Erga Patragave Ratih
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing. Hipotesis menyatakan terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing. Tingkat kecemasan pemelihara anjing lebih rendah daripada bukan pemelihara anajing. Subjek penelitian berjumlah 35 orang pemelihara anjing dan 35 orang bukan pemelihara anjing. Penelitian menggunakan skala tingkat kecemasan sebagai alat ukur. Alat ukur disusun oleh peneliti dengan reliabilitas 0.85. Analisis data menggunakan
independent-samples t-test dengan signifikansi p= 0.324>0.05. Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing. Pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing memiliki tingkat kecemasan rendah.
Erga Patragave Ratih
ABSTRACT
This study aimed to see differences level of anxiety between dog owners and non-dog owners. Hypothesis was there were differences level of anxiety between dog owners and non-dog owners. Hypothesis says that dog owners had lower level of anxiety than non-dog owners. The subjects were 35 dog owners and amother 35 non-dog owners. This study used the measurement scale of anxiety made by the author. The reliability 8.50. The data was analysed using independent-samples t-test, with significant p=3.24>0.05. It means there is no significant difference level of anxiety between dog owners and non-dog owners. Dog owners have low anixiety and non-dog owners have low anxiety.
PEMELIHARA ANJING DAN BUKAN PEMELIHARA ANJING: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN
SKRIPSI
DiajukanUntukMemenuhi Salah Satu Syarat
Memeperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
ErgaPatragaveRatih
109114004
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO
Kapan seseorang akan mati? Saat dia terkena tembakan,
TIDAK!! Saat dia terkena penyakit mematikan, TIDAK!! Saat
dia meminum sup dari jamur beracun, JUGA TIDAK.
Seseorang akan mati apabila dia telah dilupakan
( dr. Hiluluk – One Piece )
Hidup ini seperti pensil yang akan habis, tetapi
meninggalkan tulisan-tulisan yang indah dalam kehidupan ( Nami – One Piece )
Jika keajaiban itu tidak berpihak pada kita, maka kita sendiri yang akan membuat keajaiban itu
( Roronoa Zoro – One Piece )
Mungkin orang-orang menganggapmu bodoh dan menertawakanmu,
tapi itu tidak masalah, yang penting adalah hasrat
v
Karya Ini Saya Persembahkan Untuk :
Tuhan sang empunya kehidupan dan alam semesta
Kedua orang tua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya
Adik saya tercinta satu-satunya
Keluarga saya di manapun berada yang selalu mendoakan saya
Teman-teman saya yang selalu ada di saat susah maupun senang
Diri saya sendiri untuk semua kerja keras dan perjuangan yang telah dilakukan
Semua orang yang selalu diremehkan tetapi tidak pernah berhenti berjuang untuk
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 22 Januari 2015
Penulis
vii
Pemelihara Anjing Dan Bukan Pemelihara Anjing: Perbedaan Tingkat Kecemasan
Erga Patragave Ratih
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing.Hipotesis menyatakan terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing.Tingkat kecemasan pemelihara anjing lebih rendah daripada bukan pemelihara anajing.Subjek penelitian berjumlah 35 orang pemelihara anjing dan 35 orang bukan pemelihara anjing.Penelitian menggunakan skala tingkat kecemasan sebagai alat ukur.Alat ukur disusun oleh peneliti dengan reliabilitas 0,85. Analisis data menggunakan
independent-samples t-test dengan signifikansi p= 0,324>0,05.Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing.Pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing memiliki tingkat kecemasan rendah.
viii
Dog Owners and Non-Dog Owners: The Difference Level of Anxiety
Erga Patragave Ratih
ABSTRACT
This study aimed to see differences level of anxiety between dog owners and non-dog owners. Hypothesis was there were differences level of anxiety between dog owners and non-dog owners. Hypothesis says that dog owners had lower level of anxiety than non-dog owners. The subjects were 35 dog owners and amother 35 non-dog owners. This study used the measurement scale of anxiety made by the author. The reliability 8.50. The data was analysed using independent-samples t-test, with significant p=3.24>0.05. It means there is no significant difference level of anxiety between dog owners and non-dog owners. Dog owners have low anixiety and non-dog owners have low anxiety.
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Erga Patragave Ratih
NIM : 109114004
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PEMELIHARA ANJING DAN BUKAN PEMELIHARA ANJING: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal,
Yang menyatakan
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
tuntunan serta penyertaanNya lah penulis mampu untuk menyusun dan
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemelihara Anjing dan Bukan Pemelihara
Anjing: Perbedaan Tingkat Kecemasan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana psikologi di Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari terdapat berbagai pihak yang turut berperan serta
membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi dari awal sampai dengan
selesai. Oleh karena itu pada kesempatan ini, ijinkan penulis untuk mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. Selaku dosen pembimbing skripsi dan
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas
kesediaan bapak untuk meluangkan waktu dan tenaga guna menjadikan
saya anak bimbingan bapak dan guna membantu saya dalam proses
pengerjaan skripsi ini dari awal hingga selesai.
2. YB. Cahya Widiyanto, M.Si. Selaku dosen penguji skripsi, terima kasih
untuk saran, masukan dan idenya agar skripsi ini mampu menjadi lebih
baik lagi dan bermanfaat.
3. Dr. A. Priyono Marwan, S.J. (Romo Pri) Selaku dosen penguji skripsi,
terima kasih untuk saran, masukan dan idenya agar skripsi ini menjadi
xi
4. Passchedona Henrietta PDADS, S.Psi., M.A (Mbak Etta) Selaku dosen
pembimbing akademik. Terima kasih untuk bimbingannya selama kurang
lebih 4 tahun ini mbak, dan untuk semua saran serta masukan dalam hal
akademik dan non akademik.
5. Seluruh dosen dan staff pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma. Terima kasih bapak dan ibu untuk semua ilmu yang telah
diberikan kepada penulis, semoga bisa bermanfaat bagi sesama.
6. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Bu
Nanik, Mas Gandung, Pak Gi, Mas Donny, Mas Muji (Muji Beckham).
Terima kasih untuk seluruh bantuannya baik dalam hal administrasi dan
akademik terutama ketika penulis melakukan praktikum.
7. Seluruh responden dalam penelitian. Terima kasih sudah mau meluangkan
waktu dan tenaga untuk membantu saya. Semoga kebaikan selalu
menyertai kita semua.
8. Seluruh teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2010. Terima kasih
untuk pertemanan dan pengalamannya, senang bisa mengenal kalian.
9. Keluarga baru saya selama di Jogja Psikologi Kelas A 2010. Terima kasih
untuk semua kenangan dan pengalamannya, semoga di kemudian hari kita
bisa bertemu lagi.
10.Iwan, Dion, Bayu, Iyus, Gustav, Vincent, Brandan, Engger, Vinsul, Yatim,
Anju, Uki, Togar. Terima kasih untuk semua petualangan, bantuan, dan
xii
11.Nana Paramita A.K.A Udul. Terima kasih untuk semua bantuan, nasihat,
dan “kuliah”nya. Bersyukur sekali untuk semua waktu, keceriaan dan
cerita yang bisa dilewati bersama.
12.Bapak, Ibu, adik, dan seluruh keluarga saya. Terima kasih untuk semua
dukungan dan doanya. Tanpa kalian saya bukanlah apa-apa.
13.Queenzy, Hugo dan Marsha, tiga sahabat berkaki empat saya. Terima
kasih karena sudah pernah menjadi bagian dari cerita hidup saya dan
menjadi inspirasi penulis dalam membuat karya ilmiah ini.
