TERHADAP MINAT BELI
KOPI BUBUK INSTANT
NESCAFE DI SURABAYA SELATAN
(Studi di Cir cle K Indr agir i)
SKRIPSI
Oleh : Dhimas Nugroho 0812010169/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
PENGARUH CITRA MEREK DAN SIKAP KONSUMEN
TERHADAP MINAT BELI
KOPI BUBUK INSTANT
NESCAFE DI SURABAYA SELATAN
(Studi di Cir cle K Indr agir i)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J ur usan Manajemen
Diajukan Oleh : Dhimas Nugroho 0812010169/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
SKRIPSI
PENGARUH CITRA MEREK DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI KOPI BUBUK INSTANT NESCAFE DI SURABAYA
SELATAN
(Studi di Circle K Indr agiri)
Disusun Oleh : Dhimas Nugroho 0812010169/FE/EM
Telah dipertahankan dihadapandan diterima oleh Tim Penguji skripsi. J ur usan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur Pada tanggal 14 Desember 2012
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dr s. Ec. Her ry A.L.W, SE, MM Dr s. Ec. Gendut Sukarno, Ms Sekr etaris
Dr s. Ec. Sugeng P, SE, MM Anggota
Dr s. Ec Her ry A.L.W, SE, MM Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur
SKRIPSI
PENGARUH CITRA MEREK DAN SIKAP KONSUMEN
TERHADAP MINAT BELI
KOPI BUBUK INSTANT
NESCAFE DI SURABAYA SELATAN
(Studi di Cir cle K Indr agir i)
Yang diajukan
Dhimas Nugroho 0812010169/FE/EM
Disetujui untuk ujian lisan oleh :
Pembimbing Utama
Dr s. Ec. Her ry Arianto L.W, SE, MM Tanggal : 23 – 11 - 2012
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
J awa Timur
USULAN PENELITIAN
PENGARUH CITRA MEREK DAN SIKAP KONSUMEN
TERHADAP MINAT BELI
KOPI BUBUK INSTANT
NESCAFE DI SURABAYA SELATAN
(Studi di Cir cle K Indr agir i)
Yang diajukan
Dhimas Nugroho 0812010169/FE/EM
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :
Pembimbing Utama
Dr s. Ec. Her ry Arianto L.W, SE, MM Tanggal : 17 – 10 - 2012
Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen
USULAN PENELITIAN
PENGARUH CITRA MEREK DAN SIKAP KONSUMEN
TERHADAP MINAT BELI
KOPI BUBUK INSTANT
NESCAFE DI SURABAYA SELATAN
(Studi di Cir cle K Indr agir i)
Yang diajukan
Dhimas Nugroho 0812010169/FE/EM
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
Dr s. Ec. Her ry Arianto L.W, SE, MM Tanggal : 10 – 8 - 2012
Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen
K AT A P E NG ANT AR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan
berkat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul “PENGARUH
CITRA MEREK DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI KOPI
BUBUK INSTANT NESCAFE DI SURABAYA SELATAN ( Studi di Cir cle K
indr agir i ) ”
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi
Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun
materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, MS. Selaku Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Ec. Herry Arianto L. W SE, MM. selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah memberikan bimbingan skripsi sehingga penulis bisa merampungkan tugas
5. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama
menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.
6. Mini market Circle K Indragiri Surabaya yang telah membantu dalam penyusunan
skiripsi penulis.
7. Allah beserta Rossulnya.
8. Kepada bapak Hadi Susanto, ibu Sulikah sekeluarga yang telah memberikan
dukungan baik moril ataupun material.
9 . T ema n – t ema n s ep er j u a nga n 2 00 8, t er i ma ka s i h a t a s l oya l i t a s da n
s ol i da r it a s ka l i a n. Ka nca - ka nc a Ma na j e m e n ya ng s e di k i t ba nya k
m e mb er i p enga r u h p os i t i f, da n ya ng t ur ut me mb a nt u da n
m e ny e di a ka n wa kt u nya dem i t er s el es a i nya s kr i ps i i ni ya ng t i da k
da pa t s eb ut ka n ol eh p en yu s u n sa t u p er sa t u.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Salam hormat,
Surabaya, Desember 2012
KATA PENGANTAR……… i
DAFTAR TABEL……….. vi
DAFTAR GAMBAR………. vii
LAMPIRAN……….. viii
ABSTRAKSI………
xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah... 8
1.3 Tujuan Penelitian... 8
1.4 Manfaat Penelitian... 8
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu... 9
2.2 Landasan Teori... 11
2.2.1 Pengertian Manajemen Pemasran... 11
2.2.1.1 Pengertian Pemasaran... 11
2.2.1.2 Pengertian Bauran Pemasaran... 12
2.3 Citra Merek... 13
2.4 Indikator Citra Merek... 14
2.5 Sikap Konsumen... 15
2.6 Indikator Sikap Konsumen... 16
2.7 Minat Beli... 16
2.9.1 Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli………...…….. 18
2.9.2 Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli... 19
2.10 Kerangka Konseptual... 21
2.11 Hipotesis... 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel... 23
3.1.1 Definisi Operasional... 23
3.1.2 Pengukuran Variabel... 25
3.2 Teknik Penentuan Sampel... 25
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 26
3.3.1 Jenis Data... 26
3.3.2 Sumber Data... 27
3.3.3 Pengumpulan Data... 27
3.4 Teknik Analisa... 27
3.4.1 Asumsi Model PLS... 27
3.4.1.1 Cara Kerja PLS... 29
3.4.1.2 Model Spesifikasi PLS... 30
3.4.1.3 Langkah-Langkah PLS... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DeskripsiObjekpenelitian……… 42
4.2 DeskrripsiHasilPenelitian………...……. 42
4.2.1 DeskripsiRespondenBerdasarkanJenisKelamin……… 43
4.2.2 DeskripsiRespondenBerdasarkanUmur……… 44
4.2.5 Deskripsi Citra Merek………... 46
4.2.6 DeskripsiSikapKonsumen………...………. 48
4.2.7 DeskripsiMinatBeli……… 49
4.3Analisis Data………...……. 51
4.3.1 Evaluasi Outlier……….. 51
4.4 Partial Least Square……….…... 53
4.4.1 Model PLS………. 53
4.4.2 UjiValiditas……… 54
4.4.3 Reliability……… 55
4.5 Inner Model……….. 55
4.5.1 R – Square……….. 55
4.5.2 Result For Inner Weight……… 56
4.5.3 PengujianHipotesis……….. 56
4.6PembahasanHasilPenelitian………. 57
4.6.1 Citra MerekBerpengaruhTerhadapMinatBeli……….. 57
4.6.2 SikapKonsumenBerpengaruhTerhadapMinatBeli…………. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….. 60
5.2 Saran……… 60
Daftar Pustaka
1.1 Tabel Brand Value Kopi Bubuk/instan Nescafe... 5
1.2 Tabel Data Penjualan Kopi Nescafe Per Sachet di Crcle K Indragiri... 6
4.1Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………..…………... 44
4.2 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Umur………. 45
4.3 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir……….. 45
4.4 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan………... 46
4.5 Tabel Frekuensi hasil jawaban responden mengenai variabel citra merek…………... 47
