• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017."

Copied!
376
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Fransiska Atrik Halim. 2017. Efektivitas Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga di Kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika pada materi segitiga kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan teori Van Hiele, (2) mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari minat belajar siswa, (3) Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari hasil belajar siswa.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta pada tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 22 orang. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes, lembar angket minat belajar siswa, lembar observasi pembelajaran, dan pedoman wawancara siswa. Data hasil belajar dan minat belajar siswa akan dianalisis secara kuantitatif yakni dengan menghitung skor total. Sementara, data keterlaksanaan pembelajaran yang menerapkan teori Van Hiele akan dianalisis dengan menghitung persentase penerapan teori Van Hiele dalam pembelajaran.

Berdasarkan analisis maka diperoleh hasil sebagai berikut, (1) Pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele terlaksana dengan baik pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017, (2) Hasil analisis minat akhir siswa menunjukkan 68,19% siswa berada pada kategori minat belajar tinggi – sangat tinggi, maka pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele tidak efektif ditinjau dari minat belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017, (3) Hasil analisis post tes siswa menunjukkan 31,82% siswa berada pada kategori lulus, maka pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele tidak efektif ditinjau dari hasil belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017

(2)

ABSTRACT

Fransiska Atrik Halim. 2017. The Effectiveness of Using Van Hiele Theory Viewed by the Interest and Results of Student Learning on Triangle Material in Class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in School Year 2016/2017. Undergraduated Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This study aims to (1) know the implementation of Mathematics learning on material triangle class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 using Van Hiele's theory, (2) to know the effectiveness of mathematics learning using Van Hiele's theory on material triangle in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 in terms of student learning interest, (3) To know the effectiveness of learning Mathematics using Van Hiele's theory on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 viewed by the student learning results.

The type of research used in this study is quantitative descriptive research. Subjects in this study are students in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in the school year 2016/2017 which amounted to 22 people. The instruments used in this study are results of student learning test, questionnaires sheets of student learning interest, learning observation sheets, and student interviews guidelines. The data of students learning result and students interest of learning will analyzed by quantitative methods by calculating the total score. Meanwhile, for the data of implementations of mathematics learning with applying Van Hiele theory will analyzed by calculating the percentations of applying Van Hiele theory in the class.

Based on the analysis, the results of this research are (1) the implementations of Van Hiele theory in mathematics learning on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017 was doing well, (2) the analysis results for students final interest of learning show that 68,19% students are in high – very high learning interest category, it's mean that the learning process by applying Van Hiele theory is not effective viewed by students interest of learning on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017, (3) the analysis results for post test show that 31,28% students are passed, so learning process by applying Van Hiele theory is not effective viewed by the students learning results on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017.

(3)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN TEORI VAN

HIELE DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI SEGITIGA DI KELAS VII B SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2016/2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Fransiska Atrik Halim

131414078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN TEORI VAN

HIELE DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI SEGITIGA DI KELAS VII B SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2016/2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Fransiska Atrik Halim

131414078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan

perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu

dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur

oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.”

(Kolose 3 : 17)

Dengan rendah hati dan penuh syukur saya dedikasikan skripsi ini untuk :

Allah Bapa yang Maha Kuasa

Tuhan Yesus Kristus & Bunda Maria

Bapa, Mama, dan Ketiga Adikku

Teman-teman, keluarga, kenalan, dan kerabat,

dan secara khusus

(8)
(9)

vi ABSTRAK

Fransiska Atrik Halim. 2017. Efektivitas Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga di Kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika pada materi segitiga kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan teori Van Hiele, (2) mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari minat belajar siswa, (3) Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari hasil belajar siswa.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta pada tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 22 orang. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes, lembar angket minat belajar siswa, lembar observasi pembelajaran, dan pedoman wawancara siswa. Data hasil belajar dan minat belajar siswa akan dianalisis secara kuantitatif yakni dengan menghitung skor total. Sementara, data keterlaksanaan pembelajaran yang menerapkan teori Van Hiele akan dianalisis dengan menghitung persentase penerapan teori Van Hiele dalam pembelajaran.

Berdasarkan analisis maka diperoleh hasil sebagai berikut, (1) Pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele terlaksana dengan baik pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017, (2) Hasil analisis minat akhir siswa menunjukkan 68,19% siswa berada pada kategori minat belajar tinggi – sangat tinggi, maka pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele tidak efektif ditinjau dari minat belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017, (3) Hasil analisis post tes siswa menunjukkan 31,82% siswa berada pada kategori lulus, maka pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele tidak efektif ditinjau dari hasil belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017

(10)

vii ABSTRACT

Fransiska Atrik Halim. 2017. The Effectiveness of Using Van Hiele Theory Viewed by the Interest and Results of Student Learning on Triangle Material in Class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in School Year 2016/2017. Undergraduated Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This study aims to (1) know the implementation of Mathematics learning on material triangle class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 using Van Hiele's theory, (2) to know the effectiveness of mathematics learning using Van Hiele's theory on material triangle in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 in terms of student learning interest, (3) To know the effectiveness of learning Mathematics using Van Hiele's theory on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 viewed by the student learning results.

The type of research used in this study is quantitative descriptive research. Subjects in this study are students in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in the school year 2016/2017 which amounted to 22 people. The instruments used in this study are results of student learning test, questionnaires sheets of student learning interest, learning observation sheets, and student interviews guidelines. The data of students learning result and students interest of learning will analyzed by quantitative methods by calculating the total score. Meanwhile, for the data of implementations of mathematics learning with applying Van Hiele theory will analyzed by calculating the percentations of applying Van Hiele theory in the class.