14.Untuk semua orang-orang yang tidak sempat saya tuliskan atau sebutkan
di sini. Terima Kasih untuk bantuannya baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat kekurangan, baik dari segi penulisan maupun metode.Oleh karena itu
penulis dengan sangat terbuka menerima segala bentuk masukan yang
membangun demi kepentingan penelitian selanjutnya.Semoga skripsi yang telah
penulis susun mampu bermanfaat bagi banyak orang, baik bagi dunia psikologi
maupun khalayak umum.Akhir kata, terima kasih yang tak terhingga dan semoga
kebaikan selalu menyertai kita semua.
Penulis
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI………iii
HALAMAN MOTTO ……….iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………..v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….vi
ABSTRAK……….vii
ABSTRACT………..vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN………ix
KATA PENGANTAR……….x
DAFTAR ISI………..………...xxi
DAFTAR TABEL………...………..xvi
DAFTAR LAMPIRAN………xvii
BAB IPENDAHULUAN………1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
1. Manfaat Teoretis ... 6
xiv
BAB IILANDASAN TEORI
A. Kepemilikan Anjing Peliharaan ... 7
1. Hubungan Anjing dan Manusia ... 7
2. Sejarah Anjing ... 8
B. Kecemasan ... 9
1. Pengertian Kecemasan ... 9
2. Aspek Kecemasan ... 10
3. Tingkatan Kecemasan ... 12
4. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan ... 15
5. Cara Mengatasi Kecemasan ... 17
C. Kecemasan dan Pemelihara Anjing ... 18
D. Hipotesis ... 19
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN………...21
A. Jenis Penelitian ... 21
B. Variabel Penelitian ... 21
1. Variabel bebas ... 21
2. Variabel tergantung ... 22
C. Definisi Operasional... 22
1. Tingkat kecemasan ... 22
xv
D. Subjek Penelitian ... 22
1. Pemelihara anjing. ... 23
2. Bukan pemelihara anjing. ... 23
E. Metode Pengumpulan Data ... 23
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 25
1. Validitas ... 25
2. Reliabilitas ... 26
3. Seleksi Aitem ... 27
B. Teknik Analisis Data ... 28
1. Uji Asumsi ... 28
a. Uji Normalitas ... 28
b. Uji Homogenitas ... 29
2. Uji Hipotesis ... 29
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...30
A. Persiapan penelitian ... 30
B. Pelaksanaan Penelitian ... 31
C. Hasil Penelitian ... 32
1. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian ... 32
2. Deskripsi Data Penelitian ... 32
xvi
4. Hasil Uji Homogenitas ... 35
5. Hasil Uji Hipotesis ... 35
D.Pembahasan………37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………38
A. Kesimpulan……….38
B. Kelemahan Penelitian……….38
C.Saran……….………39
DAFTAR PUSTAKA………40
xvii
DAFTAR TABEL
tabel 1. Skoring Aitem Skala Tingkat Kecemasan ...25
tabel 2. Sebaran Aitem Skala Tingkat Kecemasan Sebelum Try Out ...25
tabel 3. Reliabilitas Alat Ukur ... 27
tabel 4 Sebaran Aitem Skala Tingkat Kecemasan Setelah Try Out. ...28
tabel 5.Aitem-Aitem Yang Gugur ...31
tabel 6. Deskripsi Subjek Penelitian ...32
tabel 7. Mean Empiris ...33
tabel 8. Mean Teoretis ...33
tabel 9 Hasil Uji Normalitas...34
tabel 10. Hasil Uji Homogenitas ...35
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: Reliabilitas Skala Tingkat Kecemasan……….…………45
LAMPIRAN 2 Hasil Uji Normalitas……….51
LAMPIRAN 3Hasil Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis independent-samples ttest………53
LAMPIRAN 4 Mean Empiris Pemelihara Anjing dan Bukan Pemelihara Anjing………55
LAMPIRAN 5 Analisis Tambahan………...57
LAMPIRAN 6Skala Tingkat Kecemasan Sebelum Try Out………..60
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Saat ini hobi memelihara hewan menjadi biasa bagi sebagian
orang.Hal ini tampak dari banyaknya informasi yang tersedia mengenai
hewan peliharaan.Di berbagai tempat di Indonesia, dan di Yogyakarta
khususnya, dengan mudah ditemui toko yang menyediakan berbagai
macam kebutuhan hewan peliharaan, seperti pakan, papan, dan aksesoris.
Dari sekian banyak jenis hewan dan peliharaan, anjing menjadi
salah satu yang paling populer (Yuliawati, 2014).Selain karena anjing
memiliki kecerdasan yang baik, anjing dianggap serba guna dalam
meringankan perkerjaan manusia.Banyaknya komunitas-komunitas pecinta
anjing dan komunitas berbasis anjing di Indonesia (Jogja Rott Community,
Jogja Beagle Club, Klub Dobermann Indonesia) serta seringnya diadakan
acara atau event berbasis anjing (Jogja Dog Show) menandakan bahwa
anjing menjadi salah satu primadona bagi masyarakat di Indonesia.
Di sisi lain, masih banyak masyarakat di Indonesia yang
menganggap anjing adalah hewan yang buas dan ganas. Pandangan ini tak
lepas dari adanya beberapa kasus penyerangan anjing terhadap manusia,
seperti kasus 7 ekor anjing yang menggigit majikannya hingga tewas di
daerah Batam, Kepulauan Riau (Arry, 2011) dan terdapat total 31 anjing
Fakta lain menunjukan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara
masyarakat Indonesia dan negara lain, khususnya negara barat dalam
memperlakukan anjing sebagai hewan peliharaan. Banyak masyarakat
Indonesia yang menjadikan anjing sebagai santapan atau lauk (Syafirdi,
2013).
Sejarah panjang kedekatan antara manusia dan anjing berlangsung
sejak 30.000 tahun yang lalu (Nikolai et al, 2011).Manusia menjinakkan
anjing dan memanfaatkan anjing sebagai hewan peliharaan yang
ditugaskan untuk membantu dalam hal berburu sampai menjaga kawanan
kelompok.Bukti kedekatan anjing dan manusia dapat dilihat dari dua kasus
berikut. Pada tahun 1925 saat terjadi musim dingin dan badai salju di
Alaska, seekor anjing jenis siberian husky bernama Balto berhasil menarik
kereta luncur yang membawa obat-obatan dan serum sejauh 1000 km guna
menyelamatkan nyawa penduduk sebuah desa yang terjangkit epidemi
dipetri, pada saat itu jalur transportasi terputus karena terisolasi badai salju
yang besar. Guna mengenang jasa Balto, penduduk Amerika Serikat
membangun patung diri Balto di Central Park, New Yorksebagai simbol
keberanian dan pengorbanan (Zhang, 2011). Pada tahun 1939 – 1944
terdapat seekor anjing jenis Great Dane bernama Just Nuisance yang
tergabung dalam HMS Afrikander, sebuah kesatuan angkatan laut kerajaan
Inggris yang didirikan di kota Simon, pantai selatan Afrika. Just Nuisance
merupakan satu-satunya anjing yang terdaftar secara resmi sebagai
Just Nuisance dimakamkan dengan upacara militer penuh. Saat ini patung
peringatan Just Nuisance berdiri di Jubilee Square, jantung kota Simon,
yang saat ini merupakan rumah angkatan laut Afrika Selatan
(Zhang,2011).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa anjing dan kucing sebagai
hewan peliharaan memiliki dampak positif bagi manusia.Secara fisik,
orang dengan hewan peliharaan melakukan kegiatan fisik dan olahraga
dengan intensitas lebih banyak daripada orang tanpa hewan peliharan
(Keenan, 2010).Orang dengan hewan peliharaan memiliki detak jantung
dan tingkat tekanan darah yang secara signifikan lebih rendah dalam
situasi stres jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki hewan
peliharaan (Allen, 2003).Anak yang tumbuh dengan memiliki anjing
peliharaan memiliki kekebalan tubuh yang lebih kuat dan lebih efektif
memerangi masalah kesehatan kronis (Gern et al, 2004).
