko ini meliputi juga kemungkinan kerugian akibat perusahaan strukur biaya operasional bank atau kegagalan dalam meluncurkan produk-produk perbankan kepada masyarakat.
e. Fraud Risk
Adalah resiko yang dihadapi oleh bank karena kerugian akibat adanya ketidakjujuran, penipuan atau perilaku tidak baik lain yang dilakukan oleh nasabah, karyawan bank pejabat bank dan pihak lainnya.
f. Fiduciary Risk
Adalah resiko yang diterima bank karena memberikan jasa perwaliamanatan kepada nasabah atau badan pengolah dana yang dilimpahkan kepada bank ditujukan untuk kegiatan investasi dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan tingkat resiko yang wajar dan bukan untuk tujuan spekulasi.
Senada dengan pendapat diatas, Weston and Copeland ( 1997 ) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah :
akan banyak menggunakan hutang hipotik jangka panjang. Argumen yang dikemukakan Myers dan Majluf ( 1988 ) menyatakan bahwa perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari penjualan jaminan hutang.
b. Sikap pemberi pinjaman, perusahaan akan membicarakan struktur modalnya dengan pemberi pinjaman dan hal ini sangat mempengaruhi nasehat mereka. Tetapi jika pihak manajemen menggunakan leverage melampaui batas normal, pemberi pinjaman mungkin tidak besedia memberi tambahan pinjaman. Pemberi pinjaman berpendapat bahwa utang yang besar akan mengurangi posisi kredit dari peminjam dan penilaian kredibilitas yang dibuat sebelumnya.
c. Sikap manajemen, sangat berpengaruh dalam memilih cara pembiayaan adalah sikapnya terhadap pengendalian perusahaan dan risiko. Perusahaan besar yang sahamnya dimiliki oleh orang banyak akan memilih penambahan penjualan saham biasa karena penjualan ini tidak akan banyak berpengaruh pada pengendalian perusahaan.
2.2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Rianto ( 2001 : 297 ) struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi banyak faktor-faktor yang utama :
1. Tingkat Suku Bunga
mempengaruhi struktur modal pada bank, bila tingkat bunga pada saat itu rendah, memungkinkan banyak perusahaan yang mengambil pinjaman pada bank, tapi sebaliknya bila tingkat suku bunga tinggi, perusahaan akan memikirkan kembali untuk meminjam modal pada bank. Hal tersebut membuktikan adanya hubungan antara tingkat suku bunga terhadap struktur modal perbankan.
2. Susunan aktiva
Susunan aktiva dalam hal ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu : 1. Tangibilty atau analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar aktiva perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang.
2.Depresiasi atau analisis yang digunakan untuk melihat seberapa besar biaya penyusutan yang terjadi atas aktiva tetap peusahaan. Setelah itu akan dilihat seberapa besar depresiasi mempengaruhi struktur modal.
3. Ukuran perusahaan
Analisis yang menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki nilai total asset
4. Likuiditas
Perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi akan cenderung mempunyai tingkat utang yang rendah dalam struktur modalnya, karena perusahaan tersebut mempunyai sumber dana internal yang besar.
Menurut beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal tersebut diatas, dipilih lima faktor yaitu profitabiltas, likuiditas, tangibility, resiko bisnis, dan firm size.
2.2.5. Teori Yang Melandasi Pengaruh Profitabilitas ( X1 ) Terhadap Struktur Modal Perbankan ( Y )
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Sartono ( 1995 : 130 ). Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur tingkat efektifitas bank dalam memperoleh laba, selain itu juga dapat dijadikan ukuran kesehatan keuangan bank dan sangat penting untuk diamati mengingat keuntungan yang sangat memadai. Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan adalah :
a. Return On Asset( ROA)
ROA = 100% aktiva
Total
Pajak sebelum bersih
Laba
x
Menurut Deesomsak et al : 2005, Boateng : 2004, Titman : 1984, ditemukan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal, namun di penelitian lain, menurut Bradley et al : 1984, Myers : 1977, William : 1987, menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif pada struktur modal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan terhadap struktur modal.
