Karakteristik dan Kapasitas Antioksidan
Daun Gaharu
(Gyrinops versteegii
)OLEH
Dr. Drs. I Made Oka Adi Parwata, M.Si.
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nyalah saya bisa menyelesaikan karya tulis yang berjudul
“Karakteristik dan Kapasitas Antioksidan Daun Gaharu (Gyrinops versteegii)tepat pada waktunya.
Karya tulis ini disusun sebagai Laporan Penelitian yang saya lakukan di Laboratorium
Kimia Organik, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana.
Saya menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kami
harapkan saran dan kritikan yang sifatnya memperbaiki dari para pembaca demi karya tulis
ini mendekati kesempurnaanya.
Harapan saya semoga karya tulis ini ada manfaatnya bagi para pembaca khususnya
mahasiswa kimia yang tertarik akan Kimia Organik Bahan Alam khususnya aktivitas
senyawa metabolit sekunder yang ada pada tumbuh-tumbuhan
Akhir kata saya tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada laboran,
mahasiswa dan teman-teman di Jurusan Kimia FMIPA atas segala bantuan dan sarannya
sehingga karya tulis ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Denpasar, Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
RINGKASAN ... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Khusus Penelitian ... 2
1.4 Pentingnya atau Keutamaan Rencana Penelitian ini ... 3
1.5 Hasil / Luaran Yang Ditargetkan dalam Penelitian ini ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Stress Oksidatif ... 5
2.2 Antioksidan ... 5
2.3 Enzim Antioksidan ... 6
2.4 MDA ... 6
2.5 Kapasitas Antioksidan ... 7
2.6 Tanaman Gaharu ... 8
BAB 3 METODA PENELITIAN ... 10
3.1 Bahan ... 10
3.2 Alat ... 10
3.3 Lokasi Penelitian ... 10
3.4 Tahapan Penelitian ... 10
3.5 Indikator Keberhasilan ... 14
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI ... 16
4.1 Pengukuran karakteristik daun Gaharu ... 16
4.2 Pengukuran kapasitas antioksidan daun Gaharu ... 17
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ... 21
5.1 Simpulan ... 21
5.2 Saran ... 21
DAFTAR PUSTAKA ... 22
LAMPIRAN ... 24
RINGKASAN
Aktivitas tubuh yang berlebih atau maksimal, kurangnya masukan gizi yang baik karena pola makan yang tidak teratur dan kurang melakukan olah raga menyebabkan banyaknya radikal bebas yang ada dalam tubuh. Kelebihan radikal bebas ini diakibatkan antioksidan endogen (SOD, GPx dan Katalase) tidak mampu lagi menangkap atau menetralisir radikal bebas ini. Radikal-radikal bebas ini akan melakukan reaksi-reaksi oksidasi dengan lemak dan protein, sehingga dapat merusak membran-membran sel dan merusak komposisi DNA. Hal inilah merupakan awal terjadinya kerusakan oksidatif yang dikenal sebagai stres oksidatif yang kalau dibiarkan terlalu lama bisa menyebabkan terjadinya suatu mutasi sehingga menyebabkan terjadinya beberapa penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini dan lain-lain. Untuk mencegah terjadinya stres oksidatif ini maka perlu adanya asupan Antioksidan dari luar tubuh (antioksidan eksogen) baik berupa Vitamin maupun obat (sintetis maupun obat herbal). Pada saat sekarang ini banyak sekali dikembangkan obat-obat herbal yang mempunyai kasiat sebagai antioksidan alami. Salah satu diantaranya adalah ekstrak daun gaharu (Gyrinops versteegii).
Dalam Penelitian akan dilakukan bagaimana aktivitas antioksidan daun gaharu dalam menurunkan stress oksidatif secara in vitro yaitu dengan mengukur karakteristik Kapasitas antioksidannya dari berbagai pelarut (polar, semi polar dan polar) dan secara in vivo yaitu dengan mengukur penurunan kadar Malondialdehid (MDA) sebagai indikator terjadinya peroksidasi lemak akibat kelebihan radikal bebas tubuh dan kenaikan aktivitas enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada tikus Wistar yang diberikan aktivitas berlebih.
