• Tidak ada hasil yang ditemukan

MINAT BELI KONSUMEN PRODUK NOKIA SMARTPHONE DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MINAT BELI KONSUMEN PRODUK NOKIA SMARTPHONE DI SURABAYA."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

M. ARIEF BUCHARI

0912010113/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

M INAT BELI KONSUM EN PRODUK NOKIA

SM ARTPHONE DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan

Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi

Pr ogr am Studi Manajemen

Diajukan Oleh:

M. ARIEF BUCHARI

0912010113/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(3)

DI SURABAYA

Yang diajukan

M. ARIF BUCHARI 0912010113 /FE/EM

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

Tanggal : Dr s. Ec. Pandji Soegiono, SE,MM

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen

(4)

USULAN PENELITIAN

MINAT BELI KONSUMEN PRODUK NOKIA SMARTPHONE DI SURABAYA

Yang diajukan

M. ARIF BUCHARI 0912010113 /FE/EM

Telah Diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi :

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Pandji Soegiono, SE,MM Tanggal :

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen

(5)

DI SURABAYA

Yang diajukan

M. ARIF BUCHARI 0912010113 /FE/EM

Disetujui untuk Ujian Lisan Oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Pandji Soegiono, SE,MM Tanggal :

Mengetahui Wakil Dekan I

(6)

SKRIPSI

MINAT BELI KONSUMEN PRODUK NOKIA SMARTPHONE

DI SURABAYA

Disusun Oleh : M ARIF BUCHARI 0912010113/FE/EM

Telah Diper tahankan Dihadapan Dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Manajemen Fakultas Ekonomi

(7)

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi limpahan rahmat dan karunia -Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai dengan tujuan dan waktu yang diharapkan dengan judul “MINAT BELI PRODUK NOKIA SMARTPHONE

DI SURABAYA”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala

ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran”Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(8)

4. Bapak Drs. Ec Pandji Soegiono, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak

pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Bapak, Ibu Tercinta, Kakak dan Adik yang telah memberikan dukungan, doa, semangat dan segalanya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang

membangun guna kesempurnaan di masa mendatang dan pengembangan ilmu pengetahuan. Besar harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis lain dan para pembaca.

Surabaya, Juni 2013

(9)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAKSI ... viii

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 13

1.3 Tujuan penelitian ... 14

1.4 Manfaat ... 14

Bab II Tinjauan Pustaka ... 16

2.1 Penelitian terdahulu ... 16

2.2 Landasan teori ... 19

2.2.1 Pemasaran ... 19

2.2.2 Minat beli ... 21

2.2.3 Iklan ... 23

2.2.4 Motivasi konsumen ... 27

2.2.5 Persepsi konsumen ... 30

2.2.6 Sikap konsumen ... 33

(10)

2.2.7.1 Pengaruh iklan terhadap minat beli ... 36

2.2.7.2 Pengaruh motivasi konsumen terhadap minat beli.. 37

2.2.7.3 Pengaruh persepsi konsumen terhadap minat beli .. 38

2.2.7.4 Pengaruh sikap konsumen terhadap minat beli ... 41

2.3 Kerangka konseptual ... 42

2.4 Hipotesis ... 43

Bab III Metodologi Penelitian ... 44

3.1 Definisi operasional dan pengukuran variabel ... 44

3.1.1 Definisi operasional variabel ... 44

3.1.2 Pengukuran variabel ... 49

3.2 Penentuan populasi dan sampel ... 50

3.2.1 Populasi ... 50

3.2.2 Sampel dan teknik sampling ... 51

3.3 Teknik pengumpulan data ... 51

3.4 Teknik analisis dan uji hipotesis ... 53

3.4.1 Model Indicator Refleksif dan Indikator Formatif 55

3.4.1.1 Model Indikator Reflektif... 55

3.4.1.2 Model Indikator Formatif ... 57

3.4.2 Kegunaan Metode PLS ... 60

3.4.3 Pengukuran Metode PLS ... 60

3.4.4 Langkah-langkah PLS ... 61

3.4.5 Asumsi PLS ... 63

(11)

4.1.1 Penyebaran kuisioner ... 67

4.1.2 Jenis kelamin responden... 67

4.1.3 Usia responden ... 68

4.1.4 Pendidikan terakhir responden ... 69

4.1.5 Jenis pekerjaan responden ... 69

4.2 Analisis dan pengujian hipotesis ... 70

4.3 Pembahasan ... 77

4.3.1 Uji kausalitas iklan terhadap minat beli ... 78

4.3.2 Uji kausalitas persepsi terhadap minat beli ... 81

4.3.3 Uji kausalitas motivasi terhadap minat beli ... 83

4.3.4 Uji kausalitas sikap terhadap minat beli... 86

Bab V Kesimpulan dan Saran ... 88

5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA

(12)

MINAT BELI KONSUMEN PRODUK NOKIA SMARTPHONE

DI SURABAYA

M. ARIEF BUCHARI

ABSTRAKSI

Fenomena persaingan antara perusahaan telah membuat setiap perusahaan menyadari untuk memaksimalkan aset perusahaan demi kelangsungan perusahaan yang menghasilkan produk handphone. Proses penyampaian produk kepada pelanggan untuk mencapai tujuan perusahaan berupa penjualan produk yang optimal, maka kegiatan pemasaran dijadikan tolak ukur, dengan menggunakan iklan untuk menciptakan persepsi, motivasi dan sikap konsumen terhadap minat beli produk. Salah satu produk handphone adalah Nokia. Diketahui bahwa

Marketshare Nokia mengalami penurunan karena himpitan persaingan tidak hanya kehilangan marketshare-nya tetapi juga mulai beralih ke produk lain, serta mulai kehilangan pengaruh brand (merek) sebagai identitas akan kualitas produk. Dimana sebelumnya NOKIA sebagai suatu brand selalu mendobrak dan mengungguli produk pesaingnya di Indonesia dan di dunia. Tujuan Penelitian ini adalah Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Iklan,Motivasi,Persepsi,dan Sikap terhadap Minat Beli produk NOKIA smartphone di Surabaya.

Populasi pada penelitian ini adalah konsumen yang berminat membeli dan mengetahui iklan produk Nokia smartphone di Surabaya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode non probability sampling dengan teknik accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas. Untuk penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebanyak 105 sampel. Dan dianalisis dengan menggunakan metode Partial Least Square (PLS).

Hasil analisis dan pembahasan memperlihatkan bahwa Faktor Iklan (Advertisement) berpengaruh positif terhadap Faktor Minat Beli (Purchase Intention), tidak dapat diterima karena probabilitas kausalnya tidak signifikan dan negatif. Faktor Persepsi (Perception) berpengaruh positif terhadap Faktor Minat Beli (Purchase Intention), dapat diterima karena probabilitas kausalnya signifikan dan positif. Faktor Motivasi (Motivation) berpengaruh positif terhadap Faktor Minat Beli (Purchase Intention), tidak dapat diterima karena probabilitas kausalnya tidak signifikan tapi positif. Faktor Sikap (Attitude) berpengaruh positif terhadap Faktor Minat Beli (Purchase Intention), dapat diterima karena probabilitas kausalnya signifikan dan positif.

(13)

1 1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia pertelekomunikasian sangat pesat terjadi dalam 10

tahun terakhir, khususnya dalam dunia telepon selular atau yang di kenal dengan

sebutan handphone. Dari hasil penelitian yang diadakan di Geneva oleh badan

International Telecommunication Union (ITU) menyatakan bahwa jumlah pengguna ponsel dunia diprediksi akan mencapai 4 miliar pada akhir tahun 2010.

