• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing : perbedaan tingkat kecemasan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing : perbedaan tingkat kecemasan."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

Erga Patragave Ratih

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing. Hipotesis menyatakan terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing. Tingkat kecemasan pemelihara anjing lebih rendah daripada bukan pemelihara anajing. Subjek penelitian berjumlah 35 orang pemelihara anjing dan 35 orang bukan pemelihara anjing. Penelitian menggunakan skala tingkat kecemasan sebagai alat ukur. Alat ukur disusun oleh peneliti dengan reliabilitas 0.85. Analisis data menggunakan

independent-samples t-test dengan signifikansi p= 0.324>0.05. Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing. Pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing memiliki tingkat kecemasan rendah.

(2)

Erga Patragave Ratih

ABSTRACT

This study aimed to see differences level of anxiety between dog owners and non-dog owners. Hypothesis was there were differences level of anxiety between dog owners and non-dog owners. Hypothesis says that dog owners had lower level of anxiety than non-dog owners. The subjects were 35 dog owners and amother 35 non-dog owners. This study used the measurement scale of anxiety made by the author. The reliability 8.50. The data was analysed using independent-samples t-test, with significant p=3.24>0.05. It means there is no significant difference level of anxiety between dog owners and non-dog owners. Dog owners have low anixiety and non-dog owners have low anxiety.

(3)

PEMELIHARA ANJING DAN BUKAN PEMELIHARA ANJING: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhi Salah Satu Syarat

Memeperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

ErgaPatragaveRatih

109114004

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Kapan seseorang akan mati? Saat dia terkena tembakan,

TIDAK!! Saat dia terkena penyakit mematikan, TIDAK!! Saat

dia meminum sup dari jamur beracun, JUGA TIDAK.

Seseorang akan mati apabila dia telah dilupakan

( dr. Hiluluk – One Piece )

Hidup ini seperti pensil yang akan habis, tetapi

meninggalkan tulisan-tulisan yang indah dalam kehidupan ( Nami – One Piece )

Jika keajaiban itu tidak berpihak pada kita, maka kita sendiri yang akan membuat keajaiban itu

( Roronoa Zoro – One Piece )

Mungkin orang-orang menganggapmu bodoh dan menertawakanmu,

tapi itu tidak masalah, yang penting adalah hasrat

(7)

v

Karya Ini Saya Persembahkan Untuk :

Tuhan sang empunya kehidupan dan alam semesta

Kedua orang tua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya

Adik saya tercinta satu-satunya

Keluarga saya di manapun berada yang selalu mendoakan saya

Teman-teman saya yang selalu ada di saat susah maupun senang

Diri saya sendiri untuk semua kerja keras dan perjuangan yang telah dilakukan

Semua orang yang selalu diremehkan tetapi tidak pernah berhenti berjuang untuk

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Januari 2015

Penulis

(9)

vii

Pemelihara Anjing Dan Bukan Pemelihara Anjing: Perbedaan Tingkat Kecemasan

Erga Patragave Ratih

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing.Hipotesis menyatakan terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing.Tingkat kecemasan pemelihara anjing lebih rendah daripada bukan pemelihara anajing.Subjek penelitian berjumlah 35 orang pemelihara anjing dan 35 orang bukan pemelihara anjing.Penelitian menggunakan skala tingkat kecemasan sebagai alat ukur.Alat ukur disusun oleh peneliti dengan reliabilitas 0,85. Analisis data menggunakan

independent-samples t-test dengan signifikansi p= 0,324>0,05.Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing.Pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing memiliki tingkat kecemasan rendah.

(10)

viii

Dog Owners and Non-Dog Owners: The Difference Level of Anxiety

Erga Patragave Ratih

ABSTRACT

This study aimed to see differences level of anxiety between dog owners and non-dog owners. Hypothesis was there were differences level of anxiety between dog owners and non-dog owners. Hypothesis says that dog owners had lower level of anxiety than non-dog owners. The subjects were 35 dog owners and amother 35 non-dog owners. This study used the measurement scale of anxiety made by the author. The reliability 8.50. The data was analysed using independent-samples t-test, with significant p=3.24>0.05. It means there is no significant difference level of anxiety between dog owners and non-dog owners. Dog owners have low anixiety and non-dog owners have low anxiety.

(11)

ix

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Erga Patragave Ratih

NIM : 109114004

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PEMELIHARA ANJING DAN BUKAN PEMELIHARA ANJING: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu

meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal,

Yang menyatakan

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

tuntunan serta penyertaanNya lah penulis mampu untuk menyusun dan

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemelihara Anjing dan Bukan Pemelihara

Anjing: Perbedaan Tingkat Kecemasan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana psikologi di Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari terdapat berbagai pihak yang turut berperan serta

membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi dari awal sampai dengan

selesai. Oleh karena itu pada kesempatan ini, ijinkan penulis untuk mengucapkan

terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. Selaku dosen pembimbing skripsi dan

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas

kesediaan bapak untuk meluangkan waktu dan tenaga guna menjadikan

saya anak bimbingan bapak dan guna membantu saya dalam proses

pengerjaan skripsi ini dari awal hingga selesai.

2. YB. Cahya Widiyanto, M.Si. Selaku dosen penguji skripsi, terima kasih

untuk saran, masukan dan idenya agar skripsi ini mampu menjadi lebih

baik lagi dan bermanfaat.

3. Dr. A. Priyono Marwan, S.J. (Romo Pri) Selaku dosen penguji skripsi,

terima kasih untuk saran, masukan dan idenya agar skripsi ini menjadi

(13)

xi

4. Passchedona Henrietta PDADS, S.Psi., M.A (Mbak Etta) Selaku dosen

pembimbing akademik. Terima kasih untuk bimbingannya selama kurang

lebih 4 tahun ini mbak, dan untuk semua saran serta masukan dalam hal

akademik dan non akademik.

5. Seluruh dosen dan staff pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma. Terima kasih bapak dan ibu untuk semua ilmu yang telah

diberikan kepada penulis, semoga bisa bermanfaat bagi sesama.

6. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Bu

Nanik, Mas Gandung, Pak Gi, Mas Donny, Mas Muji (Muji Beckham).

Terima kasih untuk seluruh bantuannya baik dalam hal administrasi dan

akademik terutama ketika penulis melakukan praktikum.

7. Seluruh responden dalam penelitian. Terima kasih sudah mau meluangkan

waktu dan tenaga untuk membantu saya. Semoga kebaikan selalu

menyertai kita semua.

8. Seluruh teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2010. Terima kasih

untuk pertemanan dan pengalamannya, senang bisa mengenal kalian.

9. Keluarga baru saya selama di Jogja Psikologi Kelas A 2010. Terima kasih

untuk semua kenangan dan pengalamannya, semoga di kemudian hari kita

bisa bertemu lagi.

10.Iwan, Dion, Bayu, Iyus, Gustav, Vincent, Brandan, Engger, Vinsul, Yatim,

Anju, Uki, Togar. Terima kasih untuk semua petualangan, bantuan, dan

(14)

xii

11.Nana Paramita A.K.A Udul. Terima kasih untuk semua bantuan, nasihat,

dan “kuliah”nya. Bersyukur sekali untuk semua waktu, keceriaan dan

cerita yang bisa dilewati bersama.

12.Bapak, Ibu, adik, dan seluruh keluarga saya. Terima kasih untuk semua

dukungan dan doanya. Tanpa kalian saya bukanlah apa-apa.

13.Queenzy, Hugo dan Marsha, tiga sahabat berkaki empat saya. Terima

kasih karena sudah pernah menjadi bagian dari cerita hidup saya dan

menjadi inspirasi penulis dalam membuat karya ilmiah ini.

14.Untuk semua orang-orang yang tidak sempat saya tuliskan atau sebutkan

di sini. Terima Kasih untuk bantuannya baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih

terdapat kekurangan, baik dari segi penulisan maupun metode.Oleh karena itu

penulis dengan sangat terbuka menerima segala bentuk masukan yang

membangun demi kepentingan penelitian selanjutnya.Semoga skripsi yang telah

penulis susun mampu bermanfaat bagi banyak orang, baik bagi dunia psikologi

maupun khalayak umum.Akhir kata, terima kasih yang tak terhingga dan semoga

kebaikan selalu menyertai kita semua.