Hasil penelitian dalam tahap ini, karakteristik daun Gaharu menunjukkan kadar air 60,90 % dan kadar klorofilnya yaitu klorofil (a) 2771,159 ppm sedangkan klorofil (b) 1111,004 ppm. Kadar total fenol dan kapasitas antioksidan tertinggi diperoleh pada ekstrak air daun Gaharu kering yaitu 14,98 % atau 14.980 mg GAE/100 mg dan kapasitas antioksidannya dengan IC50 terkecil yaitu 3,44 mg/mL (5 menit) dan 3,03 mg/mL, sedangkan screening fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak air daun gaharu mengandung senyawa fenol, flavonoid dan steroid
Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak air daun Gaharu kering dapat dikembangkan sebagai antioksidan alami dan selanjutnya diuji kandungan kimia dan diuji pada hewan coba secara in vivo dengan mengukur kadar MDA, aktivitas enzim SOD dan aktivitas enzim katalase pada tikus Wistar dengan aktivitas fisik maksimal berupa renang tiap hari ± 2 jam selama ± 2 bulan.
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aktivitas tubuh yang berlebih atau maksimal, kurangnya masukan gizi yang baik
karena pola makan yang tidak teratur dan kurang melakukan olah raga menyebabkan
banyaknya radikal bebas yang ada dalam tubuh. Kelebihan radikal bebas ini diakibatkan
antioksidan endogen (SOD, GPx dan Katalase) tidak mampu lagi menangkap atau
menetralisir radikal bebas ini. Radikal-radikal bebas ini akan melakukan reaksi-reaksi
oksidasi dengan lemak dan protein, sehingga dapat merusak tress a-membran sel dan
merusak komposisi DNA. Hal inilah merupakan awal terjadinya kerusakan oksidatif yang
dikenal sebagai tress oksidatif yang kalau dibiarkan terlalu lama tre menyebabkan
terjadinya suatu mutasi sehingga menyebabkan terjadinya beberapa penyakit tress ative
seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini dan lain-lain (Ardiansyah, 2007 ; Moein, dkk.,
2007; Orhan, dkk., 2009 ; Shafie, 2011).
Pencegahan terjadinya tress oksidatif ini maka perlu adanya asupan Antioksidan
dari luar tubuh (antioksidan eksogen) baik berupa Vitamin maupun obat (sintetis maupun
obat herbal). Proses hambatan dari antioksidan biasanya terjadi pada saat reaksi-reaksi
inisiasi atau propagasi pada reaksi oksidasi lemak atau molekul lainnya di dalam tubuh
dengan cara menyerap dan menetralisir radikal bebas atau mendekomposisi peroksida (Zheng
W., 2009). Netralisir ini dilakukan dengan cara memberikan satu elektronnya sehingga
menjadi senyawa yang lebih stabil atau terjadi reaksi terminasi dan reaksi – reaksi radikal
berakhir atau tress oksidatif tidak terjadi pada sel. Disamping mencegah atau menghambat
terjadinya tress oksidatif dan kerusakan jaringan sel, antioksidan berperanan penting dalam
meghambat peningkatan produksi sitokin seperti interleukin-6 (Il-6) atau Tumor Necrosis
Factor (TNF-α) yang merupakan zat proinflamasi atau peradangan (Shafie, 2011).
Pada saat sekarang ini banyak sekali dikembangkan obat-obat herbal yang mempunyai
kasiat sebagai antioksidan alami. Salah satu diantaranya adalah ekstrak daun gaharu. Daun
gaharu (Gyrinops versteegii) berpotensi dikembangkan sebagai sumber senyawa antioksidan
alami karena berdasarkan penelitian dengan DPPH (Diphenil pikril Hidrazil) % peredaman
ekstrak tress a daun gaharu setelah 5 menit = 106, 32% dan peredaman setelah 60 menit =
111,31%. Senyawa dikatakan berpotensi sebagai antioksidan bila % peredamannya ≥ 50 %.
sekunder seperti senyawa fenol, terpenoid dan flavonoid (Mega, 2010). Senyawa fenol atau
polifenol termasuk flavonoid dapat menyerap dan menetralisir radikal bebas (Zheng W.,
2009).