Friedmann(1995) mempublikasikan bahwa penderita penyakit
resiko kematian tinggi dengan hewan peliharaan,cenderung memiliki
jantung yang relatif lebih sehat. Hal ini disebabkan hewan peliharaan akan
membantu mereka melewati saat-saat sulit dan menyakitkan. Penelitian
Deborah (2009) menyimpulkan bahwa hewan peliharaan dan kegiatan
perawatan terhadap hewan peliharaan secara tidak langsung meningkatkan
aktivitas fisik dan sebagai media untuk membangun kontak sosial.
Penelitian menemukan bahwa secara psikologismengelus hewan
memunculkan rasa nyaman serta hilangnya rasa sepi dan bosan, sehingga
mengurangi potensi stress dan kecemasan (Barker et al, 2012).
Hasil survey menunjukan bahwa 70% keluarga meningkat
kebahagiaan dan keceriaannya dengan kehadiran hewan peliharaan (Cain,
1985). Penelitian menunjukan kemampuan kognitif anak meningkat
dengan memiliki jenis hewan peliharaan yang dapat merespon sikap anak,
misalnya anjing dan kucing cenderung akan meningkatkan intelejensi anak
(Poresky, 1988). Orang dengan hewan peliharaan umumnya memiliki
harga diri yang lebih besar, lebih sehat secara fisik, dan cenderung tidak
merasa kesepian (Allen et al, 2011).
Memelihara anjing terbukti memberikan rasa aman secara
psikologis pada manusia, karena anjing mampu merespon interaksi
pemiliknya dan memiliki sifat loyal atau setia (Nieburg, 1996). Penelitian
menunjukan membelai hewan peliharaan dapat menurunkan stress dan
rasa cemas pemilik, mengurangi kemungkinan mereka untuk
mengembangkan penyakit kardiovaskuler (Qureshi, 2009).
Kecemasan merupakan fenomena yang tidak bisa terlepas dari
kehidupan manusia.Setiap individu pernah mengalami kecemasan, karena
kecemasan merupakan reaksi adaptif yang dimiliki setiap individu guna
mengantisipasi ancaman yang akan datang (Freud dalam Alwisol, 2005).
Lazarus (1991) menyatakan kecemasan akan terjadi pada manusia sejak ia
Kecemasan didefinisikan sebagai keadaan atau suasana hati yang
ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah di mana
seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau
kemalangan di masa yang akan datang (Barlow, 2006). Berbeda dengan
kecemasan, takut merupakan sebuah respon emosional yang berupa reaksi
siaga langsung terhadap bahaya yang muncul saat ini, dan jelas
sumbernya. Respon yang ditunjukan dapat berupa fight atau flight(APA,
2013).
Kecemasan sebagaimana, gangguan psikologis lainnya bersifat
multidimensional, dan bersumber dari berbagai macam faktor (Barlow,
2006). Ramaiah (2003) menjelaskan kecemasan dapat dipicu berbagai
faktor, seperti faktor lingkungan sosial dan keluarga, faktor fisik, serta
ketakutan akan bahaya yang mengancam.Kecemasan yang muncul karena
faktor lingkungan berupa pengalaman yang tidak menyenangkan pada
individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja, sehingga
individu merasa tidak aman dalam lingkungannya.
Dari segi fisik, kelemahan fisik seperti sakit-sakitan dan daya tahan
tubuh lemah melemahkan kondisi mental individu sehingga memudahkan
timbulnya kecemasan (Rufaidah, 2009).Rasa cemas ditimbulkan oleh
bahaya yang mengancam dirinya.Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa
takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran (Rochman, 2010).
Paparan di atas menunjukan memiliki anjing peliharaan
maupun fisiologis.Salah satu dampak positif tersebut adalah menurunnya
tingkat kecemasan umum pemiliknya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing
dan bukan pemelihara anjing?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan tingkat
kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi
dan pengetahuan di bidang ilmu psikologi sosial, khususnya mengenai
topik kecemasan dan pemeliharaan anjing.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan informasi
mengenai kecemasan dan pemeliharaan anjing bagi masyarakat luas,
akademisi, serta praktisi dalam lingkup psikologi, khususnya psikologi
7
BAB II
LANDASAN TEORI A. Kepemeliharaan Anjing
1. Hubungan Anjing dan Manusia
Manusia dan anjing telah memiliki hubungan sejak lama.Nenek
moyang manusia menggunakan anjing sebagai alat bantu
mempermudah pekerjaan. Anjing gembala misalnya digunakan
menggembalakan ternak, anjing pemburu digunakan membantu proses
berburu, dan anjing penjaga digunakan menjaga ternak dan kawanan
kelompok.
Bangsa Romawi kuno dan Mesir kuno menggunakan anjing guna
menjaga ternak dan menggembalakan ternak, pedagang dari Cina dan
Mongolia menggunakan anjing untuk mengamankan dan menjaga jalur
logistik sepanjang perjalanan, serta jenderal Perancis Napoleon
Bonaparte dan Alexander Agung menggunakan bantuan anjing untuk
memperkuat prajurit dan pasukan (Sila, 2012).
Anjing saat ini tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu
mempermudah pekerjaan, tetapi digunakan pula dalam dunia hiburan
sepertisirkus dan film.Beberapa orang menganggap anjing bagian dari
keluarga dan kelompok.Hodgins (1998) mengatakan hubungan antara
anjing dan manusia merupakan hubungan yang “berbeda”
dagingnya melainkan menyediakan perlindungan, pertemanan dan
membantu pekerjaan lainnya.
Memelihara anjing memberikan manfaat positif bagi fisik dan
psikologis.Sehgal (2012) mengatakansecara psikologis memelihara
anjing memberikan suasana sehat dan membuat pemiliknya belajar
bertanggung jawab.Secara fisik, memelihara anjing mengurangi resiko
penyakit jantung, karena berkurangnya tekanan darah tinggi dan stres
(Sinatra, 2001).
Dapat disimpulkan anjing dan manusia memiliki relasi sejak
jaman nenek moyang.Manusia menggunakan anjing sebagai alat bantu
mempermudah pekerjaan. Para ahli dan hasil penelitian yang dilakukan
Sehgal (2012) dan Sinatra (2001) menunjukkan anjing memberikan
manfaat positif bagi fisik maupun psikologis.Saat ini, relasi manusia
dan anjing tidak sebatas alat bantumempermudah pekerjaan, manusia
memelihara anjing untuk dijadikan teman karena memiliki sifat setia,
dapat diandalkan dan memberikan rasa aman. Kedekatan antara
manusia dan anjing dikatakan lebih “istimewa” dibandingkan dengan
hewan lain. Atas dasar inilah peneliti memilih anjing dalam penelitian
ini dibandingkan hewan lain.
2. Sejarah Anjing
Anjing telahhidup sejak 34.000 tahun yang lalu.Hingga saat ini
terdapat perdebatan antara para ahli mengenai nenek moyang
serigala.Pendapat lain beranggapan anjing tidak berasal dari nenek
moyang serigala, tetapi dari satu jenis tertentu(National Geographic,
2013). Anjing terdiri dari berbagai jenis dan ukuran. Anjing
digolongkan berdasarkan fungsi dan kemampuan khususnya, seperti
anjing gembala (shepard dog), anjing pelacak atau anjing kepolisian
(hound dog), anjing pekerja (working dog) dan anjing penjaga
(guardian dog). Berbagai jenis anjing yang ada saat ini merupakan hasil
persilangan dua atau lebih jenis anjing (Yuliawati, 2014).
B. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan memiliki beberapa pengertian menurut para
ahli.Freud (dalam Alwisol, 2005) mendefinisikan kecemasan sebagai
fungsi ego untuk memperingatkan individu akan kemungkinan bahaya
sehingga disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Nevid dkk (2005)
mengatakan kecemasan menjadi reaksi emosional yang normal di
beberapa situasi, tetapi tidak di situasi lain. Kecemasan adalah respon
tubuh berupa tegangan otot guna memperingatkan individu agar
menghindari ancaman yang datang (APA, 2013).
Davison, Neale dan Kring (2004)mengatakanAnxietas atau
kecemasan adalah keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu
yang buruk segera terjadi. Departemen Kesehatan RI (1990)
mendefinisikan kecemasan sebagai ketegangan, rasa tidak aman dan
menyenangkan. Lazarus (1991 a) mendefinisikan kecemasan sebagai
reaksi individu terhadap hal yang akandatang atau dihadapi.
Kecemasan merupakan perasaan dan keadaan yang menyakitkan,
seperti kegelisahan, kebingungan, dan emosi.Kecemasan
merupakangejala yang biasa pada saat ini, karena di sepanjang
perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian,
rasa cemas sering kali muncul.
Secara umum disimpulkan kecemasan adalah reaksi, respon
atau perilaku yang muncul dalam situasi tertentu apabila merasakan
dan memikirkan akan terjadi sesuatu yang mengancam dirinya.Respon
yang muncul berupa kegelisahan, kebingungan dan ketakutan
tergantung pada individu yang menglaminya.
2. Aspek Kecemasan
Kecemasan terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek afektif (emosional),
kognitif (pikiran), dan fisiologis (fisik) (Maher dalam Calhoun &
Accocella, 1990 b).Adapun aspek-aspek tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Aspek afektif (emosional)
Munculnya kecemasan berkaitan dengan perasaan individu
terhadap hal yang dialami secara sadar dan memiliki ketakutan
yang mendalam. Perasaan dan reaksi yang muncul berupa gelisah,
tidak percaya diri, sensitivitas yang tinggi terhadap orang lain
marah, mudah mengeluh, dan rasa khawatir atau takut berlebihan
terhadap sesuatu hal yang mungkin menimpa.
b. Aspek kognitif (pikiran)
Kecemasan yang muncul dan meningkat menganggu
kemampuan kognitifindividu dalam berpikir jernih, menyelesaikan
masalah, dan menghadapi tuntutan lingkungan sosial.Kecemasan
ini berkaitan dengan ketakutan dan kekhawatiran individu terhadap
konsekuensi yang mungkin akan dihadapi. Adapun reaksi yang
muncul adalah individu menjadi sulit berkonsentrasi dan fokus,
mudah lupa, mudah panik, seringkali menjadi bingung, tidak
mampu membuat keputusan, pikiran menjadi kacau, dan khawatir
sesuatu yang buruk menimpanya di masa mendatang.
c. Aspek Fisiologis (fisik)
Reaksi tubuh akan kecemasan dan keadaan yang tidak
menyenangkan. Ketika mengalami kecemasan dan keadaan yang
tidak menyenangkan, tubuh akan merespon dengan berkeringat
walaupun udara di sekitar tidak panas, telapak tangan dan kaki
terasa dingin, nafas tidak teratur, sering buang air kecil, jantung
berdebar kencang, menggerakan tubuh secara berlebihan, dan perut
terasa mual serta gangguan somatik lainnya.
Aspek kecemasan menurut Maher (dalam Calhoun &
Accocella, 1990) peneliti gunakan karena memiliki cakupan yang luas
3. Tingkat Kecemasan
Bucklew (1980) membagi kecemasan ke dalam tingkat psikologis
dan fisiologis.
a. Tingkat psikologis.
Tingkat psikologis merupakan kecemasan yang berwujud
gejala-gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar
berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya.
b. Tingkat fisiologis.
Tingkat fisiologis merupakan kecemasan yang
mempengaruhi atau terwujud pada gejala-gejala fisik, terutama
pada fungsi sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung
berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Peplau (dalam
Suliswati,2005) dan Stuart (2006) menggolongkan tingkat kecemasan
berdasarkan bobotnya.
Peplau (dalam Suliswati, 2005) menyebutkan empat tingkat
kecemasan,yaitu :
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan merupakan ketegangan sehari-hari.
Individu dengan kecemasan ringan meluas lapang persepsinya dan
menajamkan indra. Kecemasan ringan memotivasi individu untuk
b. Kecemasan sedang
Kecemasan sedang menjadikan individu terfokus hanya
pada pikiran yang menjadi perhatiannyadan membuatpenyempitan
lapang persepsi. Individu dengan kecemasan sedang masih dapat
melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.
c. Kecemasan berat
Kecemasan berat menjadikan lapang persepsi individu
sangat sempit. Pusat perhatian individu dengan kecemasan berat
hanya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat memikirkan
hal-hal lain. Individu perlu banyak perhatian / arahan untuk
terfokus pada area lain.
d. Panik
Dalam kepanikan individu kehilangan kendali diri dan detil
perhatian hilang. Kehilangan kontrol, tidak mampu melakukan
apapun meski dengan perhatian.Individu mengalami peningkatan
aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan
orang lain, penyimpangan persepsi, hilangnya pikiran rasional dan
tidak mampu berfungsi secara efektif.Panik biasanya disertai
Tingkatkecemasan menurut Stuart (2006) terdiri dari tiga
tingkatan, yaitu:
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari.Kecemasan ringanmenjadikan individu
waspada dan meningkat lapang persepsinya.Kecemasan ringan
dapat memotivasi belajar dan pertumbuhan kreativitas.
b. Kecemasansedang
Kecemasan sedang memungkinkan individu berfokus pada
hal penting dan mengesampingkan hal lain. Individu dengan
kecemasan sedang mempersempit lapang persepsinya dan dapat
berfokus lebih banyak jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi
individu. Individu berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik
serta tidak berpikir hal lain. Perilaku individu ditujukan untuk
mengurangi ketegangan dan memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area lain.
Tingkat kecemasan tidak peneliti gunakan pada pengukuran
karena peneliti berasumsi bahwa aspek kecemasan lebih mewakili
4. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan
Daradjat (dalam Rochman, 2010) mengatakan kecemasan
disebabkan tiga faktor. Ketiga faktor tersebut adalah:
a. Bahaya yang mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat
dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran.
b. Perasaan berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini
sering menyertai gejala-gejala gangguan mental, kadang-kadang
terlihat dalam bentuk yang umum.
c. Emosi yang berlebihan. Kecemasan muncul karena adanya emosi
yang berlebihan.
Ramaiah (2003) mengatakan tiga faktor yang menimbulkan
kecemasan adalah:
a. Lingkungan
Lingkungan yang tidak aman mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain secara negatif,
sehingga individu merasa tidak aman dalam lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Menekan rasa marah atau frustasi dalam waktu yang sangat
c. Sebab-sebab fisik
Kondisi fisik yang buruk memudahkan munculnya
kecemasan.
Page (dalam Rufaidah, 2009) mengatakan tiga faktor yang
mempengaruhi kecemasan, yaitu:
a. Faktor fisik
Fisik yang lemah memudahkan munculnya gejala-gejala
kecemasan.
b. Trauma dan konflik
Trauma dan konflik sertapengalaman-pengalaman
emosional yang tidak menyenangkanmemungkinkan munculnya
gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik.
Lingkungan awal yangtidak baik memunculkan
gejala-gejala kecemasan.
Az-Zahrani (2005) mengatakan dua faktor yang mempengaruhi
munculnya kecemasan adalah:
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga dengan kondisi penuh pertengkaran,
kesalahpahaman dan ketidakpedulian orang tua terhadap
anak-anaknya.Menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial yang tidak baik menyebabkan
kecemasan.
Dapat disimpulkan para ahli memiliki pendapat yang sama
mengenai faktor penyebab kecemasan. Lingkungan keluarga, lingkungan
sosial, kondisi fisik dan emosi berlebihan menjadi faktor utama yang
mememunculkan kecemasan.