(www.detik.com)

Perkembangan teknologi telepon genggam menciptakan perubahan gaya

hidup yang sangat cepat, batas geografis baik daratan dan lautan, bukan menjadi

sebuah hambatan lagi dalam melaksanakan komunikasi. Jika di tahun 1998

penggunaan telepon selular di Indonesia masih memiliki kemampuan dan fitur

yang terbatas dengan layanan voice call dan short message service, saat ini dengan pengembangan teknologi pesat yang sedang terjadi telah merubah

handphone menjadi sebuah alat yang tak terbatas fungsinya.

Perkembangan dunia telekomunikasi yang sangat cepat merangsang

persaingan dalam dunia bisnis handphone. Persaingan antar produsen handphone

saat ini semakin ketat dilihat dari perusahaan yang saling berlomba untuk

(14)

2

persaingan dalam menjual produk-produknya. Dalam menghadapi persaingan ini

maka semua produsen handphone memacu segala sumber daya yang ada di dalam perusahaannya agar dapat tetap bertahan dalam peta persaingan usaha.

Maraknya persaingan dalam dunia bisnis handphone akhir-akhir ini telah menunjukkan suatu gejala, yaitu semakin banyak dan beragamnya handphone

yang ditawarkan oleh perusahaan dan perkembangan handphone yang begitu cepat. Handphone telah menjadi sebuah alat multiguna yang menawarkan fitur-fitur yang sangat beragam, seperti fitur-fitur fotography, menjadi walkman phone,

games, menjadi pembantu dalam urusan kantor dengan aplikasi yang beragam, menjadi penuntun jalan dengan fasilitas Global Positioning System (GPS) dan masih banyak lagi.

Fenomena persaingan antara perusahaan yang ada telah membuat setiap

perusahaan menyadari suatu kebutuhan untuk memaksimalkan aset-aset

perusahaan demi kelangsungan perusahaan yang menghasilkan produk

handphone. Dalam proses penyampaian produk kepada pelanggan dan untuk mencapai tujuan perusahaan yang berupa penjualan produk yang optimal, maka

kegiatan pemasaran dijadikan tolak ukur oleh setiap perusahaan. Sebelum

meluncurkan produknya perusahaan harus mampu melihat atau mengetahui apa

yang dibutuhkan oleh konsumen. Jika seorang pemasar mampu mengidentifikasi

kebutuhan konsumen dengan baik, mengembangkan produk berkualitas,

(15)

produknya akan laris dipasaran (Cravens, 2002). Sehingga sudah sewajarnya jika

segala kegiatan perusahaan harus selalu dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan

konsumen dan kemudian konsumen akan memutuskan membeli produk tersebut.

Dan pada akhirnya tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba akan tercapai

(Stanton, 2001) Perusahaan harus mampu mengenal apa yang menjadi kebutuhan

dan harapan konsumen saat ini maupun yang akan datang. Konsumen sebagai

individu dalam mendapatkan atau membeli barang telah melalui proses-proses

atau tahapan-tahapan terlebih dahulu seperti mendapat informasi baik melalui

iklan atau referensi dari orang lain kemudian membandingkan produk satu

dengan produk lain sampai akhirnya pada minat beli produk itu. Perilaku

konsumen tersebut merupakan fenomena yang sangat penting dalam kegiatan

pemasaran perusahaan, yaitu perilaku konsumen dalam melakukan pembelian

(Swastha dan Irawan, 2001).

Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena

preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Pembentukan sikap

terhadap iklan dipengaruhi oleh persepsi konsumen terhadap iklan. Sikap

terhadap iklan ini diawali cara konsumen berfikir mengenai sebuah Iklan. Sikap

terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut.

(Assael,2001) mendefinisikan sikap terhadap iklan adalah kecenderungan

(16)

4

Perilaku konsumen dalam proses pembelian diawali dengan adanya minat

untuk melakukan pembelian yang diambil atau dilaksanakan oleh individual

lebih banyak melibatkan lingkungan sosial dan psikologikal yang terdiri dari

faktor motivasi dan persepsi dari pada bidang fiskal. Sehingga perilaku

konsumen akan dipengaruhi oleh lingkungan yang terus menerus berubah.

Semua hal ini tergantung dari persepsi konsumen tersebut dalam pengolahan

informasi yang diterima panca indera. Ada kalanya untuk memunculkan minat

beli, konsumen membutuhkan waktu yang lama untuk pencarian informasi dari

berbagai sumber, supaya dapat mengurangi perasaan ketidakpuasan pasca

pembelian dan ada juga sebagian konsumen lainnya tidak membutuhkan waktu

yang lama dalam pencarian informasi tentang produk handphone.

Produk handphone dalam beberapa tahun terakhir mengalami

perkembangan yang pesat. Produk handphone dari berbagai merek terus menciptakan inovasi-inovasi baru yang dapat menarik konsumen dan juga dapat

meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produknya. Berbagai merek telepon

seluler semakin marak menjamur di pasaran seperti : Nokia, Sony Ericson,

Samsung, Siemens, Motorolla, Blackberry, O2, Dopod, LG, Philips, dan

sebagainya.

Salah satu produk merek yang cukup lama bersaing di dunia handphone

adalah Nokia. Nokia memiliki dua strategi pemasaran yang dilakukan. Pertama

(17)

Artinya ia menjalankan strategi multi product for multi market segment. Kalau

kita amati, semua kelas ponsel, mulai dari kelas low end hingga kelas high end

dimasuki oleh produk Nokia. Dengan strategi ini maka Nokia bisa melakukan

penetrasi ke semua lapisan pasar ponsel di tanah air.

Faktor kedua adalah desain produk yang memang menarik dan elegan.

Kalau kita perhatikan hampir semua produk ponsel Nokia memiliki desain yang

menarik dan relatif disukai oleh pasar. Sebagian besar ponsel Nokia memiliki

jenis Candy Bar, jenis ponsel yang memang relatif disukai oleh pengguna ponsel

di tanah air dan bukan jenis Clamshell. Selain menarik dan elegan, produk Nokia juga relatif memiliki tingkat keawetan yang bagus. Artinya ponselnya tahan

banting sehingga bisa digunakan dalam waktu relatif lama.

Selain strategi di atas, Nokia juga tetap melakukan promo lewat iklan.

Iklan Nokia yang berlangsung sejak Oktober 2011 adalah iklan tantangan dari

Nokia dengan judul “Qwerty Me with the Changcutters”. Pada iklan ini grup band the Changcutters sebagai duta Nokia menerima tantangan apa saja, dimana

seluruh tantangan tersebut merupakan kumpulan tingkah laku yang lucu-lucu.

Peran iklan dalam mempengaruhi penjualan seperti iklan memberikan

image tersendiri bagi konsumen yang dikemukakan. Dalam penelitian ini selain dipengaruhi secara langsung oleh iklan, minat beli konsumen juga dipengaruhi

(18)

6

maka sangatlah penting untuk diketahui sejauh mana iklan berpengaruh bagi

peningkatan penjualan produk perusahaan.

Keberadaan Nokia sangat menghkhawatirkan, apabila tidak gencar

melakukan promosi di berbagai media atau strategi yang lainnya akan membuat

Nokia kehilangan pangsa pasarnya secara keseluruhan.

Belum lagi merek-merek yang lainnya yang semakin gencar melakukan

promosi, inovasi dalam produknya, dan dengan didukung harga yang

terjangkau untuk memenangkan persaingan dalam dunia usaha telepon seluler.

Misalnya ponsel Samsung, LG, Sony Ericson yang sangat gencar melakukan

promosi di berbagai macam periklanan seperti teve, radio, majalah, dan

sebagainya. Tidak hanya dari promosi saja, bahkan sampai perang harga antar

produsen ponsel pun di lakukan. Dari menjual ponsel dengan harga yang miring

dan didukung dengan kualitas yang bagus. Semuanya dilakukan oleh produsen

ponsel ternama semata-mata hanya untuk meraih pangsa pasar agar semua

konsumen memakai produknya.