Based on the analysis, the results of this research are (1) the implementations of Van Hiele theory in mathematics learning on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017 was doing well, (2) the analysis results for students final interest of learning show that 68,19% students are in high – very high learning interest category, it's mean that the learning process by applying Van Hiele theory is not effective viewed by students interest of learning on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017, (3) the analysis results for post test show that 31,28% students are passed, so learning process by applying Van Hiele theory is not effective viewed by the students learning results on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017.

(11)
(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat,

lindungan dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN TEORI

VAN HIELE DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA DI KELAS VII B SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017”. Penulis menyadari bahwa

begitu banyak pihak yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd., selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

4. Bapak Beni Utomo, M. Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

5. Bapak Antonius Yudhi Anggoro, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan

selama proses penyelesaian skripsi ini.

6. Segenap dosen Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang telah

membagikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama mengikuti

(13)

x

7. Segenap staf sekretariat JPMIPA yang telah banyak membantu penulis selama

perkuliahan di program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata

Dharma.

8. Bapak Paryadi, S.Pd., selaku Kepala SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah

mengijinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian di kelas VII B SMP

BOPKRI 1 Yogyakarta.

9. Bapak Drs. Adi Undang Mulyono, selaku guru mata pelajaran Matematika

kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah bersedia memberikan jam

pelajarannya bagi penulis untuk melakukan penelitian.

10.Siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah membantu peneliti

selama proses pelaksanaan penelitian ini.

11.Kedua orang tua tercinta Lambertus Halim dan Lusia Lajum serta adik-adik

tersayang Flaviana Abriani Halim, Eufrosina Sovia Halim dan Yohanes

Juliosen Wuang yang selalu memberikan semangat kepada penulis selama

proses penulisan skripsi ini.

12.Keluarga kecil Hidden Kos yang selalu memberikan bantuan, dukungan, doa

dan semangat bagi peneliti selama proses perkuliahan maupun penulisan

skripsi ini.

13.Rekan-rekan SMAK St.Ignatius Loyola Labuan Bajo 2013 yang selalu

memberikan dukungan dan doa bagi penulis.

14.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2013 yang telah memberikan

(14)
(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Pembatasan Masalah ... 8

(16)

xiii

G. Manfaat Penelitian ... 10

H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Belajar ... 13

1. Pengertian Belajar ... 13

2. Ciri-Ciri Belajar ... 16

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 17

B. Pembelajaran ... 29

1. Pengertian Pembelajaran ... 29

2. Tipe Pembelajaran ... 31

C. Pembelajaran Matematika ... 32

1. Pembelajaran Matematika ... 32

2. Hirarki Pembelajaran Matematika ... 33

D. Pembelajaran Efektif ... 34

E. Hasil Belajar ... 37

F. Minat Belajar ... 39

G. Teori Van Hiele ... 42

1. Tahap Belajar Anak dalam Belajar Geometri ... 42

2. Teori Pembelajaran Geometri Menurut Van Hiele ... 44

3. Fase-Fase dalam Pengajaran Geometri ... 45

H. Materi Pembelajaran ... 46

I. Penelitian yang Relevan ... 49

(17)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN ... 53

A. Jenis Penelitian ... 53

B. Subjek Penelitian ... 53

C. Objek Penelitian ... 53

D. Bentuk Data ... 54

E. Metode Pengumpulan Data ... 55

F. Instrumen Penelitian ... 57

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 62

H. Teknik Analisis Data ... 65

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 70

J. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 71

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 73

A. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 73

1. Deskripsi Tempat Penelitian ... 73

2. Uji Coba Instrumen ... 73

3. Pelaksanaan Penelitian ... 90

B. Tabulasi Data ... 110

1. Data Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Menerapkan Teori Van Hiele ... 110

2. Data Minat Belajar Siswa ... 112

3. Data Hasil Belajar Siswa ... 115

4. Data Wawancara Siswa ... 117

(18)

xv

1. Analisis Data Pengamatan Keterlaksanaan

Pembelajaran dengan Menerapkan Teori Van Hiele ... 135

2. Analisis Data Minat Belajar Siswa ... 136

3. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 139

4. Analisis Data Wawancara Siswa... 143

D. Pembahasan ... 153

1. Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Menerapkan Teori Van Hiele ... 153

2. Minat Belajar Siswa ... 158

3. Hasil Belajar Siswa ... 163

E. Keterbatasan Penelitian ... 167

BAB V PENUTUP ... 169

A. Kesimpulan ... 169

B. Saran ... 171

DAFTAR PUSTAKA ... 173

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Segitiga ... 46

Gambar 2.2 Sembarang ... 48

(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fase-Fase dalam Pengajaran Geometri Menurut Van Hiele ... 45

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 58

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa ... 59

Tabel 3.3 Panduan Wawancara Siswa ... 60

Tabel 3.4 Kualifikasi Reliabilitas ... 65

Tabel 3.5 Kategori Hasil Belajar Siswa ... 66

Tabel 3.6 Konversi Skor Kategori Minat Siswa ... 67

Tabel 3.7 Kategorisasi Minat Siswa ... 68

Tabel 3.8 Kategorisasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 69

Tabel 3.9 Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 71

Tabel 4.1 Data Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa ... 75

Tabel 4.2 Hasil Uji Validasi Tahap 1 Angket Minat Belajar Siswa ... 79

Tabel 4.3 Hasil Uji Validasi Tahap 2 Angket Minat Belajar Siswa ... 81

Tabel 4.4 Hasil Uji Validasi Tahap 3 Angket Minat Belajar Siswa ... 83

Tabel 4.5 Hasil Uji Validasi Tahap 4 Angket Minat Belajar Siswa ... 84

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Angket Minat Belajar Siswa ... 86

Tabel 4.7 Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ... 86

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Tahap 1 Tes Hasil Belajar Siswa ... 88

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Tahap 2 Tes Hasil Belajar Siswa ... 88

