• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Budi Pekerti melalui Tehnik Sosiodrama pada Siswa Kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga Tahun Pelajaran 2012/2013 T1 132009038 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Budi Pekerti melalui Tehnik Sosiodrama pada Siswa Kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga Tahun Pelajaran 2012/2013 T1 132009038 BAB IV"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Lokasi Penelitian

SMP Negeri 7 Salatiga merupakan tempat yang dipilih penulis untuk melakukan penelitian. Sekolah ini beralamat di jalan Setiaki No.15, Salatiga. Sekolah ini berada di lingkungan yang jauh dari keramaian dan kebisingan sehingga mendukung proses belajar mengajar yang disampaikan oleh guru kepada siswa-siswa.

4.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 14 siswa kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga yang terdiri dari dua kelompok yaitu 7 siswa kelompok eksperimen dan 7 siswa kelompok kontrol. Berikut ini tabel deskripsi subjek penelitian pada kelompok eksperimen dan kontrol yang berdasarkan jenis kelamin, usia dan prestasi siswa.

Tabel 4.1. Deskripsi Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia.

Kelompok Usia Laki-Laki Perempuan  Kelompok

Eksperimen

13 tahun 2 2

14 tahun 2 2 4

15 tahun 1 1

 4 3 7

Kelompok Kontrol

13 tahun 3 1 4

14 tahun 1 1

15 tahun 2 2

(2)

30 Berdasarkan tabel 4.1. deskripsi dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdapat 14 subjek penelitian. Pada kelompok eksperimen terdapat 7 subjek penelitian yang berdasarkan jenis kelamin terdapat 4 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. Pada usia dikelompok eksperimen terdapat 2 siswa laki yang berusia 13 tahun, 4 siswa yang berusia 14 tahun yaitu 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan dan 1 siswa perempuan yang berusia 15 tahun. Selanjutnya pada kelompok kontrol terdapat 7 subjek penelitian yang berdasarkan jenis kelamin terdapat 5 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan. Sedangkan pada usia dikelompok kontrol terdapat 4 siswa yang berusia 13 tahun yaitu 3 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan, 1 siswa laki-laki yang berusia 14 tahun dan 2 siswa laki-laki yang berusia 15 tahun.

Tabel 4.2. Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan Prestasi Belajar.

Kelompok Prestasi F %

Kelompok Eksperimen

69-75 2 28,6%

62-68 2 28,6%

55-61 3 42,8%

 7 100%

Kelompok Kontrol

69-75 1 14,3%

62-68 6 85,7%

55-61 - -

 7 100%

(3)

31 subjek penelitian dengan prestasi belajar 69-75 terdapat 1 siswa dengan presentase 14,3% dan 62-68 terdapat 6 siswa dengan presentase 85,7%.

4.3. Persiapan Penelitian Eksperimen.

Pada saat persiapan penelitian, penulis melakukan pretest budi pekerti yang dilakukan kelompok eksperimen dan kontrol, terdiri dari tiga aspek yaitu akhlak terhadap Tuhan, sesama manusia dan peduli lingkungan untuk mengetahui ada perbedaan atau tidak ada perbedaan antara kedua kelompok tersebut. Di bawah ini tabel hasil pretest budi pekerti pada kelompok eksperimen dan kontrol.

Tabel 4.3 Skor Pretest Budi Pekerti pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol.

No Nama Aspek Skor

Total

Kategori Akhlak

Terhadap Tuhan

Sesama Manusia

Peduli Lingkungan

Ek Ko Ek Ko Ek Ko Ek Ko Ek Ko Ek Ko 1 F Kh 34 36 31 35 27 23 92 94 2 2 2 S Ad 36 38 50 46 20 24 106 108 2 2 3. P D 40 40 25 38 24 13 89 91 2 2 4. Sv Dk 36 35 30 38 21 24 87 97 2 2 5. T M 34 32 42 47 22 23 98 102 2 2 6. Sr R 30 21 45 36 29 17 104 74 2 1 7. H T 38 32 40 40 31 23 109 95 2 2 Jumlah 248 234 263 280 174 147

Keterangan : Ek : Eksperimen 1 : Cukup Ko : Kontrol 2 : Kurang

(4)

32 dengan hasil skor tertinggi adalah 40 dan skor terendah adalah 30. Selanjutnya pada aspek sesama manusia dengan hasil skor tertinggi adalah 50 dan skor terendah 25. Pada aspek peduli lingkungan dengan hasil skor tertinggi adalah 31 dan skor terendah 20.

Selanjutnya penulis melakukan uji homogen berdasarkan hasil pretest

pada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan Mann-Whitney Test. Di bawah ini merupakan tabel hasil uji homogen berdasarkan hasil pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 4.4. Uji Homogen dari Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

NBP Eksperimen 7 8.00 56.00

Kontrol 7 7.00 49.00

Total 14

Test Statisticsb

NBP

Mann-Whitney U 21.000

Wilcoxon W 49.000

Z -.1000

Asymp. Sig. (2-tailed) .317 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .710

a

(5)

33 Berdasarkan tabel 4.4. bahwa hasil uji homogenitas dari kelompok eksperimen dan kontrol yaitu Asymp. Sig. (2-tailed) 0.317>0.050 sedangkan mean rank untuk kelompok eksperimen adalah 8.00 dan mean rank untuk kelompok kontrol adalah 7.00. Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau homogen antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga penulis dapat melanjutkan penelitian

Berdasarkan hasil analisis di atas bahwa penulis membuat rancang

treatment berupa sosiodrama kepada kelompok eksperimen yang akan dilakukan selama delapan kali pertemuan, tetapi pada kelompok kontrol tidak mendapatkan

treatment. Penyusunan tema atau topik dalam kegiatan sosiodrama disesuaikan dengan kebutuhan siswa berdasarkan aspek budi pekerti pada kelompok eksperimen sebagai berikut :

Tabel. 4.5 Program Layanan Sosiodrama

No. Tujuan Indikator Keberhasilan

Topik Bentuk Kegiatan

Waktu

1. Siswa dapat meyakinin adanya Tuhan Yang Maha Esa. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ingat Tuhan dengan beribadah.

Sosiodrama 45 menit

2. Siswa dapat bersikap dan berperilaku yang mencerminkan toleransi dan penghargaan terhadap pendapat, gagasan dan tingkah laku yang sependapat dengannya maupun tidak. Hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Toleransi antarumat beragama.

(6)

34

No. Tujuan Indikator Keberhasilan

Topik Bentuk Kegiatan

Waktu

3. Siswa mampu mengikuti kegiatan kelompok sesuai dengan pilihannya. Menghormati dan menghargai kekurangan dan kelebihan teman sebaya. Pribadi yang unik.

Sosiodrama 45 menit

4. Siswa mampu meningkatkan rasa cinta dan kasih di lingkungan sosial. Membantu tanpa pamprih. Menunjukan sikap rela berkorban.