5. Cara Mengatasi Kecemasan
Kecemasan dapat diatasi dengan berbagai cara seperti pengalihan
perhatian, olahraga teratur dan relaksasi.
a. Pengalihan Perhatian
Pengalihan perhatian dilakukan segera saat melihat
munculnya gejala-gejala kecemasan.Cara ini akan menghentikan
sinyal kecemasan ke otak. Pengalihan perhatian dilakukan dengan
caramensugesti diri dan membuang jauh-jauh pikiran yang
membuat panik dan cemas.
b. Olahraga
Olahraga dapat memperbaiki keadaan fisik dan
psikologis.Aktifitas olahraga secara teratur menyeimbangkan
hormon adrenalin dalam tubuh dan mengendurkan otot-otot tegang
c. Relaksasi
Bertein dan Borkorec (dalam Pratiwi 2009) menjelaskan
relaksasi dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan
melemaskan otot-otot tubuh.
C. Kecemasan dan Pemelihara Anjing
Hewan peliharaan termasuk anjing memberikan dampak positif
bagipemeliharanya.Secara fisik, penelitian Allenet al (2003)
menunjukkanpemeliharaanjing memiliki detak jantung dan tingkat tekanan
darah lebih rendah dalam situasi stress dan cemas dibandingkan bukan
pemelihara anjing.Anak yang tumbuh dalam keluarga pemelihara anjing
memiliki kekebalan tubuh kuat dan efektif memerangi masalah kesehatan.
Hasil survey menunjukkan bahwa 70% keluarga meningkat
kebahagian dan keceriaannya dengan kehadiran hewan peliharaan (Cain,
1985).Memelihara anjing memberikan rasa aman secara psikologis, karena
anjing mampu merespon interaksi dan memiliki sifat setia (Nieburg,
1996).Pemelihara anjing memiliki tingkat kecemasan rendah karena anjing
menjadi sarana pengalihan perhatian dalam situasi tertekan (Qureshi,
2000).
Paparan di atas menunjukkan memelihara anjing dapat mengurangi
tingkat kecemasan.
D. Hipotesis
Dari hasil penelitian, riset, serta dinamika teori yang telah
“Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing
dan bukan pemelihara anjing.”
Menekan Sumber-Sumber Kecemasan
Bukan Pemelihara Anjing Pemelihara Anjing
Sering Melakukan Aktifitas Fisik Tidak Melakukan Aktifitas Fisik
Tidak Merasa Aman Secara Psikologis
Merasa Aman Secara Psikologis
Merasa Aman Secara Fisik
Tidak Merasa Aman Secara Fisik
Tidak Memiliki Faktor-Faktor Penekan Sumber Kecemasan Seperti Pada Pemelihara Anjing
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis komparatif.Penelitian komparatif
bersifat danbertujuan membandingkan kelompok yang beradadalam
variabel dan di luar (Siregar, 2009).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat
kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya telah diberi angka
(kuantitatif) atau diartikan variabel adalah konsep yang mempunyai
bermacam-macam nilai, berupa kuantitatif maupun kualitatif yang dapat
berubah-ubah nilainya (Siregar, 2009).
Penelitian ini menggunakan dua buah variabel berbeda yang terdiri
dari variabel bebasdan variabel tergantung sebagai berikut.
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel
tergantung atau menjadi penyebab munculnya variabel tergantung.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung adalah variabel yang kemunculannya
dipengaruhi oleh variabel bebas.Variabel tergantung penelitian adalah
tingkat kecemasan.
C. Definisi Operasional
1. Tingkat kecemasan
Tingkat kecemasan adalah tinggi rendahnya rentang kecemasan
yang dialami individu ketika menyadari ancaman yang datang dan
ditunjukkan ke dalam respon atau perilaku tertentu.Tinggi dan
rendahnya tingkat kecemasan dilihat dari respon atau perilaku yang
muncul dan seberapa sering perilaku tersebut muncul dalam keadaan
tersebut.Tingkat kecemasan diukur dengan melihat indikator yang
muncul berdasarkan aspek kecemasan Maher (dalam Calhoun &
Accocella, 1990 b).
2. Pemelihara Anjing
Pemelihara anjing adalah orang yang memelihara dan memiliki
satu atau lebih anjing selama minimal satu tahun.Relasi tersebut dapat
berwujud afeksi dan materi.
D. Subjek Penelitian
Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik convenience
sampling.Siregar (2009) mendefinisikan Convenience sampling sebagai
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang tersebut tepat
dan sesuai sebagai sumber data dan sesuai dengan kriteria utama peneliti.
Terdapat dua jenis subjek yang digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. Pemelihara anjing.
Sampel dalam kelompok ini dipilih berdasarkan kriteria yaitu,
sedang memelihara dan memiliki anjing minimal satu tahun. Peneliti
terlebih dahulu melakukan wawancara terhadap calon subjek dengan
teknik casual interview guna mengetahui perlakuan atau aktifitas apa
yang sering dilakukan antara calon subjek dan anjing peliharaannya.
2. Bukan pemelihara anjing.
Sampel dalam kelompok ini tidak memiliki kriteria khusus, siapa
pun mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel
penelitian dalam kelompok ini. Sampel dalam kelompok ini tidak
pernah memelihara anjing maupun hewan lain sebelumnya.
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian menggunakan metode skala
pengukuran. Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan
sebagai acuan atau tolak ukur untuk menentukan panjang pendeknya
interval pada alat ukur, sehingga bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data (Siregar, 2009).Jenis skala dalam penelitian ini adalah
skala Likert, skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang tentang fenomena tertentu atau objek tertentu.Skala
pernyataan positif.Skor dalam skala Likert terdiri dari skor 5, 4, 3, 2, 1
untuk pernyataan positif dan 1, 2, 3, 4, 5 untuk pernyataan negatif.Bentuk
jawaban skala Likert terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju (Siregar, 2009).Peneliti menghilangkan
jawaban netral atau nilai tengah dalam penelitian (3).Keputusan ini
peneliti ambil guna menghilangkan kecenderungan central tendencypada
saat pengisian skala (Hartanta & Mangundjaya, 2011).
Tingkat kecemasan diukur menggunakan Skala Tingkat
Kecemasan yang peneliti susun sendiri.Indikator aitem peneliti susun
berdasarkan 3 aspek kecemasan menurut Maher (dalam Calhoun &
Accocella, 1990 b) yang terdiri dari aspek afektif, kognitif dan
fisiologis.Aspek tersebut peneliti gunakan karena cukup lengkap melihat
indikasi kecemasan seseorang. Skala Tingkat Kecemasan terdiri dari 50
aitem, aitem favorableberumlah 25 soal, dan aitem unfavorableberjumlah
25 soal. Sebaran aitemnya sebagai berikut, aspek emosional memiliki 10
buah aitem favorable dan 10 buah aitem unfavorable.Aspek kognitif
memiliki 7 buah aitem favorable dan 7 buah aitem unfavorable.Aspek
fisiologis memiliki 8 buah aitem favorable dan 8 buah aitem
unfavorable.Tinggi rendahnya rentang kecemasan dilihat dari besar
jumlah skor yang dihasilkan.Semakin besar jumlah skor yang dihasilkan,
maka tingkat kecemasan yang dimiliki semakin tinggi.Sebaliknya apabila
semakin rendah skor yang dihasilkan, maka menandakan rendahnya
Tabel 1. Skoring Aitem Skala Tingkat Kecemasan
Pilihan Jawaban Unfavorable Favorable
Sangat Setuju (SS) 1 4
Setuju (S) 2 3
Tidak Setuju (TS) 3 2
Sangat Tidak Setuju
(STS)
4 1
Tabel 2. Sebaran Aitem Skala Tingkat Kecemasan Sebelum Try Out
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas
Validitas bertujuan mengetahui apakah skala mampu menghasilkan
data akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2009).Validitas
digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu
mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2009).
