ABSTRAK
Fransiska Atrik Halim. 2017. Efektivitas Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga di Kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika pada materi segitiga kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan teori Van Hiele, (2) mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari minat belajar siswa, (3) Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari hasil belajar siswa.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta pada tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 22 orang. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes, lembar angket minat belajar siswa, lembar observasi pembelajaran, dan pedoman wawancara siswa. Data hasil belajar dan minat belajar siswa akan dianalisis secara kuantitatif yakni dengan menghitung skor total. Sementara, data keterlaksanaan pembelajaran yang menerapkan teori Van Hiele akan dianalisis dengan menghitung persentase penerapan teori Van Hiele dalam pembelajaran.
Berdasarkan analisis maka diperoleh hasil sebagai berikut, (1) Pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele terlaksana dengan baik pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017, (2) Hasil analisis minat akhir siswa menunjukkan 68,19% siswa berada pada kategori minat belajar tinggi – sangat tinggi, maka pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele tidak efektif ditinjau dari minat belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017, (3) Hasil analisis post tes siswa menunjukkan 31,82% siswa berada pada kategori lulus, maka pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele tidak efektif ditinjau dari hasil belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017
ABSTRACT
Fransiska Atrik Halim. 2017. The Effectiveness of Using Van Hiele Theory Viewed by the Interest and Results of Student Learning on Triangle Material in Class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in School Year 2016/2017. Undergraduated Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This study aims to (1) know the implementation of Mathematics learning on material triangle class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 using Van Hiele's theory, (2) to know the effectiveness of mathematics learning using Van Hiele's theory on material triangle in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 in terms of student learning interest, (3) To know the effectiveness of learning Mathematics using Van Hiele's theory on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 viewed by the student learning results.
The type of research used in this study is quantitative descriptive research. Subjects in this study are students in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in the school year 2016/2017 which amounted to 22 people. The instruments used in this study are results of student learning test, questionnaires sheets of student learning interest, learning observation sheets, and student interviews guidelines. The data of students learning result and students interest of learning will analyzed by quantitative methods by calculating the total score. Meanwhile, for the data of implementations of mathematics learning with applying Van Hiele theory will analyzed by calculating the percentations of applying Van Hiele theory in the class.
Based on the analysis, the results of this research are (1) the implementations of Van Hiele theory in mathematics learning on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017 was doing well, (2) the analysis results for students final interest of learning show that 68,19% students are in high – very high learning interest category, it's mean that the learning process by applying Van Hiele theory is not effective viewed by students interest of learning on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017, (3) the analysis results for post test show that 31,28% students are passed, so learning process by applying Van Hiele theory is not effective viewed by the students learning results on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017.
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN TEORI VAN
HIELE DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI SEGITIGA DI KELAS VII B SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2016/2017
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Fransiska Atrik Halim
131414078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN TEORI VAN
HIELE DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI SEGITIGA DI KELAS VII B SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2016/2017
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Fransiska Atrik Halim
131414078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan
perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu
dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur
oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.”
(Kolose 3 : 17)
Dengan rendah hati dan penuh syukur saya dedikasikan skripsi ini untuk :
Allah Bapa yang Maha Kuasa
Tuhan Yesus Kristus & Bunda Maria
Bapa, Mama, dan Ketiga Adikku
Teman-teman, keluarga, kenalan, dan kerabat,
dan secara khusus
vi ABSTRAK
Fransiska Atrik Halim. 2017. Efektivitas Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga di Kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika pada materi segitiga kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan teori Van Hiele, (2) mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari minat belajar siswa, (3) Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari hasil belajar siswa.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta pada tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 22 orang. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes, lembar angket minat belajar siswa, lembar observasi pembelajaran, dan pedoman wawancara siswa. Data hasil belajar dan minat belajar siswa akan dianalisis secara kuantitatif yakni dengan menghitung skor total. Sementara, data keterlaksanaan pembelajaran yang menerapkan teori Van Hiele akan dianalisis dengan menghitung persentase penerapan teori Van Hiele dalam pembelajaran.
Berdasarkan analisis maka diperoleh hasil sebagai berikut, (1) Pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele terlaksana dengan baik pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017, (2) Hasil analisis minat akhir siswa menunjukkan 68,19% siswa berada pada kategori minat belajar tinggi – sangat tinggi, maka pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele tidak efektif ditinjau dari minat belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017, (3) Hasil analisis post tes siswa menunjukkan 31,82% siswa berada pada kategori lulus, maka pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele tidak efektif ditinjau dari hasil belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017
vii ABSTRACT
Fransiska Atrik Halim. 2017. The Effectiveness of Using Van Hiele Theory Viewed by the Interest and Results of Student Learning on Triangle Material in Class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in School Year 2016/2017. Undergraduated Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This study aims to (1) know the implementation of Mathematics learning on material triangle class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 using Van Hiele's theory, (2) to know the effectiveness of mathematics learning using Van Hiele's theory on material triangle in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 in terms of student learning interest, (3) To know the effectiveness of learning Mathematics using Van Hiele's theory on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in school year 2016/2017 viewed by the student learning results.
The type of research used in this study is quantitative descriptive research. Subjects in this study are students in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta Junior High School in the school year 2016/2017 which amounted to 22 people. The instruments used in this study are results of student learning test, questionnaires sheets of student learning interest, learning observation sheets, and student interviews guidelines. The data of students learning result and students interest of learning will analyzed by quantitative methods by calculating the total score. Meanwhile, for the data of implementations of mathematics learning with applying Van Hiele theory will analyzed by calculating the percentations of applying Van Hiele theory in the class.