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa ... 90

Tabel 4.11 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 91

(21)

xviii

Tabel 4.13 Data Minat Belajar Matematika Siswa (Awal) ... 113

Tabel 4.14 Data Minat Belajar Matematika Siswa (Akhir) ... 114

Tabel 4.15 Data Pre Tes Siswa ... 115

Tabel 4.16 Data Post Tes Siswa ... 116

Tabel 4.17 Data Wawancara Siswa... 117

Tabel 4.18 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 135

Tabel 4.19 Kategori Minat Awal Siswa ... 136

Tabel 4.20 Pengelompokan Minat Awal Siswa ... 137

Tabel 4.21 Kategori Minat Akhir Siswa ... 138

Tabel 4.22 Pengelompokan Minat Akhir Siswa ... 139

Tabel 4.23 Hasil Analisis Pre Tes Siswa ... 139

Tabel 4.24 Pengelompokan Pre Tes Siswa (Kategori Hasil Belajar) ... 141

Tabel 4.25 Pengelompokan Pre Tes Siswa (KKM) ... 141

Tabel 4.26 Hasil Analisis Post Tes Siswa ... 141

Tabel 4.27 Pengelompokan Post Tes Siswa (Kategori Hasil Belajar) ... 143

Tabel 4.28 Pengelompokan Post Tes Siswa (KKM) ... 143

(22)

xix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Persentase Minat Belajar Siswa ... 158

Grafik 4.2 Persentase Hasil Belajar Siswa (Kategori) ... 163

(23)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN ... 177

Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 178

Lampiran 1.2 Lembar Angket Minat Belajar untuk Penelitian ... 225

Lampiran 1.3 Lembar Tes Hasil Belajar untuk Penelitian ... 228

Lampiran 1.4 Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran yang

Menggunakan Teori Van Hiele ... 230

Lampiran 1.5 Panduan Skor Tes Hasil Belajar ... 234

LAMPIRAN 2 LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN OLEH PAKAR ... 237

Lampiran 2.1 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar ... 238

Lampiran 2.2 Lembar Validasi Angket Minat Belajar ... 246

Lampiran 2.3 Lembar Validasi Lembar Observasi Keterlaksanaan

Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele ... 252

Lampiran 2.4 Lembar Validasi Pedoman Wawancara Siswa ... 255

LAMPIRAN 3 HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN

RELIABILITAS MENGGUNAKAN SSPS ... 261

Lampiran 3.1 Hasil Perhitungan Validitas Tes Hasil Belajar ... 262

Lampiran 3.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 278

Lampiran 3.3 Hasil Perhitungan Validitas Angket Minat Belajar ... 280

Lampiran 3.4 Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket Minat Belajar ... 282

LAMPIRAN 4 HASIL PENELITIAN ... 283

Lampiran 4.1 Hasil Uji Coba Angket Minat Belajar ... 284

(24)

xxi

Lampiran 4.3 Hasil Pengisian Angket Minat Belajar Siswa ... 299

Lampiran 4.4 Hasil Pengerjaan Tes Hasil Belajar Siswa ... 311

Lampiran 4.5 Hasil Pengisian Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran

yang Menggunakan Teori Van Hiele ... 315

LAMPIRAN 5 SURAT IJIN PENELITIAN ... 347

Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian dari Kampus ... 348

Lampiran 5.2 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian dari Sekolah ... 349

(25)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika menjadi salah satu pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang

pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ada banyak

manfaat yang diperoleh dengan mempelajari matematika misalnya dengan

belajar matematika seseorang dapat menghitung luas suatu daerah atau

memperkirakan keuntungan yang diperoleh dari penjualan suatu produk.

Cockcroft (dalam Shadiq, 2009 : 2) juga mengakui peran penting matematika.

Cockcroft menulis: “It would be very difficult – perhaps impossible – to live a normal life in very many parts of the world in the twentieth century without making use of mathematics of some kind.” Akan sangat sulit atau tidaklah

mungkin bagi seseorang untuk hidup di bagian bumi ini pada abad ke-20 ini

tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika. Hal ini menegaskan bahwa

matematika menjadi salah satu hal penting yang kita butuhkan dalam

kehidupan kita. Oleh karena itulah, matematika masih menjadi salah satu

pelajaran yang diajarkan di sekolah mulai dari sekolah dasar sampai perguruan

tinggi.

Dalam pembelajaran matematika di sekolah, ada beberapa sub materi yang

diajarkan. Salah satu sub materi yang diajarkan adalah geometri. Penerapan

dari geometri sudah sering ditemukan di lingkungan sekitar bahkan sebelum

(26)

2

menyampaikan tentang potensi-potensi yang dimiliki geometri yang diajarkan

di sekolah, khususnya sekolah menengah yakni mampu menghasilkan proses

belajar yang bermakna (meaningful learning) karena objek-objeknya begitu

mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan kenyataan empiris yang mereka

lihat mengenai benda-benda itu di alam, membantu para siswa dalam

memahami dengan lebih baik ruang (lingkungan) tempat mereka hidup,

khususnya dari segi keruangan (spasial) atau geometrisnya, dapat digunakan

sebagai wahana untuk memperkenalkan cara berpikir dalam matematika yaitu

cara berpikir deduktif-aksiomatis dan mampu membawa siswa agar bisa

menghargai keindahan yang terdapat dalam matematika.