Aspek Unafvorable Favorable Jumlah
Afektif No. 4,10,16,22,28,34, 40,45,48,50. No.1,7,13,19,25,31,37, 43,47,49. 20 (40%)
Kognitif No.
5,11,17,23,29,35,41.
No.2,8,14,20,26,32,38. 14 (28%) Fisiologis No.
Validitas yang digunakan adalah validitas isi.Validitas isi bertujuan
menunjukkan kemampuan suatu instrumen mengukur isi atau konsep
yang harus diukur.Alat ukur dikatakan valid apabila mampu
mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur
(Siregar, 2009). Hopkin (Siregar, 2009) menjelaskan validitas isi
berkaitan dengan proses anlisis logis. Validitas isi penelitian ini
dilakukan dengan metode telaah soal atau aitem dengan anlisis logis
dan rasional, serta dengan metode professional judgement yang
dilakukan oleh dosen pembimbing.
Dalam melakukan validasi alat ukur, peneliti terlebih dahulu
membuat blue print skala penelitian, yang kemudian blue print
tersebut akan di koreksi dan di setujui oleh dosen pembimbing peneliti.
Langkah ini dilakukan agar isi dari skala yang peneliti susun
benar-benar mampu mengukur apa yang ingin peneliti ukur.
2. Reliabilitas
Siregar (2009) mendefinisikan realiabilitas sebagai teknik untuk
mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila
dilakukan pengukuran sebanyak dua kali atau lebih terhadap gejala
yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama pula.
Pengukuran reliabilitas penelitian menggunakan teknik Alpha
Cronbach dengan programSPSS 16.0 for windows.
Setelah dilakukan pengukuran reliabilitas instrumen alat ukur
Windows, ditemukan reliabilitas sebesar 0,850. Hasil ini menunjukan
reliabilitas alat ukur yang digunakan sudah baik, karena memiliki nilai
[image:47.595.99.511.185.594.2]reliabilitas lebih besar dari 0,5 (Nunnally, 1978).
Tabel 3. Reliabilitas Alat Ukur
3. Seleksi Aitem
Seleksi aitem penelitian dilakukan dengan caraprofessional
judgement dan menggunakan teknik alpha cronbach melalui program
SPSS16.0 for Windows. Setelah dilakukan try out dan pengukuran
instrumen alat ukur dengan teknik alpha cronbach melalui program
SPSS, terdapat total 20 aitem tidak memenuhi syarat dan dinyatakan
gugur. Aitem yang gugur memiliki nilai item-total correlation kurang
dari 0,3 ( < 0,3). Aitem-aitem yang gugur terdiri dari total 9 aitem
untuk aspek afektif dengan nomor soal 7, 16, 28, 34, 37, 40, 43, 45,
dan 49.Aspek kognitif terdiri dari total 4 aitem yang gugur dengan
nomor soal 17, 29, 35, dan 38.Aspek afektif terdiri dari total 7 aitem
yang gugur dengan nomor soal 3, 6, 18, 30, 36, 39, dan 46.
Aitem-aitem tersebut memiliki rentang nilai item-total correlation antara
Dengan demikian, terdapat total 30 aitem yang memenuhi syarat
dan dapat digunakan dalam penelitian ini. Aitem yang memenuhi
syarat memiliki nilai item-total correlation lebih dari 0,3 ( >0,3).
Aitem-aitem yang memenuhi syarat terdiri dari total 11 aitem untuk
aspek afektif, total 10 item untuk aspek kognitif, dan total 9 aitem
untuk aspek fisiologis. Aitem-aitem ini memiliki rentang nilai
[image:48.595.105.515.256.614.2]item-total correlation antara 0,303 hingga 0,641.
Tabel 4.Sebaran Aitem Skala Tingkat Kecemasan Setelah Try Out (Nomor dengan tanda * adalah aitem yang gugur).
B. Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengecek apakah data
penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal. Uji
normalitas merupakan salah satu syarat sebelum melakukan uji
beda menggunakan t-test(Santoso, 2010).
Aspek Unafvorable Favorable Jumlah
Afektif 4,10,16*,22,28*,34*, 40*,45*,48,50. 1,7*,13, 19, 25,31,37*, 43*,47,49*. 11 (37%)
Kognitif 5,11,17*,23,29*, 35*,41. . 2,8,14,20,26,32,38*. 10 (33%) Fisiologis 6*,12,18*,24, 30*, 36*
,42, 46* .
3*,9,15, 21,27,33,39*, 44.
9 (30%)
Total Item 30 Aitem
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah varian
dalam kelompok bersifat homogen atau relatif sejenis (Winarsunu,
2006).Uji homogenitas penelitian menggunakanLevene’s test for
equality of variances melalui program SPSS 16.0 for Windows.
Uji homogenitas merupakan syarat sebelum melakukan uji
beda menggunakan t-test, karena ketika dilakukan t-test
asumsinya adalah distribusi varian kelompok dalam penelitian ini
bersifat homogen. (Santoso, 2010).
2. Uji Hipotesis
Guna melakukan analisis uji hipotesis, peneliti menggunakan uji t
dua sampel atau independent-samples t test melalui program SPSS
16.0 for Windows.Uji t atau t – test adalah teknik statistik yang
digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan dua buah mean yang
berasal dari dua buah distribusi (Winarsunu, 2006).
Independent-samples t-test digunakan karena analisis statistik tersebut sesuai
dengan isi dan tujuan penelitian yang bersifat komparatif atau
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu
melakukanpersiapan penelitian melalui try out guna mengukur reliabilitas
aitem dan seleksi aitem. Try out dilaksanakan pada tanggal 27 November
2014 sampai dengan 2 Desember 2014. Subjek yang digunakan dalam try
out berjumlah 30 orang dengan rentang usia 18 tahun hingga 23 tahun.
Subjek berjenis kelamin perempuan terdiri dari 18 orang dan subjek
berjenis kelamin laki-laki terdiri dari 12 orang.Mayoritas subjek berlatar
belakang pendidikan perguruan tinggi.Proses try out dilakukan dengan
menyebar skala pengukuran di sejumlah lokasi, yaitu di lingkungan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, rumah kost kerabat peneliti, dan
melalui bantuan dari kerabat-kerabat peneliti.
Hasil try outmenunjukkan reliabilitas senilai 0,850, nilai tersebut
menandakan reliabilitas instrumen alat ukur yang peneliti gunakan baik,
karena memiliki nilai lebih dari 0,5 ( > 0,5). Peneliti menggunakan teknik
alpha cronbach melalui program SPSS 16.0 for Windows guna mengukur
reliabilitas alat ukur. Aitem yang gugur dalam proses try out berjumlah 20
aitem. Aitem-aitem tersebut dinyatakan gugur karena memiliki nilai
item-total correlation kurang dari 0,3 ( < 0,3). Aitem yang tersisa dan dapat
yang memenuhi syarat memiliki nilai item-total correlation di atas 0,3 ( >
[image:51.595.96.503.184.651.2]0,3).
Tabel 5. Aitem-aitem Yang Gugur (tanda * adalah aitem yang gugur)
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitiandimulai dengan proses penyebaran skala pada tanggal3
Desember 2014 sampai dengan 13 Desember2014. Skala disebarkandi
beberapa pusat keramaian, seperti kawasan kampus 1, 2, 3 Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, klinik dan praktek dokter hewan, serta pet
shopyang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Skala disebarkan
dengan cara memberikan kepada orang-orang atau responden yang
kebetulan berada di lokasi yang peneliti tuju.
