• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKOWISATA CAGAR BUDAYA GUNUNG KAWI DI SEBATU, KABUPATEN GIANYAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKOWISATA CAGAR BUDAYA GUNUNG KAWI DI SEBATU, KABUPATEN GIANYAR."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Periode Februari 2016

EKOWISATA CAGAR BUDAYA GUNUNG KAWI DI

SEBATU, KABUPATEN GIANYAR

Oleh :

I GEDE WIRAWAN

1204205083

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR (REGULER)

(2)

LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Periode Februari 2016

EKOWISATA CAGAR BUDAYA GUNUNG KAWI DI

SEBATU, KABUPATEN GIANYAR

Oleh :

I GEDE WIRAWAN

1204205083

Dosen Pembimbing:

Ir. Ciptadi Trimarianto, Ph.D. I.Gusti Agung Bagus Suryada, ST., MT.

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR (REGULER)

(3)

TUGAS AKHIR

PENATAAN KAWASAN DAYA TARIK

WISATA CEKING TEGALLALANG,

GIANYAR

I WAYAN MULIANA

(4)
(5)
(6)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR

Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali

(0361) 703384, 703320 Fax : 703384

www.ar.unud.ac.id

PERNYATAAN

Judul Tugas Akhir : Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi di Sebatu, Kabupaten Gianyar

Nama : I Gede Wirawan

NIM : 1204205083

Program Studi : Arsitektur

Periode : Pebruari 2016

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak terdapat karya pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang

pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan di dalam daftar pustaka.

Denpasar, 29 Juni 2016

I Gede Wirawan

(7)

Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu, Gianyar the DTW ancient sector in Gianyar district. This tourism object is getting a lot of promising development each year, because of the increase of the number of the visitors by 2% each year. But, the problem that happened in this tourism object is the arrangement of the supportive facilities in the area that didn’t pay attention to the enviromental conditions. Also, a lot of facilities built in the area are incompatible with the radius of the sancity of the temple and the radius of the cultural heritage area. With such potential and problems within the area, rearrangement and development of Gunung Kawi temple in Sebatu is nessecary, so this tourism object can become one of the eco friendly and culture based tourism object.

Keyword: Structuring and development, cultural heritage, village.

ABSTRAK

Perkembangan pariwisata di Bali dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik itu untuk pariwisata alam dan juga pariwisata cagar budaya. Khusus untuk pariwisata cagar budaya salah satu contohnya adalah obyek wisata Gunung Kawi di Sebatu Kabupaten Gianyar yang masuk kedalam kawasan DTW purbakala Kabupaten Gianyar. Obyek wisata ini setiap tahunnya mengalami perkembangan yang cukup menjanjikan hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah wisatawan yang mencapai 2% setiap tahunnya. Namun yang menjadi permasalahan pada obyek wisata ini adalah penataan fasilitas penunjang yang belum memperthatikn kondisi lingkungan sekitar dan selain itu juga banyak fasilitas yang didirikan tidak sesuai dengan radius kesucian pura maupun radius kawasan cagar budaya. Dengan potensi dan permasalahan tersebut maka perlu dilakukannya sebuah penataan dan pengembangan pada kawasan obyek wisata Gunung Kawi di Sebatu supaya nantinya kawasan ini dapat menjadi salah satu kawasan wisata yang ramah lingkungan dan juga berbasis budaya.

(8)

Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu, Gianyar

terselesaikan tepat waktu. Laporan ini sendiri disusun untuk memenuhi

persyaratan Mata Kuliah Seminar Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur, Fakultas

Teknik, Universitas Udayana.

Didalam penyusunan laporan, saya selaku penyusun mendapatkan banyak

bantuan dari teman-teman, media elektronik, dan tentunya dari para dosen

pembimbing dalam mata kuliah ini. Oleh sebab itu saya tidak lupa mengucapkan

banyak-banyak terima kasih atas bantuan dan dukungannya karena tanpa bantuan

dari semua pihak ini mungkin laporan Seminar Tugas Akhir ini tidak dapat saya

selesaikan dengan lancar. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya selaku

penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ngakan Putu Suardana, MT., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas Udayana

2. Ibu Dr. Ir. Anak Agung Ayu Oka Saraswati, MT. selaku Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

3. Bapak Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP., selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah Seminar Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Universitas Udayana yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan,

bimbingan dan saran dalam menyusun dan menyelesaikan laporan ini

4. Bapak Ir. Ciptadi Trimarianto, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I Mata Seminar Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Udayana yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan, bimbingan

dan saran dalam menyusun dan menyelesaikan laporan ini

5. Bapak I.G.A.B. Suryada, ST., MT., selaku Dosen Pembimbing II Mata Seminar Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Udayana yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan, bimbingan

(9)

Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | v

6. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah

membantu proses penyelesaian laporan Seminar Tugas Akhir ini.

Akhir kata saya ucapkan banyak banyak terima kasih, dan besar harapan

saya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun

pada khususnya, saya juga menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih

jauh dari kata sempurna dan untuk itu saya selaku penyusun mengharapkan

adanya bimbingan, kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini agar

kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata sekali lagi saya ucapkan

terima kasih banyak dan minta maaf sebesar-besarnya apabila ada tulisan saya

yang salah, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Denpasar, Juni 2016

Penyusun

(10)

Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu, Gianyar

2.1.1 Pengertian Penataan Kawasan ... 6

2.1.2 Jenis-Jenis Penataan Kawasan ... 7

2.1.3 Prinsip dan Skenario dalam Penataan Kawasan ... 8

2.2 Ekowisata ... 9

2.2.1 Pengertian Ekowisata ... 9

2.2.2 Penerapan Konsep Ekowisata ... 11

2.2.3 Perencanaan Wilayah Ekowisata ... 16

2.3 Tinjauan Mengenai Langgam Arsitektur ... 20

2.3.1 Arsitektur dan Lingkungan atau Ekologis ... 20

2.3.2 Arsitektur dan Budaya ... 20

2.4 Arahan Regulasi Terkait ... 21

2.5 Tinjauan Objek Sejenis ... 25

2.5.1 Kawasan Cagar Budaya dan Wisata Religius Pura Tirta Empul .... 25

(11)

Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | vii

2.5.3 Kawasan Obyek Wisata Gunung Kawi Tampak Siring ... 55

BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN OBYEK WISATA CAGAR BUDAYA GUNUNG KAWI SEBATU 3.1 Tinjaun Umum Obyek Wisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu ... 41

3.2 Kondisi ... 42

3.2.1 Karakteristik Lingkungan ... 42

3.2.2 Fungsional ... 46

3.2.3 Kondisi Visual ... 49

3.3 Potensi dan Permasalahan ... 53

3.3.1 Potensi ... 53

3.3.2 Permasalahan ... 55

3.4 Kesimpulan ... 58

3.5 Spesifikasi Khusus Perencanaan Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu ... 59

3.5.1 Tujuan Proyek ... 59

3.6 Lingkup Penataan Kawasan ... 59

3.6.1 Klasifikasi Perencanaan Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu ... 61

3.6.2 Pengelolaan Kawasan ... 20

3.6.3 Fasilitas yang Disediakan ... 21

BAB IV TEMA DAN PROGRAM PENATAAN

4.2.1 Kebutuhan Berdasarkan Fungsi dan Kegiatan ... 67

4.2.2 Kebutuhan Berdasarkan Elemen Fisik Kawasan ... 77

4.3 Program Penataan dan Pengembangan ... 79

4.3.1 Program Penataan dan Pengembangan Fasilitas ... 79

(12)

Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | viii

4.3.3 Program Penataan dan Pengembangan Elemen Fisik Kawasan ... 94

4.4 Skenario Penataan dan Pengembangan ... 101

4.5 Strategi Penataan dan Pengembangan ... 102

4.6 Sirkulasi Ruang ... 105

4.6.1 Sirkulasi Ruang Makro ... 105

4.6.2 Sirkulasi Ruang Mikro ... 105

4.7 Organisasi Ruang ... 106

BAB V KONSEP PENATAAN EKOWISATA CAGAR BUDAYA GUNUNG KAWI SEBATU, GIANYAR 5.1 Konsep Penataan Fungsional ... 108