Based on the analysis, the results of this research are (1) the implementations of Van Hiele theory in mathematics learning on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017 was doing well, (2) the analysis results for students final interest of learning show that 68,19% students are in high – very high learning interest category, it's mean that the learning process by applying Van Hiele theory is not effective viewed by students interest of learning on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017, (3) the analysis results for post test show that 31,28% students are passed, so learning process by applying Van Hiele theory is not effective viewed by the students learning results on triangle material in class VII B of BOPKRI 1 Yogyakarta junior high school in school year 2016/2017.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat,
lindungan dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN TEORI
VAN HIELE DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA DI KELAS VII B SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017”. Penulis menyadari bahwa
begitu banyak pihak yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd., selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
4. Bapak Beni Utomo, M. Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
5. Bapak Antonius Yudhi Anggoro, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan
selama proses penyelesaian skripsi ini.
6. Segenap dosen Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang telah
membagikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama mengikuti
x
7. Segenap staf sekretariat JPMIPA yang telah banyak membantu penulis selama
perkuliahan di program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata
Dharma.
8. Bapak Paryadi, S.Pd., selaku Kepala SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah
mengijinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian di kelas VII B SMP
BOPKRI 1 Yogyakarta.
9. Bapak Drs. Adi Undang Mulyono, selaku guru mata pelajaran Matematika
kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah bersedia memberikan jam
pelajarannya bagi penulis untuk melakukan penelitian.
10.Siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah membantu peneliti
selama proses pelaksanaan penelitian ini.
11.Kedua orang tua tercinta Lambertus Halim dan Lusia Lajum serta adik-adik
tersayang Flaviana Abriani Halim, Eufrosina Sovia Halim dan Yohanes
Juliosen Wuang yang selalu memberikan semangat kepada penulis selama
proses penulisan skripsi ini.
12.Keluarga kecil Hidden Kos yang selalu memberikan bantuan, dukungan, doa
dan semangat bagi peneliti selama proses perkuliahan maupun penulisan
skripsi ini.
13.Rekan-rekan SMAK St.Ignatius Loyola Labuan Bajo 2013 yang selalu
memberikan dukungan dan doa bagi penulis.
14.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2013 yang telah memberikan
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GRAFIK ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Pembatasan Masalah ... 8
xiii
G. Manfaat Penelitian ... 10
H. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II LANDASAN TEORI ... 13
A. Belajar ... 13
1. Pengertian Belajar ... 13
2. Ciri-Ciri Belajar ... 16
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 17
B. Pembelajaran ... 29
1. Pengertian Pembelajaran ... 29
2. Tipe Pembelajaran ... 31
C. Pembelajaran Matematika ... 32
1. Pembelajaran Matematika ... 32
2. Hirarki Pembelajaran Matematika ... 33
D. Pembelajaran Efektif ... 34
E. Hasil Belajar ... 37
F. Minat Belajar ... 39
G. Teori Van Hiele ... 42
1. Tahap Belajar Anak dalam Belajar Geometri ... 42
2. Teori Pembelajaran Geometri Menurut Van Hiele ... 44
3. Fase-Fase dalam Pengajaran Geometri ... 45
H. Materi Pembelajaran ... 46
I. Penelitian yang Relevan ... 49
xiv
BAB III METODE PENELITIAN ... 53
A. Jenis Penelitian ... 53
B. Subjek Penelitian ... 53
C. Objek Penelitian ... 53
D. Bentuk Data ... 54
E. Metode Pengumpulan Data ... 55
F. Instrumen Penelitian ... 57
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 62
H. Teknik Analisis Data ... 65
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 70
J. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 71
BAB IV PELAKSANAAN, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 73
A. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 73
1. Deskripsi Tempat Penelitian ... 73
2. Uji Coba Instrumen ... 73
3. Pelaksanaan Penelitian ... 90
B. Tabulasi Data ... 110
1. Data Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Menerapkan Teori Van Hiele ... 110
2. Data Minat Belajar Siswa ... 112
3. Data Hasil Belajar Siswa ... 115
4. Data Wawancara Siswa ... 117
xv
1. Analisis Data Pengamatan Keterlaksanaan
Pembelajaran dengan Menerapkan Teori Van Hiele ... 135
2. Analisis Data Minat Belajar Siswa ... 136
3. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 139
4. Analisis Data Wawancara Siswa... 143
D. Pembahasan ... 153
1. Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Menerapkan Teori Van Hiele ... 153
2. Minat Belajar Siswa ... 158
3. Hasil Belajar Siswa ... 163
E. Keterbatasan Penelitian ... 167
BAB V PENUTUP ... 169
A. Kesimpulan ... 169
B. Saran ... 171
DAFTAR PUSTAKA ... 173
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Segitiga ... 46
Gambar 2.2 Sembarang ... 48
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Fase-Fase dalam Pengajaran Geometri Menurut Van Hiele ... 45
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 58
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa ... 59
Tabel 3.3 Panduan Wawancara Siswa ... 60
Tabel 3.4 Kualifikasi Reliabilitas ... 65
Tabel 3.5 Kategori Hasil Belajar Siswa ... 66
Tabel 3.6 Konversi Skor Kategori Minat Siswa ... 67
Tabel 3.7 Kategorisasi Minat Siswa ... 68