Pembelajaran geometri yang dilaksanakan di sekolah tentu tidak selalu

berjalan mulus. Ada berbagai masalah yang dijumpai dalam pembelajaran

geometri di sekolah. Muhamaad Ridlo Yowono dalam penelitiannya tentang

analisis kesulitan belajar siswa kelas VII SMP dalam menyelesaikan soal

materi segitiga dan alternatif pemecahannya menemukan tiga jenis kesulitan

belajar peserta didik dalam mengerjakan soal materi segitiga. Ketiga kesulitan

itu adalah yaitu (a) kesulitan dalam memahami konsep serta definisi misalnya

konsep alas dan tinggi segitiga, konsep dua garis yang saling berpotongan dan

menyebutkan hubungan antarsudut pada dua garis yang saling sejajar. (b)

Kesulitan dalam mengidentifikasi dan menyebutkan sifat-sifat. Misalnya

kesulitan mengidentifikasi dan mengaitkan sifat segitiga sama sisi dengan sifat

segitiga samakaki. (c) Kesulitan dalam membuktikan rumus. Misalnya

(27)

dan membuktikan rumus luas segitiga jika diketahui ukuran alas dan

tingginya.

Permasalahan seperti diatas tentu saja muncul karena berbagai faktor.

Ketidaksiapan siswa secara individu untuk memahami konsep-konsep yang

rumit dan menghafalkan banyak rumus menjadi salah satu faktor penyebab

kesulitan dalam pembelajaran geometri. Faktor lain yang yang menyebabkan

munculnya masalah dalam pembelajaran geometri antara lain: (1) guru kurang

berinisiatif dalam menciptakan metode penurunan rumus yang sesuai dengan

tingkat intelektual siswa, (2) guru tidak berupaya dalam menciptakan

pembelajaran yang kreatif, efektif, efisien, menyenangkan, aktif, solutif, dan

antisipatif, (3) guru cenderung menyodorkan rumus siap pakai kepada siswa

tanpa menjelaskan cara menemukannya.

Hal serupa juga terjadi di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Berdasarkan

observasi yang dilakukan peneliti di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta,

pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode ceramah sehingga

siswa kurang dilibatkan dalam proses menemukan atau memahami suatu

konsep matematika. Hal ini membuat siswa mudah merasa bosan dan kurang

antusias dalam mengikuti pembelajaran matematika. Selain itu, dari

wawancara singkat yang dilakukan peneliti dengan guru matematika kelas VII

B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta, ada beberapa masalah yang pernah dijumpai

guru dalam pembelajaran matematika pada materi segitiga dan segiempat

yakni siswa seringkali kebingungan mengerjakan soal dengan tipe yang

(28)

4

dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa sulit untuk memfokuskan

perhatiannya dalam pembelajaran sehingga hasil belajar mereka kurang

memuaskan.

Teori Van Hiele merupakan salah satu teori pembelajaran yang tidak asing

lagi dalam pembelajaran matematika. Teori Van Hiele dirumuskan oleh dua

peneliti dari Belanda, yaitu Pierre Van Hiele dan Dina Van Hiele pada sekitar

tahun 1957. Teori ini dikhususkan untuk pembelajaran geometri. Teori ini

membicarakan tingkat berpikir siswa dalam materi geometri yang terdiri dari

lima tingkat yakni tingkat 0 (visulisasi), tingkat 1 (analisis), tingkat 2

(relasional atau deduksi informal), tingkat 3 (deduksi formal) dan tingkat 4

(rigor). Selain itu, teori Van Hiele juga membicarakan tentang fase-fase dalam

pengajaran geometri yang terdiri dari fase 1 informasi, fase 2 orientasi

langsung, fase 3 penjelasan, fase 4 orientasi bebas dan fase 5 integrasi. Kelima

fase ini bertujuan untuk meningkatkan suatu tahap berpikir siswa ke tahap

berpikir geometri yang lebih tinggi.

Masalah yang muncul dalam pembelajaran geometri di sekolah khususnya

pada materi segitiga dan segiempat tentunya harus segera diatasi. Hal ini

dilakukan agar hasil pembelajaran yang diperoleh memuaskan. Oleh karena

itu, untuk menyelesaikan masalah tersebut peneliti akan menggunakan teori

Van Hiele dalam pembelajaran geometri khususnya segitiga. Hal ini

dikarenakan teori Van Hiele dikhususkan untuk pembelajaran geometri. Selain

itu, dalam Teori Van Hiele dijelaskan mengenai tingkat berpikir geometri

(29)

melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, melalui kegiatan

penyelidikan alat peraga geometri untuk menemukan konsep tentang materi

geometri yang dipelajarinya. Sehingga diharapkan penerapan teori Van Hiele

dalam pembelajaran matematika dapat menciptakan pembelajaran yang efektif

ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa terhadap matematika.

Pada penelitian sebelumnya oleh Natanael Jalung Liah (2014) tentang

efektivitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam

pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas

IX SMP Budya Wacana Yogyakarta disimpulkan teori belajar Van Hiele lebih

efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran

matematika pada materi kesebangunan di SMP Budya Wacana Yogyakarta.

Selain itu, hasil penelitian Rusyda Amrina, Karim (2013) tentang pengaruh

teori belajar Van Hiele terhadap hasil belajar geometri siswa kelas VII SMP

menunjukkan bahwa hasil belajar geometri siswa yang menggunakan teori

belajar Van Hiele lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang

menggunakan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan meneliti efektivitas pembelajaran

dengan menggunakan teori Van Hiele di bangku sekolah menengah pertama

dengan judul “Efektivitas Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele

Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga di Kelas VII

B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017”. Materi yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah segitiga. Selain karena segitiga

(30)

6

sekolah menengah pertama, pemahaman yang baik pada materi segitiga di

bangku kelas VII juga membantu siswa dalam memahami materi segitiga yang

akan mereka pelajari ditingkat lebih lanjut misalnya teorema pythagoras di

kelas VIII dan kesebangunan dan kekongruenan di kelas IX. Perbedaan antara

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yakni efektivitas teori Van Hiele

tidak hanya ditinjau dari hasil belajar melainkan juga dari minat belajar siswa

karena minat belajar menjadi salah satu faktor penting dalam proses

pembelajaran. Minat yang tinggi akan membantu siswa untuk semangat dalam

proses pembelajaran. Hal ini didukung oleh Susanto (Susanto, 2013 : 68) yang

mengatakan bahwa minat belajar merupakan faktor yang sangat penting dalam

menunjang tercapainya efektivitas proses belajar mengajar, yang pada

akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan.