Persepsi konsumen terhadap kualitas produk akan membentuk preferensi

dan sikap yang pada gilirannya akan mempengaruhi keputusan untuk membeli

atau tidak. Hal ini sejalan dengan pendapat Aaker (1997) dalam Sodik (2004)

bahwa kesan kualitas memberikan nilai dalam beberapa bentuk diantaranya

adalah alasan untuk membeli. Menurut penelitian Boyd dan Mason (1999)

(19)

mengakibatkan evaluasi konsumen potensial pada kategori. Jika karakteristik

menjadi lebih menarik untuk semua konsumen, maka daya tarik pada kategori

produk semakin bertambah pada mereka dan akan meningkatkan

kemungkinan bilamana konsumen tersebut mengadopsi pembaharuan dan

melakukan pembelian.

Pemasaran modern memerlukan lebih dari sekedar mengembangkan

produk yang baik, menawarkannya dengan harga yang menarik, dan membuatnya

mudah didapat oleh pelanggan sasaran. Salah satu strategi komunikasi yang

paling efektif adalah promosi. Promosi merupakan elemen dalam marketing

mix yang dipakai perusahaan untuk memasarkan kebutuhannya. Promosi

dipandang sebagai, arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk

mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan untuk menciptakan

pertukaran dalam pemasaran (Swastha, 1994). Jadi promosi merupakan salah

satu aspek yang penting dalam manajemen pemasaran, dan sering dikatakan

sebagai “proses berlanjut” ini disebabkan karena promosi dapat menimbulkan

rangkaian kegiatan selanjutnya dari perusahaan. Perusahaan-perusahaan selalu

mencari cara-cara untuk mendapatkan efisiensi dengan mengganti satu alat

promosi dengan yang lain, bila keadaan ekonomisnya sudah lebih

mengguntungkan.

Media promosi yang sering digunakan untuk menyampaikan

(20)

8

salah satu media yang digunakan perusahaan, bisa diklasifikasikan menurut

tujuannya yaitu, untuk memberikan informasi, membujuk dan mengingatkan

(Kotler, 1993). Inti dari periklanan adalah untuk memasukan sesuatu dalam

pikiran konsumen dan mendorong konsumen untuk bertindak atau adanya

kegiatan periklanan sering mengakibatkan terjadinya penjualan dengan segera,

meskipun banyak juga penjualan terjadi pada waktu mendatang. Dengan

demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan periklanan adalah untuk

meningkatkan penjualan yang menguntungkan (Swastha, 1994).

Iklan yang berarti pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan

kepada masyarakat melalui suatu media (Kasali, 1995) dalam Pujiyanto (2003).

Iklan merupakan sarana komunikasi terhadap produk yang disampaikan melalui

berbagai media dengan biaya pemrakarsa agar masyarakat tertarik untuk

menyetujui dan mengikuti (Pujiyanto, 2001). Iklan merupakan media

informasi yang dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik minat khalayak,

orisinal, serta memiliki karakteristik tertentu dan persuasif sehingga para

konsumen atau khalayak secara suka rela terdorong untuk melakukan sesuatu

tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan (Jefkins, 1997) dalam

Pujiyanto (2003). Fungsi iklan dalam pemasaran adalah memperkuat dorongan

kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk untuk mencapai

pemenuhan kepuasannya. Agar iklan berhasil merangsang tindakan pembeli,

(21)

memenuhi kriteria AIDCDA yaitu: Attention : mengandung daya tarik, Interest :

mengandung perhatian dan minat, Desire : memunculkan keinginan untuk

mencoba atau memiliki, Conviction : menimbulkan keyakinan terhadap produk,

Decision : menghasilkan kepuasan terhadap produk , Action : mengarah tindakan

untuk membeli. Mengingat dinamika pasar yang makin tinggi, Nokia kini juga

memperkenalkan ragam produk yang berorientasi pada kebutuhan gaya hidup,

misal ponsel musik, ponsel khusus untuk chating, ataupun ponsel yang memiliki

mutu kamera yang bagus, serta smartphone

(http://rajapresentasi.com/2009/08/strategi pemasaran ponsel nokia/). Tabel 1.1

ini akan menunjukkan tingkat penjualan berbagai merek handphone di dunia.

Tabel 1.1

(22)

10

Dari data pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa market share Nokia turun dari

36,4% ditahun 2010 menjadi 28,9% ditahun 2011. Hal ini diduga disebabkan

karena meningkatnya permintaan handphone sehingga market share mereka turun karena himpitan pesaing.

Di Indonesia sendiri, disalah satu segmen handphone kelas smartphone

meskipun merupakan Top Brand tapi menduduki peringkat kedua dengan index

39,8%, dibawah produk pesaingnya Blackberry dari RIM (Reseach In Motion). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari Tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2

Top Br and untuk Pr oduk Smar tphone 2012

Smar tphone

Bahkan dibeberapa segmen pasar yang lain selain smartphone, pangsa pasar

(marketshare) produk-produk handphone Nokia juga mulai tergeser dengan

produk-produk bermerek lokal yang dibuat dan di impor dari China. Hal ini

dilaporkan oleh The Indonesia Today pada bulan November 2012 dengan judul

(23)

dibandingkan dengan tahun 2010 diakibatkan serangan produk-produk

handphone China bermerek lokal. Yang pada tahun 2011, handphone China bermerek lokal tersebut mengambil sekitar 18% marketshare yang sebelumnya milik Nokia. Dimana pada tahun 2010 produk-produk handphone China bermerek lokal tersebut telah mengambil sekitar 2% marketshare Nokia atau

berhasil menambah marketshare yang bisa diambil dari Nokia sebanyak 16% dalam setahun. (

http://m.theindonesiatoday.com/news/nokia-losses-market-share-indonesia/ )

Berdasarkan fenomena diatas, dapat diketahui bahwa Marketshare

Nokia mengalami penurunan karena himpitan persaingan tidak hanya

kehilangan marketshare-nya tetapi juga mulai beralih ke produk lain, serta mulai kehilangan pengaruh brand (merek) sebagai identitas akan kualitas produk-produk yang dikeluarkannya ditengah ketatnya persaingan antar

perusahaan khususnya di bidang produksi telepon seluler. Disalah satu segmen

handphone kelas smartphone meskipun merupakan Top Brand tapi menduduki

peringkat kedua dibawah produk pesaingnya Blackberry. Dimana sebelumnya

NOKIA sebagai suatu brand dari produk telepon seluler selalu mendobrak dan mengungguli produk-produk pesaingnya baik secara kualitas sebagai pemegang

(24)

12

Surabaya merupakan kota besar kedua di Indonesia, dimana di Surabaya

Nokia memiliki lima agen resmi penjualan produk-produk Nokia yaitu : Oke

Shop, Global, Era Phone, Galaxi dan Trikomsel. Jumlah agen resmi penjualan

Nokia ini sama banyaknya dengan wilayah Jakarta (Jabodetabek) dan lebih

banyak dibandingkan dengan kota-kota besar lainnnya di Indonesia. Maka

permasalahan yang dihadapi Nokia adalah bagaimana cara untuk mengetahui

sejauh mana peran pengaruh iklan untuk membangkitkan faktor psikologis

(motivasi, persepsi dan sikap) dari konsumen agar timbul minat beli pada

pengguna handphone di Surabaya.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyuni (2008),

diketahui bahwa baik secara parsial maupun simultan variabel motivasi,

persepsi dan sikap konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan

pembelian. Penelitian oleh Dwityanti (2008), didapat kesimpulan yang diambil

adalah daya tarik iklan dan nilai pelanggan secara siginifikan berpengaruh

terhadap minat beli. Namun kompetensi tenaga penjualan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap minat beli, meskipun berpengaruh positif

pula pada minat beli. Penelitian oleh Sampitri (2011), didapatkan kesimpulan

(25)

Berdasarkan beberapa uraian di atas, menarik minat peneliti untuk

meneliti dan mengkaji pengaruh dari iklan, motivasi, persepsi dan sikap

konsumen dalam melakukan minat beli produk handphone NOKIA untuk

kemudian dijadikan sebagai penelitian dengan judul :”Minat Beli Konsumen

Pr oduk Nokia Smar tphone di Surabaya ”.