Tabel 3.8 Kategorisasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 69
Tabel 3.9 Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 71
Tabel 4.1 Data Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa ... 75
Tabel 4.2 Hasil Uji Validasi Tahap 1 Angket Minat Belajar Siswa ... 79
Tabel 4.3 Hasil Uji Validasi Tahap 2 Angket Minat Belajar Siswa ... 81
Tabel 4.4 Hasil Uji Validasi Tahap 3 Angket Minat Belajar Siswa ... 83
Tabel 4.5 Hasil Uji Validasi Tahap 4 Angket Minat Belajar Siswa ... 84
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Angket Minat Belajar Siswa ... 86
Tabel 4.7 Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ... 86
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Tahap 1 Tes Hasil Belajar Siswa ... 88
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Tahap 2 Tes Hasil Belajar Siswa ... 88
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa ... 90
Tabel 4.11 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 91
xviii
Tabel 4.13 Data Minat Belajar Matematika Siswa (Awal) ... 113
Tabel 4.14 Data Minat Belajar Matematika Siswa (Akhir) ... 114
Tabel 4.15 Data Pre Tes Siswa ... 115
Tabel 4.16 Data Post Tes Siswa ... 116
Tabel 4.17 Data Wawancara Siswa... 117
Tabel 4.18 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 135
Tabel 4.19 Kategori Minat Awal Siswa ... 136
Tabel 4.20 Pengelompokan Minat Awal Siswa ... 137
Tabel 4.21 Kategori Minat Akhir Siswa ... 138
Tabel 4.22 Pengelompokan Minat Akhir Siswa ... 139
Tabel 4.23 Hasil Analisis Pre Tes Siswa ... 139
Tabel 4.24 Pengelompokan Pre Tes Siswa (Kategori Hasil Belajar) ... 141
Tabel 4.25 Pengelompokan Pre Tes Siswa (KKM) ... 141
Tabel 4.26 Hasil Analisis Post Tes Siswa ... 141
Tabel 4.27 Pengelompokan Post Tes Siswa (Kategori Hasil Belajar) ... 143
Tabel 4.28 Pengelompokan Post Tes Siswa (KKM) ... 143
xix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Persentase Minat Belajar Siswa ... 158
Grafik 4.2 Persentase Hasil Belajar Siswa (Kategori) ... 163
xx
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN ... 177
Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 178
Lampiran 1.2 Lembar Angket Minat Belajar untuk Penelitian ... 225
Lampiran 1.3 Lembar Tes Hasil Belajar untuk Penelitian ... 228
Lampiran 1.4 Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran yang
Menggunakan Teori Van Hiele ... 230
Lampiran 1.5 Panduan Skor Tes Hasil Belajar ... 234
LAMPIRAN 2 LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN OLEH PAKAR ... 237
Lampiran 2.1 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar ... 238
Lampiran 2.2 Lembar Validasi Angket Minat Belajar ... 246
Lampiran 2.3 Lembar Validasi Lembar Observasi Keterlaksanaan
Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele ... 252
Lampiran 2.4 Lembar Validasi Pedoman Wawancara Siswa ... 255
LAMPIRAN 3 HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN
RELIABILITAS MENGGUNAKAN SSPS ... 261
Lampiran 3.1 Hasil Perhitungan Validitas Tes Hasil Belajar ... 262
Lampiran 3.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 278
Lampiran 3.3 Hasil Perhitungan Validitas Angket Minat Belajar ... 280
Lampiran 3.4 Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket Minat Belajar ... 282
LAMPIRAN 4 HASIL PENELITIAN ... 283
Lampiran 4.1 Hasil Uji Coba Angket Minat Belajar ... 284
xxi
Lampiran 4.3 Hasil Pengisian Angket Minat Belajar Siswa ... 299
Lampiran 4.4 Hasil Pengerjaan Tes Hasil Belajar Siswa ... 311
Lampiran 4.5 Hasil Pengisian Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran
yang Menggunakan Teori Van Hiele ... 315
LAMPIRAN 5 SURAT IJIN PENELITIAN ... 347
Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian dari Kampus ... 348
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian dari Sekolah ... 349
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika menjadi salah satu pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang
pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ada banyak
manfaat yang diperoleh dengan mempelajari matematika misalnya dengan
belajar matematika seseorang dapat menghitung luas suatu daerah atau
memperkirakan keuntungan yang diperoleh dari penjualan suatu produk.
Cockcroft (dalam Shadiq, 2009 : 2) juga mengakui peran penting matematika.
Cockcroft menulis: “It would be very difficult – perhaps impossible – to live a normal life in very many parts of the world in the twentieth century without making use of mathematics of some kind.” Akan sangat sulit atau tidaklah
mungkin bagi seseorang untuk hidup di bagian bumi ini pada abad ke-20 ini
tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika. Hal ini menegaskan bahwa
matematika menjadi salah satu hal penting yang kita butuhkan dalam
kehidupan kita. Oleh karena itulah, matematika masih menjadi salah satu
pelajaran yang diajarkan di sekolah mulai dari sekolah dasar sampai perguruan
tinggi.
Dalam pembelajaran matematika di sekolah, ada beberapa sub materi yang
diajarkan. Salah satu sub materi yang diajarkan adalah geometri. Penerapan
dari geometri sudah sering ditemukan di lingkungan sekitar bahkan sebelum
2
menyampaikan tentang potensi-potensi yang dimiliki geometri yang diajarkan
di sekolah, khususnya sekolah menengah yakni mampu menghasilkan proses
belajar yang bermakna (meaningful learning) karena objek-objeknya begitu
mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan kenyataan empiris yang mereka
lihat mengenai benda-benda itu di alam, membantu para siswa dalam
memahami dengan lebih baik ruang (lingkungan) tempat mereka hidup,
khususnya dari segi keruangan (spasial) atau geometrisnya, dapat digunakan
sebagai wahana untuk memperkenalkan cara berpikir dalam matematika yaitu
cara berpikir deduktif-aksiomatis dan mampu membawa siswa agar bisa
menghargai keindahan yang terdapat dalam matematika.