Dalam Penelitian akan dilakukan bagaimana atau seberapa jauh aktivitas antioksidan
daun gaharu dalam menurunkan stress oksidatif secara in vitro yaitu dengan mengukur
Kapasitas antioksidannya dengan menggunakan DPPH dari berbagai pelarut seperti air,
etanol, methanol, etil asetat dan heksana (polar, semi polar dan non polar). Dalam analisis in
vitro di sini akan di ukur % hambatannya atau IC50. Selanjutnya hasil terbaik dalam uji in
vitro ini dibuktikan secara in vivo dalam sel darah tikus wistar yaitu dengan mengukur
penurunan kadar Malondialdehid (MDA) sebagai tress at terjadinya peroksidasi lemak
akibat kelebihan radikal bebas tubuh dan kenaikan aktivitas enzim Superoksida Dismutase
(SOD) pada tikus Wistar yang diberikan aktivitas berlebih berupa renang setiap hari selama 1
jam selama satu bulan.
1.2Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Berapakah Kapasitas Antioksidan ekstrak air, etanol, methanol, etil asetat dan
heksana dengan metoda ORAC ?
2. Ekstrak apakah yang paling aktif sebagai antioksidan?
3. Apakah kandungan kimia dari ekstrak yang paling aktif sebagai antioksidan
1.3Tujuan Khusus penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kemampuan ekstrak
Daun Gaharu sebagai antioksidan baik secara in vitro maupun in vivo. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk
1). Membuktikan Kapasitas Antioksidan ekstrak air, etanol, methanol, etil asetat dan heksana
dengan metoda spektroskopi.
2). Membuktikan Ekstrak yang paling tinggi/paling aktif sebagai Antioksidan.
3) Analisis kandungan kimia dari Ekstrak yang paling aktif sebagai Antioksidan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stress Oksidatif
Stres oksidatif adalah keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan jumlah radikal yang
ada di dalam tubuh dengan antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh sendiri.
Ketidakseimbangan inilah yang menyebabkan tubuh tidak bisa menangkap atau menetralisir
keseluruhan radikal bebas tersebut. Kelebihan radikal bebas ini mengakibatkan intensitas
reaksi oksidasi sel-sel normal semakin tinggi dan mengakibatkan kerusakan jaringan selakan
semakin parah. Produksi berlebih radikal bebas disebabkan adanya respon terhadap
mikroorganisme dan bakteri yang masuk kedalam tubuh baik melalui makanan dan minuman.
Kelebihan radikal bebas juga akibat aktivitas tubuh yang berlebih, puasa yang berlebih,
asap rokok, radiasi dan pencemaran udara. Adanya kejadian seperti ini akan merangsang
pengeluaran sitokin proinflamasi seperti Interleukin-6 (IL-6) atau Tumor Nekrosis
Faktor-alpha (TNF-α) dan memicu pengeluaran PMN. PMN inilah yang menghasilkan radikal bebas
berupa superoksida anion, hydroxyl radikal, nitrous oxide dan hydrogen peroxide yang
merusak jaringan sel seperti pada gingiva, ligamen periodontal dan tulang alveolar. Hal inilah
merupakan awal terjadinya kerusakan oksidatif yang dikenal sebagai stres oksidatif (Zheng,
2009 ; Shafie, 2011)
Pencegahan terjadinya stress oksidatif biasanya diberikan suatu zat yang dapat
menangkap, menetralisir kelebihan radikal bebas di dalam tubuh yang lebih dikenal dengan
nama Antioksidan baik itu berasal dari alam (obat herbal) maupun antioksidan sintetis.