1.2. Per umusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka ditarik sebuah

perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh Iklan terhadap Minat Beli produk NOKIA

smartphone di Surabaya?

2. Apakah terdapat pengaruh Motivasi Konsumen terhadap Minat Beli produk

NOKIA smartphone di Surabaya?

3. Apakah terdapat pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Minat Beli produk

NOKIA smartphone di Surabaya?

4. Apakah terdapat pengaruh Sikap Konsumen terhadap Minat Beli produk

(26)

14

1.3. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Iklan terhadap Minat Beli

produk NOKIA smartphone di Surabaya.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Motivasi Konsumen terhadap

Minat Beli produk NOKIA smartphone di Surabaya.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Persepsi Konsumen terhadap

Minat Beli produk NOKIA smartphone di Surabaya.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Sikap Konsumen terhadap

Minat Beli produk NOKIA smartphone di Surabaya.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi pihak pemasar produk NOKIA dapat menentukan kebijakan dan

pengembangan strategi pemasaran yang sesuai dengan kebutuhan pasar

khususnya iklan, motivasi, persepsi dan sikap konsumen dalam berminat

membeli.

2. Bagi program studi ilmu Manajemen, fakultas Ekonomi – Universitas

(27)

menambah referensi dalam dunia ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan manajemen pemasaran umumnya dan khususnya tentang perilaku

konsumen dalam kaitannya dengan faktor iklan, motivasi, persepsi dan sikap

konsumen dalam minat beli suatu produk.

3. Bagi peneliti dapat menambah pemahaman mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan teori perilaku konsumen, manfaat produk serta

faktor-faktor yang mempengaruhinya dan penerapannya di lapangan.

4. Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

berarti bagi penelitian-penelitian selanjutnya demi mengembangkan ilmu

pengetahuan bai secara umum maupun khusus terhadap ilmu pengetahuan

(28)

16

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Ter dahulu

Dari data yang telah terkumpul maka bisa memberikan judul untuk

penelitian saat ini, judul tersebut muncul dari hasil-hasil penelitian terdahulu.

Suatu penelitian yang dapat memperkuat penelitian yang sedang dilakukan.

Maka dari itu hasil penelitian terdahulu dapat memberikan arti penting dalam

penelitian ini, hasil penelitian terdahulu tersebut berasal dari sumber sebagai

berikut :

1. Dwityanti (2008), berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat

beli konsumen terhadap layanan internet banking mandiri”. Permasalahan

penelitian ini adalah masih rendahnya nasabah PT Bank Mandiri yang

melakukan aktivasi di bewsite resmi Mandiri. Dalam penelitian ini diajukan

model penelitian untuk menganalisis minat beli terhadap layanan Internet

Banking Mandiri dengan menguji faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu

daya tarik iklan, kompetrensi tenaga penjualan, dan nilai nilai pelanggan.

Penelitian ini menggunakan sampel 100 orang karyawan Departemen

Pekerjaan Umum yang merupakan nasabah Bank Mandiri. Alat analisis data

yang digunakan adalah regresi sederhana pada program SPSS. Hasil analisa

(29)

dan semua hipotesis penelitian dapat dibuktikan. Kesimpulan yang diambil

adalah daya tarik iklan dan nilai pelanggan secara siginifikan berpengaruh

terhadap minat beli. Namun kompetensi tenaga penjualan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap minat beli, meskipun berpengaruh positif

pula pada minat beli.

2. Sampitri (2011), dengan judul “Pengaruh terpaan Iklan televisi dan persepsi

merek terhadap minat beli”, Blackberry adalah salah satu merek telepon

seluler yang ada di pasaran yang terus berupaya meramaikan industri telepon

seluler dan ingin tetap mempertahankan eksistensinya dimasa yang akan

datang. Hal ini disebabkan karena fasilitasnya yang tidak dimiliki oleh

handphone-handphone lain yang pada umumnya seperti push email, Blackberry messenger, dan Blackberry conect yang menghubungkan penggunanyadengan dunia maya (sesuai dengan kerjasama Blackberry dengan

operator lokal). Fasilitas ini memenuhikebutuhan masyarakat akan 2 hal

sekaligus, yaitu business dan lifestyle.Sebagai salah satu perangkat yang

menunjang kegiatan bisnis. Pentingnya pada minat membeli konsumen bagi

pencapaian tujuan perusahaan, Blackberry terus memperkuat mereknya. Salah

satu konsumen potensial Blackberry adalah kalangan pelajar dan

mahasiswa.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan

menganalisis pengaruh yang positif dan signifikan antara terpaan iklan televisi

produk Blackberry dan persepsi merek produk Blackberry terhadap minat beli

(30)

18

Nasional“Veteran”Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah

kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu metode survai yang mengambil

sampel sebanyak 76 responden mahasiswa FISIP Universitas Pembangunan

Nasional”Veteran”Yogyakarta. Teknik analisis data yang dipakai adalah

analisis Korelasi Product Moment,korelasi ganda, Regresi Linear dan Regresi

Ganda dengan program SPSS V.13.0 for windows.Hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara terpaan iklan televisi dan persepsi merek produk Blackberry

terhadap minat beli produk Blackberry. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier dan analisis regresi berganda menunjukkan tidak adanya pengaruh positif dan signifikan antara terpaan iklan televisi terhadap minat beli produk Blackberry,Hal ini diduga karena iklan Blackberry tidak menginformasikan produknya secara khusus melainkan bekerjasama dengan produk lain sehingga pemahaman dan perhatian pada iklan Blackberry sangat rendah,kemudian adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi merek terhadap minat beli produk Blackberry dan adanya pengaruh positif dan signifikan antara terpaan iklan televisi dan persepsi merek produk Blackberry terhadap minat beli produk Blackberry dengan nilai probabilitas <0,01. Hasil analisis menunjukkan penelitian ini mendukungteori S-O-R pada populasi

mahasiswa FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta.

3. Wahyuni (2008) dengan judul “Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap

(31)

Kawasan Surabaya Barat”. Penelitian ini menganalisis pengaruh motivasi,

persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian. Satuan

unit/obyek analisis penelitian ini adalah konsumen atau pembeli dan

pengguna sepeda motor merek Honda di Kawasan Surabaya Barat. Dari hasil

penelitian diketahui bahwa motivasi, persepsi, sikap konsumen berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor

merek Honda. Manfaat penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi dalam

usaha untuk meningkatkan volume penjualan melalui perilaku konsumen.

2.2. Landasan Teor i

Pada sub bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadikan landasan

dari penelitian serta variabel-variabel yang digunakan, diantaranya sebagai

berikut :

2.2.1. Pemasar an

Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,

menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan

pihak lain (Kotler, 2002:8). Stanton menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu

sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk

merencanakan, menetukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang

dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun

(32)

20

Pengertian pemasaran dari kedua pendapat di atas menerangkan bahwa

kegiatan pemasaran mencakup ruang lingkup kegiatan yang sangat luas yang

dimulai dari menetukan kebutuhan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan

konsumen. Dengan kata lain kegiatan pemasaran bermula dan berakhir pada

konsumen.

Bagi perusahaan yang berorientasi pada konsumen (pasar), maka

kegiatan pemasaran akan bermula dan berakhir pada konsumen. Artinya dimulai

dari menetukan apa yang diinginkan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan

konsumen. Pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat mutlak bagi

kelangsungan hidup perusahaan seperti yang tercermin dalam konsep pemasaran,

bahwa konsep pemasaran adalah suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa

kepuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi

kelangsungan hidup perusahaan. Dari konsep pemasaran diatas jelaslah bahwa

perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada konsumennya dengan

mengetahui apa yang menjadi kebutuhannya agar perusahaan dapat bertahan dan

berkembang.