5.1.1 Konsep Penggunaan Lahan ... 108

5.1.2 Konsep Sirkulasi dan Parkir ... 114

5.1.3 Konsep Jalur Pedestrian ... 119

5.3 Konsep Penataan Sarana Penunjang Wisata ... 128

5.3.1 Konsep Areal Komersial ... 128

5.3.2 Konsep Wisata Yoga, Stage Pertunjukan dan Pemandian ... 129

5.3.3 Konsep Pengelola ... 132

5.4 Konsep Sistem Utilitas ... 132

5.4.1 Konsep Drainase ... 133

5.4.2 Konsep Jaringan Listrik ... 133

5.4.3 Konsep Air Bersih dan Air Kotor ... 135

5.4.4 Konsep Pemadam Kebakaran ... 136

5.4.5 Konsep Sistem Sampah : ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 139

(13)

Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu, Gianyar

Gambar 2.5 : Warung Disekitar Obyek Wisata Gunung Kawi Sebatu ... 8

Gambar 2.6 : Perbedaan Level dari Jalan dengan Obyek Wisata Gunung Kawi Sebatu ... 9

Gambar 2.7 : Kondisi Geologi pada Obyek Wisata Gunung Kawi Sebatu ... 10

Gambar 2.8 : Akses Menuju Gunung Kawi Sebatu ... 10

Gambar 2.9 : Papan Penunjuk Arah Akses Menuju Gunung Kawi Sebatu ... 11

Gambar 2.10 : Eksisting Obyek Wisata Guung Kawi Sebatu ... 11

Gambar 2.11 : Tata Guna Lahan pada Gunung Kawi Sebatu ... 12

Gambar 2.12 : Bangunan Permanen pada Obyek Wisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu ... 12

Gambar 2.13 : Ruang Terbuka pada Obyek Wisata Gunung Kawi Sebatu ... 13

Gambar 2.14 : Parkir dan Sirkulasi pada Obyek Wisata Gunung Kawi Sebatu 13

Gambar 2.15 : Jalur Pedestrian pada Obyek Wisata Gunung Kawi Sebatu ... 14

Gambar 2.16 : Penunjang Pariwisata pada Obyek Wisata Gunung Kawi Sebatu ... 14

Gambar 2.17 : Konservasi Kawasan Wisata Gunung Kawi Sebatu ... 15

Gambar 2.18 : Jaringan PLN di Kawasan Obyek Wisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu ... 15

Gambar 2.19 : Eksisting Obyek Wisata Gunung Kawi Sebatu ... 16

Gambar 2.20 : Lahan Kosong pada Obyek Wisata Gunung Kawi Sebatu ... 17

Gambar 2.21 : Penggunaan Lahan yang Belum Teratur pada Obyek Wisata Gunung Kawi Sebatu ... 18

(14)

Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | x

Gambar 2.23 : Penataan Bangunan yang Belum Teratur di Kawasan Gunung Kawi Sebatu ... 19

Gambar 2.24 : Sirkulasi dan Parkir yang Ada pada Obyek Wisata Gunung kawi Sebatu ... 19

Gambar 2.25 : Kondisi Parkir yang Belum Teratur ... 20

Gambar 2.26 : Jalur Pedestrian yang Dapat Diperlebar ... 20

Gambar 2.27 : Jalur Pedestrian yang Penggunaannya Belum Tepat Sasaran .... 21

Gambar 2.28 : Areal yang Bisa Dikembangkan untuk Fasilitas Penunjang Pariwisata ... 21

Gambar 2.29 : Penunjang Pariwisatayang Masih Minim di Gunung Kawi ... 22

Gambar 2.30 : Wilayah yang Masih Dapat Dikembangkan untuk Fasilitas Penunjang ... 23

Gambar 2.31 : Parkir Memerlukan Pengembangan untuk Kenyamanan Pengunjung ... 23

Gambar 2.32: Jalur Pedestrian Memerlukan Pengembangan ... 24

BAB III Gambar 3.1 : Hubungan antara Sustainable tourism dan ekowisata ... 30

Gambar 3.2 : Konsep Ekowisata dengan output yang memperhatikan kepentingan alam ... 35

Gambar 3.3 : Pilihan Perencanaan Wilayah Ekowisata (Weaver, 2002) ... 40

Gambar 3.4 : Siklus Perencanaan Manajemen Ekowisata ... 41

Gambar 3.5: Areal Pemandian Suci pada Kawasan Pura Tirta Empul ... 50

Gambar 3.6: Istana Kepresidenan di Tampak Siring ... 51

Gambar 3.7: Art Market Kawasan Pura Tirta Empul ... 51

Gambar 3.8: Fasilitas Restaurant dan Loket Tiket pada Objek Wisata Pura Tirta Empul ... 52

Gambar 3.9: Fasilitas Parkir dan Pasar Seni ... 52

Gambar 3.10: Penanda sebagai Arah n dan Pembatas antara Areal Suci dan Wisata ... 53

(15)

Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | xi

Gambar 3.12: Taman pada Pura Taman Ayun ... 55

Gambar 3.13: Diorama pada Pura Taman Ayun ... 55

Gambar 3.14: Fasilitas Kantin dan Parkir ... 56

Gambar 3.15: Fasilitas Loket Tiket dan Toilet ... 57

Gambar 3.16: Kondisi Taman dan Ramps untuk Difable ... 57

Gambar 3.17: Fasilitas Tong Sampah dan Pedestrian ... 57

Gambar 3.18: Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring ... 59

Gambar 3.19: Areal Persawahan pada Gunung Kawi Tampak Siring ... 59

Gambar 3.20: Areal Pasar Seni pada Gunung Kawi Tampak Siring ... 60

Gambar 3.21: Fasilitas Parkir dan Restaurant ... 60

Gambar 3.22: Fasilitas Toilet dan Pasar Seni ... 61

Gambar 3.23: Fasilitas Tong Sampah dan Kondisi Kawasan Candi Tebing ... 61

Gambar 3.24: Jalur Pedestrian dan Penanda ... 61

Gambar 4.4 : Skema Kegiatan Pariwisata ... 74

Gambar 4.5 : Skema Kegiatan Pengelola ... 75

Gambar 4.6 : Skema Kegiatan Masyarakat Setempat ... 76

Gambar 4.7 : Skema Kegiatan Penjual Makanan ... 77

Gambar 4.8 : Skema Kegiatan Penjual Souvenir ... 77

Gambar 4.9 : Skema Kegiatan Penjual Sarana Persembahyangan ... 78

Gambar 4.10 : Skema Kegiatan Peristirahatan Pemangku... 78

Gambar 4.11 : Pembagian Kawasan Obyek Wisata Gunung Kawi Sebatu ... 97

Gambar 4.12 : Zona Konservasi ... 101

Gambar 4.13 : Strategi Penataan dan Pengembangan Kawasan ... 105

Gambar 4.14 : Sirkulasi Ruang Makro ... 106

(16)

Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | xii

Gambar 4.16 : Organisasi Ruang ... 107

BAB V Gambar 5.1 : Skema Konsep Penggunaan Lahan Makro ... 110

Gambar 5.2 : Konsep Penggunaan Lahan Makro ... 111

Gambar 5.3 : Konsep Segmen I ... 113

Gambar 5.4 : Konsep Segmen II ... 114

Gambar 5.5 : Konsep Segmen III ... 115

Gambar 5.6 : Konsep Sirkulasi pada Segmen I ... 116

Gambar 5.7 : Konsep Sirkulasi pada Segmen II ... 117

Gambar 5.8 : Konsep Sirkulasi Kendaraan pada Segmen III ... 117

Gambar 5.9 : Konsep Sirkulasi Manusia pada Segmen III ... 118

Gambar 5.10 : Konsep Parkir Wisatawan ... 119

Gambar 5.11 : Ilustrasi Konsep Parkir Wisatawan ... 119

Gambar 5.12 : Konsep Parkir Wisatawan ... 120

Gambar 5.13 : Ilustrasi Konsep Parkir Wisatawan ... 120

Gambar 5.14 : Konsep Jalur Pedestrian ... 121

Gambar 5.15 : Ilustrasi Konsep Jalur Pedestrian pada Trotoar dan Tangga ... 122

Gambar 5.16 : Pohon Peneduh ... 123

Gambar 5.17 : Tanaman Hias ... 123

Gambar 5.18 : Ilustrasi Konsep Ruang Terbuka Hijau ... 124

Gambar 5.19 : Ilustrasi Konsep Konservasi ... 125

Gambar 5.20 : Konsep Tata Bangunan ... 126

Gambar 5.21 : Upper Struktur ... 126

Gambar 5.22 : Sub Struktur ... 126

Gambar 5.23 : Konsep Petanda Obyek Wisata ... 127

Gambar 5.24 : Konsep Petanda Fungsi Komersial ... 127

Gambar 5.25 : Ilustrasi Konsep Perabot Jalan ... 128

Gambar 5.26 : Konsep Areal Komersial ... 130

Gambar 5.27 : Ilustrasi Konsep Areal Komersial berupa Restaurant ... 130

(17)

Ekowisata Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | xiii

Gambar 5.30 : Ilustrasi Konsep Stage Pertunjukan ... 132

Gambar 5.31 : Konsep Pengelolaan ... 133

Gambar 5.32 : Konsep Utilitas Drainase ... 134

Gambar 5.33 : Konsep Jaringan Listrik ... 135

Gambar 5.34 : Ilustrasi Konsep Jaringan Listrik ... 136

Gambar 5.35 :Skema Pedistribusian Air Bersih, Air Kotor dan Air Bekas ... 137

Gambar 5.36 : Pedistribusian Air Bersih, Air Kotor dan Air Bekas ... 137

Gambar 5.37 : Penyediaan Sarana Pemadam Kebakaran ... 138

Gambar 5.38 : Konsep Sistem Sampah ... 139

Gambar 5.40 : Skema Penyaluran Sampah ... 140

DAFTAR TABEL BAB III Tabel 3.1 : Kategori Pengelolaan Kawasan Konservasi IUCN ... 34

BAB IV Tabel 4.1 Kebutuhan Fasilitas Berdasarkan Kegiatan Keagamaan ... 79

Tabel 4.2 Kebutuhan Fasilitas Berdasarkan Kegiatan Pariwisata ... 79

Tabel 4.3 Kebutuhan Fasilitas ... 80

Tabel 4.4 Data Kunjungan Wisatawan Obyek Wisata Gunung Kawi Sebatu .... 84

Tabel 4.5 Standar Luasan Ruang (Neufert, 1996) ... 85

Tabel 4.6 Jumlah Kendaraan/Hari ... 88

Tabel 4.7 Perhitungan Luasan Ruangan ... 89

(18)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dari pembuatan

laporan ini beserta rumusan masalah, tujuan, manfaat dan metode penulisan serta

penelitian dimana nantinya hal ini sangat bermanfaat didalam penyusunan laporan

ini.

1.1 Latar Belakang

Perkembangan pariwisata di Bali saat ini mengalami perkembangan yang

cukup pesat tiap tahunnya. BPS Provinsi Bali mencatat data kunjungan wisatawan

yang datang ke Bali setiap tahunnya mengalami peningkatan hampir 12%, dimana

hal ini didasari pada data kunjungan wisatawan pada tahun 2012 yang mencapai

2.892.019 dan pada 2015 kunjungan wisatawan setiap tahunnya sudah mencapai

3.360.074 wisatawan. Dan salah satu sektor pariwisata yang menjadi daya tarik

wisatawan berkunjung ke Bali adalah pariwisata alam dan cagar budaya yang

banyak ada di Bali, seperti obyek wisata cagar budaya Pura Gunung Kawi yang

ada di desa Sebatu, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Dimana, obyek

wisata ini banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun nusantara.

Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar tahun 2015 mencatat data kunjungan

(19)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 2

2015 (Oktober) mencapai angka kunjungan sebanyak 162.391 orang, dan setiap

tahunnya mengalami peningkatan jumlah wisatawan sebanyak 2%.

Obyek wisata Gunung Kawi Sebatu banyak dikunjungi oleh wisatawan

dikarenakan obyek wisata ini memiliki potensi yang cukup besar, seperti

pemandangan yang dihadirkan pada obyek wisata ini yang indah dan masih sangat

asri, terdapatnya sumber air sakral atau suci, dan juga disekitar kawasan ini

banyak dikelilingi oleh kegiatan seni, seperti seni kriya, lukis, maupun seni tari

dan musik. Pada obyek wisata Gunung Kawi Sebatu ini juga sudah disediakan

beberapa fasilitas yang dapat menunjang segala kegiatan yang ada di obyek wisata

ini, seperti tersedianya falitas komersial, fasilitas pengelola, dan fasilitas

penunjang lainnya, seperti toilet, penyewaan selendang dan tempat informasi.

Namun, selain potensi yang dimiki oleh obyek wisata ini, terdapat pula

beberapa permasalahan yang yang terdapat pada obyek wisata Gunung Kawi

Sebatu, dimana permasalahan ini cukup bersifat kompleks, seperti penataan

kawasan penunjang pariwisata yang masih belum tertata dengan baik dan juga

ramah lingkungan, serta beberapa fasilitas-fasilitas yang disediakan pada

peletakkannya tidak sesuai dengan ketentuan dari radius kesucian pura dan cagar

budaya. Selain itu sirkulasi menuju kawasan obyek wisata dari areal parkir juga

dilewati oleh jalan utama sehingga dari segi keamanan dan kenyamanan tidak

begitu baik. Dan fasilitas-fasilitas seperti parkir, fasilitas komersial, dan fasilitas

penunjang lainnya juga tidak sesuai dengan standar-standar yang berlaku serta

tidak mencerminkan tampilan dari bangunan arsitektur Bali dan beberapa fasilitas

lainnya yang dapat menunjang kegiatan pariwisata dan spiritual ditempat ini juga

belum tersedia, sehingga kunjungan wisatawan di tempat ini tidak seramai dengan

obyek wisata cagar budaya yang lainnya.

Dari kondisi yang terjadi ini perlu dilakukan sebuah penataan dan

pengembangan pada obyek wisata cagar budaya Gunung Kawi Sebatu dengan

menerapkan penataan yang berwawasan lingkungan, misalnya seperti ekowisata,

dimana hal ini dapat mensinergikan antara lingkungan dengan pariwisata.

Ekowisata atau pariwisata alam adalah sebuah perjalanan ke suatu tempat yang

(20)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 3

mengagumi, menikmati pemandangan alam, tumbuhan dan binatang liar, serta

perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut (Adisasmita,

2010:129).

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pelu dilakukannya sebuah

penataan dan pengembangan dengan tujuan konservasi pada objek wisata cagar

budaya Gunung Kawi Sebatu dengan pendekatan eko wisata dimana obyek wisata

ini sendiri masuk didalam RTRW kabupaten Gianyar sebagai kawasan DTW

purbakala. Penataan dan pengembangan dengan pendekatan eko wisata

dimaksudkan untuk menyediakan sarana dan prasarana penunjang pariwisata yang

tetap ramah lingkungan demi tetap menjaga konservasi alam dan lingkungan, baik

itu cagar budaya maupun cagar alam. Penataan dengan pendekatan eko wisata ini

nantinya akan menciptakan sebuah masterplan, dimana didalamnya membutuhkan

konsep rancangan bangunan, landscape dan juga konsep perancangan fasilitas

penunjang serta memberi tampilan dari bangunan yang tetap mampu

mempertahankan kearifan lokal Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan perkembangan dari pariwisata yang terjadi di Bali saat ini,

potensi pariwisata pada obyek wisata cagar budaya Gunung Kawi Sebatu didapat

rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana karakteristik yang dimiliki oleh obyek wisata caga budaya

Gunung Kawi Sebatu, Kabupaten Gianyar ?