2.2.6. Teori Yang Melandasi Pengaruh Likuiditas ( X2 ) Terhadap Struktur Modal Perbankan ( Y )
Likuiditas bank merupakan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk memenuhi penarikan simpanan dan penarikan kredit serta kewajiban lainnya setelah jatuh tempo. Dimana suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya serta memenuhi permintaan kredit yang diajukannya tanpa terjadi penangguhan ( Lukman Dendawijaya, 2001 : 117 ).
Sumber utama kebutuhan likuiditas bank dari adanya kebutuhan untuk memenuhi antara lain ( Dahlan Siamat, 2001 : 153 ) :
b. Untuk menjaga agar saldo rekening yang ada di bank koresponden selalu berada pada jumlah yang ditentukan.
c. Untuk memenuhi penarikan dana oleh nasabah debitur maupun penabung.
d. Permintaan kredit dari masyarakat.
Dana yang dikelola bank sebagian besar bersumber dari dana pihak ketiga atau dari masyarakat yang dititipkan pada bank yang bersangkutan baik dalam rekening giro, tabungan, deposito dan bentuk simpanan lainnya, simpanan tersebut harus dibayar pada saat jatuh tempo atau sebagian harus segera dibayar pada saat ditagih. Oleh karena itu setiap bank harus berjaga-jaga menyiapkan alat-alat bank yang likuid.
Rasio likuiditas yang digunakan dalam menilai kinerja suatu bank adalah sebagai berikut :
a. Loan to Deposit Ratio ( LDR )
LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
LDR = 100%
Ketiga Pihak Dana
Kredit Total
x
1. Giro
Merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan cek, bilyet giro dan sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan.
2. Tabungan
Merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang telah disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek dan bilyet giro.
3. Deposito
Merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan pengajuan nasabah penyimpan dengan bank.
Semakin tinggi rasio LDR maka semakin tinggi kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak kredit yang disalurkan, semakin besar pula pendapatan yang diterima.
2.2.7. Teori Yang Melandasi Pengaruh Tangibilty Of Asset ( X3 ) Terhadap Struktur Modal Perbankan ( Y )
Tangibility of asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang. Tangibility diukur dengan jumlah total aktiva secara keseluruhan. Namun, bank bukan perusahaan manufaktur, maka tentu saja tidak memiliki saldo persediaan. Jadi hanya menggunakan nilai aktiva tetap yang kemudian dibandingkan dengan total aktiva.
Menurut Asymetric information theory yang dikemukakan oleh Ross, S pada tahun 1997 ( Husnan , 1994 : 325 ), menyatakan bahwa struktur aktiva suatu perusahaan mempunyai dampak langsung pada struktur modal karena tangible asset suatu perusahaan merupakan jaminan ketika perusahaan meminjam uang ke kreditor untuk meningkatkan hutangnya. Selain itu proporsi yang lebih tinggi dari tangible asset berarti ketersediaan jaminan juga lebih tinggi, sehingga akan mengurangi biaya hutang.
Tangibility dapat dirumuskan sebagai berikut :
Tangibility =
Aktiva Total
2.2.8. Teori Yang Melandasi Pengaruh Resiko bisnis ( X4 ) Terhadap Struktur Modal Perbankan ( Y )
Resiko usaha atau business risk bank adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima. (Siamat, 1993 : 69).
Menurut Abdullah ( 2003 : 28 ) resiko merupakan tingkat ketidakpastian hasil operasi bank yang diperkirakan dapat diterima pada waktu yang akan datang. Hasil yang diharapkan keuntungan yang diharapkan maka semakin tinggi pula resiko yang dihadapi.
Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan credit risk ( resiko kredit ) sebagai variabel penelitian yang diukur menggunakan rasio NPL.
Menurut Dendawijaya (2004) semakin besar rasio NPL maka semakin jelek kualitas kredit yang bersangkutan karena jumlah kredit bermasalah semakin besar. Sedangkan menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002) bahwa semakin tinggi rasio NPL mengindikasikan semakin tinggi resiko kredit yang dihadapi.