Teknik sampling penelitian adalah convenience sampling, dengan
teknik sampling ini peneliti menemukan 70 orang responden atau subjek. Afektif
4,10,16*,22,28*,34*, 40*,45*,48,50.
1,7*,13, 19, 25,31,37*, 43*,47,49*.
Kognitif
5,11,17*,23,29*, 35*,41.
2,8,14,20,26,32,38*.
Fisiologis
6*,12,18*,24, 30*, 36* ,42, 46* .
3*,9,15,
Pengambilan data menemui kesulitan dan hambatan pada orang
yang tidak bersedia untuk menjadi sumber data karena berbagai alasan dan
yang tidak sesuai dengan kriteria penelitian.
C. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian berjumlah 70 orang,terdiri dari 35 orang
pemelihara anjing dan 35 orang bukan pemelihara anjing.Pemelihara
anjing terdiri dari 17 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.Bukan
pemelihara anjing terdiri dari 12 orang laki-laki dan 23 orang
perempuan. Rentang usia subjek penelitian adalah 18 tahun sampai
dengan 47 tahun.Subjek penelitian berasal dari berbagai latar belakang
[image:52.595.98.517.167.618.2]dengan mayoritas mahasiswa dan mahasiswi.
Tabel 6. Deskripsi Subjek Penelitian
2. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian terdiri dari mean empiris tiap-tiap
kelompok dan mean teoretis. Mean empiris pemelihara anjing adalah
65,7714 dan bukan pemelihara anjing adalah 68. Mean teoretis adalah
75.
Jenis Kelamin Pemelihara Anjing Bukan Pemelihara Anjing
Persentase
Laki-Laki 17 Orang 12 Orang 50% Perempuan 18 Orang 23 Orang 50%
Berikut disajikan tabel deskripsi data penelitian yang berisi
[image:53.595.99.514.171.598.2]mean empiris tiap kelompok dan mean teoretis.
Tabel 7. Mean Empiris
Xmax Xmin Mean SD N
Pemelihara Anjing 94 43 65,7714 9,84314 35
Bukan Pemelihara Anjing 90 51 68 8,89481 35
Tabel 8. Mean Teoretis
Xmax Xmin Mean
120 30 75
Tabel di atas menunjukkan pemelihara anjing memiliki mean
empiris 65,7714lebih kecil daripada mean teoretis sebesar 75 (65,7 <
75). Data tersebut mengindikasikan bahwa pemelihara anjing memiliki
tingkat kecemasan rata-rata rendah.Bukan pemelihara anjing memiliki
mean empiris 68lebih kecil daripada mean teoretis sebesar 75 (68< 75).
Data tersebut juga menunjukkan bahwa bukan pemelihara anjing
memiliki tingkat kecemasan rata-rata rendah.Mean empiris pemelihara
anjing lebih kecil daripada bukan pemelihara anjing (65,7< 68).
Datatersebut menandakan bahwa pemelihara anjing memiliki tingkat
3. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan guna melihat apakah data penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan menggunakan
program SPSS 16.0 for Windows. Distribusi data dikatakan normal
apabila memiliki signifikansi lebih besar daripada 0,05 ( > 0,05). Data
dengan signifikansi kurang dari 0,05 ( < 0,05) adalahberdistribusi tidak
normal.Tabel berikut disajikan untuk melihat signifikansi data dan
[image:54.595.99.516.247.598.2]melihat hasil uji normalitas yang telah dilakukan.
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas
Pemelihara Anjing Bukan Pemelihara Anjing
Kolmogorov-Smirnov Z 0,098 0,116
Sig. 0,2 0,2
Tabel di atas menunjukkan kelompok pemelihara anjing
memiliki nilai signifikansi 0,2dan kelompok bukan pemelihara anjing
memiliki nilai signifikansi 0,2. Kedua kelompok data memiliki nilai
signifikansi lebih dari 0,05 ( 0,2/ 0,2 > 0,05). Kedua kelompok data
memiliki distribusi data normal dan syarat untuk melakukan uji
4. Hasil Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah kedua
kelompok data penelitian memiliki varian yang sama. Signifikansi lebih
besar dari 0,05( > 0,05) menandakan varian dalam kelompok penelitian
sama, apabila signifikansinya lebih kecil daripada 0,05 ( < 0,05) maka
variannya berbeda. Uji homogenitas dilakukan menggunakan teknik
Levene’s test for equality of variances melalui program SPSS 16.0 for
Windows. Hasil perhitungan menunjukkan signifikansi sebesar 0,143
lebih besar daripada 0,05(0,143> 0,05). Kelompok data penelitian
[image:55.595.99.513.251.609.2]memiliki varian yang sama.
Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas
Levene’s test for equality of variances
0,143
5. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan menggunakan independensamples
t-testmelalui program SPSS 16.0 for Windows. Signifikansi lebih besar
dari 0,05 ( > 0,05) menandakan tidak terdapat perbedaan tingkat
kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing (Ho
diterima, Ha ditolak). Signifikansi lebih kecil daripada 0,05( < 0,05)
menandakanterdapat perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara
anjing dan bukan pemelihara anjing (Ho ditolak, Ha diterima).
Tabel 11. Hasil Uji Hipotesis
T Sig 2 tailed
-0,994 0,324
Ho :Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing
dan bukan pemelihara anjing.
Ha : Ada perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan
bukan pemelihara anjing.
Signifikansi > 0,05 Ho diterima
Signifikansi < 0,05 Ho ditolak
Tabel di atas menunjukkan signifikansi penelitian memiliki nilai
0,324; lebih besar daripada 0,05 (0,324> 0,05). Data tersebut
menandakan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.Tidak terdapat
perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan
D. Pembahasan
Hasil uji hipotesis menggunakan independensamples
t-testmenunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan tingkat kecemasan
antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing.
Tidak adanya perbedaan tingkat kecemasan antar kedua kelompok
subjek dapat disebabkan berbagai faktor.
Faktor utama adalah perbedaan persepsi dan perlakuan terhadap
anjing pada masyarakat negara-negara Asia dalam hal ini Indonesia dan
negara-negara Eropa serta Amerika. Negara-negara Eropa dan Amerika
menganggap anjing lebih dari sekedar alat bantu dalam kehidupan
sehari-hari.Mereka menganggap anjing sebagai sahabat dalam hidup yang
mampu memberikan rasa aman dan dukungan baik secara fisik maupun
psikologis.Anjing dianggap lebih dari sekedar hewan peliharaan.Hal ini
disebutkan dalam penelitian-penelitian dan buku mengenai anjing dan
dampak baiknya, seperti penelitian Friedman (1996) dan Keenan (2010) di
Amerika Serikat.Negara-negara Asia khususnya Indonesia memandang
anjing bukan sebagai sahabat dalam hidup tetapi hanya sebatas alat bantu
dan hewan peliharaan.Tidak jarang masyarakat memanfaatkan anjing
sebagai lauk atau makanan.Dalam kasus berikut, di sebuah provinsi di
Indonesia pada tahun 2013 tercatat ada sekitar 1.000 ekor anjing yang
dijadikan santapan dalam perayaan tahun baru (Syafirdi,2013).
Persepsi masyarakat Indonesia ini menjadi faktor penyebab yang
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Pengujian dengan menggunakan independent-samples
t-testmenunjukan signifikansi sebesar 0,324. Nilai tersebut lebih
tinggi daripada 0,05 (0,324 > 0,05).Dengan demikian tidak terdapat
perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan
pemelihara anjing. Hipotesis penelitian ditolak.
2. Pemelihara anjing memiliki mean empiris sebesar 65,7714 dan
bukan pemelihara anjing memiliki mean empiris sebesar 68.kedua
hasil tersebut lebih rendah daripada mean teoretis sebesar 75.
Kedua kelompok cenderung memiliki tingkat kecemasan yang
rendah.