Pembelajaran geometri yang dilaksanakan di sekolah tentu tidak selalu
berjalan mulus. Ada berbagai masalah yang dijumpai dalam pembelajaran
geometri di sekolah. Muhamaad Ridlo Yowono dalam penelitiannya tentang
analisis kesulitan belajar siswa kelas VII SMP dalam menyelesaikan soal
materi segitiga dan alternatif pemecahannya menemukan tiga jenis kesulitan
belajar peserta didik dalam mengerjakan soal materi segitiga. Ketiga kesulitan
itu adalah yaitu (a) kesulitan dalam memahami konsep serta definisi misalnya
konsep alas dan tinggi segitiga, konsep dua garis yang saling berpotongan dan
menyebutkan hubungan antarsudut pada dua garis yang saling sejajar. (b)
Kesulitan dalam mengidentifikasi dan menyebutkan sifat-sifat. Misalnya
kesulitan mengidentifikasi dan mengaitkan sifat segitiga sama sisi dengan sifat
segitiga samakaki. (c) Kesulitan dalam membuktikan rumus. Misalnya
dan membuktikan rumus luas segitiga jika diketahui ukuran alas dan
tingginya.
Permasalahan seperti diatas tentu saja muncul karena berbagai faktor.
Ketidaksiapan siswa secara individu untuk memahami konsep-konsep yang
rumit dan menghafalkan banyak rumus menjadi salah satu faktor penyebab
kesulitan dalam pembelajaran geometri. Faktor lain yang yang menyebabkan
munculnya masalah dalam pembelajaran geometri antara lain: (1) guru kurang
berinisiatif dalam menciptakan metode penurunan rumus yang sesuai dengan
tingkat intelektual siswa, (2) guru tidak berupaya dalam menciptakan
pembelajaran yang kreatif, efektif, efisien, menyenangkan, aktif, solutif, dan
antisipatif, (3) guru cenderung menyodorkan rumus siap pakai kepada siswa
tanpa menjelaskan cara menemukannya.
Hal serupa juga terjadi di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Berdasarkan
observasi yang dilakukan peneliti di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta,
pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode ceramah sehingga
siswa kurang dilibatkan dalam proses menemukan atau memahami suatu
konsep matematika. Hal ini membuat siswa mudah merasa bosan dan kurang
antusias dalam mengikuti pembelajaran matematika. Selain itu, dari
wawancara singkat yang dilakukan peneliti dengan guru matematika kelas VII
B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta, ada beberapa masalah yang pernah dijumpai
guru dalam pembelajaran matematika pada materi segitiga dan segiempat
yakni siswa seringkali kebingungan mengerjakan soal dengan tipe yang
4
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa sulit untuk memfokuskan
perhatiannya dalam pembelajaran sehingga hasil belajar mereka kurang
memuaskan.
Teori Van Hiele merupakan salah satu teori pembelajaran yang tidak asing
lagi dalam pembelajaran matematika. Teori Van Hiele dirumuskan oleh dua
peneliti dari Belanda, yaitu Pierre Van Hiele dan Dina Van Hiele pada sekitar
tahun 1957. Teori ini dikhususkan untuk pembelajaran geometri. Teori ini
membicarakan tingkat berpikir siswa dalam materi geometri yang terdiri dari
lima tingkat yakni tingkat 0 (visulisasi), tingkat 1 (analisis), tingkat 2
(relasional atau deduksi informal), tingkat 3 (deduksi formal) dan tingkat 4
(rigor). Selain itu, teori Van Hiele juga membicarakan tentang fase-fase dalam
pengajaran geometri yang terdiri dari fase 1 informasi, fase 2 orientasi
langsung, fase 3 penjelasan, fase 4 orientasi bebas dan fase 5 integrasi. Kelima
fase ini bertujuan untuk meningkatkan suatu tahap berpikir siswa ke tahap
berpikir geometri yang lebih tinggi.
Masalah yang muncul dalam pembelajaran geometri di sekolah khususnya
pada materi segitiga dan segiempat tentunya harus segera diatasi. Hal ini
dilakukan agar hasil pembelajaran yang diperoleh memuaskan. Oleh karena
itu, untuk menyelesaikan masalah tersebut peneliti akan menggunakan teori
Van Hiele dalam pembelajaran geometri khususnya segitiga. Hal ini
dikarenakan teori Van Hiele dikhususkan untuk pembelajaran geometri. Selain
itu, dalam Teori Van Hiele dijelaskan mengenai tingkat berpikir geometri
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, melalui kegiatan
penyelidikan alat peraga geometri untuk menemukan konsep tentang materi
geometri yang dipelajarinya. Sehingga diharapkan penerapan teori Van Hiele
dalam pembelajaran matematika dapat menciptakan pembelajaran yang efektif
ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa terhadap matematika.
Pada penelitian sebelumnya oleh Natanael Jalung Liah (2014) tentang
efektivitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam
pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas
IX SMP Budya Wacana Yogyakarta disimpulkan teori belajar Van Hiele lebih
efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran
matematika pada materi kesebangunan di SMP Budya Wacana Yogyakarta.