2.2 Antioksidan
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menyerap atau menetralisir
radikal bebas sehingga mampu mencegah penyakit-penyakit degeneratif seperti
kardiovaskuler, karsinogenesis, dan penyakit lainnya. Senyawa antioksidan merupakan
substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan
yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak. Senyawa ini
memiliki struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas
tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas
Dalam melawan bahaya radikal bebas baik radikalbebas eksogen maupun endogen , tubuh
manusia telah mempersiapkan penangkal berupa sistem antioksidan yang terdiri dari 3
golongan yaitu : (Anonim, 2012)
1. Antioksidan Primer yaitu antioksidan yang berfungsi mencegah pembentukan radikal
bebas selanjutnya (propagasi), antioksidan tersebut adalah transferin, feritin, albumin.
2. Antioksidan Sekunder yaitu antioksidan yang berfungsi menangkap radikal bebas dan
menghentikan pembentukan radikal bebas, antioksidan tersebut adalah Superoxide
Dismutase (SOD), Glutathion Peroxidase (GPx) dan katalase.
3. Antioksidan Tersier atau repair enzyme yaitu antioksidan yang berfungsi
memperbaiki jaringan tubuh yang rusak oleh radikal bebas.
Sumber-sumber antioksidan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dikelompokkan
menjadi tiga yaitu (1) antioksidan yang sudah ada di dalam tubuh manusia yang dikenal
dengan enzim antioksidan (enzim Superoksida Dismutase, Glutation Peroksidase, dan
Katalase), (2) antioksidan sintetis yang banyak digunakan pada produk pangan seperti Butil
Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propil galat dan Tert-Butil Hidroksi
Quinon (TBHQ), dan (3) antioksidan alami yang diperoleh dari bagian-bagian tanaman
seperti kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari,juga dapat diperoleh
dari hewan dan mikroba. Jenis antioksidan yang banyak didapatkan dari bahan alami berupa
vitamin C, E, beta karoten, pigmen (antosianin, krolofil), flavonoid, dan polifenol (Siswono,
2005 ; Ardiansyah, 2007).
2.3 Enzim Antioksidan
Enzim antioksidan atau antioksidan endogenous enzimatik adalah superoksida
dismutase (SOD), katalase (CAT) dan glutation peroksidase (GPx). SOD adalah
metaloenzim yang mengkatalis dismutasi radikal anion superoksida (O2*) menjadi hidrogen
peroksida (H2O2) dan oksigen (O2). Enzim ini bersifat tidak stabil terhadap panas, cukup
stabil pada kondisi basa, dan masih mempunyai aktivitas walaupun disimpan sampai 5 tahun
pada suhu 5oC. Haliwell dan Gutteridge (1999) menyatakan bahwa aktivitas SOD tertinggi
ditemukan di hati, kelenjar adrenalin, ginjal, darah, limfa, pankreas, otak, paru-paru,
lambung, usus, ovarium dan timus (Zheng W., 2009 ; Shafie, 2011 ; Wrasiati, 2011).
2.4. Malondialdehid (MDA)
Menurut Leibler et al. (1997) dan Tokur et al. (2006), malondialdehida (MDA)
dan produk akhir dari lipid peroksidasi. MDA merupakan molekul reaktif yang memiliki
rumus molekul C3H4O2 dan dikenal sebagai penanda (marker) peroksidasi lipid.
Pengukuran MDA banyak dilakukan oleh para peneliti sebagai indeks tidak langsung
dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh peroksidasi lipid. Tokur et al. (2006)
menyatakan bahwa prinsip pengukuran MDA adalah reaksi 1 molekul MDA dengan 2
molekul asam tiobarbiturat (TBA) membentuk kompleks senyawa MDA-TBA yang berwarna
pink dan kuantitasnya dapat dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 532 - 533 nm (Jamil, 2010 ; Mudasir, dkk. 2011)
2.5 Kapasitas Antioksidan
Kapasitas atau aktivitas antioksidan menggambarkan kemampuan suatu senyawa
antioksidan untuk menghambat laju reaksi pembentukan radikal bebas. Penentuan kapasitas
antioksidan secara in vitro ditentukan secara spektroskopi UV-Vis. Eksplorasi senyawa
fitokimia terutama senyawa bioaktif yang terdapat pada tanaman obat atau bukan tanaman
obat secara terus menerus diteliti untuk mendapatkan senyawa antioksidan yang berfungsi
untuk menjaga kesehatan tubuh manusia dari serangan suatu penyakit (Prakash, 2001).