Dari definisi di atas dapat diterangkan bahwa arti pemasaran adalah jauh

lebih luas dari penjualan. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai

dengan mengindentifikasikan kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan,

menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang

(33)

jadi kegitan pemasaran adalah kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu

sistem.

2.2.2. Minat Beli

Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap

mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor (dikutip dari Dwiyanti, 2008),

minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum

minat membeli benar-benar dilaksanakan.

Minat beli (willingness to buy) dapat didefinisikan sebagai kemungkinan

bila pembeli bermaksud untuk membeli produk (Doods, Monroe dan Grewal,

1991 dikutip dari Dwiyanti, 2008). Segala sesuatu menjadi sama, minat beli

secara positif berhubungan terhadap persepsi keseluruhan pada akuisisi dan

transaksi nilai (Della Bitta, Monroe dan McGinnis : 1981; Monroe dan

Chapman: 1987; Urbany dan Dickson: 1990; Zeithaml: 1988 dalam Grewal,

Monroe dan Krishnan, 1998 / dikutip dari Dwiyanti, 2008).

Suatu produk dikatakan telah dikonsumsi oleh konsumen apabila produk

tersebut telah diputuskan oleh konsumen untuk dibeli. Minat untuk membeli

dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi. Bila manfaat yang dirasakan lebih

besar dibanding pengorbanan untuk mendapatkannya, maka dorongan untuk

membelinya semakin tinggi. Sebaliknya bila manfaatnya lebih kecil disbanding

pengorbanannya maka biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan

(34)

22

Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali diawali

dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar dirinya, baik

berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari lingkungannya.

Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri sesuai dengan karakteristik

pribadinya, sebelum akhirnya minat pembelian. Karakteristik pribadi konsumen

yang dipergunakan untuk memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan

salah satunya adalah motivasi konsumen untuk membeli.

Menurut Keller (dikutip dari Dwiyanti, 2008), minat konsumen adalah

seberapa besar kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa

besar kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek

lainnya. Sedangkan Mittal (dikutip dari Dwiyanti, 2008) menemukan bahwa

fungsi dari minat dari minat konsumen merupakan fungsi dari mutu produk dan

mutu layanan. Menurut Sridhar Samu (dikutip dari Dwiyanti, 2008) salah satu

indikator bahwa suatu produk sukses atau tidak di pasar adalah seberapa jauh

tumbuhnya minat beli konsumen terhadap produk tersebut. Menurut Howard

(dikutip dari Dwiyanti, 2008), intention to buy didefinisikan sebagai pernyataan yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk

membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu.

Menurut Ferdinand (dikutip dari Dwiyanti, 2008), minat beli dapat

diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut:

(35)

b. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk

kepada orang lain

c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang

memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat

diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.

d. Minta eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu

mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi

untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Penelitian Assael (1989) dalam Walgren (1995) mengatakan bahwa

minat beli yang diakibatkan daya tarik produk atau jasa yang ditawarkan

merupakan suatu mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian

suatu produk terhadap merek tertentu.

2.2.3. Iklan

Iklan merupakan suatu investasi ekonomis, dan bagi kebanyakan

perusahaan dan organisasi non profit, iklan merupakan sebuah investasi yang

dianggap sangat menguntungkan. (Shimp, 2003:42). Periklanan menurut Jefkins

(1997) adalah pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan

kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu

dengan biaya semurah murahnya. Menurut Kotler (2002), periklanan adalah

segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non personal

(36)

24

periklanan menurut Lamb, Hair dan Mc Daniel (2001) merupakan bentuk dari

komunikasi bukan pribadi yang dibayar dimana sponsor atau perusahaan

diidentifikasi.

Menurut Kasali (1995), iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu

produk yang disampaikan lewat media, yang ditujukan kepada sebagian atau

seluruh masyarakat. Penyajian pesan itu harus dapat disuarakan atau

diperlihatkan dan dinilai secara terbuka untuk suatu produk, jasa, atau ide.

Sedangkan Keller (1998) dalam Kasali (1995), mendefinisikan Advertising

sebagai ”any paid form of nonpersonal presentasion and promotion of ideas,

goods, or service by an identified sponsor”. ”Paid” artinya bahwa secara umum ruang atau waktu untuk menyampaikan pesan iklan harus dibeli. Atau dengan

kata lain periklanan terdiri dari semua kegiatan penyajian non personal, suatu pesan tertentu, dan mempromosikan ide-ide, barang, atau jasa yang dilakukan

oleh umum. Komponen nonpersonal dari iklan meliputi media massa (seperti televisi, radio, majalah, suarat kabar) yang dapat menyampaikan suatu pesan

kepada suatu kelompok besar, seringkali pada saat yang bersamaan.

Pendapat dari Tjiptono (1997), iklan adalah bentuk komunikasi tidak

langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk, yang

disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan

mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. American Marketing

(37)

mempresentasikan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara non

personal oleh sponsor yang jelas.

Menurut Aaker seperti dikutip Tjiptono (2002:103) keberhasilan suatu

iklan yang dipaparkan antara lain ditentukan oleh frekuensi dan intensitas.

Frekuensi diartikan seberapa sering melihat paparan iklan, sedangkan intensitas

diartikan sebagai sejauh mana pemirsa memahami pesan sebuah iklan. Efek dari

paparan iklan ini mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek sebuah produk

yang diiklankan yang pada akhirnya berdampak pada perilaku berupa minat beli

konsumen. Sebuah perusahaan tidak hanya membuat produk yang bagus, namun

juga berinvestasi meningkatkan ekuitas dari merek melalui periklanan, sehingga

dengan adanya iklan konsumen akan menjadi tahu tentang keunggulan suatu

produk.

Periklanan merupakan salah satu kiat utama yang digunakan perusahaan

untuk mengarahkan komunikasi pada pembeli sasaran dan masyarakat.

Periklanan juga merupakan cara yang paling efektif untuk menyebarkan peran,

membangun preferensi kesan merek, maupun motivasi konsumen (Kasali, 1995).

Konsumen akan merasa dekat dengan perusahaan apabila mendapatkan

informasi seputar perusahaan dan info merek produk yang bersangkutan. Iklan

menunjukkan seberapa besar niat perusahaan untuk melayani kepentingan

konsumen. Menurut Cravens (1996) mengemukakan bahwa keuntungan

penggunaan iklan untuk berkomunikasi dengan para konsumen diantaranya

(38)

26

pemasangan, isi pesan yang konsisten, dan kesempatan untuk mendesain iklan

yang efektif dan kreatif.

Untuk memperkenalkan produknya biasanya perusahaan menggunakan

media iklan, diantaranya televisi.Televisi adalah media yang banyak disukai oleh

kalangan pengiklan nasional karena sangat mudah dilihat dan kemampuan

mendemonstrasikan suatu. Terlebih lagi, televisi menngunakan warna, suara,

gerakan, dan musik. Sehingga iklan tampak begitu hidup dan nyata. Iklan visual

dapat menancapkan kesan yang lebih dalam, sehingga para konsumen begitu

melihat produk akan segera teringat akan suatu merek tersebut (Jefkins, 1997).

Menurut fungsi iklan yang disampaikan oleh Shimp yang berkaitan

dengan kebutuhan konsumen dikatakan bahwa iklan dapat memberi nilai tambah

pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen atas produk tersebut dan

dengan adanya iklan yang dibintangi oleh selebriti akan dapat menambah

kepercayaan produk di mata konsumen. Konsumen menerima informasi akan

produk dari iklan, mulai dari perkenalan produk, informasi tata cara pemakaian,

serta pelayanan purna jual sebisa mungkin dikomunikasikan oleh perusahaan

melalui iklan. Strategi ini merupakan nilai tambah bagi konsumen, karena

konsumen yang awalnya tidak tahu menjadi mengerti dan paham tentang produk

tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa iklan memberi informasi kepada

konsumen sebelum membeli suatu produk. Indikator iklan berdasarkan tujuan

(39)

a) Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”informasi”.