Rumus yang digunakan adalah :
NPL = x100%
kredit Total
2.2.9. Teori Yang Melandasi Pengaruh Ukuran perusahaan ( X5 ) Terhadap Struktur Modal Perbankan ( Y )
Size menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, yang dilihat dari besarnya nilai total aset. Semakin besar nilai total aset perusahaan, maka semaikn besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki nilai total aset yang besar, akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan.
Menurut pecking order theory, perusahaan besar mempunyai tingkat kesenjangan informasi ( asymmetric information ) yang lebih rendah dibanding dengan perusahaan kecil. Implikasinya adalah perusahaan besra akan dapat memperoleh biaya ekuitas yang lebih rendah dibanding perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar cenderung lebih banyak menggunakan ekuitas dibanding perusahaan kecil. Hal ini menyebabkan perusahaan besar akan cenderung mengguanakan utang dalam jumlah lebih kecil dibanding dengan perusahaan kecil. Dengan demikian, menurut pecking order theory, ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Namun demikian, penelitian Tang & Jang (2005) dan Ghosh at, al. (2000) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan rumus :
2.3. Kerangka Pikiran
Gambar 2.1. Model Kerangka Pikiran
Pada bank-bank yang telah go public, suku bunga belum turun karena masih adanya efek dari krisis financial. Apabila suku bunga kredit diturunkan, pihak bank khawatir akan mempengaruhi struktur modalnya.
Hubungan Struktur Modal Perbankan dengan Profitabilitas
Apabila perusahaan perbankan mengalami kekurangan modal kerja untuk menjalankan kegiatannya, maka besar kemungkinan untuk kehilangan profit atau laba, dengan kata lain profitabilitas sangat tergantung pada struktur modal ( Sartono, Agus, 1990 : 149 ).
Hubungan Struktur Modal Perbankan dengan Likuiditas
Bank yang mempunyai likuiditas tinggi akan cenderung mempunyai tingkat utang yang rendah dalam struktur modalnya, karena perusahaan tersebut mempunyai sumber dana internal yang besar (Rahmat. S, 2006:320).
Hubungan Struktur Modal Perbankan dengan Tangibility of Asset
Apabila Asset yang ada di perusahaan cukup banyak, maka jaminan atas hutang akan semakin aman, tapi bank bukan perusahaan manufaktur, jadi perhitungannya melalui aktiva tetap yang kemudian dibandingkan dengan total aktiva( Maryani dan Hamzah, 2008 : 149 ).
Hubungan Struktur Modal Perbankan dengan Resiko Bisnis
Resiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Tidak terpenuhinya kewajiban nasabah kepada bank menyebabkan bank menderita kerugian dengan tidak diterimanya penerimaan yang sebelumnya sudah diperkirakan ( Susilo, 2000 : 102 – 103 ).
Hubungan Struktur Modal Perbankan dengan Ukuran Perusahaan
Suatu bank besar akan cenderung menggunakan utang dalam jumlah lebih kecil dibanding dengan bank kecil.( Rahmat. S, 2006:320 ).
Profitability ( X1)
Likuiditas (X2) Tangibility (X3) Business Risk Size(X5) (X4)
Analisis Regresi Linear Berganda
Struktur Modal Perbankan
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan uraian pada landasan teori tersebut diatas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal bank-bank yang go public.
2. Diduga likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal bank-bank yang go public.
3. Diduga tangibility of asset berpengaruh positif terhadap struktur modal bank-bank yang go public.
4. Diduga resiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal bank-bank yang go public.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan yang
menjelaskan tentang definisi, batasan, arti, pengertian, dan pengukuran variabel-variabel
secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman empiris.
Definisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Struktur Modal ( Y )
Struktur modal adalah pembelanjaan permanent dimana mencerminkan perimbangan
antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri ( Riyanto, 2001 : 22 ).