Beberapa metode pengukuran kapasitas antioksidan secara in vitro yang digunakan
dewasa ini adalah beta karoten bleaching, 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH Radical
Scavenging) method, Thiobarbituric Acid-Reactive-Substances (TBARS) assay, Rancimat
assay, Oxygen Radical Absorbance Capacity (ORAC) assay.
Wolfe dan Liu (2007 dan 2008) menyatakan bahwa disamping analisis in vitro, perlu
dilakukan pengukuran kapasitas antioksidan secara in vivo pada hewan coba yang
selanjutnya diterapkan pada sukarelawan manusia agar didapatkan efikasi aktual antioksidan
tersebut di dalam tubuh. Penelitian in vivo seperti itu memerlukan waktu dan biaya yang
cukup besar dan sulit mengetahui perbedaan pengaruh spesifik dari antioksidan dengan
asupan pangan sehari-hari.
Hewan coba yang biasa dipergunakan dalam menentukan kapasitas antioksidan secara
in vivo dilakukan menggunakan mencit, tikus dan manusia. Prangdimurti dkk. (2006),
menyatakan bahwa terjadi penurunan kadar MDA, peningkatan aktivitas SOD dan katalase
pada hati tikus Sprague Dawley yang diberi asupan ekstrak daun suji. Jawi dkk. (2008)
melakukan penelitian mengenai aktivitas antioksidan pada ubi jalar ungu menggunakan
mencit jantan galur Swiss dan menghasilkan bahwa ekstrak ubi jalar ungu dapat menurunkan
kadar MDA pada darah dan hati mencit tersebut. Hasil penelitian Puspawati (2009) juga
kadar MDA, meningkatkan aktivitas SOD, katalase dan glutation peroksidase pada hati tikus
Sprague Dawley.
2.6. Tanaman Gaharu
Tanaman Gaharu yang dimanfaatkan selama ini lebih banyak bagian batang dan
gumbalnya sebagai farfum, obat dan dupa serta anti serangga. Di Cina tanaman gaharu telah
dimanfaatkan dalampengobatan penyakit seperti peradangan ginjal, perut, dada, asma,
kanker, thyroid, kolik, diare dan tumor paru-paru (Soehartono dan Mardiastuti, 2003 dalam
Mega, 2010).
Daun gaharu (Gyrinops versteegii) berpotensi dikembangkan sebagai sumber senyawa
antioksidan alami karena berdasarkan penelitian dengan DPPH (Diphenil pikril Hidrazil) %
peredaman ekstrak metanol daun gaharu setelah 5 menit = 106, 32% dan peredaman setelah
60 menit = 111,31%. Senyawa dikatakan berpotensi sebagai antioksidan bila %
peredamannya ≥ 50 %. Screening Fitokimia dari ekstrak metanol daun gaharu mengandung senyawa metabolit sekunder seperti senyawa fenol, terpenoid dan flavonoid (Mega, 2010).
Selain itu tanaman gaharu juga mengandung sesquiterpen, sesquiterpen alkohol, agarospirol,
3,4-dihidroksi-dihydroagarufuran, p-methoxybenzylaceton, dan kusunol (Tarigan, 2004).