Selain itu, hasil penelitian Rusyda Amrina, Karim (2013) tentang pengaruh
teori belajar Van Hiele terhadap hasil belajar geometri siswa kelas VII SMP
menunjukkan bahwa hasil belajar geometri siswa yang menggunakan teori
belajar Van Hiele lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan meneliti efektivitas pembelajaran
dengan menggunakan teori Van Hiele di bangku sekolah menengah pertama
dengan judul “Efektivitas Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele
Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga di Kelas VII
B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017”. Materi yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah segitiga. Selain karena segitiga
6
sekolah menengah pertama, pemahaman yang baik pada materi segitiga di
bangku kelas VII juga membantu siswa dalam memahami materi segitiga yang
akan mereka pelajari ditingkat lebih lanjut misalnya teorema pythagoras di
kelas VIII dan kesebangunan dan kekongruenan di kelas IX. Perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yakni efektivitas teori Van Hiele
tidak hanya ditinjau dari hasil belajar melainkan juga dari minat belajar siswa
karena minat belajar menjadi salah satu faktor penting dalam proses
pembelajaran. Minat yang tinggi akan membantu siswa untuk semangat dalam
proses pembelajaran. Hal ini didukung oleh Susanto (Susanto, 2013 : 68) yang
mengatakan bahwa minat belajar merupakan faktor yang sangat penting dalam
menunjang tercapainya efektivitas proses belajar mengajar, yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan.
Selain itu metode yang digunakan dalam juga berbeda yaitu metode deskriptif
kuantitatif.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang dilakukan ada beberapa masalah
yang ditemui, yakni :
1. Metode pembelajaran yang digunakan di kelas masih bersifat
konvensional sehingga siswa kurang dilibatkan dalam menemukan konsep
matematika.
2. Sebagian siswa kurang fokus dalam pembelajaran sehingga berdampak
3. Siswa seringkali bingung saat mengerjakan soal dengan tipe yang berbeda
dan masih sulit menyelesaikan soal penerapan segitiga dan segiempat
dalam kehidupan sehari-hari.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran matematika pada materi segitiga
kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 dengan
menggunakan teori Van Hiele ?
2. Apakah pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele
efektif ditinjau dari minat belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B
SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ?
3. Apakah pembelajaran matematika yang menggunakan teori Van Hiele
efektif ditinjau dari hasil belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B
SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dilaksanakannya penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika pada materi
segitiga kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017
8
2. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang
menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP
BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari minat belajar
siswa.
3. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika yang
menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga di kelas VII B SMP
BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 ditinjau dari hasil belajar
siswa.
E. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pertimbangan waktu dan kemampuan peneliti, adapun
batasan masalah untuk penelitian ini adalah :
1. Subyek penelitian dibatasi hanya siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1
Yogyakarta tahun pelajaran 2016/2017.
2. Kompetensi dasar pada penelitian ini adalah memahami sifat-sifat bangun
datar dan menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas.
3. Materi yang menjadi fokus dalam penelitian adalah segitiga yang terdiri
dari memahami jenis dan sifat segitiga serta memahami keliling dan luas
segitiga.
4. Penelitian ini hanya membahas tentang efektivitas pembelajaran
matematika yang menggunakan teori Van Hiele pada materi segitiga
ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa kelas VII B SMP BOPKRI 1
5. Hasil belajar siswa hanya dilihat dari aspek kognitif melalui tes hasil
belajar.
F. Penjelasan Istilah
1. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif yang berarti dapat membawa
hasil atau berhasil guna. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
ketercapaian target yang dibuat.
2. Teori Van Hiele
Teori Van Hiele merupakan salah satu teori belajar aliran kognitif yang
menjelaskan tentang tahap berpikir siswa dalam belajar geometri yang
terdiri dari lima tahapan yakni visualisasi (tahap 0), analisis (tahap 1),
relasional atau deduksi informal (tahap 2), deduksi formal (tahap 3) dan
rigor (tahap 4).
3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
10
4. Minat Belajar
Minat belajar adalah kecenderungan seseorang merasa tertarik dengan
suatu hal tertentu dan merasa senang mempelajari hal tersebut.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar baik dari segi kognitif, afektif maupun
psikomotorik.
6. Segitiga
Segitiga merupakan bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan
memiliki tiga buah titik sudut.
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai referensi model
pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran matematika
khususnya pada materi geometri sehingga dapat meningkatkan minat dan
hasil belajar siswa.
2. Bagi Siswa
Melalui penerapan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika,
siswa dapat merasakan pengalaman belajar yang baru serta dapat
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sehingga diharapkan siswa mudah
menerima dan memahami materi yang disampaikan khususnya materi
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini memberikan pengetahuan baru bagi peneliti dalam
menerapkan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika. Selain itu,
pengalaman yang diperoleh dalam penelitian ini menjadi bekal bagi
peneliti saat terjun di dunia pendidikan sebagai guru.
H. Sistematika Penulisan
1. Bagian Awal Skripsi
Pada bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, halaman
persetujuan, halaman pengesahan, halaman persembahan, pernyataan
keaslian karya, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
diagram, daftar gambar dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi Skripsi
Bagian isi skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari :
a. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, pembatasan masalah, manfaat penelitian, penjelasan istilah,
dan sistematika penulisan.
b. Bab II Landasan Teori
Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai dasar
penulisan skripsi ini yang meliputi belajar, pembelajaran, pembelajaran
12
Van Hiele, materi pembelajaran, penelitian relevan dan kerangka
berpikir.
c. Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, objek
penelitian, bentuk data, metode pengumpulan data, instrumen
penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, teknik
analisis data, prosedur pelaksanaan penelitian, dan penjadwalan waktu
pelaksanaan penelitian
d. Bab IV Pelaksanaan, Hasil Analisis dan Pembahasan
Pada bab ini berisi tentang deskripsi pelaksanaan kegiatan
penelitian, tabulasi data, analisis data, pembahasan, dan keterbatasan
penelitian.
e. Bab V Penutup
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran.