1.2.2 Apa saja potensi dan permasalahan yang dimiliki oleh obyek wisata caga

budaya Gunung Kawi Sebatu, Kabupaten Gianyar ?

1.2.3 Bagaimana merancang suatu penataan dan pengembangan dengan

pendekatan ekowisata pada obyek wisata cagar budaya Gunung Kawi,

Sebatu?

1.2.4 Apa saja spesifikasi umum dan spesifikasi khusus didalam merancang

sebuah penataan dengan pendekatan ekowisata pada cagar budaya Gunung

(21)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 4

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah yang dibuat, maka akan menciptakan sebuah

penataan pada fasilitas pariwisata pada cagar budaya Gunung Kawi Sebatu yang

bertujuan untuk :

1.3.1 Memahami karakteristik yang dimiliki oleh obyek wisata caga budaya

Gunung Kawi Sebatu, Kabupaten Gianyar.

1.3.2 Memahami potensi dan permasalahan yang dimiliki oleh obyek wisata cagar

budaya Gunung Kawi Sebatu, Kabupaten Gianyar.

1.3.3 Mampu merancang sebuah fasilitas pariwisata dan penataan pada obyek

wisata cagar budaya Gunung Kawi sebatu dengan pendekatan ekowisata.

1.3.4 Memahami spesifikasi khusus dan umum didalam merancang penataan dan

pengembangan pada obyek wisata cagar budaya Gunung Kawi sebatu

dengan pendekata eko wisata.

1.4 Metode Perancangan

Metode perancangan yang digunakan didalam penyusunan laporan ini

adalah sebagai berikut :

1.4.1 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh langsung dari lapangan atau sumber penelitian yang

dikumpulkan langsung oleh peneliti. Bentuk data primernya dapat berupa:

a. Observasi

Pengamatan langsung ke lapangan dengan melihat kondisi obyek yang akan

digunakan dan melakukan dokumentasi.

b. Wawancara

Interaksi tanya-jawab dan wawancara untuk mendapatkan sebuah informasi

dengan pihak-pihak yang terkait.

c. Studi Literatur

Mengumpulkan buku/sumber yang terkait dengan pengetahuan tentang

(22)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 5

1.4.2 Metode Pengolahan Data

a. Metode Komparatif

Pengolahan data dengan cara membandingkan teori yang ada, baik itu di

bangku perkuliahan maupun data literatur.

b. Metode Deskritif

Dapat memaparkan dan menjelaskan bagaimana proses penataan dan

(23)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 6

BAB II

PEMAHAMAN EKOWISATA, PENATAAN KAWASAN DAN

ARAHAN REGULASI

2.1 Penataan Kawasan

2.1.1 Pengertian Penataan Kawasan

Penataan kawasan merupakan salah satu upaya rekayasa sosial yang

diselenggarakan di suatu wilayah dan dilakukan bersamaan dengan upaya

menciptakan suatu sistem yang komprehensif terkait aktivitas yang berlangsung di

kawasan, dengan memperhatikan kualitas lingkungan hidup. Hal ini berarti yang

diharapkan dari penataan kawasan adalah hadirnya suatu tatanan baru yang dapat

memberikan harapan kualitas kehidupan yang lebih meningkat. Diharapkan proses

dan hasil penataan kawasan merupakan bagian dari upaya mendidik perilaku

warga masyarakat sekitar dan juga merupakan pendidikan bagi para pengguna

manfaat dari kawasan tersebut agar sesuai dengan tujuan penataan kawasan.

Penataan kawasan dengan konsep seperti ini bermaksud untuk mengembangkan

kehidupan sosial masyarakat setempat, meningkatkan ekonomi masyarakat

setempat dan mengembangkan kualitas lingkungan serta menjaga kelestarian

(24)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 7

2.1.2 Jenis-Jenis Penataan Kawasan

Penataan kawasan meliputi berbagai jenis dimana hal ini didasari pada

fungsi-fungsi yang diwadahi dan terdapat bermacam-macam kawasan, baik itu

kawasan lindung maupun kawasan perkotaan. Dan berikut merupakan jenis-jenis

kawasan yang ada di dunia (Adisasmita, 2010:58-62) :

1. Kawasan Budidaya

Kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas

dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan

sumber daya buatan.

2. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Kawasan yang merupakan lokasi hasil budaya manusia yang bernilai tinggi

maupun bentuk geologi alami yang khas.

3. Kawasan Industri

Kawasan khusus untuk kegiatan pengolahan atau manufaktur.

4. Kawasan Lindung

Kawasan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup

yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan

5. Kawasan Pantai

Kawasan pesisir laut atau pantai yang merupakan habitat alami hutan bakau

yang menjadi tempat perlindungan bagi peri kehidupan pantai dan laut.

6. Kawasan Pedesaan

Kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaam

sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman pedesaan.

7. Kawasan Perkotaan

Kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan

fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan

distribusi, pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi

(25)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 8

8. Kawasan Permukiman

Sebidang tanah atau lahan yang diperuntukan bagi pengembangan

permukiman.

9. Kawasan Perkebunan

Lahan luas unit perkebunan tanaman komoditas, biasanya dalam pemilikan

perusahaan.

10. Kawasan Suaka Alam

Kawasan dengan ciri tertentu baik di darat maupun perairan yang

mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pelestarian perlindungan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

2.1.3 Prinsip dan Skenario dalam Penataan Kawasan

Sebelum menyusun skenario di dalam penataan kawasan, perlu diketahui

prinsip-prinsip di dalam penataan kawasan, dan berikut merupakan prinsip-prinsip

di dalam penataan kawasan (Pingkan, 2013) :

1. Tujuan

Penataan Kawasan dilakukan bertujuan untuk mengembangkan kehidupan

sosial masyarakat setempat, meningkatkan ekonomi masyarakat setempat,

dan mengembangkan kualitas lingkungan dan menjaga kelestarian

lingkungan.

2. Lingkup

Lingkup Penataan Kawasan meliputi pola sistem sosial, pengembangan

ekonomi masyarakat, dan penanganan lingkungan.

3. Syarat

Agar Penataan Kawasan sukses, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi,

yaitu kesesuaian sumber daya kawasan dengan jenis kawasan yang akan

dikembangkan, adanya potensi pengguna kawasan, dukungan terhadap

pengembangan kualitas lingkungan, menyelenggarakan sistem pengelolaan

(26)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 9

4. Perencanaan yang Baik

Penataan kawasan membutuhkan perencanaan yang baik, dan hasil dari

perencanaan harus memperlihatkan adanya jaminan keberhasilan ide

penataan kawasan yang direkomendasi. Jaminan yang dimaksudkan

diperlihatkan dengan hadirnya suatu sistem penanganan kawasan yang logis

untuk dilakukan.

Setelah mengetahui prinsip-prinsip dasar penataan kawasan, maka yang

dilakukan selanjutnya adalah pembuatan skenario pengembangan kawasan.

Langkah-langkah pembuatan skenario pengembangan kawasan adalah sebagai

berikut:

1. Analisis dan penetapan potensi kawasan, jenis kawasan harus sesuai dengan

potensi yang dimiliki kawasan atau potensi yang diharapkan dapat

diciptakan.

2. Analisis dan penetapan pengguna kawasan, menunjuk pada para pengguna

kawasan dan sebaran asal pengguna kawasan.

3. Analisis aktivitas dan penetapan aktivitas yang akan berlangsung di

kawasan.