Hasil penelitian juga menyebutkan ekstraks daun gaharu mempunyai efek farmakologis
seperti anti tukak, anti jamur, antibakteri, anti kanker dan analgetik (Mega, 2010). Dari hasil
di atas perlu kiranya dilakukan uji kapasitas antioksidan baik secara in vitro maupun in vivo
agar diperoleh bahan obat atau obat herbal daun gaharu yang terstandarisasi berdasarkan
aktivitas antioksidannya yang nantinya dengan teknologi fitofarmaka bisa dibuat
macam-macam sediaan seperti sediaan serbuk daun yang siap dibuat teh, kapsul, tablet, lulur dan
lain-lain. Dalam penelitian ini dilakukan penentuan kapasitas antioksidan ekstrak daun
gaharu dalam berbagai pelarut seperti air, methanol, etanol, etil asetat dan n-heksana (in
vitro). Selanjutnya dilakukan screening fitokimia, sehingga diperoleh bahan obat atau obat
herbal yang terstandarisasi berdasarkan kapasitas antioksidan dan kandungan kimia aktifnya.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Bahan
Bahan tanaman Daun Gaharu diperoleh dari daerah Tabanan Bali. Bahan kimia yang
digunakan pada penelitian ini berderajat pro analisa. Bahan kimia dapat dilihat pada rincian
anggaran bahan kimia.
3.2. Alat
Seperangkat alat maserator, kertas saring, corong Buchner, erlemeyer, beker glass,
wadah ekstrak cair, batang pengaduk dan rotary epavourator.
3.3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini rencananya akan dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Bahan
Alam, FMIPA Universitas Udayana, Laboratorium Layanan Fak. Teknologi Pertanian
Universitas Udayana dan UPT Laboratorium Kimia Analitik Universitas Udayana.
3.4. Tahapan Penelitian
Pembuatan serbuk dilakukan dengan cara daun gaharu yang sudah kering dengan cara
diangin-anginkan di blender sampai berbentuk serbuk. Ditimbang masing-masing 1000 mg
serbuk daun gaharu yang diperoleh, masukkan ke dalam masing-masing alat maserator,
tuangkan masing-masing maserator dengan pelarut n-heksana, etil asetat, metanol dan air.
Maserasi selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan penyaringan pada masing-masing maserator.
Ekstrak cair yang diperoleh diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator sampai diperoleh
ekstrak kental. Ekstrak kental ini dimasukkan dalam eksikator agar diperoleh ekstraks kering.
Masing-masing ekstraks ini selanjutnya di uji Kapasitas Antioksidannya dengan metoda
ORAC dengan mempergunakan spektroskopi UV-Vis. Hitung % peredamannya dan IC50 dari
masing-masing Ekstrak. Ekstrak yang paling aktif selanjutnya di analisis kandungan
kimianya. Uji Flavonoid dan senyawa fenol digunakan pereaksi Willstater, Bate-Smith,
NaOH 10% dan FeCl3. Uji Alkaloid dilakukan dengan menggunakan pereaksi Meyer dan Uji
Terpeneoid, steroid dipergunakan pereaksi Leiberman-Burchad. Adapun tahap-tahapan kerja
Tahap I atau Tahun I dapat dilihat dalam skema berikut ini :
Skema Penelitian
Dipotong-potong kecil lalu dikeringkan, di blender
dimaserasi dengan n-heksana, etil asetat, metanol dan air
saring ekstrak dari masing pelarut
uapkan pelarut dengan Rotary Evapourator
7
Serbuk kering daun Gaharu Daun Gaharu segar
Ekstrak cair air
Ekstrak cair etanol Ekstrak cair
Etil asetat Ekstraks cair
n-heksana
Ekstrak cair metanol
Ekstraks kering n-heksana
Ekstraks kering Etil asetat
Ekstraks kering etanol Ekstraks kering
air
Ekstraks kering metanol
Uji Kapasitas Antioksidan secara in vitro
Ekstraks paling aktif
Screening Fitokimia (analisis kand. Kimia)
BAB 4
HASIL YANG DICAPAI
4.1 Pengukuran Karakteristik daun Gaharu
Karakteristik daun Gaharu diukur kadar air, kandungan total fenol dan klorofil.