3. Bagian Akhir Skripsi
Pada bagian akhir skripsi terdiri atas daftar pustaka dan
13 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Istilah belajar bukanlah istilah yang baru khususnya dalam dunia
pendidikan. Menurut R. Gagne (dalam Susanto, 2013 : 1), belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar menurut W.S. Winkel
(dalam Susanto, 2013 : 4) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung
dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.
Sementara, E.R. Hilgard (dalam Susanto, 2013 : 3) mendefinisikan belajar
sebagai suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan.
Burton (dalam Aunurrahman, 2009 : 35) merumuskan pengertian
belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan
lingkungannya. Sementara, Singer (dalam Siregar, 2010 : 4)
mendefinisikan belajar sebagai perubahan prilaku yang relatif tetap yang
14
Menurut Slameto (2010 : 2), belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut
Slameto adalah sebagai berikut:
a. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi
adanya suatu perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan
yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan
berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa
bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu
dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar
akan bersifat menetap.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada
tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan
tingkah laku yang benar-benar disadari.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang
belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah
laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan, dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan belajar
adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar
sehingga memperoleh pemahaman yang baru dan menghasilkan perubahan
perilaku yang positif dalam interaksinya antara individu dengan individu
16
2. Ciri-ciri belajar
Berikut adalah beberapa ciri belajar menurut Wragg (dalam
Aunurrahman, 2009 : 35-36) :
a. Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari
atau disengaja.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau
direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas
tertentu. Aktivitas ini menunjukkan pada keaktifan seseorang dalam
melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah
maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada
dirinya. Suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik jika intensitas
keaktifan jasmaniah dan mental sesorang tinggi. Sebaliknya, kegiatan
belajar dikatakan tidak intensif jika keaktifan jasmaniah dan mental
sesorang rendah.
b. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.
Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek
lain yang memungkinkan individu memperoleh
pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman-pengalaman atau pengetahuan
baru maupun pengalaman atau pengetahuan yang pernah diperoleh
sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu
tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Adanya
lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya
guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian.
c. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
Aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku.
Perubahan tingkah laku hasil belajar berkenaan dengan berbagai aspek
yakni aspek motorik, aspek afektif dan aspek kognitif. Perubahan yang
dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek
motorik. Sedangkan perubahan pada aspek afektif umumnya tidak
mudah dilihat dalam waktu singkat, akan tetapi seringkali dalam
rentang waktu relatif lama. Perubahan pada aspek kognitif ditandai
dengan perubahan kemampuan berpikir dari sebelumya tidak
mengetahui menjadi mengetahui.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yakni faktor intern dan
faktor ekstern.
a. Faktor Intern
Faktor intern yang mempengaruhi kegiatan belajar dibagi menjadi
tiga yakni faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
1) Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
18
kegiatan belajar dapat berjalan baik. Selain itu, keadaan cacat
tubuh juga mempengaruhi belajar siswa. Jika kondisi siswa cacat
tubuh maka sebaiknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus
untuk dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya
terhadap kegiatan belajar.
2) Faktor psikologi.
Faktor psikologi yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
kesiapan.
a) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan
lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat
intelegensi yang rendah.
b) Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa
Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka
timbulah kebosanan sehingga ia tidak lagi suka belajar.
c) Minat
Minat (Slameto, 2010 : 57) adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar. Bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak
akan belajar dengan sebaik-baiknya sebaliknya pelajaran yang
menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan,
karena minat menambah kegiatan belajar siswa.
d) Bakat
Menurut Hilgard ( dalam Slameto, 2010 : 57) bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Bakat juga berpengaruh terhadap
belajar anak. Jika pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan
bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang
belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajar.
e) Motif
Motif erat hubungannya dengan tujuan yang hendak
dicapai. Motif yang kuat sangatlah diperlukan dalam belajar
agar hasil belajar yang diperoleh baik. Pembentukan motif
yang kuat dapat dilakukan dengan adanya
latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang
20
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak
dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu
diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak
yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan
kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil
jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk
memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan
belajar.
g) Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever (dalam Slameto, 2010 :
61) adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena
jika siswa belajar dalam keadaan siap, maka hasil belajarnya
akan lebih baik.
3) Faktor kelelahan
Ada dua jenis kelelahan yakni kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka ia
perlu mengusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan saat belajar.
b. Faktor Ekstern
Ada tiga faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar yakni
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
1) Faktor keluarga
Berikut adalah beberapa faktor dalam keluarga yang
mempengaruhi belajar anak:
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya memiliki pengaruh yang
besar terhadap belajar anaknya. Orang tua sebaiknya
memperhatikan waktu belajar, menyiapkan alat yang
diperlukan anak dalam belajar, membantu anak mengatasi
kesulitannya dalam belajar dan lain-lain agar hasil belajar anak
pun baik.
b) Relasi antar anggota keluarga
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu
diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga. Hubungan yang
baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang,
22
c) Suasana rumah
Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan
suasana rumah yang tenang dan tentram sehingga anak merasa
kerasan/betah tinggal di rumah serta dapat belajar dengan baik.