4. Analisis dan penetapan desain pembangunan fisik.

5. Analisis dan penetapan sistem penanganan lingkungan.

6. Analisis kebutuhan dana dan sumber-sumbernya.

7. Analisis manfaat penataan kawasan

8. Analisis dan penetapan sistem pengelolaan kawasan

9. Penetapan jangka waktu pelaksanaan penataan kawasan

2.2 Ekowisata

2.2.1 Pengertian Ekowisata

Ekowisata atau pariwisata alam adalah sebuah perjalanan ke suatu tempat

yang relatif masih asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mempelajari,

mengagumi, menikmati pemandangan alam, tumbuhan dan binatang liar, serta

perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut (Adisasmita,

(27)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 10

berwawasan lingkungan. Maksudnya, melalui aktivitas yang berkaitan dengan

alam, wisatawan diajak untuk melihat alam dengan dekat dan menikmati kondisi

alam dan lingkungan yang masih asli atau yang lebih dikenal dengan sebutan

back-to-nature (Yoeti, 2009:35)

Berbeda dengan pariwisata yang selama ini kita kenal, ekowisata dalam

penyelenggaraannya tidak banyak menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang

akomodasi yang mewah atau modern yang banyak dilengkapi dengan peralatan

yang mewah serta bangunan artifisial yang berlebihan. Pada dasarnya,

penyelenggaraan ekowisata lebih mementingkan pada aspek kesederhanaan,

memelihara keaslian alam dan lingkungan, memelihara kesenian dan kebudayaan,

adat-istiadat, kebiasaan hidup, menciptakan kesunyian dan ketenangan,

memelihara flora dan fauna serta terpeliharanya lingkungan hidup yang tentunya

dapat menciptakan sebuah keseimbangan antara kehidupan manusia dengan alam

sekitarnya (Yoeti, 2009:36).

Jadi, pada intinya ekowisata adalah salah satu jenis pariwisata yang tidak

semata-mata menghamburkan uang atau mewah, melainkan salah satu jenis

pariwisata yang dapat meningkatkan pengetahuan, memperluas wawasan, atau

mempelajari sesuatu dari alam, flora dan fauna serta sosial budaya etnis

masyarakat atau tempat tertentu. Dalam ekowisata sendiri ada empat unsur yang

cukup penting, diantaranya adalah unsur pro-aktif, kepedulian terhadap

pelestarian lingkungan, keterlibatan penduduk lokal dan unsur pendidikan (Yoeti,

2009:36).

Ekowisata sendiri merupakan bagian dari sustainable tourism. Sustainable

tourism adalah sektor ekonomi yang lebih luas dari ekowisata yang mencakup

sektor-sektor pendukung kegiatan wisata secara umum, meliputi wisata bahari

(beach and sun tourism), wisata pedesaan (rural and agro tourism), wisata alam

(natural tourism), wisata budaya (cultural tourism), atau perjalanan bisnis

(bussines travel) atau ekowisata lebih berpijak pada tiga aspek yang cukup

penting, yaitu wisata pedesaan, wisata alam dan wisata budaya (Nugroho,

2011:15). Hubungan antara sustainable tourism dan ekowisata dapat dilihat pada

(28)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 11

Gambar 2.1 : Hubungan antara Sustainable Tourism dan Ekowisata

Sumber : Buku Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan

2.2.2 Penerapan Konsep Ekowisata

Konsep dan implementasi ekowisata tidak dapat dilepaskan dari

pengembangan kawasan konservasi. Jasa ekowisata dianggap sebagai salah satu

pintu masuk sebagai suatu pendekatan ekonomi yang dimana di dalamnya lebih

mengedepankan pada aspek sumber daya alam dan lingkungan dalam

kaidah-kaidah konservasi. Ekowisata sendiri merupakan salah satu sektor yang cukup riil

di dalam menjaga konservasi lingkungan dan budaya sehingga menghasilkan

manfaat yang banyak bagi kepentingan pembangunan berkelanjutan (Nugroho,

2011:19).

Tabel 2.1 Kategori Pengelolaan Kawasan Konservasi IUCN

No Deskripsi Keterangan

I I a. Kawasan Suaka Alam

(29)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 12

I b. Cagar Alam

Cagar alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya yang memiliki kekhasan

tumbuhan, satwa dan ekosistemnya perlu

dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami (UU No. 5 tahun 1990).

I b. Suaka Margasatwa

Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam

yang mempunyai ciri khas berupa

keanekaragaman jenis satwa yang digunakan untuk kelangsungan hidupnya dan pembinaan terhadap hidupnya (UU No. 5 tahun 1990).

II Taman Nasional

Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata (UU No. 5 tahun 1990).

III Monumen Alam

Monumen alam atau monumental adala hal-hal yang menjadi sebuah warisan, seperti warisan dunia (World Heritage Site) dan situs ramsar.

IV Taman Hutan Raya (Grand

Forest Park)

Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau buatan yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, pendidikan, budaya, pariwisata dan rekreasi (UU No. 5 tahun 1990).

V Taman Wisata Alam

Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian

alam yang terutama dimanfaatkan untuk

pariwisata (UU No. 5 tahun 1990).

VI Taman Buru (Hunting

Park)

Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu (UU No. 41 tahun 1999).

Tabel 2.1 : Kategori Pengelolaan Kawasan Konservasi IUCN

(30)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 13

Pengembangan ekowisata dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, dan

umumnya menggunakan cara pengembangan pariwisata. Di dalam ekowisata

sendiri ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu aspek destinasi dan aspek

market. Meskipun aspek market perlu diperhatikan dalam ekowisata, namun

macam sifat dan perilaku objek dan daya tarik wisata alam dan budaya perlu juga

diperhatikan untuk menjaga kelestarian dan keasliannya. Dan pada hakekatnya

ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat

jauh lebih terjamin di dalam penerapannya dibanding dengan hanya berkelanjutan,

hal ini dikarenakan dalam penerapan konsep ekowisata tidak melakukan

eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan untuk memenuhi pengetahuan dan psikologis wisatawan.

(Fandeli dalam Yoeti 2009). Dan konsep ekowisata dengan output yang

memperhatikan kepentingan alam dapat dilihat pada gambar 2.2 :

Gambar 2.2 : Konsep Ekowisata dengan output yang memperhatikan kepentingan alam

Sumber : Buku Pariwisata Berwawasan Lingkungan

Sedangkan untuk Pengembangan jasa ekowisata dalam tingkat pengelolaan

senantiasa berhubungan dengan kawasan-kawasan konservasi dan tidak ada

batasann yang jelas di dalam memilih kategori jasa ekowisata yang akan dilayani.

Namun, berdasarkan beberapa definisi dan uraian yang telah dijelaskan

sebelumnya, pengembangan jasa ekowisata dapat diarahken kepada beberapa

kriteria berikut (Nugroho, 2011:27) :

1. Kawasan konservasi, secara tidak langsung atau tidak melekat budaya

masyarakat lokal dengan waktu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

(31)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 14

Interaksi budaya dan lingkungan ini dalam wujud kelembagaan lokal, cara

pandang, pola pikir dan perilaku ekonomi yang mencerminkan kearifan

lokal dan dapat memberikan manfaat yang cukup signifikan dalam upaya

konservasi.

2. Kawasan konservasi yang memiliki aspek legalitas, diperkuat dengan

struktur kelembagaan pengelolaan ekosistem, yang menyelenggarakan

kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian dan pengembangan serta

ketrampilan melengkapi jasa pariwisata secara umum.

3. Kawasan konservasi yang memiliki standar dan prosedur sesuai dengan

baku mutu pengelolaan lingkungan, keamanan dan kenyamanan.

4. Kawasan konservasi yang memberikan peluang kerja sama internasional,

partisipasi pengelolaan oleh operator dan pengembangan promosi.

Pengembangan jasa ekowisata juga diharuskan memiliki sebuah manajemen

yang profesional dimana dalam hal ini kegiatan wisata yang akan berlangsung

dapat memberikan unsur pendidikan yang sistematis dalam rangka pemahaman

lingkungan secara komprehansif (Nugroho, 2011:27). Dan berikut merupakan

kriteria dalam pengembangan manajemen ekowisata yang profesional :

1. Pemasaran yang spesifik menuju tujuan wisata. strategi pemasaran memiliki

posisi yang cukup penting untuk menjangkau dan menarik pengunjung

seluruh dunia yang berfungsi untuk membantu konservasi lingkungan dan

pengembangan mayarakat lokal.

2. Ketrampilan dan layanan kepada pengunjung secara intensif. Layanan

ekowisata adalah pengalaman dan pendidikan terhadap lingkungan atau

wilayah baru.