Adapun hasil pengukuran diperoleh ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Kadar Air Daun Gaharu Segar
W.wadah kosong
W.wadah + sampel
W.sampel awal
W.konstan W.akhir Kadar
air
Rata-rata
(g) (g) (g) (g) (g) (%) (%)
18,9229 20,5410 1,6181 19,5391 0,6162 61,9183
60,9019
17,9002 19,9053 2,0051 18,6884 0,7882 60,6902 17,3648 18,8885 1,5237 17,9728 0,6080 60,0971
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Absorbansi Asam Galat
No. Konsentrasi (mg/L) Absorbansi
1 0 0
2 10 0,158
3 20 0,289
4 30 0,534
5 40 0,863
6 50 1,147
7 60 1,366
Gambar 4.1 Kurva Standar Asam Galat
Tabel 4.3 Kadar Total Fenol daun Gaharu kering dalam beberapa pelarut Tabel 4.4 Kadar Total Fenol daun Gaharu segar dalam beberapa pelarut
Sampel Ekstrak W Abs Kons.
4.2 Pengukuran Kapasitas Antioksidan Daun Gaharu
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Kapasitas Antioksidan Ekstrak Daun Gaharu segar dalam pelarut Etanol dalam waktu 5 menit
Sampel Pelarut Konsentrasi
mg/mL
Absorbansi 5 menit
IC50
Gambar 4.2 Daya reduksi ekstrak air daun Gaharu segar terhadap radikal Bebas DPPH 0,1 mM dalam 5 menit
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Kapasitas Antioksidan Ekstrak Daun Gaharu segar dalam pelarut Etanol dalam waktu 60 menit
Sampel Pelarut Konsentrasi
mg/mL
Absorbansi 60 menit
IC50
Gambar 4.2 Daya reduksi (hambat) ekstrak air daun Gaharu segar terhadap radikal Bebas DPPH 0,1 mM dalam 60 menit
Adapun pengukuran Kapasitas Antioksidan daun Gaharu dalam pelarut lain dapat dilihat
dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.7 Kapasitas Antioksidan daun Gaharu dalam berbagai pelarut
Etanol 0,00
Tabel 4,8. Kandungan Senyawa Kimia Ekstrak Air Daun Gaharu
No. Pereaksi
Hasil Pengamatan
Keterangan
(Perubahan warna larutan setelah + pereaksi)
1. Willstater Coklat muda menjadi kuning muda (+)Flavonoid
2. NaOH 10% Coklat muda menjadi kuning (+)Flavonoid 3. Meyer Tak terjadi perubahan/tak timbul endapan (-) Alkaloid 4. Leiberman-Burchard Coklat muda menjadi merah muda (+)terpenoid 5. + Air lalu dikocok Tidak Timbul Buih yang stabil selama 5’ (-) Saponin 6. + FeCl3 Coklat muda menjadi coklat keunguan (+) Senyawa
Fenol
Keterangan :
(+) positif mengandung senyawa yang ingin diukur (-) negatif tidak mengandung senyawa yang ingin diukur
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa ekstrak air daun gaharu kering
dilanjutkan analisis kandungan kimianya. Hasil analisis kandungan kimia dari ekstrak air
Gaharu menunjukkan bahwa ekstrak air daun gaharu mengandung senyawa fenol, flavonoid
dan terpenoid
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas yang telah berjalan ± 80 % peneliti dapat
simpulkan bahwa :
1. Karakteristik daun Gaharu menunjukkan kadar air 60,90%, kadar klorofil (a)
2771,159 ppm, klorofil (b) 1111,004.