4.6 Tabel Frekuensi hasil jawaban responden mengenai variabel sikap konsumen…….. 48
4.7 Tabel Frekuensi hasil jawaban responden mengenai variabel minat beli………. 50
4.8 Tabel Residuals Statistica………. 52
4.9 Tabel Outer Loading………... 53
5.0 Tabel Average Variance Extracted……….. 54
5.1 Tabel Reliability………... 55
5.2 Tabel Average Variance Extracted……….. 55
5.3 Tabel Result for Inner Weights……… 56
3.1 Gambar Langkah-Langkah Analisis PLS... 30 3.2 Gambar Diagram Jalur Untuk PLS... 32 4.1 Gambar Medel Partial Least Square………. 53
Lampiran 1 : kuisioner
Lampiran 2 : Tabulasi hasil jawaban responden Lampiran 3 : Tabel frekuensi hasil oleh data Lampiran 4 : Gambar model PLS
Lampiran 5 : Outer Loading hasil olah data Lampiran 6 : Uji outlier PLS
PENGARUH CITRA MEREK DAN SIKAP KONSUMEN
TERHADAP MINAT BELI KOPI BUBUK INSTANT NESCAFE
DI SURABAYA SELATAN
( Studi Di Cir cle K indr agir i
)
Dhimas Nugr oho
Abst raksi
Perkembangan dunia bisnis di Indonesia semakin ketat di era globalisasi, dunia usaha secara otomatis akan dihadapkan pada persaingan yang ketat. Citra merek sangatlah penting untuk dimiliki oleh suatu produk untuk mempengaruhi kecenderungan mengkonsumsi dalam masyarakat, merek yang kuat dengan citra yang positif lebih tahan menghadapi isu yang tidak baik. Di lain pihak merek dengan citra yang negative lebih sensitive terhadap kesalahan pemasaran, jelas terlihat bahwa citra merek terbentuk lewat asosiasi merek yang berasal dari atribut tokoh, manfaat dan sikap konsumen. Disamping itu suksesnya program marketing tercermin dalam penciptaan asosiasi merek memiliki atribut dan manfaat yang memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka membuat citra merek terbentuk, begitu pula dengan sikap konsumen, persepsi seseoran yang melayani kecenderungan member tanggapan pada produk untuk menyukai atau tidak.
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen/pengunjung circle k indragiri yang mempunyai minat beli kopi bubuk/instan Nescafe di kota Surabaya Selatan. Metode pengambilan sampelnya adalah dengan menggunakan non probability sampling dengan cara non probability sampling yaitu dimana stiap anggota populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sample. Dan dengan pertimbangan peneliti. Sampel yang diambil adalah sebesar 110 responden. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari jawaban responden melalaui survey dengan menggunakan wawancara secara langsung melalui media kuisioner, dan data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari kondisi tingkat penjualan pangsa pasar kopi bubuk/instan nescafe pada tahun 2010 sampai 2012 yang diperoleh dari perusahaan circle k. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Partial Least Square.
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan sebagai berikut citra merek berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap minat beli dan sikap konsumen berpengaruh signifikan positif terhadap minat beli.
Keyw ords : Cit ra M erek, Sikap Konsumen Dan M inat Beli
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat saat ini perusahaan perlu memanfaatkan sumber dayanya dengan optimal, termasuk berusaha menciptakan atau melakukan rekayasa yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen, misalnya melalui citra merek produknya.
Mengingat pemasaran merupakan ujung tombak dari keseluruhan operasional perusahaan. Pada dasarnya pemasar mencari perilaku konsumen dan suatu perusahaan menginginkan tanggapan berupa pembelian. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk semakin jeli melihat kebutuhan konsumen yang ada. Pesaing dapat menjadi ancaman bagi perusahaan apabila kita tidak memiliki strategi pemasaran yang ampuh bagi keunggulan produk.
makna yang mendalam untuk merek tersebut. Gagasan-gagasan mengenai merek yang paling tahan lama adalah nilai budaya, dan kepribadian yang tercermin dalam merek itu.
Perusahaan di masa depan akan semakin bergantung kepada merek, yang berarti tidak cukup hanya berorientasi pada produk. Maka dari itu, menurut Andrews.M and Kim.D (2007 : 354) dalam Indriani dan Hendiarti (2009) mengatakan citra merek merupakan konsep yang sangat penting sebagai acuan para pemasar terhadap alur hidup suatu merek. Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi dari merek dan dibentuk melalui informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Sutisna (2003 : 83) mengidentifikasikan citra sebagai jumlah dari Gambaran-gambaran, kesan-kesan dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu obyek. Menurut Keller (1993) dalam Ariprabowo (2007) berpendapat bahwa citra merek yang positif dapat meningkatkan kemungkinan pilihan terhadap merek tersebut. Artinya konsumen lebih memilih citra merek yang dikenal dengan baik dan pembeli yang mempunyai kesadaran merek yang tinggi akan menimbulkan minat beli.
Walaupun sebelum membeli kadan-kadang konsumen membandingkan produk tersebut dengan produk lain, tetapi pada dasarnya konsumen akan percaya pada produk yang mempunyai merek terkenal. Mereka mau membayar dengan harga yang lebih tinggi untuk merek yang mereka kenal dengan baik. Sesuai dengan pendapat Erna Ferrinadewi (2008 : 143), ketika konsumen yang memiliki rasa tanggung jawab tinggi melakukan keputusan pembelian yang keliru pada merek murah dan tidak terkenal maka perasaan menyesal yang ada, akan menjadi lebih ringan bila kekeliruan itu dilakukan pada merek mahal dan terkenal. konsumen mau mengorbankan uang yang dimilikinya untuk membeli produk tertentu bila produk tersebut mampu memenuhi harapannya. Bagi konsumen, adanya merek membantu dalam mengidentifikasi perbedaan mutu dan dapat berbelanja dengan lebih efisien Kotler (2000 : 528) dalam Artaya (2008) untuk membeli suatu produk dengan merek yang belum dikenal kadang-kadang konsumen perlu waktu dan usaha lebih panjang dan lebih keras sbelum melakukan keputusan.
Menurut Dharmesta (1998) dalam Sigit (2006) Faktor yang mempengaruhi niat beli adalah sikap pada tindakan, dan norma subyektif menyangkut persepsi seseorang, apakah orang lain yang dianggap penting akan mempengaruhi perilakunya. Dalam proses pembelian, niat beli konsumen ini berkaitan erat dengan motif yang dimilikinya untuk memakai atau membeli produk tertentu. Motif pembelian ini berbeda-beda untuk setiap konsumen.