3. Keterlibatan penduduk lokal dalam memandu dan menerjemahkan objek

wisata. penduduk lokal akan memiliki insentif konservasi lingkungan

apabila dilibatkan dalam jasa-jasa ekowisata, pemberian informasi, dan

memperoleh manfaat yang pantas.

4. Kebijakan pemerintah dalam rangka melindungi aset lingkungan dan

budaya. Kebijakan penataan ruang, pemberdayaan kemasyarakatan atau

dikombinasikan dengan instrumen ekonomi dan akan mencegah mekanisme

(32)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 15

5. Pengembangan kemampuan penduduk lokal. Penduduk lokal dan

lingkungannya adalah kesatuan untuk wilayah ekowisata. Mereka perlu

dikembangkan potensi dan partisipasinya untuk memperoleh benefit agar

tercipta insentif dan motivasinya untuk ikut serta mengkonservasi

lingkungan.

Sedangkan prinsip di dalam mengembangkan ekowisata di dalam sebuah

kawasan konservasi dapat menjamin sebuah keutuhan dan kelestarian dari

ekosistem yang ada. Ecotravel menghendaki persyaratan dari kualitas ekosistem,

oleh sebab itu terdapat beberapa prinsip pengembangan dari ekowisata yang

harus dipenuhi karena dengan mengikuti prinsip-prinsip ini dapat menjamin

pembangunan yang Ecological Friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan,

dan berikut merupakan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan di dalam

pengembangan ekowisata menurut The Ecotourism Society (Eplerwood dalam

Nugroho, 2011) :

1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap

alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat

dan karakter alam dan budaya setempat.

2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat

setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat

dilakukan langsung di alam.

3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang

digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian

dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan

Conservation Tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina,

melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam.

4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam

merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam

pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.

5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi

masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga

(33)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 16

6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan

termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga

keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya yang tidak harmonis dengan

alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin

penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian

budaya masyarakat.

7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai

daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan.

Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang

membatasi.

8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu

kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan

belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau

negara bagian atau pemerintah daerah setempat.

2.2.3 Perencanaan Wilayah Ekowisata

Perencanaan merupakan sebuah gambaran mengenai keadaan akan datang

dari wilayah ekowisata yang efisien dan berkelanjutan. Perencanaan sendiri

memuat tujuan dan sasaran pengelolaan wilayah dan dilandasi dengan dukungan

aspek kelembagaan dan peraturan pendukungnya serta memuat uraian mengenai

langkah-langkah strategis, manajemen aksi dan penetapan wilayah (zoning).

Perencanaan ekowisata bertujuan untuk memaksimalkan benefit dan

meminimalisir dampak negatif yang akan ditimbulkan dari pengelolaan ekowisata

(Nugroho, 2011:29).

Pengembangan ekowisata dalam konteks perencanaan wilayah menyajikan

karakteristik dari pendekatan sistem dan sumber daya publik yang menjadi sebuah

landasan konseptual di dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Dan

jasa wisata menjadi salah satu komponen yang sangat penting di dalam

perencanaan wilayah ekowisata dimana sektor jasa wisata ini sendiri menjadi

(34)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 17

dalam upaya pembangunan wilayah untuk daerah konservasi. Dan berikut

merupakan tahapan-tahapan di dalam perencanaan sebuah wilayah ekowisata :

1. Pendekatan Sistem

Perencanaan ekowisata dengan pendekatan sistem dimaksudkan untuk

mengembangkan sebuah wilayah dengan lebih spesifik, teknis dan dalam tingkat

interaksi yang terbatas untuk menciptakan sebuah kawasan ekowisata yang baik.

Dan secara konseptual, (Weaver dalam Nugroho, 2011) menyatakan bahwa di

dalam perencanaan wilayah ekowisata terdapat sebuah pengelolaan jasa

ekowisata untuk menghadapi pilihan dari konsekwensi dampak atau implementasi

lingkungan. Hal ini dimaksudkan karena di dalam mengimplementasikan dampak

lingkungan itu sendiri terdapat dua alasan yang melandasi kondisi ini, dimana

yang pertama adalah micro sustainability, yaitu prinsip-prinsip konservasi yang

dilaksanakan terbatas di tempat atau lokasi wisata sedangkan yang kedua adalah

macro sustainability, yaitu dimana prinsip sustainability diterapkan pada wilayah

tujuan wisata dan tempat lain yang mempengaruhi atau yang dipengaruhi

(Nugroho, 2011:30).

2. Sumber Daya Publik dan Penilaian Ekonomi

Wilayah ekowisata memiliki banyak komponen yang masuk dalam kategori

barang atau sumber daya publik. Komponen barang atau sumber daya publik

memiliki banyak karakteristik yang khas dan berbeda dengan barang pada

umumnya, dimana barang yang dipahami secara umum masuk kategori barang

private, dimana kepemilikannya mudah dipahami. Pemahaman terhadap barang

publik sendiri menjadi landasan konsep penilaian ekonomi terkait dengan tujuan

efisiensi alokasi dan menjadi faktor kritikal dalam perencanaan wilayah ekowisata

(Nugroho, 2011:38).

3. Instrumen Pembangunan Wilayah

Perencanaan wilayah ekowisata memiliki hal spesifik dibanding wilayah

tujuan wisata yang lainnya, dimana dalam hal ini tujuan wisata pada umumnya

banyak mengundang pengunjung, layanan di tempat terbatas, melibatkan banyak

orang dan tanpa interprestasi. Sebaliknya dalam wilayah ekowisata beroperasi

(35)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 18

dan tempat layanan yang luas dan menjelajah, berhadapan dengan barang dan jasa

publik serta penuh dengan interpretasi. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan

operasional dari mekanisme pasar secara hati-hati dan dapat memberikan manfaat

secara optimal dan berkelanjutan terhadap alokasi sumber daya alam dan

lingkungan untuk memberi manfaat secara optimal dan berkelanjutan (Nugroho,

2011:41).

Dua dikotomi ini memberikan deskripsi penting dan spesifik untuk

perencanaan wilayah ekowisata. Dengan memuat karakteristik sistem dan sumber

daya publik, kebijakan perencanaan wilayah ekowisata disusun secara

komprehansif, dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

Perencanaan wilayah ekowisata dapat dilihat pada gambar 2.3 :

Gambar 2.3 : Pilihan Perencanaan Wilayah Ekowisata (Weaver, 2002)

Sumber : Buku Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan

4. Perencanaan Manajemen

Kebijakan tingkat ekosistem dapat menjadi landasan operasional untuk

perencanaan manajemen, dimana dalam rencana manajemen terdeskripsi

prosedural yang baku dimana keputusan dapat dipahami dan sesuai dengan

(36)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 19

nilai ekologi wilayah. Pengambilan keputusan manajemen pada dasarnya tidak

mudah karena banyak melibatkan dan mengakomodasi manajemen, penduduk

lokal atau wilayah sekitarnya dan pengunjung. Perencanaan manajemen ekowisata

pada dasarnya merupakan sebuah proses yang tidak akan pernah berhenti yang

artinya ia akan berjalan mengikuti siklus untuk menggapai visi sebagai tujuan

akhir dari pengelolaan.

Dalam perjalanan manajemen, tahapan evaluasi dan review manajemen

menjadi salah satu indikator yang sangat bermanfaat bagi pengendalian dari

ekowisata itu sendiri. Pengendalian dilakukan untuk menelaah apakah sistem,

prosedur dan capaian sudah sesuai dengan yang seharusnya. Hasilnya digunakan

oleh pihak manajemen untuk melaksanakan pembenahan atau perbaikan terhadap

pelaksanaan manajemen. Pada sisi yang lain revolusi manajemen dapat

dilanjutkan untuk mengakselerasi atau menyelaraskan tercapainya tujuan

sebagaimana diketahui tujuan ekowisata itu adalah sebagai media untuk

konservasi lingkungan, keuntungan swasta dan kesejahteraan penduduk lokal

(Nugroho, 2011:48). Perencanaan manajemen ekowisata dapat dilihat pada

gambar 2.4 :

Gambar 2.4 : Siklus Perencanaan Manajemen Ekowisata

Sumber : Buku Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan

(37)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 20

2.3 Tinjauan Mengenai Langgam Arsitektur

Tinjauan mengenai langgam arsitektur memiliki hubungan yang sangat erat

di dalam penentuan tema rancangan dimana dalam hal ini digunakan tinjauan teori

yang akan menjadi dasar terbentuknya tema. Adapun tinjauan teori yang

digunakan didasari pada aspek arsitektur dengan lingkungan dan budaya dimana

hal ini sangat berkaitan erat dengat prinsip utama dari pendekatan yang

digunakan, yaitu ekowisata.