Selain itu metode yang digunakan dalam juga berbeda yaitu metode deskriptif

kuantitatif.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang dilakukan ada beberapa masalah

yang ditemui, yakni :

1. Metode pembelajaran yang digunakan di kelas masih bersifat

konvensional sehingga siswa kurang dilibatkan dalam menemukan konsep

matematika.

2. Sebagian siswa kurang fokus dalam pembelajaran sehingga berdampak

(31)

3. Siswa seringkali bingung saat mengerjakan soal dengan tipe yang berbeda

dan masih sulit menyelesaikan soal penerapan segitiga dan segiempat

dalam kehidupan sehari-hari.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran matematika pada materi segitiga

kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 dengan

menggunakan teori Van Hiele ?

2. Apakah pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele

efektif ditinjau dari minat belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B

SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ?

3. Apakah pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele

efektif ditinjau dari hasil belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B

SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dilaksanakannya penelitian

ini adalah :

1. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika pada materi

segitiga kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017

(32)

8

2. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang

menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP

BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari minat belajar

siswa.

3. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang

menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP

BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari hasil belajar

siswa.

E. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pertimbangan waktu dan kemampuan peneliti, adapun

batasan masalah untuk penelitian ini adalah :

1. Subyek penelitian dibatasi hanya siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1

Yogyakarta tahun pelajaran 2016/2017.

2. Kompetensi dasar pada penelitian ini adalah memahami sifat-sifat bangun

datar dan menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas.

3. Materi yang menjadi fokus dalam penelitian adalah segitiga yang terdiri

dari memahami jenis dan sifat segitiga serta memahami keliling dan luas

segitiga.

4. Penelitian ini hanya membahas tentang efektivitas pembelajaran

matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga

ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1

(33)

5. Hasil belajar siswa hanya dilihat dari aspek kognitif melalui tes hasil

belajar.

F. Penjelasan Istilah

1. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif yang berarti dapat membawa

hasil atau berhasil guna. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan

ketercapaian target yang dibuat.

2. Teori Van Hiele

Teori Van Hiele merupakan salah satu teori belajar aliran kognitif yang

menjelaskan tentang tahap berpikir siswa dalam belajar geometri yang

terdiri dari lima tahapan yakni visualisasi (tahap 0), analisis (tahap 1),

relasional atau deduksi informal (tahap 2), deduksi formal (tahap 3) dan

rigor (tahap 4).

3. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang

dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang

dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan

kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya

(34)

10

4. Minat Belajar

Minat belajar adalah kecenderungan seseorang merasa tertarik dengan

suatu hal tertentu dan merasa senang mempelajari hal tersebut.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah

melakukan kegiatan belajar baik dari segi kognitif, afektif maupun

psikomotorik.

6. Segitiga

Segitiga merupakan bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan

memiliki tiga buah titik sudut.

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai referensi model

pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran matematika

khususnya pada materi geometri sehingga dapat meningkatkan minat dan

hasil belajar siswa.

2. Bagi Siswa

Melalui penerapan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika,

siswa dapat merasakan pengalaman belajar yang baru serta dapat

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sehingga diharapkan siswa mudah

menerima dan memahami materi yang disampaikan khususnya materi

(35)

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengetahuan baru bagi peneliti dalam

menerapkan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika. Selain itu,

pengalaman yang diperoleh dalam penelitian ini menjadi bekal bagi

peneliti saat terjun di dunia pendidikan sebagai guru.

H. Sistematika Penulisan

1. Bagian Awal Skripsi

Pada bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, halaman

persetujuan, halaman pengesahan, halaman persembahan, pernyataan

keaslian karya, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar

diagram, daftar gambar dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi Skripsi

Bagian isi skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari :

a. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, pembatasan masalah, manfaat penelitian, penjelasan istilah,

dan sistematika penulisan.

b. Bab II Landasan Teori

Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai dasar

penulisan skripsi ini yang meliputi belajar, pembelajaran, pembelajaran

(36)

12

Van Hiele, materi pembelajaran, penelitian relevan dan kerangka

berpikir.

c. Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, objek

penelitian, bentuk data, metode pengumpulan data, instrumen

penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, teknik

analisis data, prosedur pelaksanaan penelitian, dan penjadwalan waktu

pelaksanaan penelitian

d. Bab IV Pelaksanaan, Hasil Analisis dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang deskripsi pelaksanaan kegiatan

penelitian, tabulasi data, analisis data, pembahasan, dan keterbatasan

penelitian.

e. Bab V Penutup

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran.

3. Bagian Akhir Skripsi

Pada bagian akhir skripsi terdiri atas daftar pustaka dan

(37)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Istilah belajar bukanlah istilah yang baru khususnya dalam dunia

pendidikan. Menurut R. Gagne (dalam Susanto, 2013 : 1), belajar dapat

didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah

perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar menurut W.S. Winkel

(dalam Susanto, 2013 : 4) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung

dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.

Sementara, E.R. Hilgard (dalam Susanto, 2013 : 3) mendefinisikan belajar

sebagai suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan.

Burton (dalam Aunurrahman, 2009 : 35) merumuskan pengertian

belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya

interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan

lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan

lingkungannya. Sementara, Singer (dalam Siregar, 2010 : 4)

mendefinisikan belajar sebagai perubahan prilaku yang relatif tetap yang

(38)

14

Menurut Slameto (2010 : 2), belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut

Slameto adalah sebagai berikut:

a. Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya

perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi

adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang

berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan

yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan

berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa

bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari

sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu

dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi

(39)

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau

permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar

akan bersifat menetap.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada

tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan

tingkah laku yang benar-benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses

belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang

belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah

laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan, dan

sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan belajar

adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar

sehingga memperoleh pemahaman yang baru dan menghasilkan perubahan

perilaku yang positif dalam interaksinya antara individu dengan individu

(40)

16

2. Ciri-ciri belajar

Berikut adalah beberapa ciri belajar menurut Wragg (dalam

Aunurrahman, 2009 : 35-36) :

a. Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari

atau disengaja.

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau

direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas

tertentu. Aktivitas ini menunjukkan pada keaktifan seseorang dalam

melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah

maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada

dirinya. Suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik jika intensitas

keaktifan jasmaniah dan mental sesorang tinggi. Sebaliknya, kegiatan

belajar dikatakan tidak intensif jika keaktifan jasmaniah dan mental

sesorang rendah.

b. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.

Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek

lain yang memungkinkan individu memperoleh

pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman-pengalaman atau pengetahuan

baru maupun pengalaman atau pengetahuan yang pernah diperoleh

sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu

tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Adanya

(41)

lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya

guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian.

c. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.

Aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku.

Perubahan tingkah laku hasil belajar berkenaan dengan berbagai aspek

yakni aspek motorik, aspek afektif dan aspek kognitif. Perubahan yang

dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek

motorik. Sedangkan perubahan pada aspek afektif umumnya tidak

mudah dilihat dalam waktu singkat, akan tetapi seringkali dalam

rentang waktu relatif lama. Perubahan pada aspek kognitif ditandai

dengan perubahan kemampuan berpikir dari sebelumya tidak

mengetahui menjadi mengetahui.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yakni faktor intern dan

faktor ekstern.

a. Faktor Intern

Faktor intern yang mempengaruhi kegiatan belajar dibagi menjadi

tiga yakni faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

1) Faktor jasmaniah

Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang

(42)

18

kegiatan belajar dapat berjalan baik. Selain itu, keadaan cacat

tubuh juga mempengaruhi belajar siswa. Jika kondisi siswa cacat

tubuh maka sebaiknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus

untuk dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya

terhadap kegiatan belajar.

2) Faktor psikologi.

Faktor psikologi yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah

intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan

kesiapan.

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke

dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara

efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan

lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat

intelegensi yang rendah.

b) Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa

(43)

Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka

timbulah kebosanan sehingga ia tidak lagi suka belajar.

c) Minat

Minat (Slameto, 2010 : 57) adalah kecenderungan yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar. Bila bahan pelajaran

yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak

akan belajar dengan sebaik-baiknya sebaliknya pelajaran yang

menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan,

karena minat menambah kegiatan belajar siswa.

d) Bakat

Menurut Hilgard ( dalam Slameto, 2010 : 57) bakat adalah

kemampuan untuk belajar. Bakat juga berpengaruh terhadap

belajar anak. Jika pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan

bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang

belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajar.

e) Motif

Motif erat hubungannya dengan tujuan yang hendak

dicapai. Motif yang kuat sangatlah diperlukan dalam belajar

agar hasil belajar yang diperoleh baik. Pembentukan motif

yang kuat dapat dilakukan dengan adanya

latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang

(44)

20

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan

seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak

dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu

diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak

yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan

kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil

jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk

memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan

belajar.

g) Kesiapan

Kesiapan menurut James Drever (dalam Slameto, 2010 :

61) adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.

Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena

jika siswa belajar dalam keadaan siap, maka hasil belajarnya

akan lebih baik.

3) Faktor kelelahan

Ada dua jenis kelelahan yakni kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh

dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan

(45)

kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan

sesuatu hilang. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka ia

perlu mengusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan saat belajar.

b. Faktor Ekstern

Ada tiga faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar yakni

faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

Berikut adalah beberapa faktor dalam keluarga yang

mempengaruhi belajar anak:

a) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya memiliki pengaruh yang

besar terhadap belajar anaknya. Orang tua sebaiknya

memperhatikan waktu belajar, menyiapkan alat yang

diperlukan anak dalam belajar, membantu anak mengatasi

kesulitannya dalam belajar dan lain-lain agar hasil belajar anak

pun baik.

b) Relasi antar anggota keluarga

Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu

diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga. Hubungan yang

baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang,

(46)

22

c) Suasana rumah

Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan

suasana rumah yang tenang dan tentram sehingga anak merasa

kerasan/betah tinggal di rumah serta dapat belajar dengan baik.

d) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga menjadi salah satu faktor

penting yang mempengaruhi anak. Anak yang sedang belajar

membutuhkan fasilitas belajar yang cukup seperti alat tulis dan

buku bacaan. Fasilitas itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga

mempunyai uang yang cukup.

e) Pengertian orang tua

Anak membutuhkan dorongan dan pengertian orang tua

saat belajar. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan

tugas-tugas rumah. Jika anak mengalami kesulitan atau kurang

semangat dalam belajar, orang tua sedapat mungkin memberi

pengertian dan mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi.

f) Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Penanaman kebiasaan

yang baik perlu dilakukan sejak dini untuk mendorong

(47)

2) Faktor sekolah

Berikut adalah beberapa faktor di sekolah yang mempengaruhi

belajar anak yakni :

a) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui

di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Drs. Ign. S.

Ulih Bukit Karo Karo (dalam Slameto, 2010 : 67) adalah

menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar

orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya.

Metode mengajar guru yang baik akan mempengaruhi belajar

siswa yang baik pula, sedangkan metode mengajar guru yang

tidak baik akan berdampak kepada belajar anak yang tidak baik

pula.

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang

diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah

menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai

dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Bahan pelajaran yang

diajarkan tentunya mempengaruhi belajar siswa.

c) Relasi guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.

Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam

(48)

24

relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi (guru dengan siswa)

yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai

mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha

mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi

sebaliknya, jika siswa membenci gurunya maka ia segan

mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya

pelajarannya tidak maju. Guru yang kurang berinteraksi dengan

siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar-mengajar itu

kurang lancar dan siswa merasa jauh dari guru, maka segan

berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

d) Relasi siswa dengan siswa

Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang

menyenangkan, mempunyai rasa rendah diri atau sedang

mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari

kelompok. Akibatnya masalah yang dihadapinya semakin

parah dan akan mengganggu belajarnya. Ia bahkan bisa

menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan yang

tidak jelas karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang

menyenangkan dari teman-temannya. Menciptakan relasi yang

baik antarsiswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh

(49)

e) Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan

siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan

sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan

melaksanakan tata-tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan

dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas,

gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan Kepala

Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya,

dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa.

Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja

dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu

juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.

Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus

disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di

perpustakaan.

f) Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa,

karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu

mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang

diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan

memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan

kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan

(50)

26

lebih maju. Guru perlu mengusahakan alat pelajaran yang baik

dan lengkap agar dapat mengajar dengan baik sehingga siswa

dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar

dengan baik pula.

g) Waktu sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar

mengajar di sekolah, baik pagi hari, siang, sore/malam hari.

Dengan memilih waktu sekolah yang tepat, akan memberi

pengaruh yang positif terhadap belajar.

h) Standar pelajaran di atas ukuran

Guru harus memberikan standar pelajaran yang sesuai

dengan kemampuan masing-masing siswa namun tetap

memperhatikan tujuan yang hendak dicapai. Jika guru

memberikan standar yang tinggi dalam suatu pelajaran

akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru.

i) Keadaan gedung

Jumlah siswa yang tidak sesuai dengan ukuran ruang

belajar khususnya ruang kelas juga mempengaruhi belajar

anak. Anak akan sulit berkonsentrasi saat belajar di dalam

(51)

j) Metode belajar

Belajar hendaknya dilakukan secara teratur setiap hari,

dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang

tepat dan cukup istirahat sehingga mampu meningkatkan hasil

belajar.

k) Tugas rumah

Guru sebaiknya tidak memberikan tugas rumah dalam

jumlah yang banyak agar siswa masih tetap bisa melakukan

tugas lainnya di rumah.

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh

terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena siswa hidup

bersama dengan masyarakat yang lain di lingkungannya. Berikut

adalah faktor masyarakat yang berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa.

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat membantu

perkembangan pribadinya. Namun jika siswa terlalu banyak

ambil bagian dalam kegiatan masyarakat dan ia tidak dapat

mengatur waktu dengan bijak maka belajarnya akan terganggu.

Siswa perlu membatasi kegiatannya dalam masyarakat supaya

(52)

28

b) Mass media

Jenis mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar,

majalah, buku-buku, komik-komik, dan lain-lain. Mass media

yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan

juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek

juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Jika tidak ada control

dan pembinaan dari orang tua (bahkan pendidik), maka

kemungkinan semangat belajarnya menurun dan bahkan

mundur sama sekali.

c) Teman bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat

masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul

yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu

juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi

yang bersifat buruk juga. Agar siswa dapat belajar dengan baik,

maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul

yang baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta

pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.

d) Bentuk kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh

terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari

orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan

(53)

kepada anak (siswa) yang berada di situ. Anak/siswa tertarik

untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di

sekitarnya. Akibatnya, belajarnya terganggu dan bahkan

anak/siswa kehilangan semangat belajar karena perhatiannya

semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke

perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang di sekitarnya

yang tidak baik tadi. Sebaliknya, jika lingkungan anak adalah

orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik

dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita

yang luhur akan masa depan anaknya, anak/siswa terpengaruh

juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang

lingkungannya, sehingga akan berbuat seperti orang-orang

yang ada di lingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong

semangat anak/siswa untuk belajar lebih giat lagi.

B. Pembelajaran

1. Pengertian pembelajaran

Istilah pembelajaran berasal dari bahasa Inggris yaitu “instruction

yang diartikan sebagai usaha yang bertujuan membantu orang belajar

(Gagne dalam Khodijah, 2014 : 175). Gagne mendefinisikan

pembelajaran sebagai serangkaian peristiwa eksternal yang dirancang

untuk mendukung beberapa proses belajar, yang bersifat internal. Menurut

(54)

30

yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau

terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain.

Di Indonesia pembelajaran merupakan istilah yang tergolong baru dan

mulai populer sejak lahirnya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

No.20 tahun 2003 (Susanto, 2013 : 19). Menurut undang-undang ini,

pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut

pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik

agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan,

kemahiran, dan pembentukan sikap serta keyakinan pada peserta didik.

Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta

didik agar dapat belajar dengan baik.

Pembelajaran lebih menitikberatkan pada “bagaimana membuat

pembelajar mengalami proses belajar” bukan pada “apa yang dipelajari”.

Hal ini berarti pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara yang

dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara

pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelola

pembelajaran. Komponen pembelajaran ada dua yaitu merancang tujuan

belajar dan mengidentifikasi peristiwa pembelajaran yang tepat untuk

tujuan yang ditentukan (Bell-Gredler dalam Khodijah, 2014 : 176)

Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas penulis menyimpulkan

(55)

terencana agar seseorang mengalami proses belajar sehingga ia dapat

memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru.