Citra merek sangat berpengaruh terhadap pemikiran konsumen dalam memilih suatau produk. Citra merek mampu memberi kekuatan untuk mempengaruhi sikap konsumen dan dapat menimbulkan minat beli konsumen. Hal ini tentu saja akan mampu mempengaruhi konsumen untuk pasti melakukan pembelian. Citra merek yang baik akan menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan. Kemungkinan yang paling penting, merek yang kuat dengan citra merek yang positif akan menjadikan pertahanan yang kuat dalam pemasaran. Dilain hal, merek dengan citra yang negatif mudah tumbang dalam pemasaran
Jadi citra merek sangatlah penting untuk dimiliki oleh suatu produk dalam pemasaranya. Jika suatu merek sudah dikenal dengan baik dan kemudian dalam benak konsumen ada asosiasi tertentu terhadap sebuah merek, sehingga merek tersebut dapat dibedakan dengan merek-merek yang lain, maka konsumen akan menentukan sikap menaruh pilihan pada merek tersebut dan dalam benak konsumen akan muncul rasa minat beli.
Tabel 1.1 Brand Value Kopi Bubuk/Instant 2009-2011
Brand value 2009 Brand Value 2010 Brand Value 2011
Kapal Api 64,4% 62,9% 60,9%
ABC 48,7% 51,5% 53,7%
Torabika 44,5% 43,0% 44,8%
Indocafe 42,1% 45,7% 44,0%
Nescafe 45,4% 46,6% 44,0%
Sumber : SWA 15/XXVII/18-27 juli 2011
Adanya Brand Value yang menurun pada produk Kopi bubuk/instant produk Nescafe tersebut menandakan adanya masalah minat beli konsumen yang menurun.
Dalam brand value tersebut dapat dilihat bahwa pesainagan ketat terjadi antara Indocafe dan Nescafe, yang menjadi pesaing nescafe justru merek baru seperti indocafe. Pada tahun terakhir nesafe mengalami penurunan dan persentasenya sama seperti produk indocafe.
Pada kopi instan, dua merek yang sudah melekat dibenak masyarakat adalah merek Indocafe dan Nescafe. Kopi instan produksi PT Torabika dengan merek Kopiko tampak masih belum dikenal banyak, atau juga merek Good Day produksinya PT Santos Jaya Abadi. Tetapi karena ceruk pasar kopi instan pada dasarnya masih relatif kecil, maka pertarungan di pasar ini praktis hanya di antara Indocafe dan Nescafe. (sumber : www.usahadanbisnismudah.blogspot.com).
Tabel 1.2 Data Penjualan Nescafe Per Sachet Di Circle K Indragiri Sur abaya
Bulan Tahun
2010 2011 2012
Januari 612 753 649
Februari 789 689 872
M aret 654 567 631
April 789 821 534
M ei 635 458 531
Juni 879 764 645
Juli 576 648 725
Agustus 765 598 625
September 657 723 576
Oktober 847 623 -
Novem ber 769 539 -
Desember 877 813 -
TOTAL 8849 7996 5788
Sumber : Circle K indragiri/Surabaya
Fenomena yang ada pada penelitian ini, adanya fluktuasi penjualan kopi bubuk/instant Nescafe di Circle K indragiri sepanjang tahun 2010 - 2012. Fluktuasi penjualan tersebut adalah total penjualan dalam suatu wilayah, total penjualan menggambarkan bentuk riil keputusan akhir pembelian dari konsumen. Keputusan membeli dari konsumen terbentuk dari minat beli konsumen. Sehingga penurunan penjualan Kopi Bubuk/instant Nescafe dapat dijadikan masalah dari minat beli konsumen.
Namun keanekaragaman produk kopi bubuk/instan yang ada pada saat ini membuat persaingan semakin ketat, Tetapi citra merek dapat mempengaruhi konsumen untuk menimbulkan minat beli terhadap kopi bubuk/instan. Walau terjadi penurunan pembelian, nescafe tetap menghadapi persaingan yang ada. Nescafe selalu menciptakan inovasi yang mana disesuaikan dengan perkembangan jaman dan keinginan dari masyarakat agar produknya tetap laku dan diminati oleh masyarakat.
Kemampuan merek untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap produk sering tergantung pada konsumen. Dengan adanya citra merek yang positif, konsumen lebih memilih produk dengan citra positif daripada produk dengan citra negatif untuk melakukan suatu pembelian. Dalam penelitian Haubl (1996) dan, Yoestini dan Eva.S (2007 : 265) dalam Indriani dan Hendiarti (2009) mengatakan suatu merek yang memiliki citra negatif akan memberikan dampak negatif dalam keputusan pembelian. Sedangkan merek yang memiliki kekuatan yang tinggi akan menarik minat konsumen untuk membeli. Sehingga citra merek merupakan faktor dalam mempengaruhi minat beli konsumen.
Menurut Sutisna (2003 : 83) konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Imbas dari merek akan berdampak pada sikap konsumen yaitu perilaku pembelian saat ini pada merek sebagaimana akan digunakan intensitas pembelian ulang di masa depan (Rudolph,E and Langner 2006 : 99) dalam Indriani dan Hendiarti (2009). Karena itu nescafe dituntut untuk meningkatkan citra mereknya untuk memperoleh pembelian yang maksimal dan dapat mengatasi persaingan pasar.
KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI KOPI BUBUK INSTANT NESCAFE DI SURABAYA SELATAN (Studi di Cir cle K Indr agiri)”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah yaitu:
1. Apakah citra merek berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada kopi bubuk/instan Nescafe?
2. Apakah sikap konsumen berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada kopi bubuk/instan Nescafe?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui citra merek mempengaruhi minat beli pada kopi bubuk/instan Nescafe
2. Untuk mengetahui sikap konsumen mempengaruhi minat beli pada kopi bubuk/instan Nescafe
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dan penelitian ini adalah:
1. Bagi Perusahaan
Memberi sumbangan informasi bagi perusahaan akan pentingnya citra merek untuk pemasaran produk yang dimiliki perusahaan
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Ter dahulu
Hasil penelitian terdahulu yang dapat memberikan kontribusi dan menjadi acuan dalam penyusunan ini adalah penelitian yang dilakukan oleh :
1. Farida Indriani dan Dini Hendiarti (2009) “Citra merek masapai Garuda Indonesia (melaui efektifitas iklan)” Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability sampling yaitu metode purposive sampling. Kuesioner diberikan kepada masyarakat yang sedang atau sudah pernah bekerja di berbagai profesi, mahsiswa, usia minimal 18 tahun, tingkat pendidikan minimal SLTA yang berada di Semarang atau luar Semarang, pernah menyaksikan atau mengetahui iklan maskapai penerbangan Garuda Indonesia, belum pernah menggunakan Maskapai Garuda Indonesia dan sudah lama tidak menggunakan Maskapai Garuda Indonesia minimal tiga bulan lamanya, dengan responden sebanyak 105.
Kesimpulan atas masalah penelitian didasarkan atas temuan permasalahan penelitian. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah mencari jawaban atas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu bagaimana meningkatkan meningkatkan efektifitas iklan sehingga dapat meningkatkan citra merek yang akan mempengaruhi sikap konsumen dan akan menimbulkan minat beli konsumen pada barang atau jasa yang akan dibeli.
2. Hence Izhar, Sumiati, Moeljadi (2007) “Analisis sikap konsumen terhadap
dengan ketentuan setiap anggota populasi yang dijadikan sampel ketika saat diwawancarai mengaku pernah membeli dan menggunakan sabun mandi merek Lux dan Giv merupakan responden dalam penelitian ini. Kuesioner diberikan kepada konsumen laki-laki dan perempuan dewasa yang pernah mengkonsumsi atau membeli sabun mandi merek Lux dan Giv di lima kecamatan Kota Malang dengan batasan minimal berusia 15 tahun sebanyak 110 responden.