2. Kadar Total Fenol tertinggi pada ekstrak air yaitu 14.980 mg GAE/100 mg.
3. Kapasitas antioksidan tertinggi tertinggi terjadinya pada ekstraks air dengan IC50 =
3,44 mg/mL (5 menit) dan 3,03 mg/mL sehingga dapat dikatakan sebagai antioksidan
alami
4. Screening fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak air daun Gaharu mengandung
senyawa fenol, flavonoid dan terpenoid.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut aktivitas antioksidan ekstrak air daun Gaharu
secara in vivo dan uji toksisitas akutnya sehingga nantinya diperoleh sediaan fitofarmaka
yang terstandarisasi berdasarkan aktivitas antioksidannya baik secara in vitro maupun in vivo.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah. 2007. Antioksidan dan Peranannya bagi Kesehatan. http://www. beritaiptek.com, diakses pada tanggal 8 Januari 2009.
Goodsell D. 2007. Molecule of the Month: Superoxide Dismutase. http://www.rcsb.org/pdb/static.do?p=education_discussion/molecule_of_the_month/ pdb94_1.htm, diakses tanggal 27 Oktober 2012.
Jawi, I.M., D.N. Suprapta, dan A.A.N. Subawa. 2008. Ubi Jalar Ungu Menurunkan Kadar MDA dalam Darah dan Hati Mencit setelah Aktivitas Fisik Maksimal. Jurnal Veteriner 9 (2) : 65-72.
Mega, I.M., D. A. Swastini. 2010. Screening Fitokimia dan Aktivitas Antiradikal bebas Ekstrak Metanol Batang Gaharu (Gyrinops versteegii). J. Kimia 4 (2).Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Udayana. Denpasar.
Mudasir, A. Azis, A. Q. Punagi. 2011. Analisis Kadar MDA Plasma Penderita Polip Hidung Berdasarkan Dominasi Sel Inflamasi Pada Pemeriksaan Histopatologi. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar. Diakses Tanggal 25 Oktober 2012.
Prakash, A. 2001, “Antioxidant Activity“ Medallion Laboratories : Analithycal Progress, 19
(2) : 1 – 4.
Prangdimurti, E., D. Muchtadi, M. Astawan dan F. R. Zakaria. 2006. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Suji (Pleomele angustifolia N.E. Brown). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan XVII (2) :79 – 86.
Puspawati, G.A.K. 2009. Kajian Aktivitas Proliferasi Limfosit dan Kapasitas
Antioksidan Sorgum dan Jewawut pada Tikus Sprague Dawley. (Tesis). Sekolah
Pascasarjana IPB, Bogor.
Shafie, 2011, Hubungan Radikal Bebas dan Antioksidan Terhadap Penyakit Periodontal, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara, Medan. diakses tanggal 27 Oktober 2012.
Siswonoto S. 2008.”Hubungan Kadar MDA Plasma dengan Keluaran Klinis Stroke
Iskemik Akut” (Thesis). Semarang : Universitas Diponogoro.
Tarigan, 2004. Profil Budidaya Gaharu. Departemen Kehutanan, Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan Jakarta.
Tokur, B., K. Korkmaz, and D. Ayas. 2006. Comparison of Two Tiobarbituric Acid (TBA) Method for Monitoring Lipid Oxidation in Fish. J. Fisheries and Aquatic Sci 23(3-4) : 331-34.
Wolfe, K., X. Kang, X. He, M. Dong, Q. Zhang, and R. H. Liu. 2008. Cellular Antioxidant Activity of Common Fruits.J. Agric. Food Chem. 56 (18) : 8418-6426.
Wolfe, K.L. and R. H. Liu. 2007. Cellular Antioxidant Activity (CAA) Assay for Assessing Antioxidants, Foods, and Dietary Supplements. J. Agric. Food Chem. 55 (22) : 8896-8907.
Wrasiati, L.P. 2011. Karakteristik dan Toksisitas Ekstrak Bubuk Simplisia Bunga
Kamboja Cendana (Plumeria alba) dan Peranannya Dalam Meningkatkan
Aktivitas Antioksidan Enzimatis pada Tikus Sprague dawley (Disertasi).
Denpasar. Universitas Udayana.
Zheng W. and Wang S.Y., 2009. Antioxidant Activity and Phenolic Compounds in Selected Herbs. J.Agric.Food Chem., 49 (11) : 5165-70, ACS Publications, Washington D.C.