2. Tipe Pembelajaran

Ada dua tipe pembelajaran secara umum yakni pembelajaran langsung

dan pembelajaran yang tidak langsung. Berikut adalah penjelasan tentang

tipe pembelajaran.

a. Pembelajaran langsung

Pembelajaran langsung adalah suatu bentuk pembelajaran dimana

guru secara langsung menyampaikan pelajaran, mendemonstrasikan,

menjelaskan, dan mengasumsikan tanggung jawab utama untuk

kemajuan pelajaran, serta menyesuaikan apa yang dilakukannya

dengan usia dan kemampuan siswa. Menurut Blair (dalam Khodijah,

2014) prestasi siswa dapat dicapai lebih tinggi dalam kelas di mana

mereka diajar langsung oleh guru mereka dibandingkan belajar sendiri.

Ada beberapa aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran langsung

yakni penyajian pelajaran, bimbingan latihan, penilaian hasil tugas,

pemberian umpan balik, dan pemonitoran aktivitas siswa.

b. Pembelajaran tidak langsung

Pembelajaran tidak langsung adalah suatu bentuk pembelajaran di

mana siswa berupaya sendiri untuk memperoleh fakta dan

pengetahuan. Pembelajaran tipe ini mendorong siswa untuk berpikir

(56)

32

informasi dan tidak pasif menerima pelajaran. Dalam pembelajaran

tipe ini, guru berfungsi sebagai fasilitator.

C. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Ada begitu banyak definisi matematika yang disampaikan oleh para

ahli. Definsi-definisi tersebut dibuat berdasakan sudut pandang orang yang

bersangkutan. Salah satu definisi matematika yang disampaikan para ahli

yakni matematika (dalam Soedjadi, 2000 : 11) adalah pengetahuan tentang

fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. Ada

beberapa karakteristik dari matematika (dalam Soedjadi, 2000 : 13) yakni

memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir

deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta

pembicaraan dan konsisten dalam sistemnya.

Dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP) (dalam Soedjadi,

2000 : 43), adapun tujuan umum diberikannya matematika di jenjang

pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah :

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di

dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,

(57)

b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan.

Pembelajaran matematika (Amir, 2016 : 8) adalah suatu proses belajar

mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas

berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru

sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi

matematika. Oleh karena itu, hendaknya pembelajaran matematika lebih

berpusat pada siswa agar mereka dapat membangun sendiri pengetahuan

yang diperoleh serta dapat lebih memahami materi yang sedang dibahas.

Peran guru dalam pembelajaran matematika cenderung sebagai fasilitator

yang mengarahkan proses pembelajaran tersebut.

2. Hirarki Pembelajaran Matematika

Guru tentunya sudah memahami bahwa satu standar kompetensi

diajarkan mendahului standar kompetensi lainnya, dan satu kompetensi

dasar diajarkan mendahului kompetensi dasar lainnya. Pada dasarnya,

pengetahuan yang lebih sederhana harus dikuasai para siswa terlebih

dahulu dengan baik agar ia dapat dengan mudah mempelajari pengetahuan

yang lebih rumit. Gagne memberikan alasan pemecahan dan pengurutan

materi pembelajaran dengan selalu menyampaikan pertanyaan ini:

(58)

34

mempelajari suatu pengetahuan tertentu?”. Setelah mendapat jawabannya,

ia mengulang kembali pertanyaan di atas tadi untuk mendapatkan

prasyarat yang harus dikuasai dan dipelajari siswa sebelum ia mempelajari

pengetahuan tersebut. Hal itu dilakukan terus menerus sampai didapatkan

urut-urutan pengetahuan dari yang paling sederhana sampai yang paling

kompleks. Dengan cara itulah kita akan mendapatkan hirarki belajar.

Proses tersebut diperjelas oleh Resnick dan Ford (dalam Amir, 2016)

yang menyatakan : ”A hierarchy is generated by considering the target

task and asking.”What would (this child) have to know and how do in order to perform this task…?”. Oleh karena itu, hirarki belajar menurut

Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau top down. Ini berarti hirarki belajar dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun

keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran di

puncak dari hirarki belajar tersebut. Kemudian diikuti kemampuan,

keterampilan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka

kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau

pengetahuan di atasnya itu. Contohnya, sebelum mempelajari perkalian,

siswa harus memahami konsep penjumlahan, dan tentunya harus mengenal

konsep bilangan mulai dari konkrit hingga abstrak.

D. Pembelajaran Efektif

Efektivitas dalam KBBI berasal dari kata dasar efektif yang berarti dapat

Gambar

Tabel 2.1. Fase-Fase dalam Pengajaran Geometri Menurut Van Hiele
Gambar 2.2. Sembarang
Gambar 2.3. Segitiga     beserta alas dan tingginya
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum pelaksanaaan kegiatan PPL, terlebih dahulu diadakan observasi ke lokasi PPL, yaitu di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DIY dan hasil dari observasi

reDhdtu dibnh]* jcrdd

Help students to solve the problem Teacher facilitates students to collect. the useful information and arrange

JENIS BELANJA JENIS PENGADAAN SUMBER DANA METODE PEMILIHAN PENYEDIA PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA PELAKSANAAN PEKERJAAN.. Sekretariat Daerah Pematangan

Terkait penelitian ini, karena penelitian ini ialah penelitian dinamika antar aktor, maka sumber-sumber informasi yang digunakan ialah hasil wawancara dengan beberapa aktor

Tanda pelunasan pajak tahun terakhir (SPT tahun 2013) dan Laporan Bulanan Pajak (PPh pasal 21, PPh pasal 23 bila ada transaksi, PPh pasal 25/29 dan PPN) untuk 3 (tiga) bulan

Aula Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kalimantan Selatan Jl.. Hasan

PtrI'BACA^N SUTTU RUANCAN SNNTNAL. IADA YT.TELtrKOMUNTXASI