Rumus yang digunakan :
Struktur Modal = 100%
Sendiri Modal
panjang jangka
Hutang
x
2. Profitabilitas ( X1 )
Profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam memperoleh laba. Dalam Sartono
(1995 : 130) rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur tingkat efisiensi bank
dalam memperoleh laba, selain itu juga dapat dijadikan ukuran kesehatan keuangan
bank dan sangat penting untuk diamati mengingat keuntungan yang memadai. Rumus
ROA = 100%
Likuiditas bank adalah merupakan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk
memenuhi penarikan simpanan dan penarikan kredit serta kewajiban lainnya setelah
jatuh tempo ( Lukman Dendawijaya, 2001 :117 ). Rumus yang digunakan adalah :
LDR = 100%
Sumber : Rahardja dan Manurung, 2004 : 151
Komponen dana pihak ketiga adalah :
a. Tabungan
b. Kewajiban segera lainnya
c. Giro
d. Sertifikat deposito
e. Deposito berjangka
4. Tangibility Of Asset ( X3 )
Adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset dari
perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang ( Hamzah, et, al, 2008 : 149).
Rumus yang digunakan :
Tangibility =
Aktiva Total
5. Business Risk ( X4 )
Resiko bisnis adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan
atau diharapkan akam diterima ( Siamat, 1993 : 69 ). Rumus yang digunakan :
NPL = x100%
kredit Total
Bermasalah Kredit
6. Firm Size ( X5 )
Size menggambarkan besar kecilnya suatu bank, yang dilihat dari besarnya nilai total
asset. Semakin besar nilai total asset, maka semakin besar pula ukuran bank tersebut
(Hamzah, et, al, 2008 : 147).
Rumus yang dapat digunakan :
Firm Size = Ln Total aktiva
3.2. Tehnik Penentuan Sampel a. Populasi
Merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki cirri-ciri atau
karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain,
dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian ( Sumarsono,
2004: 44 ). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank yang terdapat di Bursa
Efek Indonesia ( BEI ) dari tahun 2006-2008 dengan jumlah bank sebanyak 22 bank.
b. Sample
Adalah bagian dari sebuah populasi yang mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang
sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sample harus menggunakan
Pada penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan sample secara purposive
sampling yaitu tehnik pengambilan sample berdasarkan pertimbangan tertentu. Hal
yang menjadi pertimbangan adalah data laporan keuangan bank dari tahun 2006
hingga tahun 2008 yang lengkap. Tapi ada bank yang data laporan keuangannya
tidak lengkap Sehingga jumlah sample menjadi 21 bank. Bank-bank tersebut antara
lain :
1. PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk.
2. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk.
3. PT. Bank Negara Indonesia ( Persero ) Tbk.
4. PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Tbk.
5. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional ( BTPN ) Tbk.
6. PT. Bank Bumi Putera Tbk.
7. PT. Centratama Nasional Bank Tbk.
8. PT. Bank Century Tbk.
9. PT. Bank Cimb-Niaga Tbk.
10.PT. Bank Ganesha Tbk.
11.PT. Bank Kesawan Tbk.
12.PT. Bank Mandiri ( Persero ) Tbk.
13.PT. Bank Mayapada Internasional Tbk.
14.PT. Bank Mega Tbk.
15.PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.
16.PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
18.PT. Bank Swadesi Tbk.
19.PT. Bank Syariah Mandiri Tbk.
20.PT. Bank Victoria Internasional Tbk
21.PT. Bank Permata Tbk.
3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Memuat penjelasan tentang bagaimana data dikumpulkan sebelum diolah dan
dianalisis yang kemudian akan digunakan dalam penelitian ini.
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan
keuangan yang dipublikasikan dari tahun 2006-2008.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan yang
dipublikasikan dari tahun 2006-2008.
3.3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dengan tehnik dokumenter. Selanjutnya
dilakukan penyeleksian dan pengolahan data sesuai dengan kebutuhan penelitian.
3.4. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased
Estimator) artinya pengambilan keputusan uji t tidak boleh bias. Untuk mengetahui
keputusan yang BLUE maka harus dipengaruhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak
1. Tidak boleh ada Multikolinearitas
2. Tidak boleh ada Heterokedastisitas
3. Tidak boleh ada Autokorelasi
Apabila ada salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan
regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui
uji t menjadi bias.
a. Uji Autokorelasi
Data time-series dalam poling-data regresi mengandung resiko terjadinya gejala
autokorelasi karena diambil berdasarkan kronologis urutan waktu yang memungkinkan
terjadinya interkorelasi di antara observasi yang berurutan.
Gejala autokorelasi menyebabkan hasil regresi tidak efisien karena varians atau
standard error of estimate tidak minimum dan menjadikan tes signifikan tidak akurat;
namun hasil regresi tetap tidak bias.
Gambar 3.1. uji Durbin-Watson akan menghasilkan nilai statistic Durbin-Watson
(dW). Nilai statistic Durbin-Watson tersebut kemudian akan dibandingkan dengan nilai
kritis yang didapat dari table nilai kritis Durbin-Watson. Terdapat dua nilai kritis pada
table Durbin-Watson, yaitu dL dan dU. Nilai dW yang diharapkan adalah berada diantara
Gambar 3.1. Kurva Durbin-Watson
Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada
autokoreksi negatif
Sumber: Gujarati, 1995:201
b. Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara
beberapa atau semua variable yang menjelaskan dala, model regresi.
Hubungan antara variabel bebas yang dikatakan memiliki nilai multikolinearitas jika
memiliki VIF tidak sekitar angka satu dan angka toleransi tidak mendekati angka satu
serta memiliki nilai koefisien korelasi di atas 0,5. pada model regresi linear yang baik
tidak boleh terdapat multikolinearitas. Syarat suatu model yang regresi linear tidak
terdapat multikolinearitas adalah VIF di sekitar angka satu dan angka toleransi mendekati
angka satu serta koefisien korelasi antara variable bebas di bawah nilai 0,5 ( Gujarati,
1995 : 157 ).
VIF ( Variance Inflation Factor ) menyatakan tingkat “ pembengkakan” varians.
Apabila VIF lebih besar dari 10 hal ini berarti terdapat multikolinearitas pada persamaan
c. Uji Heteroskedastisitas
Maksud dari penyimpangan heterokedastisitas adalah variable independent adalah
tidak konstan untuk setiap nilai tertentu variable independent. Pada regresi linear, nilai
residual tidak boleh ada hubungan dengan variable independent.
Penyebaran variable bebas adalah tidak konstan ( berbeda ) untuk setiap nilai tertentu
variable bebas pada regresi linear residual tidak boleh ada hubungan dengan variable
bebas. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman antara
residual dengan seluruh variable bebeas atau yang menjelaskan. Rumus Rank Spearman
sebagai berikut :
rs = 1 – 6 ⎥
di = Perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas
N = Banyaknya data
Adapun untuk mengetahui apakah model analisis tersebut cukup layak
digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sampai sejauh mana
variable-variabel bebas mampu menjelaskan variable terikat maka perlu untuk
mengetahui nilai R2 (Koefisien determinasi).
Dengan menggunakan formula sebagai berikut :
R2 =
Total JK
Dimana :
a. Tidak mempunyai nilai negative.
b. Nilainya 0< R2 <1.
Koefisien determinasi mempunyai dua kegunaan yaitu :
a. Sebagai ukuran kecepatan atau kecocokan suatu garis regresi yang diterapkan
terhadap suatu kelompok data hasil observasi, makin besarnya nilai maka makin
tepat atau makin cocok suatu garis regresi.
b. Untuk mengukur besarnya persentasi dari sejumlah persentasi dari jumlah variable
dari Y yang diterangkan dari model variable independent terhadap variasi ( naik
turunnya ).
Untuk mengetahui bahwa koefisien regresi yang telah diperoleh mempunyai
pengaruh atau tidak, maka dilakukan uji hipotesis koefisien regresi berganda pada tingkat
3.5. Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Tehnik Analisis
Sesuai dengan tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan yaitu untuk analisis
ada atau tidak pengaruh profitabilitas, likuiditas, tangibility of asset, resiko bisnis dan
ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada bank-bank yang go public, maka tehnik
analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
3.5.1.1. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda adalah analisis yang berkaitan dengan studi
ketergantungan satu variable ( yang disebut variable tidak bebas ) dengan dua atau lebih
variable lainnya ( yang disebut variable bebas ). Alat analisis ini digunakan karena sesuai
dengan kondisi yang akan diuji, berupa ketergantungan variable harga saham pada
beberapa variable yang lain. Adapun model regresi linear berganda untuk kondisi tersebut
dirumuskan sebagai berikut:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e ... (Gujarati, 1995 : 250)
Dimana
Y = Struktur modal
b0 = Konstanta
X1 = Profitabilitas
X2 = Likuiditas
X3 = Tangibilitas
X4 = Resiko Bisnis
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien Regresi
e = Standart error
3.5.2. Uji Hipotesis
Untuk melakukan uji mendeteksi pengaruh variabel-variabel independen/bebas
yaitu Profitabilitas, Likuiditas, Tangibilitas, Resiko Bisnis, Firm Size, terhadap variabel
dependen/terikat yaitu struktur modal.