B. Kelemahan Penelitian
1. Kriteria operasional pemelihara anjing kurang diperhatikan.
2. Kecemasan yang diukur tidak spesifik.
3. Sumber referensi, teori dan jurnal dalam penelitian ini telah
C. Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya
a. Hendaknya kriteria operasional pemelihara anjing diperketat
dan ditambahkan, seperti lama memelihara anjing, seberapa
sering mengajak anjing berolah raga, dan seberapa sering
bermain dengan anjing peliharaan.
b. Hendaknya lebih menspesifikkan kecemasan yang ingin
diukur. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan kecemasan
terhadap kesepian atau kebugaran tubuh, karena secara teori
terdapat kaitan antara memelihara anjing dan kesepian serta
rasa aman secara fisik.
c. Hendaknya menggunakan sumber referensi kepemeliharaan
anjing yang berasal dari Indonesia agar mendapatkan hasil
40
DAFTAR PUSTAKA
AHA, (2013). Pet Ownersip and Cardiovascular Risk: A Scientific Statement FromThe American Heart Association. Dallas: American Heart Association.
Allen, K. (2003). Are Pets A Healthy Pleasure? The Influence of Pets on Blood Pressure.Journal of American Psychological Society Volume 12, Number 6.
Allen, R. M., Christina.A., Tonya, M. B., Shoda, M., Stayton, L. E. &Martin, E. C. (2011).Friends With Benefits: On The Positive Consequences of Pet Ownership. Journal of Personality and Social PsychologyVolume 101,Number 6.
Alwisol.(2005). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
American Psychological Association. (2010). Publication Manual of The American Psychological Association – 6th Edition. Washington: APA.
American Psychological Association. (2013). DSM – V. Washington: APA.
Arry, A. (2011). Kelaparan 7 Ekor Anjing Ini Makan Majikannya. http://nasional.news.viva.co.id/news/read/245085-kelaparan--7-ekor- anjing-ini-makan-majikannya.Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2014
Azwar, S. (2009).Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Az-Zahrani, M.(2005).Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.
Barker, T. R., Knisely, S. J., Barker, B. S., Cobb, K. R., & Schubert, M. C. (2012). Preliminary Investigation of
Employee’s Dog Presence on Stress and Organizational Perceptions.
International Journal of Workplace Health ManagementVolume 5,Issue 1
Barlow, H. D. & Durand, V. M. (2006).Intisari Psikologi Abnormal, Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bucklew, J. (1980). Paradigma For Psychopathology. A Contribution to History Analysis. New York: J.B. Lippenscott Company.
Calhoun, J. F., & Acocella. J. R. (1990 b). Psychology Of Adjusment and Human. Relationship.New York: Mc Graw Hill Book Company.
Cusack, O. (1998). Pets and Mental Health. London: The Haworth Press.
Davison, C. G., Neale, M. J. & Kring, M. A. (2004).Abnormal Psychology.9th. Edition. Toronto:Wiley & Sons, Inc.
Deborah, L. W. (2007). Domestics Dog and Human Health: An Overview. British Journal of Health PsychologyVolume 12, Number 145-146.
Deborah, L. W. (2009). The Effects of Animal on Human Health and Well-Being. Journal of Social Issues Volume 65, Number 3
Departemen Kesehatan RI. (2009). Kesehatan Jiwa Sebagai Prioritas Global http://www.depkes.go.id/article/print/394/kesehatan-
jiwasebagaiprioritas-global.html.Diunduh pada tanggal 11 Oktober 2014.
Friedmann, E. T. (1995). Pet Ownersip, Social Support, and One-year Survival After Acute Myocardial Infraction in The Cardiac Arrhythmia Suppression Trial. The American Journal of Cardiology Volume 76, Issue 17
Davison, C. G. & Neale, M. J. (1996).Davison Neale: Abnormal Psycology Revised 6th Edition. Toronto: Wiley & Sons, Inc.
Gern, J. E., Reardon C. L., Hoffjan, S., Nicolae. D., Li, Z., Roberg, K. A., Neaville, W. A., Carlson-Dakes, K., Adler, K., Hamilton, R., Anderson, E., Gilbertson-White, S., Tisler, C., Dasilva, D., Anklam, K., Mikus, L. D., Rosenthal, L. A., Ober, C., Gangnon,R.& Lemanske, R. F. Jr., (2004).Effects of Dog Ownership and Genotype on Immune Development and Atopy in Infancy.Journal of Allegry and Clinical ImunologyVolume 113, Issue 2.
Hartanta, E. J.& Mangundjaya, W. G. (2011).Menyidik Keberadaan Social Desirability (SD) pada Variabel Penelitian Perilaku.Jurnal Psikologi IndonesiaVolume 8, No 1.
Keenan, A. T. (2010). Pet Ownersip and exercise: an AARP Bulletin Poll. Wasington, DC: AARP
Lazarus, R. S. (1991 b).Progress on A Cognitive-Motivational-Relational Theory of Emotion. American Psychologist.
National Geographic Channel. (2014). Cosmos: a Spacetime Oddyssey. New York: NatGeo.
Nevid, J. S., Spencer, R. A.& Greene.(2005). Psikologi Abnormal 5thEdition. Jakarta: Erlangga.
Nieburg, H. (1996). Pet loss: A Toghtfull Guide for Adults and Childern. New York:HarperCollins.
Hodgins, W.G., Nikolai, D. S., Crockford, J. S., Yaroslav, V. K., Higham, F. G. T. &Van Der Plicht, A. (2011). A33,000-Year-Old Incipient Dog from the Altai Mountains of Siberia: Evidence of the Earliest Domestication Disrupted by the Last Glacial Maximum. New York: PLoS ONE.
Nunnaly, J. C. (1978). Psychometric Theory. New York: McGraw Hill.
Olsen, S. J. (1985). Origins of The Domestics Dogs: Fossil Record. Tucson: University of Arizona Press.
Ottney, C. A. (1985).Pets as Family Members. Journal of Marriage and Family ReviewVolume 8, Issue 3-4.
Pedak, M. (2009).Metode Supernol Menaklukan Stress. Jakarta: Hikmah Publishing House.
Poresky, R.H. (1988). Companion Animals and Other Factors Affecting Young
Children’s Development.AnthrozoosVolume 9, Number 4.
Pratiwi.(2009). Kesehatan Keluarga. Yogyakarta: Oryza.
Qureshi, A. (2009).Cat ownership and The Risk of Fatal Cardiovascular Diseases.Results from the Second National Health and Nutrition Examination Study Mortality Follow-up Study.Journal of Vascular and Interventional NeurologyVolume 2, Number 1.
Ramaiah, S. (2003).Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Rufaidah, R. E.(2009). Efektifitas Terapi Kognitif Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Penderita Asma di Surakarta.Thesis.Program Magister Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Sakson, S. (2007).Paws & Effect: The Healing Power of Dogs. New York: Alyson Books.
Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi: Dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta:Penerbit Universitas Sanata Dharma
Santoso, A. (2010). T-test: The Beginningwww.Psikologistatistk.blogspot.com. Diakses pada tanggal 13 November 2014.
Serpell, J. (1996). The Domestic Dog.Its Evolution and Interactions with People. London:Cambridge University Press.
Sila, K. A.(2011). Sejarah Anjing Mulai Jadi Sahabat Manusia. http://www.merdeka.com/teknologi/sejarah-anjing-mulai-jadisahabat- mausia.html.Diunduh pada tanggal 4 Oktober 2014.
Sila, K. A.(2012). Pelihara Anjing Untuk Jaga Kesehatan Tubuh dan Mental.http://www.merdeka.com/gaya/pelihara-anjing-untuk-jaga-
kesehatan-tubuh-dan-mental.html.Diunduh pada tanggal 4 Oktober 2014.
Sinatra, T. S. (2001). Heart Sense for Woman: YourPlan for Natural Prevention and Treatm