Kesimpulan : Penelitian tentang sikap konsumen terhadap atribut produk sabun mandi merek Lux dan Giv di kota Malang menunjukkan bahwa konsumen memiliki sikap positip terhadap sabun mandi merek Lux dan Giv. Artinya bahwa kedua merek tersebut telah menguasai benak konsumen, citra merek sabun Lux dan Give sudah dikenal konsumen sejak dahulu, sehingga pada saat berbelanja yang muncul pertama kali dibenaknya besar kemungkinan adalah kedua merek tersebut.
3. Murwanto Sigit (2006) “Pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap niat beli mahasiswa sebagai konsumen potensial pasta gigi close up” pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling. Pengambilan sampel secara convenience dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada mahasiswa Universitas Islam Indonesia (Yogyakarta) yang kebetulan sedang berada dikampus dengan responden sebanyak 100.
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah kegiatan menganalisa, merencanakan, mengimplementasikan dan mengawasi segala kegiatan atau program guna mencapai tingkat pemasaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kegiatan utamanya terletak pada merancang penawaran yang dilakukan perusahaan agar dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pasar dengan menggunakan politik harga, cara-cara komunikasi, cara distribusi, menyajikan informasi, memotivasi dan melayani pasar menurut Alma (2000 : 86).
Manajemen pemasaran menurut Kotler (2000 : 9) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi dalam Fajar Laksana (2008 : 4)
2.2.1.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan atau pengusaha dalam usahanya, untuk mencapai laba yang diinginkan. Kegiatan atau aktivitas pemasaran tidak hanya sekedar menjual barang atau jasa, juga merupakan suatu kegiatan aktivitas pemasaran.
Pemasaran atau Marketing, menurut Kotler (2000 : 9) adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menwarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain dalam Fajar Laksana (2008 : 4)
2.2.1.2 Pengertian Baur an Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran (Marketing Mix) merupakan salah satu konsep utama perusahaan, bauran pemasaran adalah gabungan strategi produk, penetapan harga, promosi dan distribusi yang digunakan untuk memasarkan produk.
Menurut Swastha (2002 : 193), Marketing Mix merupakan kombinasi dari empat variabel atau kegiatan inti dari sistem pemasaran perusahaan,yakni : produk, harga, promosi, dan sistem distribusi. Dimana hal tersebut akan menentukan keberhasilan pemasaran bagi perusahaan, dan semua ini ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada segmen pasar atau konsumen yang dipilih.
a. Produk
Produk adalah “sebundel harga” yang memenuhi harapan konsumen. Sebagai contoh,sebuah computer laptop Acer lebih dari sekedar computer ia juga menyertakan panduan instruksi, akses ke jalur pelayaran pelanggan, sertifikat jaminan, dan komponen-komponen lain.
b. Tempat
Tempat disebut juga saluran distribusi. Sebuah saluran distribusi merujuk pada sekelompok individu dan organisasi yang mengarahkan aliran produk dari para konsumen. Kegiatan-kegiatan distribusi menyertakan pengelolaan pengangkutandan penyimpanan produk, pemrosesan pesanan, dan pencatatan stok.
c. Harga
Harga adalah nilai yang diperhitungkan dengan produk-produk dalam sebuah transaksi pemasaran. Sebuah harga produk harus mencakup seluruh biaya yang terlibat dalam produksi, distribusi, dan promosinya, demikian pula perkiraan laba.
d. Promosi
Promosi – komunikasi pemasaran – mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk berkomunikasi dengan para konsumen dan calon potensial konsumen. Seiring dengan penjualan pribadi, promosi penjualan dan hubungan masyarakat (publisitas), periklanan adalah satu dari empat elemen bauran promosi.
2.3 Citra Merek
Bisa dikatakan citra merek adalah anggapan atau penilaian konsumen terhadap produk.
Menurut Biel (1992) dalam Indriani dan Hendiarti (2009) Citra merek adalah citra tentang suatu merek yang dianggap sebagai kelompok asosiasi yang menghubungkan pemikiran konsumen terhadap suatu nama merek.
Sedangkan menurut Wiryawan dan Pratiwi dalam jurnal (2009) brand Image atau citra merek merupakan hasil dari pandangan atau penilaian pengonsumsi terhadap suatu merek apakah itu baik atau buruk. Pengonsumsi mungkin mengembangkan serangkaian kepercayaan mengenai merek dimana posisi setiap merek menurut masing-masing atribut.
Menurut Keller (1993 : 3) dalam Indriani dan Hendriarti (2009) citra merek yang dibangun dari asosiasi merek ini biasanya berhubungan dengan informasi yang ada dalam ingatan konsumen dengan sesuatu yang berhubungan dengan jasa atau produk tersebut.
Citra merek yang baik adalah hal utama untuk menentukan target pasar, menetapkan posisi produk dan menjelaskan respon pasar menurut Park Sinivasan (1994) dalam Indriani dan Hendiarti (2009) berpendapat bahwa untuk memahami citra merk dengan baik harus memperhatikan keunikan karakteristik produk.
2.4 Indikator Citr a Merek
Menurut Praba Sulistyawati (2009) indikator-indikator yang membentuk citra merek adalah :
2. Populer, merek sudah terkenal luas lebih melekat dibenak masyarakat daripada merek lain
3. Merek terpercaya, merek yang baik mampu memberikan keyakinan pada konsumen. Karena konsumen puas dengan produknya.
2.5 Sikap Konsumen
Sikap konsumen sebagaimana dimaksudkan Sutisna (2001) dalam Sukarno (2005) adalah melayani kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten.
Sikap sebagai suatu evaluasi yang menyeluruhdan memungkinkan seseorang untuk merespon dengan cara yang menguntungkan atau tidak terhadap obyek yang dinilai. Menurut Robbins (2006 : 169) dalam Wahyuni (2008) sikap adalah pernyataan-peryataan atau penilaian evaluatif berkaitan dengan obyek, orang atau suatu peristiwa. Sedangkan menurut Swastha dan Irawan (1997) dalam Albari dan Liriswati (2004) Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsisten
Konsumen memiliki sikap terhadap beberapa kategori produk, merek, tenaga jual, took dan lain-lain. Sikap bukanlah sebuah elemen psikologis yang bersifat statis, tetapi bersifat dinamis dalam arti bahwa sikap dapat berubah. Artinya sikap dapat dibentuk seperti yang dinyatakan oleh Schiffman dan Kanuk (1997) dalam Sukarno (2005) : a. Direct experience, b. Personal of family , of friends, c. Direct marketing, e. Expesure to mass media.
Jadi berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan strategi promosi dan satu konsep yang paling penting digunakan pemasar untuk memahami konsumen.
2.6 Indikator Sikap Konsumen
Menurut Sutisna (2001) dalam Sukarno (2005), menyatakan bahwa terdapat 3 komponen yang dapat membentuk sikap indikator-indikator yang digunakan :
1. Komponen afektif, evaluasi terhadap merek, yaitu komponen emosional yang merefleksikan perasaan seseorang terhadap merek yang bersangkutan.
2. Komponen kognitif, kepercayaan terhadap merek, yaitu komponen emosional yang mampu meyakinkan perasaan seseorang terhadap merek tersebut
3. Komponen konatif, maksud untuk membeli, yaitu komponen emosional yang telah merasa ada niat untuk membeli terhadap produk tersebut.
2.7 Minat Beli
Menurut Howard (1988) dalam Kurniawan, Santoso, Dwiyanto (2008) minat beli atau intention to buy juga di definisikan sebagai pernyataan berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode tertentu.
Menurut Kinnear dan Taylor (1995) dalam Indriani dan Hendiarti (2009) meskipun merupakan pembelian yang belum tentu akan dilakukan pada masa mendatang namun pengukuran terhadap minat pembelian umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian actual itu sendiri.
Namun menurut Swastha dan handoko (2009) dalam Kristanto dan Wicaksono (2009) minat beli konsumen merupakan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2002 : 206) dalam Sukarno (2005) niat merupakan suatu faktor internal (individual) yang mempengaruhi perilaku konsumen , minat adalah suatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembelian untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode tertentu.
yang berhubungan dengan pembelian. Menurut mereka minat pembelian adalah tahap perencanaan sebelum seorang pembeli melakukan tindakan.
2.8 Indikator Minat Beli
Menurut Indriani dan Hendiarti (2009) Indikator-indikator Minat beli adalah sebagai berikut :
1. Intensitas pencarian informasi, informasi mengenai suatu produk
2. Keinginan segera membeli, keinginan untuk membeli atau mengkonsumsi suatu produk
3. Keinginan Preferensial, produk tertentu inilah yang diinginkan dan bersedia mengabaikan lainnya.
4. Perhatian, pemberian info-info promo tentang produk seperti harga dan jenis produk yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan produk lain.
2.9 Hubungan Antar Var iabel
2.9.1 Pengaruh Citr a Merek Ter hadap Minat Beli
Menurut Keller (1993) dalam Ariprabowo (2007) berpendapat bahwa citra merek yang positif dapat meningkatkan kemungkinan pilihan terhadap merek tersebut. Artinya konsumen lebih memilih citra merek yang dikenal dengan baik dan pembeli yang mempunyai kesadaran merek yang tinggi akan menimbulkan minat beli.
Sedangkan Menurut (Sutisna : 2003) konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merk lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian citra merk juga membuat pembeli yakin memperoleh kualitas yang baik jika akan membeli suatu produk yang memiliki citra positif pada masyarakat.
Menurut Haubl (1996) dalam Indiriani dan Hendiarti (2009) dikemukakan bahwa citra merk akan berpengaruh langsung terhadap minat beli. Dan didukung penelitian dari Haubl (1996) dan Yoestini dan Eva.S (2007 : 265) dalam Indiriani dan Hendiarti (2009) mengatakan bahwa suatu merek yang memiliki citra negatif akan memberikan dampak negatif dalam keputusan pembelian. Sedangkan merek yang memiliki kekuatan yang tinggi akan menarik minat konsumen untuk membeli. Sehingga citra merek merupakan faktor dalam mempengaruhi minat beli konsumen.
Jadi kesimpulanya, citra merek sangatlah dibutuhkan oleh suatu produk dalam pemasaranya. Citra merek yang positif mampu memberi kekuatan untuk mempengaruhi sikap konsumen dan dapat menimbulkan minat beli konsumen. Hal ini tentu saja akan mampu mempengaruhi konsumen untuk pasti melakukan pembelian.
2.9.2 Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli
Sikap memainkan peranan utama dalam pembentukan perilaku individu dalam hal ini pembelian terhadap suatu produk atau merek. Dalam memutuskan produk atau merek apa yang akan dibeli, atau toko mana yang akan dijadikan langganan, konsumen akan secara khas melakukan pemilihan terhadap suatu merek atau produk dievaluasi secara paling menguntungkan. Menurut Kotler (2002) dalam Sukarno (2005) menyatakan sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dalam kecenderungan tindakan menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.
Akan tetapi Sutisna (2003 : 101) menyatakan keterlibatan yang tinggi dari konsumen atas pembeliannya akan lebih tinggi hubungan antara kepercayaan, sikap dan perilaku. Ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi, sikap merupakan bagian dari hirarki pengaruh yang menyebabkan keputusan untuk membeli (pertama kali konsumen mempunyai kepercayaan terhadap merek, kemudian mengembangkan sikap terhadap merek, dan kemudian memutuskan apakah membeli atau tidak.
Menurut Dharmesta (1998) dalam Sigit (2006) Faktor yang mempengaruhi niat beli adalah sikap pada tindakan, dan norma subyektif menyangkut persepsi seseorang, apakah orang lain yang dianggap penting akan mempengaruhi perilakunya
Citra merek
X1
Sikap konsumen X2
Minat beli
Y X1.1
X1.2
X1.3
X2.1
X2.2
X2.3
Y3 Y1
Y2
Y4
Jadi kesimpulannya, kemampuan merek untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap produk sering tergantung pada konsumen dengan adanya citra merek yang baik. Citra merek yang tinggi akan diminati atau dievaluasi secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap produk. Sikap konsumen akan menaruh pilihannya pada merek yang baik untuk didapatkannya. Citra merek yang rendah yang tidak diminati dapat mengurangi minat pembelian produk oleh konsumen.
2.10 Kerangka Konseptual
2.11 Hipotesis
Berdasarkan masalah yang dipilih untuk penelitian ini maka hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga citra merek berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Definisi Operasional
Variabel-variabel dalam penelitian didefinisikan sebagai berikut: A. Citr a mer ek (X1)
Citra merek adalah citra tentang suatu merek yang dianggap sebagai kelompok asosiasi yang menghubungkan pemikiran konsumen terhadap suatu nama merek Biel (1992) dalam Farida Indriani dan Dini Hendriarti (2009).
Menurut Praba Sulistyawati dalam jurnal (2009) indikator-indikator yang membentuk citra merek adalah :
1. Mengenal merek, produk dikenal oleh calon konsumen atau mudah dikenali produknya. (X1.1)
2. Populer, merek sudah terkenal luas lebih melekat dibenak masyarakat daripada merek lain. (X1.2)
3. Merek terpercaya, merek yang baik mampu memberikan keyakinan pada konsumen. Karena konsumen puas dengan produknya. (X1.3)
B. Sikap konsumen (X2).
kelompok obyek baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten Indikator yang digunakan (Sukarno, 2005 : 141) :
1. Komponen afektif, evaluasi terhadap merek, yaitu komponen emosional yang merefleksikan perasaan seseorang terhadap merek yang bersangkutan. (X2.1)
2. Komponen kognitif, kepercayaan terhadap merek, yaitu komponen emosional yang mampu meyakinkan perasaan seseorang terhadap merek tersebut. (X2.2) 3. Komponen konatif, maksud untuk membeli, yaitu komponen emosional yang telah
merasa ada niat untuk membeli terhadap produk tersebut. (X2.3) C. Minat beli (Y)
Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Minat beli atau Intention to buy merupakan keinginan yang direncanakan sepenuhnya oleh konsumen untuk melakukan pembelian nyata. Secara singkat Minat beli dapat diartikan sebagai rencana pembelian Farida Indriani dan Dini Hendriarti (2009) Indikator-indikator Minat beli adalah sebagai berikut:
1. Intensitas pencarian informasi, informasi mengenai produk nescafe. (Y1)
2. Keinginan segera, keinginan untuk membeli atau mengkonsumsi produk kopi bubuk instant nescafe. (Y2)
3. Keinginan Preferensial, produk tertentu inilah yang diinginkan dan bersedia mengabaikan lainnya. (Y3)
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel menggunakan skala interval yaitu skala yang mengurutkan obyek berdasarkan suatu atribut ( Umar, 2000;134 ). Adapun teknik pengukuran sikap dengan menggunakan skala likert dengan mengunakan skala penilaian 1-7 skala pengukuran sikap dua sisi yang berlawan dimulai dari negatif, jurnal Imam Mulyono ( 2005 ) dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut, misalnya :
1 7
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Skala tersebut disusun dalam suatu garis kontinue dengan jawaban sangat positifnya terletak di sebelah kanan, jawaban sangat negatifnya terletak disebelah kiri, atau sebaliknya
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi untuk dijadikan obyek penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Non Probability Sampling yaitu dengan accidental sampling (pengambilan sampel secara kebetulan), yaitu sampel yang dipilih berdasarkan responden secara kebetulan ditemui oleh peneliti pada toko circle K indragiri
Pedoman dalam menentukan jumlah sampel seperti yang ditulis oleh Augusty (2002 : 48) adalah sebagai berikut :
a. Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100-200 sampel untuk teknik (Maksimum Likelihood Estimation).
b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10 kali dari jumlah parameter yang diestimasi karena terdapat 10 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah (10 x 11 = 110) maka sampel yang digunakan 110 responden.
3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 J enis Data
Data sekunder : Dimana peneliti memperoleh data pendukung yang diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan. Data ini antara lain berupa data perusahaan dan gambaran umum tentang perusahaan
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari :
Jawaban responden melalui kuesioner
3.3.3 Pengumpulan Data
1. Wawancara : Yaitu melakukan wawancara atau tanya jawab dengan konsumen Circle K indragiri yang mengenal kopi bubuk/instant merek Nescafe dan yang pernah mencoba kopi bubuk/instant Nescafe untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
2. Kuesioner : Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan yang sudah disusun rapi dan terstruktur, ditujukan kepada konsumen Circle K indragiri di surabaya selatan yang mengenal kopi bubuk/instant merek Nescafe dan yang pernah mencoba kopi bubuk/instant Nescafe untuk diisi menurut pendapat pribadi dan kemudian untuk tiap jawaban diberikan nilai (skor).
3.4 Teknik Analisa
3.4.1 Asumsi Model PLS (Partial Least Square)
dikembangkan pertama kali oleh Wold sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan variabel laten dengan mutiple indikator. PLS juga merupakan factor indeterminacy metode analisis yang powerful karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil. Awalnya Partial least Square berasal dari ilmu sosial (khususnya ekonomi, Herman Wold, 1996). Model ini dikembangkan sebagai alternatif untuk situasi dimana dasar teori pada perancangan model lemah atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran refleksif. PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan terorinya atau untuk pengujian proposisi. Selain PLS, metode lain yang dapat digunakan adalah SEM (Structur Equation Modelling) tetapi dengan jumlah sample yang besar.
prediksi terhadap variabel laten yang dipengaruhinya juga dapat dengan mudah dilakukan (Ghozali 2008). Sedangkan SEM kurang cocok untuk tujuan prediksi karena indikatornya bersifat refleksif, sehingga perubahan nilai dari suatu indikator sangat sulit untuk mengetahui perubahan nilai dari variabel laten, sehingga pelaksanaan prediksi sulit dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan metode PLS.
3.4.1.1. Car a Kerja PLS
Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi tiga. Kategori pertama yaitu weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor atau nilai variabel laten. Kedua mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya (loading), ketiga berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi(konstanta).
Merancang Model Struktural (inner model)
Merancang Model Pengukuran (outer model)
Mengkonstruksi Diagram Jalur
Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan
Estimasi: Weight , Koef. Jalur, dan Loading
Evaluasi Goodness of Fit
Pengujian Hipotesis (Resampling Bootstraping) 1 2 3 4
3.4.1.2. Model Spesifikasi PLS
PLS terdiri atas hubungan eksternal ( outer model atau model pengukuran) dan hubungan internal (inner model atau model struktural). Hubungan tersebut didefinisikan sebagai dua persamaan linier, yaitu model pengukuran yang menyatakan hubungan antara peubah laten dengan sekelompok peubah penjelas dan model struktural yaitu hubungan antar peubah-peubah laten (Gefen,2000).
Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan; (1) inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model), (2) outer model yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikator atau variabel manifestasinya (measurement model), dan (3) weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi.
3.4.1.3. Langkah-Langkah PLS
Langkah-langkah pemodelan persamaan struktural PLS dengan software adalah seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.1 Langkah-langkah Analisis PLS
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(1). Langkah Pertama: Merancang Model Str uktural (inner model)
Perancangan model struktural hubungan antar variabel laten pada PLS didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian. Pada SEM perancangan model adalah berbasis teori, akan tetapi pada PLS bisa berupa:
(a) Teori, kalau sudah ada (b) Hasil penelitian empiris
(c) Analogi, hubungan antar variabel pada bidang ilmu yang lain
(d) Normatif, misal peraturan pemerintah, undang-undang, dan lain sebagainya (e) Rasional.
Oleh karena itu, pada PLS dimungkinkan melakukan eksplorasi hubungan antar variabel laten, sehingga sebagai dasar perancangan model struktural bisa berupa proposisi. Hal ini tidak direkomendasikan di dalam SEM, yaitu perancangan model berbasis teori, shingga pemodelan didasarkan pada hubungan antar variabel laten yang ada di dalam hipotesis.
(2). Langkah Kedua: Merancang Model Pengukuran (outer model)
Pada SEM perancangan model pengukuran hanya merujuk pada definisi operasional variabel, sesuai dengan proses perancangan instrumen penelitian. Model indikator di dalam SEM semua bersifat refleksif, sehingga perancangan model pengukuran jarang dibicarakan secara detail.
dalam menentukan model pengukuran ini akan bersifat fatal, yaitu memberikan hasil analisis yang salah.
Dasar yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk menentukan sifat indikator apakah refleksif atau formatif adalah: teori, penelitian empiris sebelumnya, atau kalau belum ada adalah rasional. Pada tahap awal penerapan PLS, tampaknya rujukan berupa teori atau penelitian empiris sebelumnya masih jarang, atau bahkan belum ada. Oleh karena itu, dengan merujuk pada definisi konseptual dan definisi operasional variabel, diharapkan sekaligus dapat dilakukan identifikasi sifat indikatornya, bersifat refleksif atau formatif.
(3). Langkah Ketiga: Mengkonstruksi diagr am J alur
Bilamana langkah satu dan dua sudah dilakukan, maka agar hasilnya lebih mudah dipahami, hasil perancangan inner model dan outer model tersebut, selanjutnya dinyatakan dalam bentuk diagram jalur. Contoh bentuk diagram jalur untuk PLS dapat dilihat pada gambar berikut.
(4). Langkah Keempat: Konver si diagr am J alur ke dalam Sistem Per samaan
a) Outer model, yaitu spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau measurement model, mendefinisikan karakteristik variabel laten dengan indikatornya. Model indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:
x = Λxξ + εx , y = Λyη + εy
Di mana X dan Y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ξ) dan endogen (η).
Sedangkan Λx dan Λy merupakan matriks loading yang menggambarkan seperti koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan εx dan εy dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan
pengukuran atau noise.
Model indikator formatif persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
ξ = ΠξXi + δx , η = ΠηYi + δy
Dimana ξ, η, X, dan Y sama dengan persamaan sebelumnya. Πx dan Πy adalah
seperti koefisen regresi berganda dari variabel laten terhadap indikator, sedangkan δx
dan δy adalah residual dari regresi.
Pada model PLS Gambar 3 terdapat outer model sebagai berikut:
Untuk variabel latent eksogen 1 (reflektif)
x1 = λx1ξ1 + δ1 , x2 = λx2ξ1 + δ2 , x3 = λx3ξ1 + δ3
Untuk variabel latent eksogen 2 (formatif)
Untuk variabel latent endogen 1 (reflektif)
y1 = λy1η1 + ε1 y2 = λy2η1 + ε2
Untuk variabel latent endogen 2 (reflektif)
y3 = λy3η2 + ε3 y4 = λy4η2 + ε4
b) Inner model, yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model), disebut juga dengan inner relation, menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan teori substansif penelitian. Tanpa kehilangan sifat umumnya, diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau variabel manifest diskala zero means dan unit varian sama dengan satu, sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan dari model.
Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini:
η = βη + Γξ + ζ
Dimana η menggambarkan vektor vaariabel endogen (dependen), ξ adalah vektor
variabel laten eksogen dan ζ adalah vektor residual (unexplained variance). Oleh karena PLS didesain untuk model rekursif, maka hubungan antar variabel laten,
berlaku bahwa setiap variabel laten dependen η, atau sering disebut causal chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut:
ηj = Σi βji ηi + Σi γjbξb + ζj
Dimana γjb (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan Γ) adalah koefisien jalur
yang menghubungkan variabel laten endogen (η) dengan eksogen (ξ). Sedangkan βji
menghubungkan variabel laten endogen (η) dengan endogen (η); untuk range indeks i
dan b. Parameter ζj adalah variabel inner residual.
Pada model PLS Gambar 3 inner model dinyatakan dalam sistem persamaan sebagai berikut:
η1 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + ζ1 , η2 = β1η1 + γ3ξ1 + γ4ξ2 + ζ2
Weight relation, estimasi nilai variabel latent. Inner dan outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dengan estimasi weight relation dalam algoritma PLS:
ξb = Σkb wkb xkb ηi = Σki wki xki
Dimana wkb dan wki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk estimasi variabel laten ξb dan ηi. Estimasi data variabel laten adalah linear agregat dari indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur estimasi PLS.
(5). Langkah Kelima: Estimasi
Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode kuadrat terkecil (least square methods). Proses perhitungan dilakukan dengan cara iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen.
Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :.
1. Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel laten.
2. Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten dan estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya.
Sebagai langkah awal iterasi, algoritmanya adalah menghitung aproksimasi outside dari variabel latent dengan cara menjumlahkan indikator dalam setiap kelompok indikator dengan bobot yang sama (equal weight). Bobot untuk setiap iterasi diskalakan untuk mendapatkan unit varian dari skor variabel laten untuk N kasus dalam sampel. Dengan menggunakan skor untuk setiap variabel latent yang telah diestimasi, kemudian digunakan untuk pendugaan aproksimasi inside variabel laten.
Ada tiga skema bobot aproksimasi inside yang telah dikembangkan untuk mengkombinasikan variabel laten tetangga (neighboring LV) untuk mendapatkan estimasi variabel laten tertentu yaitu: centroid, factor dan path weighting. Skema weighting dengan centroid merupakan prosedur asli yang digunakan oleh Wold. Metode ini hanya mempertimbangkan tanda korelasi antara variabel laten dan variabel laten tetangganya (neigboring LV). Nilai kekuatan korelasi dan arah model struktural tidak diperhitungkan. Skema weighting dengan faktor menggunakan koefisien korelasi antara variabel laten dengan variabel laten tetangga sebagai pembobot (weight). Variabel laten menjadi principal component (komponen utama) dari variabel laten tetangganya. Skema weighting dengan faktor memaksimumkan varian dari komponen utama variabel laten ketika jumlah variabel laten menjadi tak terhingga jumlahnya. Skema dengan path weighting membobot variabel laten tetangga dengan cara berbeda tergantung apakah variabel laten tetangga merupakan anteseden atau konsekuen dari variabel laten yang ingin kita estimasi.
Oleh karena
inside
outside
path relation Ordinary Least Square
(6). Langkah Keenam: Goodness of Fit
outer model
convergent discriminant validity composite realibility outer model
substantive content
relative weight weight
inner model
Stone-Geisser Q Square test
bootstrapping
a). Outer Model
Outer model
try out
Convergent validity
Discriminant validity
cross loading cross loading
cross loading
square root of average variance extracted
square root of average variance extracted
discriminant validity
i
i i i
λ λ ε = +
∑
∑
∑
Composite reliabilitycomposite reliability ≥
i i i c i λ ρ λ ε = +
∑
∑
∑
b). Inner model
Goodness of Fit Model
Q-Square predictive relevance
predictive
relevance ≤
m
R path analysis
(7). Langkah Ketujuh: Pengujian Hipotesis
outer model
inner model
inner model
distribution free
t-test p-value ≤
inner model
number of samples case per sample
3. Asumsi PLS
inner model
4. Sample Size
resampling Bootestrapping
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskr ipsi Objek Penelitian
4.1.1 Sejar ah Singkat Perusahaan
roasting freeze dried
4.1.3 Visi Dan Misi Perushaan
4.2 Deskr ipsi Hasil Penelitian
4.2.1 Deskr ipsi Responden Berdasar kan J enis Kelamin
4.2.2 Deskr ipsi Responden Berdasar kan Umur
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan umur
No Um ur Jumlah Prosentase (%)
1 17-30 58 52,7
2 >30 52 47,3
Tot al 110 100,00
4.2.3 Deskr ipsi Responden Berdasar kan Pendidikan Ter akhir
4.2.4 Deskr ipsi Responden Berdasar kan Pekerjaan
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.5 Frekuensi hasil jawaban responden mengenai variabel citr a mer ek (X.1)
NO Pert anyaan skor jaw aban Tot al
1 2 3 4 5 6 7
1
Proruk merek Nescafe t ampilannya mudah
dikenali masyarakat 0 1 3 35 35 29 7 110
Prosent ase % 0% 0.9% 2.7% 31.8% 31.8% 26.4% 6.4% 100% 2 M erek Nescafe lebih t erkenal di masyarakat
daripada merek lain.