2.3.1 Arsitektur dan Lingkungan atau Ekologis

Arsitektur dan lingkungan atau ekologis adalah sebuah pendekatan dalam

bidang arsitektur untuk menciptakan rancangan yang ekologis, ada berbagai cara

yang dilakukan dari pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur, tetapi pada

umumnya mempunyai inti yang sama. (Yeang dalam Widigdo, 2010),

menyatakan bahwa Ecological design, is bioclimatic design, design with the

climate of the locality, and low energy design. Dan menekankan pada integrasi

kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak, program

bangunan, konsep design dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunan energi

yang rendah, diawali dengan upaya perancangan secara pasif dengan

mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, fasade, orientasi bangunan, vegetasi,

ventilasi alami, warna. Integrasi tersebut dapat tercapai dengan mulus dan ramah

(Widigdo, 2010)

2.3.2 Arsitektur dan Budaya

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. (Melville J.

Herskovits dalam Sukawi, 2009) mengemukakan bahwa segala sesuatu yang

terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh

masyarakat itu sendiri istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu

generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Sedangkan menurut (Selo Soemardjan dalam Sukawi, 2009) kebudayaan adalah

sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut,

dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang

(38)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 21

dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan

perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia

sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat

nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,

religi, seni, arsitektur dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu

manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Kebudayaan yang dimiliki setiap daerah tentunya berbeda-beda hal ini

didasari pada kemampuan dan kreativitas yang dimiliki untuk mengolah sebuah

kebudayaan khususnya pada bidang arsitektur. Hal ini mengakibatkan

beragamnya kekhasan arsitektur yang dimiliki masing-masing daerah yang

mencerminkan budaya daerah. Rumah dengan segala perwujudan bentuk, fungsi

dan maknanya senantiasa diatur, diarahkan, dan ditanggapi atau diperlakukan oleh

penghuni menurut kebudayaan yang mempengaruhi masyarakat yang

bersangkutan (Sukawi, 2009)

2.4 Arahan Regulasi Terkait

Arahan regulasi terkait menjadi salah satu komponen yang sangat penting di

dalam perancangan, dimana arahan regulasi ini terdapat beberapa

peraturan-peraturan terkait yang dijadikan sebagai payung hukum di dalam perancangan

ekowisata cagar budaya Gunung Kawi Sebatu, dan berikut merupakan beberapa

regulasi terkait di dalam perancangan:

(1) Keputusan Bupati Gianyar Nomor 402 Tahun 2008 Tentang Penetapan

Obyek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Gianyar, Bupati Gianyar.

Menimbang :

a. Bahwa dalam upaya menumbuh kembangkan dan mempertahankan

nilai-nilai budaya dan keindahan alam sejalan dengan perkembangan

pembangunan sarana dan kegiatan kepariwisataan di kabupaten Gianyar,

dipandang perlu menetapkan Obyek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten

(39)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 22

b. Bahwa penetapan Obyek dan daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud

dalam huruf a perlu ditetapkan dengan keputusan Bupati.

Mengingat :

(1) Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa

Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 1655).

(2) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 1990, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4227).

(3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389).

(4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4844).

(5) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 2238).

(6) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 5 Tahun1984

tentang Obyek Wisata (Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 2008

Nomor 5, Tamabahan Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 5).

(7) Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar 5 Tahun 2008 tentang Urusan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 2008

(40)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 23

(8) Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Gianyar (Lembaran Daerah

Kabupaten Gianyar Tahun 2008 Nomor 6, Tamabahan Lembaran Daerah

Kabupaten Gianyar Nomor 6).

(2) Peraturan Daerah No 16 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang

dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Gianyar 2012-2032

Dalam peraturan daerah no 16 tahun 2012 tentang rencana tata ruang dan

wilayah (RTRW) Kabupaten Gianyar 2012-2032 dijelaskan pada paragraf 7

tentang kawasan Pariwisata, dimana Kawasan Cagar Budaya Gunung Kawi

Sebatu sendiri masuk kedalam pasal 52 ayat 3 tentang DTW Purbakala, dan

berikut merupakan isi dari peraturan daerah no 16 tahun 2012 tentang rencana tata

ruang dan wilayah (RTRW) Kabupaten Gianyar 2012-2032 pasal 52 :

Paragraf 7

Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pasal 52

(1) Kawasan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (1)

huruf b meliputi :

a. DTW budaya.

b. DTW purbakala.

c. DTW remaja.

d. DTW rekreasi.

(2) DTW budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas :

a. Desa Celuk, Desa Buahan, dan Desa Batubulan di Kecamatan

Sukawati.

b. Puri Agung Gianyar, Kelurahan Gianyar di Kecamatan Gianyar.

c. Desa Mas, Desa Peliatan, Kelurahan Ubud, Museum Rudana, Museum

Neka, Museum Ratna Warta atau Puri Lukisan dan Museum Arma di

Kecamatan Ubud.

(3) DTW purbakala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas :

(41)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 24

b. Sindu Raja, Gunung Kawi tampak Siring di Kecamatan Tampak Siring.

c. Candi Tebing di Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampak Siring.

d. Goa Garba dan Pura Ukur-ukuran di Desa Pejeng Kelod, Kecamatan

Tampak Siring.

e. Pura Penataran Sasih dan Lingkungan Pura Kebo Edan, di Desa Pejeng,

Kecamatan Tampak Siring.

f. Tirta Empul di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring.

g. Candi Tebing Tegallinggih di Desa Kenderan, Kecamatan Tegallalang.

h. Gunung Kawi Sebatu di Desa Sebatu, Kecamatan Tegallalang.

i. Pura Gaduh di Desa Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh.

j. Wenara Wana di Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud.

k. Relief Yeh Pulu, Mandala Wisata Samuan Tiga,Goa Gajah, Museum

Purbakala dan Candi Tebing Tegallinggih di Desa Bedulu, Kecamatan

Blahbatuh.

l. Pura Puseh Canggi di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati.

m. Lingkungan Pura Mengening di Desa Payangan, Kecamatan Payangan.

n. Lembah Dharma Durga Kutri di Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh.

(4) DTW remaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, yaitu wisata

remaja Bukit Jati de Kelurahan Samplangan, Kecamatan Gianyar.

(5) DTW rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yang terdiri

atas:

a. Taman Burung, Rimba Reptil dan Bali Zoo Park di Desa Singapadu,

Kecamatan Sukawati.

b. Wisata Gajah di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang.

c. Taman Safari de Desa Serongga, Kecamatan Gianyar.

(3) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 Tentang Rencana

Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Bali Tahun 2009-2029

Dalam peraturan daerah Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 tentang rencana

tata ruang dan wilayah (RTRW) Provinsi Bali Tahun 2009-2029 yang dijelaskan

pada paragraf 2 tentang kriteria pengembangan kawasan lindung, dan berikut

(42)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 25

(1) Kawasan suci sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) huruf a,

ditetapkan dengan kriteria:

a. Kawasan suci gunung merupakan kawasan gunung dengan kemiringan

sekurang- kurangnya 45 (empat puluh lima) derajat sampai ke puncak.

b. Kawasan suci danau disetarakan dengan kawasan resapan air.

c. Kawasan suci campuhan disetarakan dengan sempadan sungai selebar

50 meter yang memiliki potensi banjir sedang.

d. Kawasan suci pantai disetarakan dengan kawasan sempadan pantai.

e. Kawasan suci laut disetarakan dengan kawasan perairan laut yang

difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi

umat Hindu.

f. Kawasan suci sekitar mata air disetarakan dengan kawasan sempadan

sekitar mata air.