Sosiodrama 45 menit

5. Siswa mampu memiliki

kebersamaan dan gotong royong di dalam kelompok bermain. Bekerja secara kelompok. Saling membantu.

Sosiodrama 45 menit

6. Siswa dapat menjunjung tinggi rasa persahabatan dengan teman sebaya. Memiliki rasa kesetiakawanan.

Pemaaf. Sosiodrama 45 menit

7. Siswa dapat menjunjung tinggi sikap sopan santun di dalam lingkungan pergaulan. Sikap dan perilaku yang sopan santun dalam bertindak dan bertutur kata terhadap orang lain. Bertindak dan berbicara sopan.

Sosiodrama 45 menit

8. Siswa mampu menjaga lingkungan yang bersih terhindar dari berbagai penyakit. Melestarikan lingkungan hidup. Membuang sampah pada tempatnya.

(7)

35 4.4. Pelaksanaan Penelitian Eksperimen

4.4.1. Perijinan Penelitian.

Penulis memberikan surat ijin kepada Kepala sekolah pada hari Senin, 15 Oktober 2012. Penulis menjelaskan judul dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan kepada Kepala sekolah agar beliau memperoleh memahami tujuan dan gambaran pada penelitian yang penulis lakukan di SMP Negeri 7 Salatiga. Setelah penulis menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian, Kepala sekolah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di kelas VIII G.

Selanjutnya penulis menemui guru BK kelas VIII untuk menyampaikan persetujuan ijin penelitian dari Kepala sekolah. Penulis menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dan kapan penelitian akan dimulai dari kegiatan sosiodrama, proses pretest sampai posttest kepada guru BK sehingga guru BK paham akan alur penelitian ini serta penulis bisa melakukan penelitian dengan baik sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan penulis dengan pihak sekolah.

4.4.2. Tes Awal ( Pretest )

(8)

36 siswa kelompok kontrol yang masing-masing memiliki kategori cukup dan kurang secara random serta melakukan uji homogen yang menghasilkan bahwa kedua kelompok tersebut tidak ada perbedaan. Kemudian kelompok eksperimen diberi

treatment berupa layanan berupa sosiodrama sedangkan kelompok kontrol tidak menerima treatment layanan sosiodrama.

4.4.3. Perlakuan ( Treatment )

Treatment yang berupa sosiodrama dilakukan sebanyak delapan kali kepada kelompok eksperimen yang disesuai dengan program layanan sosiodrama dan jadwal pertemuan yang telah penulis sepakati dengan siswa yaitu sepulang sekolah pada hari Rabu, Kamis dan Sabtu yang dimulai dari tanggal 17 Januari 2013 sampai tanggal 2 Maret 2013. Berikut ini pertemuan treatment dengan kelompok eksperimen sebagai berikut :

a. Treatment pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Januari 2013 di

SMP Negeri 7 Salatiga.

(9)

37 1. Tahap Pembentukan.

Tahap ini penulis melakukan penerimaan yang baik dan hangat dengan menanyakan kabar siswa-siswa serta berdoa untuk memulai kegiatan. Selanjutnya penulis melakukan perkenalan dengan anggota kelompok dan menjelaskan arti, tujuan, asas-asas agar siswa lebih memahami dan mempunyai gambaran mengenai layanan bimbingan kelompok dengan tehnik sosiodrama serta melakukan kontrak waktu yang disepakati antara penulis dengan anggota kelompok. Dalam kegiatan ini penulis melakukan permainan dan apersepsi mengenai kekuasaan Tuhan kepada anggota kelompok untuk membantu anggota kelompok dalam mempersiapkan untuk mengikuti sosiodrama, menghangatkan suasana dan menambah keakraban antara penulis dengan anggota kelompok.

2. Tahap Peralihan.

(10)

38 3. Tahap Kegiatan.

Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :

a. Tahap Eksplorasi.

Penulis mengajak anggota kelompok untuk dapat melibatkan diri secara aktif dengan mencari informasi mengenai skenario sosiodrama yang sesuai dengan topik sosiodrama yang akan diperankan. Topik pertama sosiodrama yang dipilih adalah “Ingat Tuhan dengan Beribadah”, tujuan yang ingin dicapai adalah

siswa dapat meyakinin adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan rajin beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.

Penulis, memberikan waktu kepada pemain untuk mempelajari dan menghafalkan peran serta alur cerita agar pemain bisa mempraktikan sosiodrama dengan baik dan berjalan dengan lancar. Setelah pemain memahami isi dan perannya, maka penulis memberi kesempatan untuk mempraktikan sosiodrama. Pemain masih merasa kaku dan malu dengan apa yang diperankan, karena baru pertama kali memainkan sosiodrama. Namun penulis mengarahkan kepada pemain untuk mempraktikan sosiodrama dengan baik dan menjelaskan tujuan yang akan diperoleh dari pertemuan pertama ini.

Kemudian pemain bisa mempraktikan sosiodrama yang berjudul “ Ingat

Tuhan dengan Ibadah” dengan baik sesuai dengan peran dan tugas masing

(11)

39 bawah ini adalah proses sosiodrama pertama yang berjudul “Ingat Tuhan dengan Beribadah”.

Gambar 4.1 Sosiodrama ke-1

b. Tahap Elaborasi

(12)

40 dengan ibadah. Selain itu harus dapat menyakini adanya Tuhan dan beribadah sesuai dengan ajaran dan agama masing-masing dengan baik di kehidupan sehari-hari.

c. Tahap Konfirmasi

Penulis memberikan umpan balik kepada anggota kelompok mengenai apa yang sudah dilakukan dan diperoleh dari pementasan sosiodrama serta memberikan refleksi berupa kesimpulan dan penguatan agar anggota kelompok lebih rajin beribadah dengan Tuhan Yang Maha Esa.

4. Tahap Pengakhiran.

(13)

41 serta ucapan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi anggota kelompok untuk mengikuti sosiodrama.

b. Treatment kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Januari 2013 di SMP Negeri 7 Salatiga.

Penulis melakukan treatment kedua sesuai dengan kesepakatan penulis dan kelompok eksperimen yaitu dilakukan setelah pulang sekolah di ruang kelas SMP Negeri 7 Salatiga pada pukul 11.00 WIB. Dalam melaksanakan layanan sosiorama, langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :

1. Tahap Pembentukan.

Tahap ini penulis melakukan penerimaan yang baik dan hangat dengan menanyakan kabar siswa-siswa serta berdoa untuk memulai kegiatan. Selanjutnya penulis dan anggota kelompok mengadakan kontrak waktu yang disepakati untuk melakukan kegiatan sosiodrama kedua. Dalam kegiatan ini penulis melakukan permainan untuk menghangatkan suasana dan menambah keakraban antara penulis dengan anggota kelompok. Kemudian penulis melakukan apersepsi mengenai hidup toleransi di lingkungan pergaulan agar anggota kelompok lebih siap mengikuti kegiatan selanjutnya dan paham pentingnya toleransi dalam pergaulan.

2. Tahap Peralihan.

(14)

42 kelompok siap, penulis menentukan pemain-pemain yang akan memainkan peran sosiodrama dan penonton serta menjelaskan tugas masing-masing pada pertemuan sosiodrama kedua. Tugas dari penonton atau anggota kelompok yang tidak memerankan sosiodrama adalah melakukan observasi selama pementasan sosiodrama yang dilakukan anggota kelompok untuk memberi tanggapan mengenai proses sosiodrama, kesesuaian alur cerita dan tugas pemain adalah memerankan sosiodrama sesuai dengan topik.

3. Tahap Kegiatan.

Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :

a. Tahap Eksplorasi.

Penulis mengajak anggota kelompok untuk dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan sosiodrama dengan cara membagikan skenario mengenai topik sosiodrama yang akan diperankan. Topik kedua sosiodrama yang dipilih adalah “Toleransi antarumat Beragama”, tujuan yang ingin dicapai adalah siswa

dapat bersikap dan berperilaku yang mencerminkan toleransi di lingkungan pergaulan. Siswa diharapkan dapat bertoleransi walaupun mempunyai teman yang berbeda agama.

(15)

43 sosiodrama yang akan diperankan. Setelah pemain paham dan siap maka penulis memberi kesempatan anggota kelompok untuk mempraktikan sosiodrama.

Pada sosiodrama kedua yang berjudul “Toleransi antarumat Beragama”

dipentaskan anggota kelompok dengan baik, tidak merasa malu dengan anggota kelompok yang lainnya dan berusaha menghayati sosiodrama yang akan dipentaskan. Tugas penulis adalah mengamati dan memberi arahan kepada anggota kelompok agar sosiodrama berjalan sesuai dengan alur cerita dan sesuai dengan tugas kelompok masing-masing. Pemain utama berhasil memainkan sosiodrama dengan baik yaitu mau mengubah sikapnya yang egois dan kurang toleransi dengan pemeluk agama lain menjadi lebih toleransi. Rasa toleransi dan kepedulian pemain utama dengan pemeluk agama lain muncul setelah teman-temannya tetap mau menolongnya ketika dia mengalami musibah. Gambar di bawah ini adalah proses sosiodrama kedua yang berjudul “Toleransi antarumat Beragama”.

(16)

44 b. Tahap Elaborasi

Setelah pementasan sosiodrama kedua selasai, anggota kelompok melakukan diskusi yang dibimbing oleh penulis mengenai apa yang telah dipraktikan dalam sosiodrama dan penonton memberi tanggapan mengenai jalannya proses sosidrama kedua serta pemeran sosiodrama yang diperankan oleh masing-masing pemain. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh penonton adalah pemain sudah mulai memerankan perannya dengan baik dan tanpa rasa malu dari salah satu pemain dibandingkan dari pertemuan pertama. Selanjutnya hasil dari diskusi kelompok dapat disimpulkan bahwa sangat bersikap bersikap toleransi dengan pemeluk agama lain, karena kita semua adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Dengan bersikap toleransi antarumat beragama dapat menciptakan lingkungan pergaulan yang rukun dan tentram.

c. Tahap Konfirmasi

Penulis memberikan umpan balik kepada anggota kelompok mengenai apa yang sudah dilakukan dan diperoleh dari pementasan sosiodrama serta memberikan refleksi berupa kesimpulan dan penguatan agar anggota kelompok lebih bersikap toleransi walaupun berbeda agama, suku dan kebiasaan karena dengan hidup beroleransi akan tercipta lingkungan saling menghargai dan menghormati antarpeluk agama.

d. Tahap Pengakhiran.

(17)

45 sosiodrama kedua. Kesan-kesan tersebut adalah menambah pengalaman, perasaan yang bangga karena bisa memerankan perannya dengan baik dan bisa memberi gambaran untuk hidup rukun tanpa membedakan agama. Selanjutnya penulis melakukan penilaian segera atau mengevaluasi kegiatan dengan membahas proses kegiatan dan evaluasi hasil kegiatan sosiodrama. Hasil dari penilaian segera ini secara keseluruhan baik, karena antusiasme, partisipasi dan penghayatan anggota kelompok dalam memainkan sosiodrama berjalan dengan lancar alur cerita dan tanpa rasa malu sehingga anggota kelompok dapat memperoleh gambaran untuk hidup lebih bertoleransi dengan pemeluk agama lain. Kemudian penulis dan anggota kelompok membahas pertemuan berikutnya yang disepakati serta ucapan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi anggota kelompok dalam mengikuti sosiodrama.

c. Treatment ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Januari 2013 di SMP

Negeri 7 Salatiga.

Penulis melakukan treatment ketiga sesuai dengan kesepakatan penulis dan kelompok eksperimen yaitu sepulang sekolah di ruang kelas IX A SMP Negeri 7 Salatiga pada pukul 15.00 WIB. Dalam melaksanakan layanan sosiorama, langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :

1. Tahap Pembentukan.

(18)

46 kegaiatan sosiodrama ketiga sesuai dengan kesepakatan yang telah diputuskan. Kemudian penulis melakukan permainan untuk mencairkan suasana agar anggota kelompok lebih rileks untuk melakukan kegiatan ini. Penulis melakukan apersepsi mengenai saling menghargai dan menghormati kelemahan dan kelebihan yang ada di dalam diri individu agar bisa membaur di lingkungan pergaulan serta membantu anggota kelompok dalam menyiapkan diri pada kegiatan selanjutnya.

2. Tahap Peralihan.

Penulis menjelaskan kembali kegiatan anggota kelompok dari tahap pembentukan sampai akhir dari pertemuan ketiga agar anggota kelompok lebih siap untuk mengikuti kegiatan selanjutnya yaitu melakukan sosiodrama dengan baik. Setelah semua anggota kelompok siap, penulis menentukan pemain yang akan memainkan peran sosiodrama dan penonton serta menjelaskan tugasnya masing-masing pada pertemuan sosiodrama ini. Tugas dari penonton atau anggota kelompok yang tidak memerankan sosiodrama adalah melakukan observasi selama pementasan sosiodrama yang dilakukan anggota kelompok dan memberi tanggapan mengenai proses sosiodrama, kesesuaian pemain dalam memerankan perannya dan alur cerita yang teelah dimainkan.

3. Tahap Kegiatan.

Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :

a. Tahap Eksplorasi.

(19)

47 serta alur cerita pada topik sosiodrama yang akan diperankan. Topik ketiga sosiodrama adalah “Pribadi yang Unik”, tujuan yang ingin dicapai adalah siswa

mampu mengikuti kegiatan kelompok sesuai dengan pilihannya.

Penulis, memberikan waktu kepada anggota kelompok untuk membaca, mempelajari, menghafalkan peran dan alur cerita agar anggota kelompok mampu mengeksplor perannya dengan baik sesuai dengan skenario dan alur cerita. Sebelum sosiodrama dipraktikan, penulis melakuan tanya jawab mengenai hal yang kurang dimengerti pemain dalam memahami peran serta alur cerita. Setelah anggota kelompok memahami isi dan perannya, maka penulis memberi kesempatan anggota kelompok untuk mempraktikan sosiodrama.

Pada sosiodrama ketiga yang berjudul “Pribadi yang Unik” dapat

(20)

48 Gambar 4.3 Sosiodrama ke-3

b. Tahap Elaborasi

(21)

49 c. Tahap Konfirmasi

Penulis memberikan umpan balik kepada anggota kelompok mengenai apa yang sudah dilakukan dan diperoleh dari pementasan sosiodrama serta memberikan refleksi berupa kesimpulan dan penguatan agar anggota kelompok dapat menghargai dan menghormati kelemahan serta kelebihan diri sendiri maupun temannya agar tidak ada kesalahpahaman dan menjadikan hidup indah.

d. Tahap Pengakhiran.

(22)

50 d. Treatment keempat dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Februari 2013 di

SMP Negeri 7 Salatiga.

Penulis melakukan treatment keempat sesuai dengan kesepakatan penulis dan kelompok eksperimen yaitu sepulang sekolah di ruang kelas IX A SMP Negeri 7 Salatiga pada pukul 14.00 WIB. Dalam melaksanakan layanan sosiorama, langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :

1. Tahap Pembentukan.

Sebelum memulai kegiatan sosiodrama pada pertemuan keempat yang dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Februari 2013, penulis melakukan penerimaan yang baik dan hangat dengan menanyakan kabar siswa-siswa serta berdoa untuk kelancaran sosiordama ini. Selanjutnya penulis dan anggota kelompok mengadakan kontrak waktu yang untuk melakukan kegaiatan sosiodrama keempat sesuai dengan kesepakatan yang telah diputuskan. Penulis melakukan permainan untuk melepas kepenatan pada anggota kelompok. Kemudian penulis melakukan apersepsi mengenai pentingnya rela berkorban di lingkungan pergaulan dan membantu anggota kelompok untuk lebih menyiapkan diri pada kegiatan selanjutnya.

2. Tahap Peralihan.

(23)

51 peran sosiodrama dan penonton serta menjelaskan tugas masing-masing sebagai pemain dan penonton pada pertemuan sosiodrama yang sesuai dengan skenario.

3. Tahap Kegiatan.

Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :

a. Tahap Eksplorasi.

Penulis mengajak anggota kelompok untuk dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan sosiodrama dengan cara membagikan dan menghafal skenario mengenai topik sosiodrama yang akan diperankan. Topik keempat sosiodrama adalah “Menunjukan Sikap Rela Berkorban”, tujuan yang ingin

dicapai adalah siswa mampu menerapkan sikap rela berkorban di lingkungan pergaulan.

Penulis, memberikan waktu kepada anggota kelompok untuk mempelajari, menghafalkan peran dan alur cerita agar pemain mampu mengeksplor perannya dengan baik sesuai dengan skenario dan alur cerita. Pemain dan penonton semakin antusias dan fokus menghafalkan serta stimulasi yang akan diperankan pada sosiodrama ini. Sebelum mempraktikan sosiodrama, penulis melakukan tanya jawab mengenai kesiapan dan pemahaman peran serta alur cerita kepada pemain. Setelah pemain memahami isi dan perannya, maka penulis memberi kesempatan anggota kelompok untuk mempraktikan sosiodrama.

Pada sosiodrama keempat yang berjudul “Menunjukan Sikap Rela

Berkorban” dapat dipentaskan anggota kelompok dengan baik sesuai dengan

(24)

52 kepada anggota kelompok agar sosiodrama berjalan sesuai dengan alur cerita dan sesuai dengan tugas kelompok masing-masing. Pemeran utama berhasil memainkan sosiodrama dengan baik yaitu selalu baik dan mau rela berkorban dengan semua orang walaupun ada salah satu temannya yang tidak peduli dengan kebaikan dan pengorbanan yang dia berikan. Dengan niat yang tulus dan kebaikannya maka bisa menyadarkan temannya yang kurang peduli menjadi lebih peduli dan minta maaf dengan pemain utama. Gambar di bawah ini adalah proses

sosiodrama keempat yang berjudul “MenunjukanSikap Rela Berkorban”.

Gambar 4.4 Sosiodrama ke-4

b. Tahap Elaborasi

(25)

53 sesuai tanpa ada rasa malu satu sama lainnya dalam memerankan sosiodrama. Selanjutnya hasil dari diskusi kelompok dapat disimpulkan bahwa sangat penting menerapkan sikap rela berkorban, cinta dan kasih di dalam kehidupan sehari-hari karena bisa saling berbagi satu sama lain untuk bisa membahagiakan orang-orang yang selalu dekat dengan kita. Selain itu dengan memberi kebaikan maka dapat menyadarkan sesorang yang kurang peduli menjadi lebih peduli dan sayang dengan kita.

c. Tahap Konfirmasi

Penulis memberikan umpan balik kepada anggota kelompok mengenai apa yang sudah dilakukan dan diperoleh dari pementasan sosiodrama serta memberikan refleksi berupa kesimpulan dan penguatan agar anggota kelompok dapat lebih mengembangkan sikap rela berkorban di lingkungan sosial yang dapat menciptakan cinta kasih dan tanpa ada pertengkaran dengan teman sebaya.

d. Tahap Pengakhiran.

(26)

54 membahas pertemuan berikutnya yang disepakati serta ucapan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi anggota kelompok dalam mengikuti sosiodrama.

e. Treatment kelima dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Februari 2013 di SMP Negeri 7 Salatiga.

Penulis melakukan treatment kelima sesuai dengan kesepakatan penulis dan kelompok eksperimen yaitu sepulang sekolah di taman SMP Negeri 7 Salatiga pada pukul 11.45 WIB. Dalam melaksanakan layanan sosiorama, langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :

1. Tahap Pembentukan.

Sebelum memulai kegiatan sosiodrama pada pertemuan kelima yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Februari 2013, penulis melakukan penerimaan yang baik dan hubungan penulis dengan anggota kelompok semakin akrab serta berdoa untuk kelancaran sosiordama ini. Selanjutnya penulis dan anggota kelompok mengadakan kontrak waktu yang untuk melakukan kegiatan sosiodrama kelima sesuai dengan kesepakatan. Sebelum memulai sosiodrama, penulis melakukan permainan agar anggota kelompok lebih semangat dalam kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian penulis melakukan apersepsi mengenai pentingnya saling membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama dan menyiapkan anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.

2. Tahap Peralihan.

(27)

55 antusias dalam mengikuti sosiodrama yang sesuai dengan alur kegiatan dan anggota kelompok siap untuk mengikuti sosiodrama. Setelah semua anggota kelompok siap, penulis menentukan pemain yang akan memainkan peran sosiodrama dan penonton serta menjelaskan tugas masing-masing baik dari pemain dan penonton.

3. Tahap Kegiatan.

Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :

a. Tahap Eksplorasi.

Penulis mengajak anggota kelompok untuk dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan sosiodrama dengan cara mempelajari dan menghafal skenario mengenai topik sosiodrama yang akan diperankan. Topik kelima sosiodrama adalah “Saling Membantu”, tujuan yang ingin dicapai adalah siswa mampu

memiliki kebersamaan dan gotong royong di dalam kelompok bermain.

Penulis, memberikan waktu kepada anggota kelompok untuk mempelajari, menghafalkan peran dan alur cerita agar anggota kelompok paham dengan peran yang akan dimainkan. Penulis melakukan tanya jawab kepada anggota kelompok mengenai tugas dan pemahaman isi topik pada skenario yang akan diperankan. Setelah semua anggota kelompok memahami isi sosiodrama, penulis memberi kesempatan untuk mempraktikan sosiodrama.

Pada sosiodrama kelima yang berjudul “Saling Membantu” dapat

(28)

56 kelompok agar sosiodrama berjalan sesuai dengan alur cerita dan sesuai dengan tugas kelompok masing-masing. Pemeran utama berhasil memainkan sosiodrama dengan penuh penghayatan yaitu awalnya dia tidak mau bekerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok dengan berbagai alasan. Teman-temannya berusaha memakluminya, tetapi lama-kelamaan pemeran utama absen terus dari kegiatan kelompok dan berbohong. Dia ternyata main di warnet dan dan ketahuan berbohong. Kemudian teman satu kelompok bersikap tegas yaitu ingin mengeluarkannya dari kelompok. Pemeran utama tidak mau dan mengakui kesalahannya serta mau berubah untuk lebih rajin lagi dalam mengerjakan tugas kelompok. Gambar di bawah ini adalah proses sosiodrama kelima yang berjudul “Saling Membantu”.

Gambar 4.5 Sosiodrama ke-5

b. Tahap Elaborasi

(29)

57 sosiodrama. Hasil pengamatan dan tanggapan yang dilakukan oleh penonton adalah pemain sudah bagus dan berakting dengan penuh ekspresi yang sesuai dengan perannya masing-masing serta alur cerita. Selanjutnya hasil dari diskusi kelompok dapat disimpulkan bahwa saling membantu dan tidak egois sangat penting di dalam mengerjakan tugas kelompok serta sikap berbohong itu tidak baik karena bisa menjadikan kita dijauhi oleh teman-teman. Jadi dalam sebuah kelompok perlu adanya saling melengkapi atau bertukar pikiran untuk membantu dan gotong-royang agar nilai atau hasil kerja kelompok dapat maksimal.

c. Tahap Konfirmasi

Penulis memberikan umpan balik kepada anggota kelompok mengenai apa yang sudah dilakukan dan diperoleh dari pementasan sosiodrama serta memberikan refleksi berupa kesimpulan dan penguatan agar anggota kelompok dapat hidup bergotong royong dan saling membantu untuk mencapai keberhasilan bersama-sama dalam suatu kegiatan kelompok karena hasil tugas kelompok ditentukan kelompok itu sendiri serta kerja sama yang baik.

d. Tahap Pengakhiran.

(30)

58 dapat memerankan sosiodrama dengan baik sesuai dengan perannya masing-masing, lebih bisa mengekplor ekspresinya dengan baik dan antusias. Kemudian penulis dan anggota kelompok membahas pertemuan berikutnya yang disepakati serta ucapan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi anggota kelompok dalam mengikuti sosiodrama.

f. Treatment keenam dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Februari 2013 di

SMP Negeri 7 Salatiga.

Penulis melakukan treatment keeman sesuai dengan kesepakatan penulis dan kelompok eksperimen yaitu sepulang sekolah di ruang kelas IX A SMP Negeri 7 Salatiga pada pukul 13.15 WIB. Dalam melaksanakan layanan sosiorama, langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :

1. Tahap Pembentukan.

(31)

59 2. Tahap Peralihan.

Penulis menjelaskan kembali kegiatan anggota kelompok dari tahap pembentukan sampai akhir dari pertemuan keenam agar anggota kelompok lebih siap dan paham dengan apa yang akan dilakukan untuk mengikuti sosiodrama dengan baik. Selanjutnya penulis menentukan pemain yang akan memainkan peran sosiodrama dan penonton serta menjelaskan tugas dari pemain dan penonton.

3. Tahap Kegiatan.

Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :

a. Tahap Eksplorasi.

Penulis mengajak anggota kelompok untuk aktif dalam kegiatan sosiodrama dengan mempelajari dan menghafal skenario mengenai topik sosiodrama yang akan diperankan. Topik keenam sosiodrama adalah “Pemaaf”,

tujuan yang ingin dicapai adalah siswa dapat menjunjung tinggi rasa persahabatan dengan teman sebaya.

(32)
[image:32.595.97.513.200.701.2]

60 Pada sosiodrama keenam yang berjudul “Pemaaf” dapat diperankan anggota kelompok dengan penuh antusias, bersungguh-sungguh dalam memerankan perannya sesuai dengan peran masing-masing. Tugas penulis adalah mengamati dan memberi arahan kepada anggota kelompok agar sosiodrama berjalan dengan lancar. Pemeran utama berhasil memainkan sosiodrama dengan baik yaitu bersikap kurang peduli dan tidak mau mendengar penjelasan dari temannya bahwa seseorang yang dia sayangi sudah mempunyai kekasih sehingga menjadikan hubungan pertemanannya kurang baik. Walaupun sikap pemeran utama tidak peduli dengan teman-temannya, tetapi teman-temannya berusaha baik dan selalu memberi perhatian serta nasihat dengannya. Pada akhirnya pemeran utama melihat sendiri sesorang yang dia sayangi berjalan dengan kekasihnya dan sadar akan sikapnya yang kurang baik yaitu tidak mau mendengan nasihat dan marah serta meminta maaf dengan temannya agar hubungan pertemanannya menjadi lebih baik lagi. Gambar di bawah ini adalah proses sosiodrama keenam yang berjudul “Pemaaf”.

(33)

61 b. Tahap Elaborasi

Setelah sosiodrama keenam diperankan, penonton dan anggota kelompok melakukan diskusi dan tanggapan mengenai apa yang telah diperankan. Hasil pengamatan dan tanggapan yang dilakukan oleh penonton adalah pemain bermain sosiodrama dengan baik dan sangat bersungguh-sungguh dalam memerankan tugasnya masing-masing serta dapat memecahkan masalah dengan minta maaf demi mempertahankan persahabatan yang sudah mereka jalin. Selanjutnya hasil dari diskusi kelompok dapat disimpulkan bahwa berusaha baik dengan saling menasihati, perhatian dan belajar memaafkan kasalahan dari orang lain itu lebih mulia dan baik untuk keutuhan kesetiakawanan atau persahabatan di dalam lingkungan pergaulan.

c. Tahap Konfirmasi

Pada tahap ini, penulis memberikan umpan balik dan refleksi kepada anggota kelompok mengenai apa yang sudah dilakukan dan diperoleh dari pementasan sosiodrama agar anggota kelompok bisa belajar untuk lebih peduli dengan persahabatan dan mau memaafkan kesalahan dari orang lain. Dengan memiliki sikap itu, maka hubungan persahabatan akan lebih baik dari sebelumnya.

d. Tahap Pengakhiran.

(34)

62 kegiatan dan evaluasi hasil kegiatan sosiodrama. Hasil dari penilaian segera adalah baik, karena anggota kelompok bisa memerankan perannya dengan antusias dan penuh ekspresi tanpa canggung, malu dan sesuai dengan alur cerita. Kemudian penulis dan anggota kelompok membahas pertemuan berikutnya dan penulis mengucapan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi anggota kelompok dalam mengikuti sosiodrama.

g. Treatment ketujuh dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Februari 2013 di SMP Negeri 7 Salatiga.

Penulis dan anggota kelompok melakukan treatment ketujuh yang dilakukan pada sepulang sekolah di ruang kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga pada pukul 11.00 WIB. Dalam melaksanakan layanan sosiorama, langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :

1. Tahap Pembentukan.

(35)

63 2. Tahap Peralihan.

Pada tahap ini, penulis menjelaskan kembali kegiatan yang akan dilakukan anggota kelompok pada pertemuan sosiodrama ketujuh agar anggota kelompok lebih siap dalam mengikuti kegiatan ini. Selanjutnya penulis menentukan pemain dan penonton serta menjelaskan tugas masing-masing agar anggota kelompok lebih paham dan siap untuk mengikuti kegiatan sesi berikutnya.

3. Tahap Kegiatan.

Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :

a. Tahap Eksplorasi.

Penulis mengajak anggota kelompok untuk aktif dalam kegiatan sosiodrama untuk mencari informasi mengenai isi sosiodrama yaitu dengan membaca dan menghafal skenario. Topik ketujuh sosiodrama adalah “Bertindak

dan berbicara sopan”, tujuan yang ingin dicapai adalah siswa dapat menjunjung

tinggi sikap sopan santun di dalam lingkungan pergaulan.

(36)

64 Pada sosiodrama ketujuh yang berjudul “Bertindak dan berbicara sopan”

[image:36.595.98.509.288.652.2]

dapat diperankan pemain kesungguhan, ekspresi yang lebih bagus dan sesuai dengan perannya masing-masing. Tugas penulis adalah mengamati dan memberi arahan kepada pemain agar sosiodrama tetap berjalan dengan lancar. Pemeran utama berhasil memainkan sosiodrama dengan baik yaitu sikap pemeran utama yang kurang sopan dan kasar dengan temannya menjadikannya dijauhi oleh teman-temannya. Pada suatu hari pemeran utama mendorong temannya sampai jatuh dan dia menangis tersedu-sedu. Pameran utama sangat menyesal dan minta maaf dengan temannya tersebut serta berjanji untuk lebih sopan dan tidak kasar terhadap teman-temannya. Akhirnya hubungan mereka menjadi lebih baik dan teman-teman yang lainnya ikut senang. Gambar di bawah ini adalah proses sosiodrama ketujuh yang berjudul “Bertindak dan berbicara sopan”.

(37)

65 b. Tahap Elaborasi

Setelah sosiodrama ketujuh diperankan, anggota kelompok melakukan diskusi yang berupa hasil pengamatan dan tanggapan mengenai apa yang telah diperankan dari penonton. Hasil pengamatan dan tanggapan yang dilakukan oleh penonton adalah pemain memainkan perannya dengan sangat baik karena seakan-akan hal itu terjadi dan lebih mampu mengekspresikan perasaan dan dirinya dengan baik melalui raut wajah serta akting yang baik. Selanjutnya hasil dari diskusi kelompok dapat disimpulkan bahwa sangat penting bertindak dan berbicara sopan di dalam lingkungan pergaulan karena bisa mempertahankan hubungan persahabatan dan tidak menyakit hati temannya dengan perkataan dan perbuatan yang kurang sopan.

c. Tahap Konfirmasi

Pada tahap ini, penulis memberikan umpan balik dan refleksi kepada anggota kelompok mengenai sosiodrama ketujuh agar anggota kelompok bisa menerapkan sikap yang sopan di lingkungan pergaulan serta tidak berbuat kasar dengan temannya sendiri. Dengan berbuat atau bersikap baik maka akan disenangi teman-temannya dan tidak menyakiti hati temannya sendiri.

d. Tahap Pengakhiran.

(38)

66 dari penilaian segera adalah baik, karena anggota kelompok sangat antusias dalam memerankan perannya dengan penuh penghayatan, lebih antusias dan lebih leluasa mengekspresikan perasaan serta wajah yang sesuai dengan apa yang mereka perankan. Kemudian penulis dan anggota kelompok membahas pertemuan berikutnya dan penulis mengucapan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi anggota kelompok dalam mengikuti sosiodrama.

h. Treatment kedelapan dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Maret 2013 di SMP Negeri 7 Salatiga.

Penulis dan anggota kelompok melakukan treatment kedelapan yang dilakukan pada sepulang sekolah di ruang kelas IX A SMP Negeri 7 Salatiga pada pukul 10.45 WIB. Dalam melaksanakan layanan sosiorama, langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :

1. Tahap Pembentukan.

(39)

67 2. Tahap Peralihan.

Pada tahap ini, penulis menjelaskan kembali kegiatan yang akan dilakukan anggota kelompok pada pertemuan sosiodrama kedelapan, menentukan pemain dan penonton serta menjelaskan tugas masing-masing agar anggota kelompok lebih siap dalam mengikuti kegiatan berikutnya.

3. Tahap Kegiatan.

Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :

a. Tahap Eksplorasi.