Biasanya dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk,

tujuannya untuk membentuk permintaan pertama.

b) Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”Persuasif

Penting dilakukan dalam tahap kompetitif. Tujuannya untuk membentuk

permintaan selektif untuk suatu merk tertentu.

c) Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”Pengingat

Iklan pengingat sangat penting bagi produk yang sudah mapan. Bentuk iklan

yang berhubungan dengan iklan ini adalah iklan penguat (Inforcement

advertising) yang bertujuan meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang benar.

2.2.4. Motivasi Konsumen

Pengertian motivasi menurut Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan

bahwa motivasi adalah “driving force within individuals that impels them to

action. This driving force is produced by state of tension, which exists as the result of an unfulfilled need”. Dapat diartikan bahwa motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Kebutuhan sendiri muncul

karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara

seharusnya yang dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan. Kebutuhan yang

dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk melakukan tindakan memenuhi

(40)

28

Solomon (1999), menyatakan bahwa “Motivation refers to the processes

that cause people to behave as they do. It occurs when a need is aroused that the consumers wishes to satisfy. Once a need has been activated, a state of tension exists that drives the consumers to attempt to reduce or eliminate the need”.

Setiadi (2003), menyatakan bahwa motivasi adalah hal yang

menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia atau dalam

pengertian sehari-hari motivasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang mendorong

seseorang untuk berperilaku tertentu.

Para ahli telah mengembangkan teori tentang motivasi. Dua diantaranya

adalah teori Freud dan Maslow dalam Simamora (2003) menyatakan bahwa :

1) Teori Motivasi Freud beranggapan bahwa kebanyakan orang tidak menyadari

tentang kekuatan psikologis nyata yang membentuk perilaku mereka. Ia

melihat orang sebagai yang tumbuh makin dewasa dan menekan banyak

dorongan. Dorongan ini tidak pernah hilang atau berada dibawah kendali

sempurna. Menurutnya, seseorang tidak pernah utuh dalam memahami

motivasinya.

2) Teori Motivasi Maslow, mencoba menjelaskan mengapa orang didorong oleh

kebutuhan tertentu pada waktu tertentu. Menurutnya, kebutuhan manusia

tersusun secara berjenjang, mulai dari yang paling banyak menggerakan

sampai yang paling sedikit memberikan dorongan. Pertama-pertama orang

akan memuaskan kebutuhan yang paling penting dahulu, baru kemudian

(41)

kebutuhan adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan

sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.

Klasifikasi motivasi menurut Setiadi (2003), menyatakan bahwa motivasi

yang dimiliki tiap konsumen sangat berpengaruh terhadap keputusan yang akan

diambil. Bila dilihat dari hal itu maka motivasi yang dimiliki oleh konsumen

secara garis besar dapat terbagi dua kelompok besar, antara lain motivasi yang

berdasarkan rasional dan motivasi yang berdasarkan emosional. Indikator

motivasi sebagai berikut (Setiadi, 2003 dan Wahyuni, 2007:31) :

1. Motivasi yang berdasarkan rasional akan menentukan pilihan terhadap

suatu produk dengan memikirkan secara matang serta dipertimbangkan

terlebih dahulu untuk membeli produk tersebut. Kecenderungan yang akan

dirasakan oleh konsumen terhadap produk tersebut sangat puas. Atau

motivasi rasional juga dapat diartikan adalah pembelian yang didasarkan

kepada kenyataan-kenyataan yang ditunjukkan oleh produk kepada konsumen

dan merupakan atribut produk yang fungsional serta obyektif keadaannya

misalnya kualitas produk, harga produk, ketersediaan barang, efisiensi

kegunaan barang tersebut dapat diterima.

2. Sedangkan untuk motivasi yang berdasarkan pada emosional,

konsumen terkesan terburu-buru untuk membeli produk tersebut dengan tidak

mempertimbangkan kemungkinan yang akan terjadi untuk jangka panjang.

Kecenderungan yang akan terlihat, konsumen tidak akan merasa puas

(42)

30

keinginan kita dalam jangka pendek saja. Atau motivasi emosional juga

diartikan dalam pembelian berkaitan dengan perasaan, kesenangan yang dapat

ditangkap oleh pancaindera misalnya dengan memiliki suatu barang tertentu

dapat meningkatkan status sosial, peranan merek menjadikan pembeli

menunjukkan status ekonominya dan pada umumnya bersifat subyektif dan

simbolik. Pada saat seseorang akan berminat untuk membeli suatu produk

tentunya akan dipengaruhi oleh kedua jenis motivasi tersebut yaitu motivasi

rasional dan emosional.

2.2.5. Persepsi Konsumen

Pengertian persepsi menurut Schiffman dan Kanuk (2007) menyatakan

bahwa persepsi adalah sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih,

mengatur dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk

akal mengenai dunia. Sumarwan (2004), menyatakan bahwa persepsi adalah

bagaimana seseorang konsumen melihat realitas di luar dirinya atau dunia

sekelilingnya. Mowen (2002), menyatakan bahwa persepsi adalah menyebut

tahap pemaparan, perhatian dan pemahaman sebagai persepsi. Sunarto (2004),

menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang digunakan oleh seseorang

individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterprestasi

masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.

Serta Kotler (2001), menyatakan bahwa persepsi adalah proses dimana

(43)

menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia. Menurut Simamora

(2003) menyatakan bahwa orang dapat memberikan persepsi yang berbeda

terhadap rangsangan yang sama karena tiga proses persepsi, yaitu perhatikan

yang selektif, gangguan yan selektif dan mengingat lagi yang selektif.

1) Perhatikan yang selektif (Selective Interest)

Orang pada umumnya dihadapkan pada jumlah rangsangan yang sangat

banyak setiap hari dan tidak semua rangsangan ini dapat diterima. Perhatikan

yang selektif berarti harus dapat menarik perhatian konsumen, dimana pesan

yang disampaikan akan hilang bagi kebanyakan orang yang tidak berada

dalam pasar untuk produk tersebut, kecuali untuk pesan yang cukup menonjol

atau dominan yang mengelilingi konsumen pasar tersebut.

2) Gangguan yang selektif (Selective Distorsion)

Rangsangan yang diperhatikan konsumen pun tidak selalu seperti apa yang

dimaksud. Setiap orang berusaha menyesuaikan informasi yang masuk

dengan pandagannya. Distorsi selektif menggambarkan kecenderungan orang

untuk meramu informasi ke dalam pengertian pribadi. Orang cenderung

menafsirkan informasi dengan cara yang lebih mendukung dari pada

menentang konsepsi yang telah dimilikinya.

3) Mengingat kembali yang selektif (Selective Retention)

Orang cenderung melupakan apa yang mereka pelajari dan menahan informasi

yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka. Mengingat yang selektif

(44)

32

produk dan melupakan apa yang dikatakan pesaing. Konsumen akan

mengingatnya pada saat ia mengingat tentang pemilihan sebuah produk.

Proses persepsi menurut Setiadi (2003), menyatakan bahwa indikator

proses persepsi terdiri dari (Wahyuni, 2007:31-32) :

1) Seleksi Perseptual

Seleksi ini terjadi ketika konsumen menangkap dan memilih stimulus

berdasarkan pada psychological set yang dimiliki. Psychological set yaitu berbagai informasi yang ada dalam memori konsumen. Sebelum seleksi

persepsi terjadi, terlebih dahulu stimulus harus mendapat perhatian dari

konsumen.

2) Organisasi Persepsi

Organisasi persepsi (Perceptual Organization) berarti bahwa konsumen mengelompokkan informasi dari berbagi sumber ke dalam pengertian yang

menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman ini.

Prinsip dasar dari organisasi persepsi adalah penyatuan yang berarti bahwa

berbagai stimulus akan dirasakan sebagai suatu yang dikelompokkan secara

menyeluruh.

3) Interpretasi Perseptual

Proses terakhir dari persepsi adalah memberikan interpretasi atas stimuli yang

diterima oleh konsumen. Setiap stimuli yang menarik perhatian konsumen

baik disadari atau tidak disadari, akan diinterpretasikan oleh konsumen.

(45)

dalam memori yang telah tersimpan dalam waktu yang lama (long term

memory) yang berhubungan dengan stimulus yang diterima.

Pengolahan informasi dalam persepsi konsumen menurut Engel, et al

(1995) mengutip pendapat William McGuire yang menyatakan bahwa ada lima

tahap pengolahan informasi (the informatioan-processing model), yaitu sebagai

berikut :

1) Pemaparan (Exposure), pemaparan stimulus yang menyebabkan konsumen menyadari stimulus tersebut melalui panca inderanya.

2) Perhatian (Attention), kapasitas pengolahan yang dialokasikan konsumen terhadap stimulus yang masuk.

3) Pemahaman (Comprehension), interpretasi terhadap makna stimulus.

4) Penerimaan (Acceptance), dampak persuasif stimulus kepada konsumen. 5) Retensi (Retention), pengalihan makna stimulus dan persuasif ke ingatan

jangka panjang (long term memory).

2.2.6. Sikap Konsumen

Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan sangat

dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemporer. Sikap juga merupakan salah

satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami

konsumen.

Definisi sikap menurut Engel (1992:214) adalah suatu mental dan syaraf

sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui

(46)

34

perilaku. Definisi yang dikemukakan oleh Engel tersebut mengandung makna

bahwa sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan terhadap

suatu obyek baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten.

Engel (2002: 214) dan Simamora (Wahyuni, 2007:32) membagi indikator

sikap menjadi tiga komponen sebagai berikut:

a. Kognitif

Kognitif berhubungan dengan pengenalan dan pengetahuan obyek beserta

atributnya. Pada saat konsumen menerima rangsangan sebuah iklan maka

proses psikologi internal akan bekerja yang dihubungkan dengan pengaktivan

indera.

b. Afektif

Afektif memberikan tanggapan tentang perasaan terhadap obyek dan

atributnya. Indra yang bekerja akan memberikan interpretasi terhadap sebuah

obyek atau dalam sebuah iklan adalah produk / merek dan bagian-bagian dari

penayangan iklan itu sendiri.

c. Konasi

Dalam konasi seorang memiliki minat dan tindakan dalam sebuah perilaku.

Bila tahap ini bekerja maka konsumen telah memiliki keputusan akan suara

obyek.

Engel (2002: 235) juga menjabarkan dimensi sikap sebagai berikut:

a. Valance

(47)

b. Extermity

Keekstriman merupakan intensitas kesukaan dan ketidak sukaan.

c. Resistance

Tingkat dimana sikap kebal terhadap perubahan.

d. Persistence

Merefleksikan bahwa sikap dapat berubah secara perlahan-lahan / gradual.

e. Confidence

Tidak semua sikap berada pada tingkat keyakinan yang sama.

Sikap terhadap iklan adalah cara konsumen mengenai sebuah iklan : sikap

terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut. Definisikan sikap terhadap iklan sebagai berikut”Attitude toward the ad is the

consumer`s predisposition to respond favorably or anfavorably to a particular ad”. yaitu sikap terhadap iklan adalah kecenderungan konsumen menjawab dengan baik atau tidak baik iklan tertentu.

Respon kognitif yang positif (support arguments dan source

bolstering)umumnya akan menghasilkan sikap positif konsumen terhadap iklan: respon kognitif yang negative (counterarguments dan source derogation) umumnya menghasilkan sikap negatif. Karena aspek afektif yang dominan maka

sikap terhadap iklan diukur dalam afektif penerima pesan yang menilai baik-tidak

baik, suka-tidak suka, menarik-tidak menarik, kreatif-tidak kreatif, informati-tidak

(48)

36

Mowen dan Minor (2002: 378) mengemukakan bahwa konsumen

mengembangkan sikap terhadap iklan seperti terhadap merek, dan sikap terhadap

iklan ini mempengaruhi sikap mereka terhadap merek. Sikap terhadap iklan

mengacu pada kesukaan atau ketidaksukaan konsumen secara umum atas

rangsangan iklan tertentu selama exposure iklan tersebut. Sikap terhadap iklan

tergantung pada sejumlah fakor, termasuk isi iklan dan khayalan yang

bersemangat, suasana hati konsumen, emosi iklan yang didapatkan konsumen,

dan kesukaan konsumen atas progam TV dimana iklan disisipkan.

Mowen dan Minor (2002: 378) menyelidiki hubungan antara sikap

terhadap iklan, emosi, tingkat khayalan iklan, sikap terhadap merek, dan kognisi

merek menemukan bahwa sikap terhadap iklan mempengaruhi sikap terhadap

merek, yang kemudian juga mempengaruhi pilihan merek.

2.2.7. Pengar uh Iklan, Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen ter hadap Minat

Beli

2.2.7.1. Pengar uh Iklan ter hadap Minat Beli

Pada saat melihat iklan, banyak konsumen yang tidak memperhatikan

klaim produk dan atau pesan secara langsung, tetapi reaksi afektif menimbulkan

perasaan terhadap iklan.

Persepsi ini meliputi reaksi terhadap faktor iklan seperti kreatifitas efek

gambar, warna dan intonasi suara (Mowen dan Minor, 2002). Persepsi terhadap

(49)

pada sikap terhadap iklan dan juga merek secara langsung. Selain dengan ukuran

suka tidak suka, reaksi afektif konsumen terhadap iklan, khususnya iklan

komersial di televisi dapat diukur dengan pernyataan terhadap gaya, ide, produksi,

audio pembuatan suatu iklan (Mowen dan Minor, 2002). Reaksi ini akan

ditransformasikan pada sikap terhadap merek dan minat beli konsumen.

Perasaan konsumen tentang iklan sama petingnya dengan sikap mereka

terhadap merek dalam penilaian kefektivan iklan. Pentingnya reaksi afektif dan

perasaan yang tergambarkan dalam iklan tergantung pada beberapa faktor

diantaranya kealamian iklan dan tipe pemrosesan informasi oleh konsumen yang

memunculkan minat beli pada diri konsumen, hal ini merupakan bagian dari

fungsi iklan yang persuasif.

2.2.7.2. Pengar uh Motivasi Konsumen ter hadap Minat Beli

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004: 126) mengemukakan bahwa minat

beli merupakan instruksi diri konsumen untuk melakukan pembelian atas suatu

produk, melakukan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang relevan

seperti mengusulkan (pemrakarsa) merekomendasikan (influencer), memilih, dan

akhirnya berminat untuk melakukan pembelian.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004: 127) menyatakan bahwa motivasi

sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk

melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap

obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk

(50)

38

menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah

untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek

yang ditawarkan pemasaran atau tidak.

Pengertian minat beli menurut Howard (1994) (dalam Schiffman dan

Kanuk, 2004:44) adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan

motivasi konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit

produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa minat beli

merupakan pernyataan mental dari dari konsumen yang merefleksikan motivasi

pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh

para pemasar untuk mengetahui motivasi membeli konsumen terhadap suatu

produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan variabel minat

untuk memprediksi perilaku (motivasi, persepsi dan sikap) konsumen dimasa

yang akan datang.

2.2.7.3. Pengar uh Per sepsi Konsumen ter hadap Minat Beli

Individu dalam membeli produk selalu menginginkan untuk mendapatkan

produk yang baik dan berkualitas. Selama ini persepsi konsumen terhadap

kualitas suatu produk masih diwarnai keragu-raguan. Ini disebabkan karena

konsumen hanya mendapat sedikit informasi yang obyektif dari produsen atau

pemasar. Seseorang yang telah melihat dan mendengar kualitas suatu produk

tentu telah mempunyai sikap dan keyakinan terhadap produk. Hal ini tentunya

(51)

diterimanya. Dengan kata lain terdapat rangsangan pada diri individu yang

mendorongnya berperilaku sesuai dengan obyek stimuli yang diterimanya.

Persepsi terhadap kualitas suatu produk didefinisikan sebagai persepsi

pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa

layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Schiffman and

Kanuk, 2007). Karena persepsi terhadap kualitas merupakan persepsi dari

pelanggan, maka tidak dapat ditentukan secara obyektif. Persepsi pelanggan akan

melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki

kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa.

Sesuai dengan pendapat Kotler (2004) yang mengatakan bahwa para

konsumen tidak asal saja berminat melakukan pembelian. Pembelian konsumen

sangat terpengaruh oleh sifat-sifat budaya, sosial, pribadi dan psikologi.

Faktor-faktor psikologi dari sini diantaranya adalah motivasi, belajar, persepsi,

kepercayaan dan sikap. Persepsi merupakan salah satu faktor yang penting dalam

memunculkan minat beli.

Minat merupakan sesuatu hal yang penting, karena minat merupakan suatu

kondisi yang mendahului sebelum individu mempertimbangkan atau membuat

keputusan untuk membeli suatu barang, sehingga minat membeli merupakan

sesuatu hal yang harus diperhatikan oleh para produsen atau penjual. Kotler

(52)

40

menunjukkan adanya perhatian dan rasa senang terhadap barang tersebut. Adanya

minat individu ini menimbulkan keinginan, sehingga timbul perasaan yang

menyakinkan dirinya bahra barang tersebut mempunyai manfaat bagi dirinya dan

apa yang menjadi minat indibidu ini dapat diikuti oleh suatu keputusan yang

akhirnya menimbulkan realisasi berupa perilaku membeli. Seperti diketahui,

persepsi terhadap kualitas produk pada tiap-tiap orang berbeda, sehingga akan

membawa minat membeli yang berbeda pula. Persepsi seseorang tentang kualitas

suatu produk akan berpengaruh terhadap minat membeli yang terdapat pada

individu. Persepsi yang positif tentang kualitas produk akan merangsang

timbulnya minat konsumen untuk membeli yang diikuti oleh perilaku pembelian.

Konsumen cenderung menilai kualitas suatu produk berdasar faktor-faktor yang

mereka asosiasikan dengan produk tersebut. Faktor tersebut dapat bersifat

intrinsik yaitu karakteristik produk seperti ukuran, warna, rasa atau aroma dan

faktor ekstrinsik seperti harga, citra toko, citra merk dan pesan promosi. Apabila

atribut-atribut yang terdapat dalam suatu produk itu sesuai dengan apa yang

diinginkan konsumen, maka ini akan menimbulkan minat membeli (Schiffman

and Kanuk, 2004).

Produsen sebagai pembuat suatu produk, pastilah memiliki harapan agar

produk yang dihasilkannya dapat laku dipasaran. Tetapi bagaimanakah sikap dari

konsumen sendiri terhadap barang tersebut, apakah mereka akan memandang

(53)

tersebut jelek, tidak menarik, mudah rusak dan sebagainya yang diharapkan dari

apa yang telah didengar atau dilihat oleh masyarakat itu dapat menimbulkan

minat mereka untuk mengetahui lebih lanjut tentang kualitas barang tersebut

secara langsung. Sehingga, berangkat dari minat tersebut mereka dapat sekedar

mencoba apa yang ditawarkan, yang nantinya menimbulkan keinginan dari diri

konsumen untuk ingin memiliki, terutama bila minat membeli menempatkan

persepsi terhadap kualitas suatu produk sebagai faktor yang penting dalam

membuat keputusan.

2.2.7.4. Pengar uh Sika p Konsumen ter hadap Minat Beli

Mowen dan Minor (2002: 332) menyatakan bahwa semua model multi

atribut yang berbeda telah dikembangkan untuk memprediksi sikap konsumen

terhadap merek/objek, dimana satu model yang medapat paling banyak perhatian

dari konsumen adalah model sikap terhadap merek/objek atau model Fishbein.

Model ini mengidentifikasi tiga faktor utama yang memprediksi sikap. Model

pertama adalah kepercayaan utama yang dimiliki seseorang terhadap sebuah

merek. Kepercayaan utama adalah kepercaan terhadap atribut/merek yang

diaktivasi ketika seseorang sedang mengevaluasi sikap terhadap merek.

Kepercayaan utama biasanya memperhatikan atribut yang penting bagi

konsumen. Komponen kedua dari model Fishbein adalah kekuatan kepercayaan

dimana merek memiliki atribut yang dipertanyakan kekuatan hubungan atribut

(54)

42

dari model Fishbein adalah mengevaluasi setiap atribut utama. Peringkat evaluasi

ini memberikan penilaian tentang kebaikan/keburukan atribut utama. Ketiga

komponen tersebut memunculkan adanya keinginan atau minat pada diri

konsumen dalam melakukan pembelian terhadap merek/objek yang merupakan

atribut utama.

2.3. Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini, yaitu pengaruh

intesitas iklan, motivasi, persepsi dan sikap terhadap minat membeli dapat

digambarkan dalam bentuk skema berikut :

Gambar 2.1

Skema kerangka konseptual

Minat Beli (Y)

Iklan (X1)

Motivasi (X2) Sikap (X4)

(55)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan

teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah

sebagai berikut :

1. Diduga terdapat pengaruh positif antara Iklan terhadap Minat Beli

konsumen produk NOKIA smartphone di Surabaya

2. Diduga terdapat pengaruh positif antara Motivasi terhadap Minat Beli

konsumen produk NOKIA smartphone di Surabaya

3. Diduga terdapat pengaruh positif antara Persepsi terhadap Minat Beli

konsumen produk NOKIA smartphone di Surabaya

4. Diduga terdapat pengaruh positif antara Sikap terhadap Minat Beli

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Top Brand untuk Produk Smartphone 2012
Gambar 2.1 Skema kerangka konseptual
Gambar 3.1 Principal Factor (Reflective) Model
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah pertama, manfaat teoritis, yaitu penelitian ini bermanfaat untuk menguji, apakah model ini dapat dipakai dalam

Keempat, bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian yang akan diteliti selanjutnya, khususnya jika

In addition, research from a B2B customer perspective has examined antecedents of a firm’s CSR orientation by studying “pur- chasing social responsibility” (e.g.,

 Sebagai prevensi primer : direkomendasikan pada pasien dengan gagal jantung simtomatik (NYHA II – III) dan EF &lt; 35% walaupun sudah mendapat terapi optimal lebih adri 3

Bergantinya status Kota Administratif Tasikmalaya menjadi Daerah Kota berdasarkan UU No. 10 Tahun 2001 yang diundangkan pada tanggal 17 Oktober 2001 bukan berarti

Tujuan proses isihan dijalankan adalah untuk memudahkan proses carian data-data yang telah disusunkan (N. Terdapat beberapa teknik isihan dan setiap teknik

Delik tindak pidana di bidang pasar modal ialah kejahatan yang dilakukan oleh pihak-pihak dalam kegiatan pasar modal yaitu dalam melakukan kegiatan perdagangan efek

Sementara itu kata-kata yang diucapkan dalam sajian pentas kesenian Obros men- jadi bagian dari seni sastra yang berfungsi sebagai bagian dari iringan tari bertujuan untuk