0 3 2 15 35 41 14 110
Prosent ase% 0% 2.7% 1.8% 13.6% 31.8% 37.3% 12.7% 100% 3
Produk Nescafe dipercaya mampuh memberikan kualit as yang baik.
0 9 3 10 35 34 19 110
4.2.6 Deskr ipsi Sikap Konsumen
Tabel 4.6 Fr ekuensi hasil jawaban r esponden mengenai variabel sikap konsumen (X.2)
NO Pert anyaan skor jaw aban Tot al
1 2 3 4 5 6 7
1
Anda melakukan evaluasi mengenai baik buruknya kopi bubuk/ inst ant Nescafe setelah mencoba
0 2 8 17 39 35 9 110
Prosent ase % 0% 1.8% 7.3% 15.5% 35.5% 31.8% 8.2% 100% 2
Anda percaya bahw a kopi bubuk/ instant Nescafe mem iliki kualit as terbaik
0 5 4 14 45 31 11 110
Prosent ase% 0% 4.5% 3.6% 12.7% 40.9% 28.2% 10.0% 100% 3
Apakah anda berniat untuk melakukan
pembelian t erhadap kopi bubuk/ instant nescafe
0 3 6 22 40 27 12 110
Tabel 4.7 Fr ekuensi hasil jawaban r esponden mengenai variabel minat beli ( Y )
Pr osentase % 0% 4.5% 3.6% 14.5% 33.6% 34.5% 9.1% 100%
Pr osentase% 0% 2.7% 5.5% 15.5% 35.5% 34.5% 6.4% 100%
Pr osentase % 0% 4.5% 3.6% 14.5% 37.3% 30.0%
10.0% 100%
4.3 Analisis Data
29,588
Tabel 4.8 Residuals Statistica
Residuals St at isticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 20.2400 80.4124 55.5000 13.67967 110
Std. Predicted
Value -2.578 1.821 .000 1.000 110
Standard Error of
Predicted Value 5.807 14.789 9.379 1.869 110
Adjusted Predicted
Value 22.1220 84.0811 55.4428 13.88064 110
Residual -6.97078E1 62.33812 .00000 28.81608 110
Std. Residual -2.305 2.062 .000 .953 110
Stud. Residual -2.413 2.272 .001 1.006 110
Deleted Residual -7.63429E1 75.76499 .05724 32.17837 110
Stud. Deleted
Residual -2.474 2.321 .002 1.014 110
Mahal. Distance 3.029 25.086 9.909 4.474 110
Cook's Distance .000 .111 .011 .017 110
Centered Leverage
Value .028 .230 .091 .041 110
4.4 PARTIAL LEAST SQUARE
4.4.1 Model PLS
Gambar 4.1 model partial least square
Tabel 4.9 Outer Loading
original sample est imat e
mean of subsamples
Standard
deviat ion T-St atist ic
CITRA M EREK
X1.1 0.649 0.519 0.386 1.682
X1.2 0.912 0.736 0.274 3.325
X1.3 0.501 0.362 0.397 1.262
SIKAP
KONSUM EN
X2.1 0.907 0.911 0.024 37.660
X2.2 0.944 0.946 0.012 76.260
X2.3 0.928 0.930 0.020 47.350
M INAT BELI
Y1 0.933 0.925 0.022 43.113
Y2 0.899 0.888 0.033 26.914
Y3 0.903 0.899 0.028 32.804
loading factor
Convergen vailidity
4.4.2 Uji Validitas
Convergen vailidity
loading factor
Tabel 5.0 Aver age Variance Extracted Average Variance Ext ract ed (AVE)
4.4.3 Reliability
Tabel 5.1 Reliability
composite reliability, composite reliability
composite reliability
4.5 Inner Model ( Penggujian model Struktural )
goodness-fit model
4.5.1 R-SQUARE
error 4.5.2 Result for inner weights
Tabel 5.3 Result for Inner Weights
result s for inner w eight s
original sample est imat e
mean of subsamples
Standard
deviat ion T-St atist ic CITRA M EREK ->
M INAT BELI 0.018 0.067 0.137 0.133
SIKAP KONSUM EN
-> M INAT BELI 0.638 0.618 0.086 7.405
2.
≤
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Albari, Liriswati Anisa, 2004 “Analisis minat beli konsumen sabun cair Lux, Biore dan Lifeboy di kotamadya Yogyakarta ditinjau dari pengaruh sikapnya setelah melihat iklan di televisi dan norma subyektif”. JSB, Vol II, No 9, Desember 2004.
Alma Buchari, 2000, ManajemenPemasaran dan Pemasaran Jasa, cetakan edisi revisi, penerbit Alfa beta, Bandung.
Ariprabowo Tri, 2007, “Analisis brand image handphone”. Vol V, No 1, Juli 2007.
Dewi Urip Wahyuni, 2008, “Pengaruh motivasi, persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda di kawasan Surabaya barat”.Vol X, No 1, maret 2008.
Ferrinadewi Erna, 2008. Merek dan psikologi konsumen. Yogyakarta, Graha Ilmu. Indriani Farida, Hendiarti Dini, 2009, “Study mengenai Efektifitas iklan terhadap
citra merek maskapai Garuda Indonesia”. Vol VII, No 1, Mei 2009, halaman 83-106.
I putu artaya, 2008, “Pengaruh sikap dan keyakinan konsumen dalam keputusan pembelian tepung terigu merek gunung bromo produk PT Bogasari”. Izhar Hence, Sumiati, Moeljadi, 2007, “Analisis sikap konsumen terhadap atribut
sabun mandi”.
Johnson Lee, 2004. Prinsip-prinsip Pokok Periklanan dalam Perspektif Global. Jakarta Prenada.
Kotler philip, 2000. Manajemen pemasaran. Edisi 1. Jakarta. Indeks. Kristanto Yuni, Seto Dwi Wicaksono, 2009, “Pengaruh harga dan kualitas
pelayanan terhadap minat beli konsumen di apotek Barito farma Sukoharjo”. Vol II, No 3 april 2009.
Kurniawan Iwan, Suryono Budi Santoso, Bambang Munas Dwiyanto, 2008, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang produk serta dampaknya terhadap loyalitas pelanggan
Laksana Fajar, 2008. Manajemen Pemasaran pendekatan praktis. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Sigit Murwanto, 2006, “Pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap niat beli mahasiswa sebagai konsumen potensial pasta gigi Close’up”. JSB, Vol II, No 1.
Sukarno Gendut, 2005, “Pengguna Consumer Decision Model (CDM) dalam pengukuran efektifitas iklan shampoo merek pantene”. Dalam Majalah Ekonomi No. 2 Tahun XIV
Sulistyawati Praba, 2009, “Analisis Pengaruh citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian laptop merek acer di kota Semarang”. Sumber : SWA 15/XXVII/18-27 juli 201
Sumber : www.usahadanbisnismudah.blogspot.com
Sutisna, 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran Jasa. Bandung . Rosdakarya