Penulis mengajak anggota kelompok untuk aktif mencari informasi mengenai isi sosiodrama yaitu dengan menghafal isi, peran dan alur cerita di dalam skenario kedelapan. Topik kedelapan sosiodrama adalah “Melestarikan lingkungan hidup”, tujuan yang ingin dicapai adalah siswa mampu menjaga

lingkungan yang bersih terhindar dari berbagai penyakit

Selanjutnya penulis, memberikan waktu kepada anggota kelompok untuk mencari mendalami isi topik pada skenario serta peran yang akan diperankan dan melakukan tanya jawab kepada anggota kelompok mengenai isi topik pada skenario dan peran serta alur cerita. Setelah pemain siap, maka penulis memberi kesempatan kepada pemain untuk mempraktikan sosiodrama.

Pada sosiodrama kedelapan yang berjudul “Melestarikan lingkungan hidup” dapat diperankan pemain dengan baik dan sesuai dengan perannya masing

(40)

68 utama berhasil memainkan sosiodrama dengan baik yaitu pada awalnya pemeran utama tidak mau menjaga kebersihan dengan baik dan selalu membuang sampat di sembarang tempat serta tidak mau mengerjakan piket bersama-sama. Teman-temannya sudah menasihati pemeran utama, tetapi dia marah-marah dan tidak didengarkannya. Akhirnya pemeran utama sakit karena digigit nyamuk demam berdarah dan menyesali perbuatannya yang kurang menjaga kelestarian serta tidak menjaga kebersihan dengan baik. Setelah masuk sekolah pemeran utama minta maaf kepada teman-temannya dan ingin lebih menjaga lingkungan dengan baik. Gambar di bawah ini adalah proses sosiodrama kedelapan yang berjudul “Melestarikan lingkungan hidup”.

Gambar 4.8 Sosiodrama ke-8

b. Tahap Elaborasi

[image:40.595.98.508.251.618.2]
(41)

69 adalah pemain dapat memainkan perannya dengan sangat baik dengan penuh antusias karena sudah terlatih cukup lamadan terbiasa melakukan sosiodrama sehingga mampu memberikan intonasi suara yang sesuai dengan keadaan emosi dan ekspresi wajah yang sesuai dengan peran serta alur cerita. Selain itu anggota kelompok sudah bisa mengerti apa yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Selanjutnya hasil dari diskusi kelompok dapat disimpulkan bahwa nasihat dari teman-teman untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan membiasakan hidup bersih dan membuang sampah pada tempatnya itu sangat penting karena bisa menghindarkan kita dari berbagai macam penyakit serta belajarpun menjadi tenang dan nyaman.

c. Tahap Konfirmasi

Penulis memberikan umpan balik dan refleksi kepada anggota kelompok mengenai sosiodrama kedelapan agar anggota kelompok bisa menerapkan hidup bersih di manapun mereka berada serta lebih mendengarkan nasihat teman-teman untuk lebih melestarikan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya yang bisa menghindarkan seseorang dari berbagai penyakit.

4. Tahap Pengakhiran.

(42)

70 perannya dengan penuh antusias, penghayatan, emosi dan ekpresi wajah yang sesuai dengan apa yang ada di skenario serta dapat memecahkan masalah dengan baik sesuai dengan alur cerita. Kemudian penulis dan anggota kelompok membahas pertemuan berikutnya untuk melakukan posttest dan penulis mengucapan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi anggota kelompok dalam mengikuti sosiodrama serta meminta maaf kepada anggota kelompok jika ada kesalahan.

4.4.4. Respon Siswa Selama Perlakuan Layanan Sosiodrama.

Proses layanan sosiodrama dari pertemaun pertama sampai kedelapan yang dilakukan setelah pulang sekolah dengan kesepakatan penulis dengan kelompok eksperimen. Selama proses layanan berlangsung respon kelompok eksperimen adalah mau menerima, mengikuti, mempraktikan sosiodrama dengan penuh antusias, berpartisipasi, perhatian, fokus, sungguh-sungguh dalam memerankan tugas yang sesuai dengan alur cerita, senang dan bisa menambah pengetahuan sehingga dapat memperlancar proses dan pelaksanaan sosiodrama.

(43)

71 kegiatan sosiodrama sesuai dengan tugas dan alur cerita sehingga proses layanan sosiodrama bisa berjalan dengan lancar.

4.4.5. Tes Akhir ( Posttest )

Tes akhir atau posttest dilakukan pada hari Kamis, 7 Maret 2013 di ruang kelas VIII G pada saat pulang sekolah kepada 14 siswa yang menjadi subjek penelitian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes akhir atau

posttes yang berupa skala sikap budi pekerti dengan jumlah item pertanyaan sebanyak 45 yang harus diisi oleh subjek penelitian. Selanjutnya penulis mengola data dan menganalisis hasil skala sikap budi pekerti yang diisi kelompok ekperimen dan kelompok kontrol yang menggunakan teknik analisis Mann Whitney dengan bantuan SPSS For Window’s 16 Relase.

4.5. Analisis Data.

(44)

72 Tabel 4.6. Perubahan Skor Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan

Sesudah Diberi Layanan Sosiodrama.

No. Nama Aspek Skor Total Kategori

sesudah diberikan layanan Akhlak terhadap Tuhan Sesama Manusia Peduli Lingkungan

Pre Pos Pre Pos Pre Pos Pre Pos

1. F 34 47 31 69 27 23 92 139 Baik 2. S 40 56 25 78 24 31 106 165 Sangat Baik 3. P 36 38 50 52 20 13 89 103 Cukup 4. Sv 36 57 30 74 21 23 87 154 Sangat Baik 5. T 34 48 42 67 22 20 98 135 Baik 6. Sr 30 49 45 76 29 21 104 146 Sangat Baik 7. H 38 44 40 63 31 26 109 133 Baik Total 248 339 263 479 174 157

[image:44.595.98.538.123.721.2]

Berdasar hasil tabel 4.6. Perubahan Skor Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Sesudah Diberi Layanan Sosiodrama yaitu terjadi peningkatan skor budi pekerti yaitu aspek Tuhan dan sesama manusia pada kelompok eksperimen setelah dilakukan posttest. Namun ada skor posttest terjadi penururun skor yang terdapat pada aspek lingkungan dengan skor 157. Berikut ini tabel 4.7. merupakan perbandingan hasil posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol :

Tabel. 4.7. Perbandingan Hasil Posttest Pada Kelompok Eksperimen Dan Kontrol

No Nama Aspek Skor Total Kategori

Akhlak terhadap Tuhan Sesama Manusia Peduli Lingkungan

Ek Ko Ek Ko Ek Ko Ek Ko Ek Ko Ek Ko 1 F Kh 47 22 69 31 23 15 139 68 3 1 2 S Ad 56 53 78 56 31 21 165 130 4 3 3. P D 38 28 52 39 13 12 103 88 2 2 4. Sv Dk 57 36 74 43 23 26 154 105 4 2 5. T M 48 43 67 43 20 24 135 110 3 2 6. Sr R 49 34 76 50 21 12 146 96 4 2 7. H T 44 41 63 59 26 19 133 119 3 3 Ket : Ek = Eksperimen, Ko= Kontrol,

(45)
[image:45.595.97.510.216.679.2]

73 Berdasar tabel. 4.7. terdapat perbandingan hasil posttest budi pekerti pada kelompok eksperimen yaitu terdapat 3 siswa dengan kategori yang sangat baik, 3 siswa dengan kategori baik dan 1 siswa dengan kategori yang cukup. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan posttest budi pekerti yaitu terdapat 2 siswa dengan kategori baik, 4 siswa dengan kategori cukup dan 1 siswa dengan kategori kurang. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan kategori budi pekerti pada kelompok eksperimen. Selanjunya penulis melakukan posttest kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai berikut:

Tabel 4.8. Uji Mann Whitney Posttest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol

Mann-Whitney Test

Ranks

KELOMPOK N Mean Rank Sum of Ranks

Postes Eksperimen 7 10.00 70.00

Kontrol 7 5.00 35.00

Total 14

Test Statisticsb

Postes

Mann-Whitney U 7.000

Wilcoxon W 35.000

Z -2.353

Asymp. Sig. (2-tailed) .019

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .026a

a. Not corrected for ties.

(46)

74 Dari hasil tabel 4.8 menunjukan bahwa posttest kelompok eksperimen dan kontrol dengan menggunakan Mann Whitney menghasilkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,019<0,050 dengan mean rank posttest pada kelompok eksperimen adalah 10,00 sedangkan mean rank posttest pada kelompok kontrol adalah 5,00 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya perbandingan pretest dan posttest

[image:46.595.98.505.213.666.2]

pada kelompok eksperimen sebagai berikut :

Tabel 4.9. Perbandingan antara Pretest dan Posttest padaKelompok Eksperimen

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

NBP Pre Eksperimen 7 4.50 31.50

Post Eksperimen 7 10.50 73.50

Total 14

Test Statisticsb

NBP

Mann-Whitney U 3.500

Wilcoxon W 31.500

Z -3.004

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Dari hasil tabel 4.9 menunjukan bahwa perbandingan antara hasil pretest

(47)

75 nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,003<0,050 yang artinya signifikan dan untuk mean rank pada kelompok pre eksperimen adalah 4,50 sedangkan mean rank pada kelompok post eksperimen adalah 10,50 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan dan peningkatan antara sebesar 6,00.

4.6. Uji Hipotesis.

Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah tehnik sosiodrama secara signifikan dapat meningkatkan budi pekerti siswa kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga. Berdasarkan hasil analisis menggunakan teknik Mann Whitney bahwa hasil posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memperoleh hasil Asymp. Sig. (2-tailed) 0,019<0,050. Selanjutnya hasil posttest

pada mean rank kelompok eksperimen dan kontrol yaitu 10,00>5,00 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang penulis diajukan diterima.

4.7. Pembahasan

Dari hasil uji hipotesis bahwa tehnik sosiodrama secara signifikan dapat meningkatkan budi pekerti siswa kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga dengan hasil posttest kelompok eksperimen dan kontrol sebesar Asymp. Sig. (2-tailed)

(48)

76 kontrol, dan kelompok eksperimen mendapatkan treatment berupa sosiodrama sedangkan pada kelompok kontrol tidak mendapatkan treatment sosiodrama.

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan kepada kelompok eksperimen selama proses layanan sosiodrama berlangsung adalah kelompok eksperimen bisa menerima dan mempraktikan sosiodrama dengan baik, penuh antusias, perhatian, mau merespon dengan baik, mau berpartisipasi dalam kegiatan sosiodrama, sungguh-sungguh dalam memerankan peran sesuai dengan ekspresi wajah, alur cerita dan tugas masing-masing sehingga proses sosiodrama berjalan dengan lancar.

Menurut Bennett (dalam Romlah 2001) sosiodrama adalah permainan peran yang dapat digunakan untuk memecahkan permasahan sosioal yang terjadi dalam hubungan antar manusia. Layanan sosiodrama yang penulis berikan kepada kelompok eksperimen dapat meningkatkan budi pekerti siswa kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga dengan kesesuaian tema dan aspek-aspek budi pekerti yaitu akhlak terhadap Tuhan, sesama manusia dan peduli lingkungan.

(49)

77 Pemberian layanan sosiodrama dilakukan sepulang sekolah, tetapi kelompok eksperimen melakukannya dengan antusias, respon dan berpartisipasi dengan baik. Kelompok eksperimen terdiri dari 7 siswa dari kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga yang memiliki kategori budi pekerti yang cukup dan kurang.

Dari hasil layanan sosiodrama pada posttest, ketujuh siswa atau kelompok eksperimen dapat meningkatkan budi pekerti dari dua aspek yaitu terhadap akhlak terhadap Tuhan dan sesama manusia. Hasil skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dari aspek akhlak terhadap Tuhan dari 248 menjadi 339 dan aspek sesama manusia dari 263 menjadi 479. Namun terdapat kelemahan dalam penelitian ini yaitu pada aspek peduli lingkungan terjadi penurun skor dari hasil pretest dibandingkan posttest yaitu dari 174 menjadi 157.

Gambar

Tabel 4.1. Deskripsi Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Berdasarkan
Tabel 4.2. Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan
Tabel 4.3 Skor Pretest Budi Pekerti pada Kelompok Eksperimen dan
Tabel 4.4. Uji Homogen dari Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

(mendengarkan dengan perngertian dan empati), Thinking Flexiblyv (berpikir fleksibel), Thinking about Thinking (Metacognition) (berpikir tentang apa yang dipikirkan), Striving

menjaring sikap peduli lingkungan siswa dilakukan dengan memberikan skala sikap peduli lingkungan siswa. Setelah melakukan pretest kedua kelompok subjek mendapatkan

Surat kuasa (asli) untuk mengikuti klarifikasi dan negosiasi bagi kuasa direktur yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya

UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) TAHUN ANGGARAN 2012 KELOMPOK KERJA (POKJA) II PENGADAAN BARANG.. Kompleks Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah

Mekanisme secara kimia diawali dahulu dengan mekanise fisika, yaitu pada partikel- partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorban melalui gaya Van der waals atau

[4] Bode Haryanto and Chien-Hsiang Chang, “Removing Adsorbed Heavy Metal Ions from Sand Surfaces via Appying Interfacial Properties of Rhamnolipid”, Journal of Oleo

Sumatera Barat yang menyangkut kepegawaian sesuai kewenangan tugas dan fungsi Badan.. Kepegawaian Daerah Provinsi

Tujuan mengalokasikan total biaya bersama adalah untuk membantu pihak manajemen dalam mengetahui harga pokok produk yang sebenarnya dan laba perusahaan dari setiap produk yang