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga menjadi salah satu faktor
penting yang mempengaruhi anak. Anak yang sedang belajar
membutuhkan fasilitas belajar yang cukup seperti alat tulis dan
buku bacaan. Fasilitas itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga
mempunyai uang yang cukup.
e) Pengertian orang tua
Anak membutuhkan dorongan dan pengertian orang tua
saat belajar. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan
tugas-tugas rumah. Jika anak mengalami kesulitan atau kurang
semangat dalam belajar, orang tua sedapat mungkin memberi
pengertian dan mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi.
f) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Penanaman kebiasaan
yang baik perlu dilakukan sejak dini untuk mendorong
2) Faktor sekolah
Berikut adalah beberapa faktor di sekolah yang mempengaruhi
belajar anak yakni :
a) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui
di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Drs. Ign. S.
Ulih Bukit Karo Karo (dalam Slameto, 2010 : 67) adalah
menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar
orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya.
Metode mengajar guru yang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang baik pula, sedangkan metode mengajar guru yang
tidak baik akan berdampak kepada belajar anak yang tidak baik
pula.
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah
menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Bahan pelajaran yang
diajarkan tentunya mempengaruhi belajar siswa.
c) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.
Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam
24
relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi (guru dengan siswa)
yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai
mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha
mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi
sebaliknya, jika siswa membenci gurunya maka ia segan
mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya
pelajarannya tidak maju. Guru yang kurang berinteraksi dengan
siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar-mengajar itu
kurang lancar dan siswa merasa jauh dari guru, maka segan
berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
d) Relasi siswa dengan siswa
Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang
menyenangkan, mempunyai rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari
kelompok. Akibatnya masalah yang dihadapinya semakin
parah dan akan mengganggu belajarnya. Ia bahkan bisa
menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan yang
tidak jelas karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang
menyenangkan dari teman-temannya. Menciptakan relasi yang
baik antarsiswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh
e) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan
siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan
sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan
melaksanakan tata-tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan
dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas,
gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan Kepala
Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya,
dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa.
Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja
dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu
juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.
Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus
disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di
perpustakaan.
f) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa,
karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu
mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan
26
lebih maju. Guru perlu mengusahakan alat pelajaran yang baik
dan lengkap agar dapat mengajar dengan baik sehingga siswa
dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar
dengan baik pula.
g) Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar
mengajar di sekolah, baik pagi hari, siang, sore/malam hari.
Dengan memilih waktu sekolah yang tepat, akan memberi
pengaruh yang positif terhadap belajar.
h) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru harus memberikan standar pelajaran yang sesuai
dengan kemampuan masing-masing siswa namun tetap
memperhatikan tujuan yang hendak dicapai. Jika guru
memberikan standar yang tinggi dalam suatu pelajaran
akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru.
i) Keadaan gedung
Jumlah siswa yang tidak sesuai dengan ukuran ruang
belajar khususnya ruang kelas juga mempengaruhi belajar
anak. Anak akan sulit berkonsentrasi saat belajar di dalam
j) Metode belajar
Belajar hendaknya dilakukan secara teratur setiap hari,
dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang
tepat dan cukup istirahat sehingga mampu meningkatkan hasil
belajar.
k) Tugas rumah
Guru sebaiknya tidak memberikan tugas rumah dalam
jumlah yang banyak agar siswa masih tetap bisa melakukan
tugas lainnya di rumah.
3) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena siswa hidup
bersama dengan masyarakat yang lain di lingkungannya. Berikut
adalah faktor masyarakat yang berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa.
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat membantu
perkembangan pribadinya. Namun jika siswa terlalu banyak
ambil bagian dalam kegiatan masyarakat dan ia tidak dapat
mengatur waktu dengan bijak maka belajarnya akan terganggu.
Siswa perlu membatasi kegiatannya dalam masyarakat supaya
28
b) Mass media
Jenis mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar,
majalah, buku-buku, komik-komik, dan lain-lain. Mass media
yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan
juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek
juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Jika tidak ada control
dan pembinaan dari orang tua (bahkan pendidik), maka
kemungkinan semangat belajarnya menurun dan bahkan
mundur sama sekali.
c) Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat
masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul
yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu
juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi
yang bersifat buruk juga. Agar siswa dapat belajar dengan baik,
maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul
yang baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta
pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.
d) Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari
orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan
kepada anak (siswa) yang berada di situ. Anak/siswa tertarik
untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di
sekitarnya. Akibatnya, belajarnya terganggu dan bahkan
anak/siswa kehilangan semangat belajar karena perhatiannya
semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke
perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang di sekitarnya
yang tidak baik tadi. Sebaliknya, jika lingkungan anak adalah
orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik
dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita
yang luhur akan masa depan anaknya, anak/siswa terpengaruh
juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang
lingkungannya, sehingga akan berbuat seperti orang-orang
yang ada di lingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong
semangat anak/siswa untuk belajar lebih giat lagi.
B. Pembelajaran
1. Pengertian pembelajaran
Istilah pembelajaran berasal dari bahasa Inggris yaitu “instruction”
yang diartikan sebagai usaha yang bertujuan membantu orang belajar
(Gagne dalam Khodijah, 2014 : 175). Gagne mendefinisikan
pembelajaran sebagai serangkaian peristiwa eksternal yang dirancang
untuk mendukung beberapa proses belajar, yang bersifat internal. Menurut
30
yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau
terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain.