a. Uji t
Uji t dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah variabel-variabel bebas
dalam model regresi secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan atas
variabel terikat. Bentuk uji hipotesis untuk uji t adalah sebagai berikut:
1. H0 : β1 : β2 : β3 = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas X
terhadap variabel terikat Y).
H0 : β1 : β2 : β3 ≠ 0 (terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas X
terhadap variabel terikat Y).
2. Untuk menentukan t tabel taraf signifikan yang digunakan sebesar 5%
3. Dengan nilai thit
thit = ) (bi S
bi
... (Sudjana, 1992: 111)
Keterangan:
thit = nilai t dari hasil perhitungan
bi = koefisien regresi variabel bebas
4. Uji pengaruh variable bebas terhadap variable terikat
• H0 ditolak jika taraf signifikan ≤ 0,05 (ada pengaruh antara variabel bebas
dengan variabel terikat).
• H0 diterima jika taraf signifikan ≥ 0,05 (tidak ada pengaruh antara variabel
bebas dengan variabel terikat).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Pendirian dan Informasi Umum Bursa Efek Indonesia
Sejarah pasar modal Indonesia dimulai dengan dibentuknya Bursa Efek di
Batavia ( sekarang Indonesia ) pada tahun 1912 oleh Vereneging Voor de
Effectenhandel. Kemudian pada yahun 1925 pemerintah kolonial Belanda
menambah lagi 2 ( dua ) bursa yaitu Bursa Efek Semarang dan Bursa Efek
Jakarta. Ketiga bursa ini menghentikan aktivitasnya menjelang investasi Jepang
pada tahun 1942 dan dimulai kembali dengan dibukanya Bursa Efek Jakarta pada
tahun 1952. program nasionalisasi yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun
1956 mengakibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.
Pada tanggal 10 Agustus 1977 pemerintah mengaktifkan kembali kegiatan
pasar modal dengan membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal ( BAPEPAM )
sebuah badan pemerintah dibawah Departemen Keuangan. Kebijaksanaan
pemerintah menerbitkan paket 24 Desember 1987 ( Pakdes 87 ) menjadikan Pasar
Modal Indonesia memasuki masa ” bullish ”. Masa yang berkelanjutan itu
akhirnya membutuhkan profesionalisme dalam pengelolaan bursa. Olek karena itu
pada tahun 1990 pemerintah mengeluarkan peraturan tentang swastanisasi bursa
efek. Pada tanggal 4 Desember 1991 berdirilah Bursa Efek Jakarta.
Bursa Efek Jakarta didirikan berdasarkan akta notaris Ny. Siti
Poerbaningsih Adiwarsito, SH. Notaris di jakarta pada 4 Desember 1991. akta
C-28146 HT.01,01 tanggal 26 Desember 1991, dan dimuat dalam Tambahan Acara
Berita Negara RI No.1355/KMK.010/1992 tanggal 18 Maret 1992. Penyerahan
pengolaan bursa dari BAP dilaksanakan tanggal 16 April 1992 di Jakarta.
Tahun 1995 merupakan era baru bagi Bursa Efek Jakarta dengan
diterapkannya sistem perdagangan otomatis ( Jakarta Automated Trading System
atau JATS ). Sistem ini menjamin perdagangan perdagangan lebih wajar dan lebih
transparan. Disamping itu JATS memberikan pula sumbangan yang lebih besar
dalam likuidasi pasar dan melindungi para investor secara maksimal dan
bersamaan dengan itu sistem terpadu ini menghubungkan perdagangan,
pengawasan, kliring dan penyelesaian serta sistem depositori dan sistem akuntansi
anggota bursa.