Penulis

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI………iii

HALAMAN MOTTO ……….iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………..v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….vi

ABSTRAK……….vii

ABSTRACT………..vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN………ix

KATA PENGANTAR……….x

DAFTAR ISI………..………...xxi

DAFTAR TABEL………...………..xvi

DAFTAR LAMPIRAN………xvii

BAB IPENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoretis ... 6

(16)

xiv

BAB IILANDASAN TEORI

A. Kepemilikan Anjing Peliharaan ... 7

1. Hubungan Anjing dan Manusia ... 7

2. Sejarah Anjing ... 8

B. Kecemasan ... 9

1. Pengertian Kecemasan ... 9

2. Aspek Kecemasan ... 10

3. Tingkatan Kecemasan ... 12

4. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan ... 15

5. Cara Mengatasi Kecemasan ... 17

C. Kecemasan dan Pemelihara Anjing ... 18

D. Hipotesis ... 19

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN………...21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Variabel Penelitian ... 21

1. Variabel bebas ... 21

2. Variabel tergantung ... 22

C. Definisi Operasional... 22

1. Tingkat kecemasan ... 22

(17)

xv

D. Subjek Penelitian ... 22

1. Pemelihara anjing. ... 23

2. Bukan pemelihara anjing. ... 23

E. Metode Pengumpulan Data ... 23

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 25

1. Validitas ... 25

2. Reliabilitas ... 26

3. Seleksi Aitem ... 27

B. Teknik Analisis Data ... 28

1. Uji Asumsi ... 28

a. Uji Normalitas ... 28

b. Uji Homogenitas ... 29

2. Uji Hipotesis ... 29

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...30

A. Persiapan penelitian ... 30

B. Pelaksanaan Penelitian ... 31

C. Hasil Penelitian ... 32

1. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian ... 32

2. Deskripsi Data Penelitian ... 32

(18)

xvi

4. Hasil Uji Homogenitas ... 35

5. Hasil Uji Hipotesis ... 35

D.Pembahasan………37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………38

A. Kesimpulan……….38

B. Kelemahan Penelitian……….38

C.Saran……….………39

DAFTAR PUSTAKA………40

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

tabel 1. Skoring Aitem Skala Tingkat Kecemasan ...25

tabel 2. Sebaran Aitem Skala Tingkat Kecemasan Sebelum Try Out ...25

tabel 3. Reliabilitas Alat Ukur ... 27

tabel 4 Sebaran Aitem Skala Tingkat Kecemasan Setelah Try Out. ...28

tabel 5.Aitem-Aitem Yang Gugur ...31

tabel 6. Deskripsi Subjek Penelitian ...32

tabel 7. Mean Empiris ...33

tabel 8. Mean Teoretis ...33

tabel 9 Hasil Uji Normalitas...34

tabel 10. Hasil Uji Homogenitas ...35

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: Reliabilitas Skala Tingkat Kecemasan……….…………45

LAMPIRAN 2 Hasil Uji Normalitas……….51

LAMPIRAN 3Hasil Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis independent-samples ttest………53

LAMPIRAN 4 Mean Empiris Pemelihara Anjing dan Bukan Pemelihara Anjing………55

LAMPIRAN 5 Analisis Tambahan………...57

LAMPIRAN 6Skala Tingkat Kecemasan Sebelum Try Out………..60

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Saat ini hobi memelihara hewan menjadi biasa bagi sebagian

orang.Hal ini tampak dari banyaknya informasi yang tersedia mengenai

hewan peliharaan.Di berbagai tempat di Indonesia, dan di Yogyakarta

khususnya, dengan mudah ditemui toko yang menyediakan berbagai

macam kebutuhan hewan peliharaan, seperti pakan, papan, dan aksesoris.

Dari sekian banyak jenis hewan dan peliharaan, anjing menjadi

salah satu yang paling populer (Yuliawati, 2014).Selain karena anjing

memiliki kecerdasan yang baik, anjing dianggap serba guna dalam

meringankan perkerjaan manusia.Banyaknya komunitas-komunitas pecinta

anjing dan komunitas berbasis anjing di Indonesia (Jogja Rott Community,

Jogja Beagle Club, Klub Dobermann Indonesia) serta seringnya diadakan

acara atau event berbasis anjing (Jogja Dog Show) menandakan bahwa

anjing menjadi salah satu primadona bagi masyarakat di Indonesia.

Di sisi lain, masih banyak masyarakat di Indonesia yang

menganggap anjing adalah hewan yang buas dan ganas. Pandangan ini tak

lepas dari adanya beberapa kasus penyerangan anjing terhadap manusia,

seperti kasus 7 ekor anjing yang menggigit majikannya hingga tewas di

daerah Batam, Kepulauan Riau (Arry, 2011) dan terdapat total 31 anjing

(22)

Fakta lain menunjukan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara

masyarakat Indonesia dan negara lain, khususnya negara barat dalam

memperlakukan anjing sebagai hewan peliharaan. Banyak masyarakat

Indonesia yang menjadikan anjing sebagai santapan atau lauk (Syafirdi,

2013).

Sejarah panjang kedekatan antara manusia dan anjing berlangsung

sejak 30.000 tahun yang lalu (Nikolai et al, 2011).Manusia menjinakkan

anjing dan memanfaatkan anjing sebagai hewan peliharaan yang

ditugaskan untuk membantu dalam hal berburu sampai menjaga kawanan

kelompok.Bukti kedekatan anjing dan manusia dapat dilihat dari dua kasus

berikut. Pada tahun 1925 saat terjadi musim dingin dan badai salju di

Alaska, seekor anjing jenis siberian husky bernama Balto berhasil menarik

kereta luncur yang membawa obat-obatan dan serum sejauh 1000 km guna

menyelamatkan nyawa penduduk sebuah desa yang terjangkit epidemi

dipetri, pada saat itu jalur transportasi terputus karena terisolasi badai salju

yang besar. Guna mengenang jasa Balto, penduduk Amerika Serikat

membangun patung diri Balto di Central Park, New Yorksebagai simbol

keberanian dan pengorbanan (Zhang, 2011). Pada tahun 1939 – 1944

terdapat seekor anjing jenis Great Dane bernama Just Nuisance yang

tergabung dalam HMS Afrikander, sebuah kesatuan angkatan laut kerajaan

Inggris yang didirikan di kota Simon, pantai selatan Afrika. Just Nuisance

merupakan satu-satunya anjing yang terdaftar secara resmi sebagai

(23)

Just Nuisance dimakamkan dengan upacara militer penuh. Saat ini patung

peringatan Just Nuisance berdiri di Jubilee Square, jantung kota Simon,

yang saat ini merupakan rumah angkatan laut Afrika Selatan

(Zhang,2011).

Beberapa penelitian menunjukan bahwa anjing dan kucing sebagai

hewan peliharaan memiliki dampak positif bagi manusia.Secara fisik,

orang dengan hewan peliharaan melakukan kegiatan fisik dan olahraga

dengan intensitas lebih banyak daripada orang tanpa hewan peliharan

(Keenan, 2010).Orang dengan hewan peliharaan memiliki detak jantung

dan tingkat tekanan darah yang secara signifikan lebih rendah dalam

situasi stres jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki hewan

peliharaan (Allen, 2003).Anak yang tumbuh dengan memiliki anjing

peliharaan memiliki kekebalan tubuh yang lebih kuat dan lebih efektif

memerangi masalah kesehatan kronis (Gern et al, 2004).

Friedmann(1995) mempublikasikan bahwa penderita penyakit

resiko kematian tinggi dengan hewan peliharaan,cenderung memiliki

jantung yang relatif lebih sehat. Hal ini disebabkan hewan peliharaan akan

membantu mereka melewati saat-saat sulit dan menyakitkan. Penelitian

Deborah (2009) menyimpulkan bahwa hewan peliharaan dan kegiatan

perawatan terhadap hewan peliharaan secara tidak langsung meningkatkan

aktivitas fisik dan sebagai media untuk membangun kontak sosial.

Penelitian menemukan bahwa secara psikologismengelus hewan

(24)

memunculkan rasa nyaman serta hilangnya rasa sepi dan bosan, sehingga

mengurangi potensi stress dan kecemasan (Barker et al, 2012).

Hasil survey menunjukan bahwa 70% keluarga meningkat

kebahagiaan dan keceriaannya dengan kehadiran hewan peliharaan (Cain,

1985). Penelitian menunjukan kemampuan kognitif anak meningkat

dengan memiliki jenis hewan peliharaan yang dapat merespon sikap anak,

misalnya anjing dan kucing cenderung akan meningkatkan intelejensi anak

(Poresky, 1988). Orang dengan hewan peliharaan umumnya memiliki

harga diri yang lebih besar, lebih sehat secara fisik, dan cenderung tidak

merasa kesepian (Allen et al, 2011).

Memelihara anjing terbukti memberikan rasa aman secara

psikologis pada manusia, karena anjing mampu merespon interaksi

pemiliknya dan memiliki sifat loyal atau setia (Nieburg, 1996). Penelitian

menunjukan membelai hewan peliharaan dapat menurunkan stress dan

rasa cemas pemilik, mengurangi kemungkinan mereka untuk

mengembangkan penyakit kardiovaskuler (Qureshi, 2009).

Kecemasan merupakan fenomena yang tidak bisa terlepas dari

kehidupan manusia.Setiap individu pernah mengalami kecemasan, karena

kecemasan merupakan reaksi adaptif yang dimiliki setiap individu guna

mengantisipasi ancaman yang akan datang (Freud dalam Alwisol, 2005).

Lazarus (1991) menyatakan kecemasan akan terjadi pada manusia sejak ia

(25)

Kecemasan didefinisikan sebagai keadaan atau suasana hati yang

ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah di mana

seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau

kemalangan di masa yang akan datang (Barlow, 2006). Berbeda dengan

kecemasan, takut merupakan sebuah respon emosional yang berupa reaksi

siaga langsung terhadap bahaya yang muncul saat ini, dan jelas

sumbernya. Respon yang ditunjukan dapat berupa fight atau flight(APA,

2013).

Kecemasan sebagaimana, gangguan psikologis lainnya bersifat

multidimensional, dan bersumber dari berbagai macam faktor (Barlow,

2006). Ramaiah (2003) menjelaskan kecemasan dapat dipicu berbagai

faktor, seperti faktor lingkungan sosial dan keluarga, faktor fisik, serta

ketakutan akan bahaya yang mengancam.Kecemasan yang muncul karena

faktor lingkungan berupa pengalaman yang tidak menyenangkan pada

individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja, sehingga

individu merasa tidak aman dalam lingkungannya.

Dari segi fisik, kelemahan fisik seperti sakit-sakitan dan daya tahan

tubuh lemah melemahkan kondisi mental individu sehingga memudahkan

timbulnya kecemasan (Rufaidah, 2009).Rasa cemas ditimbulkan oleh

bahaya yang mengancam dirinya.Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa

takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran (Rochman, 2010).

Paparan di atas menunjukan memiliki anjing peliharaan

(26)

maupun fisiologis.Salah satu dampak positif tersebut adalah menurunnya

tingkat kecemasan umum pemiliknya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing

dan bukan pemelihara anjing?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan tingkat

kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi

dan pengetahuan di bidang ilmu psikologi sosial, khususnya mengenai

topik kecemasan dan pemeliharaan anjing.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan informasi

mengenai kecemasan dan pemeliharaan anjing bagi masyarakat luas,

akademisi, serta praktisi dalam lingkup psikologi, khususnya psikologi

(27)

7

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kepemeliharaan Anjing

1. Hubungan Anjing dan Manusia

Manusia dan anjing telah memiliki hubungan sejak lama.Nenek

moyang manusia menggunakan anjing sebagai alat bantu

mempermudah pekerjaan. Anjing gembala misalnya digunakan

menggembalakan ternak, anjing pemburu digunakan membantu proses

berburu, dan anjing penjaga digunakan menjaga ternak dan kawanan

kelompok.

Bangsa Romawi kuno dan Mesir kuno menggunakan anjing guna

menjaga ternak dan menggembalakan ternak, pedagang dari Cina dan

Mongolia menggunakan anjing untuk mengamankan dan menjaga jalur

logistik sepanjang perjalanan, serta jenderal Perancis Napoleon

Bonaparte dan Alexander Agung menggunakan bantuan anjing untuk

memperkuat prajurit dan pasukan (Sila, 2012).

Anjing saat ini tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu

mempermudah pekerjaan, tetapi digunakan pula dalam dunia hiburan

sepertisirkus dan film.Beberapa orang menganggap anjing bagian dari

keluarga dan kelompok.Hodgins (1998) mengatakan hubungan antara

anjing dan manusia merupakan hubungan yang “berbeda”

(28)

dagingnya melainkan menyediakan perlindungan, pertemanan dan

membantu pekerjaan lainnya.

Memelihara anjing memberikan manfaat positif bagi fisik dan

psikologis.Sehgal (2012) mengatakansecara psikologis memelihara

anjing memberikan suasana sehat dan membuat pemiliknya belajar

bertanggung jawab.Secara fisik, memelihara anjing mengurangi resiko

penyakit jantung, karena berkurangnya tekanan darah tinggi dan stres

(Sinatra, 2001).

Dapat disimpulkan anjing dan manusia memiliki relasi sejak

jaman nenek moyang.Manusia menggunakan anjing sebagai alat bantu

mempermudah pekerjaan. Para ahli dan hasil penelitian yang dilakukan

Sehgal (2012) dan Sinatra (2001) menunjukkan anjing memberikan

manfaat positif bagi fisik maupun psikologis.Saat ini, relasi manusia

dan anjing tidak sebatas alat bantumempermudah pekerjaan, manusia

memelihara anjing untuk dijadikan teman karena memiliki sifat setia,

dapat diandalkan dan memberikan rasa aman. Kedekatan antara

manusia dan anjing dikatakan lebih “istimewa” dibandingkan dengan

hewan lain. Atas dasar inilah peneliti memilih anjing dalam penelitian

ini dibandingkan hewan lain.

2. Sejarah Anjing

Anjing telahhidup sejak 34.000 tahun yang lalu.Hingga saat ini

terdapat perdebatan antara para ahli mengenai nenek moyang

(29)

serigala.Pendapat lain beranggapan anjing tidak berasal dari nenek

moyang serigala, tetapi dari satu jenis tertentu(National Geographic,

2013). Anjing terdiri dari berbagai jenis dan ukuran. Anjing

digolongkan berdasarkan fungsi dan kemampuan khususnya, seperti

anjing gembala (shepard dog), anjing pelacak atau anjing kepolisian

(hound dog), anjing pekerja (working dog) dan anjing penjaga

(guardian dog). Berbagai jenis anjing yang ada saat ini merupakan hasil

persilangan dua atau lebih jenis anjing (Yuliawati, 2014).

B. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan memiliki beberapa pengertian menurut para

ahli.Freud (dalam Alwisol, 2005) mendefinisikan kecemasan sebagai

fungsi ego untuk memperingatkan individu akan kemungkinan bahaya

sehingga disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Nevid dkk (2005)

mengatakan kecemasan menjadi reaksi emosional yang normal di

beberapa situasi, tetapi tidak di situasi lain. Kecemasan adalah respon

tubuh berupa tegangan otot guna memperingatkan individu agar

menghindari ancaman yang datang (APA, 2013).

Davison, Neale dan Kring (2004)mengatakanAnxietas atau

kecemasan adalah keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu

yang buruk segera terjadi. Departemen Kesehatan RI (1990)

mendefinisikan kecemasan sebagai ketegangan, rasa tidak aman dan

(30)

menyenangkan. Lazarus (1991 a) mendefinisikan kecemasan sebagai

reaksi individu terhadap hal yang akandatang atau dihadapi.

Kecemasan merupakan perasaan dan keadaan yang menyakitkan,

seperti kegelisahan, kebingungan, dan emosi.Kecemasan

merupakangejala yang biasa pada saat ini, karena di sepanjang

perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian,

rasa cemas sering kali muncul.

Secara umum disimpulkan kecemasan adalah reaksi, respon

atau perilaku yang muncul dalam situasi tertentu apabila merasakan

dan memikirkan akan terjadi sesuatu yang mengancam dirinya.Respon

yang muncul berupa kegelisahan, kebingungan dan ketakutan

tergantung pada individu yang menglaminya.

2. Aspek Kecemasan

Kecemasan terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek afektif (emosional),

kognitif (pikiran), dan fisiologis (fisik) (Maher dalam Calhoun &

Accocella, 1990 b).Adapun aspek-aspek tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Aspek afektif (emosional)

Munculnya kecemasan berkaitan dengan perasaan individu

terhadap hal yang dialami secara sadar dan memiliki ketakutan

yang mendalam. Perasaan dan reaksi yang muncul berupa gelisah,

tidak percaya diri, sensitivitas yang tinggi terhadap orang lain

(31)

marah, mudah mengeluh, dan rasa khawatir atau takut berlebihan

terhadap sesuatu hal yang mungkin menimpa.

b. Aspek kognitif (pikiran)

Kecemasan yang muncul dan meningkat menganggu

kemampuan kognitifindividu dalam berpikir jernih, menyelesaikan

masalah, dan menghadapi tuntutan lingkungan sosial.Kecemasan

ini berkaitan dengan ketakutan dan kekhawatiran individu terhadap

konsekuensi yang mungkin akan dihadapi. Adapun reaksi yang

muncul adalah individu menjadi sulit berkonsentrasi dan fokus,

mudah lupa, mudah panik, seringkali menjadi bingung, tidak

mampu membuat keputusan, pikiran menjadi kacau, dan khawatir

sesuatu yang buruk menimpanya di masa mendatang.

c. Aspek Fisiologis (fisik)

Reaksi tubuh akan kecemasan dan keadaan yang tidak

menyenangkan. Ketika mengalami kecemasan dan keadaan yang

tidak menyenangkan, tubuh akan merespon dengan berkeringat

walaupun udara di sekitar tidak panas, telapak tangan dan kaki

terasa dingin, nafas tidak teratur, sering buang air kecil, jantung

berdebar kencang, menggerakan tubuh secara berlebihan, dan perut

terasa mual serta gangguan somatik lainnya.

Aspek kecemasan menurut Maher (dalam Calhoun &

Accocella, 1990) peneliti gunakan karena memiliki cakupan yang luas

(32)

3. Tingkat Kecemasan

Bucklew (1980) membagi kecemasan ke dalam tingkat psikologis

dan fisiologis.

a. Tingkat psikologis.

Tingkat psikologis merupakan kecemasan yang berwujud

gejala-gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar

berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya.

b. Tingkat fisiologis.

Tingkat fisiologis merupakan kecemasan yang

mempengaruhi atau terwujud pada gejala-gejala fisik, terutama

pada fungsi sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung

berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.

Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Peplau (dalam

Suliswati,2005) dan Stuart (2006) menggolongkan tingkat kecemasan

berdasarkan bobotnya.

Peplau (dalam Suliswati, 2005) menyebutkan empat tingkat

kecemasan,yaitu :

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan merupakan ketegangan sehari-hari.

Individu dengan kecemasan ringan meluas lapang persepsinya dan

menajamkan indra. Kecemasan ringan memotivasi individu untuk

(33)

b. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang menjadikan individu terfokus hanya

pada pikiran yang menjadi perhatiannyadan membuatpenyempitan

lapang persepsi. Individu dengan kecemasan sedang masih dapat

melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

c. Kecemasan berat

Kecemasan berat menjadikan lapang persepsi individu

sangat sempit. Pusat perhatian individu dengan kecemasan berat

hanya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat memikirkan

hal-hal lain. Individu perlu banyak perhatian / arahan untuk

terfokus pada area lain.

d. Panik

Dalam kepanikan individu kehilangan kendali diri dan detil

perhatian hilang. Kehilangan kontrol, tidak mampu melakukan

apapun meski dengan perhatian.Individu mengalami peningkatan

aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan

orang lain, penyimpangan persepsi, hilangnya pikiran rasional dan

tidak mampu berfungsi secara efektif.Panik biasanya disertai

(34)

Tingkatkecemasan menurut Stuart (2006) terdiri dari tiga

tingkatan, yaitu:

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari.Kecemasan ringanmenjadikan individu

waspada dan meningkat lapang persepsinya.Kecemasan ringan

dapat memotivasi belajar dan pertumbuhan kreativitas.

b. Kecemasansedang

Kecemasan sedang memungkinkan individu berfokus pada

hal penting dan mengesampingkan hal lain. Individu dengan

kecemasan sedang mempersempit lapang persepsinya dan dapat

berfokus lebih banyak jika diarahkan untuk melakukannya.

c. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi

individu. Individu berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik

serta tidak berpikir hal lain. Perilaku individu ditujukan untuk

mengurangi ketegangan dan memerlukan banyak arahan untuk

berfokus pada area lain.

Tingkat kecemasan tidak peneliti gunakan pada pengukuran

karena peneliti berasumsi bahwa aspek kecemasan lebih mewakili

(35)

4. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

Daradjat (dalam Rochman, 2010) mengatakan kecemasan

disebabkan tiga faktor. Ketiga faktor tersebut adalah:

a. Bahaya yang mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat

dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran.

b. Perasaan berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang

berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini

sering menyertai gejala-gejala gangguan mental, kadang-kadang

terlihat dalam bentuk yang umum.

c. Emosi yang berlebihan. Kecemasan muncul karena adanya emosi

yang berlebihan.

Ramaiah (2003) mengatakan tiga faktor yang menimbulkan

kecemasan adalah:

a. Lingkungan

Lingkungan yang tidak aman mempengaruhi cara berfikir

individu tentang diri sendiri maupun orang lain secara negatif,

sehingga individu merasa tidak aman dalam lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan

Menekan rasa marah atau frustasi dalam waktu yang sangat

(36)

c. Sebab-sebab fisik

Kondisi fisik yang buruk memudahkan munculnya

kecemasan.

Page (dalam Rufaidah, 2009) mengatakan tiga faktor yang

mempengaruhi kecemasan, yaitu:

a. Faktor fisik

Fisik yang lemah memudahkan munculnya gejala-gejala

kecemasan.

b. Trauma dan konflik

Trauma dan konflik sertapengalaman-pengalaman

emosional yang tidak menyenangkanmemungkinkan munculnya

gejala-gejala kecemasan.

c. Lingkungan awal yang tidak baik.

Lingkungan awal yangtidak baik memunculkan

gejala-gejala kecemasan.

Az-Zahrani (2005) mengatakan dua faktor yang mempengaruhi

munculnya kecemasan adalah:

a. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga dengan kondisi penuh pertengkaran,

kesalahpahaman dan ketidakpedulian orang tua terhadap

anak-anaknya.Menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada

(37)

b. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial yang tidak baik menyebabkan

kecemasan.

Dapat disimpulkan para ahli memiliki pendapat yang sama

mengenai faktor penyebab kecemasan. Lingkungan keluarga, lingkungan

sosial, kondisi fisik dan emosi berlebihan menjadi faktor utama yang

mememunculkan kecemasan.

5. Cara Mengatasi Kecemasan

Kecemasan dapat diatasi dengan berbagai cara seperti pengalihan

perhatian, olahraga teratur dan relaksasi.

a. Pengalihan Perhatian

Pengalihan perhatian dilakukan segera saat melihat

munculnya gejala-gejala kecemasan.Cara ini akan menghentikan

sinyal kecemasan ke otak. Pengalihan perhatian dilakukan dengan

caramensugesti diri dan membuang jauh-jauh pikiran yang

membuat panik dan cemas.

b. Olahraga

Olahraga dapat memperbaiki keadaan fisik dan

psikologis.Aktifitas olahraga secara teratur menyeimbangkan

hormon adrenalin dalam tubuh dan mengendurkan otot-otot tegang

(38)

c. Relaksasi

Bertein dan Borkorec (dalam Pratiwi 2009) menjelaskan

relaksasi dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan

melemaskan otot-otot tubuh.

C. Kecemasan dan Pemelihara Anjing

Hewan peliharaan termasuk anjing memberikan dampak positif

bagipemeliharanya.Secara fisik, penelitian Allenet al (2003)

menunjukkanpemeliharaanjing memiliki detak jantung dan tingkat tekanan

darah lebih rendah dalam situasi stress dan cemas dibandingkan bukan

pemelihara anjing.Anak yang tumbuh dalam keluarga pemelihara anjing

memiliki kekebalan tubuh kuat dan efektif memerangi masalah kesehatan.

Hasil survey menunjukkan bahwa 70% keluarga meningkat

kebahagian dan keceriaannya dengan kehadiran hewan peliharaan (Cain,

1985).Memelihara anjing memberikan rasa aman secara psikologis, karena

anjing mampu merespon interaksi dan memiliki sifat setia (Nieburg,

1996).Pemelihara anjing memiliki tingkat kecemasan rendah karena anjing

menjadi sarana pengalihan perhatian dalam situasi tertekan (Qureshi,

2000).

Paparan di atas menunjukkan memelihara anjing dapat mengurangi

tingkat kecemasan.

D. Hipotesis

Dari hasil penelitian, riset, serta dinamika teori yang telah

(39)

“Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing

dan bukan pemelihara anjing.”

(40)

Menekan Sumber-Sumber Kecemasan

Bukan Pemelihara Anjing Pemelihara Anjing

Sering Melakukan Aktifitas Fisik Tidak Melakukan Aktifitas Fisik

Tidak Merasa Aman Secara Psikologis

Merasa Aman Secara Psikologis

Merasa Aman Secara Fisik

Tidak Merasa Aman Secara Fisik

Tidak Memiliki Faktor-Faktor Penekan Sumber Kecemasan Seperti Pada Pemelihara Anjing

(41)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis komparatif.Penelitian komparatif

bersifat danbertujuan membandingkan kelompok yang beradadalam

variabel dan di luar (Siregar, 2009).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat

kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya telah diberi angka

(kuantitatif) atau diartikan variabel adalah konsep yang mempunyai

bermacam-macam nilai, berupa kuantitatif maupun kualitatif yang dapat

berubah-ubah nilainya (Siregar, 2009).

Penelitian ini menggunakan dua buah variabel berbeda yang terdiri

dari variabel bebasdan variabel tergantung sebagai berikut.

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel

tergantung atau menjadi penyebab munculnya variabel tergantung.

(42)

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung adalah variabel yang kemunculannya

dipengaruhi oleh variabel bebas.Variabel tergantung penelitian adalah

tingkat kecemasan.

C. Definisi Operasional

1. Tingkat kecemasan

Tingkat kecemasan adalah tinggi rendahnya rentang kecemasan

yang dialami individu ketika menyadari ancaman yang datang dan

ditunjukkan ke dalam respon atau perilaku tertentu.Tinggi dan

rendahnya tingkat kecemasan dilihat dari respon atau perilaku yang

muncul dan seberapa sering perilaku tersebut muncul dalam keadaan

tersebut.Tingkat kecemasan diukur dengan melihat indikator yang

muncul berdasarkan aspek kecemasan Maher (dalam Calhoun &

Accocella, 1990 b).

2. Pemelihara Anjing

Pemelihara anjing adalah orang yang memelihara dan memiliki

satu atau lebih anjing selama minimal satu tahun.Relasi tersebut dapat

berwujud afeksi dan materi.

D. Subjek Penelitian

Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik convenience

sampling.Siregar (2009) mendefinisikan Convenience sampling sebagai

(43)

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang tersebut tepat

dan sesuai sebagai sumber data dan sesuai dengan kriteria utama peneliti.

Terdapat dua jenis subjek yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

1. Pemelihara anjing.

Sampel dalam kelompok ini dipilih berdasarkan kriteria yaitu,

sedang memelihara dan memiliki anjing minimal satu tahun. Peneliti

terlebih dahulu melakukan wawancara terhadap calon subjek dengan

teknik casual interview guna mengetahui perlakuan atau aktifitas apa

yang sering dilakukan antara calon subjek dan anjing peliharaannya.

2. Bukan pemelihara anjing.

Sampel dalam kelompok ini tidak memiliki kriteria khusus, siapa

pun mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel

penelitian dalam kelompok ini. Sampel dalam kelompok ini tidak

pernah memelihara anjing maupun hewan lain sebelumnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian menggunakan metode skala

pengukuran. Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan

sebagai acuan atau tolak ukur untuk menentukan panjang pendeknya

interval pada alat ukur, sehingga bila digunakan dalam pengukuran akan

menghasilkan data (Siregar, 2009).Jenis skala dalam penelitian ini adalah

skala Likert, skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang tentang fenomena tertentu atau objek tertentu.Skala

(44)

pernyataan positif.Skor dalam skala Likert terdiri dari skor 5, 4, 3, 2, 1

untuk pernyataan positif dan 1, 2, 3, 4, 5 untuk pernyataan negatif.Bentuk

jawaban skala Likert terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju (Siregar, 2009).Peneliti menghilangkan

jawaban netral atau nilai tengah dalam penelitian (3).Keputusan ini

peneliti ambil guna menghilangkan kecenderungan central tendencypada

saat pengisian skala (Hartanta & Mangundjaya, 2011).

Tingkat kecemasan diukur menggunakan Skala Tingkat

Kecemasan yang peneliti susun sendiri.Indikator aitem peneliti susun

berdasarkan 3 aspek kecemasan menurut Maher (dalam Calhoun &

Accocella, 1990 b) yang terdiri dari aspek afektif, kognitif dan

fisiologis.Aspek tersebut peneliti gunakan karena cukup lengkap melihat

indikasi kecemasan seseorang. Skala Tingkat Kecemasan terdiri dari 50

aitem, aitem favorableberumlah 25 soal, dan aitem unfavorableberjumlah

25 soal. Sebaran aitemnya sebagai berikut, aspek emosional memiliki 10

buah aitem favorable dan 10 buah aitem unfavorable.Aspek kognitif

memiliki 7 buah aitem favorable dan 7 buah aitem unfavorable.Aspek

fisiologis memiliki 8 buah aitem favorable dan 8 buah aitem

unfavorable.Tinggi rendahnya rentang kecemasan dilihat dari besar

jumlah skor yang dihasilkan.Semakin besar jumlah skor yang dihasilkan,

maka tingkat kecemasan yang dimiliki semakin tinggi.Sebaliknya apabila

semakin rendah skor yang dihasilkan, maka menandakan rendahnya

(45)
[image:45.595.100.497.137.613.2]

Tabel 1. Skoring Aitem Skala Tingkat Kecemasan

Pilihan Jawaban Unfavorable Favorable

Sangat Setuju (SS) 1 4

Setuju (S) 2 3

Tidak Setuju (TS) 3 2

Sangat Tidak Setuju

(STS)

4 1

Tabel 2. Sebaran Aitem Skala Tingkat Kecemasan Sebelum Try Out

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas

Validitas bertujuan mengetahui apakah skala mampu menghasilkan

data akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2009).Validitas

digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu

mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2009).

Aspek Unafvorable Favorable Jumlah

Afektif No. 4,10,16,22,28,34, 40,45,48,50. No.1,7,13,19,25,31,37, 43,47,49. 20 (40%)

Kognitif No.

5,11,17,23,29,35,41.

No.2,8,14,20,26,32,38. 14 (28%) Fisiologis No.

(46)

Validitas yang digunakan adalah validitas isi.Validitas isi bertujuan

menunjukkan kemampuan suatu instrumen mengukur isi atau konsep

yang harus diukur.Alat ukur dikatakan valid apabila mampu

mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur

(Siregar, 2009). Hopkin (Siregar, 2009) menjelaskan validitas isi

berkaitan dengan proses anlisis logis. Validitas isi penelitian ini

dilakukan dengan metode telaah soal atau aitem dengan anlisis logis

dan rasional, serta dengan metode professional judgement yang

dilakukan oleh dosen pembimbing.

Dalam melakukan validasi alat ukur, peneliti terlebih dahulu

membuat blue print skala penelitian, yang kemudian blue print

tersebut akan di koreksi dan di setujui oleh dosen pembimbing peneliti.

Langkah ini dilakukan agar isi dari skala yang peneliti susun

benar-benar mampu mengukur apa yang ingin peneliti ukur.

2. Reliabilitas

Siregar (2009) mendefinisikan realiabilitas sebagai teknik untuk

mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila

dilakukan pengukuran sebanyak dua kali atau lebih terhadap gejala

yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama pula.

Pengukuran reliabilitas penelitian menggunakan teknik Alpha

Cronbach dengan programSPSS 16.0 for windows.

Setelah dilakukan pengukuran reliabilitas instrumen alat ukur

(47)

Windows, ditemukan reliabilitas sebesar 0,850. Hasil ini menunjukan

reliabilitas alat ukur yang digunakan sudah baik, karena memiliki nilai

[image:47.595.99.511.185.594.2]

reliabilitas lebih besar dari 0,5 (Nunnally, 1978).

Tabel 3. Reliabilitas Alat Ukur

3. Seleksi Aitem

Seleksi aitem penelitian dilakukan dengan caraprofessional

judgement dan menggunakan teknik alpha cronbach melalui program

SPSS16.0 for Windows. Setelah dilakukan try out dan pengukuran

instrumen alat ukur dengan teknik alpha cronbach melalui program

SPSS, terdapat total 20 aitem tidak memenuhi syarat dan dinyatakan

gugur. Aitem yang gugur memiliki nilai item-total correlation kurang

dari 0,3 ( < 0,3). Aitem-aitem yang gugur terdiri dari total 9 aitem

untuk aspek afektif dengan nomor soal 7, 16, 28, 34, 37, 40, 43, 45,

dan 49.Aspek kognitif terdiri dari total 4 aitem yang gugur dengan

nomor soal 17, 29, 35, dan 38.Aspek afektif terdiri dari total 7 aitem

yang gugur dengan nomor soal 3, 6, 18, 30, 36, 39, dan 46.

Aitem-aitem tersebut memiliki rentang nilai item-total correlation antara

(48)

Dengan demikian, terdapat total 30 aitem yang memenuhi syarat

dan dapat digunakan dalam penelitian ini. Aitem yang memenuhi

syarat memiliki nilai item-total correlation lebih dari 0,3 ( >0,3).

Aitem-aitem yang memenuhi syarat terdiri dari total 11 aitem untuk

aspek afektif, total 10 item untuk aspek kognitif, dan total 9 aitem

untuk aspek fisiologis. Aitem-aitem ini memiliki rentang nilai

[image:48.595.105.515.256.614.2]

item-total correlation antara 0,303 hingga 0,641.

Tabel 4.Sebaran Aitem Skala Tingkat Kecemasan Setelah Try Out (Nomor dengan tanda * adalah aitem yang gugur).

B. Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengecek apakah data

penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal. Uji

normalitas merupakan salah satu syarat sebelum melakukan uji

beda menggunakan t-test(Santoso, 2010).

Aspek Unafvorable Favorable Jumlah

Afektif 4,10,16*,22,28*,34*, 40*,45*,48,50. 1,7*,13, 19, 25,31,37*, 43*,47,49*. 11 (37%)

Kognitif 5,11,17*,23,29*, 35*,41. . 2,8,14,20,26,32,38*. 10 (33%) Fisiologis 6*,12,18*,24, 30*, 36*

,42, 46* .

3*,9,15, 21,27,33,39*, 44.

9 (30%)

Total Item 30 Aitem

(49)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah varian

dalam kelompok bersifat homogen atau relatif sejenis (Winarsunu,

2006).Uji homogenitas penelitian menggunakanLevene’s test for

equality of variances melalui program SPSS 16.0 for Windows.

Uji homogenitas merupakan syarat sebelum melakukan uji

beda menggunakan t-test, karena ketika dilakukan t-test

asumsinya adalah distribusi varian kelompok dalam penelitian ini

bersifat homogen. (Santoso, 2010).

2. Uji Hipotesis

Guna melakukan analisis uji hipotesis, peneliti menggunakan uji t

dua sampel atau independent-samples t test melalui program SPSS

16.0 for Windows.Uji t atau t – test adalah teknik statistik yang

digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan dua buah mean yang

berasal dari dua buah distribusi (Winarsunu, 2006).

Independent-samples t-test digunakan karena analisis statistik tersebut sesuai

dengan isi dan tujuan penelitian yang bersifat komparatif atau

(50)

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu

melakukanpersiapan penelitian melalui try out guna mengukur reliabilitas

aitem dan seleksi aitem. Try out dilaksanakan pada tanggal 27 November

2014 sampai dengan 2 Desember 2014. Subjek yang digunakan dalam try

out berjumlah 30 orang dengan rentang usia 18 tahun hingga 23 tahun.

Subjek berjenis kelamin perempuan terdiri dari 18 orang dan subjek

berjenis kelamin laki-laki terdiri dari 12 orang.Mayoritas subjek berlatar

belakang pendidikan perguruan tinggi.Proses try out dilakukan dengan

menyebar skala pengukuran di sejumlah lokasi, yaitu di lingkungan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, rumah kost kerabat peneliti, dan

melalui bantuan dari kerabat-kerabat peneliti.

Hasil try outmenunjukkan reliabilitas senilai 0,850, nilai tersebut

menandakan reliabilitas instrumen alat ukur yang peneliti gunakan baik,

karena memiliki nilai lebih dari 0,5 ( > 0,5). Peneliti menggunakan teknik

alpha cronbach melalui program SPSS 16.0 for Windows guna mengukur

reliabilitas alat ukur. Aitem yang gugur dalam proses try out berjumlah 20

aitem. Aitem-aitem tersebut dinyatakan gugur karena memiliki nilai

item-total correlation kurang dari 0,3 ( < 0,3). Aitem yang tersisa dan dapat

(51)

yang memenuhi syarat memiliki nilai item-total correlation di atas 0,3 ( >

[image:51.595.96.503.184.651.2]

0,3).

Tabel 5. Aitem-aitem Yang Gugur (tanda * adalah aitem yang gugur)

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitiandimulai dengan proses penyebaran skala pada tanggal3

Desember 2014 sampai dengan 13 Desember2014. Skala disebarkandi

beberapa pusat keramaian, seperti kawasan kampus 1, 2, 3 Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, klinik dan praktek dokter hewan, serta pet

shopyang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Skala disebarkan

dengan cara memberikan kepada orang-orang atau responden yang

kebetulan berada di lokasi yang peneliti tuju.

Teknik sampling penelitian adalah convenience sampling, dengan

teknik sampling ini peneliti menemukan 70 orang responden atau subjek. Afektif

4,10,16*,22,28*,34*, 40*,45*,48,50.

1,7*,13, 19, 25,31,37*, 43*,47,49*.

Kognitif

5,11,17*,23,29*, 35*,41.

2,8,14,20,26,32,38*.

Fisiologis

6*,12,18*,24, 30*, 36* ,42, 46* .

3*,9,15,

(52)

Pengambilan data menemui kesulitan dan hambatan pada orang

yang tidak bersedia untuk menjadi sumber data karena berbagai alasan dan

yang tidak sesuai dengan kriteria penelitian.

C. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 70 orang,terdiri dari 35 orang

pemelihara anjing dan 35 orang bukan pemelihara anjing.Pemelihara

anjing terdiri dari 17 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.Bukan

pemelihara anjing terdiri dari 12 orang laki-laki dan 23 orang

perempuan. Rentang usia subjek penelitian adalah 18 tahun sampai

dengan 47 tahun.Subjek penelitian berasal dari berbagai latar belakang

[image:52.595.98.517.167.618.2]

dengan mayoritas mahasiswa dan mahasiswi.

Tabel 6. Deskripsi Subjek Penelitian

2. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian terdiri dari mean empiris tiap-tiap

kelompok dan mean teoretis. Mean empiris pemelihara anjing adalah

65,7714 dan bukan pemelihara anjing adalah 68. Mean teoretis adalah

75.

Jenis Kelamin Pemelihara Anjing Bukan Pemelihara Anjing

Persentase

Laki-Laki 17 Orang 12 Orang 50% Perempuan 18 Orang 23 Orang 50%

(53)

Berikut disajikan tabel deskripsi data penelitian yang berisi

[image:53.595.99.514.171.598.2]

mean empiris tiap kelompok dan mean teoretis.

Tabel 7. Mean Empiris

Xmax Xmin Mean SD N

Pemelihara Anjing 94 43 65,7714 9,84314 35

Bukan Pemelihara Anjing 90 51 68 8,89481 35

Tabel 8. Mean Teoretis

Xmax Xmin Mean

120 30 75

Tabel di atas menunjukkan pemelihara anjing memiliki mean

empiris 65,7714lebih kecil daripada mean teoretis sebesar 75 (65,7 <

75). Data tersebut mengindikasikan bahwa pemelihara anjing memiliki

tingkat kecemasan rata-rata rendah.Bukan pemelihara anjing memiliki

mean empiris 68lebih kecil daripada mean teoretis sebesar 75 (68< 75).

Data tersebut juga menunjukkan bahwa bukan pemelihara anjing

memiliki tingkat kecemasan rata-rata rendah.Mean empiris pemelihara

anjing lebih kecil daripada bukan pemelihara anjing (65,7< 68).

Datatersebut menandakan bahwa pemelihara anjing memiliki tingkat

(54)

3. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan guna melihat apakah data penelitian

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan menggunakan

program SPSS 16.0 for Windows. Distribusi data dikatakan normal

apabila memiliki signifikansi lebih besar daripada 0,05 ( > 0,05). Data

dengan signifikansi kurang dari 0,05 ( < 0,05) adalahberdistribusi tidak

normal.Tabel berikut disajikan untuk melihat signifikansi data dan

[image:54.595.99.516.247.598.2]

melihat hasil uji normalitas yang telah dilakukan.

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas

Pemelihara Anjing Bukan Pemelihara Anjing

Kolmogorov-Smirnov Z 0,098 0,116

Sig. 0,2 0,2

Tabel di atas menunjukkan kelompok pemelihara anjing

memiliki nilai signifikansi 0,2dan kelompok bukan pemelihara anjing

memiliki nilai signifikansi 0,2. Kedua kelompok data memiliki nilai

signifikansi lebih dari 0,05 ( 0,2/ 0,2 > 0,05). Kedua kelompok data

memiliki distribusi data normal dan syarat untuk melakukan uji

(55)

4. Hasil Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah kedua

kelompok data penelitian memiliki varian yang sama. Signifikansi lebih

besar dari 0,05( > 0,05) menandakan varian dalam kelompok penelitian

sama, apabila signifikansinya lebih kecil daripada 0,05 ( < 0,05) maka

variannya berbeda. Uji homogenitas dilakukan menggunakan teknik

Levene’s test for equality of variances melalui program SPSS 16.0 for

Windows. Hasil perhitungan menunjukkan signifikansi sebesar 0,143

lebih besar daripada 0,05(0,143> 0,05). Kelompok data penelitian

[image:55.595.99.513.251.609.2]

memiliki varian yang sama.

Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas

Levene’s test for equality of variances

0,143

5. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan menggunakan independensamples

t-testmelalui program SPSS 16.0 for Windows. Signifikansi lebih besar

dari 0,05 ( > 0,05) menandakan tidak terdapat perbedaan tingkat

kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing (Ho

diterima, Ha ditolak). Signifikansi lebih kecil daripada 0,05( < 0,05)

menandakanterdapat perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara

anjing dan bukan pemelihara anjing (Ho ditolak, Ha diterima).

(56)
[image:56.595.99.515.133.586.2]

Tabel 11. Hasil Uji Hipotesis

T Sig 2 tailed

-0,994 0,324

Ho :Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing

dan bukan pemelihara anjing.

Ha : Ada perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan

bukan pemelihara anjing.

Signifikansi > 0,05 Ho diterima

Signifikansi < 0,05 Ho ditolak

Tabel di atas menunjukkan signifikansi penelitian memiliki nilai

0,324; lebih besar daripada 0,05 (0,324> 0,05). Data tersebut

menandakan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.Tidak terdapat

perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan

(57)

D. Pembahasan

Hasil uji hipotesis menggunakan independensamples

t-testmenunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan tingkat kecemasan

antara pemelihara anjing dan bukan pemelihara anjing.

Tidak adanya perbedaan tingkat kecemasan antar kedua kelompok

subjek dapat disebabkan berbagai faktor.

Faktor utama adalah perbedaan persepsi dan perlakuan terhadap

anjing pada masyarakat negara-negara Asia dalam hal ini Indonesia dan

negara-negara Eropa serta Amerika. Negara-negara Eropa dan Amerika

menganggap anjing lebih dari sekedar alat bantu dalam kehidupan

sehari-hari.Mereka menganggap anjing sebagai sahabat dalam hidup yang

mampu memberikan rasa aman dan dukungan baik secara fisik maupun

psikologis.Anjing dianggap lebih dari sekedar hewan peliharaan.Hal ini

disebutkan dalam penelitian-penelitian dan buku mengenai anjing dan

dampak baiknya, seperti penelitian Friedman (1996) dan Keenan (2010) di

Amerika Serikat.Negara-negara Asia khususnya Indonesia memandang

anjing bukan sebagai sahabat dalam hidup tetapi hanya sebatas alat bantu

dan hewan peliharaan.Tidak jarang masyarakat memanfaatkan anjing

sebagai lauk atau makanan.Dalam kasus berikut, di sebuah provinsi di

Indonesia pada tahun 2013 tercatat ada sekitar 1.000 ekor anjing yang

dijadikan santapan dalam perayaan tahun baru (Syafirdi,2013).

Persepsi masyarakat Indonesia ini menjadi faktor penyebab yang

(58)

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Pengujian dengan menggunakan independent-samples

t-testmenunjukan signifikansi sebesar 0,324. Nilai tersebut lebih

tinggi daripada 0,05 (0,324 > 0,05).Dengan demikian tidak terdapat

perbedaan tingkat kecemasan antara pemelihara anjing dan bukan

pemelihara anjing. Hipotesis penelitian ditolak.

2. Pemelihara anjing memiliki mean empiris sebesar 65,7714 dan

bukan pemelihara anjing memiliki mean empiris sebesar 68.kedua

hasil tersebut lebih rendah daripada mean teoretis sebesar 75.

Kedua kelompok cenderung memiliki tingkat kecemasan yang

rendah.

B. Kelemahan Penelitian

1. Kriteria operasional pemelihara anjing kurang diperhatikan.

2. Kecemasan yang diukur tidak spesifik.

3. Sumber referensi, teori dan jurnal dalam penelitian ini telah

(59)

C. Saran

1. Bagi penelitian selanjutnya

a. Hendaknya kriteria operasional pemelihara anjing diperketat

dan ditambahkan, seperti lama memelihara anjing, seberapa

sering mengajak anjing berolah raga, dan seberapa sering

bermain dengan anjing peliharaan.

b. Hendaknya lebih menspesifikkan kecemasan yang ingin

diukur. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan kecemasan

terhadap kesepian atau kebugaran tubuh, karena secara teori

terdapat kaitan antara memelihara anjing dan kesepian serta

rasa aman secara fisik.

c. Hendaknya menggunakan sumber referensi kepemeliharaan

anjing yang berasal dari Indonesia agar mendapatkan hasil

(60)

40

DAFTAR PUSTAKA

AHA, (2013). Pet Ownersip and Cardiovascular Risk: A Scientific Statement FromThe American Heart Association. Dallas: American Heart Association.

Allen, K. (2003). Are Pets A Healthy Pleasure? The Influence of Pets on Blood Pressure.Journal of American Psychological Society Volume 12, Number 6.

Allen, R. M., Christina.A., Tonya, M. B., Shoda, M., Stayton, L. E. &Martin, E. C. (2011).Friends With Benefits: On The Positive Consequences of Pet Ownership. Journal of Personality and Social PsychologyVolume 101,Number 6.

Alwisol.(2005). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

American Psychological Association. (2010). Publication Manual of The American Psychological Association – 6th Edition. Washington: APA.

American Psychological Association. (2013). DSM – V. Washington: APA.

Arry, A. (2011). Kelaparan 7 Ekor Anjing Ini Makan Majikannya. http://nasional.news.viva.co.id/news/read/245085-kelaparan--7-ekor- anjing-ini-makan-majikannya.Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2014

Azwar, S. (2009).Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Az-Zahrani, M.(2005).Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.

Barker, T. R., Knisely, S. J., Barker, B. S., Cobb, K. R., & Schubert, M. C. (2012). Preliminary Investigation of

Employee’s Dog Presence on Stress and Organizational Perceptions.

International Journal of Workplace Health ManagementVolume 5,Issue 1

Barlow, H. D. & Durand, V. M. (2006).Intisari Psikologi Abnormal, Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bucklew, J. (1980). Paradigma For Psychopathology. A Contribution to History Analysis. New York: J.B. Lippenscott Company.

(61)

Calhoun, J. F., & Acocella. J. R. (1990 b). Psychology Of Adjusment and Human. Relationship.New York: Mc Graw Hill Book Company.

Cusack, O. (1998). Pets and Mental Health. London: The Haworth Press.

Davison, C. G., Neale, M. J. & Kring, M. A. (2004).Abnormal Psychology.9th. Edition. Toronto:Wiley & Sons, Inc.

Deborah, L. W. (2007). Domestics Dog and Human Health: An Overview. British Journal of Health PsychologyVolume 12, Number 145-146.

Deborah, L. W. (2009). The Effects of Animal on Human Health and Well-Being. Journal of Social Issues Volume 65, Number 3

Departemen Kesehatan RI. (2009). Kesehatan Jiwa Sebagai Prioritas Global http://www.depkes.go.id/article/print/394/kesehatan-

jiwasebagaiprioritas-global.html.Diunduh pada tanggal 11 Oktober 2014.

Friedmann, E. T. (1995). Pet Ownersip, Social Support, and One-year Survival After Acute Myocardial Infraction in The Cardiac Arrhythmia Suppression Trial. The American Journal of Cardiology Volume 76, Issue 17

Davison, C. G. & Neale, M. J. (1996).Davison Neale: Abnormal Psycology Revised 6th Edition. Toronto: Wiley & Sons, Inc.

Gern, J. E., Reardon C. L., Hoffjan, S., Nicolae. D., Li, Z., Roberg, K. A., Neaville, W. A., Carlson-Dakes, K., Adler, K., Hamilton, R., Anderson, E., Gilbertson-White, S., Tisler, C., Dasilva, D., Anklam, K., Mikus, L. D., Rosenthal, L. A., Ober, C., Gangnon,R.& Lemanske, R. F. Jr., (2004).Effects of Dog Ownership and Genotype on Immune Development and Atopy in Infancy.Journal of Allegry and Clinical ImunologyVolume 113, Issue 2.

Hartanta, E. J.& Mangundjaya, W. G. (2011).Menyidik Keberadaan Social Desirability (SD) pada Variabel Penelitian Perilaku.Jurnal Psikologi IndonesiaVolume 8, No 1.

Keenan, A. T. (2010). Pet Ownersip and exercise: an AARP Bulletin Poll. Wasington, DC: AARP

(62)

Lazarus, R. S. (1991 b).Progress on A Cognitive-Motivational-Relational Theory of Emotion. American Psychologist.

National Geographic Channel. (2014). Cosmos: a Spacetime Oddyssey. New York: NatGeo.

Nevid, J. S., Spencer, R. A.& Greene.(2005). Psikologi Abnormal 5thEdition. Jakarta: Erlangga.

Nieburg, H. (1996). Pet loss: A Toghtfull Guide for Adults and Childern. New York:HarperCollins.

Hodgins, W.G., Nikolai, D. S., Crockford, J. S., Yaroslav, V. K., Higham, F. G. T. &Van Der Plicht, A. (2011). A33,000-Year-Old Incipient Dog from the Altai Mountains of Siberia: Evidence of the Earliest Domestication Disrupted by the Last Glacial Maximum. New York: PLoS ONE.

Nunnaly, J. C. (1978). Psychometric Theory. New York: McGraw Hill.

Olsen, S. J. (1985). Origins of The Domestics Dogs: Fossil Record. Tucson: University of Arizona Press.

Ottney, C. A. (1985).Pets as Family Members. Journal of Marriage and Family ReviewVolume 8, Issue 3-4.

Pedak, M. (2009).Metode Supernol Menaklukan Stress. Jakarta: Hikmah Publishing House.

Poresky, R.H. (1988). Companion Animals and Other Factors Affecting Young

Children’s Development.AnthrozoosVolume 9, Number 4.

Pratiwi.(2009). Kesehatan Keluarga. Yogyakarta: Oryza.

Qureshi, A. (2009).Cat ownership and The Risk of Fatal Cardiovascular Diseases.Results from the Second National Health and Nutrition Examination Study Mortality Follow-up Study.Journal of Vascular and Interventional NeurologyVolume 2, Number 1.

Ramaiah, S. (2003).Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

(63)

Rufaidah, R. E.(2009). Efektifitas Terapi Kognitif Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Penderita Asma di Surakarta.Thesis.Program Magister Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Sakson, S. (2007).Paws & Effect: The Healing Power of Dogs. New York: Alyson Books.

Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi: Dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta:Penerbit Universitas Sanata Dharma

Santoso, A. (2010). T-test: The Beginningwww.Psikologistatistk.blogspot.com. Diakses pada tanggal 13 November 2014.

Serpell, J. (1996). The Domestic Dog.Its Evolution and Interactions with People. London:Cambridge University Press.

Sila, K. A.(2011). Sejarah Anjing Mulai Jadi Sahabat Manusia. http://www.merdeka.com/teknologi/sejarah-anjing-mulai-jadisahabat- mausia.html.Diunduh pada tanggal 4 Oktober 2014.

Sila, K. A.(2012). Pelihara Anjing Untuk Jaga Kesehatan Tubuh dan Mental.http://www.merdeka.com/gaya/pelihara-anjing-untuk-jaga-

kesehatan-tubuh-dan-mental.html.Diunduh pada tanggal 4 Oktober 2014.

Sinatra, T. S. (2001). Heart Sense for Woman: YourPlan for Natural Prevention and Treatm

Gambar

Tabel 1. Skoring Aitem Skala Tingkat Kecemasan Pilihan Jawaban
Tabel 3. Reliabilitas Alat Ukur
Tabel 4.Sebaran Aitem Skala Tingkat Kecemasan Setelah Try Out (Nomor
Tabel 5. Aitem-aitem Yang Gugur (tanda * adalah aitem yang gugur)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Aturan disiplin/kode etik/kode perilaku instansi telah diimplementasikan kepada seluruh aparat Pengadilan Agama Soe yang dibuktikan dengan pemberlakuan disiplin

a) Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut BPS adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian disuatu

Pikiran utama dari gagasan politik etis yang dianjurkan oleh Theodorus van Deventer pada tahun 1899 pada majalah Degids yang berjudul Eereschuld (hutang kehormatan) adalah

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar gula darah puasa antara pekerja shift dan non shift (p&lt;0,05). Kata kunci : glukosa darah puasa, bidan,

HA-MRSA menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah infeksi MRSA pada individu yang pernah dirawat di rumah sakit atau.. menjalani operasi

Tulisan ini akan membahas proses sekuritisasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan melihat dari dua sisi, yaitu upaya pemerintah dalam mengkonstruksikan

Angka kumulatif survivor (hidup) diperoleh dari menjumlahkan hewan uji yang tetap hidup pada dosis terkecil yang tidak menyebabkan kematian (100% hewan uji tetap hidup) dengan jumlah

Hubungan unjuk kerja model pendingin dengan temperatur evaporator untuk semua variasi jumlah metanol, jumlah karbon aktif, konstruksi tabung generator dan kondisi awal