Di Indonesia pembelajaran merupakan istilah yang tergolong baru dan
mulai populer sejak lahirnya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
No.20 tahun 2003 (Susanto, 2013 : 19). Menurut undang-undang ini,
pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut
pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan,
kemahiran, dan pembentukan sikap serta keyakinan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran lebih menitikberatkan pada “bagaimana membuat
pembelajar mengalami proses belajar” bukan pada “apa yang dipelajari”.
Hal ini berarti pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara
pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelola
pembelajaran. Komponen pembelajaran ada dua yaitu merancang tujuan
belajar dan mengidentifikasi peristiwa pembelajaran yang tepat untuk
tujuan yang ditentukan (Bell-Gredler dalam Khodijah, 2014 : 176)
Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas penulis menyimpulkan
terencana agar seseorang mengalami proses belajar sehingga ia dapat
memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru.
2. Tipe Pembelajaran
Ada dua tipe pembelajaran secara umum yakni pembelajaran langsung
dan pembelajaran yang tidak langsung. Berikut adalah penjelasan tentang
tipe pembelajaran.
a. Pembelajaran langsung
Pembelajaran langsung adalah suatu bentuk pembelajaran dimana
guru secara langsung menyampaikan pelajaran, mendemonstrasikan,
menjelaskan, dan mengasumsikan tanggung jawab utama untuk
kemajuan pelajaran, serta menyesuaikan apa yang dilakukannya
dengan usia dan kemampuan siswa. Menurut Blair (dalam Khodijah,
2014) prestasi siswa dapat dicapai lebih tinggi dalam kelas di mana
mereka diajar langsung oleh guru mereka dibandingkan belajar sendiri.
Ada beberapa aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran langsung
yakni penyajian pelajaran, bimbingan latihan, penilaian hasil tugas,
pemberian umpan balik, dan pemonitoran aktivitas siswa.
b. Pembelajaran tidak langsung
Pembelajaran tidak langsung adalah suatu bentuk pembelajaran di
mana siswa berupaya sendiri untuk memperoleh fakta dan
pengetahuan. Pembelajaran tipe ini mendorong siswa untuk berpikir
32
informasi dan tidak pasif menerima pelajaran. Dalam pembelajaran
tipe ini, guru berfungsi sebagai fasilitator.
C. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Pembelajaran Matematika
Ada begitu banyak definisi matematika yang disampaikan oleh para
ahli. Definsi-definisi tersebut dibuat berdasakan sudut pandang orang yang
bersangkutan. Salah satu definisi matematika yang disampaikan para ahli
yakni matematika (dalam Soedjadi, 2000 : 11) adalah pengetahuan tentang
fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. Ada
beberapa karakteristik dari matematika (dalam Soedjadi, 2000 : 13) yakni
memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir
deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta
pembicaraan dan konsisten dalam sistemnya.
Dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP) (dalam Soedjadi,
2000 : 43), adapun tujuan umum diberikannya matematika di jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah :
a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,
b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan.
Pembelajaran matematika (Amir, 2016 : 8) adalah suatu proses belajar
mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas
berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta
dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
matematika. Oleh karena itu, hendaknya pembelajaran matematika lebih
berpusat pada siswa agar mereka dapat membangun sendiri pengetahuan
yang diperoleh serta dapat lebih memahami materi yang sedang dibahas.
Peran guru dalam pembelajaran matematika cenderung sebagai fasilitator
yang mengarahkan proses pembelajaran tersebut.
2. Hirarki Pembelajaran Matematika
Guru tentunya sudah memahami bahwa satu standar kompetensi
diajarkan mendahului standar kompetensi lainnya, dan satu kompetensi
dasar diajarkan mendahului kompetensi dasar lainnya. Pada dasarnya,
pengetahuan yang lebih sederhana harus dikuasai para siswa terlebih
dahulu dengan baik agar ia dapat dengan mudah mempelajari pengetahuan
yang lebih rumit. Gagne memberikan alasan pemecahan dan pengurutan
materi pembelajaran dengan selalu menyampaikan pertanyaan ini:
34
mempelajari suatu pengetahuan tertentu?”. Setelah mendapat jawabannya,
ia mengulang kembali pertanyaan di atas tadi untuk mendapatkan
prasyarat yang harus dikuasai dan dipelajari siswa sebelum ia mempelajari
pengetahuan tersebut. Hal itu dilakukan terus menerus sampai didapatkan
urut-urutan pengetahuan dari yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks. Dengan cara itulah kita akan mendapatkan hirarki belajar.
Proses tersebut diperjelas oleh Resnick dan Ford (dalam Amir, 2016)
yang menyatakan : ”A hierarchy is generated by considering the target
task and asking.”What would (this child) have to know and how do in order to perform this task…?”. Oleh karena itu, hirarki belajar menurut
Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau top down. Ini berarti hirarki belajar dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun
keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran di
puncak dari hirarki belajar tersebut. Kemudian diikuti kemampuan,
keterampilan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka
kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau
pengetahuan di atasnya itu. Contohnya, sebelum mempelajari perkalian,
siswa harus memahami konsep penjumlahan, dan tentunya harus mengenal
konsep bilangan mulai dari konkrit hingga abstrak.
D. Pembelajaran Efektif
Efektivitas dalam KBBI berasal dari kata dasar efektif yang berarti dapat