Berdasarkan pasal 10 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 45 tanggal 30 Desember 1995, perusahaan dilarang membagikan dividen
kepada para pemegang saham. Perusahaan berdomisili di Jakarta Stock Exchange
Building, jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53, Jakarta.
4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadikan Bursa Efek Indonesia suatu
tempat yang efisien untuk perdagangan instrumen pasar modal baik untuk
masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional.
Misi Bursa Efek Indonesia adalah bertekad mewujudkan Bursa Efek
Indonesia berskala internasional yang menawarkan kesempatan berinvestasi
Indonesia bertekad mempunyai sarana perdagangan yang efisien, sistem informasi
yang terpercaya, lengkap dan tepat waktu serta mempunyai sumber daya manusia
yang profesional dan berintegritas tinggi. Dengan demikian Bursa Efek Indonesia
dapat menjadi Bursa Efek yang transparan, liquid, wajar dan efisien yang dapat
membawa Bursa Efek Indonesia sejajar dengan Bursa-bursa efek di dunia. Bursa
Efek Indonesia aktif berpartisipasi dalam mengembangkan basis investor local
yang lebih luas dan kokoh sebagai stabilisator Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek
Indonesia bertekad menawarkan beragam efek berkualitas sejalan dengan
pertumbuhan instrument pasar modal yang semakin meningkat sehingga Bursa
Efek Indonesia dapat memberikan manfaat optimal bagi pemodal domestik
maupun asing.
4.1.3. Maksud dan Tujuan Pembentukan Bursa Efek Indonesia
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan
pendirian perusahaan adalah sebagai berikut :
 Menunjang kebijakan Pemerintah dalam pengembangan pasar
modal sebagai alternatif sumber pembiayaan untuk mendukung
dunia usaha dalam rangka pembangunan nasional.
 Memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk
ikut memiliki berbagai macam efek disamping memberikan
kemudahan bagi dunia usaha untuk menarik dana dengan cara
menewarkan efek yang dikeluarkannya kepada masyarakat melalui
 Menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan
efisien. Seperti yang dijelaskan dalam pasal 5 ayat 2 Anggaran
Dasar Perusahaan, setiap pemegang saham perusahaan harus
merupakan perusahaan efek yang berbadan hukum Indonesia dan
telah memperoleh izin usaha sebagai perantara pedagang efek.
4.1.4. Persyaratan untuk Go Public
Perusahaan yang ingin go public harus diseleksi terlebih dahulu,
perusahaan harus memenuhi persyaratan untuk mendapat izin penerbitan saham,
yaitu :
 Badan hukum harus berbentuk Perseroan Terbatas ( PT )
 Berkedudukan di Indonesia
 Mempunyai modal sekurang-kurangnya Rp. 100 juta dan telah
disetor sekurang-kurangnya 25 juta
 Dalam 2 ( dua ) tahun buku terakhir secara berturut-turut
memperoleh laba dengan ketentuan perbandingan laba bersih tahun
terakhir dan modal sendiri sekurang-kurangnya 10 %
 Laporan keuangan telah diperiksa olek akuntan publik untuk 2
(dua) tahun buku terakhir dengan pernyataan pendapat setuju
4.1.5. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Gambar 4.1. Bagan Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
DEWAN KOMISARIS
4.2. Deskripsi Singkat Perusahaan Sampel Penelitian
Populasi dalam hal ini adalah bank yang telah go publik dan terdaftar
dalam BEI yang terdapat dalam Direktori Bank Indonesia dari tahun 2006 sampai
tahun 2008. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 21 bank.
Berikut ini adalah deskripsi dari 21 bank tersebut :
Tabel 4.1 : Deskripsi 21 bank
No Nama Bank Tanggal Pendirian
1. Mandiri 2 Oktober 1998
11. Swadesi 28 September 1968
12. Ganesha Tahun 1992
13. Century 30 Mei 1989
14. Centratama Tahun 1989
15. Muamalat Tahun 1991
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian 4.3.1. Struktur Modal
Struktur modal adalah pembelanjaan permanent dimana mencerminkan
perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Berdasarkan
diukur dengan perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri
yang paling tinggi terjadi pada Bank Century Tbk sebesar 7,271 %, sedangkan
yang paling rendah terjadi pada Bank Mayapada Tbk sebesar 2,639%. Berikut ini
adalah data struktur modal bank yang diukur perbandingan antara hutang jangka
panjang dan modal sendiri pada bank yang go public dari tahun 2006 sampai
2008.
Tabel 4.2. Data Struktur Modal pada bank-bank yang go public tahun 2006 sampai
2008 (dalam persen).
4.3.2. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam memperoleh laba.
Berdasrakan tabel 4.3 di bawah ini dapat dilihat bahwa rata-rata profitabilitas
yang diukur dengan rasio ROA yang paling tinggi terjadi pada bank BTPN Tbk
sebesar 0,035%, sedangkan yang paling rendah terjadi pada bank Ganesha Tbk
sebesar 0,0003%. Berikut ini adalah data profitabilitas yang diukur melalui rasio
ROA pada bank-bank yang go public dari tahun 2006 sampai 2008.
Tabel 4.3. Data ROA pada bank-bank yang go public dari tahun 2006 sampai 2008
4.3.3. Likuiditas
Likuiditas bank adalah merupakan kemampuan bank dalam menyediakan
dana untuk memenuhi penarikan simpanan dan penarikan kredit serta kewajiban
lainnya setelah jatuh tempo. Berdasarkan tabel 4.4 dibawah ini dapat dilihat
bahwa rata rata likuiditas bank yang diukur dengan rasio LDR yang paling tinggi
terjadi pada bank Muamalat Tbk sebesar 1,203%, sedangkan yang terendah terjadi
pada bank Century sebesar 0,315%. Berikut ini adalah data likuiditas yang diukur
melalui LDR pada bank-bank yang go public dari tahun 2006 sampai 2008.
Tabel 4.4. Data LDR pada bank-bank yang go public dari tahun 2006 sampai 2008
4.3.4. Tangibility Of Asset
Adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset
dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang. Berdasarkan tabel 4.5
dibawah ini dapat dilihat bahwa rata rata tangibility bank yang diukur dengan
perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva yang paling tinggi terjadi pada
bank Centratama Tbk sebesar 0,098%, sedangkan yang terendah terjadi pada bank
Nusantara Tbk sebesar 0,013%. Berikut ini adalah data tangibility yang diukur
melalui perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva pada bank-bank yang go
public dari tahun 2006 sampai 2008.
Tabel 4.5. Data Tangibility pada bank-bank yang go public dari tahun 2006 sampai
2008 (dalam persen).
4.3.5. Resiko Bisnis
Resiko bisnis adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang
diperkirakan atau diharapkan akan diterima . Berdasarkan tabel 4.6 dibawah ini
dapat dilihat bahwa rata rata resiko bisnis bank yang diukur dengan NPL yang
paling tinggi terjadi pada bank Mandiri Tbk sebesar 0,258%, sedangkan yang
terendah terjadi pada bank Sinar Mas Tbk sebesar 0,013%. Berikut ini adalah
data Resiko Bisnis yang diukur melalui NPL pada bank-bank yang go public dari
tahun 2006 sampai 2008.
Tabel 4.6. Data NPL pada bank-bank yang go public dari tahun 2006 sampai 2008
4.3.6. Firm Size
Size menggambarkan besar kecilnya suatu bank, yang dilihat dari
besarnya nilai total asset. Semakin besar nilai total asset, maka semakin besar pula
ukuran bank tersebut. Berdasarkan tabel 4.7 dibawah ini dapat dilihat bahwa rata
rata firm size bank yang diukur dengan total aktiva yang paling tinggi terjadi pada
bank Mandiri Tbk sebesar 8,445%, sedangkan yang terendah terjadi pada bank
Centratama Tbk sebesar 5,727%. Berikut ini adalah data firm size yang diukur
melalui total aktiva pada bank-bank yang go public dari tahun 2006 sampai 2008.
Tabel 4.7. Data total aktiva pada bank-bank yang go public dari tahun 2006 sampai
2008 (dalam persen).