(2) Kawasan tempat suci sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) huruf

b, ditetapkan mengacu Bhisama PHDIP Tahun 1994, dengan kriteria:

a. Kawasan tempat suci di sekitar Pura Sad Kahyangan dengan radius

sekurang-kurangnya apeneleng agung setara 5.000 (lima ribu) meter

dari sisi luar tembok penyengker pura.

b. Kawasan tempat suci di sekitar Pura Dang Kahyangan dengan radius

sekurang- kurangnya apeneleng alit setara dengan 2.000 (dua ribu)

meter dari sisi luar tembok penyengker pura.

c. Kawasan tempat suci di sekitar Pura Kahyangan Tiga dan pura lainnya,

dengan radius sekurang-kurangnya Apenimpug atau Apenyengker.

(3) Penetapan status Pura-pura Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan dilakukan

oleh Gubernur setelah mendapat rekomendasi dari PHDI Bali dan MUDP.

2.5 Tinajuan Objek Sejenis

Berikut ini merupakan tinjauan objek sejenis yang dijadikan acuan di dalam

perencanaan ekowisata cagar budaya Gunung Kawi Gianyar, antara lain :

2.5.1 Kawasan Cagar Budaya dan Wisata Religius Pura Tirta Empul

Pura Tirta Empul merupakan salah satu destinasi wisata spritual yang ada di

(43)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 26

Tirta Empul juga tercatat menjadi salah satu warisan Dunia UNESCO hal ini

dikarenakan kawasan ini merupakan salah satu dari beberapa peninggalan

purbakala yang ada di Bali.

Pada saat ini, Pura Tirta Empul menjadi salah satu destinasi wisata yang

banyak dikunjungi oleh wisatawan, dimana hal menarik yang terdapat pada objek

wisata ini adalah terdapatnya mata air suci yang digunakan oleh masyarakat

pemeluk agama Hindu maupun wisatawan yang berkunjung untuk pemandaian

atau melukat dalam istilah Bali dan juga memohon tirta suci.

1. Potensi dan Daya Tarik

Daya tarik utama yang dimiliki oleh objek wisata cagar budaya Pura Tirta

Empul adalah terdapatnya mata air suci dan tempat pemandian atau tempat

melukat. Selain itu, Pura Tirta Empul juga berbatasan langsung dengan Istana

Kepresidenan yang didirikan oleh presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno.

Kawasan Pura Tirta Empul yang berada di Kecamatan Tampak Siring sendiri

masih memegah teguh nilai seni dan budaya, dimana disekitar kawasan ini masih

banyak kita jumpai pengerajin-pengerajin tradisional dengan kerajinan yang

menjadi ciri khas kawasan ini adalah kerajinan tulang dan juga batok kelapa.

Potensi wisata yang dimiliki oleh Pura Tirta Empul yang menjadikan kawasan ini

menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi orang adalah sebagai

berikut :

A. Areal Tempat Melukat

Areal tempat melukat yang ada di kawasan Pura Tirta Empul menjadi salah

satu daya tarik yang banyak dikunjungi oleh wisatawan yang datang ke kawasan

ini, dimana wisatawan yang berkunjung dapat menikmati sensasi air suci yang

dimiliki oleh pura ini namun wisatawan yang mau melukat di areal ini juga harus

mematuhi semua peraturan yang ada. Selain itu, pada areal tempat melukat ini

juga terdapat beberapa pancoran yang memiliki nilai magis yang berbeda-beda

menurut kepercayaan masyarakat setempat. Kondisi areal melukat dapat dilihat

(44)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 27

Gambar 2.5: Areal Pemandian Suci (Melukat) pada Kawasan Pura Tirta Empul

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 22 Oktober 2015

B. Istana Kepresidenan Tampak Siring

Di sebelah barat Pura Tirta Empul juga terdapat kawasan Istana

Kepresidenan yang berbatasan langsung dengan kawasan Pura ini. Namun

wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pura Tirta Empul tidak bisa semabarang

masuk ke areal Istana mengingat areal ini merupakan tempat khusus untuk

presiden Indonesia jika datang ke Bali, akan tetapi para wisatawan masih bisa

melihat Istana dari luar. Kondisi Istana Kepresidenan Tampak Siring dapat dilihat

pada gambar 2.6 :

Gambar 2.6: Istana Kepresidenan di Tampak Siring

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 22 Oktober 2015

C. Art Market

Di kawasan Pura Tirta Empul terdapat art market yang letaknya berdekatan

(45)

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar

S e m i n a r T u g a s A k h i r | 28

tangan yang merupakan kerajinan ciri khas daerah Tampak Siring, yaitu kerajinan

tulang dan batok kelapa. Selain itu areal ini juga menjadi salah satu daya tarik

pada kawasan ini karena banyak wisatawan yang datang ke Pura Tirta Empul

singgah ke areal art market untuk membeli hasil karya dari pengerajin lokal yang

dijadikan sebagai souvenir. Kondisi art market dapat dilihat pada gambar 2.7 :

Gambar 2.7: Art Market Kawasan Pura Tirta Empul

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 22 Oktober 2015

2. Fasilitas Pariwisata dan Religi

Di kawasan objek wisata cagar budaya Pura Tirta Empul sudah terdapat

beberapa fasilitas yang dapat mengakomodasi kegiatan pariwisata dan religi yang

ada, dimana fasiliitas-fasilitas tersebut dibangun untuk menunjang kegiatan yang

ada dan fasilitas-fasilitas tersebut dimiliki oleh daerah dan selanjutnya disewakan

kepada masyarakat setempat untuk meningkatkan nilai perekonomian disekitar

kawasan ini. Di tempat ini untuk fasilitas parkir dipisahkan antara pengunjung

lokal dan asing atau luar Bali serta sistem penanda pada areal ini juga tersedia

untuk menuntun para wisatawan yang datang. Dan berikut merupakan beberapa

fasilitas-fasilitas yang terdapat pada kawasan objek wisata cagar budaya Pura

Tirta Empul :

Art Market

Restaurant

Tourism Information

Gambar

Tabel 2.1 Kategori Pengelolaan Kawasan Konservasi IUCN
Tabel 2.1 : Kategori Pengelolaan Kawasan Konservasi IUCN
Gambar 2.2 : Konsep Ekowisata dengan output yang memperhatikan kepentingan alam
Gambar 2.3 : Pilihan Perencanaan Wilayah Ekowisata (Weaver, 2002)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dikarenakan GCG yang merupakan upaya perusahaan perbankan dalam melakukan self assessment (penilaian sendiri) untuk meningkatkan kinerja Bank, serta

3.1.1 Hasil Identifikasi Penyebab Masalah Dari hasil wawancara yang telah dilakukan praktikan dengan pihak KUD Mitra Tani Sudimoro, diketahui bahwa pihak KUD mempunyai masalah

Untuk melihat hubungan antara reponden yang mempunyai titer antibodi terlindungi terhadap difteri (titer antibodi positif) dihubungkan dengan data kesmas yakni tentang

Setelah dilakukan analisis statistik terhadap peubah indeks eritrosit (selisih nilai MCH, MCHC, dan MCV), tidak ditemukan interaksi antara lama waktu tempuh transportasi

Andaikata bagian yang masih kosong atau tidak terisi tulisan atau keterangan, akan dimuat tulisan atau keterangan lain, maka atas pemuatan tulisan atau keterangan lain

Prinsip kedua dalam tata cara penyimpanan di gudang berkaitan dengan similarity (kemiripan) item yang disimpan. yaitu item yang diterinia dan dikirim bersama harus

  Padahal   sebagai   instansi   pemerintah  daerah,  BP4  dituntut  pula  kontribusinya  dalam  meningkatkan   pendapatan  asli  daerah  (PAD). Oleh karena

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata‟ala yang selalu memberikan kekuatan dan petunjuk serta melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat